Anda di halaman 1dari 118

DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK

MENJELANG PEMILU 2014

DITERBITKAN OLEH:
BALAI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
BANDUNG (BPPKI)
BADAN LITBANG SDM
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
DAFTAR ISI

Observasi Volume 10, No. 1, Tahun 2012


Dari Redaksi
v Komunikasi Pemerintahan versus Pelayanan Publik

Topik Utama
93 Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang
Pemilu 2014
Dudi Rustandi

119 Komunikasi Politik dalam Demokratisasi


Adhi Iman Sulaiman

133 Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial


Dessy Trisilowaty

141 Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014


Neti Sumiati Hasandinata

151 Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014


Noneng Sumiaty

161 Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden
2014
Nana Suryana

173 Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014


Haryati

85 Tentang Penulis

87 Petunjuk Penulisan

93 Topik Mendatang Observasi Vol. 11 No. 1 Tahun 2012


KUMPULAN ABSTRAK

ISSN. 1412 – 5900 Vol. 11, Nomor 2, Tahun 2013

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa ijin dan
biaya

PENCITRAAN POLITIK DARING: STRATEGI massa tersebut akan diperebutkan oleh calon-calon
MEMENANGKAN MASSA DIGITAL MENJELANG yang akan berlaga di pentas politik nasional untuk
PEMILU 2014 Pemilu presiden. Oleh karena itu, para calon yang
akan maju pada pencalonan presiden melakukan
ONLINE POLITICAL IMAGING: STRATEGY TO pencitraan politik digital. Pencitraan dilakukan
WIN DIGITAL MASS TOWARD 2014 GENERAL melalui berbagai taktik; fanpage, twitter, blog,
ELECTION publikasi media online arus utama, dan media sosial
lainnya. Melalui tulisan ini, penulis akan melakukan
Dudi Rustandi analisis dengan melakukan penelusuran informasi
digital (literasi) bagaimana setiap bakal calon
Abstract presiden melakukan pencitraannya melalui media
According data from The Association of Indonesian daring. Dari literasi yang dilakukan, salah satu calon
Internet Service Providers (APJII ) in 2014, internet cenderung kuat pada satu saluran media daring
users in Indonesia will reach 107 million. This tertentu tetapi lemah di media daring lain. Begitu
amount is to be one of the potential for election juga sebaliknya, namun dari 14 calon yang ada,
candidates both institutions or individuals in Pramono Edie dan Megawati merupakan calon
attracting the masses through new media. 100 yang paling lemah merek politik daringnya
Million masses will be contested by candidates who dibandingkan dengan calon lain karena tidak
will compete in the national political stage for the membangun saluran komunikasi melalui media-
presidential election. Therefore, the president media daring yang ada seperti website, twitter,
candidates perform digital politic imaging. Imaging official fanpage, termasuk juga media arus utama
is done through various tactics; fanpage, twitter, online.
blog, online publication in mainstream media, and
other social media. With this article, the author will Kata kunci: pencitraan merek politik, pemilu 2014,
analyze by tracing digital information (literacy) how literasi media digital, internet, media sosial.
each presidential candidate do imagery with digital
media. From the literacy results showed that, one of
the candidates tend to be strong in one particular
online media channels but weak in other online KOMUNIKASI POLITIK DALAM DEMOKRATISASI
media. But of the 14 candidates, Pramono Edie and
Megawati are the weakest candidate in online POLITICAL COMMUNICATION
political brand compared to the other candidates IN DEMOCRATIZATION
because they don't establish communication
channels through the existing online media such as Adhi Iman Sulaiman
websites, twitter, official fanpage, as well as online
media mainstream. Abstract
Political communication is very important and
Keywords: politics imaging brand, election 2014, determining in democratization. With the competing
the digital media literacy, internet, social media. interests of political communicators to influence, to
obtain, retain, and expand the power. The study
phenomena of political communication was
Abstrak interested to be discuss, ie: The phenomenon of
Menurut Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet political communication in a democratic political
Indonesia (APJII) pada tahun 2014, pengguna system with a connection, controls and balance of
internet di Indonesia akan mencapai 107 jutaan. power between the political elite with the people.
Jumlah ini menjadi salah satu potensi bagi peserta The phenomenon of political communication in a
Pemilu baik secara lembaga ataupun individu dalam campaign strategy, to provide the vision, mission
menjaring massanya melalui media baru. 100 juta and campaign program in accordance with the
KUMPULAN ABSTRAK

aspirations, problem identification and potential of better known as the political seduction, the political
the people themselves, based on campaign trends in the virtual world.
research. Dynamics of the phenomenon of political
communication can be growing with the support Keywords: developments in technology, social
and power of the mass media in realizing media, political seduction.
democratization.

Keyword: political communication, campaign, mass Abstrak


media, democratization. Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat.
Terutama dengan munculnya media sosial yang
memfasilitasi masyarakat dalam mengakses
Abstrak informasi dan jejaring sosial. Jejaring sosial inilah
Komunikasi politik sangat penting dan menentukan yang kemudian dimanfaatkan oleh para kandidat
dalam demokratisasi. Dengan adanya persaingan politik untuk mendapatkan dukungan dari
kepentingan komunikator politik untuk masyarakat yang sudah melek media dan sering
memengaruhi, memperoleh, mempertahankan, dan bersikap kritis terhadap sebuah permasalahan. Pada
memperluas kekuasaan. Kajian fenomena praktiknya hal tersebut tidak akan mudah karena
komunikasi politik yang menarik untuk dibahas, muncul isu ataupun wacana baru yang lebih dikenal
yaitu: Fenomena komunikasi politik dalam sistem dengan seduksi politik yakni kecenderungan politik
politik demokratis dengan adanya hubungan, di dunia virtual.
kontrol, dan keseimbangan kekuasaan antara elit
politik dengan rakyat. Fenomena komunikasi politik Kata kunci: perkembangan teknologi, media sosial,
dalam strategi kampanye dengan memberikan visi, seduksi politik.
misi, dan program kampanye yang sesuai dengan
aspirasi, identifikasi masalah serta potensi dari
rakyat sendiri berdasarkan hasil riset kampanye.
Dinamika fenomena komunikasi politik menjadi AFIRMASI, KOMUNIKASI POLITIK PEREMPUAN:
semakin berkembang dengan dukungan dan JELANG PEMILU 2014
kekuatan media massa dalam mewujudkan
demokratisasi. AFFIRMATION, WOMEN'S POLITICAL
COMMUNICATION: TOWARDS 2014 GENERAL
Kata kunci: komunikasi politik, kampanye, media ELECTION
massa, demokratisasi.
Neti Sumiati Hasandinata

Abstract
SEDUKSI POLITIK DALAM MASYARAKAT Representation of women in parliament from
BERMEDIA SOSIAL election to election have a low number, although the
government has made a breakthrough through
POLITICAL SEDUCTION IN THE COMMUNITY affirmative action to achieve 30% quotas, since the
WITH SOCIAL MEDIA elections of 2004 and 2009 elections. Many factors
affect inequality, in addition to lack of commitment
Dessy Trisilowaty by the party, lack of public trust and voter
participation, as well as competition among
Abstract candidates. Therefore necessary for women's
The development of communication technology political communication strategies to gain the trust
growing rapidly. Especially with the emergence of of the people.
social media that facilitate community to access
information and social networking. The social Keywords: affirmations, women's political
network is then used by political candidates to gain communication, 2014 election.
support from the community that have been media
literate and critical to a problem. In practice it will
not be easy because arise issue or new discourse
KUMPULAN ABSTRAK

Abstrak media massa dalam menghadapi Pemilu telah


Keterwakilan perempuan dalam parlemen dari melakukan berbagai kegiatan baik secara
pemilu ke pemilu memiliki angka yang rendah, terselubung atau terang-terangan. Pesan politik
walaupun pemerintah sudah melakukan terobosan dikemas dan ditayangkan dalam berbagai media
melalui aksi afirmasi untuk tercapainya kuota 30%, elektronik seperti di televisi baik berupa iklan atau
sejak pemilu tahun 2004 dan pemilu 2009. Banyak acara talk show, yang dipandu langsung oleh
faktor yang memengaruhi ketimpangan, selain host/penyiar dari stasiun televisi penyelenggara.
rendahnya komitmen partai, rendahnya Penayangan iklan dan acara talk show di televisi
kepercayaan masyarakat dan partisipasi pemilih, dianggap lebih efektif oleh partai politik dalam
juga persaingan antar calon. Karena itu diperlukan menyebarkan pesan ke masyarakat, mereka
strategi komunikasi politik kaum perempuan untuk mengharapkan penonton dapat memilihnya dalam
meraih kepercayaan rakyat. Pemilu 2014 mendatang.
Kata kunci: afirmasi, komunikasi politik perempuan, Kata kunci: pesan politik, media televisi, pemilihan
pemilu 2014. umum.

IKLAN POLITIK, POPULARITAS, DAN


PESAN POLITIK DI MEDIA TELEVISI ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DAN WAKIL
MENJELANG PEMILIHAN UMUM 2014 PRESIDEN 2014
POLITICAL MESSAGE IN MEDIA TELEVISION POLITICAL ADVERTISEMENT, POPULARITY,
TOWARDS THE 2014 GENERAL ELECTION AND ELECTABILITY OF 2014 PRESIDENTIAL
Noneng Sumiaty AND VICE PRESIDENTIAL CANDIDATES

Abstract Nana Suryana


Democratic party which will be held in 2014 is the
right of the people to elect their representatives as Abstract
legislator and choose their leaders in executive that Advertising on television as a means to promote the
is the president and vice president. General election presidential and vice presidential candidates figures
will be held directly by the people and confidential. and their performance. Indirectly offer work
Currently political parties through the mass media programs, mission, vision and other political
towards general elections has conducted various appointments. The goal is to obtain the image,
activities either secretly or openly. Political message popularity and electability. This is part of the
packaged and displayed in a variety of electronic political dynamics that deserves to be
media such as television either in the form of discussed/reviewed. The result showed that political
advertisements or talk show hosted directly by the advertising can impact positively or negatively on
host/announcer of the television station organizer. the public, frequency of exposure or exposure to
Advertisement screening and talk shows on media, the quantity and quality of their
television is considered more effective by the advertisement in conveying political messages and
political party in spreading the message to the attitudes and the appreciation of the political
public, they expect the audience will vote them in community itself. Political advertising influence on
the 2014 general election. cognitive effects. If popularity can be achieved
through political advertisement, then with the
Keywords: political message, television media, popularity asset will gain electability, this assumption
Elections. can be justified because it is a great opportunity but
not an absolute. As for political parties that do not
Abstrak have/carry the presidential/vice presidential
Pesta demokrasi yang akan dilaksanakan tahun candidate in 2014, the party elite perform a search
2014 mendatang merupakan hak rakyat untuk intensively by political maneuvering, political
memilih wakilnya sebagai anggota legislatif dan lobbying, coalition plans, conventions and
memilih pemimpinnya di bidang eksekutif yaitu "blusukan".
presiden dan wakil presiden. Pemilihan Umum
(Pemilu) akan dilaksanakan secara langsung oleh Keywords: political advertisements, popularity
rakyat dan rahasia. Saat ini partai politik melalui Eeectability.
KUMPULAN ABSTRAK

Abstrak political to public. Namely in the formation of public


Iklan politik melalui televisi sebagai sarana untuk opinion and in construct an image of politics. Mass
memromosikan figur dan performa capres/cawapres. media according to his position, he should act as
Secara tidak langsung menawarkan program kerja, independent agency that can provide the correct
misi, visi, dan janji politik lainnya. Tujuannya untuk political information and objective, without any
memperoleh citra, popularitas, dan elektabilitas. Hal particular political interest against certain. Mass
ini merupakan bagian dinamika politik yang layak media contribute to improving the quality of
untuk dibahas/dikaji. Hasilnya, menunjukkan bahwa implementation and quality of the 2014 election
iklan politik bisa berdampak positif atau negatif contenstants. Mass media has a duty in deliver the
terhadap masyarakat, tergantung dari frekuensi 2014 elections not just event ceremonial but also
penayangan atau terpaan medianya, kualitas dan substantial the political rights of citizens.
kuantitas iklan dalam menyampaikan pesan-pesan
politiknya, serta sikap dan apresiasi politik. Iklan Keywords: political imaging, mass media, the 2014
politik berpengaruh terhadap efek kognitif. Jika elections
popularitas bisa diraih lewat iklan politik, maka
dengan bermodalkan popularitas akan memperoleh
elektabilitas, anggapan seperti ini dapat dibenarkan Abstrak
karena memang peluangnya besar tapi tidak mutlak. Dinamika dan persaingan menjelang Pemilu 2014,
Sedangkan bagi parpol yang belum antara partai politik dan antara politisi sangat tinggi,
memiliki/mengusung capres/cawapres 2014, para antara lain pada pencitraan politik yang dilakukan
elit partainya melakukan pencarian secara intensif para tokoh politik. Media massa menjadi lahan
dengan cara manuver politik, lobi-lobi politik, strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik
rencana koalisi, konvensi dan “blusukan”. kepada masyarakat. yakni dalam pembentukan
opini publik dan dalam membangun citra politik.
Kata kunci: iklan politik, popularitas, elektabilitas. Media massa sesuai dengan kedudukannya,
hendaknya berperan sebagai lembaga independen
yang dapat memberikan informasi politik secara
PENCITRAAN TOKOH POLITIK MENJELANG benar dan objektif, tanpa ada unsur pemihakan
PEMILU 2014 terhadap kepentingan politik tertentu. Media massa
turut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas
IMAGING THE POLITICAL FIGURES TOWARDS penyelenggaraan dan kualitas kontestan Pemilu
2014 ELECTION 2014. Media massa mempunyai kewajiban dalam
mengantarkan Pemilu 2014 tidak sekedar ajang
Haryati seremonial tetapi juga substansial sebagai
pelaksanaan hak-hak politik warga negara.
Abstract
Dynamics and competition ahead of The 2014 Kata kunci: pencitraan politik, media massa, Pemilu
election, between political party and between 2014
political figure is high, between other at political
imaging the political figure in mass media. Mass
media into land strategic in conveying messages
DARI PENYUNTING

DINAMIKA KOMUNIKASI POLITIK MENJELANG


PEMILU 2014

Pemilu yang bersih seharusnya mampu mengakomodasi hak-hak politik masyarakat


(political right). Menjamin hak setiap warga negara untuk berorganisasi. Pemilu sebagai
wadah dan arena formal kompetisi politik, harus menghargai dan menjunjung tinggi hak-
hak dan kebebasan sipil seperti kebebasan berpendapat dan berekspresi, melindungi
kebebasan media dan hak kaum minoritas.
Tahun 2014, akan digelar Pemilu legislatif (pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD)
yang secara langsung akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014. Pemilihan presiden
dan wakil presiden periode 2014-2019 akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014.
Menjelang pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014, partai politik
dan tokoh politik telah menunjukkan sikap agresifnya dalam menyosialisasikan
keberadaannya, berusaha melakukan penyampaian pesan-pesan politik namun menolak
apabila disebut sebagai kegiatan kampanye politik. Komunikasi politik yang dilakukan pra
kampanye dilakukan dengan mempergunakan saluran media massa terutama televisi.
berbagai tayangan yang berisikan pesan politik individu maupun organisasi politik kerap
ditayangkan dalam berbagai media massa seperti televisi. Namun seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, politisi dan kandidat presiden juga
memanfaatkan media online termasuk di dalamnya media sosial sebagai sarana untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan calon pemilih serta sebagai sarana untuk
berkampanye. Aktivitas tersebut sudah jamak dilakukan mengingat pengguna media
online di Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu.
Kampanye melalui iklan dalam media massa dan juga media online, terbukti
menimbulkan efek tertentu pada perilaku memilih yang ditunjukkan masyarakat dalam
pemilu. Efek tersebut bisa berupa perubahan-perubahan opini, persepsi, sikap, atau
perilaku; bersifat mikro terjadi secara individual atau makro terjadi secara menyeluruh
pada suatu sistem sosial; bersifat langsung atau kondisional, karena isu media tertentu
saja atau secara umum; dan bersifat alterasi atau stabilisasi (Gayatri, 2010.)
Penempatan informasi tahapan kampanye melalui pemberitaan media massa cetak
maupun elektronik serta media online, telah membuat informasi tersebut menjadi
terstruktur sebagai self multiplying, informasi tersebut makin sering dimuat dalam
pemberitaan media massa dan media online, akan semakin bertambah jumlahnya. Sesuai
dengan kepentingan pendidikan politik rakyat, informasi kampanye dan proses suksesi
menjadi diketahui mayoritas masyarakat.
DARI PENYUNTING

Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye di mana setiap parpol atau
calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik dukungan. Menurut Mc Quail,
secara umum media massa memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya yaitu pertama,
sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentar atau interpretasi yang membantu
pemahaman makna informasi; ketiga, pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi
bagian-bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap lingkungan; kelima,
transmisi warisan budaya; dan keenam, ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang
diperlukan untuk melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat (Yuniati: 2002).
Observasi edisi ini menyajikan beberapa tulisan dengan tema “Dinamika
Komunikasi Politik menjelang Pemilu 2014” yang berisikan tentang berbagai pandangan
terhadap aktivitas penyampaian pesan politik menjelang Pemilu 2014. Dalam media
komunikasi politik, pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengonstruksikan realitas
suatu fakta atau peristiwa yang dipilihnya, di antaranya realitas dari proses kampanye
Pemilu. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah
menceriterakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah
dikonstruksikan (constructed reality). Isi media pada hakikatnya adalah hasil rekonstruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya (Sobur : 2002).

Penyunting
Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

PENCITRAAN POLITIK DARING: STRATEGI MEMENANGKAN MASSA


DIGITAL MENJELANG PEMILU 2014

Dudi Rustandi
Fakultas Komunikasi (Humas) Politeknik LP3I Bandung, Jl. Pahlawan No.59 Bandung dan FIKOM Universitas
Garut, Jl. Raya Samarang No. 52A, Garut – 44151, Jawa Barat, HP. 081320635160,
email:blackgreen9863@gmail.com
Naskah diterima pada tanggal 1 November 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

ONLINE POLITICAL IMAGING: STRATEGY TO WIN DIGITAL MASS


TOWARD 2014 GENERAL ELECTION

Abstract

According data from The Association of Indonesian Internet Service Providers (APJII ) in
2014, internet users in Indonesia will reach 107 million. This amount is to be one of the
potential for election candidates both institutions or individuals in attracting the masses
through new media. 100 Million masses will be contested by candidates who will compete
in the national political stage for the presidential election. Therefore, the president
candidates perform digital politic imaging. Imaging is done through various tactics; fanpage,
twitter, blog, online publication in mainstream media, and other social media. With this
article, the author will analyze by tracing digital information (literacy) how each presidential
candidate do imagery with digital media. From the literacy results showed that, one of the
candidates tend to be strong in one particular online media channels but weak in other
online media. But of the 14 candidates, Pramono Edie and Megawati are the weakest
candidate in online political brand compared to the other candidates because they don't
establish communication channels through the existing online media such as websites,
twitter, official fanpage, as well as online media mainstream.

Keywords: politics imaging brand,, Election 2014, the digital media literacy, internet, social
media.

Abstrak

Menurut Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2014,
pengguna internet di Indonesia akan mencapai 107 jutaan. Jumlah ini menjadi salah satu
potensi bagi peserta Pemilu baik secara lembaga ataupun individu dalam menjaring
massanya melalui media baru. 100 juta massa tersebut akan diperebutkan oleh calon-calon
yang akan berlaga di pentas politik nasional untuk Pemilu presiden. Oleh karena itu, para
calon yang akan maju pada pencalonan presiden melakukan pencitraan politik digital.
Pencitraan dilakukan melalui berbagai taktik: fanpage, twitter, blog, publikasi media online
arus utama, dan media sosial lainnya. Melalui tulisan ini, penulis akan melakukan analisis
dengan melakukan penelusuran informasi digital (literasi) bagaimana setiap bakal calon

93
Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

presiden melakukan pencitraannya melalui media daring. Dari literasi yang dilakukan, salah
satu calon cenderung kuat pada satu saluran media daring tertentu tetapi lemah di media
daring lain. Begitu juga sebaliknya, namun dari 14 calon yang ada, Pramono Edie dan
Megawati merupakan calon yang paling lemah merek politik daringnya dibandingkan
dengan calon lain karena tidak membangun saluran komunikasi melalui media-media
daring yang ada seperti website, twitter, official fanpage, termasuk juga media arus utama
online.

Kata kunci: pencitraan merek politik, Pemilu 2014, literasi media digital, internet, media
sosial.
Memasuki pertengahan 2013,
Pendahuluan Prabowo Subianto, Pembina Partai
Gerindra menggelar 6 program aksi
Pemilihan Umum 2014 masih transformasi bangsa melalui partai yang
beberapa bulan lagi, namun pesan-pesan didirikannya. Substansi program tersebut
politik telah lebih dahulu melangkah terkait masalah ekonomi, kedaulatan
sebelum peluit pertandingan dibunyikan. pangan dan energi, serta membangun
Mereka yang akan ikut kontestasi Pemilu pemerintahan yang kuat. Hatta Rajasa
2014 memasang strategi andalannya sendiri, Ketua Umum Partai Amanat
masing-masing bagaimana meraih Nasional menyelenggarakan program Maju
dukungan publik untuk memenangkan Bersama PAN (MAPAN). Program tersebut
Pemilu baik untuk legislatif ataupun merupakan program motivasi dan bantuan
eksekutif. Melalui pendekatan public usaha untuk anak muda di seluruh
relations, mereka menggelar program- Indonesia.
program yang melibatkan partisipasi Wiranto dengan Partai Hanuranya
masyarakat agar ingatan publik selalu melakukan kerjasama dengan pengusaha
terikat kepada penyelenggara program. media, Hari Tanoesudibyo. Selama ini,
Penyelenggara program dapat berupa Hanura adalah partai kering dari
lembaga dalam hal ini adalah partai politik pencitraan di ranah media. Setelah
atau perseorangan atau mereka yang akan menggandeng Hari Tanoesudibyo, kegiatan
ikut kontestasi. Hanura sering dipublikasikan oleh Grup
Program-program ini dirancang demi MNC Media. Di samping itu, Ketua Umum
membangun citra politik yang akan dan Ketua Dewan Pembina ini juga
berdampak terhadap reputasi dari suatu mengambil start awal untuk deklarasi
partai atau calon presiden ke depan. pencalonannya sebagai calon presiden dan
Aburizal Bakri, Ketua Umum Partai Golkar, wakil presiden, terlepas apakah partainya
merancang program pemberian bantuan masuk batas parliamentary threshold atau
untuk usaha kecil dan menengah di setiap tidak.
daerah-daerah dengan menggunakan Calon-calon lain yang bukan berasal
tagline ‘Bersama Bangkitkan Usaha Kecil’ dari partai atau tidak menduduki jabatan
sebagai program Golkar sekaligus program strategis dalam partai juga sudah mulai
Aburizal Bakri (ARB). Bersama Partai melakukan sosialisasi terbatas, seperti
Golkar ia menggelar program ‘Gerakan Mahfudz MD, Jusuf Kalla, Sri Mulyani, Sri
Ayo Bangkit’. Sultan HB atau calon lainnya yang
menggunakan Partai Demokrat kini sedang

94 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

mengikuti konvensi partai. Di samping itu, terjadi pergeseran opini ke arah yang lebih
tokoh-tokoh partai lain yang memiliki suara baik. Dengan adanya opini publik yang
minoritas mulai muncul kembali seperti positif, keputusan memilih menjadi
Yusril Ihza Mahendra, Suryadharma Ali, keniscayaan terhadap politisi yang sedang
dan lainnya. Mereka yang telah siap bertarung di arena politik. Opini publik
membuka wacana ke publik bahwa mereka sendiri merupakan metode persuasi dengan
akan mencalonkan diri menjadi calon sistem komunikasi yang lebih luas. Hal ini
presiden ke depan. Mereka yang masih meneguhkan apa yang ditulis seorang
bertahan untuk tidak membuka wacana politisi Partai Keadilan Sejahtera, Fahri
untuk mencalonkan diri menjadi presiden Hamzah, bahwa kesuksesan kandidat
adalah Megawati Soekarno Putri dan Joko dalam Pemilu lebih banyak dipengaruhi
Widodo. Kedua yang disebutkan terakhir oleh faktor soft power ketimbang hard
merupakan petinggi dan kader Partai power (Wasesa, 2011).
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Joko Menurut Firmanzah (2008) citra atau
Widodo menjadi tokoh paling populer di image dibutuhkan untuk membedakan satu
antara tokoh lainnya sesuai dengan hasil partai politik dengan partai politik lain,
survei mayoritas dari sekian banyak sebagai strategi positioning. Ia merupakan
lembaga survei yang ada seperti banyak konstruksi atas representasi dan persepsi
diberitakan oleh media-media nasional. masyarakat akan suatu partai politik atau
individu mengenai semua hal yang terkait
dengan aktivitas politik. Menurut
Pembahasan Firmanzah, walaupun citra politik tidak real,
tetapi ia dapat diciptakan, dibangun, dan
Pencitraan Merek Politik diperkuat. Citra politik memiliki kekuatan
untuk memotivasi aktor atau individu agar
Jika politisi diibaratkan sebagai
melakukan suatu hal. Ia dapat
sebuah produk, pencitraan baginya adalah
memengaruhi opini publik sekaligus
sebuah keniscayaan. Pencitraan selama ini
menyebarkan makna-makna tertentu. Citra
selalu identik dengan produk atau jasa
politik yang bagus akan memberikan efek
yang akan dipasarkan. Namun sejak Pemilu
yang positif terhadap pemilih guna
dilaksanakan secara proporsional terbuka
memberikan suaranya dalam pemilihan
untuk DPR dan pemilihan langsung untuk
kelak. Merek sendiri adalah nama yang
presiden, pencitraan menjadi bagian yang
memunculkan kesan psikologis seperti
sangat penting dalam sistem pemasaran
dinyatakan oleh Wheleer (2009) dalam
politik. Pemasaran politik sendiri
buku Designing, Brand, Identity . “Merek
merupakan metode praktis dalam konteks
seperti menciptakan persaingan terhadap
komunikasi politik. Pencitraan politik
pilihan yang tidak terbatas, perusahaan
berada pada arsiran pemasaran dan public
mencari cara untuk terhubung secara
relations sebagai objek studi dalam illmu
emosional dengan pelanggan, menjadi tak
komunikasi.
tergantikan, dan menciptakan hubungan
Dalam konteks pemasaran, politik kini
seumur hidup. Sebuah merek menonjol
menjadi produk yang perlu dipasarkan
kuat di pasar yang ramai. Orang jatuh cinta
sebagaimana halnya dalam pemasaran
dengan merek, mempercayai mereka, dan
komersil. Melalui pencitraan diharapkan
percaya pada superioritas mereka.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 95


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Kepercayaan tersebut datang terhadap Lompatan-lompatan ini terbentuk


merek baru, nonprofit, ataupun produk.” karena adanya opini publik yang terjadi
Strategi positioning yang dinyatakan secara singkat. Proses opini publik sendiri,
oleh Firmanzah, linier dengan ilmu di era kebebasan mendapatkan informasi,
pemasaran. Bagi ahli pemasaran, Philip terjadi sangat cepat. Opini publik terjadi
Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan dalam ruang kognitif masyarakat. Ini
Setiawan (Kotler, dkk, 2010), positioning menjadi tahap awal bagaimana selanjutnya
adalah pernyataan tegas yang masyarakat mengambil keputusan atau
menyadarkan konsumen agar lebih hati- pilihan-pilihan politik saat dihadapkan
hati terhadap merek yang tidak otentik. dengan kandidat. Dengan adanya brand
Oleh karena itu menurutnya, perlu adanya image, opini akan mengarah kepada merek
diferensiasi yang merupakan DNA dari yang memiliki positioning dan diferensiasi.
sebuah merek yang mencerminkan Di sinilah letak potong kompas opini
integritas merek sebenarnya. Bagi Philip sehingga terjadi lompatan. Bahkan
Kotler, dkk. diferensiasi adalah bukti kuat menurut Nimmo (Nimmo, 2006), opini
bahwa merek menyampaikan apa yang publik tidak hanya melibatkan aspek
dijanjikannya. Diferensiasi yang bersinergi kognitif belaka namun juga
dengan positioning secara otomatis akan menggabungkan perasaan dan usul dari
menciptakan brand image yang baik. konstituen. Melalui opini publik, makna
Artinya bahwa citra yang baik lahir dari terus diproduksi sesuai dengan harapan
sebuah merek yang kuat dan terintegrasi: konstituen dan kandidat. Makna sendiri
merek, positioning, dan diferensiasi. Philip selalu berubah-ubah sesuai dengan
Kotler, dkk mengistilahkan dengan segitiga pengalaman konstituen. Makna yang
3i. Dengan kata lain, agar tercipta opini muncul dalam kognisi dan afeksi
publik dan citra yang otentik pemasar harus masyarakat menjadi bagian yang tidak
membidik pikiran dan spirit secara simultan terpisahkan dari citra yang dimaksud.
untuk meraih hati konsumen (Kotler, dkk, Seperti disampaikan oleh Wasesa (2010)
2010) atau konstituen dalam konteks citra di mata publik seperti fenomena
politik. gunung es, dapat terlihat dari pendapat
Merek sendiri adalah sebuah identitas atau pola pikir komunal pada saat
unik yang dibuat orang-orang pemasaran memersepsikan realitas yang terjadi.
agar memudahkan konsumen memilih Dalam konteks politik Indonesia,
sebuah produk. Pengenalan identitas merek pencitraan lembaga dan individu dengan
karena terdapat diferensiasi. Menurut lembaga yang dibawanya seringkali tidak
Wasesa (2011) dalam konteks politik, seimbang. Citra personal lebih dominan
masyarakat memilih partai politik sebagai dibandingkan dengan citra lembaganya.
sebuah identitas yang sesuai dengan nilai- Sosok Susilo Bambang Yudhoyono lebih
nilai yang ada dalam dirinya. Dengan dominan dibandingkan dengan citra Partai
adanya pencitraan merek, brand image, Demokrat. Demokrat identik dengan merek
perilaku pemilih pada saat akan memilih dari ketua partainya dan pendirinya
kandidat tertentu tidak lagi harus melalui sekaligus. Begitu pula dengan Partai
proses panjang yang membutuhkan waktu Gerindra, sosok Prabowo Subianto sangat
tetapi langsung melompat ke pilihan-pilihan dominan dalam mewarnai merek partai
tertentu. yang didirikannya. Dalam pandangan
public relations, citra individu tersebut

96 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

menjadi kekuatan dalam mendukung Firmanzah (2012) memberikan catatan


pengembangan citra lembaga seperti tentang hal tersebut. Pertama, untuk
dinyatakan oleh Wasesa dan Macnamara, membangun image dibutuhkan waktu yang
menjadikan perseorangan atau individu relatif lama. Publik membutuhkan rentang
sebagai salah satu sumber pencitraan waktu yang panjang untuk bisa melihat
merupakan salah satu kekuatan public kesesuaian pola dan alur politik mereka
relations dalam mendukung dengan suatu partai politik. Kedua,
pengembangan citra organisasi (Wasesa, membangun image membutuhkan
2010). Menurutnya, satu hal yang harus konsistensi dari semua hal yang dilakukan
dipahami pada dimensi citra perseorangan partai politik atau perseorangan
ini adalah bahwa semua orang boleh bersangkutan seperti program kerja,
menjadi representasi lembaga dalam platform, reputasi. Ketika terdapat
publikasi. Namun dalam konteks politik di ambiguitas atau inkonsistensi yang
Indonesia, pencitraan lembaga yang dilakukan, image yang terekam publik
diwakili oleh perseorangan cenderung lebih menjadi tidak utuh. Ketiga, image politik
terpusat pada salah satu tokoh tertentu adalah kesan dan persepsi publik terhadap
seperti disebutkan di atas. apa saja yang dilakukan oleh pelaku politik.
Menurut Nimmo (2006), citra Pelaku politik harus mampu
personal dalam politik paling tidak memiliki membenamkan kesan, citra, dan reputasi
tiga manfaat. Pertama, betapapun benar dalam benak masyarakat. Keempat, image
atau kelirunya, lengkap atau tidak politik terdapat dalam kesadaran publik
lengkapnya pengetahuan orang tentang yang berasal dari memori kolektif
politik, hal itu memberikan jalan masyarakat. Semua hal yang dilakukan
kepadanya untuk memahami peristiwa pelaku politik tidak akan hilang begitu saja
politik tertentu. Kedua, kesukaan atau melainkan terekam dalam ingatan publik.
ketidaksukaan umum pada citra seseorang Apa yang dikesankan dan dipahami
tentang politik menyajikan dasar untuk dalam ingatan publik merupakan persepsi
menilai objek politik. Ketiga, citra diri publik terhadap realitas. Kesan atau
seseorang memberikan cara persepsi dibangun di atas realitas pelaku
menghubungkan dirinya dengan orang politik. Hubungan di antaranya, Wasesa
lain. Citra seseorang membantu dalam (2010) mengistilahkan dengan PRC
pemahaman, penilaian, dan kependekan dari Persepsi-Realitas-Citra.
pengidentifikasian peristiwa, gagasan, PRC harus dibangun dengan fondasi
tujuan, atau pemimpin politik. Citra kredibilitas. PRC yang tidak dibangun dan
membantu memberikan alasan yang dapat didasari oleh informasi realitas yang
diterima secara subjektif tentang mengapa memiliki kredibilitas tinggi, hanya akan
segala sesuatu hadir sebagaimana membangun citra yang lemah. Risikonya,
tampaknya, tentang preferensi politik, dan akan terdapat celah negatif yang dapat
tentang penggabungan dengan orang lain. dimanfaatkan oleh pihak lain yang memiliki
Orang tidak hanya memiliki alasan untuk kepentingan berseberangan, untuk
bertindak tetapi juga memiliki kebutuhan kemudian membalik citra menjadi negatif
untuk bertindak. dengan mudah.
Untuk membagun citra politik, ada Wasesa mencatat tahapan-tahapan
beberapa hal yang perlu disadari. pembentukan citra. Pertama, Question

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 97


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Marks. Merupakan tahap pertumbuhan tetapi dianggap biasa. Keempat, Dog.


saat lembaga/perseorangan memiliki tingkat Tahap di mana terjadi kejenuhan dan
produktivitas tinggi, tetapi rendah pangsa terjadi kejatuhan merek. Prabowo berada
pasarnya. Tahap ini citra yang dibentuk pada titik ini saat reformasi karena terkesan
untuk memberikan edukasi kepada publik sebagai salah satu pelaku pelanggaran
mengenai visi dan manfaat kehadiran HAM di Indonesia. Tetapi ia mampu
partai tertentu atau pelaku politik bangkit dan mencitrakan diri sebagai
perseorangan bagi publik. Misalnya pengusaha lalu mendirikan Partai.
pencalonan, sebagai calon pemimpin Walaupun baru, partainya mampu
daerah atau calon anggota legislatif. Apa mengalahkan partai lama seperti Partai
visinya, programnya, dampak untuk Bulan Bintang. Partainya masuk ke
masyarakat secara sosial ataupun ambang batas (parliamentary treshold).
individual. Kedua, Stars. Lembaga atau Terdapat beberapa pendekatan untuk
perseorangan mulai mengalami membangun citra seperti yang dinyatakan
pertumbungan pasar yang baik. Dalam oleh Wasesa di atas, Firmanzah
konteks politik, kehadiran kandidat diterima menawarkan setidaknya tiga pendekatan
dengan baik oleh konstituen. Penguasaan yaitu pendekatan kognitif, afektif, dan
terhadap publik semakin baik. Artinya mobilisasi kognitif dan afektif. Ketiga
bahwa semakin banyak publik yang pendekatan tersebut dapat dimediasi oleh
memberikan kesan positif karena visi dan beragam media sehingga melahirkan
programnya sesuai dengan harapan publik. diferensiasi dan positioning yang integral
Ketiga, Cash Cow. Terjadi kejenuhan saat sebagai dampak dari komunikasi politik
programnya monoton dan publik tidak yang telah dilakukan. Berikut bagan proses
berkembang. Pelaku politiknya populer, pendekatan tersebut:

Sumber: Firmanzah, 2012.


