PROSES PEMBELAJARAN A
KEGIATAN 1
Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu
tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan
berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan
cerminan nyata dari kehidupan di dunia
Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya
cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau
setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita
pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.
Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di
dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan.
Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih
terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat
dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif,
intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya
dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.
1. Pertanyaan literal
Adalah pertanyaan yang menanyakan wujud,
tatacarara dan pertanyaan tersurat
(jawaban jelas dan dapat dilihat dri cerita)
3. Pertanyaan integratif
Adalah pertanyaan yang menanyakan tentang konsep dari cerita tsb.
a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas?
b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya
itu?
4. Pertanyaan kritis
Adalah pertanyaan untuk menyikapi kondisi genting
a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh
A?
b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang
digunakannya?
5. Pertanyaan kreatif
Adalah pertanyaan yang jawabannya menciptakan sesuatu dluar cerita
a. Nilai sosial
Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam
kesusahan sebab kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
b. Nilai Moral
Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau
menghina.
c. Nilai Agama
Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-
Nya, seperti mencemooh, berbohong dan lain-lain.
d. Nilai Pendidikan
Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu
berusaha.
e. Nilai Budaya
Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat.
Tugas
1. Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!
a. Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!
b. Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam
cerpen itu!
c. Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan
sehari-hari?
d. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!
Laporan Diskusi
Judul cerpen : ....
Pengarang : ....
Sinopsis : ....
....
Nilai-nilai
....
Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
....
2. Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!
a. Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah cerita
yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!
b. Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah!
PROSES PEMBELAJARAN B
KEGIATAN 1
Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Teks
Cerita Pendek
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang
harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau
lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau
negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak
mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya
beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau
kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan
menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka
ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-
apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.
(Cerpen “Robohnya Surau Kami”, A.A. Navis)
Cuplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada setiap kalangan, dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan
mengabaikan persoalan-persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam
cuplikan cerpen tersebut. Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada dengan
menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan yang benar.
PROSES PEMBELAJARAN B
KEGIATAN 2
Mempresentasikan Sebuah Teks Cerita
Pendek dengan Nilai Kehidupan
Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan?
Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku. Sepulang dari pemakaman
seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan
pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing-
masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga
yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara
mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti
tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon
yang kedaluwarsa. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu
berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang
tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium.
(Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia Effendi)
Kebermaknaan suatu cerita lebih umum dinyatakan dalam
amanat, ajaran moral, atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga
berada di balik tema yang diungkapkan. Oleh karena itu,
amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya,
tema suatu cerita tentang hidup bertetangga, maka cerita
amanatnya tidak akan jauh dari tema itu: pentingnya
menghargai tetangga, pentingnya menyantuni tetangga yang
miskin, dan sebagainya.
C. Menganalisis Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek
PROSES PEMBELAJARAN C
KEGIATAN 1
Menentukan Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek
Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur.
Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan unsur
intrinsik, yang meliputi
a. tema
b. Amanat
c. Penokohan
d. Alur
e. Latar
f. Gaya bahasa
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap
berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema,
kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam
cerpen itu.
b. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam
cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa
yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema
cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu
pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
e. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam
suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang
imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca
sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung
dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian
yang berada dalam latar itu.
f. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan
dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa
secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris,
simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan
suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan romantis, ataupun peperangan,
keputusan, maupun harapan.
Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh.
Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang
digunakannya. Demikian pula dengan tokoh anakanak dan dewasa, dapat pula
dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh
yang bersangkutan.
PROSES PEMBELAJARAN C
KEGIATAN 2
Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah
sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni
berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara
kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.
1. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam
cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan kata orang
pertama dalam menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, kami.