DITERBITKAN OLEH:
BALAI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
BANDUNG (BPPKI)
BADAN LITBANG SDM
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
DAFTAR ISI
Topik Utama
93 Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang
Pemilu 2014
Dudi Rustandi
161 Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden
2014
Nana Suryana
85 Tentang Penulis
87 Petunjuk Penulisan
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa ijin dan
biaya
PENCITRAAN POLITIK DARING: STRATEGI massa tersebut akan diperebutkan oleh calon-calon
MEMENANGKAN MASSA DIGITAL MENJELANG yang akan berlaga di pentas politik nasional untuk
PEMILU 2014 Pemilu presiden. Oleh karena itu, para calon yang
akan maju pada pencalonan presiden melakukan
ONLINE POLITICAL IMAGING: STRATEGY TO pencitraan politik digital. Pencitraan dilakukan
WIN DIGITAL MASS TOWARD 2014 GENERAL melalui berbagai taktik; fanpage, twitter, blog,
ELECTION publikasi media online arus utama, dan media sosial
lainnya. Melalui tulisan ini, penulis akan melakukan
Dudi Rustandi analisis dengan melakukan penelusuran informasi
digital (literasi) bagaimana setiap bakal calon
Abstract presiden melakukan pencitraannya melalui media
According data from The Association of Indonesian daring. Dari literasi yang dilakukan, salah satu calon
Internet Service Providers (APJII ) in 2014, internet cenderung kuat pada satu saluran media daring
users in Indonesia will reach 107 million. This tertentu tetapi lemah di media daring lain. Begitu
amount is to be one of the potential for election juga sebaliknya, namun dari 14 calon yang ada,
candidates both institutions or individuals in Pramono Edie dan Megawati merupakan calon
attracting the masses through new media. 100 yang paling lemah merek politik daringnya
Million masses will be contested by candidates who dibandingkan dengan calon lain karena tidak
will compete in the national political stage for the membangun saluran komunikasi melalui media-
presidential election. Therefore, the president media daring yang ada seperti website, twitter,
candidates perform digital politic imaging. Imaging official fanpage, termasuk juga media arus utama
is done through various tactics; fanpage, twitter, online.
blog, online publication in mainstream media, and
other social media. With this article, the author will Kata kunci: pencitraan merek politik, pemilu 2014,
analyze by tracing digital information (literacy) how literasi media digital, internet, media sosial.
each presidential candidate do imagery with digital
media. From the literacy results showed that, one of
the candidates tend to be strong in one particular
online media channels but weak in other online KOMUNIKASI POLITIK DALAM DEMOKRATISASI
media. But of the 14 candidates, Pramono Edie and
Megawati are the weakest candidate in online POLITICAL COMMUNICATION
political brand compared to the other candidates IN DEMOCRATIZATION
because they don't establish communication
channels through the existing online media such as Adhi Iman Sulaiman
websites, twitter, official fanpage, as well as online
media mainstream. Abstract
Political communication is very important and
Keywords: politics imaging brand, election 2014, determining in democratization. With the competing
the digital media literacy, internet, social media. interests of political communicators to influence, to
obtain, retain, and expand the power. The study
phenomena of political communication was
Abstrak interested to be discuss, ie: The phenomenon of
Menurut Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet political communication in a democratic political
Indonesia (APJII) pada tahun 2014, pengguna system with a connection, controls and balance of
internet di Indonesia akan mencapai 107 jutaan. power between the political elite with the people.
Jumlah ini menjadi salah satu potensi bagi peserta The phenomenon of political communication in a
Pemilu baik secara lembaga ataupun individu dalam campaign strategy, to provide the vision, mission
menjaring massanya melalui media baru. 100 juta and campaign program in accordance with the
KUMPULAN ABSTRAK
aspirations, problem identification and potential of better known as the political seduction, the political
the people themselves, based on campaign trends in the virtual world.
research. Dynamics of the phenomenon of political
communication can be growing with the support Keywords: developments in technology, social
and power of the mass media in realizing media, political seduction.
democratization.
Abstract
SEDUKSI POLITIK DALAM MASYARAKAT Representation of women in parliament from
BERMEDIA SOSIAL election to election have a low number, although the
government has made a breakthrough through
POLITICAL SEDUCTION IN THE COMMUNITY affirmative action to achieve 30% quotas, since the
WITH SOCIAL MEDIA elections of 2004 and 2009 elections. Many factors
affect inequality, in addition to lack of commitment
Dessy Trisilowaty by the party, lack of public trust and voter
participation, as well as competition among
Abstract candidates. Therefore necessary for women's
The development of communication technology political communication strategies to gain the trust
growing rapidly. Especially with the emergence of of the people.
social media that facilitate community to access
information and social networking. The social Keywords: affirmations, women's political
network is then used by political candidates to gain communication, 2014 election.
support from the community that have been media
literate and critical to a problem. In practice it will
not be easy because arise issue or new discourse
KUMPULAN ABSTRAK
Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye di mana setiap parpol atau
calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik dukungan. Menurut Mc Quail,
secara umum media massa memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya yaitu pertama,
sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentar atau interpretasi yang membantu
pemahaman makna informasi; ketiga, pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi
bagian-bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap lingkungan; kelima,
transmisi warisan budaya; dan keenam, ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang
diperlukan untuk melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat (Yuniati: 2002).
Observasi edisi ini menyajikan beberapa tulisan dengan tema “Dinamika
Komunikasi Politik menjelang Pemilu 2014” yang berisikan tentang berbagai pandangan
terhadap aktivitas penyampaian pesan politik menjelang Pemilu 2014. Dalam media
komunikasi politik, pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengonstruksikan realitas
suatu fakta atau peristiwa yang dipilihnya, di antaranya realitas dari proses kampanye
Pemilu. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah
menceriterakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah
dikonstruksikan (constructed reality). Isi media pada hakikatnya adalah hasil rekonstruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya (Sobur : 2002).
Penyunting
Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014
Dudi Rustandi
Fakultas Komunikasi (Humas) Politeknik LP3I Bandung, Jl. Pahlawan No.59 Bandung dan FIKOM Universitas
Garut, Jl. Raya Samarang No. 52A, Garut – 44151, Jawa Barat, HP. 081320635160,
email:blackgreen9863@gmail.com
Naskah diterima pada tanggal 1 November 2013, disetujui tanggal 20 November 2013
Abstract
According data from The Association of Indonesian Internet Service Providers (APJII ) in
2014, internet users in Indonesia will reach 107 million. This amount is to be one of the
potential for election candidates both institutions or individuals in attracting the masses
through new media. 100 Million masses will be contested by candidates who will compete
in the national political stage for the presidential election. Therefore, the president
candidates perform digital politic imaging. Imaging is done through various tactics; fanpage,
twitter, blog, online publication in mainstream media, and other social media. With this
article, the author will analyze by tracing digital information (literacy) how each presidential
candidate do imagery with digital media. From the literacy results showed that, one of the
candidates tend to be strong in one particular online media channels but weak in other
online media. But of the 14 candidates, Pramono Edie and Megawati are the weakest
candidate in online political brand compared to the other candidates because they don't
establish communication channels through the existing online media such as websites,
twitter, official fanpage, as well as online media mainstream.
Keywords: politics imaging brand,, Election 2014, the digital media literacy, internet, social
media.
Abstrak
Menurut Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2014,
pengguna internet di Indonesia akan mencapai 107 jutaan. Jumlah ini menjadi salah satu
potensi bagi peserta Pemilu baik secara lembaga ataupun individu dalam menjaring
massanya melalui media baru. 100 juta massa tersebut akan diperebutkan oleh calon-calon
yang akan berlaga di pentas politik nasional untuk Pemilu presiden. Oleh karena itu, para
calon yang akan maju pada pencalonan presiden melakukan pencitraan politik digital.
Pencitraan dilakukan melalui berbagai taktik: fanpage, twitter, blog, publikasi media online
arus utama, dan media sosial lainnya. Melalui tulisan ini, penulis akan melakukan analisis
dengan melakukan penelusuran informasi digital (literasi) bagaimana setiap bakal calon
93
Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014
presiden melakukan pencitraannya melalui media daring. Dari literasi yang dilakukan, salah
satu calon cenderung kuat pada satu saluran media daring tertentu tetapi lemah di media
daring lain. Begitu juga sebaliknya, namun dari 14 calon yang ada, Pramono Edie dan
Megawati merupakan calon yang paling lemah merek politik daringnya dibandingkan
dengan calon lain karena tidak membangun saluran komunikasi melalui media-media
daring yang ada seperti website, twitter, official fanpage, termasuk juga media arus utama
online.
Kata kunci: pencitraan merek politik, Pemilu 2014, literasi media digital, internet, media
sosial.
Memasuki pertengahan 2013,
Pendahuluan Prabowo Subianto, Pembina Partai
Gerindra menggelar 6 program aksi
Pemilihan Umum 2014 masih transformasi bangsa melalui partai yang
beberapa bulan lagi, namun pesan-pesan didirikannya. Substansi program tersebut
politik telah lebih dahulu melangkah terkait masalah ekonomi, kedaulatan
sebelum peluit pertandingan dibunyikan. pangan dan energi, serta membangun
Mereka yang akan ikut kontestasi Pemilu pemerintahan yang kuat. Hatta Rajasa
2014 memasang strategi andalannya sendiri, Ketua Umum Partai Amanat
masing-masing bagaimana meraih Nasional menyelenggarakan program Maju
dukungan publik untuk memenangkan Bersama PAN (MAPAN). Program tersebut
Pemilu baik untuk legislatif ataupun merupakan program motivasi dan bantuan
eksekutif. Melalui pendekatan public usaha untuk anak muda di seluruh
relations, mereka menggelar program- Indonesia.
program yang melibatkan partisipasi Wiranto dengan Partai Hanuranya
masyarakat agar ingatan publik selalu melakukan kerjasama dengan pengusaha
terikat kepada penyelenggara program. media, Hari Tanoesudibyo. Selama ini,
Penyelenggara program dapat berupa Hanura adalah partai kering dari
lembaga dalam hal ini adalah partai politik pencitraan di ranah media. Setelah
atau perseorangan atau mereka yang akan menggandeng Hari Tanoesudibyo, kegiatan
ikut kontestasi. Hanura sering dipublikasikan oleh Grup
Program-program ini dirancang demi MNC Media. Di samping itu, Ketua Umum
membangun citra politik yang akan dan Ketua Dewan Pembina ini juga
berdampak terhadap reputasi dari suatu mengambil start awal untuk deklarasi
partai atau calon presiden ke depan. pencalonannya sebagai calon presiden dan
Aburizal Bakri, Ketua Umum Partai Golkar, wakil presiden, terlepas apakah partainya
merancang program pemberian bantuan masuk batas parliamentary threshold atau
untuk usaha kecil dan menengah di setiap tidak.
daerah-daerah dengan menggunakan Calon-calon lain yang bukan berasal
tagline ‘Bersama Bangkitkan Usaha Kecil’ dari partai atau tidak menduduki jabatan
sebagai program Golkar sekaligus program strategis dalam partai juga sudah mulai
Aburizal Bakri (ARB). Bersama Partai melakukan sosialisasi terbatas, seperti
Golkar ia menggelar program ‘Gerakan Mahfudz MD, Jusuf Kalla, Sri Mulyani, Sri
Ayo Bangkit’. Sultan HB atau calon lainnya yang
menggunakan Partai Demokrat kini sedang
mengikuti konvensi partai. Di samping itu, terjadi pergeseran opini ke arah yang lebih
tokoh-tokoh partai lain yang memiliki suara baik. Dengan adanya opini publik yang
minoritas mulai muncul kembali seperti positif, keputusan memilih menjadi
Yusril Ihza Mahendra, Suryadharma Ali, keniscayaan terhadap politisi yang sedang
dan lainnya. Mereka yang telah siap bertarung di arena politik. Opini publik
membuka wacana ke publik bahwa mereka sendiri merupakan metode persuasi dengan
akan mencalonkan diri menjadi calon sistem komunikasi yang lebih luas. Hal ini
presiden ke depan. Mereka yang masih meneguhkan apa yang ditulis seorang
bertahan untuk tidak membuka wacana politisi Partai Keadilan Sejahtera, Fahri
untuk mencalonkan diri menjadi presiden Hamzah, bahwa kesuksesan kandidat
adalah Megawati Soekarno Putri dan Joko dalam Pemilu lebih banyak dipengaruhi
Widodo. Kedua yang disebutkan terakhir oleh faktor soft power ketimbang hard
merupakan petinggi dan kader Partai power (Wasesa, 2011).
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Joko Menurut Firmanzah (2008) citra atau
Widodo menjadi tokoh paling populer di image dibutuhkan untuk membedakan satu
antara tokoh lainnya sesuai dengan hasil partai politik dengan partai politik lain,
survei mayoritas dari sekian banyak sebagai strategi positioning. Ia merupakan
lembaga survei yang ada seperti banyak konstruksi atas representasi dan persepsi
diberitakan oleh media-media nasional. masyarakat akan suatu partai politik atau
individu mengenai semua hal yang terkait
dengan aktivitas politik. Menurut
Pembahasan Firmanzah, walaupun citra politik tidak real,
tetapi ia dapat diciptakan, dibangun, dan
Pencitraan Merek Politik diperkuat. Citra politik memiliki kekuatan
untuk memotivasi aktor atau individu agar
Jika politisi diibaratkan sebagai
melakukan suatu hal. Ia dapat
sebuah produk, pencitraan baginya adalah
memengaruhi opini publik sekaligus
sebuah keniscayaan. Pencitraan selama ini
menyebarkan makna-makna tertentu. Citra
selalu identik dengan produk atau jasa
politik yang bagus akan memberikan efek
yang akan dipasarkan. Namun sejak Pemilu
yang positif terhadap pemilih guna
dilaksanakan secara proporsional terbuka
memberikan suaranya dalam pemilihan
untuk DPR dan pemilihan langsung untuk
kelak. Merek sendiri adalah nama yang
presiden, pencitraan menjadi bagian yang
memunculkan kesan psikologis seperti
sangat penting dalam sistem pemasaran
dinyatakan oleh Wheleer (2009) dalam
politik. Pemasaran politik sendiri
buku Designing, Brand, Identity . “Merek
merupakan metode praktis dalam konteks
seperti menciptakan persaingan terhadap
komunikasi politik. Pencitraan politik
pilihan yang tidak terbatas, perusahaan
berada pada arsiran pemasaran dan public
mencari cara untuk terhubung secara
relations sebagai objek studi dalam illmu
emosional dengan pelanggan, menjadi tak
komunikasi.
tergantikan, dan menciptakan hubungan
Dalam konteks pemasaran, politik kini
seumur hidup. Sebuah merek menonjol
menjadi produk yang perlu dipasarkan
kuat di pasar yang ramai. Orang jatuh cinta
sebagaimana halnya dalam pemasaran
dengan merek, mempercayai mereka, dan
komersil. Melalui pencitraan diharapkan
percaya pada superioritas mereka.
Pencitraan Merek Politik melalui Media (13/06/2013), sepanjang tahun 2012 iklan
Digital televisi masih mendominasi dibandingkan
Efektivitas penyampaian pesan-pesan dengan media lain. 70% iklan dikuasai oleh
politik untuk membangun citra dan reputasi televisi. Begitu juga dengan publikasi,
disampaikan melalui beragam media. seperti dapat dicermati dalam media
Selama ini televisi masih menjadi media televisi kehadiran publikasi lembaga
yang paling populer dalam pencitraan ataupun tokoh partai sering muncul di
merek. Salah satu taktik pencitraan merek televisi. Memasuki tahun 2013, menurut
yang paling populer adalah iklan dan kabarbisnis, iklan di televisi mulai disalip
publikasi. Seperti diberitakan tempo.com oleh iklan di media internet.