Gambar 1
Pendekatan untuk Membangun Citra

98 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Pencitraan Merek Politik melalui Media (13/06/2013), sepanjang tahun 2012 iklan
Digital televisi masih mendominasi dibandingkan
Efektivitas penyampaian pesan-pesan dengan media lain. 70% iklan dikuasai oleh
politik untuk membangun citra dan reputasi televisi. Begitu juga dengan publikasi,
disampaikan melalui beragam media. seperti dapat dicermati dalam media
Selama ini televisi masih menjadi media televisi kehadiran publikasi lembaga
yang paling populer dalam pencitraan ataupun tokoh partai sering muncul di
merek. Salah satu taktik pencitraan merek televisi. Memasuki tahun 2013, menurut
yang paling populer adalah iklan dan kabarbisnis, iklan di televisi mulai disalip
publikasi. Seperti diberitakan tempo.com oleh iklan di media internet.

Sumber: APJII, n.d.

Gambar 2
Dominasi Iklan di Internet

Hal ini sangat masuk akal, dengan We Know It” bahwa pemasaran tradisional
pengguna internet yang mencapai 82 juta memang tidak mati, tapi ia mati. Baginya,
pada tahun 2013 menjadi potensi besar teknologi telah memberikan banyak pilihan
untuk memasarkan produk melalui produk dan pemasar sendiri perlu
pencitraan dari merek dan diprediksikan menemukan cara mendekati pelanggan
akan mencapai 102 juta pada tahun 2014 secara individual, atau kelompok-kelompok
(APJII, n.d). Artinya bahwa baik partai kecil dan lebih kecil (Meyers dan Gerstman.
ataupun kandidat perseorangan yang akan Ed. 2001).
mengikuti kontestasi politik pada tahun Melalui media daring, individu atau
2014 berpeluang untuk merebut hati lembaga peserta Pemilu dapat melakukan
konstituennya melalui media daring. pencitraan merek daring. Melalui media
Mantan direktur pemasaran Coca Cola daring, calon pemilih bisa menentukan
dalam bukunya “The End of Marketing As mana kandidat yang sesuai dengan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 99


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

ekspektasinya di masa yang akan datang. Dengan pengertian pencitraan merek


Melalui bantuan teknologi, lembaga dapat di atas, upaya pengikatan emosional
menguatkan merek dan mempertahankan merupakan upaya melakukan diferensiasi
kekuasaannya. Menurut Breakenridge dan positioning kandidat. Namun secara
(2001), ada beberapa hal yang dapat praktis, apa saja yang dapat dilakukan oleh
dikuatkan melalui pencitraan merek, yaitu seorang kandidat atau politisi di media
menjaga eksistensi sejarahnya, dapat daring? Berikut merupakan beberapa tools
berkembang dari waktu ke waktu, berupa aplikasi media daring yang
memengaruhi pilihan konsumen, dimiliki dijadikan media pencitraan merek oleh
tanpa batas, tidak terjebak dalam isu kandidat; email, media sosial, multi user
budaya. Hal tersebut akan bertambah kuat dimention, dan search engine (Rustandi,
jika menggunakan bantuan teknologi. 2013). Dari empat media yang ada, media
Bojana Fajarinc (Meyers dan Gerstman. Ed. sosial merupakan media yang paling
2001), mantan Direktur Global Marketing populer dijadikan sebagai sarana
Service & Brand Management, Hewlet pencitraan oleh merek politik. Merek dalam
Package menulis bahwa internet telah konteks politik adalah kandidat sendiri.
melakukan evolusi secara cepat tentang Media sosial sendiri terdiri dari
konsep dasar merek. banyak jenisnya; Proyek kolaborasi wiki,
Kegiatan pencitraan merek di dunia corporate/ personal website, personal blog,
daring dengan dunia nyata harus konsisten microblog, media konten, situs jejaring
dan seimbang seperti ditulis oleh Vivienne sosial, virtual game world, virtual siciak
Lee Bechtold, Direktur I-Knowledge yang world, podcast, forum, (Rustandi, 2013)
diakui oleh publik Amerika sebagai juga media online yang menjadi ruang
Marketing Interactive of the year,“The e- publik atau lebih ke situs komunikasi satu
branding opportunity is generally best arah. Dari beberapa jenis media dalam
served when both online and offline assets jaringan tersebut, beberapa di antaranya
are involved. The two parts work together sangat dominan dijadikan media
to reinforce the best each has to offer”. pencitraan oleh pemilik merek politik
Seperti apa yang dilakukan oleh Yahoo! seperti media jejaring sosial, microblog,
pernah menempati posisi tertinggi dalam website dan blog, media konten, serta
pencitraan merek pada tahun 2001 karena media online.
melakukan kegiatan pencitraan merek Media jejaring sosial atau situs jejaring
secara online sekaligus offline juga sosial adalah aplikasi yang dapat
amazon.com. Dengan penguasaan digunakan seseorang untuk terhubung
teknologi, kemajuan dan perubahan dengan orang lain dengan menggunakan
berkembang dengan cepat. Hal serupa, profil dengan sebuah akun tertentu.
lembaga partai atau perseorangan Contohnya adalah facebook, googleplus,
kandidat, tidak hanya akan dinilai dari myspace, dan lain-lain. sedangkan
perilaku yang terjadi di dunia daring, tetapi microblog adalah bentuk blog yang dapat
juga dalam kenyataan hidupnya sehari- memublikasikan tulisan dengan dibatasi
hari. Melalui media daring, para kandidat hanya 140 karakter yang lebih menyerupai
melalukan pencitraan. Mereka berupaya Short Message Service (SMS). Contoh yang
mengikat para konstituennya dengan paling populer adalah twitter. Website dan
wacana, kegiatan, opini, ataupun sekedar blog merupakan kumpulan dari berbagai
bercengkrama dengan para konstituennya. halaman (HTML/ Hyper Text Mark Up

100 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Language) yang terdiri dari berbagai memiliki akses ke media, memahami media
macam dan format file. Ia juga terdiri dari dan menciptakan/mengekspresikan diri
berbagai macam topik sesuai dengan selera sendiri dengan menggunakan media.
dan konsep pemilik/ pembuatnya. Situs Ia menulis dalam makalahnya
berbasis konten adalah sebuah website tersebut bahwa literasi media mencakup
atau blog yang merupakan kumpulan dari semuanya. Dari memiliki pengetahuan
beragam pengguna yang dapat menyimpan yang diperlukan untuk menggunakan
dan berbagai file, contohnya seperti teknologi media lama dan baru sampai
youtube, flickr, kompasiana. Sedangkan dengan memiliki hubungan kritis ke konten
media online adalah media-media arus media. Melalui pendekatan itu pula penulis
utama yang berbadan hukum pers seperti akan melakukan analisis. Di mana media
kompas.com, detik.com, republika.com, digital sudah sangat terbuka. Pemikiran-
dan lain-lain. pemikiran seseorang dapat ditemukan
Untuk melakukan pencitraan merek, dengan cukup mudah di ruang-ruang
para politisi menjaring konstituen melalui virtual tersebut. Melalui media digital,
berbagai jenis media sosial yang telah semua informasi didapatkan dengan tanpa
disebutkan. batas. Setiap orang juga dapat menjangkau
massa yang tanpa batas pula. Melalui
Literasi Media Digital kegiatan penelusuran, penulis dapat
Walaupun bukan sebuah metode membaca strategi bagaimana para bakal
dalam penelitian, namun melalui kegiatan calon presiden tersebut mengambil hati
literasi, penulis dapat melakukan analisis para konstituennya.
bagaimana kandidat melakukan Lebih spesifik ia menjelaskan tentang
pencitraannya. Melalui kegiatan literasi literasi media digital sebagai bagian dari
dapat diketahui sejauhmana, seberapa literasi informasi sebagai kemampuan
besar peluang, sepositif apa citranya untuk memahami dan menggunakan informasi
meraih dukungan dari massa digital dalam berbagai format dari sejumlah
menjelang Pemilu 2014. Melalui literasi sumber daya tatkala sumber daya tersebut
media digital akan didapat kesimpulan disajikan melalui komputer. Sesuai dengan
siapa yang layak, kuat, atau paling perkembangan, pemakai tidak
berpeluang. Apalagi memasuki tahun 2013, memedulikan darimana asalnya informasi,
internet telah menjadi dunia yang memiliki yang penting dapat mengaksesnya. Untuk
massanya sendiri. Ia hidup berdampingan memahami literasi media digital baiknya
dengan dunia nyata. Ia bahkan sudah mengetahui komponen-komponen
menjadi dunia tersendiri. pendukungnya yaitu: (1) tonggak
Menurut Basuki (2013) dalam pendukung berupa literasi itu sendiri dan
makalahnya tentang “Literasi Informasi dan literasi komputer, informasi, dan teknologi
Literasi Digital”, mengatakan bahwa, komunikasi; (2) pengetahuan latar
literasi media adalah kemampuan belakang yang terdiri dari dunia informasi
seseorang untuk menggunakan berbagai dan sifat sumber daya informasi; (3)
media guna mengakses, analisis serta kompetensi yang terdiri dari: (a)
menghasilkan informasi untuk berbagai pemahaman format digital dan nondigital
keperluan. Menurutnya literasi media serta penciptaan, (b) komunikasi informasi
mencakup 3 bidang yaitu bermakna digital, (c) evaluasi informasi, (d) perakitan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 101


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

pengetahuan, (e) literasi informasi, dan (f) jejaring tersebut dapat membahas,
literasi media; (4) sikap dan perspektif menyumbang atau mengorganisasi
berkaitan dengan landasan etik terhadap kegiatan sosial di dunia nyata (Christakis,
penggunaan informasi bahwa akses yang dan James H. Flower, 2010). Ia juga
hampir tidak terbatas pada web diikuti belakangan berkomunikasi langsung
dengan pemahaman jika materi yang melalui akun twitter dengan konstituennya.
diunduh tidak semua bebas dari hak cipta Ia termasuk yang paling populer dan
(Basuki, 2013). memiliki jumlah follower jutaan setara
Untuk memudahkan penelusuran dengan selebritis.
informasi media digital, penulis akan Melalui situs jejaring sosial, setiap
menggunakan salah satu model yang calon anggota DPR pada pemilihan
literasi seperti yang disebutkan oleh Basuki, legislatif yang memiliki hubungan jejaring
aplikasi/ tools monitoring media digital sosial mampu menggalang tambahan
seperti search engine, topsy, dan tools lain sepuluh suara di atas rata-rata sedangkan
yang dapat melacak informasi-informasi senator yang memiliki hubungan dapat
berkaitan dengan eksistensi bakal calon di menambah enam belas di atas rata-rata
ruang virtual tersebut. Termasuk juga di (Christakis, dan James H. Flower, 2010).
dalamnya berbagai opini dan pandangan Salah satu simpulan dari hasil penelitian
masyarakat pengguna internet atau pun tersebut, bahwa pengaruh jejaring sosial
para blogger sebagai pelengkap informasi dapat memberi efek viral dan berlipat
berharga di era mobile information. terhadap teman-teman jejaringnya. Hal
inilah yang terjadi pada Obama pada tahun
Literasi Media Digital Kandidat Presiden 2008. Satu orang memengaruhi dan
untuk Pemilu 2014 mengajak dan memengaruhi yang lain.
Sebelum melakukan studi literasi Fenomena dampak teknologi internet
tentang Strategi Komunikasi Politik dan terhadap sikap politik masyarakat
calon presiden melalui kegiatan pencitraan memengaruhi para politisi di Indonesia,
politik daring menuju pemilu 2014, penulis baik eksekutif ataupun legislatif. Mereka
akan melakukan studi pustaka politisi baik membuka komunikasi egaliter dengan para
luar negeri atau pun di Indonesia yang konstituennya. Tidak heran di antara
berhasil melakukan pencitraan politik mereka dapat meraih kemenangan. Seperti
daring sebagai bagian dari strategi pada kasus kemenangan Gubernur Jawa
komunikasi politik. Barat Aher-Deddy, menurut situs
Berdasarkan hasil penelitian yang politicawave.com, situs media monitoring
dilakukan oleh Nicholas A. Christakis, dan politik di Indonesia, Aher-Deddy sebelum
James H. Flower, tahun 2008 Obama kemenangannya menguasai percakapan di
menjadi personal starter yang melakukan media sosial, mulai dari twitter, facebook,
pencitraan politik melalui media daring. Ia forum, ataupun blog. Begitu juga Alex-
membangun sebuah situs jejaring sosial Ishak sebelum kemenangannya menguasai
yang menghubungkan dirinya dengan para percakapan (buzz) di media sosial 70 %
konstituennya di my.barackobama.com percakapan dari 60 % pengguna internet di
(kini menjadi barackobama.com). Ia tidak Sumatera Selatan memberikan tanggapan
hanya berhubungan dengan para positif terhadap petahana tersebut
konstituen, namun juga menghubungkan (www.politicawave.com). Begitu juga tahun
para konstituennya. Para pengguna situs 2012 lalu saat Joko Widodo-Basuki

102 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Tjahyana menjadi kandidat gubernur DKI, beberapa figur yang dinilai layak yang
ia adalah kandidat yang banyak selanjutnya diindex menjadi bentuk
diperbincangkan di media sosial menurut presentasi. Hal ini dilakukan oleh
pantauan politicawave (Gatra.com). politicawave.com. Berdasarkan hasil
Penentuan siapa kandidat atau figur pantauan dari politicawave.com, bakal
calon presiden tahun 2014 yang akan calon presiden tahun 2014 adalah sebagai
dianalisis juga berdasarkan percakapan di berikut: Aburizal Bakri, Dahlan Iskan, Gita
media sosial, baik situs jejaring sosial, blog, Wirjawan, Hatta Rajasa, Jusuf Kalla,
website, ataupun mainstream media Mahfud MD, Megawati, Prabowo, Wiranto,
online. Mereka diperbincangkan oleh Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra,
masyarakat di media sosial sebagai figur Pramono Edi, dan Jokowi
yang layak. Dari hasil percakapan (politicawave.com).
masyarakat di media sosial terkumpul

Sumber: politicawave, n.d

Gambar 3
Jumlah Percakapan tanggal 13-19 Oktober 2013 di Media Online

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 103


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Gambar 3 jika dijabarkan menjadi bentuk tabel 1 di bawah:

Tabel 1
%tase Percakapan Kandidat
No Nama Jumlah Percakapan %tase (%)

1 Aburizal Bakri 3651 2,2

2 Anies Baswedan 5042 3,1

3 Dahlan Iskan 8936 5,5

4 Gita Wirjawan 3014 1,8

5 Hatta Rajasa 6679 4,1

6 Joko Widodo 108101 66.1

7 Jusuf Kalla 1508 0,9

8 Mahfud MD 9699 5,9

9 Marzuki Ali 2997 1,8

10 Megawati 2974 1,8

11 Prabowo 2100 1,3

12 Wiranto 2475 1,5

13 Pramono Edi 312 0,2

14 Yusril Ihza Mahendra 5934 3.6


sumber: politicawave, n.d

sumber: screenshoot google


Gambar 4

104 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Contoh hasil pencarian berdasarkan percakapan pada berbagai situs

Contoh hasil pencarian berdasarkan percakapan masing-masing kandidat bakal


percakapan pada berbagai situs tanpa calon presiden di semua web nonjejaring
media jejaring sosial dalam kurun waktu sosial dalam kurun waktu satu minggu
seminggu terakhir, terlihat pada gambar 4. terhitung tanggal 19 waktu mundur dapat
Untuk melakukan perbandingan, hasil dilihat pada tabel 2.
pencarian mesin pencari google untuk

Tabel 2
Percakapan Masing-masing Kandidat Bakal Calon Presiden di Semua Web Non
Jejaring Sosial
No Nama Jumlah Percakapan Prosentase (%)

1 Aburizal Bakri 10600 2,38

2 Anies Baswedan 13400 3,01

3 Dahlan Iskan 70100 15,73

4 Gita Wirjawan 23600 5,30

5 Hatta Rajasa 36800 8,26

6 Joko Widodo 61400 13,78

7 Jusuf Kalla 16400 3,68

8 Mahfud MD 42300 9,49

9 Marzuki Alie 21000 4,71

10 Megawati 33400 7,50

11 Prabowo Subianto 86200 19,35

12 Wiranto 13500 3,03

13 Pramono Edhie 7010 1,57

14 Yusril Ihza Mahendra 9820 2,20%


Sumber : Mesin pencari google

Berdasarkan gambar dan tabel di %tase paling tinggi sebesar 66,1 %


atas, tingkat percakapan pada media sementara pada percakapan di media sosial
jejaring sosial dan media sosial berbasis berbasis situs didominasi oleh pemberitaan
situs dan atau blog berbeda. Pada jumlah tentang Prabowo Subianto sebesar 19,63
percakapan di media jejaring sosial %, Joko Widodo sendiri berada pada
menunjukkan bahwa Jokowi menduduki peringkat 13,78 yang oleh media

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 105


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

mainstream (arus utama) disebut-sebut belum menunjukkan apakah percakapan


sebagai tokoh paling populer menduduki tersebut memiliki makna positif atau
peringkat 3 di bawah. Dahlan Iskan yang negatif, yang oleh alat monitoring media
berada pada peringkat 2 dengan jumlah sosial disebut sebagai index sentimen.
pemberitaan sebesar 15,73%. Namun saat Setelah mengetahui bagaimana
ditulis dengan nama Jokowi, nama populer tingkat popularitas dilihat dari jumlah
dari Joko Widodo menunjukkan jumlah percakapan dan yang dipercakapkan di
yang jauh di atas rata-rata. Jika dengan media berbasis web, penulis akan melihat
penggunaan nama Joko Widodo hanya bagaimana tingkat percakapan di media
mencapai jumlah 61.400, sementara jejaring sosial berdasarkan rujukan dari
dengan menggunakan nama Jokowi topsy.com serta tingkat kekuatan dari
mencapai jumlah 375.000 percakapan di masing-masing calon yang penulis rujuk
semua media berbasis web dalam kurun dari socialmention.com. Berikut jumlah
waktu seminggu terakhir (13-19 Oktober percakapan/ yang mempercakapkan
2013). Begitu juga dengan Prabowo, kandidat bakal calon presiden melalui
penyebutan yang berbeda menunjukkan twitter yang penulis rujuk dari topsy.com
jumlah yang berbeda. dalam seminggu terakhir (21/10/2013):
Jumlah percakapan pada media
jejaring sosial yang diduduki oleh Jokowi

Tabel 3
Jumlah Percakapan/ yang Mempercakapkan Kandidat Bakal Calon Presiden melalui Twitter

No Nama Jumlah Percakapan Sentiment skor Prosentase (%)

1 Aburizal Bakrie 2,728 52 0,9%

2 Anies Baswedan 1,430 58 0,5%

3 Dahlan Iskan 17,705 57 6,1%

4 Gita Wirjawan 3,282 53 1,1%

5 Hatta Rajasa 11,204 52 3,9%

6 Joko Widodo 217,229 59 V 75,5%

7 Jusuf Kalla 1,653 50 0,6%

8 Mahfud MD 8,430 51 2,9%

9 Marzuki Ali 665 51 0,2%

10 Megawati 8,814 51 3,1%

11 Prabowo 11,511 55 4,0%

12 Wiranto 1,817 55 0,6%

13 Pramono Edi 444 52 0,2%

106 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

14 Yusril Ihza Mahendra 995 49 0,3%


Sumber: topsy, n.d

Jika dicermati dari jumlah Dahlan Iskan. Namun tingginya tingkat


percakapan di media jejaring sosial percakapan belum menunjukkan apakah
khususnya twitter yang sudah menjadi percakapan tersebut memiliki nada positif
salah satu lalulintas utama komunikasi bagi atau negatif. Begitu juga tingkat kekuatan
pengguna media sosial, Jokowi dari masing-masing calon, Jokowi memiliki
mendominasi percakapan. Sebesar 75% tingkat kekuatan yang tertinggi
percakapan dikuasai Jokowi dibandingkan dibandingkan dengan calon yang lain.
dengan kandidat calon presiden yang Berdasarkan analisis dari howsociable.com,
diwacanakan. Jokowi juga menduduki Jokowi memiliki tingkat kekuatan pengaruh
tingkat emosional yang paling tinggi atau kedahsyatan pengaruhnya paling
dibandingkan dengan kandidat lain yaitu tinggi dibanding dengan calon lain.
sebesar 59, disusul Anies Baswedan dan

Tabel 4
Analisis dari howsociable.com

No Nama Magnitude

1 Aburizal Bakrie 5.2

2 Anies Baswedan 4.8

3 Dahlan Iskan 6.3

4 Gita Wirjawan 5.3

5 Hatta Rajasa 6.1

6 Joko Widodo/ Jokowi 8.1/ 6,5 21 Okt

7 Jusuf Kalla 5.4

8 Mahfud MD 6.4

9 Marzuki Ali 4.1

10 Megawati 5.5

11 Prabowo 6.2

12 Wiranto 5.1

13 Pramono Edi 2.1

14 Yusril Ihza Mahendra 5.3


Sumber: howsociable.com

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 107


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Namun apakah tingkat percakapan socialmention.com. Berikut merupakan


yang tinggi dan respon masyarakat penilaian objektif berdasarkan analisis
terhadap calon linier dengan penilain tersebut yang diukur berdasarkan
positif terhadap calon, jawabannya belum percakapan dalam rentang waktu satu
pasti. Untuk melihat bagaimana penilaian minggu atau 7 hari dari 14-21 Oktober
masyarakat melalui media sosial terhadap 2013 dalam percakapan microblog:twitter
calon presiden tersebut, penulis dan facebook.
menggunakan alat monitoring media sosial

Tabel 5
Percakapan dalam Rentang Waktu Satu Minggu atau 7 Hari dari 14-21 Oktober 2013
dalam Percakapan Microblog:Twitter dan Facebook

No Nama Jumlah Positif Netral Negatif Perbandingan Positif


Mention Negatif(%)

1 Aburizal Bakrie 48 1 47 0 1:0

2 Anies Baswedan 1 0 1 0 0:0

3 Dahlan Iskan 149 5 142 2 3:1

4 Gita Wirjawan 123 5 115 1 7:1

5 Hatta Rajasa 65 0 63 2 0:2

6 Joko Widodo/ Jokowi 125 0 123 2 0:2

7 Jusuf Kalla 126 6 120 0 6:0

8 Mahfud MD 82 2 80 0 2:0

9 Marzuki Ali 125 5 120 0 5:0

10 Megawati 180 4 174 2 2:1

11 Prabowo 161 5 156 0 5:0

12 Wiranto 90 4 84 2 2:1

13 Pramono Edi 39 2 37 0 2:0

14 Yusril Ihza Mahendra 25 4 21 0 4:0


sumber: socialmention.com

Sementara itu dalam percakapan situs atau non jejaring sosial menunjukkan hal
dan weblog yang terindeks oleh google, yang berbeda. Seperti tampak pada tabel 6
yang merujuk pada media berbasis website

108 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Tabel 6
Percakapan dalan Situs dan Blog

No Nama Jumlah Positif Netral Negatif Perbandingan Positif


Mention Negatif(%)

1 Aburizal Bakrie 30 0 30 0 0:0

2 Anies Baswedan 9 0 9 0 0:0

3 Dahlan Iskan 65 1 64 0 3:1

4 Gita Wirjawan 16 1 57 2 1:1

5 Hatta Rajasa 60 0 63 2 0:2

6 Joko Widodo/ Jokowi 121 2 116 3 1:2

7 Jusuf Kalla 14 0 14 0 0:0

8 Mahfud MD 57 0 57 0 0:0

9 Marzuki Ali 9 0 9 0 0:0

10 Megawati 69 0 69 0 2:1

11 Prabowo 63 0 156 0 0:0

12 Wiranto 13 0 84 0 0:0

13 Pramono Edi 8 0 8 0 0:0

14 Yusril Ihza Mahendra 13 0 13 0 0:0


Sumber: socialmention.com

Dalam buzz, Jokowi paling namun penilaian negatif percakapan lebih


mendominasi. Namun tidak menunjukkan besar dibandingkan penilaian positifnya.
penilaian yang selalu positif. Seperti dalam Berdasarkan penelusuran informasi melalui
tabel 6 di atas, percakapan dalam media digital dengan menggunakan
microblog antara twitter dan facebook yang aplikasi monitoring media sosial tingginya
ditelusuri menggunakan perangkat jumlah percakapan tidak berbanding lurus
monitoring media sosial howsociable.com dengan penilaian positif.
menunjukkan bahwa penilaian negatif Melalui aplikasi apa saja para calon
terhadap Jokowi lebih besar dibandingkan kandidat membuat differensiasi dan upaya
dengan penilaian positif, dan mayoritas positioningnya melalui media digital
menunjukkan sikap netral. Begitu juga sebagai basis pencitraan merek politiknya
dengan yang lain. Termasuk dalam jumlah sehingga bisa terindex dalam mesin pencari
percakapan perminggunya dalam blog, google sebagai mesin pencari paling
walaupun jumlah percakapan tinggi, populer saat ini serta alat monitoring media

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 109


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

sosial. Berikut analisis berdasarkan hasil melakukan pengenalan, pengalaman,


penelusuran pada media digital yang mengambil keputusan, hingga pada tahap
disesuaikan dengan tools untuk kegiatan loyalitas. Tahapan ini dapat diawali dari
Cyber Public Relations ataupun Cyber komunikasi intensif melalui media jejaring
Marketing. sosial. Media jejaring sosial yang paling
umum digunakan adalah facebook, twitter,
Media Jejaring Sosial google+, dan youtube. Mereka rata-rata
Kandidat calon presiden melakukan memiliki akun twitter, Fanpage facebook,
komunikasi dengan para konsituen melalui akun google, serta mengunggah kegiatan
media jejaring sosial. Mereka memiliki akun melalui youtube walaupun tidak
untuk berhubungan dengan konstituennya. mengatasnamakan dirinya sendiri. Berikut
Melakukan komunikasi melalui media sosial tampilan jumlah likers, followers, lingkaran
menjadi salah satu tahap awal bagaimana pertemanan, dan jumlah video yang
mereka melakukan pencitraan mulai dari dihitung secara keseluruhan.

Tabel 7
Tampilan Jumlah Likers, Followers

No Nama likers fanpage Followers Lingkaran Youtube


facebook twitter google+

1 Aburizal Bakrie 34.794 253.947 113 5,970

2 Anies Baswedan 7.688 311.988 10 3.840

3 Dahlan Iskan 96.011 708.487 533 12.000

4 Gita Wirjawan 129.192 49.761 57 6,320

5 Hatta Rajasa 5.554 339.667 - 5,720

6 Joko Widodo/ Jokowi 382.513 821.159 5 12.300

7 Jusuf Kalla 348.219 446.867 135 7,950

8 Mahfud MD 22.158 319.519 75 7,460

9 Marzuki Ali 2.414 146.717 - 3010

10 Megawati 14.781 672 - 12,200

11 Prabowo 3.148.102 401926 37 44,800

12 Wiranto 155.139 21.215 31 6,360

13 Pramono Edi - - - 544

14 Yusril Ihza Mahendra 5.386 300.821 - 1,170


Sumber: facebook, twitter, google+, dan youtube

110 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Walaupun mereka memiliki sebuah cukup interaktif dalam berkomunikasi


pintu untuk menerima tamunya melalui dengan para followernya. Sedangkan yang
jejaring sosial, tidak semua akun atau aktif menjalin komunikasi melalui halaman
fanpage dikelola oleh kandidat ataupun fans facebook adalah Prabowo Subianto,
teamnya. Sebagian besar dibuat oleh walaupun tidak semua komentar ia jawab,
pengagum dan pendukungnya. Untuk tetapi di antara postingannya selalu ia
Dahlan Iskan, Joko Widodo, dan Megawati, sempatkan untuk menjawab, yang lain juga
halaman fansnya dibuat oleh mereka yang menunjukkan kekurangaktifan dalam
kagum terhadap sepak terjang mereka. menjalin komunikasi dua arah melalui
Sementara yang lain dikelola oleh relawan halaman fansnya. Sedangkan untuk twitter
dan teamnya, sementara berdasarkan rata-rata dari kandidat cukup interaktif
penelusuran penulis untuk Pramono Edie selain yang telah disebutkan yaitu; Mahfud
Wibowo tidak memiliki akun di media MD, Marzuki Ali, Yusril Ihza Mahendra,
jejaring sosial. Dahlan Iskan, Wiranto, Jusuf Kalla, dan
Sebuah akun jejaring sosial sejatinya Prabowo. Sementara Joko Widodo dan
digunakan sebagai sarana membangun Hatta Rajasa sesekali saja berinteraksi
merek. Merek akan terbangun jika memiliki dengan followernya. Sedangkan Megawati
diferensiasi dan positioning seperti akunnya tidak menunjukkan adanya
disampaikan oleh banyak pakar marketing. pembaharuan.
Tujuan akhir dari manajemen membangun Di lihat dari sisi jumlah, Prabowo
merek adalah mengikat hati pelanggan unggul dengan mencapai tiga juta likers,
melalui komunikasi intensif. Selain adanya sedangkan untuk follower, Jokowi paling
intesifitas komunikasi dengan pelanggan, banyak diikuti. Menurut alat monitoring
komunikasi dilakukan dua arah, karena media sosial socialbakers, Prabowo
pada dasarnya sebuah merek bukan milik memiliki tingkat popularitas paling tinggi
perusahaan tetapi juga milik masyarakat. dilihat dari sisi likers bahkan mengalahkan
Namun tidak semua kandidat calon Presiden SBY. Jokowi berkejaran dengan
presiden 2014 yang sedang diwacanakan partainya yang dibidani oleh Prabowo,
memiliki kesadaran ke arah sana. Halaman Gerindra. Jokowi berada pada urutan
fans mereka dan juga akun twitter yang ketujuh. Sedangkan yang lain tidak masuk
mereka miliki sebagian besar hanya untuk hitungan 10 besar yang terdeteksi oleh
sosialisasi apa yang terjadi dengan mereka socialbakers.com.
serta menyebarkan gagasan-gagasannya. Berdasarkan aktivitas yang dilakukan
Dengan demikian pola komunikasi dua oleh para calon melalui media jejaring
arah tidak terjadi. Seperti dalam fanpage sosial, Aburizal Bakrie dan Prabowo
Aburizal Bakrie, walaupun halaman di menjadi kandidat yang paling intensif
facebook tersebut rutin diperbaharui melakukan pencitraan merek politik di
(update) tetapi dari komentar penulis media jejaring sosial. Namun keduanya
telusuri, yang bersangkutan tidak pernah memiliki perbedaan, walaupun sama-sama
membalas komentar tersebut. Melalui akun sedang membangun mereknya. Prabowo
twitternya juga, Aburizal Bakrie lebih lebih memiliki positioning yang jelas karena
dominan berkomunikasi satu arah. membangun komunikasi dua arah dengan
Sementara fanpage Anies Baswedan pendukungnya.
berbeda dengan twitternya, twitternya

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 111


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Selain memiliki akun resmi, mereka dipenuhi oleh para simpatisan atau
juga memiliki akun-akun pasukannya yang pasukannya di media jejaring sosial seperti
digerakan oleh team atau simpatisan. pernah dilontarkan oleh Amin Rais sebagai
Percakapan twitter masing-masing calon Cybertroops.
presiden yang diwacanakan hampir

Tabel 8
Pemilik Akun Pasukan
No Nama Akun Pasukan/ Cybertroops/ Jumlah buzz

1 Aburizal Bakrie • rizaditya88 (181) • PengembaraanARB (102)


• Garda_ARB (150) • Hidayat_Syahid (100)
• mr_semaun (149) • Ari_0909 (77)
• Golkar5 (148) • KRLJABODETABEK (64)
• resstyAF (120) • UntungSyamsuri (64)

2 Anies Baswedan • irenapretika (106) • tangankeduaID (40)


• aniesbaswedan (81) • BriliAgung (38)
• abdulaziso (68) • harisnurali (38)
• eae18 (64) • KompasTV (36)
• pojokankayumns (59) • billydavideno (36)

3 Dahlan Iskan • DI_Comm (117) • ILoveDISway (53)


• IndoProgresif (88) • LintasSaham (44)
• IndoBerubah (88) • sodiqach (44)
• SerbaIndo (88) • DeveloperINSAN (43)
• XnXXR (83) • melisantii (41)

4 Gita Wirjawan • GWBanget2014 (78) • Yonathan_PR (75)


• GW2014 (77) • dr_zendegi (48)
• marshisopanov (77) • Andicho_Haryus (26)
• AnwarAbd15 (77) • 1nfoku (19)
• Aulia_az_Zahra (76) • MichaelUmbas (18)

5 Hatta Rajasa • HattaRajasaInfo (223) • Venisimo (67)


• sahabathatta (101) • Fhaizal_ZhLL (48)
• Fraksi_PAN (80) • chintia83 (46)
• HR_fans (76) • unilubis (39)
• verolambang (74) • Alin_Yulianto (35)

6 Joko Widodo • Jokowi_Ina (190) • InBerita_ (130)


• igdaw (140) • bimbimbim034 (129)
• Garda_Jokowi (139) • DaniSetiawan_ID (121)
• 1nfoku (134) • jokowi07 (118)
• ultrasenergia (133) • SemuaBerita_INA (116)

7 Jusuf Kalla • PrabuDiaz (87) • gempur_ (35)


• timSaladindanHe (84) • IndonesiaCapres (30)
• DanielJohanw (80) • 1nfoku (29)
• MPI_Community (71) • bambangz48 (28)
• RudiRuantoni (38) • alinxZoldyck (28)

112 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

8 Mahfud MD • MadSuliman (252) • mahfud_md2014 (50)


• Durachim (159) • AbimHbb (50)
• LukyAntoryo (102) • denbagu48264480 (49)
• mohmahfudmd (92) • ppmAswaja (35)
• Ayani35 (85) • rmolco (34)

9 Marzuki Ali -

10 Megawati • putriwulan999 (30) • juned_lebon (24)


• noveldhamopolii (25) • IR_wilandra (24)
• HajiMuhyiddin (25) • Ciciarmiarsi (22)
• wirowiro2013 (24) • geryAAwan (20)
• Rully_Asrul (24) • ardyrk23 (18)

11 Prabowo • Gerindra (53) • InBerita_ (20)


• freddy_ggmu (44) • habiburokhman (19)
• Andy_Caknole (43) • Go_Blog_ (16)
• BacaBerita__ (24) • rimanews_com_ (16)
• 1nfoku (22) • helena_sihaloho (15)

12 Wiranto • SamuderaDalam (76) • StandupindoDPK (28)


• nanang99 (65) • KawitzDS (23)
• alexasitompulmd (40) • 6erindra (22)
• Ba2ng_Keren (32) • faisalyusra (19)
• RelawanHT (31) • ErwinSa01118555 (18)

13 Pramono Edi • HalidaHanoum (17) • SA_haramain (12)


• SemuaBerita_INA (16) • SMABontang (11)
• AikallNF (15) • BeritaCrime (10)
• hilmankxx (12) • MentionOrder (10)
• gempur_ (12) • IDMention (10)

14 Yusril Ihza • KRLJABODETABEK (101) • KawanYusril (41)


Mahendra • berantas3 (91) • ProboAgestaH (34)
• noveldhamopolii (72) • aritamuhlisa (32)
• aaaaasep (70) • SautSMotivator (31)
• MPI_Community (66) • Pemuda_Depok (30)
Sumber:politicawave.com

Blog dan/atau website Pramono Edie, Dahlan Islan, dan


Pencitraan merek juga dilakukan oleh Megawati. Bertebarannya beberapa blog
para kandidat dengan membuat blog Dahlan Iskan tidak dikelola oleh team,
dan/atau websitenya masing-masing. Tabel tetapi oleh para simpatisan tanpa terikat
berikut menunjukkan website/ blog sebagai dengan teamnya sendiri, serupa juga untuk
bagian dari media untuk berkomunikasi Jokowi, ia tidak memiliki personal blog/
dengan para konstituennya. website, muncul website tentang Jokowi
Dari 14 calon di atas, 5 calon seperti beberapa waktu lalu yang
presiden yang diwacanakan tidak memiliki disandingkan dengan Ananda Prabowo
website; Gita Wirjawan, Joko Widodo, dan sejenisnya dibuat oleh para simpatisan,

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 113


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

sementara Gita Wirjawan dan Pramono dimanfaatkan secara maksmimal. Sebagian


Edie tidak memiliki jejak dalam rumah besar website hanya sebagai museum,
digital tersebut, dan terakhir Megawati, tempat menyimpan arsip media yang
websitenya masih dikembangkan. berserakan kemudian dikumpulkan dalam
Sebagai calon presiden, mereka sadar websitenya masing-masing. Penting untuk
pentingnya memiliki rumah dan pintu mengetahui rekam jejak dan kegiatan-
untuk berkomunikasi di ruang digital agar kegiatan tetapi positioning dan diferensiasi
bisa membangun interaksi dengan mereknya tidak kuat.
masyarakat lebih luas. Tetapi tidak

