Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK

MEMAKNAI
KARYA SASTRA
Pentingnya
Memaknai Karya
Sastra
Sastra yang baik mengajarkan banyak hal kepada
penikmatnya seperti empati, keberanian, kebaikan,
dan berbagai pembelajaran lainnya mengenai
kehidupan
• Karya sastra yang telah dibaca atau didengar oleh penikmat karya sastra agar
pembelajaran yang terdapat di dalamnya tidak menjadi sia-sia, pembelajaran
tersebut dapat diambil oleh si penikmat karya sastra untuk di terapkan dalam
kehidupannya.
• pesan yang terdapat dalam karya sastra dapat dijadikan pengingat atau nasihat
agar penikmat karya sastra sastra dapat menjalani kehidupan yang lebih baik .
• orang yang sedang menikmati suatukarya sastra dapat mengambil pelajaran di
alam suatu karya sastra setelah ia meresapi dan memahami nilai-nilai kehidupan
yang berada dalam suatu karya sastra.
• Karya sastra dapat menjadi media untuk mengatasi kepenatan dan kesuntukan
pikiran

3
Langkah-Langkah
dalam Memaknai
Karya Sastra
2. Tiga Aspek yang Perlu dikuasai
1. Membaca untuk Pembaca Sastra Menurut
Memahami Karya Profesor Dr. Andries "Hans"
Sastra Teeuw
a. Kode Bahasa
• Membaca merupakan kunci untuk
memahami sastra. Salah satu perangkat penyampai pesan adalah bahasa,
alat komunikasi manusia yang menurut Teew bisa
• Terdapat tiga komponen dasar pada digunakan untuk dunia nyata dan fiksi.
proses membaca, yaitu recording,
decoding, dan meaning. b. Kode Sastra

• membaca merupakan suatu usaha untuk kode yang berkenaan dengan hakikat, fungsi sastra,
meneliti, mengetahui, memahami, dan karakteristik sastra, kebenaran imajinatif dalam sastra,
mendalami makna dari objek bacaan sastra sebagai sistem semiotik,sastra sebagai dokumen
sosal budaya, dan sebagainya.
• Makna yang terdapat di dalam kata,
kalimat, dan paragraf diperoleh melalui c. Kode Budaya
aktivitas membaca dengan Sikap dan pandangan pengarang dalam karyanya
memanfaatkan alat indera mata. mencerminkan kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
• Setiap karya sastra yang benar-benar
dibaca akan membekas di dalam diri
pembaca.

5
Teknik Memaknai
Karya Sastra Puisi
AKU
1. Perhatikan judul
Kalau sampai waktumu
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
• Judul adalah sebuah lubang kunci Dari kumpulannya terbuang
untuk menengok keseluruhan
makna puisi. Biar peluru menembus kulitku
• Judul biasanya menggambarkan Aku tetap meradang menerjang
keseluruhan makna terhadap
sebuah puisi. Judul dapat pula Luka dan bisa kubawa berlari
memperlihatkan sesuatu yang unik Berlari
dari puisi itu.
Hingga hilang pedih peri
• Seorang yang ingin memahami
sebuah puisi bisa memburu makna Dan aku akan lebih tidak peduli
keseluruhan puisi itu melalui judul.
Judul adalah informasi terhadap Aku mau hidup seribu tahun lagi
puisi tersebut. (Chairil Anwar)

7
2. Lihat kata-kata yang
dominan
3. Salami makna 4. Parafrasekan puisi untuk
konotatif mengetahui makna
Kata-kata yang sering diulang di didalamnya
dalam sebuah puisi bisa menjadi
kata-kata yang dominan. Kata-
kata yang dominan itu dapat Bahasa puisi adalah bahasa yang
pula memberi suasana yang melewati batas-batas maknanya yang
dominan terhadap sebuah puisi. lazim. Melewati maknanya yang Memparafrasakan puisi adalah
Dengan melihat kata-kata yang harfiah. Dengan makna konotatif itu mengubah puisi kedalam bentuk
dominan itu akan terbuka pula ingin dibentuk suatu imaji atau citra paragraph untuk menjelaskan
tertentu di dalam sebuah puisi. makna yang tersembunyi.
kemungkinan untuk memahami
makna keseluruhan puisi itu. Makna yang konotatif itu dibentuk
dengan pemakaian majas, yakni Usaha memparafrasekan puisi
pemakaian kata yang melewati hanyalah sekedar untuk
maknanya yang denotative. menangkap fikiran dan
Makna konotatif yang dipegang mengungkap makna
adalah makna yang telah disepakati tersembunyi, tidak untuk
dan tau yang paling mungkin meresapkan keindahannya.
berdasarkan hubungannya dnegan
kata, frasa, dan kalimat yang ada.