Gambar 2
Dominasi Iklan di Internet
Hal ini sangat masuk akal, dengan We Know It” bahwa pemasaran tradisional
pengguna internet yang mencapai 82 juta memang tidak mati, tapi ia mati. Baginya,
pada tahun 2013 menjadi potensi besar teknologi telah memberikan banyak pilihan
untuk memasarkan produk melalui produk dan pemasar sendiri perlu
pencitraan dari merek dan diprediksikan menemukan cara mendekati pelanggan
akan mencapai 102 juta pada tahun 2014 secara individual, atau kelompok-kelompok
(APJII, n.d). Artinya bahwa baik partai kecil dan lebih kecil (Meyers dan Gerstman.
ataupun kandidat perseorangan yang akan Ed. 2001).
mengikuti kontestasi politik pada tahun Melalui media daring, individu atau
2014 berpeluang untuk merebut hati lembaga peserta Pemilu dapat melakukan
konstituennya melalui media daring. pencitraan merek daring. Melalui media
Mantan direktur pemasaran Coca Cola daring, calon pemilih bisa menentukan
dalam bukunya “The End of Marketing As mana kandidat yang sesuai dengan
Language) yang terdiri dari berbagai memiliki akses ke media, memahami media
macam dan format file. Ia juga terdiri dari dan menciptakan/mengekspresikan diri
berbagai macam topik sesuai dengan selera sendiri dengan menggunakan media.
dan konsep pemilik/ pembuatnya. Situs Ia menulis dalam makalahnya
berbasis konten adalah sebuah website tersebut bahwa literasi media mencakup
atau blog yang merupakan kumpulan dari semuanya. Dari memiliki pengetahuan
beragam pengguna yang dapat menyimpan yang diperlukan untuk menggunakan
dan berbagai file, contohnya seperti teknologi media lama dan baru sampai
youtube, flickr, kompasiana. Sedangkan dengan memiliki hubungan kritis ke konten
media online adalah media-media arus media. Melalui pendekatan itu pula penulis
utama yang berbadan hukum pers seperti akan melakukan analisis. Di mana media
kompas.com, detik.com, republika.com, digital sudah sangat terbuka. Pemikiran-
dan lain-lain. pemikiran seseorang dapat ditemukan
Untuk melakukan pencitraan merek, dengan cukup mudah di ruang-ruang
para politisi menjaring konstituen melalui virtual tersebut. Melalui media digital,
berbagai jenis media sosial yang telah semua informasi didapatkan dengan tanpa
disebutkan. batas. Setiap orang juga dapat menjangkau
massa yang tanpa batas pula. Melalui
Literasi Media Digital kegiatan penelusuran, penulis dapat
Walaupun bukan sebuah metode membaca strategi bagaimana para bakal
dalam penelitian, namun melalui kegiatan calon presiden tersebut mengambil hati
literasi, penulis dapat melakukan analisis para konstituennya.
bagaimana kandidat melakukan Lebih spesifik ia menjelaskan tentang
pencitraannya. Melalui kegiatan literasi literasi media digital sebagai bagian dari
dapat diketahui sejauhmana, seberapa literasi informasi sebagai kemampuan
besar peluang, sepositif apa citranya untuk memahami dan menggunakan informasi
meraih dukungan dari massa digital dalam berbagai format dari sejumlah
menjelang Pemilu 2014. Melalui literasi sumber daya tatkala sumber daya tersebut
media digital akan didapat kesimpulan disajikan melalui komputer. Sesuai dengan
siapa yang layak, kuat, atau paling perkembangan, pemakai tidak
berpeluang. Apalagi memasuki tahun 2013, memedulikan darimana asalnya informasi,
internet telah menjadi dunia yang memiliki yang penting dapat mengaksesnya. Untuk
massanya sendiri. Ia hidup berdampingan memahami literasi media digital baiknya
dengan dunia nyata. Ia bahkan sudah mengetahui komponen-komponen
menjadi dunia tersendiri. pendukungnya yaitu: (1) tonggak
Menurut Basuki (2013) dalam pendukung berupa literasi itu sendiri dan
makalahnya tentang “Literasi Informasi dan literasi komputer, informasi, dan teknologi
Literasi Digital”, mengatakan bahwa, komunikasi; (2) pengetahuan latar
literasi media adalah kemampuan belakang yang terdiri dari dunia informasi
seseorang untuk menggunakan berbagai dan sifat sumber daya informasi; (3)
media guna mengakses, analisis serta kompetensi yang terdiri dari: (a)
menghasilkan informasi untuk berbagai pemahaman format digital dan nondigital
keperluan. Menurutnya literasi media serta penciptaan, (b) komunikasi informasi
mencakup 3 bidang yaitu bermakna digital, (c) evaluasi informasi, (d) perakitan
pengetahuan, (e) literasi informasi, dan (f) jejaring tersebut dapat membahas,
literasi media; (4) sikap dan perspektif menyumbang atau mengorganisasi
berkaitan dengan landasan etik terhadap kegiatan sosial di dunia nyata (Christakis,
penggunaan informasi bahwa akses yang dan James H. Flower, 2010). Ia juga
hampir tidak terbatas pada web diikuti belakangan berkomunikasi langsung
dengan pemahaman jika materi yang melalui akun twitter dengan konstituennya.
diunduh tidak semua bebas dari hak cipta Ia termasuk yang paling populer dan
(Basuki, 2013). memiliki jumlah follower jutaan setara
Untuk memudahkan penelusuran dengan selebritis.
informasi media digital, penulis akan Melalui situs jejaring sosial, setiap
menggunakan salah satu model yang calon anggota DPR pada pemilihan
literasi seperti yang disebutkan oleh Basuki, legislatif yang memiliki hubungan jejaring
aplikasi/ tools monitoring media digital sosial mampu menggalang tambahan
seperti search engine, topsy, dan tools lain sepuluh suara di atas rata-rata sedangkan
yang dapat melacak informasi-informasi senator yang memiliki hubungan dapat
berkaitan dengan eksistensi bakal calon di menambah enam belas di atas rata-rata
ruang virtual tersebut. Termasuk juga di (Christakis, dan James H. Flower, 2010).
dalamnya berbagai opini dan pandangan Salah satu simpulan dari hasil penelitian
masyarakat pengguna internet atau pun tersebut, bahwa pengaruh jejaring sosial
para blogger sebagai pelengkap informasi dapat memberi efek viral dan berlipat
berharga di era mobile information. terhadap teman-teman jejaringnya. Hal
inilah yang terjadi pada Obama pada tahun
Literasi Media Digital Kandidat Presiden 2008. Satu orang memengaruhi dan
untuk Pemilu 2014 mengajak dan memengaruhi yang lain.
Sebelum melakukan studi literasi Fenomena dampak teknologi internet
tentang Strategi Komunikasi Politik dan terhadap sikap politik masyarakat
calon presiden melalui kegiatan pencitraan memengaruhi para politisi di Indonesia,
politik daring menuju pemilu 2014, penulis baik eksekutif ataupun legislatif. Mereka
akan melakukan studi pustaka politisi baik membuka komunikasi egaliter dengan para
luar negeri atau pun di Indonesia yang konstituennya. Tidak heran di antara
berhasil melakukan pencitraan politik mereka dapat meraih kemenangan. Seperti
daring sebagai bagian dari strategi pada kasus kemenangan Gubernur Jawa
komunikasi politik. Barat Aher-Deddy, menurut situs
Berdasarkan hasil penelitian yang politicawave.com, situs media monitoring
dilakukan oleh Nicholas A. Christakis, dan politik di Indonesia, Aher-Deddy sebelum
James H. Flower, tahun 2008 Obama kemenangannya menguasai percakapan di
menjadi personal starter yang melakukan media sosial, mulai dari twitter, facebook,
pencitraan politik melalui media daring. Ia forum, ataupun blog. Begitu juga Alex-
membangun sebuah situs jejaring sosial Ishak sebelum kemenangannya menguasai
yang menghubungkan dirinya dengan para percakapan (buzz) di media sosial 70 %
konstituennya di my.barackobama.com percakapan dari 60 % pengguna internet di
(kini menjadi barackobama.com). Ia tidak Sumatera Selatan memberikan tanggapan
hanya berhubungan dengan para positif terhadap petahana tersebut
konstituen, namun juga menghubungkan (www.politicawave.com). Begitu juga tahun
para konstituennya. Para pengguna situs 2012 lalu saat Joko Widodo-Basuki
Tjahyana menjadi kandidat gubernur DKI, beberapa figur yang dinilai layak yang
ia adalah kandidat yang banyak selanjutnya diindex menjadi bentuk
diperbincangkan di media sosial menurut presentasi. Hal ini dilakukan oleh
pantauan politicawave (Gatra.com). politicawave.com. Berdasarkan hasil
Penentuan siapa kandidat atau figur pantauan dari politicawave.com, bakal
calon presiden tahun 2014 yang akan calon presiden tahun 2014 adalah sebagai
dianalisis juga berdasarkan percakapan di berikut: Aburizal Bakri, Dahlan Iskan, Gita
media sosial, baik situs jejaring sosial, blog, Wirjawan, Hatta Rajasa, Jusuf Kalla,
website, ataupun mainstream media Mahfud MD, Megawati, Prabowo, Wiranto,
online. Mereka diperbincangkan oleh Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra,
masyarakat di media sosial sebagai figur Pramono Edi, dan Jokowi
yang layak. Dari hasil percakapan (politicawave.com).
masyarakat di media sosial terkumpul
Gambar 3
Jumlah Percakapan tanggal 13-19 Oktober 2013 di Media Online
Tabel 1
%tase Percakapan Kandidat
No Nama Jumlah Percakapan %tase (%)
Tabel 2
Percakapan Masing-masing Kandidat Bakal Calon Presiden di Semua Web Non
Jejaring Sosial
No Nama Jumlah Percakapan Prosentase (%)
Tabel 3
Jumlah Percakapan/ yang Mempercakapkan Kandidat Bakal Calon Presiden melalui Twitter
Tabel 4
Analisis dari howsociable.com
No Nama Magnitude
8 Mahfud MD 6.4
10 Megawati 5.5
11 Prabowo 6.2
12 Wiranto 5.1
Tabel 5
Percakapan dalam Rentang Waktu Satu Minggu atau 7 Hari dari 14-21 Oktober 2013
dalam Percakapan Microblog:Twitter dan Facebook
8 Mahfud MD 82 2 80 0 2:0
12 Wiranto 90 4 84 2 2:1
Sementara itu dalam percakapan situs atau non jejaring sosial menunjukkan hal
dan weblog yang terindeks oleh google, yang berbeda. Seperti tampak pada tabel 6
yang merujuk pada media berbasis website
Tabel 6
Percakapan dalan Situs dan Blog
8 Mahfud MD 57 0 57 0 0:0
10 Megawati 69 0 69 0 2:1
12 Wiranto 13 0 84 0 0:0
Tabel 7
Tampilan Jumlah Likers, Followers
Selain memiliki akun resmi, mereka dipenuhi oleh para simpatisan atau
juga memiliki akun-akun pasukannya yang pasukannya di media jejaring sosial seperti
digerakan oleh team atau simpatisan. pernah dilontarkan oleh Amin Rais sebagai
Percakapan twitter masing-masing calon Cybertroops.
presiden yang diwacanakan hampir
Tabel 8
Pemilik Akun Pasukan
No Nama Akun Pasukan/ Cybertroops/ Jumlah buzz
9 Marzuki Ali -
Tabel 9
Website Calon Persiden
No Nama Alamat website/blog Penguatan Merek
3 Dahlan Iskan - -
4 Gita Wirjawan - -
10 Megawati http://www.megawatisoekarnoputri. -
ms/
13 Pramono Edi -
Aburizal Bakri sebagai Ketua Umum Golkar. Walaupun terdapat konten lain
Partai Golkar, menguatkan citra mereknya yang merangkul publik dengan visinya
dengan atribut kepartaiannya. Konten hingga 2045 tentang pendidikan,
websitenya tidak jauh dari kegiatan yang entrepreneurship, Achmad Barkrie Award,
dilakukannya sebagai Ketua Umum Partai dan lain sebagainya. Tetapi kemenonjolan
Partai Golkar dalam setiap kontennya lepas dari partai. Sementara yang tampak
menunjukkan bahwa Golkar menjadi menonjol dari Hatta Rajasa ditinjau dari
segala-galanya dan ia tidak bisa lepas dari tampilan websitenya adalah ide-idenya
Golkar. Hal ini sesuai dengan teori Agenda tentang masa depan ekonomi Indonesia
Setting, apa yang ditonjolkan lebih kuat ia yang coba diwujudkan dalam berbagai
dianggap paling penting. Visi 2045, idenya lembaga. Jusuf Kalla, telah melebur dengan
tentang pendidikan gratis, menjadi terjebak masyarakat Indonesia, walaupun ia mantan
dalam warna kuning. Ketua Umum Golkar, websitenya
Hal serupa juga tampak dari website menunjukkan bahwa ia adalah seorang
Marzuki Alie, Prabowo, Wiranto. Marzuki aktifis sosial yang dibutuhkan dan diterima
Alie menonjolkan kesan penting bahwa oleh banyak kalangan. Jusuf Kalla mampu
kehidupan politiknya dan visi Indonesianya menghilangkan merek partai dari dirinya
hadir bersama demokrat. Latar bendera tanpa harus lepas dari partai yang telah
Demokrat, banner tentang Demokrat yang membesarkannya. Begitu juga dengan
menonjol bahwa citra mereknya sangat website Yusril Ihza Mahendra, sebagai
kuat unsur Demokrat. Wiranto, tidak ketua Dewan Pembina dan mantan Ketua
secara verbal tentang kepartaiannya, tetapi Umum Partai Bulan Bintang, konten
tentang dirinya, namun warna Kuning Tua websitenya walaupun telah lama tidak
Hanura menjadi background websitenya dilakukan pembaharuan konten, merek
sangat kuat. Walaupun yang ditonjolkan kuat websitenya menonjol sebagai ahli
lebih kuat tentang kepemimpinan, Hukum Tata Negara juga seorang
lingkungan, atau isu nasional lainnya, cendekiawan. Hal serupa tercermin dari
konten-konten beritanya didominasi oleh merek website Mahfud MD, walaupun
kegiatan-kegiatan Hanura. Sebagai Ketua pernah memiliki latar belakang politik PKB,
Umum, ia tidak dapat melepaskan diri dari mereknya yang menonjol adalah sebagai
merek Hanuranya. Prabowo juga ahli hukum, Mahkamah Konstitusi tampak
demikian, Gerindra menjadi latar yang begitu melekat dan kuat dalam websitenya
sangat menonjol dalam websitenya. yang terdiri dari tampilan dari kontennya
Website prabowo lebih cocok jika dipenuhi dengan hal-hal yang berkaitan
dikatakan sebagai website partainya sendiri dengan Mahkamah Konstitusi.
karena dalam situsnya tersebut cenderung Anies Baswedan sebagai
menampilkan bagaimana bisa mendaftar cendekiawan, yang ikut konvensi partai
menjadi anggota legislatif dari Gerindra. Demokrat, tidak menonjolkan sisi
Sementara yang lain, walaupun kepartaiannya, karena ia bukan politisi
sebagai pembesar dan mantan pembesar partai, ia memiliki citra merek yang kuat
atau setidaknya memiliki pengalaman sebagai pencetus ide. Websitenya
berpartai, merek politik partainya tidak digunakan, selain sebagai penampung arsip
menonjol bahkan lebur. Hatta Rajasa, juga sebagai jejaring untuk menelorkan
Ketua Umum PAN dan juga Menko cetusan ide-idenya. Salah satu ide yang
Ekonomi, memiliki situs dengan konten sudah direalisasikannya adalah melalui
yang cukup seimbang antara simbol dan program ‘Indonesia Mengajar’.
pesan partai dengan pesan keindonesiaan, Apa yang ditampilkan dalam website/
ia bahkan mencoba untuk membangun blog mereka tidak mencerminkan secara
citra merek dirinya sendiri yang mencoba utuh merek politiknya. Karena seperti yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
A. Christakis, N., dan H. Flower H. (2010). Connected, Dahsyatnya Kekuatan Jejaring
Sosial Mengubah Hidup Kita.