Tabel 9
Website Calon Persiden
No Nama Alamat website/blog Penguatan Merek

1 Aburizal Bakrie http://icalbakrie.com/ Golkar

2 Anies Baswedan http://aniesbaswedan.com Cendekiawan/ Indonesia


Mengajar

3 Dahlan Iskan - -

4 Gita Wirjawan - -

5 Hatta Rajasa http://hatta-rajasa.info/ Ekonom/ Menteri

6 Joko Widodo/ Jokowi -

7 Jusuf Kalla http://jusufkalla.info/ Cendekiawan/ aktifis sosial

8 Mahfud MD http://www.mahfudmd.com/ Cendekiawan/ Ahli Hukum

9 Marzuki Ali http://marzukialie.com/ Demokrat

10 Megawati http://www.megawatisoekarnoputri. -
ms/

11 Prabowo http://prabowosubianto.info/ Gerindra

12 Wiranto http://www.wiranto.com/ Hanura

13 Pramono Edi -

14 Yusril Ihza Mahendra http://yusril.ihzamahendra.com/ Cendekiawan/ Ahli Hukum


Sumber: facebook, twitter, google+, dan youtube

Aburizal Bakri sebagai Ketua Umum Golkar. Walaupun terdapat konten lain
Partai Golkar, menguatkan citra mereknya yang merangkul publik dengan visinya
dengan atribut kepartaiannya. Konten hingga 2045 tentang pendidikan,
websitenya tidak jauh dari kegiatan yang entrepreneurship, Achmad Barkrie Award,
dilakukannya sebagai Ketua Umum Partai dan lain sebagainya. Tetapi kemenonjolan

114 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Partai Golkar dalam setiap kontennya lepas dari partai. Sementara yang tampak
menunjukkan bahwa Golkar menjadi menonjol dari Hatta Rajasa ditinjau dari
segala-galanya dan ia tidak bisa lepas dari tampilan websitenya adalah ide-idenya
Golkar. Hal ini sesuai dengan teori Agenda tentang masa depan ekonomi Indonesia
Setting, apa yang ditonjolkan lebih kuat ia yang coba diwujudkan dalam berbagai
dianggap paling penting. Visi 2045, idenya lembaga. Jusuf Kalla, telah melebur dengan
tentang pendidikan gratis, menjadi terjebak masyarakat Indonesia, walaupun ia mantan
dalam warna kuning. Ketua Umum Golkar, websitenya
Hal serupa juga tampak dari website menunjukkan bahwa ia adalah seorang
Marzuki Alie, Prabowo, Wiranto. Marzuki aktifis sosial yang dibutuhkan dan diterima
Alie menonjolkan kesan penting bahwa oleh banyak kalangan. Jusuf Kalla mampu
kehidupan politiknya dan visi Indonesianya menghilangkan merek partai dari dirinya
hadir bersama demokrat. Latar bendera tanpa harus lepas dari partai yang telah
Demokrat, banner tentang Demokrat yang membesarkannya. Begitu juga dengan
menonjol bahwa citra mereknya sangat website Yusril Ihza Mahendra, sebagai
kuat unsur Demokrat. Wiranto, tidak ketua Dewan Pembina dan mantan Ketua
secara verbal tentang kepartaiannya, tetapi Umum Partai Bulan Bintang, konten
tentang dirinya, namun warna Kuning Tua websitenya walaupun telah lama tidak
Hanura menjadi background websitenya dilakukan pembaharuan konten, merek
sangat kuat. Walaupun yang ditonjolkan kuat websitenya menonjol sebagai ahli
lebih kuat tentang kepemimpinan, Hukum Tata Negara juga seorang
lingkungan, atau isu nasional lainnya, cendekiawan. Hal serupa tercermin dari
konten-konten beritanya didominasi oleh merek website Mahfud MD, walaupun
kegiatan-kegiatan Hanura. Sebagai Ketua pernah memiliki latar belakang politik PKB,
Umum, ia tidak dapat melepaskan diri dari mereknya yang menonjol adalah sebagai
merek Hanuranya. Prabowo juga ahli hukum, Mahkamah Konstitusi tampak
demikian, Gerindra menjadi latar yang begitu melekat dan kuat dalam websitenya
sangat menonjol dalam websitenya. yang terdiri dari tampilan dari kontennya
Website prabowo lebih cocok jika dipenuhi dengan hal-hal yang berkaitan
dikatakan sebagai website partainya sendiri dengan Mahkamah Konstitusi.
karena dalam situsnya tersebut cenderung Anies Baswedan sebagai
menampilkan bagaimana bisa mendaftar cendekiawan, yang ikut konvensi partai
menjadi anggota legislatif dari Gerindra. Demokrat, tidak menonjolkan sisi
Sementara yang lain, walaupun kepartaiannya, karena ia bukan politisi
sebagai pembesar dan mantan pembesar partai, ia memiliki citra merek yang kuat
atau setidaknya memiliki pengalaman sebagai pencetus ide. Websitenya
berpartai, merek politik partainya tidak digunakan, selain sebagai penampung arsip
menonjol bahkan lebur. Hatta Rajasa, juga sebagai jejaring untuk menelorkan
Ketua Umum PAN dan juga Menko cetusan ide-idenya. Salah satu ide yang
Ekonomi, memiliki situs dengan konten sudah direalisasikannya adalah melalui
yang cukup seimbang antara simbol dan program ‘Indonesia Mengajar’.
pesan partai dengan pesan keindonesiaan, Apa yang ditampilkan dalam website/
ia bahkan mencoba untuk membangun blog mereka tidak mencerminkan secara
citra merek dirinya sendiri yang mencoba utuh merek politiknya. Karena seperti yang

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 115


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

telah dibahas di atas, keutuhan merek Media onlinenya di antaranya adalah


didapatkan selain melalui kegiatan online Sindonews dan OkeZone.com. Media-
juga kegiatan offline. Walaupun semua media tersebut memberikan porsi besar
arsip kegiatan offline ditampilkan tetapi untuk memublikasikan setiap program,
sangat terbatas. Namun, website mereka event, atau kegiatan-kegiatan calon
telah berbicara tentang adanya differensiasi presiden yang telah disebutkan di atas.
dan positioning yang jelas antara calon Namun yang fantastis, media detik,
presiden yang diwacanakan tersebut. Tribunnews, Merdeka.com, Liputan6,
Selain melalui website resminya, news.detik, Yahoo, Tempo.com
mereka juga melakukan kegiatan memberikan porsi yang lebih kepada Joko
pencitraan dengan membuka akun website Widodo. Wajar jika pada akhirnya opini
di media sosial/blog “keroyokan” untuk masyarakat lebih mengarah kepada Joko
menyampaikan idenya seperti melalui Widodo. Media online arus utama ini juga
Kompasiana, salah satu media sosial milik mencerminkan porsi besar diberikan oleh
warga; Marzuki Alie, Yusril Ihza Mahendra, jaringan media lainnya seperti misalnya
dan Wiranto. Di samping pencitraan detik dengan jaringan transcorpnya, Tribun
melalui blog/ website yang dikelolanya dengan grup kompasnya, dan lain
sendiri, di antara mereka yang sadar sebagainya. Namun demikian, setiap
tentang pentingnya pencitraan merek publikasi yang muncul tidak selalu
melalui media sosial mem%jatai para menunjukkan sikap positif, pemberitaan
blogger untuk menuliskan kisah-kisah seringkali memiliki sikap netral walaupun
mereka. Hatta Rajasa menyelenggarakan terdapat pemberitaan yang memiliki nilai
event writing contest blogger. Sementara sentimen positif dan negatif.
yang lain mendekati blogger untuk menjadi Pada urutan selanjutnya, Jusuf Kalla
bagian dari apa yang disebut oleh Amin yang telah diakui masyarakat sebagai figur
Rais sebagai Cybertroops. sering memberikan solusi bagi bangsa pada
era Kabinet Indonesia Jilid I sebagai Wakil
Media Online Presiden juga mendapatkan porsi yang
Media online adalah media arus cukup besar dari media. Konten ini dapat
utama berbasis digital, ia menjadi bagian berubah-ubah sesuai dengan aktivitas-
dari jaringan media konvensional yang aktivitasnya yang dianggap memiliki nilai
membuka cabangnya melalui media digital. berita oleh media arus utama di dunia
Di antara calon presiden yang diwacanakan daring.
di atas, dua di antaranya adalah
konglomerat media, Dahlan Iskan dan Penutup
Aburizal Bakrie. Media online yang menjadi
bagian dari usahanya hampir dapat Berdasarkan hasil penelusuran
dipastikan sering menjadikan kedua orang informasi melalui berbagai jenis
yang berada di belakangnya tersebut sering percakapan di dunia daring, tidak setiap
diberitakan, Dahlan Iskan dengan Jaringan calon memiliki kesadaran pentingnya
Jawa Posnya atau JPPN, Aburizal Bakrie membangun komunikasi politik di dunia
dengan Grup Vivanewsnya. Di samping daring. Seperti tercermin dari beberapa
kedua calon, Wiranto juga mulai disokong calon, misalnya Pramono Edie. Ia tidak
oleh Grup MNC. MNC Media adalah membangun secara khusus bagaimana
jaringan media milik Hari Tanoesudibyo. pencitraan daring dapat berpengaruh

116 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

terhadap diferensiasi dan positioningnya Anies Baswedan selain berinteraksi


terhadap calon lain, sehingga dapat melalui twitter, ia juga mencoba meniru
dikatakan bahwa Pramono Edie adalah gaya Obama, mencoba melibatkan
calon yang paling lemah merek politiknya partisipasi warga daring untuk menjadi
di dunia daring. Begitu juga dengan bagian dari program yang akan
Megawati, ia juga lemah dalam upaya direalisasikannya. Hanya saja, Baswedan
mengomunikasikan mereknya di media tidak begitu menganggap penting
daring. Saluran-saluran komunikasi daring bagaimana membangun komunikasi dua
tidak ia buka. Sementara yang lain cukup arah dengan para fansnya, melalui fanpage
kuat dengan membangun komunikasi miliknya. Fanpage hanya dijadikan sebagai
melalui akun twitter seperti Dahlan Iskan, media untuk menyebarkan informasi
Marzuki Alie, Yusril Ihza Mahendra, Anies tentang ide dan kegiatannya belaka.
Baswedan, Mahfud MD. Sedangkan Aburizal Bakrie, berdasarkan
Joko Widodo, mereknya tidak penelusuran, tidak terlalu komunikatif
dibangun secara khusus melalui semua dalam melakukan interaksi baik melalui
media digital, komunikasinya pun websitenya, akun twitternya, ataupun
cenderung pasif, hanya saja ia selalu fanpagenya.
menjadi newsmaker yang membuat awak Dengan demikian, tidak setiap calon
media memberikan porsi besar. Hal inilah membangun komunikasi politik daring
yang menjadikannya banyak secara utuh, jika pun mereka menggunakan
diperbincangkan sehingga jumlah semua saluran, hanya satu saluran yang
percakapannya selalu memenuhi media mereka gunakan yaitu melalui akun twitter
jejaring sosial. sementara websitenya hanya sekedar untuk
Calon yang paling kuat dalam menyemai ide dan menginformasikan
membangun komunikasi politik melalui kegiatannya. Namun secara umum, mereka
media daring, berdasarkan penelusuran memiliki diferensiasi dan positioning
informasi di atas adalah Prabowo. Selain masing-masing. Karena seperti disebutkan
menggunakan semua saluran media yang oleh Firmanzah, merek itu tidak dibangun
ada, ia juga berinteraksi dengan fansnya dalam waktu yang singkat, pencitraan
melalui fanpagenya dan juga twitternya, merek politik daring digunakan untuk
hal yang tidak dilakukan oleh calon lain. menyempurnakan merek yang telah ada
Bahkan jumlah fansnya melebihi jumlah serta menguatkan merek di hadapan warga
fans Presiden RI dan jauh berada di atas daring khususnya. Dengan membangun
Joko Widodo. Ini menunjukkan bahwa merek politik di dunia daring, para calon
Prabowo sangat sadar bagaimana Brand sedang melakukan pendekatan agar
itu dibangun melalui media daring. mampu memenangkan hati mereka melalui
Sementara websitenya tidak dijadikan komunikasi daring.
sebagai media untuk berinteraksi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
A. Christakis, N., dan H. Flower H. (2010). Connected, Dahsyatnya Kekuatan Jejaring
Sosial Mengubah Hidup Kita.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 117


Topik Utama Pencitraan Politik Daring: Strategi Memenangkan Massa Digital Menjelang Pemilu 2014

Breakenridge, Deirdre .(2001).Cyberbranding, Brand Building in The Digital Economy.


United States of Amerika: Prentice Hall PTR.
Firmanzah. (2012). Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Kotler, Philip dkk. (2010). Marketing 3.0, Mulai dari Produk ke Pelanggan ke Human Spirit.
Jakarta: Erlangga.
Meyers, H., dan Gerstman, R. (Ed). (2001). Branding @ The Digital Age. New
Yorks:Palgrave.
Nimmo, Dan .(2006). Political Communications and Public Opinion and America
(Penerjemah Tjun Surjaman). Bandung: Mizan.
Rustandi, Dudi .(2013). Modul Cyber Public Relations. Bandung: Politeknik Lp3i.
Wheleer, Alena. (2009). Designing Brand Identity: An Essential Guide for the Entire
Branding Team. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken.
Wasesa, Agung Silih. (2011). Political Branding & Public Relations. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wasesa, Agung Silih, dan Macnamara, J. (2010). Strategi Public Relations, Membangun
Pencitraan Berbiaya Minimal dengan Hasil Maksimal. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Internet:
APJII. (2013). Grafik Pengguna Internet. Tersedia dalam
<http://www.apjii.or.id/v2/upload/content/statistik/grafik-pengguna-internet.jpg>
Diakses tanggal 05 Oktober 2013.
Basuki, Sulistyo .(2013). Literasi Informasi dan Literasi Digital. Tersedia dalam
<http://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/03/25/literasi-informasi-dan-literasi-
digital/>. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Gatra.com (2012). Politicawave: 60% Percakapan di Sosmed Soal Jokowi. Tersedia dalam
<http://www.gatra.com/politik-1/39531-politicawave-60-percakapan-di-sosmed-soal-
jokowi.html> diakses tanggal 15 Oktober 2015.
Kabarbisnis.com. (2013). Bisnis iklan media internet diramal segera lampaui televisi.
Tersedia dalam <http://kabarbisnis.com/read/2840662> Diakses tanggal 05 Oktober
2013.
Politicawave.com. (2013). Aher-Deddy Kuasai Jejaring Sosial.
Tersedia dalam <http://politicawave.blogspot.com/2013/06/politicawave-aher-deddy-
kuasai-jejaring.html#more> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
______________ (2013). Pemilihan Presiden Nasional 2014. Tersedia dalam
<http://politicawave.com/nasional> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
_____________ (2013). Alex – Ishak Pimpin Sumsel. Tersedia dalam
<http://politicawave.blogspot.com/2013/06/politicawave-alex-ishak-pimpin-
sumsel.html> Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
Tempo.co. (2013). Belanja Iklan TV Terus Naik. Tersedia dalam
<http://www.tempo.co/read/news/2013/06/13/090487954/Belanja-Iklan-TV-Terus-
Naik> Diakses tanggal 05 Oktober 2013

118 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

KOMUNIKASI POLITIK DALAM DEMOKRATISASI

Adhi Iman Sulaiman


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Banyumas–
53122 Jawa Tengah , Telp/HP. (0281)635292 Ext. 214 , HP. 081572222267,
Email : adhi_iman@yahoo.com
Naskah diterima tanggal 29 September 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

POLITICAL COMMUNICATION IN DEMOCRATIZATION

Abstract

Political communication is very important and determining in democratization. With the


competing interests of political communicators to influence, to obtain, retain, and expand
the power. The study phenomena of political communication was interested to be discuss,
ie: The phenomenon of political communication in a democratic political system with a
connection, controls and balance of power between the political elite with the people. The
phenomenon of political communication in a campaign strategy, to provide the vision,
mission and campaign program in accordance with the aspirations, problem identification
and potential of the people themselves, based on campaign research. Dynamics of the
phenomenon of political communication can be growing with the support and power of the
mass media in realizing democratization.

Keyword: political communication, campaign, mass media, democratization.

Abstrak

Komunikasi politik sangat penting dan menentukan dalam demokratisasi. Dengan adanya
persaingan kepentingan komunikator politik untuk memengaruhi, memperoleh,
mempertahankan, dan memperluas kekuasaan. Kajian fenomena komunikasi politik yang
menarik untuk dibahas, yaitu: Fenomena komunikasi politik dalam sistem politik demokratis
dengan adanya hubungan, kontrol, dan keseimbangan kekuasaan antara elit politik dengan
rakyat. Fenomena komunikasi politik dalam strategi kampanye, dengan memberikan visi,
misi, dan program kampanye yang sesuai dengan aspirasi, identifikasi masalah serta
potensi dari rakyat sendiri berdasarkan hasil riset kampanye. Dinamika fenomena
komunikasi politik menjadi semakin berkembang dengan dukungan dan kekuatan media
massa dalam mewujudkan demokratisasi.

Kata kunci: komunikasi politik, kampanye, media massa, demokratisasi.

119
Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

Pendahuluan is open and democratic in its basic


structures, and multiple actors compete to
Komunikasi politik memiliki fungsi assert influence”. Jadi dalam sistem politik
yang sangat penting dan menentukan yang terbuka seperti di Indonesia dan
demokratisasi, dan terdapat pertarungan demokrasi yang menjadi struktur dasar,
kepentingan untuk memengaruhi, merebut, siapapun bisa menjadi aktor politik yang
mempertahankan, dan memperluas berkompetisi untuk saling memperkuat
kekuasaan yang dilakukan oleh para pengaruh.
komunikator politik yaitu pihak elit Kedua, fenomena komunikasi politik
(penguasa) maupun publik (yang dikuasai). dalam kampanye, di mana para elit politik
Hal tersebut ditegaskan oleh Muhtadi yang sedang, sudah, maupun yang belum
(2008) bahwa fenomena komunikasi politik pernah eksis di ranah suprastruktur politik
suatu masyarakat merupakan bagian yang (legislatif dan eksekutif), berusaha
tidak terpisahkan dari dinamika politik di memengaruhi dan meraih dukungan dari
mana komunikasi itu bekerja. publik dengan berbagai cara melalui
Terdapat dua fenomena komunikasi strategi kampanye yang didukung serta
politik yang menarik untuk dikaji, yaitu : memanfaatkan kekuatan media massa.
Pertama, fenomena komunikasi politik Sebagaimana menurut Lachapelle (2005),
dalam sistem politik, di mana pihak elit the process of social or political
yang berada di ranah suprastruktur politik communication is based on both
yaitu eksekutif dan legislatif memiliki fungsi interpersonal influence and campaign
untuk mengolah keputusan-keputusan strategies as seen through the mass media.
politik yang berasal dari berbagai aspirasi Sehingga dalam proses komunikasi sosial
dan kepentingan yang nantinya atau komunikasi politik didasarkan atas
dinegosiasikan (diperjuangkan) menjadi kedua pengaruh yaitu interpersonal dan
produk kebijakan publik. Kebijakan publik strategi kampanye seperti yang terlihat
tersebut akan diumpan balik ke pihak dalam media massa.
publik di ranah infrastruktur politik yang Dinamika komunikasi politik dalam
terhimpun dalam kesatuan kekuatan massa kegiatan kampanye terus berlangsung dan
seperti lembaga swadaya masyarakat semakin intens ketika menjelang dan
(LSM) atau nongovernmental organizations melaksanakan “pesta demokrasi”, seperti
(NGOs), partai politik, organisasi massa pemilihan kepala daerah (Pilkada),
(ormas), media massa, dan kelompok pemilihan umum (Pemilu) legislatif dan
kepentingan serta kelompok penekan. pemilihan presiden (Pilpres). Faktanya,
Dinamika komunikasi politik secara menurut Hamdi Muluk (Muluk, 2012)
kentara terlihat, seperti pada suprastruktur dalam 5 tahun Indonesia menggelar 1 kali
politik terjadi pergulatan kepentingan, baik Pilpres, 4 Pemilu legislatif, 33 Pemilu
antar legislatif dan antara eksekutif dengan provinsi untuk memilih gubernur dan
legislatif dalam proses pengambilan wakilnya, 93 Pemilu kota untuk memilih
keputusan (decision making process) untuk walikota dan wakilnya, dan 403 Pemilu
membuat dan menghasilkan kebijakan kabupaten untuk memilih bupati dan
publik. Menurut Aspinall (dalam Mietzner, wakilnya. Artinya, dalam 5 tahun Indonesia
2007) “The political system [in Indonesia] menggelar 534 Pemilu, atau sekitar 45 kali

120 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

dalam sebulan, hal ini belum dihitung komunikasi dan informasi. Intinya,
pemilihan kepala desa yang jumlahnya 66 penelitian komunikasi politik pada
ribu kepala desa. dasarnya adalah tentang kualitas dan
kelangsungan hidup demokrasi.
Pembahasan Komunikasi politik menjadi faktor
yang sangat menentukan dan tidak bisa
dikesampingkan fungsinya dalam proses
Kerangka analisis pada tulisan ini,
politik yang dilakukan aktor politik sebagai
yaitu membahas tentang (1) Komunikasi
komunikator politik. Maka menjadi
politik dalam sistem politik yang
bahasan dan bahan refleksi serta evaluasi
demokratis. (2) Komunikasi politik dalam
yang sangat penting tentang komunikasi
strategi kampanye. Kedua hal tersebut
politik dalam sistem politik dan strategi
menjadi pembahasan yang menarik
kampanye politik. Sebagaimana menurut
dengan kajian peran media sebagai saluran
Lilleker (2006) komunikasi antara lembaga
komunikasi yang berkembang pesat,
yang memiliki kekuasaan dengan rakyat
khususnya dengan teknologi informasi dan
(yang dikuasai) merupakan hal penting
komunikasi (TIK) baik media cetak
dalam sistem politik. Bagaimanapun
maupun media elektronik. Menurut
dalam demokrasi, komunikasi politik
McNair (2003) komunikasi politik yang
dianggap sangat penting untuk
ditinjau dari tujuan komunikator, seperti
membangun masyarakat, di mana negara
isu-isu pentingnya pencitraan politisi yang
dan rakyatnya merasa memiliki hubungan
ditampilkan dalam membentuk persepsi
atau berinteraksi, sehingga komunikasi
pemilih, dampak dari biasnya liputan
politik menjadi suatu keharusan. Karena itu
media terhadap hasil pemilu, dan
dalam melakukan berbagai kegiatan
hubungan antara opini publik dengan
(pembangunan), tidak bisa hanya dengan
upaya politisi dan organisasi media untuk
serangkaian instruksi dari elit (kelompok
membuat suatu agenda tertentu.
penguasa) kepada masyarakat. Tetapi
Maka peran media menjadi sangat
harus memberikan kesempatan untuk
penting dan strategis dalam menunjang
melakukan umpan balik dari masyarakat
bahkan menentukan dinamika komunikasi
dan mendorong adanya partisipasi.
politik di dalam proses sistem politik yang
terdapat “pertarungan” kepentingan serta Komunikasi Politik dalam Sistem Politik
kekuasaan antara suprastruktur politik Pascareformasi 1998 yang sudah
dengan infrastruktur politik. Termasuk pada berlangsung lebih dari satu dasawarsa,
dinamika strategi kampanye untuk sistem politik yang berjalan sudah
memengaruhi, mendapat, dan memenuhi persyaratan demokratis, di
mempertahankan dukungan serta mana komunikasi politik dapat berfungsi
kekuasaan dalam perhelatan “pesta untuk saling mengontrol keseimbangan
demokrasi”. Karena menurut De Vreese kekuasaan (check and balance of power) di
(2006) penelitian komunikasi politik suprastruktur politik yaitu antara legislatif
bertujuan untuk mengkaji interaksi dan dan eksekutif, kemudian antara
perubahan dalam hubungan antara politik, infrastruktur politik (civil society) dengan
media, warga negara dan suatu suprastruktur politik. Sehingga tidak ada
pemahaman, khususnya tentang peran

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 121


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

lagi kooptasi dan hegemoni politik dari satu yang akhirnya memastikan harga bahan
pihak yang sangat dominan memiliki bakar minyak bersubsidi akan dinaikkan.
kekuatan politik. Komunikasi politik di kalangan
Berjalannya fungsi komunikasi politik suprastruktur politik tersebut selalu
yang diperankan eksekutif dan legislatif di dibarengi dengan keterlibatan infrastruktur
suprastruktur politik, memiliki fungsi untuk politik yang juga memerankan fungsi
saling mengontrol keseimbangan komunikasi politiknya untuk ikut serta
kekuasaan, kemudian mengonversi proses beraspirasi, mendukung, dan menolak
pembuatan keputusan menjadi produk proses politik tersebut, seperti aksi-aksi
kebijakan publik yang diumpan balik ke demonstrasi yang menjadi simbolisasi
infrastruktur politik. Komunikasi di demokratisasi, di mana pihak rakyat (civil
infrastruktur politik yang dilakukan oleh society) ikut memengaruhi dan terlibat
kelompok kekuatan civil society, memiliki berpartisipasi.
fungsi untuk mengusulkan (beraspirasi), Berdasarkan fakta tersebut, fungsi
mendukung, mengritisi, dan menolak, komunikasi politik sangat penting dan
mulai dari proses pembuatan keputusan, menentukan dalam sistem politik yang
hingga menjadi produk kebijakan publik. demokratis dengan didukung oleh peran
Hal tersebut sebagai mekanisme demokrasi media massa yang menjadikan persoalan
dengan fungsi komunikasi politik untuk politik, pada awalnya bisa saja terselubung
mengimbangi serta mengontrol kekuatan atau tersembunyi menjadi terbuka ke
suprastruktur politik. publik. Sehingga publik mengetahui, ikut
Fakta yang menunjukkan berjalannya mengkaji dan terlibat dalam suatu
fungsi komunikasi politik dalam sistem persoalan atau pembahasan politik. Hal ini
politik di Indonesia, di antaranya seperti sebagaimana menurut Lilleker (2006)
peristiwa paling fenomenal yang muncul demokratisasi yang mengutamakan
dan menjadi perhatian publik yaitu : kasus mayoritas dalam sistem politik, mengubah
“Cicak dan Buaya” (Juli 2009) yang ketika sifat komunikasi politik dan kegiatan politik
itu sebagai pengandaian antara lembaga menjadi ke ranah atau wilayah publik.
KPK dengan kepolisian. Kemudian kasus Namun ada beberapa problematika
rangkaian panjang perdebatan di DPR komunikasi politik dalam sistem politik,
dalam Panitia Khusus (Pansus) hak angket yang menjadikan “domokrasi setengah
Bank Century DPR mulai 1 Desember hati”, yaitu pertama, sulitnya melepaskan
2009 sampai peristiwa sidang Paripurna kekuasaan dan ketergantungan pada
DPR RI tanggal 3 Maret 2010 yang kekuatan partai politik sebagai “kendaraan
berakhir dengan pemungutan suara politik” atau “sponsor politik”. Sehingga
(voting) dan dimenangkan pihak yang para kepala daerah sebagai eksekutif masih
memilih opsi C yang menyatakan ada terikat kuat dengan kontrak politik dan
kesalahan kebijakan dalam pemberian ongkos politik yang diinvestasikan oleh
dana talangan (bail out). Kemudian sidang partai politik serta pendukung atau
paripurna DPR pada 17 Juni 2013 tentang sponsor, baik secara materi (pendanaan)
pengesahan Undang-Undang APBN maupun tidak secara materi (immaterial)
Perubahan 2013 yang juga melalui sepeti dukungan, pengaruh, dan
mekanisme pemungutan suara (voting) kekuasaan. Maka komunikasi politik yang

122 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

dibangun lebih dominan aspek serta penguatan dukungan masyarakat. Hal


kepentingan kekuasaan kelompoknya tersebut sebagaimana menurut Wasesa
daripada kepentingan masyarakat yang (2011) politisi lebih sering mengakhiri
lebih luas. Hal ini sebagaimana menurut pencitraan politiknya, justru setelah terpilih
Sulaiman (2013) dalam proses dan malahan memikirkan dirinya sendiri
kepemimpinan kepala daerah selama satu untuk pengembalian modal kampanye.
periode atau lima tahun indikasinya adalah Begitupun komunikasi politik yang
tahun pertama, merealisasikan janji-janji dilakukan anggota legislatif yang juga
kampanye dengan kegiatan yang populis terikat kuat pada kontrak politik dari partai
dan memenuhi kontrak politik yang pernah politik sebagai “kendaraan politiknya” serta
disepakati. Tahun kedua, mengembalikan investor politik. Maka dalam menjalankan
besarnya modal finansial sebagai ongkos fungsinya, status anggota legislatif menjadi
politik yang telah dikeluarkan selama wakil partai politik, bukan sebagai wakil
pencalonan, kampanye, dan pemenangan. rakyat secara utuh. Anggota legislatif akan
Tahun ketiga dan keempat, meraih tetap terjebak dan ditentukan oleh
keuntungan politis (dukungan dan kepentingan partai politiknya dengan
pencitraan) dan juga finansial termasuk mengatasnamakan fraksi dalam membuat,
untuk modal pencalonan pada periode memperjuangkan keputusan politik dan
berikutnya. Tahun kelima, melakukan kebijakan publik. Hal tersebut,
kegiatan kampanye dengan memanfaatkan sebagaimana hasil penelitian dari Sulaiman
pelaksanaan seremonial pembangunan (2008) setiap keputusan politik di legislatif
yang lebih banyak berinteraksi dengan sangat tergantung kepada keputusan partai
masyarakat (pemilih) untuk politik yang didelegasikan melalui
mempertahankan kekuasaan, lebih fraksinya, seperti model berikut ini:
peningkatan popularitas dan pencitraan

Sumber: Sulaiman, 2008.


Gambar 1
Proses Pengambilan Keputusan Politik Anggota Legislatif

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 123


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

Kedua, kasus banyaknya Keputusan politik lebih mudah diselesaikan


ketidakhadiran dari para anggota legislatif di luar ruang sidang atau rapat resmi komisi
dalam menghadiri sidang komisi atau serta paripurna dengan melakukan lobi dan
paripurna sebagaimana kinerja DPR negosiasi antaranggota atau fraksi. (3)
berdasarkan data Badan Kehormatan (BK) Rapat atau sidang paripurna keputusan
DPR, memublikasikan daftar anggota DPR yang akan disahkan sudah diketahui dan
yang tingkat kehadirannya di bawah 50 disepakati, sehingga hanya bersifat
(lima puluh) %. Data tersebut dirilis untuk 4 formalitas atau tinggal ”ketok palu” saja.
periode masa sidang yaitu masa sidang II Terkecuali jika ada keputusan politik
tahun 2011-2012 hingga masa sidang III yang sangat penting dan membutuhkan
tahun sidang 2012-2013, dari semua kekuatan jumlah anggota seperti
parpol ada anggotanya yang masuk daftar mekanisme pemungutan suara (voting),
tersebut (Lupiyanto, 2013). maka kehadiran anggota menjadi penting
Alasan ketidakhadiran anggota dan diperhitungkan. Hal ini seperti hasil
legislatif dalam pembahasan sidang penelitian Sulaiman (2008) menghadiri
dikarenakan: (1) Pembahasan dan atau tidak menghadiri dalam sidang juga
penentuan kebijakan tertentu sudah rapat di legislatif, tetap merupakan
disepakati keputusan politiknya di tingkat komunikasi politik, karena proses lobi dan
fraksi dan didelegasikan kepada beberapa negosiasi di luar sidang atau rapat sering
anggota sebagai perwakilan fraksi. (2) dilakukan, sebagaimana model berikut ini :

Gambar 2
Model Pengambilan Keputusan di Legislatif

124 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

Ketiga, komunikasi politik anggota website dan blog dari fraksi, komisi atau
legislatif, juga tidak dapat maksimal dalam anggota legislatif. Sehingga peran dan
proses menjaring dan menampung aspirasi fungsi anggota legislatif menjadi lebih
dari rakyat, karena terikat kuat kontrak maksimal dalam menjaring aspirasi,
politik, sehingga mengutamakan identifikasi masalah dan potensi di
kepentingan partai politik dan/atau sponsor masyarakat. Bahkan pengaduan atau
politik. Kemudian tidak ada kontrol dan aspirasi bisa dijadikan data penting yang
pertanggungjawaban yang ketat kepada berguna bagi perumusan kebijakan. (2)
anggota legislatif yang telah difasilitasi dan Harus secara serius menjalin komunikasi
diberikan masa reses sebanyak tiga kali politik dari anggota legislatif ketika kegiatan
dalam setahun untuk menjaring aspirasi ke reses ke daerah pemilihannya dengan
daerah pemilihannya. Padahal kegiatan melakukan penjaringan aspirasi, sosialisasi,
reses merupakan kesempatan untuk dan pelaksanaan program pembangunan.
melakukan komunikasi politik berupa Komunikasi politik yang dilakukan anggota
sosialisasi kebijakan dan program legislatif tidak lagi bersifat “musiman”
pembangunan, penjaringan aspirasi, ketika masa Pemilu atau Pilkada saja.
identifikasi masalah serta potensi di Sehingga rakyat dapat memiliki
masyarakat. Sehingga kegiatan masa reses kesempatan secara langsung berinteraksi
menjadi formalitas semata yang hanya dengan menyampaikan aspirasi kepada
serius dilaksanakan ketika ada kepentingan anggota legislatif yang sesungguhnya
politik seperti ada Pilkada dan Pemilu atau merupakan wakil rakyat. (3) Elit politik
Pilpres. (eksekutif dan legislatif) harus dapat
Menurut Lauth (2008) fungsi utama memperlakukan rakyat sebagai subjek
demokrasi adalah kontrol kekuasaan politik (pelaku) dengan diberikan pendidikan dan
(pemerintah dan parlemen) melalui cara pemberdayaan politik untuk dapat
politik dan hukum. Kontrol demokrasi berpartisipasi (berkehendak) dalam proses
harus didasarkan pada kesempatan yang politik dan pembangunan. Bukan sebagai
dimiliki warga, masyarakat sipil, dan objek yang selalu dimobilisasi untuk
parlemen untuk berpartisipasi dalam dimanfaatkan kepentingan politik sesaat
mekanisme untuk mengontrol, menjamin, selama dibutuhkan pada kegiatan Pemilu,
dan membela hak-hak semua pihak. Pilpres dan Pilkada. (4) Fungsi komunikasi
Maka komunikasi politik yang di politik yang diperankan oleh kekuatan
bangun dalam sistem politik demokratis, rakyat (civil society) untuk aktif beraspirasi,
yaitu: (1) Adanya kontrol kekuasaan antar menagih dan mengontrol janji politik
elit politik dan secara proaktif membuka berupa program pembangunan atau
ruang aspirasi untuk rakyat (civil society) kebijakan publik dari elit politik (eksekutif
seperti membuat media pengaduan di dan legisltaif).
kantor fraksi atau komisi dengan staf
khusus dan waktu pengaduan yang jelas. Komunikasi Politik dalam Strategi
Kemudian pemanfaatan media kotak pos Kampanye
atau melalui teknologi informasi dan Perubahan komunikasi politik dalam
komunikasi seperti pengaduan lewat Short strategi kampanye mengalami
Message Service (SMS), atau email, perkembangan, khususnya dengan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 125


