Anda di halaman 1dari 24

Meneladani Kehidupan

dari Cerita Pendek


Kompetensi Dasar
3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai 4.8 Mendemonstasikan salah
kehidupan yang terkandung satu nilai
dalam kehidupan yang dipelajari dalam
kumpulan cerita pendek yang cerita pendek.
dibaca.  
 
3.9 Menganalisis unsur-unsur 4.9 Mengonstruksi sebuah cerita
pembangun cerita pendek dalam pendek dengan memperhatikan
buku kumpulan cerita pendek. unsur-unsur pembangun cerpen
   
A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

PROSES PEMBELAJARAN A
KEGIATAN 1

Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai


Kehidupan dalam Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu
tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan
berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan
cerminan nyata dari kehidupan di dunia

Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya
cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau
setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita
pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.
Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di
dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan.
Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih
terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat
dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif,
intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya
dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.

1. Pertanyaan literal
Adalah pertanyaan yang menanyakan wujud,
tatacarara dan pertanyaan tersurat
(jawaban jelas dan dapat dilihat dri cerita)

a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi?


b. Siapa saja tokoh cerita itu?
2. Pertanyaan interpretatif?
Adalah pertanyaan yang berkaitan dengan penafsiran, kesan, pendapat
dari cerpen tsb.
a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A?
b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B?

3. Pertanyaan integratif
Adalah pertanyaan yang menanyakan tentang konsep dari cerita tsb.
a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas?
b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya
itu?
4. Pertanyaan kritis
Adalah pertanyaan untuk menyikapi kondisi genting

a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh
A?
b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang
digunakannya?

5. Pertanyaan kreatif
Adalah pertanyaan yang jawabannya menciptakan sesuatu dluar cerita

a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu?


b. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak
dimatikan pengarang?
PROSES PEMBELAJARAN A
KEGIATAN 2

Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam


Cerita Pendek

Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semenamena,


tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebihlebihkan.
Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-
besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau
pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras,
seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.
(Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)

Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri, yakni


untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut bisa
berakibat fatal. Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan tersebut
dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang dianggap bernilai
atau sesuatu yang berguna, sebagai “obor” atau petunjuk jalan bagi seseorang
dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan baik-buruknya perilaku
dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan nilai moral.
Nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen :

a. Nilai sosial
Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam
kesusahan sebab kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

b. Nilai Moral
Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau
menghina.

c. Nilai Agama
Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-
Nya, seperti mencemooh, berbohong dan lain-lain.

d. Nilai Pendidikan
Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu
berusaha.

e. Nilai Budaya
Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat.
Tugas
1. Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!
a. Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!
b. Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam
cerpen itu!
c. Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan
sehari-hari?
d. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!
Laporan Diskusi
Judul cerpen : ....
Pengarang : ....
Sinopsis : ....
....
Nilai-nilai
....
Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
....
2. Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!
a. Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah cerita
yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!
b. Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah!
PROSES PEMBELAJARAN B
KEGIATAN 1
Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Teks
Cerita Pendek
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang
harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau
lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau
negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak
mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya
beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau
kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan
menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka
ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-
apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.
(Cerpen “Robohnya Surau Kami”, A.A. Navis)

Cuplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada setiap kalangan, dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan
mengabaikan persoalan-persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam
cuplikan cerpen tersebut. Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada dengan
menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan yang benar.
PROSES PEMBELAJARAN B
KEGIATAN 2
Mempresentasikan Sebuah Teks Cerita
Pendek dengan Nilai Kehidupan

Perhatikan cuplikan cerpen berikut.

Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan?
Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku. Sepulang dari pemakaman
seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan
pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing-
masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga
yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara
mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti
tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon
yang kedaluwarsa. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu
berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang
tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium.
(Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia Effendi)
Kebermaknaan suatu cerita lebih umum dinyatakan dalam
amanat, ajaran moral, atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga
berada di balik tema yang diungkapkan. Oleh karena itu,
amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya,
tema suatu cerita tentang hidup bertetangga, maka cerita
amanatnya tidak akan jauh dari tema itu: pentingnya
menghargai tetangga, pentingnya menyantuni tetangga yang
miskin, dan sebagainya.
C. Menganalisis Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek

PROSES PEMBELAJARAN C
KEGIATAN 1
Menentukan Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek

Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur.
Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan unsur
intrinsik, yang meliputi

a. tema
b. Amanat
c. Penokohan
d. Alur
e. Latar
f. Gaya bahasa
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap
berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema,
kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam
cerpen itu.

b. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam
cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa
yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema
cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu
pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.

1) Teknik analitik langsung


Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya. Ia pun tidak merasa
sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang
menyebabkan ia banyak disenangi temantemannya.

2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh


Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak berteriakteriak! Mereka
menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan
tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara
mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda
dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan saja
oleh demonstran-demonstran dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat
dan ada di sana.

3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh


Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampungkampung tetangganya sudah
pada terang semua.
4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang
diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah.

5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh


Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya,
mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya yang
masih mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang
renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima
kepulangannya.

6) Penggambaran oleh tokoh lain


Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang
ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang promosi. Yang
menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.
d. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab akibat ataupun bersifat kronologis. Pola pengembangan cerita suatu
cerpen beragam. Pola-pola pengembangan cerita harus menarik, mudah
dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan
penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.

e. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam
suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang
imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca
sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung
dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian
yang berada dalam latar itu.
f. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan
dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa
secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris,
simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan
suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan romantis, ataupun peperangan,
keputusan, maupun harapan.

Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh.
Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang
digunakannya. Demikian pula dengan tokoh anakanak dan dewasa, dapat pula
dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh
yang bersangkutan.
PROSES PEMBELAJARAN C
KEGIATAN 2
Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah
sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni
berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara
kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation)


Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan
antartokoh.

2. Pengungkapan peristiwa (complication)


Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

3. Menuju pada adanya konflik (rising action)


Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi
situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4. Puncak konflik (turning point)


Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.
Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
5. Penyelesaian (ending atau coda)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu.
Namun, ada pula cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan
kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung tanpa
ada penyelesaian.

Struktur teks cerpen dapat digambarkan sebagai berikut.


Cerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian, terdapat pihak
yang berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapat beberapa kemungkinan
posisi pengarang di dalam menyampaikan ceritanya, yakni sebagai berikut.

1. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam
cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan kata orang
pertama dalam menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, kami.

2. Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di


dalam cerita. Pengarang menggunakan kata dia untuk tokoh-tokohnya.
Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsifungsi
keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu,
telah terjadi.
2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).
Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa,
menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan,
mengalami.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda
(“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”
b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.
c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan
tokoh, tempat, atau suasana.
Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan, kamarnya
sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya
sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik
yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat
‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.
1. Jawablah dengan berdiskusi!
a. Apa yang dikenalkan pada bagian awal cerpen?
b. Pengungkapan peristiwa di dalam cerpen biasanya berupa apa?
c. Puncak konflik dalam suatu cerpen ditandai oleh apa?
d. Apakah setiap cerpen selalu mengandung koda?
e. Dalam cerpen, koda itu fungsinya sebagai apa?

Anda mungkin juga menyukai