Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Resensi Novel
ini yang berjudul “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Resensi ini dibuat sebagai tugas Bahasa Indonesia sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian Nasional dari Ibu Yuyun Lestari, S.Pd.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada ibu
Yuyun Lestari, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan Resensi Novel ini. Mudah-mudahan Resensi Novel ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Namu saya
menyadari dalam penyusunan ini saya masih banyak kekurangan, karena dalam
penyusunan Resensi ini saya masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna menempuh
kesempurnaan Resensi Novel ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Novel adalah suatu hasil karya yang amat sangat bernilai, ketika membaca
atau pun membuat novel imajinasi mulai bermunculan. Untuk membangun
imajinasi tersebut, akan dianalisis secara seksama salah satu novel karangan
Tere Liye yaitu novel yang berjudul “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah
Membenci Angin”.
Resensi Novel ini dianalisis secara detail, apa tema yang ada dalam novel
tersebut, bagaimana cerita dalam novel tersebut apakah alur maju atau alur
mundur, siapa saja tokoh yang ada dalam cerita novel tersebut dan bagaimana
watak-wataknya, bagaimana dan di mana latar yang ada dalam novel tersebut,
dan bagaimana moral atau pesan yang disampaikan pengarang lewat novel
yang ditulisnya dengan analisis secara structural. Dalam analisis pendekatan
structural ini, agar lebih memahami bagaimana cerita dalam novel ini, agar
mengetahui dan memahami pula apa saja pesan moral yang ada novel ini.
Sehingga pembaca mendapatkan sesuatu hal ilmu atau pelajaran yang
bermanfaat dan dapat diimplikasikan ke dalam kehidupan nyata.
LANDASAN TEORITIS
1) Tema
Tema ialah ide pokok / gagasan utama yang merupakan jiwa dari sebuah cerita
novel. Tema dituangkan secara tersirat (tidak langsung) oleh penulis ke dalam
cerita. Tema cerita bisa berisikan tentang kehidupan sosial, remaja, religi, horror
dan lain-lain.
2) Alur / Plot
Alur atau plot merupakan jalan cerita yang memiliki keterkaitan sebab dan akibat.
Dalam pembagiannya, alur dibagi menjadi 3 jenis yakni:
– alur konvensional / maju / progresif.
Alur ini menceritakan isi cerita dengan sistematis dan runut dari awal sampai
akhir secara kronologis.
Alur ini diawali dengan menceritakan kejadian di masa lalu dan kemudian
menceritakan kejadian di masa sekarang dan seterusnya sampai akhir cerita.
– Alur Campuran
Alur ini merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur. Cerita bisa saja
diawali dengan peristiwa masa kini kemudian dilanjutkan dengan peristiwa di
masa lalu dan selanjutnya diteruskan dengan peristiwa saat ini hingga akhir cerita.
Bisa juga di awal cerita mengisahkan kejadian di masa lalu, selanjutnya masa
sekarang, kemudian sampai akhir cerita dengan variasi alur yang berbeda.
Tahapan Pengaluran
a. Perkenalan
b. Konflik
c. Klimaks
d. Antiklimaks
Penulis mulai menurunkan masalah yang semula berda pada titik klimaks
kemudian menuju ke tahap penyelesaian melalui solusi.
e. Penyelesaian
Penulis mengakhiri cerita dengan sedih, bahagia, atau dibuat menggantung.
Biasanya cerita yang dibuat menggantung berada pada jenis novel sekuel.
3) Latar / Setting
Latar atau setting adalah hal-hal yang berkenaan dengan waktu, suasana, dan
tempat kejadian dalam cerita novel.
Tokoh adalah pelaku yang memerankan karakter tertentu dalam cerita novel,
sedangkan penokohan adalah karakteristik atau sifat dari tokoh. Karakter atau sifat
tokoh dpat diidentifikasi melalui beberapa cara, yakni :
a. Analitik
Analitik adalah cara untuk mengidentifikasi karakter tokoh yang diceritakan
secara eksplisit atau terang-terangan oleh penulis.
b. Dramatik
Dramatik adalah cara untuk mengidentifikasi karakter tokoh yang diceritakan
secara tersirat oleh penulis diluar karakter yang digambarkan secara langsung.
Misalnya dengan mengidentifikasi jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, reaksi
tokoh, dan lain-lain diluar.
