Anda di halaman 1dari 12

Contoh Kritik Sastra Puisi

Puisi adalah sebuah karya sastra yang


yang muncul dari apa yang kita rasakan
dan dilampiaskan kedalam sebuah
bentuk tulisan yang indah.

Karya : Rizka Famela Meinanda

Kau..
Kau adalah pria yang
Membuat hatiku
Berdenyut kencang
Membuat pipi ku memerah
Membuat aku jadi tersipu malu saat bertemu,
Maklum sih ya kalau perempuan suka bawel
Tapi, entah kenapa saat bertemu langsung
Dan bertatap muka
Aku jadi malu, sampai aku menunduk
Di depan mu.

Sayangnya,
Sifat dan tingkahmu
Yang terkadang membuat hatiku hancur
Seperti ditusuk – tusuk sekencang kencangnya

Sampai akhirnya
Tangisan haru berubah menjadi tangisan
Sakit hati.
Kadang – kadang kamu itu suka cuek
Saaat bertemu denganku

Terkadang juga kamu itu care


Dan diam – diam memperhatikan ku
Selama aku kenal dengan mu
Aku tak tahu bicara apalagi
Yang jelas
Kebahagiaan yang pernah kita ciptakan
Bersama, sekarang hancur sudah.

Sebelum kita mengkritik puisi diatas ada beberapa hal yang harus kita kuasai
jika ingin mengkritik sebuah karya dengan baik dan benar.
Dalam mengkritik sebuah karya baik itu karya puisi , novel , dsb. Hal yang
harus kita kuasai adalah menahan diri kita untuk tahan baca dari apa yang akan kita
kritik. Karena bagian dari mengkritik adalah menganalisis apa yang ada dalam
karya tersebut. Kalian juga pasti tahu kan kritik sastra itu berhubungan dengan
pelajaran Bahasa Indonesia , dan hal yang menjadi ciri khas Bahasa Indonesia
adalah tahan baca. Oleh karena itu dalam mengkritik kuncinya yaitu tahan baca
dan bisa memahami dengan benar.
Langsung saja kita mulai mengkritik salah satu hal dari puisi di atas apa yang
kurang dari puisi tersebut.
1. Sebelum kita mulai membaca dan memahami apa isi dari sebuah karya yang
akan kita kritik yaitu melihat atau memaknai dari sebuah judul. Dari puisi diatas
yang saya ambil sebagai contoh kebetulan penyair tidak menyertakan judul dalam
karyanya. Nah, jadi dari hal yang mudah pun tanpa harus membaca panjang pajang
kita sudah menemukan apa yang kurang dari puisi tersebut bukan. Yaitu "judul" .
Lalu bagaimana kita sebagai kritikus untuk mengkritik puisi ini? Cukup mudah
kita cukup memberikan judul puisi tersebut. Nah , terkadang dalam menentukan
sebuah tema yang tepat dari sebuah karya kita harus memahami isi dari karya
tersebut bukan? Namun kali ini saya akan berbagi sedikit tips kepada kalian supaya
ketika kita hendak menentykan sebuah judul dari sebuah karya tidak harus
membaca semua yang ada dalam karya tersebut.

Caranya yaitu kita cukup membaca bagian paragraf awal dan paragraf terakhir.
Kemudian kalian pahami dan gabungkan apa yang tergambar dalam kedua
paragraf tersebut. Dan didalam puisi diatas yang menggambarkan keadaan atau
suasana pada paragraf awal dan akhir yaitu "Kebahagiaan yang telah
hancur". Mudah bukan? Pada dasarnya kita harus tahan baca jika ingin
mengkritik sebuah karya. Langsung saja saya akan memberikan kritik yang sudah
saya lakukan sebelumnya kepada kalian.

