Anda di halaman 1dari 9

Tugas Akhir Modul 6 Profesional

Nama : Tamsir
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Soal

1. Berilah 2 contoh kegiatan apresiasi sastra yang menunjukkan seseorang telah memiliki
tingkat apresiasi aplikasi!
2. Temukan makna puisi "Derai-Derai Cemara" Karya Chairil Anwar berikut ini!

DERAI- DERAI CEMARA


Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949
3. Bacalah teks anekdot berikut ini. Lalu, temukan makna keseluruhannya!

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.
Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk,
Tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu sebabnya."
Udin : "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."
Tono : "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."
Udin : "Loh, apa hubungannya."
Tono : "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin : "???"

Sumber: http://bloggerapik1.blogspot.co.id (dengan


penyesuaian)
4. Buatlah sinopsis dari naskah drama berjudul Bapak karangan B. Soelarto!

Jawab

1. Apresiasi sastra dalam tingkat aplikasi, dapat diidentifikasi dengan adanya upaya
menerapkan dan melibatkan karya sastra dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan
bahkan sampai memproduksi karya sastra.

Contoh 1 : Seorang kepala sekolah/kepala desa saat memberi sambutan di


depan para undangan, selalu memasukkan unsur-unsur sastra, seperti
membacakan sebuah pantun sebagai pembuka dan penutup kata sambutan.
Guru tersebut aktif mengumpulkan hasil-hasil karya siswa, seperti cipta
cerpen, cipta puisi.

Contoh 2 : Seorang siswa aktif bersastra misalnya menulis cerpen, novel, puisi, dan
sebagainya. Misalnya dalam kegiatan lomba sastra dan materi pelajaran
berkaitan sastra.
2. Makna puisi “Derai-Derai Cemara” karya Chairil Anwar

A. Unsur Intrinsik
Tema
Perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa lalu

Rasa
Sedih

Nada
Iba atau merengek

Amanat
Kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap manusia akan
mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai.

Diksi
Diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin, sehingga
pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh pengarang.

Imajinasi
Imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun menggunakan
kata-kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca.

Kata-kata konkret
Kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama, tetapi secara konotatif tidak sama,
bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.

Gaya bahasa
Bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan
kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan

Irama
Irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah
Rima
Unsure bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi,
dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi tersebut.

Makna Puisi “Derai-Derai Cemara


Pembacaan Heuristik
Kata Derai-derai yang digunakan penulis untuk judul sajak mempunyai arti
berjatuhan atau berguguran yang biasanya digunakan untuk menyebut beberapa
macam tumbuhan atau dedaunan yang sebelumnya masih berada pada sebuah pohon.
Cemara merupakan jenis pohon yg berbatang tinggi lurus seperti tiang, daunnya
kecil-kecil sepertt lidi, nama ilmiahnya adalah Casuarina Eqnisetifolia

Cemara menderai sampai jauh, cemara dijelaskan pada bait sebelumnya merupakan
sebuah jenis pohon yang berbatang tinggi lurus seperti tiang yang daunnya kecil-
kecil seperti lidi. Menderai dapat digunakan sebagai sebuah gambaran guguran atau
dedaunan yang berjatuhan. Jauh menggambarkan sebuah jarak yang atau panjang
antaranya tidak dekat. Terasa dapat diartikan suatu suasana yang dialami oleh pelaku,
hari dapat diartikan waktu selama matahari menerangi tempat kita (dari matahari
terbit sampai matahari terbenam). Menjadi malam menunjukkan suasana perubahan
situasi, malam diartikan waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit. Ada
beberapa menunjukkan jumlah yang tidak tentu banyaknya. Lebih dari dua tetapi
tidak terlalu banyak. Dahan adalah salah satu bagian dari pohon yang tumbuh
mencuat dan menyamping, beranting dan berdaun. Tingkap merupakan salah satu
jendela yang teltetak diatap atau di dinding pada sebuah rumah yang memiliki
banyak nama. Merapuh berasal dari kata dasar rapuh yang berarti sudah lemah,
rusak, tidak kuat lagi. Memperoleh penambahan prefiks yang mempunyai arti sebuah
proses menuju rapuh. Dipukul adalah sesuatu yang dialami oleh subjek yaitu pukulan
dengan sesuatu alat yang berat. Angin adalah gerakan udara dr daerah yg bertekanan
tinggi ke daerah yg bertekanan rendah. Terpendam diartikan sesuatu yang tertanam,
biasanya didalam tanah atau dapat juga dengan sesuatu yang lain.