Tokoh yang memiliki sifat / karakter baik, biasanya menjadi tokoh utama dan
pemeran pembantu
• Antagonis
Tokoh yang memiliki sifat / karakter jahat, sombong, culas, dan menjadi rival dari
tokoh utama.
• Tritagonis
Pemeran pembantu dalam cerita, jika dalam film biasa disebut dengan pemeran
figuran.
5) Amanat
Sudut pandang ialah kedudukan penulis dalam cerita atau kedudukan tokoh dalam
cerita. Sudut pandang / point of view dibagi menjadi 2 jenis yakni :
7) Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan pilihan kata / diksi yang digunakan oleh penulis untuk
membuat cerita lebih indah dan terasa hidup. Biasanya penulis menyisipkan kata-
kata yang puitis dan menggunakan majas dalam penulisan ceritanya.
Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan adalah keadaan masyarakat
baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan.
2.6 Pengertian Kelebihan Novel
Kelebihan Novel adalah suatu kelebihan atau nilai unggul yang dimiliki
suatu novel dalam unsur tertentu bila dibandingkan dengan novel yang lain.
PEMBAHASAN
3.1 Sinopsis
Novel ini bercerita tentang dua pengamen kecil, mereka adik-kakak
terlahir dari rahim yang sama yang putus sekolah selama tiga tahun dan
merasakan kepahitan hidup pula. Kepahitan hidup itu bermula ketika ayah mereka
meninggal, Tania pada saat itu berumur delapan tahun dan Dede berumur tiga
tahun. Tania, Dede, dan Ibu sudah tidak bisa lagi mengontrak rumah itu karena
mereka sudah menunggak tiga bulan, tidak mampu membayarnya. Mereka
kebingungan harus tinggal di mana, mereka tak mempunyai keluarga. Meskipun
mereka memiliki keluarga di sana keluarganya pun pasti enggan walau hanya
sekadar menampung mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di
sebuah rumah kardus di bantaran sungai.
Pada suatu malam, pada saat mengamen, disaat lelahnya di bus kota tiba-
tiba kaki Tania tertancap paku. Wajar saja kaki Tania tertancap paku, Tania dan
Dede tidak memakai alas kaki, maka dengan mudahnya kaki mereka akan mudah
tertancap paku. Pada peristiwa dan malam itulah mereka bertemu, tiba-tiba
seorang pria dengan wajah menyenangkan bernama Danar menolong Tania yang
sedang meringis kesakitan. Membantu mencabut paku yang masih menancap pada
kaki Tania, kemudian membersihkan darah yang bercucuran dengan sapu tangan
berwarna putih yang dikeluarkan dari saku celananya dan dibalutkan pada luka
kaki Tania. Kemudian Danar memberikan beberapa uang sepuluh ribuan kepada
Tania dan Dede menyarankan untuk membeli obat merah.
Ke esokkan harinya, Tania dan Dede pergi mengamen kembali, dengan luka yang
masih terasa perih pada kaki Tania. Mengamen dengan kaki yang pincang,
menahan perih pada kakinya yang tertusuk paku semalam. Pada saat mengamen
itu, Tania dan Dede bertemu kembali dengan Danar. Dan Danar memberikan
hadiah kepada Tania dan Dede yaitu sepasang sepatu dan kaos kaki, agar Tania
tidak tertancap paku kembali. Dede saat itu seketika langsung menerimanya
dengan bahagia dan memakainya, sedangkan Tania malu-malu menerimanya.
Malam itu mereka terlihat lucu, dengan pakaian yang kontor memakai kaos kaki
putih dan sepatu yang bagus. Malam itu mereka berbincang-bincang, saling
berkenalan. Terihat sangat akrab. Dan Danar pun mengantarkan Tania dan Dede
pulang ke rumah kardusnya, mereka pun sampai lupa kepada kewajibannya
mengamen untuk mencari uang membantu Ibu. Tania pun mengenalkan Danar
pada Ibu. Danar dan Ibu pun berbincang-bincang tentang segala hal.
Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Ibu tak sadarkan diri sakit parah dan
dibawa ke rumah sakit. Tania dan Dede sangat kaget dan merasakan takut.
Beruntung Danar selalu siap siaga menjaga mereka. Dan tidak pernah disangka,
bagai petir di siang bolong. Ibu meninggal, usaha kuenya terhenti. Kini dua anak
kecil pengamen itu menjadi yatim-piatu. Dan Danar pun mengurus Tania dan
Dede. Menyekolahkan mereka, hidup bersama, tinggal bersama Danar.