KRITIK SASTRA

Puisi merupakan suatu karangan bebas yang bisa diungkapkan dari apa
yang kita rasakan. Seseorang biasanya membuat sebuah puisi atas dasar
pengalaman yang pernah dialaminya ataupun hal yang pelum dialami.
Dalam membuat puisi ada banyak yang bisa dijadikan sebagai objek
untuk membuat sebuah puisi seperti alam , romantis , realitas , dan lain –
lain . Seperti pada contoh puisi yang telah ditulis oleh Rizka Famela
meinanda ini menggambarkan tentang perasaan cinta. Dalam penulisan
puisi ini sayangnya penyair kurang teliti ketika menuliskan huruf
kapital dan juga penggunaan kata yang kurang tepat , seperti kata“ditusuk
tusuk” pada kalimat “seperti ditusuk – tusuk sekencang – kencangnya”.
Pada kalimat tersebut seharusnya kata “ditusuk” tidak diulang agar kalimat
itu lebih menarik, dan juga pada puisi ini penyair tidak mencantumkan
judul sehingga menyulitkan pembaca dalam pemaknaannya, sebaiknya puisi
ini bisa diberikan judul“KEBAHAGIAAN YANG HANCUR” . Dalam
puisi ini penyair menggunakan kata kata yang mudah dimengerti oleh
pembaca sehingga pembaca dengan mudah untuk menafsirkan isi pokok
dari puisi ini.Puisi ini menggunakan rima a-b-c-d.

Puisi ini cukup menarik karena dalam puisi ini penyair


menceritakan kisah pahit dalam cintanya.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kalian terima


kasih telah berkunjung.... :)
Kompleksitas Tokoh Sarah dalam Cerpen Kurungan Sumbi Karya Benny Arnas

Oleh: Yuuki Airissa

Guna memenuhi tugas Kritik Sastra

Benny Arnas adalah seorang pengarang cerpen dalam jajaran sastrawan Indonesia yang karyanya
layak diperhitungkan. Lahir pada 8 Mei 1983. karya-karyanya tesebar di berbagai media. Selain
menulis cerpen, dia juga menulis puluhan antalogi. Beberapa pengharhaan dibidang sastra yang
sudah diraihnya antara lain; Balai Bahasa Cup (2009), Radar Pat Petulai Short-Story
Award (2009), Best Inspiring Story Writer (2009), Krakatau Awarrd for Poetry (2009), Batanghari
Sembilan Award for Literary (2009), Menpora Short-Story Awarrd (2010), and Krakatau Award for
Short-Story (2010). Dia juga diundang dalam even sastra Internasional, Ubud Writers &
Readers Festival, di Bali (2010). Dia juga tersmasuk satu dari 31 daftar penulis dalam acara Temu
Sastrawan Indonesia IV di Ternate (2011).

Salah satu cerpen karya Benny Arnas berjudul Kurungan Sumbi yang berkisah tentang euthanasia
dan talasemia yang diderita oleh seorang gadis berusia 18 tahun yang merupakan anak seorang
pejabat kaya bernama Sarah. Sebagai seorang anak yang kekuragan kasih sayang Sarah
melampiaskan rasa kesepiannya dengan cara merusak dirinya sendiri, jarang makan dan minum,
workaholic hingga sengaja menginsomniakan matanya. Hingga kecelakaan yang menyebabkan sarah
harus rela kaki kanannya diamputasi, kemudian perkenalan singkatnya dengan seorang pasien
leukimia yang berasal dari keluarga miskin yang bernama Sumbi. Sumbi banyak menceritakan
tentang dunia luar yang indah, membuat Sarah tenang dan nyaman berada di dekat Sumbi.

Pembaca akan merasa tertarik jika membaca cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas ini.
Bagaimana Benny memilih judul Kurungan Sumbi, padahal sosok Sumbi adalah sosok yang lemah,
namun mampu mempengaruhi dan merubah sifat Sarah yang arogan.

Dalam sebuah cerita tokoh tidak hanya sebagai pelaku cerita tetapi sekaligus pembawa pesan
pengarang. Tokoh lebih dinilai pada kualitas pribadi, sifat dan sikapnya, serta segala tindak lakunya,
pada kondisi ini posisi tokoh dalam dalam cerita sejajar dengan tokoh pada dunia nyata, seolah ia
merupakan manusia yang menjadikan tokoh cerita memiliki kualitas moral dan kerumitan tersendiri
seperti tokoh Sarah dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas.