Sekarang menunjukkan waktu saat ini atau saat yang sedang terjadi. Bisa berarti
dapat atau mampu dan tahan berarti tetap keadaannya (kedudukannya dsb) meskipun
mengalami berbagai-bagai hal. Sudah berarti telah terjadi. Beberapa menunjukkan
jumlah yang tidak tentu jumlahnya yang lebih dari dua namun tidak terlalu banyak.
Waktu mempunyai arti seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan
berada atau berlangsung. Bukan kanak-kanak lagi. Bukan berarti berlainan dengan
sebenarnya. Kanak-kanak berarti periode perkembangan anak masa prasekolah (usia
antara 2-6 tahun). Dulu berarti dahulu yaitu waktu sebelum sekarang tapi dengan
jangka yang cukup lama. Suatu bahan yang dimaksudkan adalah barang yg akan
dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal; atau sesuatu yg dapat dipakai atau
diperlukan untuk tujuan tertentu, spt untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar,
memberi ceramah. Bukan merupakan menunjukkan negasi atau penyebutan sesuatu
yang bukan sebenarnya. Dasar diartikan sebuah pokok atau pangkal suatu pendapat
sedangkan perhitungan mempunyai arti tentang pertimbangan mengenai sesuatu.
Kini menunjukkan waktu sekarang atau saat ini atau waktu dekat dengan sekarang.

Hidup diartikan sebagai sebuah keadaan yang masih tetap ada, bergerak dan
berfungsi sebagai manusia. Kata ini identik digunakan pada manusia hewan atau
tumbuh-tumbuhan. Hanya berarti Cuma atau menyebutkan sesuatu yang dianggap
sepele atau tidak penting. Menunda berarti mengundurkan waktu pelaksanaan (yang
sudah direncanakan sebelumnya). Kekalahan berarti sebuah situasi yang buruk,
berada pada satu pihak yang dikategorikan lebih lemah. Terasing mempunyai arti
terpisah dari yang lain atau dalam suatu keadaan yang terdiskriminatif. Cinta berarti
sebuah perasaan yang manusiawi dimiliki manusia yang ditujukan kepada lawan
jenis atau merupakan sebuah ungkapan sayang. Sekolah rendah menunjukkan jenjang
pendidikan yang terbatas, mungkin hanya tingkat sekolah dasar yang dianggap lebih
rendah dibandingkan dengan lulus SMA.

Sebelum menunjukkan waktu ketika belum terjadi atau lebih dahulu dari suatu
kejadian. Akhirnya berarti kesudahannya atau memberikan kesimpulan terhadap
sebuah wacana yang letah dijabarkan sebelumnya. Menyerah berarti berserah pasrah,
tidak mampu berbuat apa-apa.

Pembacaan Hermeneutik
Derai-derai cemara yang dipakai pengarang untuk judul sajak merupakan gambaran
dari daun-daun cemara yang berguguran yang mempunyai makna tentang runtuhnya
harapan tokoh sajak. Diawal kalimat menceritakan tentang cemara, cemara
merupakan suatu jenis pepohonan dengan daun yang kecil dan meruncing.
Digambarkan dengan suasana sore hari (hampir malam) dan beberapa dahan
merapuh diterjang oleh angin malam. Merupakan penggambaran diri manusia yang
mulai merapuh, dan suasana yang hamper malam menggambarkan tengtang
kesadaran tentang perjalanan hidup yang pasti akan selalu berakhir dan semua yang
bernyawa pasti akan mati.