8
5. Dalam mencari makna yang terungkap di dalam larik atau bait puisi, maka
yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa.
PERAHU KERTAS
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas
dan kau layarkan di tepi kali Berdasarkan struktur bahasa, “lelaki tua”, “si tua”,
“Nuh” orangnya adalah sama. Dengan pengertian itu dengan
Alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju mudah puisi bisa di fahami..
lautan
Tanpa berpedoman pada struktur bahasa, maka
“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar”, kata seorang orang yang satu itu bisa menjadi tiga orang (lelaki tua, si tua, dan
lelaki tua Nuh). Jika demikian, maknanya juga bisa menjadi lain dan itu
Kau sangat gembira., pulang dengan berbagai gambar salah.
warna-warni di kepala.
Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kau dengar juga pesan di tua itu, Nuh, katanya,
“telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir
besar dan kini terdampar di sebuah bukit”.
(Sapardi Joko Damono)

9
6. Usut siapa yang dimaksud kata-ganti yang ada dan siapa yang mengucapkan
kaliamat yang ada di dalam tanpa kutip (jika ditemukan di dalam sebuah puisi).

KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi”

10
7. Antara satu unit dengan unit yang lain (larik dengan larik yang lain),
bait dengan bait yang lain), di dalam sebuah puisi membentuk satu
kesatuan (keutuhan makna). Temukanlah pertalian makna antar unit
tersebut.
Pertalian makna tersebut biasanya ditentukan olek titik, koma,
pemakaian huruf kecil dan penggabungan kata penghubung.
8. Cari dan kejar makna yang tersembunyi.
Makna yang “tersembunyi” merupakan tingkat pemahaman
yang lebih tinggi. Ia juga banyak ditentukan oleh tingkat pengetahuan
dan pengalaman seorang penikmat puisi.

11
9. Perhatikan corak sebuah sajak.
Puisi yang lebih mementingkan unsur formal akan terlihat
dari penonjolan rima (persamaan bunyi), pola-pola larik (dengan
umlah suku kata yang relatof sama), dan biak. Puisi yang lebih
mementingkan unsur puitis tidak terikat oleh kehadiran unsur formal
tidak ada pola larik dan bahkan tidak terikat bait.

10. Apapun tafsiran (interpretasi) terhadap sebuah puisi, maka


tafsiran tersebut harus dikembalikan kepada teks.
Bahasa puisi memang adalah bahasa yang ambigue (yang
mengandung multi-makna), namun dalam menentukan makna
ataupun dalam menafsirkannya tidak bisa dilakukan semena-mena.
Dasarnya tetap kata, larik, ataupun bait yang ada di dalam puisi yang
bersangkutan.

12
Teknik
Memaknai Cerita
13
Teknik Membaca Cerita

• Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk


membaca cerpen dan atau novel dikemukakan oleh
Adler dan Charles (2012: 244-246) yakni:
1. sebuah cerita harus dibaca satu waktu;
2. bacalah secara cepat dan dengan keterlibatan
penuh;
3. menengok kembali cerita itu setelah ia
merampungkan kegiatan membacanya; dan
4. memahami hubungan peristiwa dan urut-
urutannya dalam cerita tersebut.

14
Seni baca prosa fiksi dapat dilakukan di
hadapan sejumlah penonton. Pembaca
bertindak sebagai pengisah (juru cerita) yang
akan membacakan teks dari awal hingga
akhir cerita. Pembaca bertugas menjadi
perantara untuk mewakili pengarang
menyampaikan ide-ide yang terdapat di
dalam teks kepada penonton.

Pembacaan prosa fiksi yang dilakukan secara


perorangan, pembaca bertindak sebagai pengisah
masalah jati diri tokoh, setting, peristiwa, serta
situasi. Sedangkan pembacaan yang dilakukan
secara berkelompok, pada pembaca dalam
melakukan pembagian tugas, misalnya salah
seorang bertugas sebagai juru cerita dan
beberapa orang memerankan tokoh yang terlibat
dalam cerita.
15
Langkah-Langkah Menemukan Makna dalam Cerita

a. Memahami tokoh dan penokohan


b. Memahami alur
c. Memahami latar
d. Memahami penyudut pandangan
e. Memahami tema
f. Memahami totalitas makna dalam
cerita

16
Praktik Menemukan Makna dalam
Cerpen Robohnya Surau Kami, Karya
A.A. Navis
a. Memahami Penokohan
Tokoh Aku
Pengarang menggambarkan tokoh ini sebagai orang yang ingin tahu
perkara orang lain. Dibuktikan pada bagian:
Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi
kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat bualan tentang kakek ?
Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu
aku tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”
Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi
memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek ?”
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya ceepat-ceepat
meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke
rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