Isi dan kerumitan tokoh Sarah yang dihadirkan Benny dalam cerpen Kurungan Sumbi ini menarik
untuk dibahas, “… Bukan karena aku ingin menuntut gadis itu atas kebihongannya, bukan pula
karena ingin menyampaikan empaty, aku hanya ingin mendengarkan ceritanya yang puitis…” karena
melalui kerumitan karakter tokoh Sarah tersebut Benny ingin menyampaikan sebuah pesan kepada
pembaca mengenai pelajaran hidup yang sederhana namun memberikan pengaruh dan efek yang
luar biasa besarnya terhadap pembaca. Kerumitan Sarah terlihat ketika Sumbi meninggal, Sarah
marah, kesal namun ingin tetap bertemu dengan Sumbi.

Tokoh tidak hanya sebagai pelaku cerita tetapi sekaligus pembawa pesan pengarang. Tokoh lebih
dinilai pada kualitas pribadi, sifat dan sikapnya, serta segala tindak lakunya, pada kondisi ini posisi
tokoh dalam dalam cerita sejajar dengan tokoh pada dunia nyata, seolah ia merupakan manusia
yang menjadikan tokoh cerita memiliki kualitas moral dan kerumitan tersendiri seperti tokoh Sarah
dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas .
Penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu cerita karya sastra. Ada 3 cara
yang dapat dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
Campuran ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik
dengan tujuan untuk saling melengkapi. Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan
watak tokoh secara langsung. Dramatik ialah cara pengarang untuk menggambarkan tokoh utama
secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara ini bisa melalui penggambaran
tempat tinggal, percakapan/dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap
tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.

Kompleksitas watak atau karakter tokoh Sarah sendiri digambarkan menggunakan cara campuran.
Yang pertam pengarang secara langsung menyatakan kalau Sarah mulai mogok makan, jarang
minum, workaholic, insomnia sejak orang tuanya sibuk dan tak punya waktu untuk Sarah. Setelah
kemunculan Sumbi perlahan-lahan karakter Sarah berubah menjadi terhibur, lebih tenang, dan
merasa bahagia, namun ketika Sumbi meninggal Sarah kembali ke karakter awalnya bahkan semakin
parah, secara tidak langsung kompleksitas Sarah terlihat dari penggambaran, “… Kau telah
membunuh Euthanasiaku. Aku akan dikurung lagi. Dipenjara yang baru yang aku akan bersusah
payag membunuh euthanasiaku…”

Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangatlah penting. Bukan hanya mencari nafkah untuk
anak-anak mereka, melainkan juga memberikan kasih sayang dan perhatian yang diperlukan oleh
anak-anak mereka. Dalam cerpen Kurungan Sumbi, diceritakan bagaimana tokoh Sarah yang
kekurangan kasih sayang sehingga mengalami depresi hingga mengidap euthanasia, hasrat ingin
mati.

Dari tokoh sarah pembaca dapat pelajaran bagaimana harus menyikapi dan memperlakukan seorang
anak yang kekurangan kasih sayang orang tuanya. Sekaya apapun dan seberapapun banyak uang
yang dimiliki tidak akan mampu membeli kebahagiaan seorang anak. Karena kasih sayang dari orang
tua itu sendiri yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak.

Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering seseorang yang kekurangan perhatian dan kasih sayang
akan merasa dekat dan tergantung dengan orang yang pengertian dan mau mendengarkan keluh
kesah kita. Seperti yang dialami oleh Sarah ketika bertemu Sumbi. Kepolosan dan pembawaan Sumbi
yang terkesan dewasa walaupun umurnya lebih muda dari Sarah membuat Sarah merasa nyaman
dan mempercayai semua kata-kata Sumbi.

Walaupun baru mengenal beberapa hari namun Sarah mempercayai semua kata-kata yang
diucapkan oleh Sumbi. Harusnya kita tidak boleh semudah itu percaya kepada orang yang baru
beberapa hari kita kenal, karena kita belum mengetahui sikap dan sifat asli orang tersebut agar
nantinya kita tidak menyesal.