Bait kedua menggambarkan kedewasaan tokoh aku, yang digambarkan dari kalimat
sudah berapa waktu aku bukan kanak lagi. Penggambaran tentang pandangan si
tokkoh aku yang terjadi saat dia masih kanak dan tpandangan itu tidak relevan lagi
ketika dia telah beranjak dewasa atau meninggalkan masa kanak-kanaknya.

Bait ketiga merupakan penggambaran si tokoh aku tentang sebuah keterasingan. Kata
jauh menggambarkan tentang cita-cita si tokoh aku yang cemerlang, akan tetapi pada
kenyataannya hidup selalu penuh penderitaan dan jauh dari apa yang diharapkan oleh
si tokoh aku. Kalimat Hidup hanya menunda-nunda kekalahan merupakan sebuah
penggambaran tentang keputusasaan tokoh, semacam kesimpulan yang diutarakan
dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri
manusia yang memisahkannya dari masa lalunya.

Matriks, model, dan varian puisi Derai-derai cemara


Secara umum, puisi Derai-derai cemara merupakan penggambaran sebuah kesadaran
tentang sebuah perjalanan hidup manusia dan rapuh. Setiap perjalanan manusia pasti
akan berakhir. Semua yang bernyawa pasti akan mati apabila telah tiba pada
waktunya.

Varian yang pertama merupakan keseluruhan bait pertama (//Cemara menderai


sampai jauh / Terasa hari akan jadi malam / Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
/ Dipukul angin yang terpendam //) Pohon cemara menggambarkan tentang sesuatu
yang lemah, rapuh, sesuai dengan bentuk daun cemara yang kecil, meruncing mudah
terhempas oleh angin yang bertiup. Malam identik dengan kesunyian, kegelapan,
waktu istirahat dan akhir dari sebuah kejadian. Angin memberikan gambaran tentang
segala cobaan dan kepahitan dalam hidup, yang menghempas kehidupan si tokoh
pusi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bait pertama memberikan gambaran tentang
akhir dari sebuah perjalanan hidup. Merupakan sebuah kesadaran tentang segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini penuh dengan cobaan dan semua yang ada didunia
ini pasti akan berakhir, semua yang bernyawa juga pasti akan mati.

Varian kedua (//Aku sekarang orangnya bisa tahan / Sudah beberapa waktu bukan
kanak lagi / Tapi dulu memang ada suatu bahan / Yang bukan dasar perhitungan kini
//) tokoh puisi merupakan sosok yang telah meninggalkan masa lalunya, masa kanak-
kanaknya dan telah menunjukkan kedewasaannya. Tokoh puisi telah mempunyai
suatu cita-cita atau pandangan hidup pada masa kecilnya, akan tetapi apa yang dicita-
citakan pada waktu kecil tidak terjadi pada masa sekarang, dan pandangan tentang
hidupnya telah berbeda dari apa yang pernah dia pikirkan waktu dia masih kanak-
kanak.
Varian ketiga (//Hidup hanya menunda-nunda kekalahan / Tambah terasing dari cinta
dan sekolah rendah / Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan / Sebelum pada
akhirnya kita menyerah//) kata-kata hidup hanya menunda-nunda kekalahan seolah
terasa asing ditelinga, biasanya kita mengenal menunda-nunda kemenangan.
Kekalahan digambarkan sebagai suatu symbol kepasrahan dan sangat identik dengan
keputusanaan. Penderitaan , bahkan kematian. Cita-cita si tokoh puisi pada masa
lampaunya yang begitu cemerlang namun tokoh puisi selalu mengalami penderitaan
dalam hidupnya. Nampak dari kata terasingkan yang digunakanyang menceritakan
tentang rencana si tokoh tentang cita-citanya namun berbeda dengan apa yang
diharapkan sehingga membawa dia ke dunia yang dianggap asing dan pada akhirnya
berujung pada keputusasaan, kematian.