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

memanfaatkan kekuatan media seperti penting dan strategis, karena dibutuhkan


stiker, pamflet, spanduk, dan baligo serta dan dimanfaatkan para elit politik untuk
papan reklame dari ukuran kecil hingga membangun, memelihara popularitas serta
ukuran besar, yang terpasang menghiasi pencitraannya. Bahkan media massa bisa
jalan-jalan layaknya seperti iklan komersil dijadikan strategi politik untuk menjatuhkan
pada musim “pesta demokrasi”. Kemudian pengaruh, popularitas, dan pencitraan
strategi kampanye yang memanfaatkan lawan politiknya. Hal tersebut sesuai
kekuatan media massa seperti surat kabar dengan hasil riset Lembaga Survei
(koran) yang banyak diakomodasi oleh Indonesia (Rilis LSI, 2012) salah satunya
surat kabar lokal. Termasuk kampanye di yaitu: (1) Sering muncul opini bahwa berita
media massa elektronik terutama televisi oleh media masa dibingkai (frame) oleh
menjadi wahana kompetisi iklan politik kepentingan politik dan ekonomi tertentu
yang sangat menarik. untuk memengaruhi sikap dan perilaku
Menurut Lilleker (2006) fungsi utama politik pemilih sesuai dengan framing
dari komunikasi politik adalah untuk tersebut. (2) Efeknya kemudian, bahwa
membuat masyarakat memikirkan suatu berita media massa diyakini punya
masalah dengan cara yang pengaruh partisan, yakni menguntungkan
menguntungkan bagi pembuat dan partai tertentu, dan sebaliknya
pengirim pesan politik. Ini berarti bahwa menjatuhkan partai yang lain.
setiap organisasi politik yang bermaksud Hal tersebut merupakan suatu strategi
untuk memengaruhi publik secara politik, komunikasi melalui kampanye,
harus berusaha untuk mengontrol ide-ide sebagaimana menurut Connolly (2008)
yang dominan dalam ruang publik. bahwa strategi kampanye merupakan
Sehingga sebelum Pemilu tahun 2014 komunikasi yang diarahkan oleh seseorang
diselenggarakan untuk menentukan jumlah atau sebuah organisasi dengan dirancang
perolehan kursi kekuasaan di legislatif, untuk memengaruhi publik, meningkatkan
sudah didahului dengan ramainya iklan pengetahuan, mengubah sikap, maupun
politik di televisi oleh calon presiden mendorong perilaku yang diinginkan.
(capres) dan calon wakil presiden Strategi komunikasi dengan kampanye,
(cawapres) baik secara berpasangan (satu umumnya dirancang untuk merespon
paket), maupun iklan capres yang masih kebutuhan komunikasi yang dirasakan
belum memiliki cawapres. Apalagi para sangat penting oleh publik.
kontestan capres dan cawapres serta ketua Jadi netralitas dan indepedensi media
umum parpol merupakan pemilik menjadi bias, karena satu sisi media massa
perusahaan media televisi terbesar. bersifat komersial dan media juga sebagai
Begitupun iklan layanan masyarakat atau agen pembangunan yang memberikan
sosialisasi program pembangunan informasi, edukasi, dan wahana aspirasi
menjelang masa Pemilu, yang marak serta kontrol terhadap kekuasaan. Namun
dimanfaatkan pajabat publik seperti di sisi lain media juga sebagai wahana
menteri yang memanfaatkan kepentingan dimanfaatkan kepentingan politik oleh elit
politiknya untuk mencalonkan menjadi politik untuk memiliki kekuasaan politik.
anggota legislatif. Sehingga media massa Menurut Altschull (dalam Severin dan
menjadi pentas panggung politik yang Tankard, 2007) bahwa: (1) dalam semua

126 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

sistem pers media berita mewakili pihak Bentuk usulan komunikasi politik
yang menjalankan kekuasaan politik dan dalam strategi kampanye yang bisa
ekonomi. Surat kabar, majalah dan menjadi alternatif, dalam rangka
penyiaran bukanlah aktor independen, mewujudkan demokratisasi yang berpihak
meski mereka mempunyai potensi untuk kepada rakyat yaitu :
menjalankan kekuasaan independen; (2) Isi (1) Elit politik yang mencalonkan diri
berita selalu menunjukkan kepentingan untuk dapat duduk di legislatif (DPR dan
dari orang-orang yang membiayai pers; (3) DPRD) dan eksekutif (bupati/walikota dan
Semua sistem pers didasarkan pada gubernur), dalam melakukan strategi
kepercayaan ekspresi bebas, walaupun kampanye harus memiliki visi, misi, dan
didefinisikan dengan cara yang berbeda. program kerja yang akan ditawarkan atau
Maka demokratisasi hanya menjadi dikampanyekan kepada rakyat sebagai
simbol dan slogan politik, apabila masih pemilih melalui suatu penelitian (riset).
ada kekuasaan yang sangat kuat dan tidak Penelitian bisa secara kuantitatif seperti
dapat dikontrol oleh kekuatan lainya. survei dan polling, namun bukan hanya
Misalkan media massa yang berkolaborasi untuk mengukur popularitas dan
dengan politik atau pengusaha (media) keterpilihan terhadap calon yang selama ini
dengan penguasa (politik) menjadi suatu sering dilakukan oleh tim sukses atau
hegemoni. Sebagaimana Gramsci dalam lembaga survei. Akan tetapi juga untuk
Latif dan Ibrahim (1996) istilah hegemoni dapat mengidentifikasi masalah dan
(hegemony) yang dihadapkan dengan potensi yang sebenarnya terjadi. Kemudian
istilah kekuatan (force). Jika kekuatan penelitian secara kualitatif, dengan
diartikan sebagai penggunaan daya paksa mendatangi dan mewawancarai (dialog)
untuk membuat orang banyak mengikuti langsung kepada pemilih baik secara
dan mematuhi syarat-syarat suatu cara individu seperti tokoh-tokoh kunci
produksi tertentu. Maka hegemoni berarti (stakeholders) sebagai panutan masyarakat
perluasan dan pelestarian “kepatuhan yang dapat dijadikan pendulang suara
aktif” dari kelompok-kelompok yang (footgetter), maupun kepada kelompok
didominasi oleh kelas berkuasa lewat masyarakat atau organisasi untuk
penggunaan kepemimpinan intelektual, melakukan dialog. Bahkan kegiatan
moral, politik yang mewujud dalam bentuk- penelitian dengan survei dengan
bentuk koopasi institusional dan manipulasi menyebarkan kuesioner bisa dilaksanakan
sistemis atas teks dan tafsirannya. sekaligus dengan memanfaatkan kegiatan
Lebih lanjut menurut Gramsci dialog atau focus group discussion (FGD).
(dalam Suyanto, 2010), fenomena Maka elit politik akan memiliki data penting
hegemoni politik dan media akan tetap dan berharga dari hasil penelitian
berlangsung apabila cara hidup, cara kuantitatif dan kulitatif untuk dijadikan
berpikir, dan pandangan pemikiran bahan kampanye baik secara lisan untuk
masyarakat telah meniru dan menerima orasi di lapangan terbuka atau ketika
cara berpikir dan gaya hidup dari berdialog serta debat publik. Begitupun
kelompok elit yang mendominasi dan sebagai bahan membuat kampanye tertulis
mengeksploitasi masyarakat. seperti untuk visi, misi, dan program kerja
yang biasanya dikemas lagi dalam bentuk

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 127


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

media stiker, baligo, atau poster. Strategi eksekutif. Sehingga elit politik bisa lebih
kampanye politik yang harus berdasarkan dekat dan mengenal rakyat, banyak
penelitian, sesuai dengan model kampanye mendengar, belajar serta memahami
dari Ostergaard dalam Venus (2007) yang aspirasi rakyat, supaya dapat merumuskan
merancang program kampanye untuk dan memformulasikan bentuk perjuangan
perubahan sosial yang tidak didukung oleh politik atau program pembangunan untuk
temuan ilmiah tidak layak untuk rakyat. Kemudian kegiatan debat publik
dilaksanakan, karena tidak akan atau uji publik juga harus banyak
menimbulkan efek apapun dalam dilakukan, supaya rakyat sebagai pemilih
menanggulangi masalah sosial. Sehingga bisa menilai kualitas para calon legislatif
harus diawali oleh identifikasi masalah dan eksekutif yang memiliki kapasitas serta
faktual (prakampanye) yang dilakukan integritas yang dapat diandalkan. Bahan
sumber kampanye (campaign dialog atau debat publik bisa terukur dan
makers/decision maker). Kemudian dicari teruji karena visi, misi, dan program yang
hubungan sebab-akibat (cause and effect ditawarkan merupakan hasil riset politik
relationship) dengan fakta-fakta yang ada. secara kuantitatif dan kualitatif. Bahkan
Tahap selanjutnya adalah pengolahan hasil riset berupa visi, misi, dan program
kampanye dimulai dari perancangan kampanye bisa lebih dikembangkan ketika
pelaksanaan hingga evaluasi. dipresentasikan ke publik, sehingga akan
(2) Elit politik (calon legislatif dan mendapat masukkan, kritikan, dan
eksekutif) harus berani membuat kontrak dukungan terhadap program yang
politik secara tertulis dan terbuka dengan ditawarkan. Sebagaimana menurut Wasesa
rakyat sebagai pemilih, yang disaksikan (2011) sebuah merek politik, tidak hanya
khalayak (publik) ketika massa mudah menarik peserta program, tetapi
mencalonkan untuk mendapat dukungan mengembangkan program tersebut menjadi
atau dipilih. Sehingga elit politik tidak lebih luas, sehingga perolehan pendukung
hanya memberikan janji-janji politik atau akan semakin kuat.
program pembangunan yang tidak Strategi kampanye selama ini lebih
kongkrit, serta tidak hanya memberikan banyak bersifat linier atau tidak dialogis,
materi yang dikemas dalam bentuk sehingga elit politik yang mencalonkan diri,
kegiatan bakti sosial atau sumbangan. tidak mengenal dan dikenal serta tidak
Akan tetapi jelas memegang tanggung dekat dengan rakyat sebagai pemilih,
jawab hasil dialog dan perjanjian yang karena hanya melalui media seperti: stiker,
disepakti bersama dengan masyarakat kalender, pamflet, dan baligo saja yang
berupa kontrak politik. Selama ini baru ada menghiasi jalan dan fasilitas publik.
kontrak politik Pemilu damai yang Model komunikasi politik dalam
diprakarsai oleh Komisi Pemilihan Umum strategi kampanye seperti terlihat pada
(KPU) yang diaklamasikan dan gambar 3.
dipublikasikan secara terbuka. Melakukan startegi kampanye yang
(3) Kampanye yang dilaksanakan diawali dengan melakukan penelitian untuk
harus lebih banyak dan mengutamakan mendapatkan data, peta, dan konsep
kegiatan dialog antara masyarakat sebagai (program) kampanye yang lebih realistis
pemilih dengan calon legislatif dan calon dan membumi berupa visi, misi, dan

128 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

program. Kemudian dengan melakukan kepentingan yang menguntungkan elit


kegiatan pelaksanaan kampanye melalui politik saja, tetapi untuk kepentingan
media dan kampanye langsung (dialog semua pihak termasuk rakyat sesuai
atau debat publik) adalah evaluasi dengan semangat demokratisiasi. Karena
kampanye. Tahapan terakhir adalah menurut McNair (2003) hal tersebut
melakukan evaluasi kampanye untuk dipahami sebagai strategi komunikasi dan
mendapatkan hasil efek atau dampak taktik dari aktor politik. Selain argumen
kampanye dari sasaran khalayak. atau perdebatan, pada saat ini gagasan
Sebagaimana jenis evaluasi kampanye tentang komunikasi politik terlalu penting
menurut Rakhmat (dalam Venus, 2007 ) untuk diabaikan oleh para aktor yang
seperti terlihat pada tabel 1. memiliki kepedulian bagi bekerjanya
Jadi komunikasi politik dalam strategi suatu demokrasi modern.
kampanye, bukan hanya untuk

Gambar 3
Model Stategi Kampanye

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 129


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

Tabel 1
Jenis Evaluasi
No Jenis Evaluasi Definisi atau Tujuan

1. Formatif Mengukur kekuatan dan kelemahan bahan serta strategi


kampanye sebelum atau selama pelaksanaan kampanye

2. Proses Mengukur efek dan hasil langsung kampanye, apa, dan berapa
banyak sudah tercapai.
Meneliti pelaksanaan kampanye dan sejauhmana keberhasilan
kegiatan yang dilakukan

3. Efek Mengukur efek dan hasil langsung kampanye apa dan berapa
banyak sudah tercapai.
Menilai hasil pada populasi sasaran atau komunitas yang terjadi
sebagai akibat dari strategi dan kegiatan kampanye dan
mengukur perubahan kebijakan

4. Dampak Mengukur perubahan pada tingkat komunitas sebagai efek dari


kampanye secara jangka panjang pada perilaku individu.
Berusaha menemukan apakah kampanye yang menyebabkan
perubahan

Penutup Melakukan startegi kampanye yang


diawali dengan melakukan penelitian untuk
Pascareformasi 1998 yang sudah mendapatkan data, peta, dan konsep
berlangsung lebih dari satu dasawarsa, (program) kampanye yang lebih realistis
sistem politik yang berjalan sudah dan membumi berupa visi, misi, dan
memenuhi persyaratan demokratis, di program. Kemudian dengan melakukan
mana komunikasi politik dapat berfungsi kegiatan pelaksanaan kampanye melalui
untuk saling mengontrol keseimbangan media dan kampanye langsung (dialog
kekuasaan (check and balance of power) di atau debat publik) adalah evaluasi
suprastruktur politik yaitu antara legislatif kampanye. Tahapan terakhir adalah
dan eksekutif, kemudian antara melakukan evaluasi kampanye untuk
infrastruktur politik (civil society) dengan mendapatkan hasil efek atau dampak
suprastruktur politik. kampanye dari sasaran khalayak.
Komunikasi politik sangat penting dan Sarannya yaitu : (1) Kekuatan politik
menentukan dalam sistem politik yang di supratruktur politik (eksekutif dan
demokratis dengan didukung oleh peran legislatif) tetap harus dikontrol dan
media massa yang menjadikan persoalan diimbangi (check and balance) oleh
politik, pada awalnya bisa saja terselubung kekuatan infrastruktur politik (civil society)
atau tersembunyi menjadi terbuka ke melalui fungsi komunikasi politik dalam
publik. Sehingga publik mengetahui, ikut mewujudkan demokratisasi. (2) Strategi
mengkaji dan terlibat dalam suatu kampanye yang demokratis dapat di
persoalan atau pembahasan politik. rancang suatu visi, misi, dan program

130 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

kampanye yang sesuai dengan realitas masyarakat berdasarkan hasil riset politik
aspirasi, masalah dan potensi yang ada di dan evaluasi strategi kampanye.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Connolly, C.A. (2008). Stategic Communication. Lee Kaid, L and Holtz, C.B. ed.
Encyclopedia of political communication. Los Angeles, London, New Delhi,
Singapore : Sage Publications.
De Vreese, C.H. (2006). Ten Observations about the Past, Present and Future of Political
Communication. Amsterdam : Vossiuspers UvA.
Lachapelle, G.( 2005). Political Communication and Personal Influence : Do the media
make a difference?. Maarek, P.J and Wolfsfeld, G. ed. Political Communication in a
New Era : A cross-national perspective. London and New York : Routledge.
Latif, Y., Ibrahim, I.S. (1996). Bahasa dan Kekuasaan : Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung : Mizan.
Lauth, H.J. (2008). Democracy Theories. Lee Kaid, L and Holtz C.B. ed. Encyclopedia of
political communication. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore : Sage
Publications.
Lilleker, D.G. (2006). Key Concepts in Plitical Cmmunication. London, Thousand Oaks,
New Delhi : Sage Publications.
McNair, B. (2003). An Introduction to Political Communication. London and New York :
Routledge.
Mietzner, M. (2007). Local Elections and Autonomy in Papua and Aceh. Indonesia Journal,
Vol 84. Oktober 2007.
Muhtadi, A.S. (2008) Komunikasi Politik Indonesia : Dinamika Islam Politik Pasca-Orde
Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Severin,W.J., Tankard, J.W. (2007). Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Harapan di
dalam Media Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sulaiman, A.I. (2008). Komunikasi Politik Perempuan : Studi Fenomenologi Para Politisi
Perempuan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
Jawa Barat 2004-2009. Tesis, Universitas Padjadjaran.
Suyanto, B. (2010). Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Suyanto B., Amal, M.K. ed.
Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial. Malang dan Yogyakarta : Aditya Media
Publishing.
Venus, S. (2007). Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Wasesa, Agung Silih. (2011). Political Branding dan Public Relations : Saatnya Kampanye
Sehat, Hemat, dan Bermartabat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 131


Topik Utama Komunikasi Politik dalam Demokratisasi

Sumber lain:
Jurnal:
-----------------. 2013. Refleksi Pilkada dan Model Kepemimpinan Kepala Daerah. Jurnal
Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 2, Januari 2013, hlm. 119-138.

Internet:
Lupiyanto, Ribut. (2013). Membaca Cermat Absensi Wakil Rakyat. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/06/07/membaca-cermat-absensi-wakil-rakyat-
566477.html>. Diakses 5 September 2013.
…........................... (2012). Pemilu di Indonesia Tersibuk di Dunia Hasilnya Terburuk.
Tersedia dalam <http://petapolitik.com/news/pemilu-di-indonesia-tersibuk-di-dunia-hasilnya-
terburuk/. 12 April 2012>. Diakses 24 September 2013

132 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

SEDUKSI POLITIK DALAM MASYARAKAT BERMEDIA SOSIAL

Dessy Trisilowaty
Dosen Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur
HP 081334315307, email :dessy.t@hotmail.com
Naskah diterima tanggal 30 Agustus 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

POLITICAL SEDUCTION IN THE COMMUNITY WITH SOCIAL MEDIA

Abstract

The development of communication technology growing rapidly. Especially with the


emergence of social media that facilitate community to access information and social
networking. The social network is then used by political candidates to gain support from the
community that have been media literate and critical to a problem. In practice it will not be
easy because arise issue or new discourse better known as the political seduction, the
political trends in the virtual world.

Keywords: developments in technology, social media, political seduction.

Abstrak

Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Terutama dengan munculnya media


sosial yang memfasilitasi masyarakat dalam mengakses informasi dan jejaring sosial.
Jejaring sosial inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para kandidat politik untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat yang sudah melek media dan sering bersikap
kritis terhadap sebuah permasalahan. Pada praktiknya hal tersebut tidak akan mudah
karena muncul isu ataupun wacana baru yang lebih dikenal dengan seduksi politik yakni
kecenderungan politik di dunia virtual.

Kata kunci: perkembangan teknologi, media sosial, seduksi politik.

Pendahuluan mendorong masyarakat untuk tidak hanya


menerima informasi tetapi juga
Penemuan dan perkembangan menyebarkan informasi dengan mudah.
teknologi saat ini mampu mengubah dunia. Isunya bisa mencakup hal-hal umum
Bukan perubahan kecil yang terjadi namun maupun lebih mengerucut. Mulai dari
pengaruhnya hampir mirip ditemukannya artis, budaya, kemanusiaan bahkan isu
mesin cetak berabad-abad yang lalu. politik.
Teknologi digital yang semakin berkembang

133
Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

Salah satu bukti perkembangan Semuanya terjadi karena twitter,


teknologi adalah munculnya media sosial. salah satu jenis media sosial yang menjadi
Media sosial beberapa tahun ini sangat pilihan favorit masyarakat Indonesia saat
signifikan bagi masyarakat. Kemudahannya ini. Terbukti dengan pemakainya yang
dalam menyatukan relasi sangat berarti semakin menggeliat. Menggunakannya
bagi manusia yang pada dasarnya adalah untuk sharing dan membentuk kelompok.
makhluk sosial. Mulai dari facebook, Lalu berkooperasi untuk tujuan tertentu
twitter, path, instagram, dan banyak lainnya yang pastinya semua pengikutnya yakin
memberikan fasilitas cukup untuk bahwa bergerak bersama-sama lebih
mempersatukan orang perorang dalam satu berarti daripada sendirian, dan semua ada
kata ‘teman’. Hal ini berarti kita sebagai karena teknologi. Teknologi digital
manusia membutuhkan dukungan sesama tepatnya.
dalam sebuah pengakuan ‘status’ Menurut Lita Mucharom dari Human
sekalipun, karena media sosial Capital Management Coach, Langkah
memberikan semua itu. Mitra Selaras, generasi ini juga disebut
Menurut hasil riset Semiocast per generasi Y. Kelompok anak muda yang
Februari 2013 menunjukkan Indonesia disebut juga generasi millenium yang
termasuk salah satu negara dengan jumlah berusia belasan tahun hingga awal tiga
pengguna twitter terbanyak di dunia. puluhan. Generasi andal yang penuh
Jumlah pengguna twitter di Indonesia kejutan dan menelurkan ide-ide brillian.
mencapai 19,5 juta. Indonesia menempati Generasi Y adalah generasi yang tumbuh
urutan kelima di bawah Inggris (23,8 juta), di tengah hiruk pikuknya perkembangan
Jepang (29,9 juta), Brazil (33,3 juta), dan teknologi wireless. Paparan teknologi juga
Amerika Serikat (107,7 juta) (Kumoro, memengaruhi kepekaan generasi Y
2013). terhadap perubahan. Mereka tidak takut
Bukti di atas sungguh luar biasa, perubahan, namun seringkali tak sabar
mengingat sebagai negara berkembang melalui proses menuju perubahan itu.
Indonesia masih memiliki banyak Mereka adalah generasi yang akrab dengan
pekerjaan rumah yang harus segera internet dan sangat aktif dalam media
diselesaikan daripada terus berbicara di jejaring sosial. Mereka sangat techno-
dunia maya. Namun di sisi lain, hal itu minded dan berinteraksi lebih banyak
tidak dapat dipungkiri karena merupakan melalui gadget (Skype, Whatsapp, Twitter,
salah satu bentuk dukungan berupa Facebook (Anonim, 2013).
pendapat yang diharapkan juga dapat Bahkan, pemimpin negara Indonesia
mengubah nasib bangsa Indonesia untuk sudah mulai menyelaraskan gaya
semakin maju. Setidaknya memberikan komunikasinya. Penggunaan twitter
sekelumit pelajaran bahwa saat ini muncul dimanfaatkan menyapa rakyatnya dengan
dunia baru yang sekali ‘klik’ dapat gaya informal. Presiden SBY memang
menggerakkan ribuan manusia untuk bukan presiden pertama yang membuat
mendukung sebuah gerakan tertentu. account resmi twitter dan facebook. Jauh
Termasuk sebuah gerakan yang sebelum Presiden SBY meluncurkan
mendukung negara Indonesia lebih @SBYudhoyono dan fanpage facebook,
berkembang. Presiden Amerika Serikat Barack Obama

134 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

telah terlebih dahulu memiliki account balik munculnya berbagai perjuangan


resmi di kedua media sosial tersebut. menggulingkan berbagai rezim di Timur
Beberapa politisi yang terhitung sangat Tengah. Media sosial mempunyai perannya
eksis di twitterland demikian para tersendiri. Dibantu oleh pemberitaan yang
pengguna twitter biasa mengistilahkan masiv oleh berbagai media, baik lokal
antara lain Menteri Komunikasi dan maupun internasional. Para pemuda yang
Informatika Tifatul Sembiring, Ketua tergabung dalam oposisi secara simultan
Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo menggalang kekuatan melalui jejaring
Subianto, dan mantan ketua umum Partai sosial. Maka, runtuhlah para penguasa
Demokrat Anas Urbaningrum (Kumoro, yang "dibilang" rezim tersebut.
2013). Ciaran Mc Mahon, dosen psikologi
Pentingnya media sosial sebagai salah Dublin Business School, melakukan sebuah
satu alternatif ruang publik yang sekaligus studi terkait dampak media sosial dan
dapat membentuk opini publik menjadi raihan suara dalam pemilihan umum bulan
pilihan para politisi untuk terjun ke dalam Februari 2011 di Irlandia. Hasil studi
dunia twitterland karena keyakinan mereka tersebut menunjukkan bahwa kandidat
bahwa semakin pentingnya media sosial parlemen Irlandia yang memiliki akun di
yang satu ini. Kemajuan di bidang facebook dan twitter memiliki perbedaan
teknologi informasi mengubah kehidupan suara yang besar dibandingkan yang tidak
sosial dan memosisikan orang per orang punya. Basis data yang digunakan
untuk menyesuaikan diri dan tetap berdasarkan jumlah fans dan teman di
terkoneksi dengan realitas publik sehari- facebook dan pengikut di twitter. Kandidat
hari. yang memiliki akun facebook mendapatkan
Media sosial memang semakin rata-rata 4.402 suara. Sementara kandidat
digandrungi para politisi di berbagai negara yang tak memiliki akun facebook hanya
di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. mendapatkan rata-rata 2.100 suara. Dari
Sejak beberapa tahun terakhir mereka giat 566 kandidat, 446 orang memiliki akun
menggunakan media sosial sebagai sarana facebook. Untuk twitter, kandidat yang
untuk melakukan komunikasi, sudah memiliki akun twitter rata-rata
mengungkapkan pemikiran mengenai isu mengumpulkan 4.885 suara. Sementara
tertentu hingga melakukan kampanye kandidat yang tidak memiliki akun di
politik. Dalam waktu sekejap media sosial jejaring 140 karakter ini hanya meraih rata-
bertransformasi menjadi sebuah panggung rata 2.676 suara. Komposisi kandidat yang
politik baru. memiliki twitter adalah 325 orang dari 566
Dalam dunia politik, media jejaring kandidat. Ciaran menegaskan bahwa
sosial memiliki perannya tersendiri. kandidat yang memiliki dua akun
Terutama dalam hal penggiringan opini (facebook dan twitter), tidak ada jaminan
(pendapat) masyarakat. Dalam twitter suara akan bertambah dua kali lipat karena
terdapat "trending topic" di mana orang- tidak ada efek interaksinya. Tapi, kalau
orang mampu membicarakan satu topik kandidat memiliki salah satu akun di media
yang populer, bebas siapapun, mampu sosial, perolehan suaranya akan berbeda
mengeluarkan pendapatnya, dan dengan yang tidak memiliki akun. Hasil
berekspresi. Hal itulah yang menjadi titik studi tersebut menunjukkan bahwa media

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 135


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

sosial semakin berpengaruh besar di dunia istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
politik seperti dalam pemilihan umum di 1922 dengan penelitian dari Ferdinand
masa yang akan datang. Meski tidak ada Tonnies dan Walter Lippman yang meneliti
jaminan memiliki akun di media sosial pasti tentang opini publik dalam masyarakat,
akan terpilih, setidaknya media sosial kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine,
berperan dalam meningkatkan raihan suara Byrce, dan Graha Wallas di Inggris yang
dalam pemilihan umum (Kusumah, 2013). menelaah peranan pers dan pembentukan
Komunikasi politik akan menjadi opini publik. Bahkan ketika Harold D.
satu topik pembicaraan yang marak di Laswell menulis disertasi doktor tentang
tahun ini khususnya Indonesia. Tahun Propaganda Technique in the World War
politik menjadikan topik tersebut akan (1927). Praktik propaganda berkembang
dibicarakan di ranah nyata maupun dunia terutama menjelang perang dunia II ketika
maya. Hal ini terbukti dengan beberapa Nazi Jerman berhasil melakukan ekspansi
partai politik yang sudah memiliki akun di dengan gemilang dibawah propaganda Dr.
media sosial. Joseph Gobbel.
Meskipun bahasan tentang peranan
media massa dan pendapat umum secara
Pembahasan parsial sudah banyak dilakukan untuk
mendukung teori dan kekuatan politik,
tetapi belum mengarah pada pembentukan
Komunikasi Politik studi komunikasi politik. Setelah terjadi
Komunikasi adalah proses interaksi debat di antara calon presiden Amerika
sosial yang digunakan orang untuk Serikat tahun 1960 yang ditayangkan
menyusun makna yang merupakan citra melalui televisi, orang mulai banyak
mereka mengenai dunia (yang berdasarkan memberi perhatian terhadap media dalam
itu mereka bertindak) dan untuk bertukar memengaruhi politik (Cangara,2009).
citra itu melalui simbol-simbol. Sedangkan Konsep komunikasi politik tersebut
politik adalah proses, dan seperti masih beberapa tahun yang lalu dan
komunikasi, politik melibatkan tentunya dapat dibayangkan bagaimana
pembicaraan. Ini bukan pembicaraan konsepnya sekarang. Disesuaikan dengan
dalam arti sempit seperti kata yang karateristik masyarakat yang telah
diucapkan, melainkan pembicaraan dalam didukung oleh teknologi yang berkembang
arti yang lebih inklusif, yang berarti segala sangat pesat. Tidak menutup kemungkinan
cara orang bertukar simbol kata-kata yang muncul wacana ataupun fenomena baru di
dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, dunia komunikasi politik.
sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Oleh
karena banyak aspek kehidupan politik Teori Kepala Batu (Obstinate Audience)
yang dapat dilukiskan dengan komunikasi, Teori ini dilandasi pemahaman
sehingga disebut dengan komunikasi politik psikologi bahwa dalam diri individu, ada
(Cangara, 2009). kemampuan untuk menyeleksi siapa saja
Kajian komunikasi politik pada yang berasal dari luar dan tidak direspons
awalnya berakar pada ilmu politik, begitu saja. Teori Kepala Batu menolak
meskipun penamaan lebih banyak dikenal teori Jarum Suntik atau teori Peluru dengan

136 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

alasan jika suatu informasi ditembakkan Hal itulah yang kemudian


dari media, mengapa khalayak tidak dimanfaatkan oleh para penggagas politik
berusaha berlindung untuk menghindari untuk mulai mempertimbangkan bahwa
tembakan informasi itu. Masyarakat atau ruang publik di dunia maya pantas untuk
khalayak memiliki hak untuk memilih dirangkul. Terutama jika mereka ingin
informasi yang tidak mereka perlukan dan mendapatkan suara dari masyarakat yang
informasi yang mereka perlukan. selama ini terkait dengan stereotype gen
Kemampuan untuk menyeleksi informasi muda yang justru sering meragukan para
terdapat pada khalayak menurut calon yang berkampanye dengan hanya
perbedaan individu, persepsi, dan latar memberikan janji, terlebih janji palsu.
belakang sosial budaya (Cangara,2009). Fenomena ini kemudian ditindak
Raymond Bauer mengritik potret lanjuti dengan munculnya akun media
khalayak sebagai robot yang pasif. sosial beberapa kandidat politik yang akan
Khalayak hanya bersedia mengikuti pesan maju tahun ini. Tidak berlebihan, namun
bila pesan itu memberi keuntungan atau hal tersebut memang sudah seharusnya,
memenuhi kepentingan dan kebutuhan sebagaimana mereka juga harus siap
khalayak. Komunikasi tidak lagi bersifat dengan realitas dunia maya yang lebih
linear tetapi merupakan transaksi. Media mengutamakan kecepatan, spontanitas
massa memang berpengaruh, tetapi dalam berkomunikasi dan ekspresi yang
pengaruh itu disaring, diseleksi, dan tidak terduga. Mereka yang bisa bertahan
diterima atau ditolak oleh filter konseptual adalah yang memiliki program jelas dan
atau faktor-faktor personal yang memfasilitasi, namun jika tidak maka akan
memengaruhi reaksi mereka. Dengan teori dengan mudah mendapat hujatan dari
Khalayak Kepala Batu itu, fokus penelitian publik di dunia maya.
bergeser dari komunikator kepada
komunikan atau khalayak. Para pakar, Opini Publik
mencurahkan perhatian kepada faktor Menurut Leonardo W. Doob, suatu
individu. Mereka mengkaji faktor-faktor isu baru dapat dikatakan pendapat umum
yang membuat individu itu mau menerima setelah masyarakat menyatakan
pesan-pesan komunikasi (Arifin, 2003). pendapatnya. Sepanjang pendapat itu
Karakter masyarakat Indonesia di sifatnya orang perorang, ia baru menjadi
dunia teknologi informasi membentuk pendapat pribadi. Namun, perlu diketahui
pemikiran yang pada dasarnya sudah bahwa pendapat pribadi tidak bisa
merupakan masyarakat kritis menjadi dipisahkan dengan pendapat umum sebab
masyarakat yang dipaksa siap dengan pendapat umum dibangun berdasarkan
kecepatan informasi. Terpaan informasi pendapat perorangan (pribadi) terhadap
tentu tidak ditelan mentah namun mereka isu yang diminati oleh orang banyak. Jadi
memiliki filter tersendiri terkait dengan sebuah pendapat pribadi bisa saja menjadi
kekritisan yang dimiliki. Di lain pihak bagian dari pendapat umum jika seseorang
banyaknya informasi yang datang ikut terlibat dalam membicarakan masalah
sepersekian detik saja bisa membingungkan yang banyak dibicarakan oleh masyarakat,
masyarakat, mana informasi yang benar apalagi jika pendapat itu dikemukakan
adanya. lewat media massa. Misalnya kebijakan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 137


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

pemerintah untuk menaikkan bahan bakar 4.Sifat umum (universalitas) yaitu pendapat
minyak (BBM), atau keputusan bupati yang mewakili masyarakat luas.
untuk merelokasi pedagang kaki lima 5.Sifat affinitas, yaitu antara komunikator
(PKL). Demikian juga halnya hasil riset dan komunikan memiliki hubungan erat
yang dilakukan melalui jajak pendapat oleh dalam bentuk pertemanan yang baik.
orang yang tidak dikenal juga dapat dinilai Selain sifat pendapat umum yang
sebagai pendapat umum (Cangara,2009). telah dikemukakan, juga terdapat sifat lain
Jelaslah bahwa masalah intensitas dari pendapat umum, yakni sebagai
sangat penting dalam partisipasi politik berikut:
pada umumnya, dan perekrutan pada 1.Pendapat umum bersifat sensitif, reaktif,
khususnya. Karakterisitik kedua yang dan merisaukan.
penting, yaitu pentingnya masalah, erat 2.Pendapat umum peka terhadap kejadian
hubungannya dengan intensitas, tetapi juga yang sifatnya luar biasa.
berkaitan dengan berbagai pendapat yang 3.Pendapat umum lebih banyak
mungkin dianut seseorang. Karena dipengaruhi oleh fakta kejadian daripada
beberapa pendapat dianggap lebih penting kata-kata atau ucapan.
dari pada yang lainnya, maka mungkin saja 4.Pendapat yang dikemukakan seseorang
terjadi penonjolan pembicaraan pada suatu cenderung dikaitkan dengan kepentingan
pendapat tertentu (Rush, 2005). dirinya, dan jika kepentingan pribadi
Di sinilah kemudian para kandidat terkait, pendapat sering kali sulit diubah.
politik yang terjun ke dunia maya memiliki 5.Dalam masyarakat demokrasi, pendapat
pertimbangan tertentu salah satunya ingin umum sangat ditentukan oleh tingkat
mengetahui opini apa yang ada di pendidikan dan volume informasi yang
masyarakat terkait dengan pencalonan dimiliki.
mereka. Terutama juga apakah keinginan 6.Dalam situasi yang kritis, orang
utama publik tersebut sehingga dapat cenderung mencari pegangan pada orang
ditentukan langkah kemudian dalam yang bisa memimpinnya. Bila pemimpin
penggalangan dukungan. Hal ini tidak serta mereka mampu menunjukkan
merta dapat dilaksanakan begitu saja, kewibawaannya, si pemimpin akan
mereka para calon harus memiliki tim yang menerima dukungan sepenuhnya.
paham terkait dengan masyarakat yang Sebaliknya jika tidak, ia akan kehilangan
ada di dunia maya. Sekaligus dengan kepercayaan (Cangara,2009).
segmentasi khalayak sasaran. Sehingga Karakteristik di atas sesuai dengan
mereka dapat mempersiapkan dengan baik masyarakat yang sedang diterpa media
melalui strategi yang cukup mapan. sosial saat ini. Ditambah fenomena
percepatan informasi menambah kuatnya
Sifat Opini Publik khalayak untuk terus memperbarui
Opini publik atau pendapat umum informasi dan mengolahnya sesuai dengan
pada dasarnya memiliki lima macam sifat, kebutuhan masing-masing ataupun
yakni sebagai berikut: komunitas tertentu. Kandidat yang ingin
1.Sifat penyederhanaan. mendapatkan dukungan harus mampu
2.Sifat labil (mudah berubah). menyeimbangkan cara berpikir. Melalui
3.Sifat aktualitas, baru, dan hangat. informasi yang terus mengalir dan