Seperti Sarah yang menyesali dirinya yang dengan mudahnya percaya pada apa yang Sumbi katakan,
menelan semua kata-kata Sumbi tanpa berpikir tentang kelogisan dan kebenaran apa yang
dikatakannya, hingga dokter yang selama ini merawatnya mengganggapnya gila, terlihat dari
kutipan, “Tampaknya Sarah terkena semacam… gangguan kejiwaan.”

Cerpen Kurungan Sumbi memberikan banyak pelajaran, salah satunya kita tidak boleh langsung
mempercayai kata-kata orang lain begitu saja tanpa adanya bukti karena nanti kalau omongan orang
tersebut ternyata hanya bualan belaka kita sendiri yang akan menyesal dan merasa tertipu, padahal
salah kita sendiri juga yang dengan mudahnya mempercayai omongan orang lain, seperti Sarah yang
histeris setelah mengetahui bahwa Sumbi, teman sekamarnya di rumah sakit yang menceritakan
banyak hal menyenangkan dan indah yang ia lihat melalui tirai kamar mereka ternyata sudah
meninggal. Ternyata selain menderita leukimia Sumbi juga buta. Sarah syock dengan keadaan itu,
terlebih ketika tirai kamarnya dibuka, bukannya jendela yang memperlihatkan keindahan dunia luar
yang ia lihat, namun hanya sebuah dinding kosong belaka. Dan karena itu pulalah Sarah yang hampir
sembuh dari euthanasianya karena cerita yang dituturkan oleh Sumbi kembali harus menelan pil
pahit saat euthanasia yang hampir sembuh itu kembali menggelayutinya hanya karena kepergian
dan kebohongan seorang Sumbi.

Satu hal yang membuat Sarah bisa percaya begitu saja pada Sumbi adalah kesamaan nasib mereka
yang sama-sama tidak diperhatikan oleh orang tua masing-masing. Bila Sarah tak diperhatikan oleh
orang tuanya karena orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka, Sumbi sama sekali tidak
diperhatikan oleh ke-2 orang tuanya, orang tua Sumbi sama sekali tidak pernah menjengguk Sumbi
selama Sumbi dirawat di rumah sakit, mereka hanya mengantar Sumbi ke rumah sakit lalu
memasrahkan semuanya kepihak rumah sakit.

Kerumitan tokoh Sarah dalam cerpen Kurungan Sumbi karya Benny Arnas juga terlihat dari kutipan,
“… bukan karena aku ingin menuntut gadis itu atas kebohongannya, bukan juga karena ingin
berempati atas ketunanetraanya…”. Melalui kutipan tersebut Benny selaku penulis ingin
menunjukkan sisi rumit dalam diri Sarah, antara marah, kesal, benci, sedih namun membutuhkan
keberadaan Sumbi disekitarnya.

Sama seperti halnya kita pada umumnya, ketika kita dibohongi dan ditipu oleh orang yang kita
percaya, pasti dalam diri kita muncul perasaan kesal, marah, sebal, benci, namun juga butuh
kehadiran orang tersebut sehingga membuat kita binggung sendiri dengan apa yang sebenarnya kita
ingin lakukan, sikap yang bagaimana yang ingin kita tunjukkan untuk mengekspresikan perasaan kita
yang rumit tersebut. Hal itu digambarkan oleh Benny dengan sangat baik melalui tokoh Sarah.

Kerumitan tokoh Sarah dimulai dari penyakit kejiwaan euthanasia atau hasrat ingin mati yang
disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sendiri, kemudian
kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanannya harus diamputasi serta penyakit talasemia yang
dideritanya sejak kecil membuat hidup gadis berusia 18 tahun itu berantakan, kemudian
pertemuannya dengan Sumbi yang sedikit demi sedikit mampu menyembuhkan euthanasianya,
namun kemudian penyakit itu kembali menghantui Sarah, bahkan dokter memvonisnya gila ketika
Sarah tahu bahwa apa yang dikatakan oleh Sumbi semuanya adalah bohong, Sarah pun semakin
histeris dengan kenyataan bahwa Sumbi telah meninggal.