Dapat didimpulkan, puisi Derai-derai Cemara merupakan ungkapan tentang


perjalanan seorang tokoh puisi yang hidupnya penuh penderitaan, dia sempat
mempunyai cita-cita yang cemerlang pada masa kecilnya namun pada kenyataannya
hidupnya mengalami kepahitan dan penderitaan,sehingga membawa pada sebuah
keterasingan dan menyadarkan tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti
akan berakhir dan segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati.

Hipogram Puisi Derai-derai Cemara


Secara intertekstual Puisi Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar mepunyai
kesamaan ide dengan novel Olenka yang ditulis oleh Budi Dharma. Novel Olenka ini
mengangkat tema ketidakberdayaan manusia atas takdir yang terjabar dalam berbagai
peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Fanton Drummond, Olenka, Wayne
Danton, dan Mary Carson menunjukkan bahwa mereka hanyalah boneka bagi
ketentuan takdir. Sikap Budi Darma terhadap adanya kekuasaan takdir ini terangkum
juga dalam pernyataan Fanton Drummond setelah gagal mendapatkan Olenka
maupun Mary Carson. tokoh utamanya (Fanton Drummond, Olenka, Wayne Danton)
adalah tokoh yang mengalami kesepian, kesunyian, dan keterasingan dari pergaulan
masyarakat kota besar. Fanton Drummond merasa kesepian sehingga begitu
berkenalan dengan Olenka, bayangan Olenka terus mengikutinya. Ia pun bertekad
memperistri Olenka meskipun Olenka telah bersuami dan beranak. Olenka dan
Wayne merasa kesepian karena kehidupan rumah tangga mereka tidak harmonis.
Keterasingan tampak dalam tokoh Wayne dan Steve yang selalu mengucilkan diri
dari pergaulan sesama. (Siswanto.163-172 )
Dari sajak tersebut hanya dua baris yang masuk ke dalam Olenka, yaitu “Hidup
hanya menunda kekalahan” dan “Sebelum pada akhirnya kita menyerah” (bait
ketiga). Di dalam Olenka ungkapan tersebut ditampilkan untuk mendukung suasana
ketika Olenka hendak pergi meninggalkan Fanton (subbagian 1.12, hlm. 55–60).
Sebelum Olenka meninggalkan Fanton, tergambarlah suasana seperti berikut.

‘Sekonyong-konyong dia menangis. Saya tidak tahu apa sebabnya, dan tidak sampai
hati untuk menanya-kannya. Kemudian dia mengatakan bahwa hidupnya adalah
serangkaian kesengsaraan. Bukan hanya perka-winannya saja yang hancur, akan
tetapi juga seluruh hidupnya. Dia menyesal mengapa dia tidak mati ketika dia masih
bayi, atau paling tidak ketika dia masih kanak-kanak, pada waktu dia masih lebih
banyak mempergunakan instinknya daripada otaknya. Sekarang sudah terlambat
baginya mati tanpa merasa takut menghadapinya. Hidupnya bukan hanya menunda
keka-lahan, akan tetapi juga kehancuran, sebelum akhirnya dia menyerah.’ (hlm. 60)
Tampak bahwa dua baris sajak Chairil Anwar tersebut dimanfaatkan untuk
membangun suasana tertentu agar kesengsaraan dan kehancuran hidup Olenka –
sebelum dia akhirnya menyerah– terasa lebih dalam. Hanya saja, di dalam gambaran
tersebut terasa ada semacam “manipulasi” atau “penyelewengan” makna sajak. Atau,
dalam konteks itu terasa ada perbedaan yang mendasar antara apa yang dimaksudkan
penyair dalam sajak dan apa yang dimaksudkan pengarang dalam novel. Akan tetapi,
justru karena itulah, hubungan Olenka dengan sajak “Derai-Derai Cemara” karya
Chairil Anwar tidak sekedar bersifat transformatif atau hipogramatik, tetapi juga
dialektis.