138 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

berkembang harus didapat sebuah dalam masyarakat informasi yang dipacu


kesepakatan jika seorang calon politik ingin oleh berbagai bentuk teknologi informasi,
didukung. Namun untuk menuju arah ini telah menggiring berbagai aktivitas politik
tidaklah mudah karena melalui proses yang ke dalam tempo kecepatan dan percepatan
rumit itulah menjadikan informasi yang yang tinggi, yang dalam tahap tertentu
terbentuk di dunia maya kadang hanya berpengaruh pada esensi politik itu sendiri
‘mengambang’ dan tidak ada ujungnya. (Piliang, 2005).
Seduksi politik adalah kecenderungan
Seduksi Politik politik abad virtualitas yang bertumpu pada
Fakta media sosial yang semakin permainan mumi penampakan,
berkembang di Indonesia membuktikan artifisialitas, imagologi, dan mimikri
bahwa masyarakat Indonesia sebagai (mimicry) sebagai cara untuk survive di
khalayak sekaligus komunikator sangat abad informasi. Hal ini disampaikan oleh
mendukung kebersamaan. Indonesia Yasraf A. Piliang dalam bukunya
merupakan negara yang memiliki nilai Transpolitika yang kemudian menjadi
dasar kekeluargaan. Kultur terbuka sangat konkrit jika melihat fenomena
masyarakat Indonesia, menjadikan media masyarakat informasi sekarang ini ketika
sosial selain sebagai tren global juga mereka menyikapi para kandidat yang
dipengaruhi aliran besar yang utama dan mulai terjun di media sosial.
bertemu pada saat bersamaan. Pertama Ketiga wacana sebelumnya menjadi
teknologi informasi terutama internet dan sebuah isu yang muncul saat ini dan patut
kedua kondisi sosial politik. Keduanya untuk dicermati terkait dengan kandidat
mampu mengondisikan masyarakat yang terjun di dunia politik melalui media
Indonesia melalui media sosial untuk sosial. Karena kecenderungan politik
memunculkan wacana baru. kemudian adalah nyata dirasakan saat ini.
Wacana tersebut adalah geopolitik, Mereka yang hanya penampakan maka
politik ruang (spatio-politics), dan politik akan tumbang dengan sendirinya
waktu (chrono-politics). Geopolitik adalah tergantung kekuatan masing-masing
terjadinya perubahan mendasar tentang kandidat untuk bertahan dalam identitas
fungsi wilayah teritorial, khususnya penampakan tadi.
bagaimana politik dipandang di dalam
dunia yang tanpa sekat dan di dalam era
transparansi yang diciptakan oleh abad Penutup
informasi dan globalisasi. Politik ruang
(spatio-politics) yaitu apa yang ada di Tahun ini memang tahun politik di
dalam teori-teori politik secara tradisional Indonesia di mana kandidatnya sedang
disebut ruang publik (public sphere) kini berjuang untuk mendapatkan dukungan
mengalami berbagai transformasi masyarakat. Fenomena teknologi saat ini
mendasar, sebagai akibat dari harus dipahami oleh kandidat tersebut jika
perkembangan ruang-ruang maya yang ingin mendapatkan dukungan dari
diciptakan di dalam jaringan teknologi khalayak yang sebagian besar orang muda
informasi. Politik waktu (chrono-politics), dengan stereotype gen kritis yang melek
yaitu bagaimana tempo kehidupan di media. Cara mereka menyampaikan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 139


Topik Utama Seduksi Politik dalam Masyarakat Bermedia Sosial

pendapat dan menyikapi sebuah masalah memaparkan atau bahkan memberikan


sangatlah tidak mudah ditundukkan oleh janji. Keduanya merupakan karakter yang
kandidat yang hanya memberikan bertolak belakang tapi dimiliki oleh
penampakan virtual. Penampakan ini manusia sebagai makhluk yang tidak
sudah dibahas oleh para ahli sebagai salah sempurna. Sebagai kandidat politik,
satu fenomena yang tidak dapat dihindari keduanya harus disikapi dengan bijaksana
saat kandidat politik mulai membuka diri di dan yang terpenting mampu bertahan di
ruang publik maya. dunia baru dengan informasi yang semakin
Sikap mendengarkan, jujur, dan cepat dan tidak menutup kemungkinan
lebih terbuka pada kritik lebih diharapkan memunculkan isu baru.
oleh masyarakat saat ini. Bukan sekedar

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Arifin, Anwar.(2003). Komunikasi Politik. Jakarta: BalaiPustaka.
Cangara, Hafied.(2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:
RajaGrafindoPersada.
Nimmo, Dan. (2001). Komunikasi poliitk: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Piliang, Yasraf A. (2005). Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam Era Virtualitas.Yogykarta:
Jalasutra.
Rush, Michael DAN Althoff, Phillip. (2005). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Sumber lain:
Internet:
Anonim. (2013).Generasi Y, Majalah Femina edisi 30/XLI Juli-Agustus.
Kumoro, Bawono.(2013). SBY Media Sosial dan Komunikasi Politik. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/07/08/sby-media-sosial-dan-komunikasi-
politik-571784.html>. diakses tgl 15 september 2013.
Kusumah, Indra.(2013). Pilgub Dunia Maya. Tersedia dalam
<http://politik.kompasiana.com/2013/02/27/pilgub-dunia-maya-532726.html>
diakses tgl 15 september 2013
Priyanti. (2012). Opini publik. Tersedia dalam
<http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/opini-publik-public-
opinion.html#more>. diakses tgl 15 september 2013

140 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

AFIRMASI, KOMUNIKASI POLITIK PEREMPUAN: JELANG PEMILU 2014

Neti Sumiati Hasandinata


Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI)
Jl.Pajajaran No.88 Bandung – 40173, Jawa Barat, telp.022-6017493,Fax.022-6021740, HP.0811220846
Naskah diterima tanggal 4 November 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

AFFIRMATION, WOMEN'S POLITICAL COMMUNICATION: TOWARDS


2014 GENERAL ELECTION

Abstract

Representation of women in parliament from election to election have a low number,


although the government has made a breakthrough through affirmative action to achieve
30% quotas, since the elections of 2004 and 2009 elections. Many factors affect inequality,
in addition to lack of commitment by the party, lack of public trust and voter participation,
as well as competition among candidates. Therefore necessary for women's political
communication strategies to gain the trust of the people.

Keywords: affirmations, women's political communication, 2014 Election.

Abstrak

Keterwakilan perempuan dalam parlemen dari Pemilu ke Pemilu memiliki angka yang
rendah, walaupun pemerintah sudah melakukan terobosan melalui aksi afirmasi untuk
tercapainya kuota 30%, sejak Pemilu tahun 2004 dan Pemilu 2009. Banyak faktor yang
memengaruhi ketimpangan, selain rendahnya komitmen partai, rendahnya kepercayaan
masyarakat dan partisipasi pemilih, juga persaingan antarcalon. Karena itu diperlukan
strategi komunikasi politik kaum perempuan untuk meraih kepercayaan rakyat.

Kata kunci: afirmasi, komunikasi politik perempuan, Pemilu 2014.

Pendahuluan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan


Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Pemilihan umum (Pemilu), sebagai Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan
saluran sistem demokrasi di Indonesia yang Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
akan diselenggarakan tahun 2014, sudah merupakan pengganti Undang-Undang
diambang pintu. Undang-Undang No. 8 No.10 tahun 2008. Dalam undang-undang
tahun 2012 tentang Pemilu Anggota tersebut diatur berbagai hal mengenai

141
Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

Pemilu, antara lain: mengenai azas, Kehadiran anggota legislatif


pelaksanaan, dan Lembaga Penyelenggara perempuan dinilai penting dalam mengisi
Pemilu, peserta, dan persyaratan mengikuti pembangunan, terlebih untuk
Pemilu, dan Pengaturan hak-hak untuk memperjuangkan kaumnya, karena
memilih. perempuan dianggap lebih mengetahui
Menghadapi Pemilu Legislatif yang masalah kaum ibu. Selain itu, keberadaan
akan dilaksanakan pada bulan April tahun anggota parlemen perempuan dianggap
2014, mendatang, pada intinya dibutuhkan strategis, mengingat permasalahan bangsa
anggota dewan yang prorakyat, yang saat ini tidak mungkin dapat diselesaikan
memiliki keahlian, kemampuan atau oleh anggota parlemen laki laki.
setidaknya menelusuri setiap masalah dan Terkait dengan konsep keterwakilan,
kebutuhan agar produksi legislasi yang Anne Phillips memiliki garis besar ide teori
dihasilkan tidak merugikan masyarakat dan yang mengategorikannya dalam dua
prorakyat (Warlan, 2013). Pendapat Asep bentuk keterwakilan politik, yakni politics
Warlan ini, sebagai harapan masyarakat, of idea (politik gagasan) dan politics of
agar penempatan anggota DPR di sejumlah presence (politik kehadiran). Anne Phillips
komisi perlu sesuai kompetensinya dan menyatakan bahwa pada umumnya
kemampuan anggota. Karena itu partai keterwakilan politik saat ini merupakan
politik dalam mengusung calon anggota wujud konsep politik gagasan, di mana
DPR, perlu memerhatikan kader-kadernya wakil politik membawa berbagai gagasan
yang potensial. atau pemikiran dari orang-orang yang
Dalam realitias politik saat ini, diwakilinya (Phillips, 1998).
eksistensi dan keterwakilan perempuan di Namun demikian, dengan
dalam proses pembuatan kebijakan diterapkannya sistem pemilihan melalui
merupakan hal penting, politik dalam partai politik, seringkali para pemilih hanya
negara yang menganut sistem demokrasi, memilih berdasar pada partai tanpa lebih
seperti Negara Kesatuan Republik dekat mengenal calon wakilnya. Selain itu,
Indonesia, dinormakan untuk mampu anggota parlemen sering tidak
melibatkan perempuan dan partisipasi menyampaikan kembali seluruh pemikiran
perempuan pada proses di dalamnya, dan aspirasi yang diperoleh dari para
termasuk keterwakilan perempuan di pemilihnya. Mereka lebih sering
parlemen. Sejak parlemen Indonesia mengemukakan gagasan komunitas
terbentuk, masa Orde Lama, Orde Baru, tertentu yang lekat dengan dirinya,
dan pascareformasi, jumlah anggota termasuk jenis kelamin. Hal ini menurut
legislatif perempuan selama 11 (sebelas) Phillips berdampak pada dirugikannya
periode, jika mengacu pada angka kelompok-kelompok minoritas seperti
kependudukan, tercatat jumlah penduduk kaum perempuan, yang mewakili angka
perempuan Indonesia lebih banyak dari keterwakilan rendah di parlemen.
jumlah penduduk laki-laki, yaitu mencapai Kehadiran Undang-Undang No.2
50,3% (Badan Pusat Statistik, 2010). tahun 2008 tentang Partai Politik dan
Tentunya aspirasi perempuan tidak bisa Undang-Undang No.10 Tahun 2008
dipandang enteng. tentang Pemilu, merupakan awal terbitnya
instrumen hukum yang dapat mengangkat

142 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

harkat dan martabat kaum perempuan. Rakyat Daerah tingkat Provinsi, Dewan
Kedua undang-undang tersebut, Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat
mengamanatkan perlunya pendidikan Kabupaten/Kota, KPU telah menetapkan
politik dengan memerhatikan keadilan dan jadwal pendaftaran, pada tanggal 9 s/d 22
kesetaraan gender. Kesetaraan gender pada April 2013, sedangkan pengumuman
Undang-Undang No. 2 tahun 2008 telah Daftar Calon Sementara telah ditetapkan
ditentukan secara tegas mengenai posisi tanggal 13 juni s/d 18 juni 2013. Partisipasi
keterwakilan perempuan dalam perempuan dalam pentas pollitik formal,
kepengurusan suatu parpol. Sementara diawali hadirnya kebijakan affirmative,
Undang-Undang No. 10 tahun 2008 sejak Pemilu 2004, yang dimuat pada ayat
memiliki prinsip yang sama, yaitu adanya 1 pasal 65 Undang-Undang No.12 tahun
affirmative action, yang artinya perempuan 2003, untuk dinominasikan dalam
di DPR minimal harus mencapai 30%. memperebutkan kursi, selanjutnya pada
Undang-Undang No. 8 tahun 2012, juga Undang-Undang No. 2 tahun 2008, telah
mengamanatkan keterwakilan perempuan ditentukan secara tegas mengenai porsi
di parlemen. Affirmative Action, keterwakilan perempuan dalam
merupakan terobosan untuk mencapai kepengurusan suatu parpol. Sementara
keadilan gender, yakni program khusus pada Undang-Undang No. 10 tahun 2008,
untuk lebih memungkinkan kaum memiliki prinsip yang sama yakni adanya
perempuan memainkan perannya dalam affirmative action, yang menyatakan secara
masyarakat sesuai kemampuan talentanya tegas harus mencapai 30% perempuan di
(Anugrah, 2009). Karena itu, menjelang parlemen. Pada Peraturan KPU No. 12
Pemilu 2014, geliat politik sudah semakin tahun 2012 tentang verifikasi Parpol
meningkat, tahapan pencalonan dan Peserta Pemilu dalam Bab VII tentang
pengumuman calon anggota parlemen dari pencalonan, pada pasal 55 secara tegas
berbagai jenjang sudah dapat diakses dinyatakan: Daftar Calon sebagaimana
melalui media, tahap sosialisasi para calon dimaksud, paling sedikit memuat 30%
sudah tampak, berbagai foto calon dan keterwakilan perempuan. Affirmative
baligo menghiasi berbagai sudut kota dan action merupakan terobosan untuk
desa, juga di media masa. mencapai keadilan gender, yakni program
khusus untuk lebih memungkinkan kaum
Implementasi Afirmasi pada Pemilu 2014 perempuan memainkan perannya dalam
Penetapan calon anggota DPRRI, masyarakat sesuai kemampuan talentanya
DPD, DPRD Provinsi, DPRD (Anugrah, 2009).
Kabupaten/Kota, sudah dimulai. Tren Afirmasi merupakan peluang secara
mulainya fenomena perempuan yang khusus bagi kalangan perempuan untuk
terjun karena politik sudah mulai tampak. berkemungkinan luas menjadi anggota
Sejalan dengan ketentuan Komisi parlemen. Lahirnya pengaturan prinsip
Pemilihan Umum pasal 20 ayat (1) keterwakilan perempuan atau disebut kuota
Peraturan KPU No. 8 tahun 2013 tentang perempuan, berawal dari ketidakpuasan
Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilu berbagai kalangan, khususnya kelompok
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan perempuan. Terlambatnya jumlah
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan perempuan yang masuk arena politik

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 143


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

menjadi alasan mengapa perempuan periode Pemilu, aksi afirmasi hanya bekerja
berhak atas afirmasi. Selain batas kuota sampai ke tahap pencalonan. Ketiadaan
minimal bentuk afirmasi lain yang sanksi ini menyebabkan Pemilu-Pemilu
digunakan untuk mendorong terpenuhinya sebelumnya, yaitu pada Pemilu tahun 2004
keterwakilan perempuan di parlemen dan Pemilu tahun 2009 banyak parpol
adalah reserved seat dan zipper system. bahkan parpol besar tidak memenuhi kuota
Reserved seat adalah penetapan jumlah pencalonan, yang memenuhi justru partai-
kursi yang harus ditempati oleh partai kecil yang kesempatannya untuk
perempuan secara minimal dalam hal ini terpilih sangat kecil. Namun dalam
30% setiap daerah pemilihan diwakili Undang- Undang Pemilu No. 8 tahun 2012,
perempuan. Sedangkan zipper system Bab VII, pasal 59 (2), tentang pencalonan
ditujukan untuk memastikan agar anggota DPR/D Provinsi Kabupaten/Kota,
perempuan dan laki-laki secara selang menyatakan, dalam hal daftar calon tidak
seling tertulis dalam daftar, sehingga ada memuat sekurang-kurangnya 30%
representasi berimbang antara kedua jenis keterwakilan perempuan, maka KPU, KPU
kelamin itu dalam pencalonan (Budiarti, Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
2011). memberikan kesempatan kepada Parpol
Walaupun afirmasi sudah tertuang untuk memperbaikinya. Artinya KPU
dalam Pemilu yang lalu namun berhak menolak pencalonan partainya
keterwakilan perempuan yang duduk di apabila kuota perempuan belum mencapai
parlemen masih jauh dari harapan. Selain sekurang kurangnya 30% Tabel 1
karena dalam Undang-Undang Pemilu menunjukkan keterwakilan perempuan di
Legislatif, ketentuan kuota calon yang DPRRI, DPRD Provinsi, dan DPRD
tidak mengikat, terbukti dalam beberapa Kabupaten/ Kota, periode 2009-2014.

Tabel 1
Keterwakilan Perempuan DPR RI,DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota tahun 2009-2014

Parlemen %Keterwakilan perempuan % Keterwakilan laki laki


DPR RI 18.% 82 %
DPRD Provinsi 16 % 84 %
DPRD Kab/Kota 12 % 88 %

Sumber data: Jurnal Studi Politik PISIF UI tahun 2010.

Tabel 1 di atas menunjukkan, rendah, tampak keterwakilan di tingkat


walaupun afirmasi telah dilaksanakan, pusat menunjukkan jumlah angka yang
namun hasilnya belum optimal, lebih besar dibanding dengan di parlemen
keterwakilan kuota perempuan di berbagai tingkat di bawahnya. Dari jumlah tersebut,
jenjang masih menunjukkan angka yang

144 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

angka keterwakilan perempuan, banyak


berasal dari parpol besar.

Tabel 2
Keterwakilan Perempuan di DPR RI/DPRD Prof/DPRD Kab/Ko dari unsur partai

No Partai Politik DPR RI DPRD Profinsi DPRD Kab/Ko


1 Demokrat 23,5 % 25.% 17.%
2 Golkar 16,9 % 18 % 20 %
3 PDIP 18,1 % 15 % 15 %
4 PPP 13,2 % 4 % 4 %
5 PAN 15 % 8 % 6 %
6 PKB 25 % 3 % 4 %
7 PKS 5,3 % 7 % 4 %
8 GerindraHanura 15,4% 5 % 4 %
9 25 % 5 % 5 %
Sumber data: Budiarti, 2011.

Menyikapi rendahnya keterwakilan (wawancara dengan Ganiwati 25 Oktober


perempuan, di parlemen, Ganiwati anggota 2013, di DPRD Jabar).
DPRD Komisi A, Provinsi Jawa Barat dari Namun demikian secara umum
Fraksi Partai Golkar, menyatakan, terdapat perubahan sikap partai politik
perempuan mempunyai banyak hambatan dalam daftar pencalonan dibanding Pemilu
dalam memasuki dunia politik, selain 2004, pada saat itu banyak di antara partai
adanya beban pribadi alamiah seorang besar belum mengakomodir kuota
wanita yang menempatkan perempuan keterwakilan perempuan dalam
terikat norma konservatif, bahwa pencalonan. Partai peserta Pemilu 2014,
perempuan adalah ibu rumahtangga, juga sudah mengakomodasi perempuan dalam
berhadapan dengan laki-laki yang penetapan calon parlemen periode 2014-
tampaknya masih setengah hati 2018.
memberikan kepercayaan pada kaum Dari data daftar calon sementara, di
perempuan, demikian juga masih beberapa parpol, sudah diberikan pada
terdapatnya ketua partai yang belum posisi nomor urut, namun Pemilu 2014 ini
objektif dan proporsional dalam sistemnya berubah dari sistem proposional,
menganalisis kemampuan dan menjadi sistem suara terbanyak. Dengan
kompentensi serta pengabdian dedikasi perubahan itu aksi afirmasi dalam regulasi
loyalitas tidak tercela seorang perempuan, Pemilu dari nomor jadi, tidak dapat
bahkan sering pelibatan dinasti dalam dijalankan, karena pemenang ditentukan
pencalonan atau pemberian nomor urut dari suara terbanyak.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 145


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

Walaupun sistem suara terbanyak peningkatan jumlah perempuan di DPR RI


diberlakukan dalam pelaksanaan Pemilu dan DPRD hasil Pemilu 2009,
legislatif 2014, namun beberapa calon sesungguhnya bermakna ”jalan di tempat”.
perempuan DPRD tingkat Provinsi maupun (Budiarti, 2011).
tingkat Kabupaten/Kota, menyatakan Pelaksanaan Pemilu 2014, dengan
bahwa nomor urut menjadi faktor penting memberlakukan suara terbanyak, disambut
dalam keterpilihan seseorang laki-laki positif karena dirasa lebih adil, berbeda
maupun perempuan. Karena masyarakat pada Pemilu sebelumnya ketika
pemilih/konstituen mempunyai pengaruh memberlakukan nomor urut. Di Jawa Barat
psikologis bagi calon legislatifnya, maupun pernah ada beberapa nama calon yang
bagi pemilihnya. Bagi calon legislatif nomor merasa dirugikan, contoh artis Nurul Arifin,
urut menjadikan dirinya mempunyai yang berada di daerah pemilihan
percaya diri tinggi, menganggap dipercaya Karawang, ketika memperoleh suara
oleh partai dan mudah untuk signifikan, tidak dapat disahkan sebagai
memperkenalkan diri, pemilihnya juga anggota parlemen karena berada pada
mudah mengingat nomor dan memilihnya. nomor urut di bawah lainnya.
Dalam implementasinya, keterwakilan
Faktor Pendukung dan Kendala di tingkat lokal, baik di DPRD Provinsi
Keterwakilan Perempuan di Parlemen maupun Di DPRD Kabupaten/Kota,
Kehadiran perempuan dalam pentas keterwakilan perempuan masih jauh dari
politik Indonesia, mulai bergeliat sejak harapan, beberapa penyebabnya antara
digulirkannya reformasi, banyak lain kurangnya minat perempuan di tingkat
perempuan Indonesia yang mulai lokal untuk terjun ke dunia politik,
keikutsertaannya dalam kepengurusan walaupun mereka punya kompetensi,
partai, seperti Ny. Nani Sudarsono di Partai karena itu banyak partai yang merekrut
Golkar, ny.Hj.Aisyah Amini di PPP, sebagai perempuan untuk jadi calon legislatif, tanpa
tokoh sepuh partai, sebagai tokoh muda memperhitungkan kualitas, padahal yang
tercatat nama Sri Rejeki yang bahkan dibutuhkan adalah perempuan yang
sempat menduduki Menteri Pemberdayaan mempunyai kompetensi dan sensitif
Wanita, juga tokoh wanita lainnya, terhadap isu gender dan isu sosial lainya di
walaupun saat itu belum ada perintah masyarakat.
undang-undang.
Selanjutnya setelah pemerintah Komunikasi Politik Kaum Perempuan untuk
menerapkan kebijakan afirmatif, mau tidak Mendapat Dukungan
mau partai harus melibatkan perempuan, Tantangan pada Pemilu 2014
baik dalam kepengurusan partai harus Dalam analisis politik menjelang
mencapai kuota 30% (hanya kepengurusan Pemilu 2014, Mahi M Hikmat, dalam
di tingkat pusat), maupun dalam kebijakan tulisannya pada harian umum Pikiran
pencalonan. Rakyat tanggal 3 Oktober 2013,
Walaupun faktor regulasi cukup menyatakan dari sekian hal yang
memberi peluang, namun hasil riset Pusat mengancam “kegagalan” Pemilu 2014
Kajian Politik (PUSKAPOL) FISIP UI, yang adalah rendahnya tingkat partisipasi rakyat.
dirilis pada thun 2011, menyiratkan bahwa Ini sudah menjadi tren Pemilu di Indonesia,

146 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

baik Pemilu legislatif, maupun dalam parlemen perempuan seperti Angelina


Pemilihan Kepala Daerah, baik pemilihan Sondah, Waode, Khaerunisa, membuat
gubernur, maupun pemilihan kepercayaan rakyat semakin memudar.
bupati/walikota. Ditandai dengan Rakyat sudah mulai dapat memilah sosok
meningkatnya angka golput dan yang benar-benar amanah untuk mendapat
menurunnya angka partisipasi rakyat kepercayaan dan sosok yang hanya
dalam memberikan suara (Hikmat, 2013). mengumbar janji.
Saat ini tahapan-tahapan dalam Indikasi kekurangpercayaan rakyat,
pelaksanaan Pemilu 2014, yang merujuk disebabkan para calon legislatif seakan jor-
pada peraturan perundangan yang ada joran mengeluarkan uang untuk biaya
sudah dilaksanakan tepat waktu. Namun kampanye, seringkali memperoleh dengan
yang masih harus dibuktikan hasilnya berbagai cara termasuk berhutang. Bagi
adalah partisipasi masyarakat pemilih pada yang terpilih dampaknya akan melakukan
waktu pemilu legislatif dilaksanakan, karena berbagai cara untuk menutup uang yang
siapapun yang terpilih duduk di parlemen telah dikeluarkan.
dikatakan sah jika mendapat dukungan
dari rakyatnya. Komunikasi Politik Kaum Perempuan
Untuk menghasilkan pemimpin yang Peluang kaum perempuan untuk
berkualitas dan mendapat kepercayaan memasuki ranah legislatif, sudah mendapat
rakyat, menjadi tugas partai politik peserta legitimasi pemerintah dengan terbitnya
Pemilu yang harus menyodorkan calon undang-undang dan peraturan yang
legislatif baik laki-laki maupun perempuan memberikan affirmasi pada keterwakilan
yang memenuhi kompetensi, apalagi perempuan di parlemen. Melihat kondisi
fenomena saat ini tingkat kepercayaan dan hasil Pemilu yang telah lalu,
masyarakat pada Pemilu legislatif dan keterwakilan perempuan menuju parlemen
Pemilukada relatif rendah. hasilnya belum optimal. Selain adanya
Kenyataan saat ini partai politik, perahu partai yang mengusung, serta
memanfaatkan popularitas calon untuk kemampuan, kaum perempuan dituntut
meraup suara rakyat, banyak artis laki-laki untuk bersaing di daerah pemilihannya
maupun perempuan yang disanksikan masing-masing. Adanya pembagian daerah
track recordnya, namun diusung partai pemilihan, kaum perempuan mau tidak
seperti Angel Lelga, walaupun ada juga mau harus menerima ditempatkan pada
partai yang mengusung kalangan artis tapi daerah pemilihan yang jauh dari lokasi
punya kompetensi seperti Rieke Diah tempat tinggalnya. Misalnya seorang
Pitaloka, Nurul Arifin. Partai tampaknya perempuan yang diusung calon oleh partai
setengah hati untuk mengusung wanita (x), yang bertempat tinggal di Bandung,
yang betul-betul punya niat menyalurkan harus menerima di tempatkan di daerah
aspirasi kaumnya. pemilihan wilayah Cirebon/ Indramayu.
Selain masih rendahnya tingkat Karena itu komunikasi politik dan
partisipasi pemilih, saat ini sulit merebut strategi kampanye menjadi sangat penting,
hati rakyat, yang semakin cerdas dan melek untuk bersaing dengan calon lainnya baik
politik. Beberapa kasus hukum yang rekan satu partai, maupun dengan calon
menjerat anggota parlemen, juga anggota dari partai lain yang ada di daerah

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 147


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

pemilihannya. Para calon akan apabila calon tersebut memenuhi ketentuan


menerapkan berbagai strategi membangun perolehan suara untuk diangkat menjadi
hubungan dengan para pemilihnya. anggota parlemen. Dalam ketentuan
Komunikasi politik merupakan strategi Undang-Undang Pemilu, kampanye Pemilu
para calon untuk melakukan pendekatan adalah sebagai ajang untuk meyakinkan
pada konstituennya. Berbagai upaya masyarakat untuk memilih dirinya, melalui
dilakukan untuk mendistribusikan informasi berbagai metode. sebagaimana tersebut di
tentang track record calon, visi, misi dalam atas.
mengemban aspirasi masyarakat yang ada Kegiatan kampanye dalam proses
di daerah pemilihannya. Pemilu yang dilaksanakan para calon
Berkaitan dengan kampanye Pemilu, legislatif, merupakan kegiatan komunikasi
sebagaimana diatur dalam Bab VIII, pasal politik. Menurut Muis, komunikasi adalah
77, “Kampanye Pemilu merupakan bagian suatu suatu istilah yang merujuk pada
dari pendidikan politik masyarakat dan pesan sebagai objek formalnya sehingga
dilaksanakan secara bertanggungjawab”. titik berat konsepnya terletak pada
Sementara metode kampanye diatur dalam komunikasi dan bukan pada politik. Secara
pasal 82, yaitu dapat dilakukan melalui: a. sederhana, komunikasi politik merupakan
Pertemuan terbatas, b. Pertemuan tatap suatu cara yang digunakan oleh seorang
muka. c. Penyebaran bahan kampanye individu atau kelompok dalam
kepada umum. d. Pemasangan alat peraga menyampaikan pesan secara “persuasif”
di tempat umum. e. Iklan media massa terhadap orang lain/khalayak ramai
cetak maupun elektronik. f. Rapat umum. (Indaru, 2009 ).
e. Kegiatan lain yang tidak melangggar Komunikasi politik dapat dilakukan
aturan kampanye dan ketentuan setiap saat, di mana saja, kapan saja,
perundang-undangan. melalui media cetak/media elektronik,
Pemilu Indonesia yang dilaksanakan untuk menyampaikan pesan politik atau
setiap lima tahun sekali, merupakan sarana memperoleh citra politik. Menurut
perebutan kekuasaan, yang dilangsungkan McLuhan, bahwa yang memengaruhi
secara umum, bebas, dan rahasia. Pemilu khalayak berbentuk apa yang disampaikan
2014 yang akan dilaksanakan pada tanggal oleh media, tetapi jenis media yang
9 April 2014, untuk memilih wakil rakyat digunakan yaitu antarpersonal, melalui
yang berkualitas. Saat ini para calon wakil media cetak atau elektronik (Indaru,
rakyat sudah mulai menyosialisikan diri 2009 ).
kepada msyarakat dalam berbagai metode, Tujuan dari komunikasi politik, salah
sesuai aturan yang ada. Di sisi lain satunya membentuk citra politik yang baik
keberhasilan Pemilu adalah tingginya kepada masyarakat. Citra politik terbentuk
tingkat partisipasi pemilih untuk memilih atas usaha yang dilakukan komunikator
wakilnya. Untuk meningkatkan partisipasi (calon) kepada khalayak untuk
pemilih setiap peserta pemilu dalam hal ini menentukan seseorang/individu diterima
partai politik sudah memersiapkan visi, oleh masyarakat untuk diperlukan sebagai
misi, dan program kerja, demikian juga wakil rakyat yang akan dipilihnya.
para calon dari berbagai partai harus Karena itu, para calon perlu
mempersiapkan visi, misi, program kerja, menetapkan langkah-langkah atau strategi,

148 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

serta membuat perencanaan. Kampanye- Sebagai fasilitator untuk pembinaan di


kampanye politik merupakan jurus ampuh daerah pemilihannya, para calon akan
untuk merebut hati rakyat sebagai pemilih. menunjuk orang yang dipercaya, dari
Saat ini banyak cara yang dilakukan pengurus cabang partai atau kader dan
para caleg termasuk caleg perempuan simpatisan partai juga tokoh masyarakat
untuk menyosialisasikan dirinya ke di wilayah daerah pemilihanya.
masyarakat di daerah pemilihannya. Menurut beberapa orang calon
Berbagai alat peraga kampanye sudah legislatif perempuan yang ada di daerah
memenuhi ruang publik. Dengan mudah pemilihan Kota Bandung dan Cimahi tidak
dapat menemui berbagai senyuman caleg mudah untuk melakukan pembinaan dan
perempuan pada baligo berukuran besar, di menyosialisasikan diri kepada masyarakat,
berbagai persimpangan jalan, di kampung saat ini banyak calon perempuan dari
juga di kota. Tren pemasangan alat peraga partai sendiri dan partai lain yang sama
baligo memerlukan biaya besar karena sama harus menyosialisasikan diri pada
harus menempuh perizinan dengan wilayah yang sama. Juga harus bersaing
membayar biaya juga. dengan calon laki-laki. Karena itu bagi
Selain baligo berbagai instrumen calon harus memiliki strategi dengan
lainya, yang dipergunakan para calon memperhatikan kebiasaan masyarakat di
legislatif perempuan tidak kalah dengan daerah pemilihannya.
calon legislatif laki-laki, seperti spanduk, Partai politik dalam mengusung calon
juga brosur. Cara-cara para calon perempuan dalam memenuhi kuota
memajang aneka poster dengan beragam menempatkan calon perempuan yang
gaya seringkali tidak mengindahkan berasal dari internal partai, yaitu mereka
keindahan dan ketenteraman umum. yang telah lama menjadi pengurus atau
Kondisi ini dengan cermat disikapi oleh aktivis partai, juga dari eksternal partai
KPU dengan menetapkan peraturan KPU yang berasal dari tokoh masyarakat, yaitu
No. 15 Tahun 2013 yang mengatur tentang yang memimpin organisasi
kampanye. Meskipun demikian tampaknya kemasyarakatan, keagamaan, profesi yang
para caleg masih perlu beradaptasi dengan berminat di legislatif. Nama-nama tersebut
peraturan ini. sebagai vote getter perolehan suara.
Menyikapi peraturan KPU tentang Bagi calon perempuan pemula
kampanye para caleg perempuan juga kehadiran calon perempuan tokoh ini
mulai proaktif melakukan pendekatan, menjadi pesaing berat. Para calon
kepada kerabat, tetangga, baik di perempuan yang berasal dari tokoh,
lingkungan satu RT, satu RW, desa, bahkan kelihatannya tidak jor-joran dalam
setingkat kecamatan. Bentuk pendekatan memasang alat peraga seperti baligo, tapi
yang dilakukan melalui kegiatan arisan, lebih intensif mendekati ormas-ormas
kegiatan sosial, berupa kontribusi perempuan yang ada di wilayah
pelaksanaan sunatan massal, atau pemilihannya, juga pendekatan kepada
memberikan bantuan pada kaum duafa majelis taklim. Sama seperti yang dilakukan
yang ada di wilayah pemilihannya. para caleg pemula, kegiatan pembinaan
Kegiatan berkunjung ke masyarakat ini dikemas melalui kegiatan sosial.
terkenal dengan kegiatan “blusukan”.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 149


Topik Utama Afirmasi, Komunikasi Politik Perempuan: Jelang Pemilu 2014

Penutup berbagai cara yang paling menonjol


dengan pemasangan baligo dan poster juga
Kebijakan afirmasi untuk Pemilu 2014 dengan “blusukan” ke masyarakat, namun
yang dilakukan 12 partai nasional sudah masih perlu dibuktikan dampaknya dalam
terpenuhi untuk kuota pecalonan, sebagai memotivasi pemilih.
pemenuhan ketentuan untuk ditetapkannya Untuk tercapainya keterwakilan
dalam daftar calon yang diumumkan di perempuan bentuk aksi afirmasi untuk
media massa. Pemilu yang akan datang perlu diatur
Kebijakan affirmasi untuk memenuhi kembali sejak rekrutmen kader hingga
kuota perempuan di parlemen, masih sistem pemilihan.
dihadapkan dengan kendala rendahnya Pencapaian kaum perempuan,
partisipasi pemilih, penetapan suara terpulang kepada usaha keras kaum
terbanyak, serta persaingan antarcalon di perempuan dalam melakukan komunikasi
wilayah pemilihan yang mengharuskan politik, agar memilki terobosan yang jitu,
para calon perlu bekerja keras menekankan kepentingan aspirasi yang
melaksanakan komunikasi politik. lebih sensitif merekam aspirasi yang sulit
Komunikasi politik perempuan dalam digali kaum laki laki.
kampanye politik, dilakukan dengan

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Anugrah, Astrid. (2009). Keterwakilan Perempuan Dalam Politik. Jakarta: Penerbit
Pancuran Alam.

Jurnal:
Budiarti, Aisah Putri.(2011).Bayang-bayang Afirmasi Keterwakilan Perempuan di Parlemen
Indonesia. Jurnal Studi Politik FISIP UI. Vol.1 No.2. Hal. 102.

Surat Kabar:
Hikmat, Malik.(2013).Surat kabar Pikiran Rakyat; tanggal 30 September dan tanggal 3
Oktober 2013.
Warlan, Asep. (2013). Surat kabar Pikiran Rakyat; tanggal 30 September dan tanggal 3
Oktober 2013.

Internet:
Indaru, Setyo Nurprojo. (2010).Komunikasi Politik Calon Legislatif di Pemilu 2009: Studi
Kasus pada PKS di Kabupaten Purbalingga. Acta diurna, Vol 6 No.1 2010. Tersedia
dalam<http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/Komunikasi%20Politik
%20Calon%20Legislatif%20-%20Indaru%20S%20Nurprojo.pdf> Diakses 9
September 2013.
Badan Pusat Statistik. (2010). Jenis Kelamin Penduduk. Tersedia dalam
<http://sp2010.bps.go.id>. Diakses tanggal 9 September 2013

150 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

PESAN POLITIK DI MEDIA TELEVISI MENJELANG PEMILIHAN UMUM


2014

Noneng Sumiaty
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI)
Jl.Pajajaran No.88 Bandung - 40173, Jawa Barat, telp.022-6017493,Fax.022-6021740, HP 08122303764
Naskah diterima tanggal 31 Oktober 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

POLITICAL MESSAGE IN MEDIA TELEVISION TOWARDS THE 2014


GENERAL ELECTION

Abstract

Democratic party which will be held in 2014 is the right of the people to elect their
representatives as legislator and choose their leaders in executive that is the president and
vice president. General election will be held directly by the people and confidential.
Currently political parties through the mass media towards general elections has conducted
various activities either secretly or openly. Political message packaged and displayed in a
variety of electronic media such as television either in the form of advertisements or talk
show hosted directly by the host/announcer of the television station organizer.
Advertisement screening and talk shows on television is considered more effective by the
political party in spreading the message to the public, they expect the audience will vote
them in the 2014 general election.