Pembaca dapat mengabil banyak hal setelah membaca cerpen karya Benny Arnas yang berjudul
Kurungan Sumbi yang sebenarnya menceritakan pengarus seorang gadis buta terhadap orang lain,
dalam hal ini tokoh Sarah. Sarah yang histeris seolah-olah terkurung dalam bayang-bayang Sumbi,
teman sekamarnya di rumah sakit tempatnya di rawat.

Memang agak rumit untuk bisa memahami isi keseluruhan dari cerpen tersebut, terutama karakter
Sarah yang memang sedikit rumit dan membingungkan. Namun apabila kita jelih dalam membaca
cerpen tersebut banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil. Misalnya mengenai pentingnya
tumbuh dalam sebuah keluarga yang penuh dengan kasih sayang, walaupun waktu yang terbatas
namun setidaknya sebuah keluarga yang mendapatkan curahan kasih sayang dari orang tua tidak
akan membuat seorang anak merasa kesepian.
KRITIK SASTRA NOVEL MERPATI BIRU

Kritik Sastra Terhadap Novel Merpati Biru Karya Achmad Munif

Sri Utari/ 13010113120037/ A

Sastra adalah karya yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan,
kehidupan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,1990: 17).

Kriteria utama yang dikenalkan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran atau apa saja
yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca
dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai
dengan hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2002: 26).

Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga guna menambah
pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang memiliki sifat imajinatif, kita
berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa
adalah novel (Noor, 2009:5).

Disini saya akan mengkritik sebuah karya sastra yang tergolong kedalam prosa yaitu novel. Novel
yang akan saya kritik disini adalah novel yang berjudul Merpati Biru karya Achmad Munif. Novel ini
merupakan sebuah novel yang mengungkap problem-problem sosial yang terjadi di masyarakat
(khususnya masyarakat kota).

a. Data Teks yang Dikritik

Sebelum saya mengkritik novel Merpati Biru, saya akan menganalisis unsur-unsur yang terdapat
dalam novel tersebut. Unsur-unsur intrinsic yang terdapat dalam novel Merpati Biru adalah:

1. Tema : Realitas kehidupan social

Bukti dari tema tersebuat adalah diceritakan seorang mahasiswi yang terjebak menjadi pelacur
karena himpitan ekonomi.

2. Latar

Latar terbagi atas tiga yaitu latar waktu, tempat, dan suasana.

A. Latar tempat

Dalam novel ini diceritakan latar tempatnya lebih banyak di kampus tepatnya di daerah
Yogyakarta, Jawa Tengah, diselingi cerita cerita yang menggambarkan sang tokoh berada di rumah.
Terbukti dalam penggalan cerita “Ken Ratri adalah mahasiswi semester akhir di jurusan Psikologi
Universitas Nusantara di Yogyakarta.”

“Sampai pada suatu hari, kampus dihebohkan dengan terbitan tabloid “Suara Mahasiswa” yang
membahas tentang mahasiswi yang suka "nyambi". Pemberitaan ini tentu menjurus pada Ken Ratri,
Lusi, dan Nanil. Awalnya mereka tidak ambil pusing dengan berita-berita tersebut, mereka memilih
tidak perduli dan bersikap tenang. Namun lama-kelamaan, kabar tentang mereka semakin
membesar dan menjadi perhatian utama kampus, mereka tentu cemas akan hal itu.”

B. latar waktu, dalam novel ini terdapat latar waktu yaitu ketika pagi, siang dan malam hari.

C. Latar Suasana, latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang
muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah
yang menjelaskan suasana dalam novel.

a) Suasana Sedih

Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah “Awalnya kehidupan Ken bisa
dibilang sempurna dengan keluarga yang bahagia, ayahnya adalah seorang pengusaha kecap sukses.
Sampai pada suatu hari kehidupannya berbanding terbalik karena bisnis kecap milik ayahnya
bangkrut, hal ini menjadikan keluarganya menjadi tak karuan, ayahnya jatuh sakit akibat terlalu
meratapi nasibnya, ibunya pun jauh lebih parah harus dirawat di rumah sakit jiwa akibat terlalu
setres.”

