Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 4 BAHASA INDONESIA

KARYA TULIS NON ILMIAH

Dosen Pengampu : Sri Endah

Disusun Oleh:

Siti Nurhalizah (2101061018) Kelas 1E

D-3 Administrasi Bisnis


Administasi Niaga
POLITEKNIK NEGERI PADANG

2021/2022

Jawablah soal-soal berikut ini dengan cermat dan teliti!

1. Jelaskan beberapa perbedaaan antara karya tulis ilmiah dan karya tulis non
ilmiah!
Jawaban:
Berikut ini perbedaan antara karya tulis ilimah dengan karya tulis non ilmiah
antara lain:
1. Karya tulis ilmiah bersifat objektif dan faktual atau berdasarkan fakta yang
ada. Sementara itu, karya tulis non ilmiah bersifat subjekti dan fiktif atau
berdasarkan imajinasi sang penulis.
2. Karya tulis ilmiah tidak bersifat persuasif atau mempengaruhi pembaca,
sementara karya tulis non ilmiah bersifat persuasif dan juga bersifat dapat
merangsang imajinasi pembaca.
3. Karya tulis ilmiah disusun demi kepentingan pribadi, sedagkan karya tulis
non ilmiah disusun demi kepentingan seni dan kepuasan batin penulisnya.
4. Karya tulis ilmiah sangat mengandalkan analisis dan hipotesis, sedangkan
karya tulis non ilmiah tidak terlalu mengandalkan kedua unsur tersebut.
5. Gaya bahasa karya tulis ilmiah cenderung formal/baku dan lugas,
sedangkan karya tulis non ilmiah gaya bahasanya cenderung sastrawi dan
berkias.
6. Dari segi penulisannya, karya tulis ilmiah ditulis dengan metode penulisan
ilmiah, sementara karya tulis non ilmiah ditulis berdasarkan gaya penulisan
jenis karya tulis non ilmiahnya.
2. Coba temukan perbedaan antara karya tulis non ilmiah cerpen dengan novel!
Jawaban:
Perbedaan karya tulis non ilmiah cerpen dengan novel adalah sebagai berikut:
● Jumlah Kata
Perbedaan yang sangat jelas terlihat pertama yaitu terkait jumlah kata.
Cerpen dan novel memiliki perbedaan yang cukup jauh dalam jumlah
kata-kata. Rata-rata untuk jumlah kata dalam cerpen maksimal sekitar
10.000 kata.
Berbeda dengan cerpen, novel memiliki jumlah yang lebih panjang.
Kata-kata dalam novel dapat mencapai 35.000 kata. Selain itu, halaman
novel juga dapat mencapai ratusan halaman.
● Alur dan Plot
Alur atau plot di dalam sebuah cerpen tentu berbeda dengan alur di dalam
sebuah novel. Hal ini juga disebabkan karena perbedaan jumlah kata pada
kedua karya sastra tersebut.
Cerpen memiliki jumlah kata yang sedikit. Maka dari itu, alur atau plot
yang ada di dalam cerpen terbilang lebih sederhana. Ruang yang tersedia
juga lebih terbatas. Biasaya alur dalam cerpen dapat terlihat jelas. Setelah
memulai permulaan atau perkenalan, cerita akan mengarah ke konflik
atau timbullah sebuah masalah. Kemudian setelah timbul konflik, akan
terjadi penyelesaian. Jika disederhanakan, alur atau plot dalam cerpen
adalah pengenalan-konflik-penyelesaian.
Novel memiliki jumlah kata yang lebih panjang dari cerpen. Hal itu
menyebabkan alur atau plot di dalam novel lebih rumit. Tidak seperti
cerpen yang memiliki alur jelas. Di dalam novel, alur atau plot dapat
terjadi secara dinamis. Karena ruang di dalam cerita novel lebih terbuka,
cerita yang ada dapat beragam. Sebelum mencapai tahap penyelesaian,
konflik yang terdapat dalam cerita novel dapat berulang. Hal ini juga
menyesuaikan dengan jumlah kata dalam novel.

● Penokohan
Tokoh juga dapat menjadi pembeda dari cerpen dan novel. Di dalam cerpen,
hanya ada beberapa tokoh saja. Tidak banyak tokoh yang ditampilkan. Selain
itu, tokoh yang paling ditonjolkan hanyalah tokoh utama. Tokoh lain hanya
berperan sebagai pendukung.
Berbeda dengan cerpen, novel memiliki banyak tokoh. Tokoh yang ada di
dalam novel memiliki perannya masing-masing. Meskipun ada yang hanya
berperan sebagai tokoh tambahan, tetapi semua tokoh yang ada di dalam
novel memiliki perannya masing-masing. Tokoh-tokoh tersebut memiliki
bagian sendiri dari cerita dalam novel tersebut. Dengan kata lain, tokoh di
dalam novel terbilang lebih kompleks.

● Perwatakan
Di dalam sebuah cerpen, watak seorang tokoh yang paling sering ditonjolkan
adalah pemeran utama saja. Selain itu, watak tokoh akan langsung dijelaskan
pada awal cerita. Sehingga pembaca sudah mengetahui bagaimana watak
seorang tokoh tersebut. Watak yang dipakai dalam tokoh cerpen juga
terbilang sederhana. Tokoh-tokoh dalam cerpen biasanya menggunakan
watak hitam dan putih. Makna dari hitam dan putih tersebut yaitu baik dan
buruk.
Di dalam novel, watak tokoh tidak langsung dijelaskan. Penjelasan
mengenai watak tokoh juga tidak secara gamblang. Melainkan melalui
kejadian-kejadian yang dialami tokoh tersebut. Meskipun novel memiliki
banyak tokoh, setiap tokoh juga pasti akan dijelaskan. Watak tokoh yang ada
di dalam novel juga lebih rumit. Tidak hanya berkaitan dengan perlakuan
baik dan buruk.