Keywords: political message, television media, Elections.

Abstrak

Pesta demokrasi yang akan dilaksanakan tahun 2014 mendatang merupakan hak rakyat
untuk memilih wakilnya sebagai anggota legislatif dan memilih pemimpinnya di bidang
eksekutif yaitu presiden dan wakil presiden. Pemilihan Umum (Pemilu) akan dilaksanakan
secara langsung oleh rakyat dan bersifat rahasia. Saat ini partai politik melalui media
massa dalam menghadapi Pemilu telah melakukan berbagai kegiatan baik secara
terselubung atau terang-terangan. Pesan politik dikemas dan ditayangkan dalam berbagai
media elektronik seperti di televisi baik berupa iklan atau acara talk show, yang dipandu
langsung oleh host/penyiar dari stasiun televisi penyelenggara. Penayangan iklan dan acara
talk show di televisi dianggap lebih efektif oleh partai politik dalam menyebarkan pesan ke
masyarakat, mereka mengharapkan penonton dapat memilihnya dalam Pemilu 2014
mendatang.

Kata kunci: pesan politik, media televisi, Pemilu.

151
Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

Pendahuluan pesan-pesan yang ditayangkan televisi,


akhirnya mereka memilihnya.
Pemilu yang akan diselenggarakan di Penayangan pesan-pesan atau iklan
Indonesia pada tahun 2014 merupakan tentang figur calon presiden dan calon
Pemilu bagi presiden dan wakil presiden wakil presiden 2014 di televisi kerap terjadi
Indonesia (9 Juli 2014) secara langsung secara terang-terangan dengan
dan bagi presiden dan wakil presiden menampilkan calon dari sebuah partai
terpilih akan mempunyai jabatan dalam besar seperti calon presiden dari partai
jangka waktu sampai lima tahun. Begitu Golongan Karya (Golkar) Aburizal Bakri
juga bagi Pemilu untuk anggota legislatif (9 (ARB), atau calon presiden dari partai Hati
April 2014) yang dipilih secara langsung Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto yang
oleh rakyat mempunyai masa jabatan yang berpasangan dengan Harry Tanoesoedibjo
sama. sebagai calon wakil presiden, seorang
Meskipun pelaksanaan Pemilu akan pengusaha media yang berhasil dan
berlangsung tahun depan, namun geliat ternama.
partai politik di media massa dalam Acara siaran langsung seperti talk
menghadapi pesta demokrasi sudah show, sering menampilkan tokoh-tokoh
terasa. Hal itu terlihat dalam berbagai yang dianggap penting dalam pemilihan
bentuk kegiatan yang secara terselubung umum 2014, seperti Mahfud. MD, Dahlan
atau terang-terangan, dikemas, dan Iskan, Anis Baswedan, Wiranto, Surya
ditayangkan dalam berbagai media Paloh, Hatta Rajasa, dan Prabowo. Acara
elektronik seperti dalam penayangan tersebut diikuti oleh peserta talk show yang
televisi baik berupa iklan atau acara televisi biasanya para mahasiswa dari beberapa
talk show yang dipandu langsung oleh perguruan tinggi yang dibagi dalam
host/penyiar dari stasiun televisi tersebut. beberapa kelompok atau grup.
Peran media massa dalam Dalam talk show tidak jarang seorang
menyalurkan informasi tentang peristiwa tokoh atau pakar memberikan pesan
politik yang terjadi, sering memberikan politiknya secara terang-terangan atau
dampak signifikan bagi perkembangan secara terselubung kepada peserta yang
dinamika politik. Bahkan, seringkali peran hadir atau kepada pemirsa televisi di luar
media tidak sekedar sebagai penyalur studio, agar memilihnya dan bisa
informasi atas peristiwa politik yang menentukan pilihannya pada tahun 2014
sungguh terjadi, lebih dari itu media massa yang akan datang. Di ujung acara biasanya
mempunyai potensi untuk membangun tokoh dari partai politik memberikan pesan
pendapat umum yang bisa mendorong agar memilih partainya dengan alasan yang
terjadinya perubahan politik. diplomatis. Sedangkan pesan dari tokoh
Perubahan politik bisa terjadi nonpartai biasanya berpesan lebih netral
terhadap masyarakat apabila masyarakat dan rasional serta lebih hati-hati dalam
yang tadinya tidak memilih figur calon- menentukan pilihan di tahun 2014
calon pemimpin baik itu dalam pemilihan tersebut.
anggota legislatif atau eksekutif yang ada,
namun setelah menonton acara atau

152 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

Media Massa komunikator politik; say what (mengatakan


Media massa dipakai untuk apa) adalah pesan politik yang memakai
menyampaikan pesan-pesan politik dari simbol-simbol politik, in which channel
tokoh partai yang duduk di eksekutif atau (saluran) adalah media yang salah satunya
legislatif kepada khalayak, sementara para adalah media massa; to whom (kepada
wartawan media massa adalah wadah siapa) adalah khalayak atau publik; dan
untuk memroduksi pesan-pesan politik, with what effect (akibat apa) adalah
karena peristiwa-peristiwa politik itu dampak dari komunikasi politik berupa
memiliki nilai berita. opini publik. Selanjutnya dampak dari
Nimmo, dalam bukunya Political opini publik adalah memengaruhi
Communication and Public Opinion in sosialisasi dan partisipasi politik, pemberian
America, menyatakan bahwa peristiwa- suara dan kebijakan pejabat dalam
peristiwa politik itu selalu laik berita mengambil keputusan (Hamad, 2007).
(Hamad, 2007). Nimmo membagi peristiwa Di lain pihak, kegiatan media massa
politik ke dalam 4 jenis : dewasa ini termasuk di Indonesia telah
1.Peristiwa rutin menjadi industri. Dengan masuknya unsur
2.Insidental kapital, media massa mau tak mau harus
3.Skandal memikirkan pasar demi memperoleh
4.Tanpa disengaja keuntungan (revenue) baik dari penjualan
Keempatnya selalu menjadi bahan maupun dari iklan. Tidak terkecuali dalam
berita yang menarik. Sebab sebuah penyajian peristiwa politik, karena
peristiwa rutin bisa melibatkan aktor politik pengaruh modal ini media massa akan
terkenal sehingga bisa dijadikan berita: lebih memerhatikan kepuasan
peristiwa tiba-tiba (insidental) seperti khalayak/pemirsa (pelanggan dan
kecelakaan yang menimpa seorang aktor pengiklan) sebagai pasar mereka dalam
politik juga akan menjadi berita. Demikian mengonsumsi berita-berita politik.
juga skandal yang dilakukan seorang aktor Dalam komunikasi politik khususnya
politik merupakan berita hangat. Para di Indonesia secara umum memiliki
wartawan juga sering mendapatkan keterikatan secara ideologis dengan partai-
informasi politik yang tidak disengaja, partai politik, atas dasar agama,
antara lain karena disamarkan oleh para nasionalisme, ataupun kerakyatan. Hal itu
aktor politik sebagai sumber, yang justru bisa diamati terutama pada masa Pemilu,
kemudian menjadi berita besar. saat setiap warga negara memperlihatkan
Pendapat Nimmo, tentang tujuan orientasi politiknya masing-masing.
politik adalah pembentukan pendapat Demikian pula dengan media massa, pada
umum. Dengan meminjam formula tingkat tertentu terlibat dengan kehidupan
Lasswell, “Siapa mengatakan apa melalui partai politik, bahkan dari segi kesejarahan,
saluran mana kepada siapa dengan efek media massa sering menjadi media
apa” (who says what in which channel to komunikasi politik terutama oleh para
whom with what effects). Nimmo penguasa.
menjelaskan hubungan antara komunikasi Semua kekuatan politik dalam era ini
politik dan opini publik. Elemen who tidak bisa menghindar dari media, bisa
(siapa) dalam model itu adalah

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 153


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

media yang membutuhkan politik ataupun posisi media menjalankan peranannya


politik yang membutuhkan media. dalam tiga positioning yang saling berbeda
Banyak aspek dari media massa yang arahnya. Media sebagai wahana public
membuat dirinya penting dalam kehidupan sphere secara fungsional memiliki peran
politik, antara lain: Hamad (2007). memberikan pencerahan pada publik dan
•Daya jangkauannya (converage) yang memromosikan keseimbangan dari
sangat luas dalam menyebarluaskan berbagai kepentingan. Posisi ini
informasi politik; yang mampu melewati dihadapkan pada posisi media sebagai
batas wilayah (geografis), kelompok umur, institusi yang berada pada situasi untuk
jenis kelamin, dan sosial-ekonomi-status mengusung kepentingan ideologi, ekonomi,
(demografis), ada perbedaan paham dan politik media itu sendiri dan yang
dan orientasi (psikografis). Dengan begitu, ketiga posisi politisi elit politik yang
suatu masalah politik yang dimediasikan melakukan kompetisi berusaha
menjadi perhatian bersama di berbagai mengembangkan pernyataan-pernyataan
tempat dan kalangan. sesuai dengan motif politiknya (Rusadi,
•Kemampuan melipatgandakan pesan 2012).
(multipliner of message) penyiarannya bisa Satu-satunya tugas media yang bebas
diulang-ulang sesuai kebutuhan. ialah bagaimana menjaga tegaknya
•Bisa mewacanakan sebuah peristiwa demokrasi. Seperti dalam buku Pengantar
politik sesuai pandangan masing-masing. Peradaban Komunikasi Politik Potret
•Pemberitaan peristiwa politik oleh satu Manusia Indonesia, Novel Ali (1999)
media lazimnya berkaitan dengan media Keanu dan Curran dalam Reilly (1997)
lainnya sehingga membentuk rantai mengembangkan sebuah model media
informasi (media as links in other chains). yang demokratis dengan tiga fungsi berikut.
Media memegang peran sangat Pertama, media hendaknya membuka
penting dalam komunikasi politik dialog publik dengan menyajikan
(pengembangan opini publik), oleh karena keragaman perspektif, baik dalam berita
itu media sering terlibat dalam pembuatan maupun dalam hiburan. Kedua, media
wacana politik. Dalam komunikasi politik, hendaknya memperkokoh terbentuknya
media acapkali tidak hanya bertindak masyarakat madani (civil society) lewat
sebagai saluran yang menyampaikan pesan pemberdayaan berbagai organisasi yang
politik melainkan juga sebagai agen politik. menjadi representasi visi para anggotanya.
Sebagai agen politik media Semua pandangan alternatif yang hidup
melakukan proses pengemasan pesan dalam masyarakat harus disajikan oleh
(framing of political message) dan proses media. Ketiga, media hendaknya turut
inilah sesungguhnya yang menyebabkan menyajikan cara dan mekanisme
sebuah peristiwa atau aktor politik memiliki demokrasi guna mencapai tujuan bersama.
citra tertentu. Dalam proses pengemasan Dalam konteks ini, media bukan sekedar
pesan ini, media dapat memilih faktor yang menampilkan the struggle for power para
akan dimasukkan atau tidak ke dalam teks elit politik, tapi juga punya tanggungjawab
berita politik. untuk menyosialisasikan cara dan
Dalam konteks kompetisi yang terjadi mekanisme the application of power.
baik antarpartai maupun antarelit politik,

154 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

Media Televisi hari; kedua percakapan dipahami sebagai


Televisi merupakan salah satu media percakapan yang dilembagakan di mana
massa elektronik yang dapat menyiarkan pembicaraan yang terjadi dipersiapkan dan
siarannya dalam bentuk gambar atau video diatur; ketiga, bentuk percakapan yang
serta suara yang berfungsi memberikan dilembagakan ini diproduksi untuk tujuan
informasi dan hiburan kepada khalayak tertentu yang diarahkan kepada sasaran
luas. khalayak tertentu baik khalayak yang
Jenis program televisi terdiri dari kebetulan menonton, atau yang hadir di
bentuk jadi teknis dan isi. Bentuk jadi teknis studio atau khalayak yang tersebar luas.
merupakan bentuk jadi umum yang Percakapan sebagai sebuah konsep
menjadi acuan terhadap bentuk program tidaklah sama dengan percakapan sehari-
televisi seperti gelar wicara (talk show), hari, tetapi merupakan sebuah proses yang
dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, ada awal dan akhir, sifatnya timbal balik
dan lain-lain. Berdasarkan isi, program dengan tujuan melakukan pembicaraan.
televisi berbentuk berita dapat dibedakan Percakapan diarahkan oleh aturan yang
antara lain berupa program hiburan, memiliki struktur sajian yang memiliki
drama, olah raga, dan agama. Tulisan ini koherensi yang logis dan menjadi bagian
hanya akan mengupas mengenai siaran penting dari teori komunikasi (Littlejohn,
iklan dan gelar wicara (talk show) yang ada 2008).
hubungannya dengan kegiatan politik
menjelang Pemilu 2014. Pesan Politik
Siaran iklan menurut Undang- Ada beberapa jenis pesan dalam
Undang No. 32 Tahun 2002 tentang komunikasi politik. Lynda Lee Kaid
Penyiaran memiliki arti siaran informasi mengidentifikasi tiga pesan, yakni melalui
yang bersifat komersil dan layanan retorika politik, iklan politik, dan debat
masyarakat tentang tersedianya jasa, kandidat (Kaid, 2004). Sementara Nimmo
barang, dan gagasan yang dapat mengidentifikasikannya menjadi
dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau propaganda, periklanan, dan retorika.
tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran Dalam tulisan ini penulis hanya akan
yang bersangkutan. Termasuk iklan dari menyoroti dua jenis pesan dalam
calon presiden dan wakil calon presiden komunikasi politik, yaitu retorika dan iklan
untuk Pemilu 2014 mendatang. politik.
Sementara talk show merupakan
sebuah genre program penyiaran yang Retorika
memfasilitasi adanya dialog atau Mengutip Cicero, Bruce Gronbeck,
pembicaraan (talk), yang merupakan dalam Kaid (2004) bahwa the good man
sebuah cerminan terjadinya proses speaking well. Kalimat ini menjadi dasar
komunikasi dengan menggunakan media bagi Gronbeck dalam memformulasikan
televisi. Tolson mendefinisikan talk show teorinya mengenai retorika politik. Menurut
dalam tiga pengertian, pertama Gronbeck, retorika adalah kemampuan
pembicaraan (talk yang dimaksud adalah berbicara di muka publik dengan berbagai
pola interaksi verbal sebagaimana terjadi teknik, bukan saja menyampaikan pesan,
dalam percakapan (conversation) sehari- melainkan juga menanamkan pengaruh.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 155


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

Sementara retorika politik diterjemahkan show merupakan penghubung secara


sebagai cara yang dilakukan para mental antara tempat program
komunikator politik dalam berinteraksi diselenggarakan dengan tempat khalayak
dengan publik. Pada dasarnya, menurut berada (Rusadi, 2012).
Gronbeck, tanpa memasukan kata “politik”
pun retorika merupakan sebuah wacana Iklan Politik
yang sepenuhnya politis karena Menurut Kaid, (2004) sebagai sebuah
mengandung kepentingan politik. bentuk komunikasi politik, iklan politik
Nimmo, mendefinisikan retorika telah berkembang menjadi bentuk dominan
sebagai komunikasi dua arah, satu-kepada- dalam komunikasi antara para kandidat
satu, dalam arti satu orang atau lebih, yang dan pemilih, terutama di Amerika. Dalam
saling berusaha untuk memengaruhi bentuknya yang berbeda, iklan politik juga
pandangan satu sama lain melalui tindakan telah menjadi sebuah bentuk komunikasi
timbal balik (Milana R, 2010). bagi negara-negara demokratis di seluruh
Salah satu program acara televisi dunia.
yang menggunakan retorika adalah Iklan politik pada tabiatnya hampir
program acara talk show. Menurut Bruun sama dengan iklan komersial. Sepak
(1999) program talk show sebagai sebuah terjangnya bagian dari fenomena bisnis
genre televisi berbeda dengan genre modern. Tidak ada perusahaan (dalam hal
lainnya. talk show merupakan sebuah ini parpol) yang ingin maju dan
peristiwa (event) dan sekaligus merupakan memenangkan kompetisi bisnis (dalam hal
tempat event tersebut berlangsung. Acara ini Pemilu) tanpa mengandalkan iklan
tersebut bukan medium pelaporan yang politik.
melaporkan peristiwa di luar media sendiri Iklan politik, menurut Kaid,
dan juga tidak memainkan peranan sebagai merupakan proses komunikasi di mana
penyampai. talk show merupakan media sebuah partai politik atau seorang kandidat
yang hadir yang tidak bertanggungjawab “membeli” kesempatan untuk mengekspos
terhadap apa yang ditampilkan karena dirinya kepada komunikan melalui saluran
media hanya menyediakan panggung media massa untuk menyampaikan pesan-
untuk para tamu pembicara (Rusadi, pesan politik dengan tujuan mampu
2012).. memberikan efek berupa pengaruh dalam
Dilihat dari aspek perencanaan talk membentuk sikap politik, kepercayaan,
show diselenggarakan dalam ruang dan dan/atau tingkah laku komunikan (Kaid,
waktu, merupakan program yang 2004).
dirancang “now and here”. Kata now yang Ada dua hal penting dalam definisi di
dimaksud ialah program ini memberikan atas, yakni iklan politik dapat melakukan
pengalaman secara simultan saat itu kontrol terhadap pesan dan penggunaan
kepada penonton program. Kata here, media massa sebagai saluran distribusi
memberikan pengalaman yang pesan. Pada yang pertama, seorang
menyatukan program dengan kandidat atau sebuah partai politik dapat
penontonnya. Dengan cara ini, penonton mengemas, menentukan, dan mengontrol
talk show dapat merasakan sebagai pesan apa yang ingin disampaikan kepada
partisipan dalam program. Program talk audiens. Pada yang kedua, media

156 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

kemudian juga mempunyai peran tayangkan oleh stasiun televisi RCTI di


signifikan atas “evolusi makna” pada pesan siang hari. Calon presiden dari partai
politik yang ingin disampaikan kandidat Golkar, Aburizal Bakri (ARB) yang sering
atau partai politik. ditayangkan di beberapa stasiun televisi
Menurut Gayatri, kampanye melalui swasta, seperti di TV ONE yang
iklan dalam media massa terbukti menampilkan keberhasilan ARB dalam
menimbulkan efek tertentu pada perilaku perekonomian dan bidang lainnya. Iklan-
memilih yang ditunjukkan masyarakat iklan tersebut sering ditayangkan dengan
dalam pemilu. Efek tersebut bisa berupa harapan agar pemirsa dapat membuat
perubahan-perubahan opini, persepsi, pilihan untuk memilihnya pada Pemilu
sikap, atau perilaku; bersifat mikro terjadi 2014 mendatang.
secara individual atau makro terjadi secara
menyeluruh pada suatu sistem sosial; Pemilu 2014
bersifat langsung atau kondisional, karena Sesuai dengan Undang-Undang No.
isu media tertentu saja atau secara umum; 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara
dan bersifat alterasi atau stabilisasi (Gayatri, Pemilihan Umum. Pasal 1 menyatakan
2010). bahwa: Pemilihan Umum, selanjutnya
Iklan politik tidak lepas dari disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kepentingan yang mengarahkan dan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
memengaruhi opini publik demi sebuah secara langsung, umum, bebas, rahasia,
tujuan yang telah direncanakan oleh jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
pembuat iklan. Opini publik yang Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
kemudian terbangun melalui iklan dan Undang-Undang Dasar Negara
diharapkan dapat mengarahkan Republik Indonesia Tahun 1945.
masyarakat umum untuk membeli dan Ukuran keberhasilan Pemilu yang
mengonsumsi “produk” yang diiklankan. utama menurut Eisy (2013) adalah
Penyiaran yang luas membuat televisi berlangsung secara damai. Sementara
menjadi media yang amat menarik bagi keberhasilan Pemilu yang lain adalah
para pengiklan. Kebanyakan jaringan dan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi yaitu
stasiun televisi menjual beberapa bagian semakin banyak warga negara yang ikut
waktu penyiaran kepada pengiklan atau memilih pada 9 April 2014, menghasilkan
sponsor untuk membiayai jaringan siaran wakil raktat yang berkualitas, proses
mereka. Harga pengiklanan setiap jaringan berjalan lancar sesuai jadwal dan taat asas.
berbeda-beda untuk setiap blok waktunya, Pada saat pemilihan presiden diharapkan
tergantung dari rating (larisnya acara) yang menghasilkan presiden yang memenuhi
dimiliki oleh suatu acara yang dihitung aspirasi masyarakat.
melalui survei setiap harinya. Sementara Pemilu anggota Dewan
Begitu juga dengan iklan politik Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
menjelang Pemilu 2014. Sudah ada Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
beberapa iklan yang menampilkan calon Daerah adalah Pemilu untuk memilih
pasangan presiden dan wakil presiden; anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
seperti yang dilakukan oleh partai Hanura Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
yaitu Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo di Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 157


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan iklan kampanye sulit untuk bisa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia digolongkanm sebagai kampanye dalam
berdasarkan Pancasila dan Undang- (Easy, 2013).
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu
Tahun 1945.
Setelah masyarakat didaftar dalam
Pemberitaan, penyiaran, dan iklan
Daftar Pemilih Tetap (DPT), menjelang
kampanye adalah penyampaian pesan
Pemilu berlangsung masyarakat akan diberi
pesan kampanye oleh peserta Pemilu
surat panggilan pencoblosan dari panitia.
kepada masyarakat melalui media
Partisipasi masyarakat dalam Pemilu akan
cetak4dan elektronik secara berulang-ulang
terlihat pada saat pencoblosan, apakah
berbentuk tulisan, gambar, animasi,
mereka datang untuk mencoblos atau
promosi, suara, peragaan, sandiwara,
mereka tidak hadir dengan berbagai alasan.
debat, dan bentuk lainnya yang berisi
Berbagai faktor partisipasi dalam
ajakan, imbauan untuk memberikan
politik antara lain: peluang, sumber daya,
dukungan kepada peserta Pemilihan
dan motivasi. Peluang merupakan
Umum.
kesempatan bagi masyarakat untuk ikut
Untuk Pemilu 2014 sudah ada
serta dalam menentukan pilihan dalam
kemajuan dalam pengaturan media. KPU
memilih wakil rakyat atau memilih
melalui Peraturan KPU No. 15/2013 sudah
presiden, sebagai perwujudan dari
tidak melarang penyiaran berita pada masa
demokrasi. Sementara sumber daya adalah
tenang seperti yang diharapkan media,
kemampuan yang dimiliki masyarakat, baik
walaupun hal serupa masih tercantum
sumber daya sosial, kelas sosial, atau
dalam UU Pemilu. Peraturan tersebut
sumber alam (letak demografis) sehingga
sebagai penyempurnaan dari Peraturan
mereka bisa berpartisipasi dalam Pemilu.
KPU No. 1/2013 tentang Pedoman
Motivasi adalah motivasi personal yang
Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota
mendasari kegiatan politik; antara lain
DPR , DPD, dan DPRD juga sudah
disengaja atau tidak sengaja, rasional atau
menghilangkan sanksi pencabutan izin
emosional, diilhami psikologis atau sosial,
penyiaran atau izin penerbitan media
diarahkan dari dalam diri sendiri atau dari
massa cetak.
luar serta dipikirkan atau tidak dipikirkan.
Pembahasan yang menarik dalam
Ada pula motif yang mendorong orang
pengaturan media adalah isu curi start.
untuk berpartisipasi maupun bagaimana
Banyak “berita” atau “iklan” yang mirip
cara berpartisipasi (Nimmo, 2001).
dengan iklan kampanye yang ditayangkan
Pesan politik dibawa melalui
sebelum waktu kampanye. Pelanggaran
komunikasi politik ke dalam matrik peluang
terhadap waktu kampanye dapat dipidana
resmi yang dipersepsi, sumber daya sosial,
dengan pidana kurungan paling lama satu
dan motivasi sosial yang merupakan dunia
tahun dan denda paling banyak dua belas
seseorang. Pesan itu berisi informasi
juta rupiah (pasal 276, UU Pemilu). Namun
tentang pilihan yang tersedia. Pilihan mana
karena pengertian kampanye dalam UU
yang diperhitungkan oleh mereka yakni,
Pemilu itu terdiri atas berbagai macam
yang ditanggapi, bukan yang diberi reaksi
informasi dan ajakan yang bersifat
menyebabkan perbedaan dalam kegiatan
kumulatif, “berita” dan “iklan” yang mirip
politik mereka. Dari situ munculah pilihan

158 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

mereka yang merupakan partisipasi dalam menanggapi komunikasi politik (Nimmo,


pemilihan politik yakni Pemilu. Di bawah 2001).
akan disajikan matrik tentang partisipasi

Sumber: Nimmo, 2001.


Gambar 1
Pengaruh terhadap partisipasi politik

Penutup lainnya yang ditayangkan oleh media lain.


Terutama dalam acara talk show antara
Peran media massa dalam nara sumber dengan peserta bisa
menyalurkan informasi tentang peristiwa berinteraksi secara langsung, sehingga
politik yang terjadi, sering memberikan kedua belah pihak bisa menyampaikan
dampak signifikan bagi perkembangan pesannya dengan baik.
dinamika politik. Begitu pun televisi sebagai Dalam memerhatikan kepuasan
media elektronik yang mampu menjangkau pemirsa, pengelola televisi selalu berusaha
secara luas terhadap para khalayak, untuk mengetahui kemauan dari
dimanfaatkan para calon anggota-anggota pemirsanya. Hal itu bisa dilihat dari
legislatif dan calon presiden atau calon peratingan yang bisa diketahui dari hasil
wakil presiden untuk memberikan survei yang dilakukan setiap hari terhadap
pengertian atau ajakan dari mereka acara-acara yang banyak diminati
terhadap pemilih untuk mengikuti Pemilu pemirsanya.
dan memilih mereka. Pesan politik yang dikemas dalam dua
Acara televisi yang dimanfaatkan oleh program acara televisi seperti iklan politik
aktor politik (anggota legislatif dan calon untuk pemilihan calon presiden dan wakil
presiden/wakil presiden), yaitu talk show presiden 2014, serta program acara talk
dan iklan politik yang bisa disiarkan secara show yang dipandu host/penyiar dari
berulang-ulang. Acara tersebut dianggap stasiun televisi pelaksana dan tamu yang
lebih efektif dibanding dengan acara-acara menjadi narasumber, serta para peserta

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013 159


Topik Utama Pesan Politik di Media Televisi Menjelang Pemilihan Umum 2014

talk show yang biasanya para mahasiswa anggota legislatif maupun calon presiden
atau anggota partai politik. Nara sumber dan wakil presiden, akan sampai ke
bisa dari pakar atau tokoh-tokoh yang khalayak penonton dengan efektif,
berkepentingan, atau dari aktor politik yang sehingga khalayak mampu menentukan
akan menjadi calon anggota legislatif dari pilihan yang sesuai dengan hati nuraninya.
sebuah partai politik atau seseorang yang Ada kalanya khalayak berubah pikiran
akan menjadi calon presiden atau wakil setelah menerima pesan dari aktor politik,
presiden. yang tadinya tidak punya pilihan menjadi
Melalui media televisi pesan politik punya pilihan yang mantap.
dari aktor politik baik sebagai calon

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ali, Novel. (1999). Peradaban Komunikasi Politik, Potret Manusia Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. (2001). Political Communication and Public Opinion and America.
(Komunikasi Politik, khalayak dan Efek). Penerjemah Tjun Surjatman. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hamad, Ibnu. (2007). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Masa, Sebuah Studi Critical
Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Littlejohn, Stephen W., Karaen A Foos. (2008). Theories of Human
Communicvation.Thomson Wadswort: Belmont.
Kaid, Lynda Lee. (2004). Handbook of Political Communication Research. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
Reilly, Susan Smith. (1997). Geo-Politic Media and Public Sphere, dalam Paletz, David L.
(ed), Politik Communication: Approaches, Studies, and Assessments, Volume II,
Norwood. New Jersey: Ablex Publishing Corporation.
Jurnal:
Rusadi, Udi. (2012). Talk Show Isu Publik Di Televisi Dan Dinamika Demokrasi. Jurnal
Studi Komunikasi Dan Media. Vol. 16 No. 1. hal. 17-25.
Internet
Gayatri, Gati. (2012). Efek Iklan Politik dalam Media Massa Terhadap Perilaku Memilih
dalam Pemilu. Jurnal Ilmiah Komunikasi Massa. Tersedia dalam <http://www.
balitbang.depkominfo.go.id/>, diakses tanggal 11 September 2013.
Milana R.(2010). Pesan-pesan politik. Tersedia dalam
<http://allcommunication.blogspot.com/2010/12/pesan-pesan-politik.html>.
diakses tgl 11 September 2013.

Surat Kabar:
Eisy, Ridlo Muhammad (2013). Media dan Pemilu 2014. Surat Kabar Harian Pikiran
Rakyat, tanggal 29 Oktober 2013. hal 28.

160 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2013


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

IKLAN POLITIK, POPULARITAS, DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN


DAN WAKIL PRESIDEN 2014

Nana Suryana
Balai Pengkajian dan pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung – 40173, Jawa Barat, telp. 022-6017493, HP: 081220308326
Naskah diterima tanggal 29 Oktober 2013, disetujui tanggal 20 November 2013

POLITICAL ADVERTISEMENT, POPULARITY, AND ELECTABILITY OF


2014 PRESIDENTIAL AND VICE PRESIDENTIAL CANDIDATES

Abstract
Advertising on television as a means to promote the presidential and vice presidential
candidates figures and their performance. Indirectly offer work programs, mission, vision
and other political appointments. The goal is to obtain the image, popularity and
electability. This is part of the political dynamics that deserves to be discussed/reviewed.
The result showed that political advertising can impact positively or negatively on the
public, frequency of exposure or exposure to media, the quantity and quality of their
advertisement in conveying political messages and attitudes and the appreciation of the
political community itself. Political advertising influence on cognitive effects. If popularity
can be achieved through political advertisement, then with the popularity asset will gain
electability, this assumption can be justified because it is a great opportunity but not an
absolute. As for political parties that do not have/carry the presidential/vice presidential
candidate in 2014, the party elite perform a search intensively by political maneuvering,
political lobbying, coalition plans, conventions and "blusukan".

Keywords: political advertisements, popularity, electability.

Abstrak
Iklan politik melalui televisi sebagai sarana untuk mempromosikan figur dan performa
capres/cawapres. Secara tidak langsung menawarkan program kerja, misi, visi, dan janji
politik lainnya. Tujuannya untuk memperoleh citra, popularitas, dan elektabilitas. Hal ini
merupakan bagian dinamika politik yang layak untuk dibahas/dikaji. Hasilnya,
menunjukkan bahwa iklan politik bisa berdampak positif atau negatif terhadap masyarakat,
tergantung dari frekuensi penayangan atau terpaan medianya, kualitas dan kuantitas iklan
dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya, serta sikap dan apresiasi politik. Iklan politik
berpengaruh terhadap efek kognitif. Jika popularitas bisa diraih lewat iklan politik, maka
dengan bermodalkan popularitas akan memperoleh elektabilitas, anggapan seperti ini
dapat dibenarkan karena memang peluangnya besar tapi tidak mutlak. Sedangkan bagi

161
Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

parpol yang belum memiliki/mengusung capres/cawapres 2014, para elit partainya


melakukan pencarian secara intensif dengan cara manuver politik, lobi-lobi politik, rencana
koalisi, konvensi, dan “blusukan”.

Kata kunci: iklan politik, popularitas, elektabilitas.

Pendahuluan Lebih dinamis lagi adalah para aktor


atau elit politik, mulai dari pimpinan dan
Memasuki tahun 2014, di mana pengurus partai politik ada yang sudah
seluruh bangsa Indonesia akan berani mengusung capres dan cawapres.
menyelenggarakan pesta demokrasi atau Seperti Aburizal Bakrie, Wiranto
pesta politik lima tahunan, yaitu pemilihan berpasangan dengan Hary Tanoesoedibjo.
umum (Pemilu). Pada tahun 2014 itu akan Hatta Rajasa, Prabowo Subianto, Sutiyoso.
diselenggarakan dua jenis Pemilu, yaitu Baru-baru ini muncul nama baru lagi, yaitu
Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Ketua Umum PPP, calon presiden 2014. Ke
eksekutif, yang lebih dikenal dengan depan masih dimungkinkan muncul nama-
sebutan pemilihan presiden (Pilpres). Untuk nama baru lagi sebelum pendaftaran calon
Pileg (pemilihan DPR, DPD, DPRD) yang presiden ditutup.
secara langsung akan dilaksanakan pada Sementara partai lain yang belum
tanggal 9 April 2014 dan Pilpres (pemilihan memiliki capres dan cawapres masih
presiden dan wakil presiden) periode 2014- melakukan manuver politik lintas partai,
2019 pada tanggal 9 Juli 2014. konvensi, koalisi, dan lain-lain, dalam
Dari dua jenis Pemilu ini, yang rangka mencari, menjaring, dan
dinamika politiknya paling tinggi adalah menentukan pilihan, sekaligus dukungan
Pilpres. Untuk pelaksanaan Pilpres 2014 untuk capres dan cawapres yang betul-
ini, waktunya masih cukup lama sekitar betul memiliki citra baik, popularitas, dan
delapan bulan lagi, tapi sudah terlihat dan elektabilitas yang tinggi. Terlepas dari orang
terasa suasana pesta demokrasi dan partai politik, entepreneur, cendekiawan,
dinamika politiknya. Suhu politik sudah musisi, atau kalangan kiai/ulama
terasa mulai menghangat dan kegiatan sekalipun.
politik sudah mulai menggeliat. Di kalangan Berbagai kegiatan politik yang mereka
masyarakat bawah (grass root) pun Pilpres lakukan merupakan gambaran dinamika
2014 ini sudah menjadi konsumsi sehari- politik yang tinggi. Sehingga dapat
hari, menjadi bahan menunjang peningkatan kualitas
pembicaraan/perdebatan atau obrolan demokratisasi dalam berpolitik dengan
politik di warung-warung kopi, tempat- tetap menjaga kebhinekatunggalikaan, jauh
tempat pos ronda/kamling, tempat-tempat dari konflik politik. Dengan kedinamisan
pertemuan masyarakat sekitar lingkungan berpolitik seperti ini tidak mustahil Pilpres
RW, termasuk di tempat-tempat pengajian. 2014 dapat berjalan tertib, lancar, dan

162 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

sukses yang berimbas pada peningkatan Mengingat ini ranah politik, berbagai
kualitas perpolitikan di tanah air. kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja iklan
Dalam suasana dinamika politik ini, politik berpengaruh secara langsung, bukan
ada capres dan cawapres, misalnya ARB sesuatu hal yang tidak mungkin. Hanya
sudah memanfaatkan media massa yang mungkin dapat dipastikan adalah
elektronik (televisi) untuk menayangkan memperoleh efek kognitifnya,
iklan politiknya. Dengan seringnya kemungkinan besar perolehannya tidak
tayangan iklan politik ini diharapkan dapat akan sulit, apalagi kalau iklan politiknya
menaikkan citra dan popularitas diri sering ditayangkan.
(capres) yang selanjutnya dapat Perolehan pengetahuan yang bisa
memperoleh elektabilitas. Sehingga tidak menambah wawasan ini akan berindikasi
salah jika iklan politik ini bisa juga disebut pada perubahan pikiran, pendapat, dan
sebagai upaya pencitraan politik. kepercayaan masyarakat. Setidaknya
Adanya upaya pencarian citra dan masyarakat menjadi ingat dan hafal betul
popularitas melalui iklan politik adalah dengan figur, capres dan cawapres berikut
sesuatu hal yang wajar. Sebagai sarana pesan-pesan politik yang ditawarkan
sosialisasi dan komunikasi politik yang bisa melalui iklan politiknya. Sementara untuk
dinilai efektif dan efisien. Untuk lebih jelas efek afektif dan konatifnya biasanya
lagi yang dimaksud dengan pengertian menunggu perkembangan efek kognitif
iklan politik adalah sebagai kegiatan yang berimbas pada sikap politiknya lebih
mempromosikan diri dengan citra baik di lanjut.
hadapan masyarakat dengan adanya Selain melalui televisi, iklan politik
unsur-unsur politik untuk tercapainya bisa juga dilakukan melalui media
tujuan tertentu. Iklan politik ini sering informasi lainnya seperti melalui radio,
digunakan oleh para calon pemimpin untuk papan reklame, spanduk, baligo, dan lain-
mendapatkan suara terbanyak dan lain. Dengan cara seperti ini pun efeknya
menjadikan citra baik di mata masyarakat. kemungkinan tidak akan jauh berbeda
Selain itu para calon ini juga ingin agar dengan cara melalui televisi, walaupun
masyarakat dapat mengenal calon sasaran pembacanya mungkin terbatas.
pemimpinnya (Afdjani, 2012). Pemasangan iklan politik hanya melalui
Melalui iklan politik, bukan hanya visual (gambar), walaupun dilihat dari
sekedar trik politik mencari citra baik di sudut pendidikan politik rendah, tapi bisa
masyarakat, tapi juga untuk memperoleh saja melebihi keefektifan di atas, sebab
dukungan masyarakat. Karena setelah setiap hari gambar capres ini kelihatan oleh
memperoleh citra baik, akan siapa saja yang melewati tempat/jalan di
mempermudah dalam memperoleh mana foto/gambar capres dan cawapres
popularitas. Setelah memperoleh dipajang.
popularitas memberikan peluang besar Walaupun sudah ada capres dan
untuk memperoleh elektabilitas dan/ atau cawapres yang melakukan
memenangkan Pilpres dan cawapres 2014. pemasangan/penayanngan iklan politiknya
Dilihat dari aspek komunikasi, dampak melalui televisi namun belum tentu mereka
iklan politik secara keseluruhan sulit dan memperoleh popularitas dan elektabilitas
tidak bisa dipastikan. yang tinggi. Sebab keterpengaruhan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 163


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

melalui terpaan iklan politik terhadap terus mengalami perubahan,


popularitas dan elektabilitas, masih perkembangan, dan peningkatan.
memerlukan penelusuran dan pembuktian Di sini jelas bahwa sikap politik yang
lebih lanjut. Selain itu perlu juga berupa pendirian politik masyarakat bukan
memerhatikan dan mempertimbangkan pembawaan sejak lahir yang tidak bisa
sikap dan keyakinan politik masyarakat. berubah. Oleh karena itu sikap politik
Secara teoretis sikap politik dapat diartikan masyarakat bisa berbeda-beda.
sebagai suatu kesiapan bertindak, Pemasangan iklan politik capres dan
berpersepsi seseorang atau kelompok untuk cawapres jauh sebelum waktu kampanye
mengahadapi, merespon masalah-masalah tidak bermaksud mengintervensi,
politik yang terjadi yang diungkapkannya mengintimidasi, dan pemaksaan politik
dengan berbagai bentuk (Philosopheryn, melainkan hanya sebatas persuasi atau
2013). sosialisasi politik tentang citra, track record
Sampai sekarang belum dapat politik, dan identitas capres dan cawapres
diketahui secara pasti mengenai sikap agar cepat memperoleh popularitas dan
politik masyarakat yang sesungguhnya. elektabilitas.
Sekalipun beberapa survei yang dilakukan Peningkatan kesadaran politik,
oleh lembaga independen telah dengan mengajak masyarakat untuk
memberikan hasil, itu baru kemungkinan mengetahui dan menggunakan hak dan
gambaran capres dan cawapres serta sikap kewajiban politiknya secara objektif dan
dan pendirian politik masyarakat. Jadi rasional, sehingga pada waktu memilih
belum menggambarkan peta politik seluruh capres dan cawapres 2014 nanti dapat
rakyat Indonesia. Dunia perpolitikan dilakukan dengan baik dan benar, sesuai
adalah masalah yang dinamis, di mana nurani masing-masing pemilih, diharapkan
sikap politik masyarakat tidak statis, tapi angka golput akan menurun.