b) Suasana Senang

Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat “Ken Ratri jatuh cinta
dengan Satrio dan Satrio mau menerima keadaan Ken Ratri. Kemudian selepas kejadian-kejadian
tersebut kehidupan Ken menjadi lebih baik, meskipun jalan menju taubat itu susah, masih banyak
orang yang menganggap Ken masih sama dengan Ken yang dahulu dengan mengolok-oloknya, Ken
lebih nyaman dengan hidupnya yang sekarang, hatinya menjadi lebih tentram. Disamping itu
dukungan dari keluarga juga teman-temannya yang selalu mengalir menjadikannya lebih hidup,
terlebih dari Satriyo yang tetap setia disampingnya bahkan lebih serius terhadapnya dengan
mengenalkannya kepada orang tua Satriyo.”

c) Suasana Cemas

Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah Sampai pada suatu hari,
kampus dihebohkan dengan terbitan tabloid “Suara Mahasiswa” yang membahas tentang mahasiswi
yang suka "nyambi". Pemberitaan ini tentu menjurus pada Ken Ratri, Lusi, dan Nanil.

3. Alur : Alur Maju

Bukti bahwa cerita novel ini menggunakan alur maju adalah tersusun sangat rapi dan maju
kedepan, peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis berdasarkan waktu kejadiannya, akan tetapi
tidak jarang ada terjadi pengulangan kembali (Flashback) untuk memperjelas permasalahan
pokoknya.Novel ini juga mampu mengangkat realitas yang ada disekelilingnya tanpa berprestasi
untuk mengangkat diri sebagai yang paling benar.

4. Amanat

Dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pelajaran yaitu, sesuatu profesi yang kita
lakukan pasti akan membawa dampak bagi kita, sehingga kita harus lebih membentengi diri agar
tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Kemudian, kita tidak boleh menilai dari satu sisi saja, karena
pada dasarnya setiap orang punya sisi baik dibalik kekurangannya.

5. Penokohan atau Tokoh :

a) Ken ratri : seorang wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya, pahlawan keluarga.
Penyayang keluarga, wanita yang tegar dan kuat.

“Keadaan ini menjadikannya harus berperaan sebagai tulang punggung keluarga demi
membiayai kedua orang tuanya dan juga adiknya, Maya, yang masih bersekolah. Namun jalan yang
dipilih Ken untuk membiayai keluarganya menyimpang dari norma yang ada di masyarakat, ia
memilih menjadi "ayam kampus" atau pun sering disebut sebagai pelacur.”

b) Satrio: sabar , penyayang, bersifat toleran.

Terbukti dalam penggalan cerita berikut:

“Terlebih dari Satriyo yang tetap setia disampingnya bahkan lebih serius terhadapnya dengan
mengenalkannya kepada orang tua Satriyo.”

c) Fred dan Hanafi

Bersifat pura-pura baik, untuk menutupi kejahatan, atau orang yang ingin menebus ke salahan
namun ternyata membuat kesalahan baru.

d) Maya

Penyayang, pengertian, penyemagat.

Terbukti dalam penggalan cerita bahwa Maya memberikan dukungan kepada Ken untuk keluar dari
dunia gelap menjadi seorang pelacur, meskipun awalnya ia marah kepada Ken namun lama
kelamaan Maya mulai memahami mengapa Ken mau bekerja sebagai pelacur.

6. Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu sudut pandang orang ketiga karena
penceritaan penulis menggunakan nama-nama tokoh. Tokoh Ken Ratri di sini paling dominan dan
tokoh Ken Ratri merupakan tokoh utama.

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Merpati Biru mampu menimbulkan suasana yang
beragam. Gaya yang digunakan sangat menarik karena penggunaan metafora dan deskripsi hampir
dapat ditemukan pada setiap bab. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan penataan kalimat sehubungan
dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan
gaya bahasa itu karena, pengarang ingin berusaha meyakinkan, berusaha memahami kondisi yang
terjadi. Gaya bahasa itu telah berhasil menggambarkan watak, setting, serta alur dengan begitu
kuat.