Internet:
APJII. (2013). Grafik Pengguna Internet. Tersedia dalam
<http://www.apjii.or.id/v2/upload/content/statistik/grafik-pengguna-internet.jpg>
Diakses tanggal 05 Oktober 2013.
Basuki, Sulistyo .(2013). Literasi Informasi dan Literasi Digital. Tersedia dalam
<http://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/03/25/literasi-informasi-dan-literasi-
digital/>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Gatra.com (2012). Politicawave: 60% Percakapan di Sosmed Soal Jokowi. Tersedia dalam
<http://www.gatra.com/politik-1/39531-politicawave-60-percakapan-di-sosmed-soal-
jokowi.html> diakses tanggal 15 Oktober 2015.
Kabarbisnis.com. (2013). Bisnis iklan media internet diramal segera lampaui televisi.
Tersedia dalam <http://kabarbisnis.com/read/2840662> Diakses tanggal 05 Oktober
2013.
Politicawave.com. (2013). Aher-Deddy Kuasai Jejaring Sosial.
Tersedia dalam <http://politicawave.blogspot.com/2013/06/politicawave-aher-deddy-
kuasai-jejaring.html#more> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
______________ (2013). Pemilihan Presiden Nasional 2014. Tersedia dalam
<http://politicawave.com/nasional> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
_____________ (2013). Alex – Ishak Pimpin Sumsel. Tersedia dalam
<http://politicawave.blogspot.com/2013/06/politicawave-alex-ishak-pimpin-
sumsel.html> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
Tempo.co. (2013). Belanja Iklan TV Terus Naik. Tersedia dalam
<http://www.tempo.co/read/news/2013/06/13/090487954/Belanja-Iklan-TV-Terus-
Naik> Diakses tanggal 05 Oktober 2013
Abstract
Abstrak
Komunikasi politik sangat penting dan menentukan dalam demokratisasi. Dengan adanya
persaingan kepentingan komunikator politik untuk memengaruhi, memperoleh,
mempertahankan, dan memperluas kekuasaan. Kajian fenomena komunikasi politik yang
menarik untuk dibahas, yaitu: Fenomena komunikasi politik dalam sistem politik demokratis
dengan adanya hubungan, kontrol, dan keseimbangan kekuasaan antara elit politik dengan
rakyat. Fenomena komunikasi politik dalam strategi kampanye, dengan memberikan visi,
misi, dan program kampanye yang sesuai dengan aspirasi, identifikasi masalah serta
potensi dari rakyat sendiri berdasarkan hasil riset kampanye. Dinamika fenomena
komunikasi politik menjadi semakin berkembang dengan dukungan dan kekuatan media
massa dalam mewujudkan demokratisasi.
119
Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi
dalam sebulan, hal ini belum dihitung komunikasi dan informasi. Intinya,
pemilihan kepala desa yang jumlahnya 66 penelitian komunikasi politik pada
ribu kepala desa. dasarnya adalah tentang kualitas dan
kelangsungan hidup demokrasi.
Pembahasan Komunikasi politik menjadi faktor
yang sangat menentukan dan tidak bisa
dikesampingkan fungsinya dalam proses
Kerangka analisis pada tulisan ini,
politik yang dilakukan aktor politik sebagai
yaitu membahas tentang (1) Komunikasi
komunikator politik. Maka menjadi
politik dalam sistem politik yang
bahasan dan bahan refleksi serta evaluasi
demokratis. (2) Komunikasi politik dalam
yang sangat penting tentang komunikasi
strategi kampanye. Kedua hal tersebut
politik dalam sistem politik dan strategi
menjadi pembahasan yang menarik
kampanye politik. Sebagaimana menurut
dengan kajian peran media sebagai saluran
Lilleker (2006) komunikasi antara lembaga
komunikasi yang berkembang pesat,
yang memiliki kekuasaan dengan rakyat
khususnya dengan teknologi informasi dan
(yang dikuasai) merupakan hal penting
komunikasi (TIK) baik media cetak
dalam sistem politik. Bagaimanapun
maupun media elektronik. Menurut
dalam demokrasi, komunikasi politik
McNair (2003) komunikasi politik yang
dianggap sangat penting untuk
ditinjau dari tujuan komunikator, seperti
membangun masyarakat, di mana negara
isu-isu pentingnya pencitraan politisi yang
dan rakyatnya merasa memiliki hubungan
ditampilkan dalam membentuk persepsi
atau berinteraksi, sehingga komunikasi
pemilih, dampak dari biasnya liputan
politik menjadi suatu keharusan. Karena itu
media terhadap hasil pemilu, dan
dalam melakukan berbagai kegiatan
hubungan antara opini publik dengan
(pembangunan), tidak bisa hanya dengan
upaya politisi dan organisasi media untuk
serangkaian instruksi dari elit (kelompok
membuat suatu agenda tertentu.
penguasa) kepada masyarakat. Tetapi
Maka peran media menjadi sangat
harus memberikan kesempatan untuk
penting dan strategis dalam menunjang
melakukan umpan balik dari masyarakat
bahkan menentukan dinamika komunikasi
dan mendorong adanya partisipasi.
politik di dalam proses sistem politik yang
terdapat “pertarungan” kepentingan serta Komunikasi Politik dalam Sistem Politik
kekuasaan antara suprastruktur politik Pascareformasi 1998 yang sudah
dengan infrastruktur politik. Termasuk pada berlangsung lebih dari satu dasawarsa,
dinamika strategi kampanye untuk sistem politik yang berjalan sudah
memengaruhi, mendapat, dan memenuhi persyaratan demokratis, di
mempertahankan dukungan serta mana komunikasi politik dapat berfungsi
kekuasaan dalam perhelatan “pesta untuk saling mengontrol keseimbangan
demokrasi”. Karena menurut De Vreese kekuasaan (check and balance of power) di
(2006) penelitian komunikasi politik suprastruktur politik yaitu antara legislatif
bertujuan untuk mengkaji interaksi dan dan eksekutif, kemudian antara
perubahan dalam hubungan antara politik, infrastruktur politik (civil society) dengan
media, warga negara dan suatu suprastruktur politik. Sehingga tidak ada
pemahaman, khususnya tentang peran
lagi kooptasi dan hegemoni politik dari satu yang akhirnya memastikan harga bahan
pihak yang sangat dominan memiliki bakar minyak bersubsidi akan dinaikkan.
kekuatan politik. Komunikasi politik di kalangan
Berjalannya fungsi komunikasi politik suprastruktur politik tersebut selalu
yang diperankan eksekutif dan legislatif di dibarengi dengan keterlibatan infrastruktur
suprastruktur politik, memiliki fungsi untuk politik yang juga memerankan fungsi
saling mengontrol keseimbangan komunikasi politiknya untuk ikut serta
kekuasaan, kemudian mengonversi proses beraspirasi, mendukung, dan menolak
pembuatan keputusan menjadi produk proses politik tersebut, seperti aksi-aksi
kebijakan publik yang diumpan balik ke demonstrasi yang menjadi simbolisasi
infrastruktur politik. Komunikasi di demokratisasi, di mana pihak rakyat (civil
infrastruktur politik yang dilakukan oleh society) ikut memengaruhi dan terlibat
kelompok kekuatan civil society, memiliki berpartisipasi.
fungsi untuk mengusulkan (beraspirasi), Berdasarkan fakta tersebut, fungsi
mendukung, mengritisi, dan menolak, komunikasi politik sangat penting dan
mulai dari proses pembuatan keputusan, menentukan dalam sistem politik yang
hingga menjadi produk kebijakan publik. demokratis dengan didukung oleh peran
Hal tersebut sebagai mekanisme demokrasi media massa yang menjadikan persoalan
dengan fungsi komunikasi politik untuk politik, pada awalnya bisa saja terselubung
mengimbangi serta mengontrol kekuatan atau tersembunyi menjadi terbuka ke
suprastruktur politik. publik. Sehingga publik mengetahui, ikut
Fakta yang menunjukkan berjalannya mengkaji dan terlibat dalam suatu
fungsi komunikasi politik dalam sistem persoalan atau pembahasan politik. Hal ini
politik di Indonesia, di antaranya seperti sebagaimana menurut Lilleker (2006)
peristiwa paling fenomenal yang muncul demokratisasi yang mengutamakan
dan menjadi perhatian publik yaitu : kasus mayoritas dalam sistem politik, mengubah
“Cicak dan Buaya” (Juli 2009) yang ketika sifat komunikasi politik dan kegiatan politik
itu sebagai pengandaian antara lembaga menjadi ke ranah atau wilayah publik.
KPK dengan kepolisian. Kemudian kasus Namun ada beberapa problematika
rangkaian panjang perdebatan di DPR komunikasi politik dalam sistem politik,
dalam Panitia Khusus (Pansus) hak angket yang menjadikan “domokrasi setengah
Bank Century DPR mulai 1 Desember hati”, yaitu pertama, sulitnya melepaskan
2009 sampai peristiwa sidang Paripurna kekuasaan dan ketergantungan pada
DPR RI tanggal 3 Maret 2010 yang kekuatan partai politik sebagai “kendaraan
berakhir dengan pemungutan suara politik” atau “sponsor politik”. Sehingga
(voting) dan dimenangkan pihak yang para kepala daerah sebagai eksekutif masih
memilih opsi C yang menyatakan ada terikat kuat dengan kontrak politik dan
kesalahan kebijakan dalam pemberian ongkos politik yang diinvestasikan oleh
dana talangan (bail out). Kemudian sidang partai politik serta pendukung atau
paripurna DPR pada 17 Juni 2013 tentang sponsor, baik secara materi (pendanaan)
pengesahan Undang-Undang APBN maupun tidak secara materi (immaterial)
Perubahan 2013 yang juga melalui sepeti dukungan, pengaruh, dan
mekanisme pemungutan suara (voting) kekuasaan. Maka komunikasi politik yang
Gambar 2
Model Pengambilan Keputusan di Legislatif
Ketiga, komunikasi politik anggota website dan blog dari fraksi, komisi atau
legislatif, juga tidak dapat maksimal dalam anggota legislatif. Sehingga peran dan
proses menjaring dan menampung aspirasi fungsi anggota legislatif menjadi lebih
dari rakyat, karena terikat kuat kontrak maksimal dalam menjaring aspirasi,
politik, sehingga mengutamakan identifikasi masalah dan potensi di
kepentingan partai politik dan/atau sponsor masyarakat. Bahkan pengaduan atau
politik. Kemudian tidak ada kontrol dan aspirasi bisa dijadikan data penting yang
pertanggungjawaban yang ketat kepada berguna bagi perumusan kebijakan. (2)
anggota legislatif yang telah difasilitasi dan Harus secara serius menjalin komunikasi
diberikan masa reses sebanyak tiga kali politik dari anggota legislatif ketika kegiatan
dalam setahun untuk menjaring aspirasi ke reses ke daerah pemilihannya dengan
daerah pemilihannya. Padahal kegiatan melakukan penjaringan aspirasi, sosialisasi,
reses merupakan kesempatan untuk dan pelaksanaan program pembangunan.
melakukan komunikasi politik berupa Komunikasi politik yang dilakukan anggota
sosialisasi kebijakan dan program legislatif tidak lagi bersifat “musiman”
pembangunan, penjaringan aspirasi, ketika masa Pemilu atau Pilkada saja.
identifikasi masalah serta potensi di Sehingga rakyat dapat memiliki
masyarakat. Sehingga kegiatan masa reses kesempatan secara langsung berinteraksi
menjadi formalitas semata yang hanya dengan menyampaikan aspirasi kepada
serius dilaksanakan ketika ada kepentingan anggota legislatif yang sesungguhnya
politik seperti ada Pilkada dan Pemilu atau merupakan wakil rakyat. (3) Elit politik
Pilpres. (eksekutif dan legislatif) harus dapat
Menurut Lauth (2008) fungsi utama memperlakukan rakyat sebagai subjek
demokrasi adalah kontrol kekuasaan politik (pelaku) dengan diberikan pendidikan dan
(pemerintah dan parlemen) melalui cara pemberdayaan politik untuk dapat
politik dan hukum. Kontrol demokrasi berpartisipasi (berkehendak) dalam proses
harus didasarkan pada kesempatan yang politik dan pembangunan. Bukan sebagai
dimiliki warga, masyarakat sipil, dan objek yang selalu dimobilisasi untuk
parlemen untuk berpartisipasi dalam dimanfaatkan kepentingan politik sesaat
mekanisme untuk mengontrol, menjamin, selama dibutuhkan pada kegiatan Pemilu,
dan membela hak-hak semua pihak. Pilpres dan Pilkada. (4) Fungsi komunikasi
Maka komunikasi politik yang di politik yang diperankan oleh kekuatan
bangun dalam sistem politik demokratis, rakyat (civil society) untuk aktif beraspirasi,
yaitu: (1) Adanya kontrol kekuasaan antar menagih dan mengontrol janji politik
elit politik dan secara proaktif membuka berupa program pembangunan atau
ruang aspirasi untuk rakyat (civil society) kebijakan publik dari elit politik (eksekutif
seperti membuat media pengaduan di dan legisltaif).
kantor fraksi atau komisi dengan staf
khusus dan waktu pengaduan yang jelas. Komunikasi Politik dalam Strategi
Kemudian pemanfaatan media kotak pos Kampanye
atau melalui teknologi informasi dan Perubahan komunikasi politik dalam
komunikasi seperti pengaduan lewat Short strategi kampanye mengalami
Message Service (SMS), atau email, perkembangan, khususnya dengan
sistem pers media berita mewakili pihak Bentuk usulan komunikasi politik
yang menjalankan kekuasaan politik dan dalam strategi kampanye yang bisa
ekonomi. Surat kabar, majalah dan menjadi alternatif, dalam rangka
penyiaran bukanlah aktor independen, mewujudkan demokratisasi yang berpihak
meski mereka mempunyai potensi untuk kepada rakyat yaitu :
menjalankan kekuasaan independen; (2) Isi (1) Elit politik yang mencalonkan diri
berita selalu menunjukkan kepentingan untuk dapat duduk di legislatif (DPR dan
dari orang-orang yang membiayai pers; (3) DPRD) dan eksekutif (bupati/walikota dan
Semua sistem pers didasarkan pada gubernur), dalam melakukan strategi
kepercayaan ekspresi bebas, walaupun kampanye harus memiliki visi, misi, dan
didefinisikan dengan cara yang berbeda. program kerja yang akan ditawarkan atau
Maka demokratisasi hanya menjadi dikampanyekan kepada rakyat sebagai
simbol dan slogan politik, apabila masih pemilih melalui suatu penelitian (riset).
ada kekuasaan yang sangat kuat dan tidak Penelitian bisa secara kuantitatif seperti
dapat dikontrol oleh kekuatan lainya. survei dan polling, namun bukan hanya
Misalkan media massa yang berkolaborasi untuk mengukur popularitas dan
dengan politik atau pengusaha (media) keterpilihan terhadap calon yang selama ini
dengan penguasa (politik) menjadi suatu sering dilakukan oleh tim sukses atau
hegemoni. Sebagaimana Gramsci dalam lembaga survei. Akan tetapi juga untuk
Latif dan Ibrahim (1996) istilah hegemoni dapat mengidentifikasi masalah dan
(hegemony) yang dihadapkan dengan potensi yang sebenarnya terjadi. Kemudian
istilah kekuatan (force). Jika kekuatan penelitian secara kualitatif, dengan
diartikan sebagai penggunaan daya paksa mendatangi dan mewawancarai (dialog)
untuk membuat orang banyak mengikuti langsung kepada pemilih baik secara
dan mematuhi syarat-syarat suatu cara individu seperti tokoh-tokoh kunci
produksi tertentu. Maka hegemoni berarti (stakeholders) sebagai panutan masyarakat
perluasan dan pelestarian “kepatuhan yang dapat dijadikan pendulang suara
aktif” dari kelompok-kelompok yang (footgetter), maupun kepada kelompok
didominasi oleh kelas berkuasa lewat masyarakat atau organisasi untuk
penggunaan kepemimpinan intelektual, melakukan dialog. Bahkan kegiatan
moral, politik yang mewujud dalam bentuk- penelitian dengan survei dengan
bentuk koopasi institusional dan manipulasi menyebarkan kuesioner bisa dilaksanakan
sistemis atas teks dan tafsirannya. sekaligus dengan memanfaatkan kegiatan
Lebih lanjut menurut Gramsci dialog atau focus group discussion (FGD).