Sumber : Data diolah dan dikembangkan oleh penulis

Gambar 1
Iklan Politik di Media Massa

164 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

Pembahasan jasa tetap harus memperhatikan dan


mempertimbangkan lima kriteria, yaitu :
Iklan Politik (1)Attention (perhatian). (2)Interest (minat).
Secara harfiah kata iklan berasal dari (3)Desire (kebutuhan). (4) Conviction
bahasa Yunani, yang artinya adalah upaya (keinginan). (5)Action (tindakan) (Mustofa,
menggiring orang pada gagasan. Adapun 2009).
pengertian secara komprehensif (luas) iklan Banyak teori, istilah atau definisi
adalah semua bentuk aktivitas untuk tentang “politik”. Miriam Budiardjo
menghadirkan dan mempromosikan ide, mendefinisikan bahwa politik sebagai
barang ataupun jasa secara nonpersonal berbagai macam kegiatan yang terjadi di
melalui media yang dibayar oleh sponsor suatu negara, yang menyangkut proses
tertentu. Iklan ditujukan untuk menentukan tujuan dan bagaimana cara
memengaruhi perasaan, pengetahuan, mencapai tujuan itu. Kemudian Hans J.
makna, kepercayaan, sikap, pendapat, Morgenthau mendefinisikan politik sebagai
pemikiran dan citra konsumen yang usaha mencari kekuasaan (struggle for
berkaitan dengan suatu produk atau merek. power). Hoogerwerf mendefinisikan politik
Tujuan periklanan ini bermuara pada sebagai semua aktivitas yang memengaruhi
upaya untuk dapat memengaruhi perilaku kebijaksanaan dan cara bagaimana
konsumen dalam membeli sebuah produk kebijaksanaan itu dilaksanakan (Aini, Nurul
yang ditawarkan (Durianto, 2003). dan Phillipus, 2006).
Demikian halnya Spriegel dalam Sementara itu, Surbakti mengatakan
Liliweri, menyatakan bahwa iklan bahwa sekurang-kurangnya ada lima
merupakan penyampian informasi tentang pandangan tentang politik, yaitu (1) Politik
barang ataupun gagasan yang adalah usaha-usaha yang ditempuh warga
menggunakan media nonpersonal yang negara untuk membicarakan dan
dibayar. Iklan merupakan suatu proses mewujudkan kebaikan bersama. (2) Politik
penyampaian informasi yang bisa dinilai adalah segala hal yang berkaitan dengan
efektif, iklan telah membawa dampak pada penyelenggaraan negara dan
masyarakat, seperti : (1) pembentukan pemerintahan. (3) Politik adalah segala
sikap konsumen yang materialistik, kegiatan yang diarahkan untuk mencari
menggunakan pemilikan harta benda dan mempertahankan kekuasaan dalam
sebagai simbol status. (2) membuat orang masyarakat. (4) Politik adalah segala
merasa cepat puas, karena yang diiklankan kegiatan yang berkaitan dengan
serba cepat dan praktis. (3) konsumen perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan
menjadi seragam dalam penggunaan umum. (5) Politik sebagai konflik dalam
produk (Liliweri, 1992 ). rangka mencari dan/atau mempertahankan
Meskipun pandangan teoretis bahwa sumber-sumber yang dianggap penting
iklan itu bisa membawa dampak pada (Surbakti, 1992).
pembetukan sikap dan kepuasan Pada dasarnya politik itu adalah
konsumen. Namun untuk menentukan usaha mencari kekuasaan. Maka kehadiran
bagusnya sebuah iklan, berdampak, atau partai politik tujuan utamanya adalah
efektifnya sebuah iklan sebagai suatu mencari kekuasaan. Untuk tercapainya
proses penyampaian informasi barang atau usaha tersebut adalah tidak mudah,

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 165


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

karena harus bersaing dengan pihak lain. untuk mengatasinya diperlukan


Di sinilah diperlukan berbagai usaha, komunikator politik yang memiliki (1)
perjuangan, dan pengorbanan. Paling tidak Kemampuan dan keahlian mengenai
dengan cara melakukan komunikasi politik pesan-pesan yang disampaikan. (2)
yang efektif, artinya masyarakat harus Kemampuan dan keterampilan menyajikan
diajak berbicara, jangan hanya dianggap pesan-pesan dalam arti memilih tema,
sebagai komunikan politik yang pasif, metoda dan media politik, yang sesuai
karena mereka juga memiliki sikap dengan situasi dan kondisi khalayak (Arifin,
(pendirian) dan apresiasi politik yang bisa 2006).
diaplikasikan dalam bentuk partisipasi Kunci keberhasilan komunikasi
politik secara aktif. politik, selain komunikator memiliki
Dapat juga dikatakan sebagai kemampuan tinggi, memenuhi lima kriteria
pembelajaran dan penambahan periklanan yang baik, juga pesan-pesan
pengetahuan tentang politik secara politik yang disampaikan benar-benar
nonformal, agar masyarakat mengetahui berkenan di hati masyarakat. Untuk itulah
dan memahami arti dan makna politik serta komunikator harus memiliki sikap empati,
tidak tabu terhadap politik. Bisa memilih sehingga dalam merumuskan pesan-pesan
dan memilah mana kegiatan politik yang yang akan disampaikannya itu dapat
baik dan mendidik, mana politik yang menyentuh kepentingan masyarakat,
hanya mencari kekuasaan semata. Lebih mempertimbangkan kebutuhan hidup dan
dari itu akan terhindar dari konflik dan penghidupan masyarakat.
pandangan negatif terhadap politik, tidak Komunikasi politik tidak lebih hanya
mudah terintervensi dan terintimidasi. Oleh merupakan bagian dari iklan politik. Intinya
karena itu dalam melakukan komunikasi sama, yaitu menyampaikan atau
politik agar berdampak positif, menoreh mempromosikan figur/performa dan pesan-
simpatik, dan dukungan, pihak pengiklan pesan politik. Perbedaannya, iklan politik
politik harus mengikuti rambu-rambu informasinya one way communication,
komunikasi politik yang baik, arif, jauh dari sedangkan komunikasi politik sifatnya two
propaganda politik. Tapi lebih bersifat ways communication. Artinya iklan politik
persuasif, mengajak tanpa paksaan, sebab hanya menyampaikan pesan dan atau
kalau tidak mengacu pada rambu-rambu informasi politik di mana alur informasinya
tersebut, komunikasi politik bisa gagal dan bersifat satu arah, linier, one way
tidak berdampak. Masyarakat tidak communication, masyarakat dianggap pasif
memperoleh pencerahan tentang politik, ini untuk mau mendengarkan, menerima, dan
bisa menghambat dalam menumbuhkan melaksanakan pesan-pesan politik tersebut.
kesadaran politik yang berimbas pada Sedangkan komunikasi politik sifatnya
partisipasi politik mereka rendah. Tidak two ways communication biasanya
jarang komunikasi politik tidak berdampak, berlangsung di suatu tempat dan waktu
karena terlalu jauh dari kriteria periklanan tertentu, seperti di kampus, di aula intansi
politik yang baik dan alasan-alasan lainnya. pemerintah bisa juga di lingkungan
Arifin melihat kegiatan komunikasi masyarakat. Karena akan dilakukan
politik tidak jarang, tidak berdampak positif komunikasi dua arah, ada kesempatan
atau banyak menemui kendala, maka tanya jawab. Masyarakat tidak pasif, tapi

166 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

bisa aktif berkomunikasi mengeluarkan optimal. Seperti untuk kriteria desire


aspirasi, memberikan saran, krtitik, dan (kebutuhan), conviction (keinginan) dan
masukan kepada komunikator. Jadi action (tindakan), bagi masyarakat kecil
masyarakat bisa menilai ability para sangat sulit untuk
kandidat dalam iklan politik itu. mengimplementasikannya. Kebutuhan,
Walaupun dalam iklan politik keinginan dan tindakan yang bagaimana
informasinya satu arah, tapi kalau dalam yang harus dilakukan setelah mereka
aplikasinya menerapkan kelima kriteria menerima informasi iklan politik ARB.
iklan yang baik, maka tidak mustahil Untuk melihat keberhasilan iklan
hasilnya akan memuaskan. Artinya politik ARB, sementara ini bisa dlihat hasil
kehadiran iklan politik sangat diperlukan, polling pendapat dari lembaga survei.
karena memiliki banyak kegunaan. Hal ini Rating capres ARB belum memperlihatkan
sejalan dengan apa yang diutarakan Nursal kemajuan yang signifikan. Masih di bawah
(2004) mengutip Riset Falkowski dan capres atau calon capres lain. Padahal
Cwalian dan Kaid, bahwa iklan politik frekuensi tayangan iklan politiknya paling
berguna untuk beberapa hal yakni: (1) sering. Dengan belum beranjaknya rating
Membentuk citra kontestan dan sikap ARB dikhawatirkan akan berpengaruh
emosional terhadap kandidat. (2) pada sulitnya memperoleh popularitas
Membantu para pemilih untuk terlepas dari maupun elektabilitas. Oleh karena hasil
ketidakpastian pilihan karena mempunyai polling pendapat yang belum
kecenderungan untuk memilih kontestan menggembirakan ini alangkah baiknya
tertentu. (3) Alat untuk melakukan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
rekonfigurasi citra kontestan. (4) introspeksi, mumpung masih jauh waktu
Mengarahkan minat untuk memilih Pilpresnya.
kontestan tertentu. (5) Memengaruhi opini Di sinilah iklan politik perlu
publik tentang isu-isu nasional. (6) menerapkan kriteria iklan yang baik, agar
Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan berdampak positif. Tidak hanya mengenal
interpretasi para pemilih terhadap kandidat sosok/figur capres/cawapres, tapi juga
dan even-even politik (Fathoni, Lutvian mengenal pesan-pesan politiknya yang
Wildan, 2012). dapat mengubah sikap politik masyarakat.
Mengingat iklan politik banyak Selain ARB, ada capres dan cawapres
kegunaannya, maka tidak salah apabila lain yang muncul di televisi itu yaitu
ARB, capres yang diusung Partai Golkar pasangan Wiranto-Hari Tanoesoedibjo dari
sering muncul dalam iklan politik di Partai Hanura dan Prabowo Subiyanto dari
beberapa stasiun televisi nasional. Partai Gerindra, walau frekueninya masih
Apabila meneropong lebih jauh dan terbilang jarang. Tujuannya tidak jauh
mengacu pada kelima kriteria iklan yang berbeda dengan iklan politik ARB, yang
baik, iklan politik ARB ini perlu ditelusuri langkah pertamanya adalah
lebih jauh, karena khawatir iklan ini tidak mempromosikan sosok dan citra baik di
memenuhi kriteria iklan secara masyarakat sebagai capres/cawapres 2014.
keseluruhan. Sebab kalau hanya Mungkin tidak lama lagi akan muncul
memenuhi satu atau dua krietria, hasilnya nama capres/cawapres baru lewat iklan
atau dampak iklan politik ARB tidak akan politiknya.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 167


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

Iklan politik baik melalui televisi keterpilihan partai politik di publik.


maupun surat kabar, merupakan langkah Elektabilitas partai tinggi berarti partai
pertama/sederhana kegiatan politik para tersebut memiliki daya pilih yang tinggi.
capres dan cawapres 2014 dalam Untuk meningkatkan elektabilitas maka
menginformasikan dan mempromosikan objek elektabilitas harus memenuhi kriteria
diri, figur, dan citranya. Walaupun keterpilihan dan juga populer (Diana,
demikian, kegiatan politik seperti ini dapat 2013).
mewarnai dinamika politik yang patut Dengan demikian seseorang dapat
disikapi dan diapresiasi, karena dapat menyandang popularitas yang berarti
berlangsung dalam suasana politik aman memiliki tingkat keterkenalan di mata
dan nyaman, tidak ada tanda-tanda akan masyarakat karena profesi yang
tumbuhnya konflik politik. Sehingga ada dimilikinya, serta didukung dengan sering
kontribusinya bagi pencarian dan munculnya di permukaan umum, seperti di
perebutan kekuasaan yang masih berada di televisi, internet, surat kabar, majalah, dan
ambang batas kewajaran, masih legal. lain-lain. Contoh sederhana, KH.
Dengan demikian dalam mengarungi Zaenuddin MZ (alm) populer, karena
dinamika politik, penayangan iklan politik profesinya sebagai da’i sejuta umat, Sule
bukan sesuatu yang tabu atau diharamkan. populer karena profesinya sebagai pelawak,
Apalagi bagi anak-anak muda sebagai Christiano Ronaldo dan Lioneel Messi
pemilih pemula bisa menjadi pembelajaran populer karena profesinya sebagai pemain
politik. sepak bola dunia. Mereka memperoleh
kepopuleran tersebut, tidak dalam waktu
Popularitas dan Elektabilitas singkat, tapi memerlukan perjuangan yang
Sesuatu dikatakan popularitasnya panjang dibarengi dengan keahliannya
tinggi belum tentu eklektabilitas tinggi. masing-masing.
Popularitas adalah tingkat keterkenalan di Demikian halnya popularitas dalam
mata publik. Meskipun populer belum tentu bidang politik, seperti menjadi pemimpin
layak dipilih. Sebaliknya meskipun punya partai politik, pejabat legislatif, eksekutif,
elektabilitas sehingga layak dipilih tapi dan yudikatif. Mereka memperolehnya
karena tidak diketahui publik, maka rakyat tidak dalam waktu singkat, tapi dengan
tidak memilih. usaha dan perjuangan yang cukup lama.
Popularitas (popularity = terkenal) Sehingga proses perolehan popularitas
dan elektabilitas (electability = tingkat tidak jauh berbeda, hanya yang
keterpilihan) sama sekali berbeda, hanya membedakannya adalah profesi
yang satu dengan lainnya saling (keahliannya) masing-masing.
mendukung (Udianto. 2013). Untuk pelaksanaan Pemilu presiden
Sedangkan elektabilitas adalah tingkat 2014 kurang lebih tinggal 8 bulan lagi,
keterpilihan yang disesuaikan dengan mungkinkah kepopuleran capres dan
kriteria pilihan. Elektabilitas bisa diterapkan cawapres bisa diraih? Jawabannya
kepada barang, jasa, maupun orang, kemungkinan pasti ada, apalagi ini ranah
badan, atau partai. Elektabilitas sering politik yang berlaku adalah teori
dibicarakan menjelang pemilihan umum. Probabilita, yaitu berbagai kemungkinan
Elektabilitas partai politik berarti tingkat bisa saja terjadi. Itulah sebabnya para

168 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

capres/cawapres 2014 sudah giat tidak diketahui oleh masyarakat luas,


melakukan pencarian popularitas artinya orang ini menjadi tidak populer.
sepertinya kampanye, mulai dari Di sini jelas sekali bahwa antara iklan
pemasangan iklan politik, lobi politik, dan politik, popularitas dan elektabilitas bisa
“blusukan”. berjalan sendiri-sendiri, atau saling
Tapi kalau dilihat dari sisi pendidikan mendukung atau saling memengaruhi satu
politik (political education), jelas waktu sama lain. Itulah sebabnya para capres
yang tersedia dan terbatas sampai hari “H” 2014, terutama yang sudah pasti
pilpres 2014, terlalu singkat dan mungkin pencalonannya dalam mendongkrak
tidak akan cukup. Karena di sini yang popularitas dan elektabilitas, mereka
dibutuhkan adalah transfer ilmu politik, mengoptimalkan iklan politik. Karena
guna menanamkan pengertian dan merasa yakin bahwa iklan politik jika
pemahaman serta kesadaran berpolitik. dikemas dengan baik, pengaruhnya sangat
Popularitas itu penting, karena tinggi baik terhadap popularitas maupun
merupakan modal awal untuk elektabilitas atau kedua-duanya secara
memudahkan dalam memperoleh bersamaan.
elektablitas, bahkan ada yang mengatakan Pengaruh iklan politik bisa positif,
seorang kandidat presiden umpamanya, negatif, dan bisa pula tidak berdampak
sudah memiliki popularitas kemungkinan apa-apa (netral). Di sini perlu ditegaskan
besar akan memperoleh elektabilitas yang kembali bahwa iklan politik memiliki
tinggi. Meskipun popularitas itu bukan pengaruh jika ditunjang dengan berbagai
merupakan satu-satunya jalan dan bukan aspek, seperti figur/komunikator
harga mutlak untuk memperoleh (capres/cawapres), pesan-pesan politiknya
elektabilitas. Anggapan seperti di atas (mendidik dan dibutuhkan) dan komunikan
adalah hak politik individu dalam (kondisi politik, sosial, dan ekonomi)
masyarakat yang bisa benar atau salah. masyarakat. Tidak ketinggalan waktu efektif
Secara sederhana seorang (capres) yang untuk menayangkan iklan politik tersebut,
populer akan memperoleh elektabilitas yang terakhir memperhatikan lima kriteria
dapat dibenarkan, walaupun dalam periklanan yang baik.
realisasinya belum tentu demikian. Bisa Sampai saat ini banyak partai politik
saja orang tidak populer memperoleh peserta Pemilu baik secara tersendiri
elektabilitas, contohnya Joko Widodo- maupun berkoalisi masih ada yang belum
Basuki Cahya Purnama, pada pilgub DKI memiliki dan mengusung capres dan
Jakarta, kedua pasangan ini bukan cawapres 2014. Alasannya mereka belum
penduduk asli Jakarta dan tidak diketahui memiliki kepastian jumlah anggota
track record politiknya. dewannya, karena pemilu legislatifnya pun
Sebaliknya ada juga orang populer, belum dilaksanakan. Baru-baru ini ada
tapi tidak memperoleh elektabilitas, yang sudah melakukan konvensi
contohnya Dede Yusuf-Lex Laksamana (penentuan pilihan calon prsesiden), yaitu
pada Pilgub Jabar. Bahkan orang yang Partai Demokrat (PD) yang diikuti oleh 11
memiliki elektabilitas pun bisa saja tidak peserta konvensi. Peserta dari PD ada 4
terpilih, karena kurang publikasi sehingga orang, yaitu Marzuki Ali, Pramono Edhi
Wibowo, Hayono Isman, dan Sinyo Harry

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 169


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

Sarundayang. Tujuh orang lagi pesertanya Terlepas dari maksud dan tujuan
dari luar PD, yaitu Dino Patti Djalal, pemasangan iklan politik, pencarian
Dahlan Iskan, Irman Gusman, Endriartono popularitas dan elektabilitas, serta kegiatan
Sutarto, Ali Masykur Musa, Anis Baswedan, politik (manuver, lobi-lobi, konvensi, dan
dan Gita Wiryawan. Hasilnya, peserta “blusukan”) elit partai lainnya dan hasil-
konvensi yang terbaik adalah Dahlan Iskan hasil suvei lembaga survei yang ada di
dan Anis Baswedan. Meskipun sudah Indonesia, semuanya menggambarkan
diketahui peserta konvensi terbaik, namun suatu dinamika politik yang bertendensi
sampai saat ini belum ada informasi resmi positif menjelang dilangsungkannya Pilpres
yang akan menjadi capres dari Partai 2014. Dilihat dari perspektif pembangunan
Demokrat. politik (political building), dinamika politik
Kemudian ada juga yang melakukan masyarakat dapat dinilai positif, sangat
kunjungan ke pesantren-pesantren, menggairahkan dan menunjang pada
menemui para kiainya guna mendapat pembaharuan politik berjalan lancar.
restu dan dukungan, seperti yang dilakukan Ada yang menggembirakan, yaitu
Rhoma Irama. Wiranto-Hari Tanoesoedibjo situasi dan kondisi politik baik di tingkat
(capres/cawapres) “blusukan”nya ke lokal maupun nasional secara umum
komunitas masyarakat pasar tradisional. kondusif. Tidak ada kecenderungan untuk
Hal itu baru dilakukan oleh tokoh/elit partai terjadinya konflik politik, karena sudah
politik, belum lagi yang dilakukan oleh para berjalan pada rel politiknya masing-masing.
pendukung atau simpatisannya. Sehingga tumbuh subur di kalangan
Semua kegiatan dan komunikasi masyarakat dan merasa termotivasi untuk
politik yang mereka lakukan tujuannya memberikan informasi politik secara
adalah untuk memperoleh dukungan dan merata. Kondisi politik seperti ini harus
citra baik di masyarakat. Selanjutnya bisa terus dipelihara dan dikembangkan, karena
mengantarkan pada perolehan popularitas mempunyai nilai tambah bagi peningkatan
dan elektabilitas. Di sini mereka penuh partisipasi politik aktif dan kedewasaan
kehati-hatian dan banyak pertimbangan berpolitik.
dalam menentukan capres/cawapres 2014,
agar meraih kesuksesan, karena jika salah
memilih mungkin akan gagal dalam meraih Penutup
suara.
Sikap politik masyarakat ternyata Pemilihan presiden 2014 yang
sangat menentukan juga untuk diterima merupakan pesta politik lima tahunan,
atau ditolaknya iklan politik. Sikap politik waktunya masih cukup lama, sehingga
masyarakat sekarang kadang-kadang sulit baru ada satu dua capres/cawapres yang
dipengaruhi, diiming-imingi, dirayu apalagi sering muncul dalam iklan politik di televisi.
ditakuti, atau dibohongi. Kondisi sikap Tidak salah karena tujuannya adalah
politik demikian berkat kemajuan mempromosikan figur dan performa, serta
pendidikan politik secara formal dan menawarkan program kerja dan janji
non/informal, masyarakat menjadi kukuh politik, sehingga memperoleh popularitas
pendirian politiknya. dan elektabilitas. Padahal kedua aspek ini
memang memiliki indikasi saling

170 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

berpengaruh, tapi bisa juga berjalan dilangsungkannya pemilihan presiden


masing-masing tanpa saling memengaruhi. (Pilpres) 2014. Kondisi politik ini harus
Sedangkan bagi partai politik peserta dipertahankan dan dikembangkan, karena
pemilu yang belum memiliki/mengusung memperlihatkan adanya kebebasan
capres/cawapres 2014, para elite partainya berpolitik, menunjang kedewasaan, dan
melakukan kegiatan politik yang intensif, pertisipasi aktif dalam berpolitik. Serta bisa
seperti manuver politik, lobi-lobi politik, terhindar dari upaya konflik politik,
konvensi, dan “blusukan”. Agar memiliki intervensi dan intimidasi. Ada indikasi akan
capres/cawapres 2014 yang memiliki menjamin Pilpres 2014 nanti dapat berjalan
popularitas dan elektabilitas tinggi. aman, lancar, dan sukses. Sehingga
Semua kegiatan politik seperti di atas, menjadikannya momen Pilpres ini sebagai
menggambarkan suatu dinamika politik momen yang baik bagi perkembangan dan
yang wajar dan positif menjelang pembaharuan politik di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Arifin, Anwar (2006). Pencitraan dalam Politik: Strategi Pemenangan Pemilu Dalam
Perspektif Komunikasi Politik. Jakarta:Pustaka Indonesia.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, Anton WW, Hendrawan S (2003). Invasi Pasar dengan iklan
yang Efektif. Jakarta: PT Gramedia, Erlangga.
Liliweri, Alo .(1992). Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Abadi Bakti.
Aini, Nurul dan Phillipus. (2006). Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Widiasarana Indonesia, PT Gramedia,

Sumber lain:
Internet:
Afdjani, Hardiono. (2012). Periklanan Politik.Tersedia dalam <http://catatan-
anakfikom.blogspot.com/2012/03/periklanan-politik.html >.Diakses pada 2
September 2013] .
Fathoni, Lutvian Wildan. (2012). Dampak Iklan Politik Terhadap Hasil Pemilu.Tersedia
dalam<http://wildanlf.blogspot.com/2012/05/dampak-iklan-politik-terhadap-
hasil.html>diakses pada 2 September 2013.
Fhilosopheryn. (2013). Teori Sikap dan Sikap Politik. Tersedia dalam
<http://blogspot.com/2013/01/teori. Diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Mustofa, Arif C. (2009). Pengaruh Pemasangan Iklan Politik Luar Ruangan Terhadap Minat
Pilih Masyarakat (studi kasus minat pilih tukang becak dikabupaten
bojonegoro).Tersedia dalam <http://ariefmustofa.blogspot.com/2009/07/pengaruh-
pemasangan-iklan-politik-luar.html >.diakses pada 2 September 2013.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 171


Topik Utama Iklan Politik, Popularitas, dan Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014

Diana, Annur.(2013). Penentu Suatu Pilihan Popularitas atau Elektabilitas. Tersedia dalam
<http://kitabasmikorupsi.blogspot.com/2013/02/penentu-suatu-pilihan-popularitas-
atau-elektabilitas.html> diakses pada 3 September 2013.
Udianto.(2013).Peran Adverttisment dalam Meningkatkan Popularitas.Tersedia
dalam<http://udianto.blogspot.com/2013/01/peran- advertisment-dalam-
meningkatkan-20.html.

172 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

PENCITRAAN TOKOH POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

Haryati
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung-40173, Jawa Barat, Telp. (022) 6017493, Fax. (022) 6021740
E-mail: haryati@kominfo.go.id
Naskah diterima tanggal 18 November2013, disetujui tanggal 30 November 2013

IMAGING THE POLITICAL FIGURES TOWARDS 2014 ELECTION

Abstract

Dynamics and competition ahead of The 2014 election, between political party and
between political figure is high, between other at political imaging the political figure in mass
media. Mass media into land strategic in conveying messages political to public. Namely in
the formation of public opinion and in construct an image of politics. Mass media according
to his position, he should act as independent agency that can provide the correct political
information and objective, without any particular political interest against certain. Mass
media contribute to improving the quality of implementation and quality of the 2014
election contenstants. Mass media has a duty in deliver the 2014 elections not just event
ceremonial but also substantial the political rights of citizens.
Keywords: political imaging, mass media, the 2014 elections

Abstrak

Dinamika dan persaingan menjelang Pemilu 2014, antara partai politik dan antara politisi
sangat tinggi, antara lain pada pencitraan politik yang dilakukan para tokoh politik. Media
massa menjadi lahan strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik kepada
masyarakat. yakni dalam pembentukan opini publik dan dalam membangun citra politik.
Media massa sesuai dengan kedudukannya, hendaknya berperan sebagai lembaga
independen yang dapat memberikan informasi politik secara benar dan objektif, tanpa ada
unsur pemihakan terhadap kepentingan politik tertentu. Media massa turut berkontribusi
dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan kualitas kontestan Pemilu 2014. Media
massa mempunyai kewajiban dalam mengantarkan Pemilu 2014 tidak sekedar ajang
seremonial tetapi juga substansial sebagai pelaksanaan hak-hak politik warga negara.

Kata kunci: pencitraan politik, media massa, Pemilu 2014

Pendahuluan yang akan dilakukan dan juga apa yang


seharusnya tidak dilakukan atau
Pencitraan merupakan hal penting ditinggalkan. Dengan upaya pencitraan
bagi setiap orang sebagai makhluk sosial. positif, setiap orang berharap bisa terlihat
Melalui pencitraan, manusia memilih hal sempurna di mata orang lain. Dalam

173
Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

pembentukan citra positif, bahkan tidak penghubung – saluran komunikasi politik


jarang seseorang melakukan cara apapun para tokoh politik dengan calon
untuk mengemas sikap dan perilakunya konstituennya, masyarakat yang tersebar
sehingga memberikan kesan positif di mata luas secara geografis maupun demografis.
orang lain. Citra, membantu manusia Sarana media seringkali dijadikan sebagai
untuk mengambil keputusan yang terbaik lahan strategis para tokoh politik dalam
bagi dirinya dalam lingkungan sosialnya. menyampaikan pesan-pesan politik kepada
Demikian pula menjelang Pemilu masyarakat, yakni dalam upaya
2014 mendatang. Sejumlah tokoh politik pembentukan opini publik (public opinion)
muncul di tengah-tengah publik melalui dan dalam membangun image atau citra
berbagai iklan dan pemberitaan di media tokoh politik.
massa. Agenda pemberitaan para tokoh Walter Lippman (1922),
politik ini kebanyakan tidak jauh dari menyebutkan bahwa berita media
acara-acara seremonial terutama yang merupakan sumber utama yang
dihadiri massa atau kunjungan ke daerah- membentuk alam pikir kita terhadap
daerah, kegiatan-kegiatan yang persoalan-persoalan publik yang lebih luas
bersentuhan langsung dengan masyarakat, yang berada di luar jangkauan, pandangan
atau kegiatan bakti sosial. Bahkan tidak dan pikiran kebanyakan warga negara
sedikit dari mereka yang mendekatkan diri bangsa. Apa yang kita ketahui tentang
dengan berbagai kasus yang sedang hangat dunia itulah apa yang media sampaikan
menjadi pemberitaan, dengan tampil kepada kita. Sementara Brian McNair
sebagai pihak yang prorakyat kecil. Mereka mengisitilahkan politik di zaman sekarang
juga mengiklankan dirinya dengan slogan- sebagai politik di era mediasi (politics in the
slogan tertentu dan menyatakan diri age of mediation). Dalam era mediasi itu
sebagai calon presiden (capres). Media fungsi media massa dalam komunikasi
yang digunakan tidak terbatas pada media politik menjadi penyampai pesan-pesan
cetak dan elektronik seperti televisi, tetapi politik dari pihakk-pihak luar dirinya
juga media baru seperti internet. Mereka sekaligus menjadi pengirim pesan-pesan
menunjukkan eksistensinya melalui politik yang disusun oleh para jurnalis
website, media sosial seperti facebook atau (McNair, 1995).
twitter. Dengan pesatnya perkembangan Menjelang Pemilu 2014, berbagai
teknologi informasi dan komunikasi, dan media memiliki kecenderungan untuk
semakin meningkatnya pengguna internet memblow up kasus-kasus para politisi.
di Indonesia, menjadi peluang pula bagi Seperti, kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo
para tokoh politik untuk menjadikan dengan Aburizal Bakrie, sebagai capres
pengguna internet sebagai sasaran. Semua 2014. Kasus skandal megakorupsi
itu dilakukan tentu saja dalam membangun pembangunan sekolah olahraga di
citranya, memperkenalkan diri kepada Hambalang Jawa Barat, yang melibatkan
publik, dengan harapan tingkat sejumlah tokoh partai politik dan juga
elektabilitasnya meningkat. capres Pemilu 2014; dan skandal tabrakan
Media massa dalam kehidupan maut yang merenggut dua nyawa di ruas
politik memiliki pengaruh yang cukup jalan tol usai pesta tahun baru yang
besar. Media massa menjadi sarana melibatkan putra bungsu Hatta Rajasa.

174 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

Media massa menjelang Pemilu 2014 tujuh surat kabar nasional, yaitu Kompas,
juga seringkali menampilkan publikasi hasil Media Indonesia, Indo Pos, Republika,
survei terkait partai politik ataupun tokoh Rakyat Merdeka, Suara Pembaruan, dan
politik. Apakah disengaja atau tidak Seputar Indonesia dengan menggunakan
disengaja, publikasi hasil survei tersebut metode analisis isi tematik. Sembilan tokoh
seringkkali mengangkat tokoh politik atau yang diteliti adalah, Aburizal Bakrie, Anas
parpol tertentu atau sebaliknya Urbaningrum, Ani Yodhoyono, Hatta
menjatuhkan tokoh politik atau parpol Rajasa, Megawati Soekarnoputri, Prabowo
tertentu. Subianto, Sri Mulyani Indrawati, Sri Sultan
Developing Countries Studies Center Hamengkubuwono X, dan Surya Paloh.
(2011), dalam rentang waktu 1 Januari-31 Hasil analisis menunjukkan kecenderungan
Desember 2011, melakukan analisis isi pemberitaan para tokoh kandidat capres
media terhadap 7.476 artikel tentang 2014 sebagai berikut;
sembilan tokoh kandidat capres 2014 pada

Tabel 1
Kecenderungan Pemberitaan Para Tokoh Kandidat Capres 2014

Kandidat Capres porsi pemberitaan Tema Utama artikel

Hatta Rajasa 32.70% Pemilu 2014

Kasus korupsi di Kementerian


Anas Urbaningrum 16.70% Pemuda dan Olahraga (47 %).
Pemilu 2014 (9 %).

Aburizal Bakrie 15.50% Pemilu 2014 (24 %).

Megawati Soekarnoputri 10.20% Pemilu 2014

Ani Yudhoyono 6.70% Pemilu 2014 (23 %)

Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan DI Yogyakarta (34
Sri Sultan Hamengkubuwono X 5.70%
%).
Pemilu 2014 (7 %).