Selain unsur-unsur intrinsik yang mempengaruhi novel ini ada juga unsur-unsur ekstrinsik yang
terdapat dalam novel Merpati Biru ini yaitu sebagai berikut:
a. Latar Belakang Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Terdapat latar
daeraj Yogyakarta yang dipakai dalam cerita novel tersebut.

b. Latar Belakang Sosial dan Budaya

Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial, misalnya profesi wanita penghibur banyak di temui
di kota-kota besar. Apalagi profesi ayam kampus yang marak dilakukan mahasiswi yang mempunyai
masalah ekonomi.

c. Latar Belakang Religi (agama)

Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pada cerita yang
menggambarkan seorang pelacur yang ingin bertobat dengan cara meminta ampunan ketika ia
solat.

d. Latar Belakang Ekonomi

Sebagian masyarakat pasti punya masalah ekonomi. Ketika seseorang memiliki masalah tersebut,
ada sebagian yang melakukan jalan pintas untu mengatasinya. Salah satunya ialah dengan menjalani
profesi sebagai wanita penghibur, entah itu yang terlihat jelas maupun tidak.

b. Synopsis cerita

Dalam novel ini diceritakan seorang gadis bernama Ken Ratri yang berprofesi sebagai merpati biru
atau pelacur. Ken adalah seorang mahasiswi yang terpaksa melakoni profesi tersebut karena
terdesak kebutuhan ekonomi. Namun profesinya itu dirahasikan dari keluarga dan teman
kampusnya. Suatu ketika rahasianya terbongkar. Ken Ratri berusaha untuk meninggalkan dunia
kelamnya itu, dan berusaha memperbaiki diri. Atas dukungan orang-orang di sekitar, Ken berhasil
keluar dari dunianya yang kelam dan melanjutkan hidupnya.

c. Sudut Pandang Kritikus

Setelah melakukan analisis pada novel Merpati Biru maka dapat dilakukan penilaian yaitu tentang
kelemahan dan kelebihan pada novel tersebut.

Kelemahan pada novel ini adalah Latar yang digunakan kurang vairiatif. Kemudian, bahasa yang
digunakan tetap bahasa Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah (Bahasa Jawa) yang
dimana tempat kejadiannya adalah daerah Yogyakarta dan Mojokerto . Sehingga mungkin sedikit
membingungkan pembaca. Walaupun novel ini mempunyai kelemahan tetapi novel ini juga memiliki
kelebihan yaitu novel ini benar benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang sedang memiliki
masalah ekonomi, hendaknya tidak terjun ke dunia hitam. Karena jika sudah terbelenggu akan susah
untuk keluar, dan kurang dihormati masyarakat, dan dianggap sebelah mata.. Dalam hal organisasi
novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan
rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit. Kita dapat
mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cerita perjuangan seorang
gadis yang berusaha keluar dari dunia kelamnya.

Novel Merpati Biru ini, menunjukkan bahwa setiap perbuatan seseorang pasti punya alasan tertentu
yang mendasarinya, dan perjuangan seorang gadis (penghibur) yang akhirnya dapat keluar dari
dunia kelamnya harus dijadikan pembelajaran. kita tidak boleh menghalalkan segala cara demi
memenuhi kebutuhan ekonomi kita.

Secara keseluruhan novel Merpati Biru karya Achmad Munif ini menggunakan alur maju. Rangkaian
peristiwa dimulai dengan melukiskan keadaan awal sampai penyelesaian. Penokohan dalam novel ini
menggunakan teknik analitik dan dramatik yaitu pelukisan tokoh digambarkan secara langsung dan
tidak langsung.

Latar yang ditampilkan meliputi latar tempat, waktu, dan sosial. Latar disebutkan secara eksplisit
dalam cerita maupun secara implisit tergambar lewat keadaan.

Tema novel ini yaitu realitas social yang terjadi di masyarakat, yang menceritakan perjuangan
seorang pelacur untuk keluar dari kehidupannya yang gelap.

Keterjalinan struktur novel Merpati Biru ini dibangun lewat kepaduan dan hubungan yang logis
antara alur, tokoh, latar, serta tema dan amanat.