(dalam Suyanto, 2010), fenomena Maka elit politik akan memiliki data penting
hegemoni politik dan media akan tetap dan berharga dari hasil penelitian
berlangsung apabila cara hidup, cara kuantitatif dan kulitatif untuk dijadikan
berpikir, dan pandangan pemikiran bahan kampanye baik secara lisan untuk
masyarakat telah meniru dan menerima orasi di lapangan terbuka atau ketika
cara berpikir dan gaya hidup dari berdialog serta debat publik. Begitupun
kelompok elit yang mendominasi dan sebagai bahan membuat kampanye tertulis
mengeksploitasi masyarakat. seperti untuk visi, misi, dan program kerja
yang biasanya dikemas lagi dalam bentuk
media stiker, baligo, atau poster. Strategi eksekutif. Sehingga elit politik bisa lebih
kampanye politik yang harus berdasarkan dekat dan mengenal rakyat, banyak
penelitian, sesuai dengan model kampanye mendengar, belajar serta memahami
dari Ostergaard dalam Venus (2007) yang aspirasi rakyat, supaya dapat merumuskan
merancang program kampanye untuk dan memformulasikan bentuk perjuangan
perubahan sosial yang tidak didukung oleh politik atau program pembangunan untuk
temuan ilmiah tidak layak untuk rakyat. Kemudian kegiatan debat publik
dilaksanakan, karena tidak akan atau uji publik juga harus banyak
menimbulkan efek apapun dalam dilakukan, supaya rakyat sebagai pemilih
menanggulangi masalah sosial. Sehingga bisa menilai kualitas para calon legislatif
harus diawali oleh identifikasi masalah dan eksekutif yang memiliki kapasitas serta
faktual (prakampanye) yang dilakukan integritas yang dapat diandalkan. Bahan
sumber kampanye (campaign dialog atau debat publik bisa terukur dan
makers/decision maker). Kemudian dicari teruji karena visi, misi, dan program yang
hubungan sebab-akibat (cause and effect ditawarkan merupakan hasil riset politik
relationship) dengan fakta-fakta yang ada. secara kuantitatif dan kualitatif. Bahkan
Tahap selanjutnya adalah pengolahan hasil riset berupa visi, misi, dan program
kampanye dimulai dari perancangan kampanye bisa lebih dikembangkan ketika
pelaksanaan hingga evaluasi. dipresentasikan ke publik, sehingga akan
(2) Elit politik (calon legislatif dan mendapat masukkan, kritikan, dan
eksekutif) harus berani membuat kontrak dukungan terhadap program yang
politik secara tertulis dan terbuka dengan ditawarkan. Sebagaimana menurut Wasesa
rakyat sebagai pemilih, yang disaksikan (2011) sebuah merek politik, tidak hanya
khalayak (publik) ketika massa mudah menarik peserta program, tetapi
mencalonkan untuk mendapat dukungan mengembangkan program tersebut menjadi
atau dipilih. Sehingga elit politik tidak lebih luas, sehingga perolehan pendukung
hanya memberikan janji-janji politik atau akan semakin kuat.
program pembangunan yang tidak Strategi kampanye selama ini lebih
kongkrit, serta tidak hanya memberikan banyak bersifat linier atau tidak dialogis,
materi yang dikemas dalam bentuk sehingga elit politik yang mencalonkan diri,
kegiatan bakti sosial atau sumbangan. tidak mengenal dan dikenal serta tidak
Akan tetapi jelas memegang tanggung dekat dengan rakyat sebagai pemilih,
jawab hasil dialog dan perjanjian yang karena hanya melalui media seperti: stiker,
disepakti bersama dengan masyarakat kalender, pamflet, dan baligo saja yang
berupa kontrak politik. Selama ini baru ada menghiasi jalan dan fasilitas publik.
kontrak politik Pemilu damai yang Model komunikasi politik dalam
diprakarsai oleh Komisi Pemilihan Umum strategi kampanye seperti terlihat pada
(KPU) yang diaklamasikan dan gambar 3.
dipublikasikan secara terbuka. Melakukan startegi kampanye yang
(3) Kampanye yang dilaksanakan diawali dengan melakukan penelitian untuk
harus lebih banyak dan mengutamakan mendapatkan data, peta, dan konsep
kegiatan dialog antara masyarakat sebagai (program) kampanye yang lebih realistis
pemilih dengan calon legislatif dan calon dan membumi berupa visi, misi, dan
Gambar 3
Model Stategi Kampanye
Tabel 1
Jenis Evaluasi
No Jenis Evaluasi Definisi atau Tujuan
2. Proses Mengukur efek dan hasil langsung kampanye, apa, dan berapa
banyak sudah tercapai.
Meneliti pelaksanaan kampanye dan sejauhmana keberhasilan
kegiatan yang dilakukan
3. Efek Mengukur efek dan hasil langsung kampanye apa dan berapa
banyak sudah tercapai.
Menilai hasil pada populasi sasaran atau komunitas yang terjadi
sebagai akibat dari strategi dan kegiatan kampanye dan
mengukur perubahan kebijakan
kampanye yang sesuai dengan realitas masyarakat berdasarkan hasil riset politik
aspirasi, masalah dan potensi yang ada di dan evaluasi strategi kampanye.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Connolly, C.A. (2008). Stategic Communication. Lee Kaid, L and Holtz, C.B. ed.
Encyclopedia of political communication. Los Angeles, London, New Delhi,
Singapore : Sage Publications.
De Vreese, C.H. (2006). Ten Observations about the Past, Present and Future of Political
Communication. Amsterdam : Vossiuspers UvA.
Lachapelle, G.( 2005). Political Communication and Personal Influence : Do the media
make a difference?. Maarek, P.J and Wolfsfeld, G. ed. Political Communication in a
New Era : A cross-national perspective. London and New York : Routledge.
Latif, Y., Ibrahim, I.S. (1996). Bahasa dan Kekuasaan : Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung : Mizan.
Lauth, H.J. (2008). Democracy Theories. Lee Kaid, L and Holtz C.B. ed. Encyclopedia of
political communication. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore : Sage
Publications.
Lilleker, D.G. (2006). Key Concepts in Plitical Cmmunication. London, Thousand Oaks,
New Delhi : Sage Publications.
McNair, B. (2003). An Introduction to Political Communication. London and New York :
Routledge.
Mietzner, M. (2007). Local Elections and Autonomy in Papua and Aceh. Indonesia Journal,
Vol 84. Oktober 2007.
Muhtadi, A.S. (2008) Komunikasi Politik Indonesia : Dinamika Islam Politik Pasca-Orde
Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Severin,W.J., Tankard, J.W. (2007). Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Harapan di
dalam Media Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sulaiman, A.I. (2008). Komunikasi Politik Perempuan : Studi Fenomenologi Para Politisi
Perempuan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
Jawa Barat 2004-2009. Tesis, Universitas Padjadjaran.
Suyanto, B. (2010). Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Suyanto B., Amal, M.K. ed.
Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial. Malang dan Yogyakarta : Aditya Media
Publishing.
Venus, S. (2007). Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Wasesa, Agung Silih. (2011). Political Branding dan Public Relations : Saatnya Kampanye
Sehat, Hemat, dan Bermartabat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sumber lain:
Jurnal:
-----------------. 2013. Refleksi Pilkada dan Model Kepemimpinan Kepala Daerah. Jurnal
Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 2, Januari 2013, hlm. 119-138.
Internet:
Lupiyanto, Ribut. (2013). Membaca Cermat Absensi Wakil Rakyat. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/06/07/membaca-cermat-absensi-wakil-rakyat-
566477.html>. Diakses 5 September 2013.
…........................... (2012). Pemilu di Indonesia Tersibuk di Dunia Hasilnya Terburuk.
Tersedia dalam <http://petapolitik.com/news/pemilu-di-indonesia-tersibuk-di-dunia-hasilnya-
terburuk/. 12 April 2012>. Diakses 24 September 2013
Dessy Trisilowaty
Dosen Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur
HP 081334315307, email :dessy.t@hotmail.com
Naskah diterima tanggal 30 Agustus 2013, disetujui tanggal 20 November 2013
Abstract
Abstrak
133
Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial
sosial semakin berpengaruh besar di dunia istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
politik seperti dalam pemilihan umum di 1922 dengan penelitian dari Ferdinand
masa yang akan datang. Meski tidak ada Tonnies dan Walter Lippman yang meneliti
jaminan memiliki akun di media sosial pasti tentang opini publik dalam masyarakat,
akan terpilih, setidaknya media sosial kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine,
berperan dalam meningkatkan raihan suara Byrce, dan Graha Wallas di Inggris yang
dalam pemilihan umum (Kusumah, 2013). menelaah peranan pers dan pembentukan
Komunikasi politik akan menjadi opini publik. Bahkan ketika Harold D.
satu topik pembicaraan yang marak di Laswell menulis disertasi doktor tentang
tahun ini khususnya Indonesia. Tahun Propaganda Technique in the World War
politik menjadikan topik tersebut akan (1927). Praktik propaganda berkembang
dibicarakan di ranah nyata maupun dunia terutama menjelang perang dunia II ketika
maya. Hal ini terbukti dengan beberapa Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi
partai politik yang sudah memiliki akun di dengan gemilang dibawah propaganda Dr.
media sosial. Joseph Gobbel.
Meskipun bahasan tentang peranan
media massa dan pendapat umum secara
Pembahasan parsial sudah banyak dilakukan untuk
mendukung teori dan kekuatan politik,
tetapi belum mengarah pada pembentukan
Komunikasi Politik studi komunikasi politik. Setelah terjadi
Komunikasi adalah proses interaksi debat di antara calon presiden Amerika
sosial yang digunakan orang untuk Serikat tahun 1960 yang ditayangkan
menyusun makna yang merupakan citra melalui televisi, orang mulai banyak
mereka mengenai dunia (yang berdasarkan memberi perhatian terhadap media dalam
itu mereka bertindak) dan untuk bertukar memengaruhi politik (Cangara,2009).
citra itu melalui simbol-simbol. Sedangkan Konsep komunikasi politik tersebut
politik adalah proses, dan seperti masih beberapa tahun yang lalu dan
komunikasi, politik melibatkan tentunya dapat dibayangkan bagaimana
pembicaraan. Ini bukan pembicaraan konsepnya sekarang. Disesuaikan dengan
dalam arti sempit seperti kata yang karateristik masyarakat yang telah
diucapkan, melainkan pembicaraan dalam didukung oleh teknologi yang berkembang
arti yang lebih inklusif, yang berarti segala sangat pesat. Tidak menutup kemungkinan
cara orang bertukar simbol kata-kata yang muncul wacana ataupun fenomena baru di
dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, dunia komunikasi politik.
sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Oleh
karena banyak aspek kehidupan politik Teori Kepala Batu (Obstinate Audience)
yang dapat dilukiskan dengan komunikasi, Teori ini dilandasi pemahaman
sehingga disebut dengan komunikasi politik psikologi bahwa dalam diri individu, ada
(Cangara, 2009). kemampuan untuk menyeleksi siapa saja
Kajian komunikasi politik pada yang berasal dari luar dan tidak direspons
awalnya berakar pada ilmu politik, begitu saja. Teori Kepala Batu menolak
meskipun penamaan lebih banyak dikenal teori Jarum Suntik atau teori Peluru dengan
pemerintah untuk menaikkan bahan bakar 4.Sifat umum (universalitas) yaitu pendapat
minyak (BBM), atau keputusan bupati yang mewakili masyarakat luas.
untuk merelokasi pedagang kaki lima 5.Sifat affinitas, yaitu antara komunikator
(PKL). Demikian juga halnya hasil riset dan komunikan memiliki hubungan erat
yang dilakukan melalui jajak pendapat oleh dalam bentuk pertemanan yang baik.
orang yang tidak dikenal juga dapat dinilai Selain sifat pendapat umum yang
sebagai pendapat umum (Cangara,2009). telah dikemukakan, juga terdapat sifat lain
Jelaslah bahwa masalah intensitas dari pendapat umum, yakni sebagai
sangat penting dalam partisipasi politik berikut:
pada umumnya, dan perekrutan pada 1.Pendapat umum bersifat sensitif, reaktif,
khususnya. Karakterisitik kedua yang dan merisaukan.
penting, yaitu pentingnya masalah, erat 2.Pendapat umum peka terhadap kejadian
hubungannya dengan intensitas, tetapi juga yang sifatnya luar biasa.
berkaitan dengan berbagai pendapat yang 3.Pendapat umum lebih banyak
mungkin dianut seseorang. Karena dipengaruhi oleh fakta kejadian daripada
beberapa pendapat dianggap lebih penting kata-kata atau ucapan.
dari pada yang lainnya, maka mungkin saja 4.Pendapat yang dikemukakan seseorang
terjadi penonjolan pembicaraan pada suatu cenderung dikaitkan dengan kepentingan
pendapat tertentu (Rush, 2005). dirinya, dan jika kepentingan pribadi
Di sinilah kemudian para kandidat terkait, pendapat sering kali sulit diubah.
politik yang terjun ke dunia maya memiliki 5.Dalam masyarakat demokrasi, pendapat
pertimbangan tertentu salah satunya ingin umum sangat ditentukan oleh tingkat
mengetahui opini apa yang ada di pendidikan dan volume informasi yang
masyarakat terkait dengan pencalonan dimiliki.
mereka. Terutama juga apakah keinginan 6.Dalam situasi yang kritis, orang
utama publik tersebut sehingga dapat cenderung mencari pegangan pada orang
ditentukan langkah kemudian dalam yang bisa memimpinnya. Bila pemimpin
penggalangan dukungan. Hal ini tidak serta mereka mampu menunjukkan
merta dapat dilaksanakan begitu saja, kewibawaannya, si pemimpin akan
mereka para calon harus memiliki tim yang menerima dukungan sepenuhnya.
paham terkait dengan masyarakat yang Sebaliknya jika tidak, ia akan kehilangan
ada di dunia maya. Sekaligus dengan kepercayaan (Cangara,2009).
segmentasi khalayak sasaran. Sehingga Karakteristik di atas sesuai dengan
mereka dapat mempersiapkan dengan baik masyarakat yang sedang diterpa media
melalui strategi yang cukup mapan. sosial saat ini. Ditambah fenomena
percepatan informasi menambah kuatnya
Sifat Opini Publik khalayak untuk terus memperbarui
Opini publik atau pendapat umum informasi dan mengolahnya sesuai dengan
pada dasarnya memiliki lima macam sifat, kebutuhan masing-masing ataupun
yakni sebagai berikut: komunitas tertentu. Kandidat yang ingin
1.Sifat penyederhanaan. mendapatkan dukungan harus mampu
2.Sifat labil (mudah berubah). menyeimbangkan cara berpikir. Melalui
3.Sifat aktualitas, baru, dan hangat. informasi yang terus mengalir dan
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arifin, Anwar.(2003). Komunikasi Politik. Jakarta: BalaiPustaka.