● Tema
Tema antara cerpen dan novel juga memiliki perbedaan. Pada cerpen, tema
yang diangkat sederhana. Hal tersebut akan berpengaruh kepada ceritanya.
Karena tema yang diangkat sederhana, maka cerita yang ada dalam cerpen
biasanya mudah ditebak. Tema yang diangkat dalam cerpen terbilang lebih
umum.
Di dalam novel, tema yang diangkat terbilang lebih mengerucut. Tema yang
digunakan novel tidak diambil secara umum. Secara singkat, jika tema yang
digunakan oleh cerpen adalah pedesaan, maka novel mengambil tema
sebuah keluarga miskin di desa tersebut. Hal ini membuktikan bahwa novel
mengambil tema lebih dalam dari cerpen.

● Konflik
Di dalam cerpen, konflik yang disajikan tidak bertele-tele. Konflik akan
disuguhkan langsung dan hanya satu atau dua kali saja.
Novel memiliki konflik yang lebih rumit. Konflik di dalam novel juga tidak
terjadi hanya satu atau dua kali aja. Akan tetapi terjadi berkali-kali. Cerita di
dalam novel juga memiliki bagian-bagian atau bab. Setiap bab dapat
memiliki konflik sendiri. Maka dari itu, konflik yang terjadi di cerita novel
lebih rumit dan kompleks.

● Latar
Latar juga bisa menjadi pembeda antara cerpen dan novel. Latar terdiri dari
latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Di dalam cerpen, latar yang
digunakan tidak banyak. Paling banyak hanya 10 latar. Berbeda dengan
novel, novel menyajikan latar yang lebih banyak dan lebih luas.

● Pemilihan Kata dan Bahasa


Perbedaan yang tidak terlalu jelas yaitu terkait pemilihan dan penggunaan
kata atau bahasa. Cerpen dan novel akan berbeda dalam hal pemilihan kata
atau bahasa. Dalam cerpen, pemilihan kata atau bahasa lebih sederhana.
Banyak kata-kata yang bisa langsung dipahami oleh pembaca. Meskipun
membaca sekilas atau pertama kali membaca, biasanya pembaca akan
mengerti kata-kata dan bahasa yang digunakan.
Berbeda dengan cerpen, pemilihan kata dan bahasa di dalam novel lebih
mendalam. Biasanya kata atau bahasa yang dipilih tergantung pada tema
cerita yang diangkat. Sehingga tidak semua pembaca dapat langsung
mengerti ketika membaca novel. Ada beberapa novel yang harus dibaca
berulang untuk memahami maknanya. Selain itu, ada juga novel yang
membutuhkan waktu khusus untuk berkonsenterasi ketika ingin
membacanya.

3. Jelaskan manfaat dari menulis karya tulis non ilmiah!


Jawaban:
● Trauma healing
Dengan menulis, kita bisa mengeluarkan segala rasa kesedihan yang sudah
memenuhi hati dan isi kepalakita. Dengan cara yang begini, kita sudah
melakukan pemulihan trauma untuk diri kita sendiri.
● Lebih terbuka untuk sharing
Dengan menulis, pengalaman yang pernah kita alami, mau itu
pengalaman buruk,baik,memalukan dengan cara
mempublikasikanya,maka kita secara tidak lansung telah berbagi
kepada orang lain, meskipun kita adalah orang yang susah bergaul
sekalipun.

4. Carilah sebuah cerpen, boleh di surat kabar, di internet, atau dimedia lainnya,
kemudian analisislah unsur pembangun (intrinsik dari cerpen tersebut)! Unsur
intrinsik yang dimaksud adalah: tema, tokoh, watak, latar tempat, latar waktu,
latar suasana, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Analisis cerpen tidak
boleh sama dengan cerpen yang sudah dianalisis oleh penulis lain. Jangan lupa
lampirkan cerpen tersebut ke dalam tugas Saudara!
Jawaban :
Teman yang Baik
Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun
berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak
ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina


merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama
Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi
memamerkan barang-barang milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu
pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk
memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.

Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil
hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu
seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia
kemudian melihat voucher yang tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher
belanja dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada
ibu dan empat anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya
bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta
Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina
mengambil uang dengan nominal paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan


Rina. Untuk membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman
kelasnya.
“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat
kamu.” Dini menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan
mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua
kali. Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih,
ia selalu bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah.
Ia juga ikut tertawa ketika orang-orang menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang
kakak kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini
kembali menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000,
kepada Rina dan memintanya memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa,
menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati
siapa sebenarnya yang sedang membodohi siapa.

“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai
mempermalukan Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal
tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan?
Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan
cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi,


sebenarnya siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.
Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka
merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum
memandang Kak Rifki yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan
penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak
apa-apa, setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar
dengan uang serta rasa malu.

Adapun unsur intrinsik cerpen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tema dalam cerpen di atas adalah tema pertemanan.


2. Alur ceritanya adalah alur maju.
3. Latar :

1. Latar Tempat : Sekolah dan Tempat Acara Pengundian

2. Latar Waktu : Pagi hari dan Siang hari

3. Latar Suasana : Mengharukan

4. Penokohan :

1. Dini : Antagonis

2. Rina : Protagonis

3. Kak Rifki : Tritagonis

5. Sudut pandang yang terdapat dalam ceroen adalah orang ketiga tunggal.
6. Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen diatas adalah lugas.
7. Amanat yang terkandung dalam cerpen diatas adalah
● Jadilah Sahabat yang baik bagi orang lain
● Kita harus saling tolong- menolong.
● Jangan sepele tentang apa yang dilakukan seseorang

Anda mungkin juga menyukai