Benar bahwa dua baris sajak tersebut baik oleh penyair dalam sajak maupun oleh
novelis dalam novel sama-sama dipergunakan untuk menggambarkan betapa dalam
“penyerahan diri” manusia kepada Tuhan. Akan tetapi, aku lirik di dalam sajak
digambarkan lebih tenang dan lebih dewasa dalam menghadapi segala hal, termasuk
ketika ia harus menghadapi kematian. Sementara itu, di dalam novel, Olenka justru
digambarkan sebagai figur yang penuh rasa sesal. Olenka merasa bahwa hidupnya
hanyalah serangkaian kesengsaraan sehingga ia menyesal mengapa tidak mati saja
ketika dirinya masih bayi. Itulah sebabnya, ia merasa takut dan cemas menghadapi
kematian. Hal ini berbeda dengan sikap aku lirik di dalam sajak. Ungkapan “Aku
sekarang orangnya bisa tahan” dan “Sudah lama bukan kanak lagi” menunjukkan
bahwa aku lirik telah sadar dan siap menghadapi segala hal. Oleh sebab itu, ia sadar
pula bahwa “hidup hanya menunda kekalahan”, karena bagaimanapun kita (manusia)
pasti kalah, sehingga apa pun yang terjadi harus “diserahkan” sepenuhnya kepada
Tuhan. Kalau sudah demikian, tidak perlu takut walaupun kematian segera
menjemput.
Telah dikatakan bahwa di dalam konteks novel telah terjadi “penyelewengan” makna
sajak. Kalau tindakan “penyerahan diri” di dalam sajak didukung oleh sikap penuh
optimistik akibat dari penerimaannya terhadap adanya proses perubahan yang tidak
terelakkan dalam diri manusia, tindakan “penyerahan diri” di dalam novel justru
disertai dengan sikap dan rasa pesimistik akibat dari ketidaksadarannya akan proses
perubahan dalam hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gambaran
“penyerahan diri” Olenka (kepada Tuhan) hanya ditampilkan sebagai sebuah
gambaran “penyerahan semu”.

3. Makna anekdot “Dosen yang juga Menjadi Pejabat”


Para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan
jabatan. Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanya menyindir para pejabat yang
tidak mau atau takut kehilangan jabatannya, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar para
pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis,
hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh orang lain.

4. Sinopsis dari naskah drama berjudul Bapak karangan B. Soelarto

BAPAK

Drama ini berlatar Kota Yogyakarta tahun 1949. Tokoh Bapak (51 tahun) adalah orang
tua tunggal dari tokoh Si Sulung dan Si Bungsu. Drama ini diawali dengan tokoh Bapak
yang terkejut oleh kedatangan Si sulung yang telah lama merantau. Situasi Republik saat
itu sangat kacau karena tentara kolonial melancarkan agresi militer kedua. Si Sulung
memohon Bapak untuk ikut serta dirinya mengungsi ke luar negeri. Akan tetapi Bapak
menolak lantaran dalam dirinya timbul tanggung jawab untuk mempertahankan
kemerdekaan tanah air dari tangan penjajah. Selain itu, Bapak juga beralasan, dengan
hidup di luar negeri, itu sama artinya dengan tunduk pada penjajah. Ketegangan terus
terjadi antara keduanya. Saat Bapak mendengar suara radio pemancar di kamar Si
Sulung. Bapak segera mencari tahu ke kamar Si Sulung. Pada saat yang sama, Si Bungsu
sedang kedatangan tamu, yaitu Perwira yang merupakan tunangan Si Bungsu. Mereka
berdua terkejut mendengar bunyi ledakan pistol dari ruang dalam. Seketika Bapak keluar
kamar dan menjelaskan pada Si Bungsu dan Perwira bahwa dirinya telah menembak Si
Sulung. Bapak melakukan hal itu karena mengetahui Si Sulung adalah mata-mata tentara
kolonial. Walaupun Bapak sungguh kecewa pada Si Sulung, namun demi
menyelamatkan Negara, Bapak membunuh putra yang amat disayanginya itu. Akhir
drama ditutup dengan keputusan Bapak untuk tetap tinggal di rumah untuk melawan
musuh. Sementara itu Bapak meminta Si Bungsu dan Perwira untuk pergi dari tempat
itu.

Anda mungkin juga menyukai