Cangara, Hafied.(2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:
RajaGrafindoPersada.
Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi poliitk: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Piliang, Yasraf A. (2005). Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam Era Virtualitas.Yogykarta:
Jalasutra.
Rush, Michael DAN Althoff, Phillip. (2005). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Sumber lain:
Internet:
Anonim. (2013).Generasi Y, Majalah Femina edisi 30/XLI Juli-Agustus.
Kumoro, Bawono.(2013). SBY Media Sosial dan Komunikasi Politik. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/07/08/sby-media-sosial-dan-komunikasi-
politik-571784.html>. diakses tgl 15 september 2013.
Kusumah, Indra.(2013). Pilgub Dunia Maya. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/02/27/pilgub-dunia-maya-532726.html>
diakses tgl 15 september 2013
Priyanti. (2012). Opini publik. Tersedia dalam
<http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/opini-publik-public-
opinion.html#more>. diakses tgl 15 september 2013
Abstract
Abstrak
Keterwakilan perempuan dalam parlemen dari Pemilu ke Pemilu memiliki angka yang
rendah, walaupun pemerintah sudah melakukan terobosan melalui aksi afirmasi untuk
tercapainya kuota 30%, sejak Pemilu tahun 2004 dan Pemilu 2009. Banyak faktor yang
memengaruhi ketimpangan, selain rendahnya komitmen partai, rendahnya kepercayaan
masyarakat dan partisipasi pemilih, juga persaingan antarcalon. Karena itu diperlukan
strategi komunikasi politik kaum perempuan untuk meraih kepercayaan rakyat.
141
Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014
harkat dan martabat kaum perempuan. Rakyat Daerah tingkat Provinsi, Dewan
Kedua undang-undang tersebut, Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat
mengamanatkan perlunya pendidikan Kabupaten/Kota, KPU telah menetapkan
politik dengan memerhatikan keadilan dan jadwal pendaftaran, pada tanggal 9 s/d 22
kesetaraan gender. Kesetaraan gender pada April 2013, sedangkan pengumuman
Undang-Undang No. 2 tahun 2008 telah Daftar Calon Sementara telah ditetapkan
ditentukan secara tegas mengenai posisi tanggal 13 juni s/d 18 juni 2013. Partisipasi
keterwakilan perempuan dalam perempuan dalam pentas pollitik formal,
kepengurusan suatu parpol. Sementara diawali hadirnya kebijakan affirmative,
Undang-Undang No. 10 tahun 2008 sejak Pemilu 2004, yang dimuat pada ayat
memiliki prinsip yang sama, yaitu adanya 1 pasal 65 Undang-Undang No.12 tahun
affirmative action, yang artinya perempuan 2003, untuk dinominasikan dalam
di DPR minimal harus mencapai 30%. memperebutkan kursi, selanjutnya pada
Undang-Undang No. 8 tahun 2012, juga Undang-Undang No. 2 tahun 2008, telah
mengamanatkan keterwakilan perempuan ditentukan secara tegas mengenai porsi
di parlemen. Affirmative Action, keterwakilan perempuan dalam
merupakan terobosan untuk mencapai kepengurusan suatu parpol. Sementara
keadilan gender, yakni program khusus pada Undang-Undang No. 10 tahun 2008,
untuk lebih memungkinkan kaum memiliki prinsip yang sama yakni adanya
perempuan memainkan perannya dalam affirmative action, yang menyatakan secara
masyarakat sesuai kemampuan talentanya tegas harus mencapai 30% perempuan di
(Anugrah, 2009). Karena itu, menjelang parlemen. Pada Peraturan KPU No. 12
Pemilu 2014, geliat politik sudah semakin tahun 2012 tentang verifikasi Parpol
meningkat, tahapan pencalonan dan Peserta Pemilu dalam Bab VII tentang
pengumuman calon anggota parlemen dari pencalonan, pada pasal 55 secara tegas
berbagai jenjang sudah dapat diakses dinyatakan: Daftar Calon sebagaimana
melalui media, tahap sosialisasi para calon dimaksud, paling sedikit memuat 30%
sudah tampak, berbagai foto calon dan keterwakilan perempuan. Affirmative
baligo menghiasi berbagai sudut kota dan action merupakan terobosan untuk
desa, juga di media masa. mencapai keadilan gender, yakni program
khusus untuk lebih memungkinkan kaum
Implementasi Afirmasi pada Pemilu 2014 perempuan memainkan perannya dalam
Penetapan calon anggota DPRRI, masyarakat sesuai kemampuan talentanya
DPD, DPRD Provinsi, DPRD (Anugrah, 2009).
Kabupaten/Kota, sudah dimulai. Tren Afirmasi merupakan peluang secara
mulainya fenomena perempuan yang khusus bagi kalangan perempuan untuk
terjun karena politik sudah mulai tampak. berkemungkinan luas menjadi anggota
Sejalan dengan ketentuan Komisi parlemen. Lahirnya pengaturan prinsip
Pemilihan Umum pasal 20 ayat (1) keterwakilan perempuan atau disebut kuota
Peraturan KPU No. 8 tahun 2013 tentang perempuan, berawal dari ketidakpuasan
Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilu berbagai kalangan, khususnya kelompok
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan perempuan. Terlambatnya jumlah
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan perempuan yang masuk arena politik
menjadi alasan mengapa perempuan periode Pemilu, aksi afirmasi hanya bekerja
berhak atas afirmasi. Selain batas kuota sampai ke tahap pencalonan. Ketiadaan
minimal bentuk afirmasi lain yang sanksi ini menyebabkan Pemilu-Pemilu
digunakan untuk mendorong terpenuhinya sebelumnya, yaitu pada Pemilu tahun 2004
keterwakilan perempuan di parlemen dan Pemilu tahun 2009 banyak parpol
adalah reserved seat dan zipper system. bahkan parpol besar tidak memenuhi kuota
Reserved seat adalah penetapan jumlah pencalonan, yang memenuhi justru partai-
kursi yang harus ditempati oleh partai kecil yang kesempatannya untuk
perempuan secara minimal dalam hal ini terpilih sangat kecil. Namun dalam
30% setiap daerah pemilihan diwakili Undang- Undang Pemilu No. 8 tahun 2012,
perempuan. Sedangkan zipper system Bab VII, pasal 59 (2), tentang pencalonan
ditujukan untuk memastikan agar anggota DPR/D Provinsi Kabupaten/Kota,
perempuan dan laki-laki secara selang menyatakan, dalam hal daftar calon tidak
seling tertulis dalam daftar, sehingga ada memuat sekurang-kurangnya 30%
representasi berimbang antara kedua jenis keterwakilan perempuan, maka KPU, KPU
kelamin itu dalam pencalonan (Budiarti, Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
2011). memberikan kesempatan kepada Parpol
Walaupun afirmasi sudah tertuang untuk memperbaikinya. Artinya KPU
dalam Pemilu yang lalu namun berhak menolak pencalonan partainya
keterwakilan perempuan yang duduk di apabila kuota perempuan belum mencapai
parlemen masih jauh dari harapan. Selain sekurang kurangnya 30% Tabel 1
karena dalam Undang-Undang Pemilu menunjukkan keterwakilan perempuan di
Legislatif, ketentuan kuota calon yang DPRRI, DPRD Provinsi, dan DPRD
tidak mengikat, terbukti dalam beberapa Kabupaten/ Kota, periode 2009-2014.
Tabel 1
Keterwakilan Perempuan DPR RI,DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota tahun 2009-2014
Tabel 2
Keterwakilan Perempuan di DPR RI/DPRD Prof/DPRD Kab/Ko dari unsur partai
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anugrah, Astrid. (2009). Keterwakilan Perempuan Dalam Politik. Jakarta: Penerbit
Pancuran Alam.
Jurnal:
Budiarti, Aisah Putri.(2011).Bayang-bayang Afirmasi Keterwakilan Perempuan di Parlemen
Indonesia. Jurnal Studi Politik FISIP UI. Vol.1 No.2. Hal. 102.
Surat Kabar:
Hikmat, Malik.(2013).Surat kabar Pikiran Rakyat; tanggal 30 September dan tanggal 3
Oktober 2013.
Warlan, Asep. (2013). Surat kabar Pikiran Rakyat; tanggal 30 September dan tanggal 3
Oktober 2013.
Internet:
Indaru, Setyo Nurprojo. (2010).Komunikasi Politik Calon Legislatif di Pemilu 2009: Studi
Kasus pada PKS di Kabupaten Purbalingga. Acta diurna, Vol 6 No.1 2010. Tersedia
dalam<http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/Komunikasi%20Politik
%20Calon%20Legislatif%20-%20Indaru%20S%20Nurprojo.pdf> Diakses 9
September 2013.
Badan Pusat Statistik. (2010). Jenis Kelamin Penduduk. Tersedia dalam
<http://sp2010.bps.go.id>. Diakses tanggal 9 September 2013
Noneng Sumiaty
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI)
Jl.Pajajaran No.88 Bandung - 40173, Jawa Barat, telp.022-6017493,Fax.022-6021740, HP 08122303764
Naskah diterima tanggal 31 Oktober 2013, disetujui tanggal 20 November 2013
Abstract
Democratic party which will be held in 2014 is the right of the people to elect their
representatives as legislator and choose their leaders in executive that is the president and
vice president. General election will be held directly by the people and confidential.
Currently political parties through the mass media towards general elections has conducted
various activities either secretly or openly. Political message packaged and displayed in a
variety of electronic media such as television either in the form of advertisements or talk
show hosted directly by the host/announcer of the television station organizer.
Advertisement screening and talk shows on television is considered more effective by the
political party in spreading the message to the public, they expect the audience will vote
them in the 2014 general election.
Abstrak
Pesta demokrasi yang akan dilaksanakan tahun 2014 mendatang merupakan hak rakyat
untuk memilih wakilnya sebagai anggota legislatif dan memilih pemimpinnya di bidang
eksekutif yaitu presiden dan wakil presiden. Pemilihan Umum (Pemilu) akan dilaksanakan
secara langsung oleh rakyat dan bersifat rahasia. Saat ini partai politik melalui media
massa dalam menghadapi Pemilu telah melakukan berbagai kegiatan baik secara
terselubung atau terang-terangan. Pesan politik dikemas dan ditayangkan dalam berbagai
media elektronik seperti di televisi baik berupa iklan atau acara talk show, yang dipandu
langsung oleh host/penyiar dari stasiun televisi penyelenggara. Penayangan iklan dan acara
talk show di televisi dianggap lebih efektif oleh partai politik dalam menyebarkan pesan ke
masyarakat, mereka mengharapkan penonton dapat memilihnya dalam Pemilu 2014
mendatang.
151
Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan iklan kampanye sulit untuk bisa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia digolongkanm sebagai kampanye dalam
berdasarkan Pancasila dan Undang- (Easy, 2013).
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu
Tahun 1945.
Setelah masyarakat didaftar dalam
Pemberitaan, penyiaran, dan iklan
Daftar Pemilih Tetap (DPT), menjelang
kampanye adalah penyampaian pesan
Pemilu berlangsung masyarakat akan diberi
pesan kampanye oleh peserta Pemilu
surat panggilan pencoblosan dari panitia.
kepada masyarakat melalui media
Partisipasi masyarakat dalam Pemilu akan
cetak4dan elektronik secara berulang-ulang
terlihat pada saat pencoblosan, apakah
berbentuk tulisan, gambar, animasi,
mereka datang untuk mencoblos atau
promosi, suara, peragaan, sandiwara,
mereka tidak hadir dengan berbagai alasan.
debat, dan bentuk lainnya yang berisi
Berbagai faktor partisipasi dalam
ajakan, imbauan untuk memberikan
politik antara lain: peluang, sumber daya,
dukungan kepada peserta Pemilihan
dan motivasi. Peluang merupakan
Umum.
kesempatan bagi masyarakat untuk ikut
Untuk Pemilu 2014 sudah ada
serta dalam menentukan pilihan dalam
kemajuan dalam pengaturan media. KPU
memilih wakil rakyat atau memilih
melalui Peraturan KPU No. 15/2013 sudah
presiden, sebagai perwujudan dari
tidak melarang penyiaran berita pada masa
demokrasi. Sementara sumber daya adalah
tenang seperti yang diharapkan media,
kemampuan yang dimiliki masyarakat, baik
walaupun hal serupa masih tercantum
sumber daya sosial, kelas sosial, atau
dalam UU Pemilu. Peraturan tersebut
sumber alam (letak demografis) sehingga
sebagai penyempurnaan dari Peraturan
mereka bisa berpartisipasi dalam Pemilu.
KPU No. 1/2013 tentang Pedoman
Motivasi adalah motivasi personal yang
Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota
mendasari kegiatan politik; antara lain
DPR , DPD, dan DPRD juga sudah
disengaja atau tidak sengaja, rasional atau
menghilangkan sanksi pencabutan izin
emosional, diilhami psikologis atau sosial,
penyiaran atau izin penerbitan media
diarahkan dari dalam diri sendiri atau dari
massa cetak.
luar serta dipikirkan atau tidak dipikirkan.
Pembahasan yang menarik dalam
Ada pula motif yang mendorong orang
pengaturan media adalah isu curi start.
untuk berpartisipasi maupun bagaimana
Banyak “berita” atau “iklan” yang mirip
cara berpartisipasi (Nimmo, 2001).
dengan iklan kampanye yang ditayangkan
Pesan politik dibawa melalui
sebelum waktu kampanye. Pelanggaran
komunikasi politik ke dalam matrik peluang
terhadap waktu kampanye dapat dipidana
resmi yang dipersepsi, sumber daya sosial,
dengan pidana kurungan paling lama satu
dan motivasi sosial yang merupakan dunia
tahun dan denda paling banyak dua belas
seseorang. Pesan itu berisi informasi
juta rupiah (pasal 276, UU Pemilu). Namun
tentang pilihan yang tersedia. Pilihan mana
karena pengertian kampanye dalam UU
yang diperhitungkan oleh mereka yakni,
Pemilu itu terdiri atas berbagai macam
yang ditanggapi, bukan yang diberi reaksi
informasi dan ajakan yang bersifat
menyebabkan perbedaan dalam kegiatan
kumulatif, “berita” dan “iklan” yang mirip
politik mereka. Dari situ munculah pilihan
talk show yang biasanya para mahasiswa anggota legislatif maupun calon presiden
atau anggota partai politik. Nara sumber dan wakil presiden, akan sampai ke
bisa dari pakar atau tokoh-tokoh yang khalayak penonton dengan efektif,
berkepentingan, atau dari aktor politik yang sehingga khalayak mampu menentukan
akan menjadi calon anggota legislatif dari pilihan yang sesuai dengan hati nuraninya.
sebuah partai politik atau seseorang yang Ada kalanya khalayak berubah pikiran
akan menjadi calon presiden atau wakil setelah menerima pesan dari aktor politik,
presiden. yang tadinya tidak punya pilihan menjadi
Melalui media televisi pesan politik punya pilihan yang mantap.
dari aktor politik baik sebagai calon
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ali, Novel. (1999). Peradaban Komunikasi Politik, Potret Manusia Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. (2001). Political Communication and Public Opinion and America.