Dan tidak terasa setelah tiga tahun Tania berjuang mati-matian belajar,
akhirnya Tania lulus SMP dengan nilai terbaik kedua. Dan Tania pun kembali
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMAnya, meski Tania telah
mati-matian memohon agar Tania melanjutkan sekolah SMA nya di Jakarta
kepada Danar, Danar tetap memerintahkan Tania untuk meneruskan sekolahnya di
Singapura. Meski Tania merajuk tak menentu, akhirnya Tania menurut saja.
Karena Tania sudah berjanji bahwa Tania akan mengikuti semua kata-kata dan
perintah Danar. Saat sweet seventeen Tania, Danar dan Dede memutuskan untuk
pergi ke Singapura untuk merayakan sweet seventeen Tania di sana. Dan Tania
pun sangat bahagia, ini kejutan baginya dan akan menjadi hal yang sangat
indah. Dan ketika Danar dan Dede pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba Danar
memberikan sebuah liontin T untuk Tania. Yang mungkin bisa berarti,
Tersayang, Tercinta, Tercantik, dan bisa juga Teman. Liontin itu sangat berarti
banyak bagi Tania.
Setelah pernikahan mereka terjadi, mereka pun pergi sesuai rencana pergi
berbulan madu sesuai dengan yang Dede ceritakan. Kehidupan Tania mejadi
berubah. Tania tidak menjadi dirinya sendiri, mencari kesibukan yang tidak ia
lakukan dengan hati, wajah yang menyenangkan dimiliki Tania pun memudar,
perangai yang membuat Anne sahabatnya menjadi ikut prihatin, Tania menjadi
egois dan keras kepala, semua itu Tania lakukan hanya semata-mata untuk
melampiaskan rasa sakitnya. Kehidupan harus tetap berlanjut meskipun
bagaimanapun kondisinya.
Tania masih berkomunikasi baik dengan Dede dan Ratna, kecuali dengan
Danar. Tania sudah lama tak berkomunikasi dengan Danar, namun Danar selalu
menanyakan kabarnya melalui Dede. Semua perasaan itu semakin kalut tak
menentu. Bahkan saat ulangtahun Tania yang berikutnya tidak ada lagi perayaan
seperti waktu sweet seventeen bersama Danar dan Dede. Dan Dede pun berlibur
sendirian ke Singapura bersama Tania. Setelah beberapa bulan, akhirnya Tania
memutuskan untuk pulang tanpa memberitahu Danar dan Ratna. Tania kangen
kota yang memberikannya sejuta kesan dan perasaan yang selalu tumbuh. Delapan
tahun atas kepergian Ibu, Tania ingin mengunjungi pusara Ibu. Tania pun pulang
bersama Adi yang menyukainya. Setelah tiba disana, tiba-tiba Danar ke rumah
dan melihat ada Tania di sana, Danar memeluk Tania dengan kaku, tatapan muka
yang kaku pula. Keesokan harinya, Tania, Dede, Danar, Ratna, dan Adi pergi ke
pusara Ibu. Mengadu dan mendoakan Ibu. Danar dan Ratna saat itu terlihat sangat
mesra. Hati Tania pun semakin kalut.
Setelah beberapa hari, Tania pun kembali ke Singapura tanpa Adi. Tak asa
kejadian penting selama enam bulan. Tania lulus dengan kuliah sesuai jadwal,
dengan nilai yang baik. Tania benar-benar sendirian saat kelulusan itu. Namanya
terpahat di plakat depan kampus, lulusan terbaik, tercepat, tertinggi GPA-nya.
Anak pengamen yang kumuh, dekil, dan bau, kini namanya terpahat dan dikenal
oleh semua orang. Ibu pasti akan bangga.
Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan Tania yang berlokasi
di sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala
cerita yang kelak akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah
narasi mengenai perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudian
berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
Konflik/ awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania
kecil mulai merasa perasaan yang mengganggu ketika dirinya,
Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke Dunia
Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi
ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan
segera menikah.
Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika
menjelang akhir, yakni ketika Tania bertemu dengan Om Danar di
bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai kejujuran yang
sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam selama ini.
Anti Klimaks
Anti Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk
berdamai dengan perasaannya sendiri dan ingin berusaha
melepaskan bayang-bayang Danar di benaknya.
Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan
untuk meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya
dengan kembali ke Singapura.
c. Latar
1) Latar Tempat:
Rumah kardus Tania:
“dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.”
(hlm.30)
Kontrakan Danar
“Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke
kontrakannya.” (hlm. 67)
Kelas mendongeng milik Danar:
“..melainkan karena setiap hari Minggu dia membuka kelas
mendongeng di rumahnya..” (hlm. 37)
Bandara:
“ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi
kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
b. Latar Waktu
Pagi hari
“besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur,
saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
Siang hari
“kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
Sore hari
“aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku
pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
Malam hari
“malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm.
37)
d. Tokoh
Ada beberapa tokoh dalam novel Daun Yang Jatuh Takkan Pernah
Membenci Angin ini, yaitu:
Cantik
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu
membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.”
(hlm. 192)
2) Om Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati,
penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis,
sehingga novel-novel karyanya laku keras di pasaran hingga
merambah ke mancanegara.
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang
orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat
bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik
dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)
Baik
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh
ribuan,”untuk beli obat merah.” (hlm.24)
Menyukai Anak-Anak.
“...kak Ratna nggak akan pernah suka sama anak-anak. lihat,
emang pernah Kak Ratna datang di kelas mendongeng? Kak
Ratna juga nggak suka berdiri di lantai dua toko buku itu. Itu kan
ritual wajib Oom Danar.” (hlm. 138)
3) Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya,
cerdas, memilki nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede
seringkali menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul
dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain
lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar sewaktu ia
kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita bersama
Oom Danar di kelas mendongeng.
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum
karena sakit.” (hlm.44)
Pandai Bercerita
“kau pandai sekali bercerita. Dua kali lebih pandai dibandingkan
Tania.” (hlm.177)
Tampan
“you’re really handsome baby. So i think, all the girls wouldn’t mind
seeing you around the flat.” Anne seperti mendapatkan sansak baru,
menggoda adikku.” (hlm.174)
4) Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti
artis. Ia baik, menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan,
penyabar, dan tulus. Ia begitu menyayangi Danar sehingga tidak
begitu menyadari perasaan yang sebenarnya Danar simpan diam-diam.
Penyabar
“Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang
dengannya. Dia lebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri.
Belum lagi kesibukan kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi
hari. Saat dia pulang. Dan peluk cium sebelum tidur. Sisanya
kosong.” (hlm. 211)
5) Ibu
Ibu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan
menyayangi keluarganya. Beliau seorang pekerja keras yang rela
membanting tulang untuk bekerja serabutan agar dapat memenuhi
kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari kata cukup. Ibu pengertian,
serta sangat sabar dan tabah dalam menhadapi kehidupan. Beliau juga
seorang pencemas yang mengkhawatirkan anak-anaknya.
Pencemas
“kata ibu,”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti setiap
barang yang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...”
(hlm.17)
Pekerja keras
“seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah
satu laundry mahasiswa.” (hlm.35)
Pengertian
“tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. “Oom
Danar lagi capek!” itu pesan Ibu.” (hlm.47)
6) Miranti
- Ringan tangan
Miranti adalah sosok perempuan yang baik hati dan ringan tangan,
Miranti dengan sukarela membantu Ibu dalam membuat kue dan juga
membesarkan usaha kue tersebut ketika Ibu sudah meninggal.
“Miranti yang dulu membantu Ibu membesarkan usaha kue. Aku
tersenyum senang. Ibu juga pasti senang mendengar kabar ini di
surga” (Hal. 99)
7) Anne
Anne adalah sosok seorang sahabat yang baik, dia selalu siap
mendengarkan keluh kesah sahabatnya Tania. Apa pun ceritanya,
kapan pun, dan di mana pun, Anne selalu ada untuk Tania. Ketika
Tania mencurahkan hatinya tentang Danar kepada Anne, Anne selalu
mendengarkan Tania dan memberikan saran yang terbaik untuk
sahabatnya itu, dan Anne tidak pernah bosan untuk melakukan itu
- Setia kawan
Anne adalah sosok seorang yang setia kawan, Anne selalu ada untuk
Tania.
8) Adi
- Baik
Adi adalah sosok pria yang baik, Adi tidak pernah menolak atau
berprasangka buruk meskipun usahanya untuk mendekati Tania selalu
saja dianggap remeh, seperti tak ada di mata Tania, dan selalu
dimanfaatkan. Adi selalu dengan ikhlas melakukan apa pun yang
diinginkan Tania.