Problem-problem sosial yang terkandung di dalamnya meliputi pelacuran, disharmoni keluarga, dan
kejahatan. Pelacuran dan kejahatan yang terjadi disebabkan karena tuntutan ekonomi dan juga
karena ingin mendapatkan status sosial yang tinggi di masyarakat. Disharmoni keluarga yang terjadi
disebabkan karena kurangnya perhatian antar-anggota keluarga dan kasus yang menimpa keluarga
tersebut.

d. Masalah yang Dipandang Penting dalam Novel Merpati Biru

a) Respon pengarang terhadap pelacuran. Pengarang menyarankan agar mahasiswi jangan sampai
mengambil jalan pintas untuk mencukupi kebutuhannya,

b) Respon pengarang terhadap disharmoni keluarga. Disharmoni keluarga yang kerap terjadi
banyak disebabkan oleh kurangnya komunikasi antar anggota keluarga,

c) Respon pengarang terhadap kejahatan. Apa pun status sosial seseorang tidak memberikan
jaminan bahwa ia selalu baik, karena dalam diri manusia selalu tersimpan potensi kejahatan dan
kebaikan

e. Simpulan

Novel Merpati Biru karya Ahmad Munif ini merupakan sebuah novel yang mengangkat tema realitas
kehidupan social masyarakat. Novel ini menonjolkan cerita kehidupan seorang mahasiswi yang
memiliki pekerjaan sambilan sebagai seorang pelacur yang berusaha untuk keluar dari dunia
kelamnya.

Kelemahan pada novel ini adalah Latar yang digunakan kurang vairiatif. Kemudian, bahasa yang
digunakan tetap bahasa Indonesia tetapi tidak jarang kita jumpai bahasa daerah (Bahasa Jawa) yang
dimana tempat kejadiannya adalah daerah Yogyakarta dan Mojokerto . Sehingga mungkin sedikit
membingungkan pembaca.

Kelebihan dari novel ini, memberikan inspirasi bagi siapa saja yang sedang memiliki masalah
ekonomi, hendaknya tidak terjun ke dunia hitam.

Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan
dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-
belit. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cerita
perjuangan seorang gadis yang berusaha keluar dari dunia kelamnya.

Secara keseluruhan novel Merpati Biru karya Achmad Munif ini menggunakan alur maju. Rangkaian
peristiwa dimulai dengan melukiskan keadaan awal sampai penyelesaian. Penokohan dalam novel ini
menggunakan teknik analitik dan dramatik yaitu pelukisan tokoh digambarkan secara langsung dan
tidak langsung.

Latar yang ditampilkan meliputi latar tempat, waktu, dan sosial. Latar disebutkan secara eksplisit
dalam cerita maupun secara implisit tergambar lewat keadaan.

Keterjalinan struktur novel Merpati Biru ini dibangun lewat kepaduan dan hubungan yang logis
antara alur, tokoh, latar, serta tema dan amanat.

Terdapat hal-hal yang menarik yang dapat ditemukan dalam novel ini, seperti problem-problem yang
ada dalam masyarakat, meliputi pelacuran, disharmoni keluarga, dan kejahatan. Pelacuran dan
kejahatan yang terjadi disebabkan karena tuntutan ekonomi dan juga karena ingin mendapatkan
status sosial yang tinggi di masyarakat. Disharmoni keluarga yang terjadi disebabkan karena
kurangnya perhatian antar-anggota keluarga dan kasus yang menimpa keluarga tersebut

Benar-benar sulit menebak “senja” dalam cerpen karya Seno ini. Romansa cinta, indahnya senja, dan
kata-kata romantis benar-benar dapat membalut suatu amarah dan luapan emosi Seno terhadap
rayap-rayap pemerintahan yang sudah rapuh pada masa itu. Serasa tepat memang jika Seno
menggunakan senja sebagai suatu simbol yang sarat akan makna. Senja memang indah, namun
keindahan yang hanya sementara. Ia adalah batas dari terang menuju gelap. Tak seindah nama dan
pemandangannya, senja selalu membawa kegelapan. Akan lucu jadinya bila seno menggunakan kata
“fajar” atau “subuh”, tak akan seindah senja dan tak akan tergurat makna yang mendalam seperti
senja.

Anda mungkin juga menyukai