(Komunikasi Politik, khalayak dan Efek). Penerjemah Tjun Surjatman. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hamad, Ibnu. (2007). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Masa, Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Littlejohn, Stephen W., Karaen A Foos. (2008). Theories of Human
Communicvation.Thomson Wadswort: Belmont.
Kaid, Lynda Lee. (2004). Handbook of Political Communication Research. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
Reilly, Susan Smith. (1997). Geo-Politic Media and Public Sphere, dalam Paletz, David L.
(ed), Politik Communication: Approaches, Studies, and Assessments, Volume II,
Norwood. New Jersey: Ablex Publishing Corporation.
Jurnal:
Rusadi, Udi. (2012). Talk Show Isu Publik Di Televisi Dan Dinamika Demokrasi. Jurnal
Studi Komunikasi Dan Media. Vol. 16 No. 1. hal. 17-25.
Internet
Gayatri, Gati. (2012). Efek Iklan Politik dalam Media Massa Terhadap Perilaku Memilih
dalam Pemilu. Jurnal Ilmiah Komunikasi Massa. Tersedia dalam <http://www.
balitbang.depkominfo.go.id/>, diakses tanggal 11 September 2013.
Milana R.(2010). Pesan-pesan politik. Tersedia dalam
<http://allcommunication.blogspot.com/2010/12/pesan-pesan-politik.html>.
diakses tgl 11 September 2013.
Surat Kabar:
Eisy, Ridlo Muhammad (2013). Media dan Pemilu 2014. Surat Kabar Harian Pikiran
Rakyat, tanggal 29 Oktober 2013. hal 28.
Nana Suryana
Balai Pengkajian dan pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung – 40173, Jawa Barat, telp. 022-6017493, HP: 081220308326
Naskah diterima tanggal 29 Oktober 2013, disetujui tanggal 20 November 2013
Abstract
Advertising on television as a means to promote the presidential and vice presidential
candidates figures and their performance. Indirectly offer work programs, mission, vision
and other political appointments. The goal is to obtain the image, popularity and
electability. This is part of the political dynamics that deserves to be discussed/reviewed.
The result showed that political advertising can impact positively or negatively on the
public, frequency of exposure or exposure to media, the quantity and quality of their
advertisement in conveying political messages and attitudes and the appreciation of the
political community itself. Political advertising influence on cognitive effects. If popularity
can be achieved through political advertisement, then with the popularity asset will gain
electability, this assumption can be justified because it is a great opportunity but not an
absolute. As for political parties that do not have/carry the presidential/vice presidential
candidate in 2014, the party elite perform a search intensively by political maneuvering,
political lobbying, coalition plans, conventions and "blusukan".
Abstrak
Iklan politik melalui televisi sebagai sarana untuk mempromosikan figur dan performa
capres/cawapres. Secara tidak langsung menawarkan program kerja, misi, visi, dan janji
politik lainnya. Tujuannya untuk memperoleh citra, popularitas, dan elektabilitas. Hal ini
merupakan bagian dinamika politik yang layak untuk dibahas/dikaji. Hasilnya,
menunjukkan bahwa iklan politik bisa berdampak positif atau negatif terhadap masyarakat,
tergantung dari frekuensi penayangan atau terpaan medianya, kualitas dan kuantitas iklan
dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya, serta sikap dan apresiasi politik. Iklan politik
berpengaruh terhadap efek kognitif. Jika popularitas bisa diraih lewat iklan politik, maka
dengan bermodalkan popularitas akan memperoleh elektabilitas, anggapan seperti ini
dapat dibenarkan karena memang peluangnya besar tapi tidak mutlak. Sedangkan bagi
161
Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014
sukses yang berimbas pada peningkatan Mengingat ini ranah politik, berbagai
kualitas perpolitikan di tanah air. kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja iklan
Dalam suasana dinamika politik ini, politik berpengaruh secara langsung, bukan
ada capres dan cawapres, misalnya ARB sesuatu hal yang tidak mungkin. Hanya
sudah memanfaatkan media massa yang mungkin dapat dipastikan adalah
elektronik (televisi) untuk menayangkan memperoleh efek kognitifnya,
iklan politiknya. Dengan seringnya kemungkinan besar perolehannya tidak
tayangan iklan politik ini diharapkan dapat akan sulit, apalagi kalau iklan politiknya
menaikkan citra dan popularitas diri sering ditayangkan.
(capres) yang selanjutnya dapat Perolehan pengetahuan yang bisa
memperoleh elektabilitas. Sehingga tidak menambah wawasan ini akan berindikasi
salah jika iklan politik ini bisa juga disebut pada perubahan pikiran, pendapat, dan
sebagai upaya pencitraan politik. kepercayaan masyarakat. Setidaknya
Adanya upaya pencarian citra dan masyarakat menjadi ingat dan hafal betul
popularitas melalui iklan politik adalah dengan figur, capres dan cawapres berikut
sesuatu hal yang wajar. Sebagai sarana pesan-pesan politik yang ditawarkan
sosialisasi dan komunikasi politik yang bisa melalui iklan politiknya. Sementara untuk
dinilai efektif dan efisien. Untuk lebih jelas efek afektif dan konatifnya biasanya
lagi yang dimaksud dengan pengertian menunggu perkembangan efek kognitif
iklan politik adalah sebagai kegiatan yang berimbas pada sikap politiknya lebih
mempromosikan diri dengan citra baik di lanjut.
hadapan masyarakat dengan adanya Selain melalui televisi, iklan politik
unsur-unsur politik untuk tercapainya bisa juga dilakukan melalui media
tujuan tertentu. Iklan politik ini sering informasi lainnya seperti melalui radio,
digunakan oleh para calon pemimpin untuk papan reklame, spanduk, baligo, dan lain-
mendapatkan suara terbanyak dan lain. Dengan cara seperti ini pun efeknya
menjadikan citra baik di mata masyarakat. kemungkinan tidak akan jauh berbeda
Selain itu para calon ini juga ingin agar dengan cara melalui televisi, walaupun
masyarakat dapat mengenal calon sasaran pembacanya mungkin terbatas.
pemimpinnya (Afdjani, 2012). Pemasangan iklan politik hanya melalui
Melalui iklan politik, bukan hanya visual (gambar), walaupun dilihat dari
sekedar trik politik mencari citra baik di sudut pendidikan politik rendah, tapi bisa
masyarakat, tapi juga untuk memperoleh saja melebihi keefektifan di atas, sebab
dukungan masyarakat. Karena setelah setiap hari gambar capres ini kelihatan oleh
memperoleh citra baik, akan siapa saja yang melewati tempat/jalan di
mempermudah dalam memperoleh mana foto/gambar capres dan cawapres
popularitas. Setelah memperoleh dipajang.
popularitas memberikan peluang besar Walaupun sudah ada capres dan
untuk memperoleh elektabilitas dan/ atau cawapres yang melakukan
memenangkan Pilpres dan cawapres 2014. pemasangan/penayanngan iklan politiknya
Dilihat dari aspek komunikasi, dampak melalui televisi namun belum tentu mereka
iklan politik secara keseluruhan sulit dan memperoleh popularitas dan elektabilitas
tidak bisa dipastikan. yang tinggi. Sebab keterpengaruhan
Gambar 1
Iklan Politik di Media Massa
Sarundayang. Tujuh orang lagi pesertanya Terlepas dari maksud dan tujuan
dari luar PD, yaitu Dino Patti Djalal, pemasangan iklan politik, pencarian
Dahlan Iskan, Irman Gusman, Endriartono popularitas dan elektabilitas, serta kegiatan
Sutarto, Ali Masykur Musa, Anis Baswedan, politik (manuver, lobi-lobi, konvensi, dan
dan Gita Wiryawan. Hasilnya, peserta “blusukan”) elit partai lainnya dan hasil-
konvensi yang terbaik adalah Dahlan Iskan hasil suvei lembaga survei yang ada di
dan Anis Baswedan. Meskipun sudah Indonesia, semuanya menggambarkan
diketahui peserta konvensi terbaik, namun suatu dinamika politik yang bertendensi
sampai saat ini belum ada informasi resmi positif menjelang dilangsungkannya Pilpres
yang akan menjadi capres dari Partai 2014. Dilihat dari perspektif pembangunan
Demokrat. politik (political building), dinamika politik
Kemudian ada juga yang melakukan masyarakat dapat dinilai positif, sangat
kunjungan ke pesantren-pesantren, menggairahkan dan menunjang pada
menemui para kiainya guna mendapat pembaharuan politik berjalan lancar.
restu dan dukungan, seperti yang dilakukan Ada yang menggembirakan, yaitu
Rhoma Irama. Wiranto-Hari Tanoesoedibjo situasi dan kondisi politik baik di tingkat
(capres/cawapres) “blusukan”nya ke lokal maupun nasional secara umum
komunitas masyarakat pasar tradisional. kondusif. Tidak ada kecenderungan untuk
Hal itu baru dilakukan oleh tokoh/elit partai terjadinya konflik politik, karena sudah
politik, belum lagi yang dilakukan oleh para berjalan pada rel politiknya masing-masing.
pendukung atau simpatisannya. Sehingga tumbuh subur di kalangan
Semua kegiatan dan komunikasi masyarakat dan merasa termotivasi untuk
politik yang mereka lakukan tujuannya memberikan informasi politik secara
adalah untuk memperoleh dukungan dan merata. Kondisi politik seperti ini harus
citra baik di masyarakat. Selanjutnya bisa terus dipelihara dan dikembangkan, karena
mengantarkan pada perolehan popularitas mempunyai nilai tambah bagi peningkatan
dan elektabilitas. Di sini mereka penuh partisipasi politik aktif dan kedewasaan
kehati-hatian dan banyak pertimbangan berpolitik.
dalam menentukan capres/cawapres 2014,
agar meraih kesuksesan, karena jika salah
memilih mungkin akan gagal dalam meraih Penutup
suara.
Sikap politik masyarakat ternyata Pemilihan presiden 2014 yang
sangat menentukan juga untuk diterima merupakan pesta politik lima tahunan,
atau ditolaknya iklan politik. Sikap politik waktunya masih cukup lama, sehingga
masyarakat sekarang kadang-kadang sulit baru ada satu dua capres/cawapres yang
dipengaruhi, diiming-imingi, dirayu apalagi sering muncul dalam iklan politik di televisi.
ditakuti, atau dibohongi. Kondisi sikap Tidak salah karena tujuannya adalah
politik demikian berkat kemajuan mempromosikan figur dan performa, serta
pendidikan politik secara formal dan menawarkan program kerja dan janji
non/informal, masyarakat menjadi kukuh politik, sehingga memperoleh popularitas
pendirian politiknya. dan elektabilitas. Padahal kedua aspek ini
memang memiliki indikasi saling
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arifin, Anwar (2006). Pencitraan dalam Politik: Strategi Pemenangan Pemilu Dalam
Perspektif Komunikasi Politik. Jakarta:Pustaka Indonesia.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, Anton WW, Hendrawan S (2003). Invasi Pasar dengan iklan
yang Efektif. Jakarta: PT Gramedia, Erlangga.
Liliweri, Alo .(1992). Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Abadi Bakti.
Aini, Nurul dan Phillipus. (2006). Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Widiasarana Indonesia, PT Gramedia,
Sumber lain:
Internet:
Afdjani, Hardiono. (2012). Periklanan Politik.Tersedia dalam <http://catatan-
anakfikom.blogspot.com/2012/03/periklanan-politik.html >.Diakses pada 2
September 2013] .
Fathoni, Lutvian Wildan. (2012). Dampak Iklan Politik Terhadap Hasil Pemilu.Tersedia
dalam<http://wildanlf.blogspot.com/2012/05/dampak-iklan-politik-terhadap-
hasil.html>diakses pada 2 September 2013.
Fhilosopheryn. (2013). Teori Sikap dan Sikap Politik. Tersedia dalam
<http://blogspot.com/2013/01/teori. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Mustofa, Arif C. (2009). Pengaruh Pemasangan Iklan Politik Luar Ruangan Terhadap Minat
Pilih Masyarakat (studi kasus minat pilih tukang becak dikabupaten
bojonegoro).Tersedia dalam <http://ariefmustofa.blogspot.com/2009/07/pengaruh-
pemasangan-iklan-politik-luar.html >.diakses pada 2 September 2013.
Diana, Annur.(2013). Penentu Suatu Pilihan Popularitas atau Elektabilitas. Tersedia dalam
<http://kitabasmikorupsi.blogspot.com/2013/02/penentu-suatu-pilihan-popularitas-
atau-elektabilitas.html> diakses pada 3 September 2013.
Udianto.(2013).Peran Adverttisment dalam Meningkatkan Popularitas.Tersedia
dalam<http://udianto.blogspot.com/2013/01/peran- advertisment-dalam-
meningkatkan-20.html.
Haryati
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung-40173, Jawa Barat, Telp. (022) 6017493, Fax. (022) 6021740
E-mail: haryati@kominfo.go.id
Naskah diterima tanggal 18 November2013, disetujui tanggal 30 November 2013
Abstract
Dynamics and competition ahead of The 2014 election, between political party and
between political figure is high, between other at political imaging the political figure in mass
media. Mass media into land strategic in conveying messages political to public. Namely in
the formation of public opinion and in construct an image of politics. Mass media according
to his position, he should act as independent agency that can provide the correct political
information and objective, without any particular political interest against certain. Mass
media contribute to improving the quality of implementation and quality of the 2014
election contenstants. Mass media has a duty in deliver the 2014 elections not just event
ceremonial but also substantial the political rights of citizens.
Keywords: political imaging, mass media, the 2014 elections
Abstrak
Dinamika dan persaingan menjelang Pemilu 2014, antara partai politik dan antara politisi
sangat tinggi, antara lain pada pencitraan politik yang dilakukan para tokoh politik. Media
massa menjadi lahan strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik kepada
masyarakat. yakni dalam pembentukan opini publik dan dalam membangun citra politik.
Media massa sesuai dengan kedudukannya, hendaknya berperan sebagai lembaga
independen yang dapat memberikan informasi politik secara benar dan objektif, tanpa ada
unsur pemihakan terhadap kepentingan politik tertentu. Media massa turut berkontribusi
dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan kualitas kontestan Pemilu 2014. Media
massa mempunyai kewajiban dalam mengantarkan Pemilu 2014 tidak sekedar ajang
seremonial tetapi juga substansial sebagai pelaksanaan hak-hak politik warga negara.
173
Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014
Media massa menjelang Pemilu 2014 tujuh surat kabar nasional, yaitu Kompas,
juga seringkali menampilkan publikasi hasil Media Indonesia, Indo Pos, Republika,
survei terkait partai politik ataupun tokoh Rakyat Merdeka, Suara Pembaruan, dan
politik. Apakah disengaja atau tidak Seputar Indonesia dengan menggunakan
disengaja, publikasi hasil survei tersebut metode analisis isi tematik. Sembilan tokoh
seringkkali mengangkat tokoh politik atau yang diteliti adalah, Aburizal Bakrie, Anas
parpol tertentu atau sebaliknya Urbaningrum, Ani Yodhoyono, Hatta
menjatuhkan tokoh politik atau parpol Rajasa, Megawati Soekarnoputri, Prabowo
tertentu. Subianto, Sri Mulyani Indrawati, Sri Sultan
Developing Countries Studies Center Hamengkubuwono X, dan Surya Paloh.