- Setia
Adi setia kepada Tania, meski pun Tania tak pernah menjawab
tentang perasaaan yang tumbuh dihatinya.
- Sabar
Adi adalah sosok seorang pria yang pantang sabar untuk mendekati
Tania, meski Tania bersikap dingin terhadapnya. Sabar untuk
menunggu Tania bisa membuka hatinya untuk Adi.
- Berani
9) Jhony Chan
- Pantang menyerah
Jhony Chan adalah sosok seorang pria yang pantang menyerah untuk
mendekati Tania, meski Tania bersikap acuh kepadanya. “Si Jhony
Chan itu juga semakin menyebalkan. Dia beberapa kali terang-
terangan mengajakku jalan bareng” (Hal. 108)
- Tegas
Ibu-ibu gendut adalah sosok seorang yang tegas, taat akan aturan dan
disiplin. “Ibu-ibu gendut, orangnya jauh dari asyik. Terlalu banyak
mengatur. Spk disiplin dan pecinta aturan” (Hal. 72)
- Ramah
Penjaga toko buku adalah sosok seorang yang ramah, dia selalu
menyapa kepada Tania. Mungkin juga penjaga toko itu menyukai
Tania, mencari-cari perhatian Tania. “Karyawan cowok yang tadi
menegurku di lantai dua berdiri menunggu angkutan umum” (Hal.
161)
e. Amanat :
Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang
terbaik adalah menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi
tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Menerima, dan belajar
untuk mengikhlaskan. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu
yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama
pelaku utama. Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang
tokoh utama dari novel ini. Tercermin dalam kutipan berikut ini:
g. Gaya Bahasa
1) Allerogi : Isinya jauh api dari panggang. (Hal. 162)
2) Allerogi : Seperti bumi yang merekah. (Hal. 190)
3) Simile : seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan
keluarga kami... (hal.128)
4) Asosiasi : mobil beringsut seperti keong. (hal. 65)
5) Hiperbola : seseorang yang membuatku rela menukar semua
kehidupan ini dengan dirinya. (hal.129)
6) Hiperbola : Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.
(hal. 228)
7) Personifikasi : Angin malam memainkan anak rambut. (hal.236)
8) Personifikasi : Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
(hal. 63)
9) Personifikasi: Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
10) Sinisme : “cantik apanya? Rambut panjang, kuku panjang,
untung kak Tania nggak punya lubang di belakang.” (hal.45)
3.3 Unsur Ektrinsik
a. Latar Belakang Pengarang
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang
diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu, dan nama
aslinya adalah Darwis. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere
liye mempunyai seorang istri yang bernama Riski Amelia, dan dikaruniai
anak yang bernama Abdullah Psai. Lahir dan besar di pedalaman
sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.
Darwis berasal dari Sumatra Selatan, Indonesia.
b. Nilai Sosial dan Budaya
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong
karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang
menolong Tania dengan tidak memandang siapa dan latang belakangnya
Tania.
Biografi Pengarang
Tere Liye
Kehidupan pribadi :
Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979 dari keluarga sederhana yang orang tuanya
berprofesi sebagai petani biasa dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera.
Pendidikan
Karya-karya :
Matahari (2016)
Bulan (2016)
Bumi (2016)
Hujan (2016)
Pulang (2016)
Rindu (2016)
Pukat (2010)
Burlian (2009)
Eliana
Amelia
#AboutLove
Berjuta Rasanya
Tentang Kamu
Autobiografi
Roro Mustika Wulan Suci
Roro Mustika Wulan Suci Lahir di Bogor Jawa Barat pada Tanggal 05
Januari tahun 2000, putri ke dua dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak H. Toto
Soeranto H.M dan ibu Ema S.
Latar belakang pendidikan yaitu tahun 2011 tamat Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Ciburial, tahun 2014 tamat sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Tugu
207, dan tahuan 2014 s/d 2017 bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Al-Ikhlas Cisarua Bogor.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam novel “Daun yang Jatuh Tak Akan Pernah Membenci Angin” ini
dapat disimpulkan hasil analisis tema, cerita, plot, penokohan, pelataran, penyudut
pandangan, bahasa, dan moral yang benar-benar terstruktur dalam novel ini pun
tersirat beberapa nilai-nilai yang patut dicontoh dari tokoh-tokoh yang ada dalam
novel tersebut.