17
Ajo Sidi
Si Kakek
Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak
Tokoh ini merupakan tokoh sentral. Tokoh ini
dimunculkan tetapi sangat menentukan
digambarkan sebagai orang yang mudah
keberlangsungan cerita ini. Secara jelas tokoh
dipengaruhi dan gampang mempercayai
ini disebut sebagai si tukang bual. Sebutan ini
omongan orang, pendek akal dan pikirannya,
muncul melalui mulut tokoh Aku. Menurut si
serta terlalu mementingkan diri sendiri dan
tokoh Aku, Ajo Sidi disebutkan sebagai si
lemah imannya.
tukang bual yang hebat karena siapa pun
yang mendengarnya pasti terpikat. Selain itu Gambaran untuk tokoh si Kakek yang terlalu
bualannya selalu mengena. Dibuktikan pada mementingkan diri sendiri melalui ucapanya
bagian: sendiri, seperti berikut:
….Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. “ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat
Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku punya istri, punya anak, punya keluarga seperti
ingin ketemu dia lagi. Aku senang orang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan
mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa hidupku…
mengikat orang-orang dengan bualannya
yang aneh-aneh sepanjang hari.,,,

Haji Saleh
Tokoh ini adalah ciptaan Ajo Sidi. Secara jelas terlihat watak tokoh ini
digambarkan sebagai orang terlalu mementingkan diri sendiri.

18
b. Memahami Alur (plot)
Alur yang dipakai dalam cerpen Robohnya Surau Kami yaitu alur
campuran, Dikatakan demikian karena benar-benar bertumpu pada kisah
sebelumnya, yang oleh tokoh Aku kisah itu diceritakan, dan juga
menceritakan tentang sebab meninggalkan seorang kakek penjaga surau
dan kemudian menceritakan kembali lanjutan kisah tersebut.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan
menumpang bis.… Dan di ujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah
surau tua…. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang
Tua…. Orang-orang memanggilnya kakek… Tapi kakek ini sudah tidak ada
lagi sekarang. Ia sudah meninggal…. Dan biang keladi dari kerobohan ini
ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya.
Beginilah kisahny. Dan besoknya, ketika Aku mau turun rumah pagi-pagi
istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?”
Tanyaku kaget.
“Kakek.”
“Kakek?”

19
c. Memahami Titik Pengisahan/Sudut Pandang
Di dalam cerpen Robohnya Surau Kami pengarang memposisikan dirinya
dalam cerita ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara
langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal
cerita.

d. Memahami Tema
Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami terletak pada persoalan batin kakek
Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Dibuktikan pada kutipan
“Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu sendiri. Kau takut
masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kaum mu sendiri,
melupakan kehidupan anak istimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah
kesalahan mu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara
semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.”
Dengan demikian, jika kita buat kesimpulan atas fakta-fakta di atas maka tema cerpen ini
adalah keagaman.

20
e. Memahami Totalitas Makna
Secara garis besar, cerpen Robohnya Surau Kami mengandung kritikan
terhadap kehidupan manusia yang sudah tidak sejalan dengan hakikat
sebagai khalifah di muka bumi. Hal tersebut tercantum dalam kutipan
berikut:
“Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka
beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak
membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal
kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah
saja. Tidak.”

Dalam perspektif lain, cerpen ini juga menyindir cara orang beragama.
Dalam cerpen Robohnya Surau Kami tokoh Haji Saleh adalah representasi
orang yang tahu agama tapi tak bisa mendalami hakikatnya sebagai
manusia. Haji Saleh digambarkan sebagai orang yang mementingkan
dirinya sendiri dan terlalu mengagungkan ibadah-ibadahnya selama di
dunia. Kesombongan tersebut terlihat dalam kutipan berikut:
“Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan
di masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang
sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk.”

21
THANK YOU

selamat

menjalani

ibadah

UAS 
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
CONSECTETUER ADIPISCING ELIT.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
Maecenas porttitor congue massa. Fusce posuere, magna
sed pulvinar ultricies, purus lectus malesuada libero, sit amet
commodo magna eros quis urna.

23
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
CONSECTETUER ADIPISCING ELIT.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
Maecenas porttitor congue massa. Fusce posuere, magna
sed pulvinar ultricies, purus lectus malesuada libero, sit amet
commodo magna eros quis urna.

24
LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET,
CONSECTETUER ADIPISCING ELIT.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
Maecenas porttitor congue massa. Fusce posuere, magna
sed pulvinar ultricies, purus lectus malesuada libero, sit amet
commodo magna eros quis urna.

25
Customize this Template

Template Editing Instructions


and Feedback

26

Anda mungkin juga menyukai