(2011), dalam rentang waktu 1 Januari-31 Hasil analisis menunjukkan kecenderungan
Desember 2011, melakukan analisis isi pemberitaan para tokoh kandidat capres
media terhadap 7.476 artikel tentang 2014 sebagai berikut;
sembilan tokoh kandidat capres 2014 pada
Tabel 1
Kecenderungan Pemberitaan Para Tokoh Kandidat Capres 2014
Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan DI Yogyakarta (34
Sri Sultan Hamengkubuwono X 5.70%
%).
Pemilu 2014 (7 %).
dalam proses politik.). Swanson dan satu di partai tersebut melalui slogan “PAN
Nimmo (1990) dalam New Direction in Merakyat”, iklan politik tersebut tampak
Political Communication, mengatakan, secara terselubung menampilkan Hatta
mainstream komunikasi politik adalah studi Rajasa sebagai sosok yang tepat sebagai
tentang strategi penggunaan komunikasi kandidat capres dari PAN; sementara
untuk memengaruhi pengetahuan publik, Aburizal Bakrie dengan Partai Golkar-nya
kepercayaan dan tindakan politik (Nimmo, mengangkat slogan “Suara Golkar, Suara
1993). Adapun fungsi komunikasi politik, Rakyat”.
menurut Gazali (2004) adalah: 1) Semua memang terkesan lebih
mengurangi ketidakpastian; 2) untuk merupakan politik pencitraan semata.
kepentingan publik (prospective public Politik citra sejak tahun 1840, Gazali dalam
policies); 3) sebagai alat untuk memprediksi Putra (2008) merupakan sebuah kajian
; dan 4) merencanakan dan menjelaskan penting dalam tataran praktik komunikasi
komunikasi strategis. politik di Amerika (Schmuhl, 1992).
Di tengah keberagaman media saat Sebuah kajian narasi historis waktu itu
ini, sesungguhnya masyarakat membahas pertarungan kampanye antara
mendapatkan kemudahan terhadap akses Martin Van Buren melawan William Henry
berbagai informasi. Berbeda pada era Harrison. Dalam khasanah komunikasi
sebelumnya pada era Orde Baru – politik modern, para calon presiden atau
komunikasi politik tidak berkembang secara posisi pejabat publik lain memang perlu
terbuka seperti saat ini. Fenomena melakukan suatu “re-styling of politics”
perkembangan komunikasi politik di yang meliputi proses “consumerism,
Indonesia saat ini, memperlihatkan dampak celebrity and cynism”(Gazali dalam Putra,
cukup nyata terhadap cara-cara 2008: 17). Artinya mau tidak mau mereka
berkampanye para tokoh politik menjelang harus bekerjasama dengan pengaruh-
Pemilu 2014. Hampir semua tokoh politik pengaruh liberalisasi sistem media yang
yang memproklamirkan diri sebagai capres- mengedepankan kapital (dan karena itu
cawapres dalam Pemilu 2014 muncul orientasi utama media adalah pemasukan,
dalam iklan-iklan politik dan pemberitaan antara lain melalui iklan-iklan politik).
media sebagai sosok pribadi yang baik dan Kemudian, mereka harus terlibat demikian
berpihak kepada rakyat. Melalui berbagai intens dalam pertarungan untuk menjadi
simbol visual, slogan-slogan berupa frasa selebriti melalui iklan-iklan politik itu, dan
seperti “Pengabdian Bagi bangsa dan berbagai penampilan lain di media,
Negara” (Prabowo Subianto, kandidat utamanya televisi. Akhirnya mereka harus
capres dari Partai Gerindra); pasangan mewaspadai timbulnya sinisme karena
Wiranto – Hary Tanoe capres dan begitu banyaknya perhatian akan citra dan
cawapres dari Partai Hati Nurani Rakyat upaya menjadi selebritis tadi, yang pada
(Hanura) “Win HT Bersih, Peduli, Tegas”, umumnya akan menafikan isi atau aspek
Hatta Rajasa meskipun belum secara tegas informasi yang dibutuhkan publik dari
memproklamirkan diri sebagai capres 2014, kampanye-kampanye tersebut. Sejatinya,
namun melalui iklan politik Partai Amanat komunikasi politik diletakkan pada tujuan
Nasional (PAN), yang menampilkan tokoh utamanya yaitu memberikan informasi
PAN Hatta Rajasa sebagai orang nomor selengkap mungkin untuk publik, sehingga
nantinya publik dapat melakukan pilihan dan cawapres yang paling mampu
terhadap calon atau kebijakan politik mengangkat citra positiflah yang dapat
tertentu berdasarkan pengetahuan atau memenangkan ajang Pemilu. Berdasarkan
informasi yang cukup mengenai tokoh atau tanda-tanda awal dari kampanye yang bisa
kebijakan tersebut. dilihat di media, Gazali dalam Putra,
Bila melihat realitasnya, terdapat (2008), memprediksi bahwa yang akan
ketidakseimbangan bukan hanya pada memenangkan Pemilu 2004 adalah
para calon atau kandidat capres dan pasangan calon presiden dan wakil
cawapres satu dengan lainnya dalam presiden yang paling mampu mengangkat
memperoleh ruang untuk melakukan citranya (lepas dari soal kualitas isi pesan
komunikasi politik di media, tetapi yang disampaikan selama kampanye),
menyangkut beberapa aspek lainnya. yang paling gemilang sebagai selebritis, dan
Kedekatan sejumlah tokoh politik dengan memiliki kemampuan sangat tinggi dalam
mediapun seringkali merupakan membelanjakan uang untuk iklan politik,
keuntungan tersendiri bagi tokoh tersebut, serta juga memiliki kedekatan dengan
untuk lebih luas memperkenalkan diri beberapa media tertentu, khususnya
kepada publiknya. Faktor kedekatan televisi. Dalam semua kriteria itu, pasangan
tersebut bisa karena pemilikan dana yang Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf
relatif lebih memungkinkan untuk beriklan Kalla pada Pemilu 2004 lalu (yang sangat
di media, sebagaimana diketahui belanja terkenal dalam kemasan citra bertitel: SBY-
iklan politik di media bukan sesuatu yang JK) jauh lebih berpeluang dibanding calon-
murah. Atau kedekatan bisa jadi karena calon lain. Prediksi tersebut tepat adanya,
sang tokoh memang adalah pemilik dari terbukti dengan benar-benar pasangan
media tersebut. Faktor inipun menjadi SBY-JK memenangkan Pemilu 2004 lalu.
kekhawatiran tersendiri, karena beberapa Kegiatan komunikasi politik sedianya
pemilik media massa, juga elit partai politik menjadi agenda para tokoh politik dalam
yang akan bertarung pada Pemilu 2014. memperkenalkan ide dan gagasan, serta
Yakni Surya Paloh dengan Metro TV yang program politiknya kepada masyarakat.
mengusung slogan “ Metro TV Pemilu” Melalui komunikasi politik yang intens,
atau Aburizal Bakrie (ARB) dengan TV diharapkan lahir efek politik yang dapat
One-nya, Hary Tanoe dengan Global membentuk perilaku pemilih dalam
Mediacomm (MNC), dan Dahlan Iskan menerima dan berpihak pada ide dan
dengan Jawa Pos Groupnya. Media massa gagasan yang disampaikannya. Namun
memiliki kontribusi besar terhadap yang terjadi, komunikasi politik para tokoh
pembentukan opini publik, sehingga faktor politik selama ini lebih dilihat sebagai suatu
kedekatan tersebut dikhawatirkan dapat proses interaksi intensif dari para pelaku
mengakibatkan distorsi dalam pemberitaan. politik kepada publik dalam kurun waktu
Kemampuan capres dalam tertentu menjelang pemilihan umum.
memanfaatkan media sebagai saluran Komunikasi politik – baik itu melalui
komunikasi politik kepada masyarakat, kampanye politik atau iklan politik –
akan sangat menentukan dalam meraih dilakukan lebih kepada upaya untuk
elektabilitas dalam Pemilu mendatang. memengaruhi publik sehingga mereka
Dalam banyak Pemilu, pasangan capres memberikan suara kepada mereka pada
makna dan sigifikansi dari fakta-fakta yang mampu melakukan mobilisasi partisipasi
terjadi. Media harus menjaga politik. Dalam praktiknya, faktor-faktor baik
objektivitasnya karena value yang mereka internal maupun eksternal media massa
miliki sebagai ‘pendidik’ tergantung pada memengaruhi gerak media massa dalam
bagaimana mereka memilih isu/ wacana menjalankan peran dan fungsinya.
yang dipublikasikannya. Ketiga, Kredibilitas media dipertaruhkan untuk
memberikan platform terhadap diskursus dapat mengimbangi idealisme dengan
politik publik, memfasilitasi/ mengakomodir iklan-iklan politik yang memiliki muatan
pembentukan opini publik dan keberpihakan terhadap kepentingan politik
mengembalikan opini itu kepada publik. tertentu. Selaku lembaga yang memiliki
Keempat, fungsi watchdog, media peran watchdog, media dituntut
memublikasikan institusi pemerintah dan mempunyai daya kritis menayangkan
institusi politik, menciptakan keterbukaan berita-berita yang dibutuhkan masyarakat,
(transparansi) pada institusi-institusi publik dengan menyajikan berita-berita politik
tersebut. Kelima, fungsi advocacy, menjadi yang akurat dan kritis, bukan sebaliknya
channel untuk advokasi politik. Partai- menggiring masyarakat pada kepentingan
partai, contohnya membutuhkan alat untuk politik tertentu. Beberapa kajian
mengartikulasikan kebijakan dan program memperlihatkan kecenderungan tersebut.
mereka kepada khalayak, dan karenanya Berdasarkan analisis yang dilakukan Media
media mesti terbuka kepada semua partai. Monitoring LSPP Jakarta terhadap 1.136
Lebih jauh lagi, beberapa media – berita dari 10 surat kabar terkemuka
umumnya media cetak – secara aktif Indonesia pada periode 11-25 Maret 2004
memperjuangkan salah satu partai dalam (Masduki, 2004), isu seputar KKN dan
situasi yang sensitif seperti Pemilu, dalam upaya reformasi militer tidak cukup
konteks ini fungsi advokasi dapat pula mendapat tempat. Isu Dewan Perwakilan
dikatakan sebagai fungsi persuasi (Mc.Nair, Daerah yang kandidatnya mencapai ribuan
1999). orang juga mendapat liputan kecil. Media
Bila melihat peran dan fungsi media nasional hanya asyik meributkan
massa tersebut, media massa memiliki pernyataan bombastis seperti istilah Antek
posisi strategis dan penting dalam Soeharto yang diungkapkan R. Hartono
kehidupan politik di suatu negara. Media dari PKPB ketika berkampanye di
massa memiliki tugas yang berat dalam Yogyakarta (Luwarso, 2004). Media kurang
menciptakan pemahaman politik memperhatikan keberimbangan (cover
masyarakat, melalui penyampaian both side) dalam menyajikan berita,
informasi yang objektif, akurat, seimbang, bahkan secara terbuka berpihak kepada
dan tidak memihak pada partai politik salah satu kandidat seperti Metro TV
tertentu. Bahkan media massa dituntut kepada pemiliknya Surya Paloh.
dapat memosisikan diri sebagai pengawas Pencitraan para tokoh politik melalui
(watchdog) kekuasaan dan sebagai agen media, memang merupakan tindakan yang
mobilisasi. Sebagai pengawas, media sah. Terlebih penduduk Indonesia
media massa melakukan pengawasan menyebar secara geografis dan demografis,
terhadap pemegang kekuasaan, dan sehingga menyulitkan apabila harus
sebagai agen mobilisasi, media massa mengunjungi mereka secara langsung face
Gambar 1
Posisi Media dalam Komunikasi Politik
Dalam hiruk pikuk kehidupan media bagi masyarakat dalam merespon berbagai
massa saat ini menjelang Pemilu, media peristiwa atau fenomena sosial yang terjadi.
memiliki kecenderungan untuk menjadi Menurut Thomas Meyer, terdapat tiga
subjek politik atas kepentingan politik dimensi relasi antara media dan politik;
tertentu. Saat ini publik seringkali Pertama, media dapat menjadi ruang
menyaksikan media massa memberikan publik bagi terjadnya interaksi politik, ikut
ruang kepada pihak-pihak tertentu untuk memengaruhi pembentukan sistem
mengekspresikan kepentingan politik komunikasi politik di kalangan publik,
tertentu, tanpa mempertimbangkan aspek pembentukan karakter dan agenda politik
cover both side dan otentisitas substansi berlangsung secara terbuka. Kedua, media
berita yang ditayangkan. Publik seringkali tidak hanya menjadi cermin dari kehidupan
ditempatkan sebagai objek yang menerima politik, tetapi melakukan generalisasi
begitu saja berbagai informasi media realitas politik, mengonstruksi realitas politik
massa. Sebagai lembaga yang memiliki sebagai sesuatu yang bersifat kompleks dan
pengaruh yang besar terhadap kehidupan mengundang antusiasme respon publik.
masyarakat, media massa menjadi referensi Ketiga, konstruksi realitas media atas dunia
politik itu secara positif akan memperkuat bukan loyalitas pada pemilik media, tetapi
komitmen pencapaian tujuan politik ideal loyalitas kepada warga negara. Menurut
dari partai politik atau politisi dan kontrol Russert dalam Kovach (2001), dua tujuan
publik yang tajam atas proses itu (Meyer, utama jurnalisme politik adalah
2002). menempatkan kepentingan pihak yang
Sementara menurut Bill Kovach berkuasa agar tetap berkorelasi dan
(2001), kehidupan demokrasi tidak akan bertanggung jawab kepada kepentingan
eksis tanpa jurnalisme politik yang baik. publik (to hold powerful interest
Jurnalisme gosip, rumor, jurnalisme yang accountableto the public interest), dan
bercampur dengan hiburan, atau menjelaskan pada pemilih bagaimana
jurnalisme yang menjadi propaganda mengaitkan harapan ketika menunaikan
politik akan meracuni demokrasi. Tujuan hak sebagai warga negara dengan apa
yang paling penting bagi jurnalisme adalah yang harus dikerjakan oleh pemerintahnya
menyediakan informasi yang dibutuhkan (to explain to voters how to connect how
warga agar mereka bisa hidup merdeka they vote with what their government
dan mengatur diri sendiri. Untuk itu should do). Melalui jurnalisme, media dan
independensi media sangatlah penting. jurnalis menjadi salah satu dari tiga aktor
Independen dari otoritas politik, otoritas strategis Pemilu yang secara skematis dapat
sosial atau bisnis, dan tidak ada bias digambarkan sebagai berikut: (Masduki
personal. Loyalitas jurnalis semestinya dalam Putra, 2008)
Gambar 2
Tiga Aktor Strategis Pemilu
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Gazali, Effendi. (2007). Hand Book Mata Kuliah Persuasi dan Manajemen Pencitraan.
Jakarta: Mkompol UI.
Hidayat, Dedy N. (2004). Menjadi Presiden dalam Era Media Presidency. dalam Rendro
Dhani, Centang Perenang Manajemen Komunikasi Kepresidenan dari Soekarno
sampai Megawati. Jakarta : LP3ES
Putra, I Gusti Ngurah (Editor). (2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis.
Yogyakarta: Fisipol UGM
Masduki. (2008). Jurnalisme Politik: Keberpihakan dalam Pemilu 2004. Dalam Putra, I
Gusti Ngurah (Editor). (2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis.
Yogyakarta: Fisipol UGM. Hal. 83-100
Kovach, Bill. (2001). 9 Elements of Journalism. New York: The Rivers Press.
Luwarso, Lukas, ed. (2004). Media dan Pemilu 2004. Jakarta: SEAPA-Koalisi Media untuk
Pemilu Bebas dan Adil.
McNair, Brian. (1995). An Introduction to Political Communication. Routledge.
Nimmo, Dan. (2006). Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: Rosdakarya.
-------------------, (1993). Komunikasi Politik. Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung:
Remadja Rosdakarya
Newman, Bruce. I (ed). (1999). The Handbook of Political Marketing. London Thousand
Oaks, New Delhi: Sage Publication.
Suwardi, Harsono. (2004) . dalam Kata Pengantar, Konstruksi Realitas Politik dalam Media
Massa. Hamad, Ibnu. Yogyakarta: Granit
Amir Piliang, Yasraf. (2004). Banalitas Citra Politik. Kompas, 25 Juni 2004, hal 6
Dedeh Fardiah, (2007 ). Pemanfaatan Anak-Anak Dalam Kampanye Politik: Antara hiburan
dan Sensasi Politik, dalam Jurnal ISKI Bandung Vol. 1 No. 1 Agustus 2007, Penerbit
ISKI Bandung, Agustus 2007. hal 21- 34
Hasan, Kamaruddin. (2009 ) . Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis
Pencitraan Politik di Indonesia) . dalam Jurnal Ilmiah Dinamika Volume 2, No. 4,
Desember 2009 ISSN: 1979 – 0899X. FISIP Univ. Baturaja, Palembang, Sumsel.
hal. 22 - 43 .
Internet:
A I
Asynchronous 78 Iklan Politik 168
Image Politik 97
C Interactivity 78
Ciri-ciri radio komunitas 29 Interaksi politik 180
Citra 185
Citra politik 95 K
Culture 7 Kampanye politik 180
Kearifan Lokal 6
D Keunggulan DTV 82
Deligitimasi 12 Komunikasi Politik 136, 178
Demassification 78 Koran Masuk Desa 61
Diferensiasi 96
Digitalisasi informasi 53 L
Digitalisasi televisi 52 Landasan Hukum Televisi Digital 78
Lembaga Penyiaran Berlangganan 33
E Lembaga Penyiaran Komunitas 33
Efek negatif konglomerasi media 43 Lembaga Penyiaran Publik 33
Eksklusi 12 Literasi media 101
Ekskomunikasi 12 Local Genius 6
Elektabilitas 172 Logika budaya populer 187
Era konvergensi 27 Logika ekstasi komunikasi 187
Logika kecepatan 186
F Logika mitologisasi 187
Faktor partisipasi dalam politik 158 Logika obesitas 187
Fenomena akusisi 41 Logika pencitraan sempurna 187
Fungsi komunikasi politik 178 Logika simulakrum 187
Fungsi radio komunitas 30 Logika tontonan 187
Fungsi utama demokrasi 125
Fungsi utama komunikasi politik 126 M
Marjinalisasi 12
G Media massa 153
Generasi Y 134 Media Online 116
Geopolitik 139 Media rakyat 63
Media Sosial 100
Merek 95
INDEX
Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si. Lahir di Bandung 13 Oktober 1976. Saat ini berstatus sebagai
Lektor Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. HR. Bunyamin 993 Purwokerto.
Menyelesaikan S1 di Universitas Diponegoro (1999). Tahun 2008 melanjutkan ke jenjang S2 di
Fikom UNPAD dan saat ini sedang menempuh program doktoral di IPB Bogor jurusan Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Tulisan yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
antara lain Konstruksi Makna Dampak Media Internet Pengguna Media Internet oleh Pelajar di Kota
Purwokerto Kabupaten Banyumas (Studi Deskriptif Kualitatif Para Pelajar di Kota Purwokerto
kabupaten Banyumas) Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 14 No 1 Tahun 2011, ISSN :1410-8291.
Terakreditasi LIPI No. 286/AU1/P2MBI/05/2010, Tantangan dan Pemanfatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) Dalam E-Government Vol. 1 No. 1. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan
(JIPP). Quo Vadis Pilkada dan Model Kepemimpinan Kepala Daerah Prosiding Seminar Nasional
Unsoed Press (2012).
Dessy Trisilowaty, M.Si adalah dosen Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura. Mengampu
mata kuliah Perkembangan teknologi komunikasi, Desain Komunikasi Visual, Produksi Media
Cetak, Produksi Media Radio, Manajemen Media TV, Riset Komunikasi Bisnis. Telah menulis artikel
di beberapa jurnal, diantaranya tentang media blog dan dunia pariwisata diterbitkan di jurnal Univ..
Merdeka Malang dan tentang multikulturalisme di terbitkan di jurnal ilmu komunikasi Univ.
Trunojoyo Bangkalan Madura.
Dudi Rustandi, M.Si, lahir di Garut, 14 Desember 1979. Menyelesaikan pendidikan S2 di Jurusan
Ilmu Komunikasi, Unpad (2011), UIN Sunan Gunung Djati Bandung lulus tahun 2006-Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Riwayat pekerjaan: Sekretaris Redaksi Warta Al-Jami’ah Universitas
Islam Negeri Bandung, 2009-Sekarang, Kontributor berita pada pusat informasi dan computer UIN
SGD Bandung, Dosen Luar Biasa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
SGD Bandung 2009-Sekarang, Dosen Politeknik LP3I Bandung tahun 2009-Sekarang, Dosen
Universitas Garut. Karya tulis : ‘Meneropong Paradigma Komunikasi Kesehatan’, dimuat pada
Jurnal Observasi BPPI Bandung 2009. ‘Sosialita Layar, ketika bukan Monopoli Televisi’ dimuat
Harian Bandung Ekspress 2009. ‘Beruntung Menjadi Manusia Sunda’ dimuat Kompas tahun 2010.
Karya tulis lain tersebar di media online, sosial dan blog; www.kompasiana.com, www.kopinet.info,
www.nahakunaon.blogspot.com, www.indenpendensia.com, www.sunangunungdjati.com,
www.jejaring.com.
Dra. Haryati, M.I.Kom, , lahir di Bandung, 2 Mei 1963. Menyelesaikan pendidikan S1 nya di
Jurusan Ilmu Jurnalistik Fikom Unpad Bandung 1987, S2 di Program Pascasarjana Unpad Bandung
2011. Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya dan sebagai Kepala di Balai pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung. Pengalaman di bidang penerbitan
antara lain: Ketua Sidang Penyunting Jurnal Penelitian Komunikasi BP2I Bandung (2006-2008);
Karya tulis yang pernah dipublikasikan antara lain “Era Media Baru, Pemerataan Akses dan
Perlindungan Konsumen”(Observasi Vol. 6 No. 2 Tahun 2008); “Belenggu Budaya Patriarki Dalam
Pola Komunikasi Diadik Suami Istri” (Ragam Komunika V0l. 2 N0. 1 Tahun 2008); “Fenomena
Konvergensi Media dan Radio online” (Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol. 13 No. 1 Januari-
TENTANG PENULIS
Juni 2009). “Hubungan Penerapan Etika Pers dengan Persepsi Mahasiswa tentang Pornografi di
Media Cetak”(Thn 2006); “Analisis Framing Penyelesaian Kasus Hukum Soeharto pada H.U.
Pikiran Rakyat”(Thn 2006); “Studi Interaksionisme Simbolik, Budaya Telepon Genggam”(Thn
2007); “Studi Literasi TIK pada Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jambi, Bangka Belitung, dan
Bengkulu”” (Tahun 2009).
Drs. Nana Suryana, lahir di Bandung 27 Juli 1955. Menyelesaikan S1di Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Bandung Fakultas Sosial Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan. Saat ini tercatat sebagai
Peneliti Madya di Kantor Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Bandung, Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Pengalaman menulis di Jurnal
(Jurnal Penelitian Komunikasi Bandung, Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Banjarmasin), Observasi dan Prossiding, Seminar di BPPKI Bandung.
Noneng Sumiaty, SH. M.I.Kom, lahir di Bandung 8 Juni 1962. Menyelesaikan S2 Komunikasi di
Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung. Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya di Kantor Balai
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung, Kementrian
Komunikasi dan Informatika RI. Pengalaman menulis di Jurnal, Observasi dan Prossiding Seminar
di BPPKI Bandung. Menjadi anggota penyunting Jurnal, Observasi di BPPKI Bandung.
1.Umum
Observasi merupakan media yang terbit secara berkala dua nomor dalam setahun.
Nomor 1 terbit setiap bulan Agustus, nomor 2 terbit bulan Desember. Proses penerbitan
nomor 1 berlangsung sejak awal Januari hingga Juli. Proses penerbitan nomor 2
berlangsung sejak Juli hingga Desember. Sebagai media pengembangan dan rekayasa ilmu
yang berasal dari hasil pengamatan lapangan, pengalaman, telaahan, gagasan, tinjauan
maupun kritik di bidang komunikasi, informatika, dan media.
Sasaran khalayak penyebaran ditujukan kepada masyarakat ilmiah, instansi
pemerintah dan swasta serta pihak-pihak yang berminat.
Jenis tulisan berupa makalah, hasil kajian pemikiran dan, tinjauan kritis, di bidang
komunikasi, informatika, dan media.
Redaksi menerima sumbangan naskah dari kalangan peneliti, akademisi, pengamat
dan praktisi komunikasi, media, dan informatika. Naskah yang disumbangkan harus orisinal
dan belum pernah dipublikasikan di media lain. Jika di kemudian hari diketahui ada
naskah yang dimuat di jurnal atau media lain maka segala risiko menjadi tanggung jawab
penulis. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia mengacu pada EYD.
Segala macam bentuk plagiasi menjadi tanggung jawab penulis dan yang
bersangkutan tidak dipekenankan untuk mengisi penerbitan di BPPKI Bandung.
Setiap naskah yang masuk akan dikaji dan ditelaah oleh Dewan Redaksi. Naskah
yang masuk tidak diterbitkan menjadi hak Redaksi dan tidak dapat diminta kembali. Untuk
menentukan layak atau tidaknya sebuah naskah dimuat, semua naskah yang masuk ke
redaksi Observasi akan ditelaah oleh Mitra Bestari sesuai dengan bidang kepakarannya.
Untuk menjaga objektivitas maka setiap naskah yang di kirim ke Mitra Bestari dalam
kondisi tanpa nama.
Setelah dalam bentuk proof, Penulis naskah diminta menandatangani lembar
pernyataan persetujuan untuk dicetak menjadi jurnal.
2. Khusus
Format Penulisan:
a. Naskah diketik dengan Souvenir Lt BT font 12 di atas kertas A4, spasi ganda melalui
program MS Word 2003/ Open Office Writer.
b. Naskah yang dikirim maksimal 20 halaman. Per halaman rata-rata sekitar 429 kata
hingga 450 kata.
c. Pengiriman dilakukan melalui e-mail (observasi.bppki.bandung@mail.kominfo.go.id)
atau melalui hard copy (dilengkapi soft copy/CDRW) ke BPPKI Bandung, Jalan
Pajajaran no: 88 Bandung – 40173, telp. 022-6017493.
d. Naskah mengacu pada sistematika sebagai berikut: Judul; Nama Penulis (termasuk
alamat instansi, nomor hp/faxs, e-mail); Abstrak; Kata kunci; Pendahuluan;
Pembahasan; Penutup.
PETUNJUK PENULISAN
Judul: Ditulis dengan singkat, padat, maksimal 10 sampai 12 kata (ditulis dalam bahasa
Indonesia dan Inggris). Isinya mencerminkan masalah pokok. Ditulis dengan huruf kapital
font 14. Hindari judul penelitian dengan menggunakan kata-kata “Telaah”, “Studi”,
“Pengaruh”, “Analisis”, dan sejenisnya. Hindari penggunaan kata kerja dan singkatan.
Nama Penulis ( termasuk alamat instansi, nomor hp/faxs, e-mail, tgl kirim naskah):
Contoh:
Muhammad Zein Abdullah, S.Ip, M.Si
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Jurusan Komunikasi, Universitas Haluoleo Kendari
Sulawesi Tenggara - 93232
Telp/Fax/HP (0401) 3192511, 081341877133, e-mail:zein_unhalu@yahoo.co.id
Naskah dikirim pada tanggal 7 Januari 2011
Abstrak: Ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, maksimal 200 kata tanpa
paragraph. Isinya harus mencerminkan latar belakang dan permasalahan, pembahasan dan
implikasi. Abstrak bukan merupakan turunan dari pendahuluan.
Kata Kunci: Ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris di bawah abstrak. Terdiri atas 3
sampai 5 kata. Tidak harus kata tunggal, boleh kata majemuk. Ditulis dengan huruf kecil
format miring (Italic). Bukan kata yang bersifat Umum. Contoh judul: Membangun Format
Kemitraan Media Dalam Rangka Diseminasi Informasi. Kata-kata kunci: Kemitraan, Media,
Diseminasi Informasi.
Sumber : ………………………
Penutup: isinya mencakup simpulan dan saran.
Cara pengutipan : menggunakan pola bodynote, yakni menuliskan nama belakang penulis
buku yang dijadikan sumber dan tahun terbit buku tanpa disertai halaman.
Sumber bacaan hendaknya terdiri dari minimal 60% yang terbit dalam sepuluh tahun
terakhir ini, dan 40% bebas.
16. Paten:
Phillip Morris Inc. (1981) Optical perforating apparatus and system. Europeen
patent application 0021165A1.1981-01-07.
17. Artikel Jurnal:
Bennett, H., Gunter, H. & Reld, S. (1996) Through a glass darkly: images of
appraisal. Journal of Teacher Development, 5 (3) October, pp. 39-46.
18. Artikel Organisasi atau Institusi sebagai Penulis:
Diabetes Prevention Program Research Group. (2002) Hypertension, Insulin, and
proinsulin in participants with Impaired glucose tolerance. Hypertension, 40
(5), pp. 679-86.
19. Artikel tidak ada nama penulis:
How dangerous is obesity? (1977) British Medical Journal, No. 6069, 28 April,
p.1115.
20. Artikel nama orang dan Organisasi sebagai penulis:
Vallancien, G., Emberton, M. & Van Moorselaar, R.J; Alf-One Study Group.
(2003) Sexsual dysfunction In d, 274 European men suffering from lower
urinary tract symptoms. JUrol, 169 (6), pp. 2257-61.
21. Artikel volume dengan suplemen:
Geraud, G., Spierings, E.L., & Keywood, C. (2002) Tolerability and safety of
frovatriptan with short-and long-term use for treatment of migraine and in
comparison with sumatriptan. Headache, 42 Suppl 2, S93-9.
22. Artikel volume dengan bagian:
Abend, S.M. & Kulish, N. (2002) The psychoanalytic method from an
epistemological viewpoint. Int J Psychoanal, 83 (Pt 2), pp.491-5.
23. Artikel Koran:
Sadil, M. (2005) Akan timbul krisis atau resesi?. Kompas, 9 November, hal. 6.
24. Artikel Audio-visual ( Film 35mm, Program Televisi, Rekaman, Siaran Radio, Video
Casette, VCD, DVD):
Now voyager. (Film 35mm). (1942) Directed by Irving Rapper, New York: Warner.
Now wash your hands.(videocassette). (1996). Southampton: University of
Southamton, Teaching Support & Media Services.
25. Naskah-naskah yang tidak dipublikasikan:
Tian, D., Araki, H., Stahl, E, Bergelson, J., & Kreitman, M. (2002) Signature of
balancing selection in Arabidopsis.Proc Nati Acad Sci USA. In press.