Prabowo Subianto 4.60% Pemilu 2014

Sri Mulyani Indrawati 4.20% Pemilu 2014 (42 %).

Nasional Demokrat (60 %).


Surya Paloh 3.70%
pemilu 2014 (16 %).

Sumber: Developing Countries Studies Center (2011)

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 175


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

Hasil analisis menunjukkan, Pemilu Sembiring, masing-masing memengaruhi


2014 menjadi tema utama yang banyak 10 % terhadap pembicaraan secara
diagendakan oleh sembilan tokoh politik keseluruhan terhadap publik twitter; Hatta
tersebut. Hal lain yang menarik adalah, Rajasa, berpengaruh 5 %, isu tersebut.
analisis isi media DSCS Indonesia sedangkan Gita Wirjayan dan Suswono
menunjukkan, relatif minimnya citra negarif tidak terlalu mendapat perhatian publik
sembilan tokoh kandidat capres 2014 saat membicarakan isu tersebut.
tersebut. Citra artikel masih didominasi Berbagai isi pesan media melalui
sentimen positif dan netral. Kesembilan pemberitaan yang intens terkait beberapa
kandidat memperlihatkan adanya upaya tokoh politik menjelang Pemilu 2014
menggiring pemberitaan media untuk melalui media massa, merupakan
membangun popularitas dan citra positif di pembelajaran politik yang paling efektif
media massa. bagi masyarakat sebagai penerima
Sementara Lembaga Penelitian informasi, walaupun belum tentu bersifat
Prapancha Research (2013), melakukan dan berakibat positif pula. Saat ini
riset terhadap isu Bantuan Langsung Sosial informasi dari berbagai sumber, baik
Masyarakat (BLSM) di media sosial twitter. melalui media cetak, media elektronik,
BLSM diditribusikan kepada masyarakat media internet, maupun dari berbagai
miskin sebagai kompensasi kenaikan harga saluran komunikasi lainnya, seperti media
bahan bakar minyak bersubsidi. Hasil luar ruang, sangat berlimpah. Informasi
penelitian mengungkapkan adanya lima tersebut bisa memperkaya wawasan
tokoh yang ikut memamfaatkan (BLSM) masyarakat, tetapi bisa juga menjadi
sebagai “kuda tunggangan” lima tokoh menyesatkan. Satu hal yang pasti, media
politik untuk menaikkan popularitas massa memiliki pengaruh yang besar
mereka pada Pemilu 2014, dan dijadikan terhadap sikap dan perilaku khalayak.
panggung aksi pencitraan para aktor Kekuatan media massa bisa menggiring
politik. Kelima tokoh tersebut adalah, khalayaknya, terutama dalam membentuk
Dahlan Iskan, Tifatul Sembiring, Hatta opini publik. Sehingga tidak mengherankan
Rajasa, Gita Wirjayan, dan Suswno. Hasil bila sebagian besar negara turut campur
penelitian tersebut mengungkapkan, dalam mengatur keberadaan lembaga
terdapat pergeseran isu kenaikan BBM media massa melalui berbagai regulasi.
setelah pengumuman. Yaitu pemberitaan Pada awal tahun 2013, Komisi
banyak diisi dengan aksi panggung Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan
pencitraan oleh para aktor politik terkait 10 partai politik (parpol) peserta Pemilu
BLSM. Selama BLSM disalurkan, terdapat 2014. Dari sepuluh parpol yang telah
402.753 pembicaraan tentang penyaluran ditetapkan tersebut, hanya satu parpol
BBM dan BLSM. Dalam perbincangan di yang merupakan pendatang baru Pemilu
media twitter, Dahlan Iskan menempati 2014, yaitu Partai Nasdem, selebihnya
posisi tertinggi, yaitu sebanyak 22.112. ‘wajah lama’. Dengan hanya 10 parpol
Sedangkan Tifatul 2.838; Hatta Rajasa tersebut yang berhak maju di Pemilu 2014,
9.716; Gita Wirjayan 6.865, dan Suswono diperkirakan hanya akan ada maksimal
5.316. Dalam pembicaraan tentang BLSM empat kandidat presiden – wakil presiden.
di twitter, Dahlan Iskan dan Tifatul Terlebih jika batas minimal parpol di

176 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

parlemen yang bisa mengusung calon Pembahasan


presiden (presidential treshold) pada Pemilu
2014, seperti sebelumnya, yaitu 20%
perolehan kursi parlemen, atau 25% suara Komunikasi Politik dan Media
nasional. Dari empat kemungkinan Dalam penyelenggaraan
tersebut, Golkarlah yang secara jelas pemerintahan yang bersih dan transparan
mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai calon serta menjunjung tinggi hak-hak asasi
presiden. Namun selain Aburizal Bakrie, manusia, diperlukan komunikasi politik
saat ini melalui berbagai media muncul yang seimbang baik secara vertikal
nama-nama yang mengiklankan diri atau maupun horizontal antara berbagai
menampilkan profil dirinya baik secara jelas kelompok di dalam suatu negara. Setiap
atau tersamar sebagai capres Pemilu 2014. anggota masyarakat memiliki hak-hak
Mereka telah melakukan lebih awal politik yang sama tanpa kecuali. Tidak
komunikasi politik guna memperkenalkan sedikit kajian-kajian tentang hak-hak warga
diri kepada publik, selaku calon konstituen. negara untuk menjadi pengelola informasi
Beberapa nama disebut berbagai media yang partisipatif dalam kaitan komunikasi
sebagai capres Pemilu 2014. Antara lain: politik. Persoalan komunikasi politik
Pramono Edhi Wibowo, purnawirawan dan memang tidak bisa dilepaskan dari
mantan Kasad TNI; Prabowo Subianto berbagai elemen yang mendukungnya,
yang tampil di tiga periode Pilpres, pada mulai dari elemen komunikator, pesan,
Pilpres 2009 Prabowo mendampingi saluran media/ channel/ komunikan, dan
Megawati Soekarno Putri; Wiranto yang feedback. Lingkup studi komunikasi politik
mendampingi Jusuf Kalla pada Pilpres meliputi opinion, attitudes, beliefs, politics
2009, kini tampil kembali didampingi Hary as a process dan media effect. Beberapa
Tanoe. Nama-nama lain yang muncul definisi komunikasi politik dilontarkan
adalah Anis Baswedan; Dahlan Iskan; Gita berbagai ahli. McNair (1995),
Wirjayan; Aburizal Bakrie; Surya Paloh; mendefinisikan komunikasi politik sebagai
Jusuf Kalla; Joko Widodo; Mahfud MD; “Purposeful communication about politics”
Hatta Rajasa; Hidayat Nur Wahid; dan yang meliputi: pertama, semua bentuk
Rhoma Irama. komunikasi yang dilakukan oleh para
Sebetulnya komunikasi politik melalui politisi dan aktor-aktor politik lainnya
media massa seperti apa yang tepat dan dengan maksud mencapai tujuan tertentu.
bisa mencerdaskan publik dalam momen Kedua, komunikasi politik ditujukan oleh
menjelang ajang Pemilu 2014 ini. Yang aktor-aktor tersebut kepada nonpolitisi,
pasti, untuk mencerdaskan masyarakat, seperti pemilih dan kolumnis suratkabar.
diperlukan suatu alternatif komunikasi dan Ketiga, komunikasi tentang aktor-aktor
informasi politik yang memiliki komitmen tersebut, dan kegiatan-kegiatan mereka,
kuat terhadap negara Indonesia. Tulisan ini seperti termuat dalam berita, editorial, dan
ingin memfokuskan terhadap pencitraan bentuk-bentuk media lainnya mengenai
politik yang dilakukan para tokoh politik politik. Sementara dari Chaffee (1975),
menjelang Pemilu 2014 dalam lingkup komunikasi politik merupakan “role of
strategi komunikasi politik. communication in the political
process”(penggunaan (ilmu) komunikasi

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 177


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

dalam proses politik.). Swanson dan satu di partai tersebut melalui slogan “PAN
Nimmo (1990) dalam New Direction in Merakyat”, iklan politik tersebut tampak
Political Communication, mengatakan, secara terselubung menampilkan Hatta
mainstream komunikasi politik adalah studi Rajasa sebagai sosok yang tepat sebagai
tentang strategi penggunaan komunikasi kandidat capres dari PAN; sementara
untuk memengaruhi pengetahuan publik, Aburizal Bakrie dengan Partai Golkar-nya
kepercayaan dan tindakan politik (Nimmo, mengangkat slogan “Suara Golkar, Suara
1993). Adapun fungsi komunikasi politik, Rakyat”.
menurut Gazali (2004) adalah: 1) Semua memang terkesan lebih
mengurangi ketidakpastian; 2) untuk merupakan politik pencitraan semata.
kepentingan publik (prospective public Politik citra sejak tahun 1840, Gazali dalam
policies); 3) sebagai alat untuk memprediksi Putra (2008) merupakan sebuah kajian
; dan 4) merencanakan dan menjelaskan penting dalam tataran praktik komunikasi
komunikasi strategis. politik di Amerika (Schmuhl, 1992).
Di tengah keberagaman media saat Sebuah kajian narasi historis waktu itu
ini, sesungguhnya masyarakat membahas pertarungan kampanye antara
mendapatkan kemudahan terhadap akses Martin Van Buren melawan William Henry
berbagai informasi. Berbeda pada era Harrison. Dalam khasanah komunikasi
sebelumnya pada era Orde Baru – politik modern, para calon presiden atau
komunikasi politik tidak berkembang secara posisi pejabat publik lain memang perlu
terbuka seperti saat ini. Fenomena melakukan suatu “re-styling of politics”
perkembangan komunikasi politik di yang meliputi proses “consumerism,
Indonesia saat ini, memperlihatkan dampak celebrity and cynism”(Gazali dalam Putra,
cukup nyata terhadap cara-cara 2008: 17). Artinya mau tidak mau mereka
berkampanye para tokoh politik menjelang harus bekerjasama dengan pengaruh-
Pemilu 2014. Hampir semua tokoh politik pengaruh liberalisasi sistem media yang
yang memproklamirkan diri sebagai capres- mengedepankan kapital (dan karena itu
cawapres dalam Pemilu 2014 muncul orientasi utama media adalah pemasukan,
dalam iklan-iklan politik dan pemberitaan antara lain melalui iklan-iklan politik).
media sebagai sosok pribadi yang baik dan Kemudian, mereka harus terlibat demikian
berpihak kepada rakyat. Melalui berbagai intens dalam pertarungan untuk menjadi
simbol visual, slogan-slogan berupa frasa selebriti melalui iklan-iklan politik itu, dan
seperti “Pengabdian Bagi bangsa dan berbagai penampilan lain di media,
Negara” (Prabowo Subianto, kandidat utamanya televisi. Akhirnya mereka harus
capres dari Partai Gerindra); pasangan mewaspadai timbulnya sinisme karena
Wiranto – Hary Tanoe capres dan begitu banyaknya perhatian akan citra dan
cawapres dari Partai Hati Nurani Rakyat upaya menjadi selebritis tadi, yang pada
(Hanura) “Win HT Bersih, Peduli, Tegas”, umumnya akan menafikan isi atau aspek
Hatta Rajasa meskipun belum secara tegas informasi yang dibutuhkan publik dari
memproklamirkan diri sebagai capres 2014, kampanye-kampanye tersebut. Sejatinya,
namun melalui iklan politik Partai Amanat komunikasi politik diletakkan pada tujuan
Nasional (PAN), yang menampilkan tokoh utamanya yaitu memberikan informasi
PAN Hatta Rajasa sebagai orang nomor selengkap mungkin untuk publik, sehingga

178 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

nantinya publik dapat melakukan pilihan dan cawapres yang paling mampu
terhadap calon atau kebijakan politik mengangkat citra positiflah yang dapat
tertentu berdasarkan pengetahuan atau memenangkan ajang Pemilu. Berdasarkan
informasi yang cukup mengenai tokoh atau tanda-tanda awal dari kampanye yang bisa
kebijakan tersebut. dilihat di media, Gazali dalam Putra,
Bila melihat realitasnya, terdapat (2008), memprediksi bahwa yang akan
ketidakseimbangan bukan hanya pada memenangkan Pemilu 2004 adalah
para calon atau kandidat capres dan pasangan calon presiden dan wakil
cawapres satu dengan lainnya dalam presiden yang paling mampu mengangkat
memperoleh ruang untuk melakukan citranya (lepas dari soal kualitas isi pesan
komunikasi politik di media, tetapi yang disampaikan selama kampanye),
menyangkut beberapa aspek lainnya. yang paling gemilang sebagai selebritis, dan
Kedekatan sejumlah tokoh politik dengan memiliki kemampuan sangat tinggi dalam
mediapun seringkali merupakan membelanjakan uang untuk iklan politik,
keuntungan tersendiri bagi tokoh tersebut, serta juga memiliki kedekatan dengan
untuk lebih luas memperkenalkan diri beberapa media tertentu, khususnya
kepada publiknya. Faktor kedekatan televisi. Dalam semua kriteria itu, pasangan
tersebut bisa karena pemilikan dana yang Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf
relatif lebih memungkinkan untuk beriklan Kalla pada Pemilu 2004 lalu (yang sangat
di media, sebagaimana diketahui belanja terkenal dalam kemasan citra bertitel: SBY-
iklan politik di media bukan sesuatu yang JK) jauh lebih berpeluang dibanding calon-
murah. Atau kedekatan bisa jadi karena calon lain. Prediksi tersebut tepat adanya,
sang tokoh memang adalah pemilik dari terbukti dengan benar-benar pasangan
media tersebut. Faktor inipun menjadi SBY-JK memenangkan Pemilu 2004 lalu.
kekhawatiran tersendiri, karena beberapa Kegiatan komunikasi politik sedianya
pemilik media massa, juga elit partai politik menjadi agenda para tokoh politik dalam
yang akan bertarung pada Pemilu 2014. memperkenalkan ide dan gagasan, serta
Yakni Surya Paloh dengan Metro TV yang program politiknya kepada masyarakat.
mengusung slogan “ Metro TV Pemilu” Melalui komunikasi politik yang intens,
atau Aburizal Bakrie (ARB) dengan TV diharapkan lahir efek politik yang dapat
One-nya, Hary Tanoe dengan Global membentuk perilaku pemilih dalam
Mediacomm (MNC), dan Dahlan Iskan menerima dan berpihak pada ide dan
dengan Jawa Pos Groupnya. Media massa gagasan yang disampaikannya. Namun
memiliki kontribusi besar terhadap yang terjadi, komunikasi politik para tokoh
pembentukan opini publik, sehingga faktor politik selama ini lebih dilihat sebagai suatu
kedekatan tersebut dikhawatirkan dapat proses interaksi intensif dari para pelaku
mengakibatkan distorsi dalam pemberitaan. politik kepada publik dalam kurun waktu
Kemampuan capres dalam tertentu menjelang pemilihan umum.
memanfaatkan media sebagai saluran Komunikasi politik – baik itu melalui
komunikasi politik kepada masyarakat, kampanye politik atau iklan politik –
akan sangat menentukan dalam meraih dilakukan lebih kepada upaya untuk
elektabilitas dalam Pemilu mendatang. memengaruhi publik sehingga mereka
Dalam banyak Pemilu, pasangan capres memberikan suara kepada mereka pada

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 179


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

waktu pemilu. Dengan demikian, aktivitas menjadi sekadar pemberi suara


politik yang dilakukan para tokoh politik untuk memenangkan Pemilu. Ketika
tersebut, tak ubahnya hanya merupakan periode kampanye usai dan muncul
upaya penggiringan untuk mengarahkan pemenang, publik tidak penting lagi.
pemilih mencoblos. Dalam menanamkan Pesan dan janji politik tenggelam
pemahaman politik, ide, dan gagasan dalam hiruk-pikuk pembagian
politik dalam rentang waktu yang pendek, kekuasaan di eksekutif atau legislatif.
sangat mustahil dapat membangun Publik kemudian terpinggirkan dari
penyamaan persepsi politik sesuai dengan dialog politik. Mereka menjadikan
yang diharapkan. Aktivitas politik seperti publik sebagai ‘objek’ partai politik,
kampanye politik yang dilakukan pada di mana publik hanya penting ketika
periode tertentu seperti menjelang Pilkada partai politik membutuhkan suara
atau Pemilu selain kemungkinan kecil dapat mereka.
berhasil mencapai sasaran karena faktor 4. Kampanye politik adalah suatu
waktu yang terbatas, juga mengandung proses edukasi politik yang secara
beberapa kelemahan, yaitu: kolektif dilakukan oleh partai politik
1. Politik antara partai politik dan kepada pihak yang kurang faham
publik seolah-olah hanya terjadi dengan dunia politik. Memosisikan
selama periode tersebut. Padahal, kampanye politik sebatas kampanye
interaksi politik harus dilakukan Pemilu membuat edukasi
terus-menerus dan tidak dapat masyarakat menjadi tidak
dibatasi semata-mata oleh periode komprehensif. Masyarakat hanya
tertentu. Interaksi politik adalah disuguhi hal-hal yang bersifat
aktivitas yang permanen dan secara parsial, oportunis, dan insidental,
berkesinambungan harus dilakukan Masyarakat diposisikan sebagai
oleh partai politik. Anggapan ini konsumen yang semata-mata pasif
juga membuat interaksi politik di dan menunggu untuk dimobilisasi
luar periode kampanye menjadi ke bilik-bilik suara. Kampanye
tidak begitu penting. hanya dilihat sebagai hingar-bingar
2. Politik adalah proses komunikasi politik berupa penempelan atribut
politik dialogis antara partai dengan partai, rapat akbar, konser dangdut
masyarakat. Tujuan komunikasi dan bagi-bagi kaos (Firmanzah,
politik adalah untuk menciptakan 2007).
kesamaan pemahaman dan persepsi Media dalam konteks komunikasi
antara partai dengan masyarakat. politik memiliki peranan yang strategis.
Kalau kampanye politik hanya Posisi atau kedudukan media massa dalam
sebatas kampanye Pemilu, masyarakat demokrasi secara ideal
dikhawatirkan tidak akan tercipta memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
kesamaan pemahaman politik di Pertama, fungsi monitoring, memberikan
antara kedua pihak. informasi kepada masyarakat tentang apa
3. Fokus pada periode tertentu yang sedang berlangsung dalam
menjelang Pemilu membuat arti masyarakat. Kedua, fungsi mendidik
penting publik di mata partai politik (educate), memberikan kejujuran atas

180 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

makna dan sigifikansi dari fakta-fakta yang mampu melakukan mobilisasi partisipasi
terjadi. Media harus menjaga politik. Dalam praktiknya, faktor-faktor baik
objektivitasnya karena value yang mereka internal maupun eksternal media massa
miliki sebagai ‘pendidik’ tergantung pada memengaruhi gerak media massa dalam
bagaimana mereka memilih isu/ wacana menjalankan peran dan fungsinya.
yang dipublikasikannya. Ketiga, Kredibilitas media dipertaruhkan untuk
memberikan platform terhadap diskursus dapat mengimbangi idealisme dengan
politik publik, memfasilitasi/ mengakomodir iklan-iklan politik yang memiliki muatan
pembentukan opini publik dan keberpihakan terhadap kepentingan politik
mengembalikan opini itu kepada publik. tertentu. Selaku lembaga yang memiliki
Keempat, fungsi watchdog, media peran watchdog, media dituntut
memublikasikan institusi pemerintah dan mempunyai daya kritis menayangkan
institusi politik, menciptakan keterbukaan berita-berita yang dibutuhkan masyarakat,
(transparansi) pada institusi-institusi publik dengan menyajikan berita-berita politik
tersebut. Kelima, fungsi advocacy, menjadi yang akurat dan kritis, bukan sebaliknya
channel untuk advokasi politik. Partai- menggiring masyarakat pada kepentingan
partai, contohnya membutuhkan alat untuk politik tertentu. Beberapa kajian
mengartikulasikan kebijakan dan program memperlihatkan kecenderungan tersebut.
mereka kepada khalayak, dan karenanya Berdasarkan analisis yang dilakukan Media
media mesti terbuka kepada semua partai. Monitoring LSPP Jakarta terhadap 1.136
Lebih jauh lagi, beberapa media – berita dari 10 surat kabar terkemuka
umumnya media cetak – secara aktif Indonesia pada periode 11-25 Maret 2004
memperjuangkan salah satu partai dalam (Masduki, 2004), isu seputar KKN dan
situasi yang sensitif seperti Pemilu, dalam upaya reformasi militer tidak cukup
konteks ini fungsi advokasi dapat pula mendapat tempat. Isu Dewan Perwakilan
dikatakan sebagai fungsi persuasi (Mc.Nair, Daerah yang kandidatnya mencapai ribuan
1999). orang juga mendapat liputan kecil. Media
Bila melihat peran dan fungsi media nasional hanya asyik meributkan
massa tersebut, media massa memiliki pernyataan bombastis seperti istilah Antek
posisi strategis dan penting dalam Soeharto yang diungkapkan R. Hartono
kehidupan politik di suatu negara. Media dari PKPB ketika berkampanye di
massa memiliki tugas yang berat dalam Yogyakarta (Luwarso, 2004). Media kurang
menciptakan pemahaman politik memperhatikan keberimbangan (cover
masyarakat, melalui penyampaian both side) dalam menyajikan berita,
informasi yang objektif, akurat, seimbang, bahkan secara terbuka berpihak kepada
dan tidak memihak pada partai politik salah satu kandidat seperti Metro TV
tertentu. Bahkan media massa dituntut kepada pemiliknya Surya Paloh.
dapat memosisikan diri sebagai pengawas Pencitraan para tokoh politik melalui
(watchdog) kekuasaan dan sebagai agen media, memang merupakan tindakan yang
mobilisasi. Sebagai pengawas, media sah. Terlebih penduduk Indonesia
media massa melakukan pengawasan menyebar secara geografis dan demografis,
terhadap pemegang kekuasaan, dan sehingga menyulitkan apabila harus
sebagai agen mobilisasi, media massa mengunjungi mereka secara langsung face

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 181


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

to face. Media massa menjadi jembatan politik, yang menggambarkan hubungan


yang dapat menghubungkan mereka media dengan elemen-elemen komunikasi
dengan calon konstituen. Selain politik. Dalam pandangan McNair, media
memperkenalkan diri kepada masyarakat, merupakan sentral dari elemen-elemen
media massa menjadi saluran kepentingan komunikasi politik, semacam gatekeeper
untuk memobilisasi opini. Dalam bagi seluruh pesan politik. Semua
komunikasi politik, posisi media menjadi komunikasi politik dianggap mediated.
penting, karena berada tepat di tengah Salah satunya adalah dari Brian McNair
berbagai kepentingan. Terdapat berbagai (Hassan, 2009) berikut ini:
model interaksi media dengan komunikasi

Sumber: Mc.Nair, 1999

Gambar 1
Posisi Media dalam Komunikasi Politik

Dalam hiruk pikuk kehidupan media bagi masyarakat dalam merespon berbagai
massa saat ini menjelang Pemilu, media peristiwa atau fenomena sosial yang terjadi.
memiliki kecenderungan untuk menjadi Menurut Thomas Meyer, terdapat tiga
subjek politik atas kepentingan politik dimensi relasi antara media dan politik;
tertentu. Saat ini publik seringkali Pertama, media dapat menjadi ruang
menyaksikan media massa memberikan publik bagi terjadnya interaksi politik, ikut
ruang kepada pihak-pihak tertentu untuk memengaruhi pembentukan sistem
mengekspresikan kepentingan politik komunikasi politik di kalangan publik,
tertentu, tanpa mempertimbangkan aspek pembentukan karakter dan agenda politik
cover both side dan otentisitas substansi berlangsung secara terbuka. Kedua, media
berita yang ditayangkan. Publik seringkali tidak hanya menjadi cermin dari kehidupan
ditempatkan sebagai objek yang menerima politik, tetapi melakukan generalisasi
begitu saja berbagai informasi media realitas politik, mengonstruksi realitas politik
massa. Sebagai lembaga yang memiliki sebagai sesuatu yang bersifat kompleks dan
pengaruh yang besar terhadap kehidupan mengundang antusiasme respon publik.
masyarakat, media massa menjadi referensi Ketiga, konstruksi realitas media atas dunia

182 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

politik itu secara positif akan memperkuat bukan loyalitas pada pemilik media, tetapi
komitmen pencapaian tujuan politik ideal loyalitas kepada warga negara. Menurut
dari partai politik atau politisi dan kontrol Russert dalam Kovach (2001), dua tujuan
publik yang tajam atas proses itu (Meyer, utama jurnalisme politik adalah
2002). menempatkan kepentingan pihak yang
Sementara menurut Bill Kovach berkuasa agar tetap berkorelasi dan
(2001), kehidupan demokrasi tidak akan bertanggung jawab kepada kepentingan
eksis tanpa jurnalisme politik yang baik. publik (to hold powerful interest
Jurnalisme gosip, rumor, jurnalisme yang accountableto the public interest), dan
bercampur dengan hiburan, atau menjelaskan pada pemilih bagaimana
jurnalisme yang menjadi propaganda mengaitkan harapan ketika menunaikan
politik akan meracuni demokrasi. Tujuan hak sebagai warga negara dengan apa
yang paling penting bagi jurnalisme adalah yang harus dikerjakan oleh pemerintahnya
menyediakan informasi yang dibutuhkan (to explain to voters how to connect how
warga agar mereka bisa hidup merdeka they vote with what their government
dan mengatur diri sendiri. Untuk itu should do). Melalui jurnalisme, media dan
independensi media sangatlah penting. jurnalis menjadi salah satu dari tiga aktor
Independen dari otoritas politik, otoritas strategis Pemilu yang secara skematis dapat
sosial atau bisnis, dan tidak ada bias digambarkan sebagai berikut: (Masduki
personal. Loyalitas jurnalis semestinya dalam Putra, 2008)

Sumber: Masduki dalam Putra, 2008

Gambar 2
Tiga Aktor Strategis Pemilu

Kecenderungan media menjadi safety) masih sangat tergantung pada


propaganda terutama pada momen Pemilu, kekuatan politik yang sedang atau akan
menurut Noam Chomsky, merupakan berkuasa (Chomsky, 1991). Kedua,
akibat dari berbagai aspek (Masduki dalam orientasi komersial yang terlampau
Putra, 2008). Pertama, terkontaminasinya berlebihan, penggunaan iklan sebagai
kepemilikan media pada sekelompok elit sumber utama pendapatan (primary source
kekuatan ekonomi, sejumlah konglomerat of income) bisnis media. Ketiga, tradisi
yang secara keamanan bisnis (business jurnalistik yang masih konvensional,

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 183


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

menggantungkan sumber informasinya Pemilu di Indonesia (1 Maret – 1 April


(sourcing mass media news) pada tiga 2004) sebesar Rp154 miliar total untuk 24
lingkaran elit dalam masyarakat, yaitu partai. Lebih separuhnya untuk televisi,
kalangan bisnis, pemerintah dan pakar, disusul media cetak. Radio sekira Rp322
akademis atau peneliti. Berita-berita yang juta. Pengiklan terbesar adalah PDI-P Rp
digali berbasis sumber informasi dari 50 miliar dan Partai Golongan Karya Rp36
kalangan lapisan bawah (grassroot people) miliar. Sementara pada Pemilu 2009,
jarang mendapat tempat yang layak menurut AGB Nielsen, iklan pemerintah
sebagai pembuka perdebatan apalagi dan politik menduduki urutan kedua dari
menjadi berita utama (headline). Keempat, total berbagai belanja iklan berbagai sektor
mengedepankan norma “kalah menang’ dengan nilai Rp3,6 triliun. AGB Nielsen
dalam politik sebagai bagian dari disiplin waktu itu memprediksi belanja iklan parpol
peliputan media atas pelaksanaan Pemilu. tahun 2014 dengan pijakan belanja iklan
Media terjebak untuk mengadu dua atau tahun 2009, inflasi (kenaikan harga) yang
lebih kandidat presiden dengan terjadi rata-rata 5,5% setiap tahun, dengan
menghitung kecepatan mereka berlari asumsi parpol melakukan intensitas
mengejar kuantitas dukungan, tanpa peduli kampanye yang sama seperti pada Pemilu
apakah dukungan itu diraih dengan cara 2009, maka pengeluaran belanja iklan
mobilisasi semu atau pendidikan politik pada Pemilu 2014 diperkirakan nilainya
yang memadai. naik 27,5% atau sebesar Rp 4,59 triliun.
Penguasaan media utama seperti Media massa, terutama televisi di
suratkabar atau televisi oleh pengusaha Indonesia cenderung lebih
yang memiliki kekuatan ekomoni, akan merepresentasikan homogenitas, bukan
menempatkan media menjadi alat tawar saja terbatas pada pemberitaan politik
politik dengan calon penguasa. Dalam namun pada hampir semua genre acara.
kondisi demikian, media tidak lagi berdiri di Bila kilas balik pada kiprah media pada
atas nilai-nilai jurnalisme yang berimbang Pemilu-Pemilu sebelumnya, publik melihat
tetapi sudah mengarah kepada media turut menggiring publik terhadap
kebepihakan pada pemegang modal. friksi politik yang mengarah pada
Fenomena media dalam masa Pemilu yang interpretasi tak seimbang atas isu agama
juga tak bisa luput dari perhatian, adalah dalam Pilpres Pemilu 2004. Tentu saja
media massa menjadi sarana iklan politik dengan ulasan pemberitaan yang dangkal,
berbagai partai politik atau kandidat terdapat pihak-pihak yang dirugikan
presiden-wakil presiden. Regulasi iklan termasuk kandidat pasangan presiden-wakil
politik yang longgar, membuka konspirasi presiden waktu itu, juga termasuk pemilih
pemilik media dengan para politisi dalam selaku konstituen yang secara hak
tayangan iklan politik yang seringkali politiknya tidak mendapatkan pemenuhan
dipertanyakan kualitas substansi pesan- atas informasi dan pemahaman politik
pesan politiknya. Lembaga Pengawas yang memadai dari media.
Korupsi Transparansi Internasional Dalam konteks Pemilu, terdapat
(Luwarso, 2004) memperkirakan dana beberapa kendala yang dapat membuat
politik yang dibelanjakan untuk memasang media terpaksa berpaling dari nilai-nilai
iklan di media satu bulan masa kampanye hakiki jurnalisme. Prinsip dasar produksi

184 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

berita secara hakiki adalah sistem pemilihan langsung mulai diterapkan


mengedepankan dampak dan kepentingan dalam Pemilu 2004 hingga Pemilu 2009
publik untuk tujuan hakiki pencerahan dan kini menjelang Pemilu 2014, berbagai
publik (public enlightenment). Namun iklan politik dengan muatan pencitraan
tawaran menggiurkan dari politisi tokoh politik dan partai politik di media
pemasang iklan politik tak sedikit yang massa semakin merebak.
dapat membuat media berpaling ke arah Menurut Walter Lippman (Nimmo,
jurnalisme pasar. Tujuan ekonomis 2006), citra adalah “pictures in our head”,
merupakan hambatan besar dalam praktik gambaran tentang realitas, mungkin saja –
pemberitaan di media karena dapat tidak sesuai dengan realitas. Citra terbentuk
langsung memengaruhi keputusan editorial berdasarkan informasi yang diterima
berita. melalui berbagai media - media massa
Efek dari pemberitaan media yang cetak dan elektronik -yang membentuk,
lebih mengedepankan tujuan komersial, mempertahankan atau mendefinisikan
akan memunculkan berita-berita dan citra. Menurut Dan Nimmo (2006), citra
tayangan-tayangan para politisi yang sarat seseorang tentang politik yang terjalin
dengan pencitraan. Menjelang Pemilu melalui pikiran, perasaan, dan kesucian
2014, di media massa seperti televisi atau subjektif akan memberi kepuasan baginya,
surat kabar bahkan media internet, publik paling tidak memiliki tiga kegunaan: 1)
mendapatkan suguhan iklan-iklan politik betapapun benar atau salah, lengkap atau
yang mengumbar pencitraan tokoh politik, tidak lengkap, pengetahuan orang tentang
dengan agenda-agenda kegiatannya yang politik, memberi jalan pada seseorang
seringkali ditujukan untuk menarik untuk memahami sebuah peristiwa politik
perhatian publik sebanyak-banyaknya, tertentu; 2) kesukaan dan ketidaksukaan
seperti kunjungan ke berbagai daerah, umum pada citra seserang tentang politik
berbagai acara yang dihadiri publik menyajikan dasar untuk menilai objek
masyarakat luas, dengan harapan dapat politik; 3) citra diri seseorang memberikan
meningkatkan popularitas dan citra tokoh cara menghubungkan dirinya dengan
politik tersebut yang peduli dan dekat orang lain. Sebagai bagian dari komunikasi
dengan masyarakat. Publik mungkin masih plitik, pencitraan politik memang dilakukan
ingat, ketika dalam ajang Pemilu secara persuasif untuk memperluas arsiran
sebelumnya, sejumlah pasangan kandidat wilayah harapan antara kandidat dengan
presiden-wakil presiden hadir di beberapa pemilih. Citra politik dilakukan untuk
acara musik yang ditayangkan beberapa memengaruhi pemilih, citra menjadi faktor
stasiun televisi swasta nasional. Bukan saja paling menentukan sukses tidaknya sebuah
sebatas hadir dalam acara tersebut, para perjalanan kampanye. Gunter Scweiger
kandidat pun menjadi ‘penyanyi dadakan’ dan Michaela (1999) dalam Nimmo
di ajang kompetisi penyanyi tersebut. (2006), mengemukakan citra merupakan
gambaran menyeluruh yang ada di kepala
Pencitraan Politik Menjelang Pemilu 2014 pemilih mengenai kandidat maupun
Pencitraan sebagai salah satu kajian program. Pengambilan keputusan tidak
komunikasi politik di Indonesia, mulai selamanya dipengaruhi oleh pengetahuan
berkembang sejak Pemilu 1999. Ketika pemilih tentang program partai maupun

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 185


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

oleh informasi-informasi yang membangun kampanye politik. Sehingga tampilan


brand politik, tetapi proses itu bisa jadi sebuah iklan politik ataupun kampanye
dipengaruhi kuat oleh impression politik betul-betul dikelola dengan baik
(keterkesanan) dan nonrational evaluation mempertimbangkan aspek-aspek
criteria (kriteria yang tidak rasional yang segmentasi, target, dan nilai-nilai estetika.
dipakai pemilih dalam mengevaluasi para Sebuah performance komunikasi politik
kandidat/ parpol). yang dikemas dengan rapih dan apik
Dan Nimmo (1993), terdapat dengan mempertimbangkan berbagai
beberapa strategi pencitraan yang sering aspek secara cermat, dapat mendukung
dilakukan para tokoh politik. Pertama, pure pencitraan yang diharapkan tokoh politik
publicity yakni memopulerkan diri melalui untuk mendapatkan pengaruh terhadap
aktivitas masyarakat dengan setting sosial pemilih dalam menentukan pilihan
yang natural atau apa adanya. Misalnya, politiknya. Gazali (2004) menilai, dalam
perayaan atau peringatan hari-hari besar, level sederhana politik pencitraan termasuk
seperti Hari Kemerdekaan dan lain-lain. political marketing, karena kandidat
Pada momen tersebut biasanya para tokoh dipasarkan mirip menjual sebuah produk.
politik atau partai politik melakukan Sebagai unsur terpenting yang menjadi
pencitraan yang disebut Dan Nimmo pertimbangan pemilih dalam menentukan
sebagai ‘diri politik’ sang politisi. Kedua, pilihannya, maka tidak mengherankan jika
free ride publicity yakni publisitas dengan politisi memanfaatkan konsep citra untuk
cara memanfaatkan akses atau menjembatani jarak antara perilaku pemilih
‘menunggangi’ pihak lain untuk turut yang dipahami politisi dengan apa yang
memopulerkan diri. Misalnya, tampil sesungguhnya tersimpan di benak pemilih.
menjadi pembicara di sebuah forum, Citra dalam politik lebih dari sekedar
berpartisipasi dalam even-even olah raga, strategi untuk menampilkan kesan baik
menyeponsori kegiatan-kegiatan sosial dan terhadap pemilih, tetapi bisa merupakan
lain-lain. Ketiga, tie-in publicity yakni negosiasi atau upaya membangun
memanfaatkan extra ordinary news – kesepakatan yang dibuat oleh kandidat dan
kejadian sangat luar biasa. Peristiwa pemilih. Keyakinan pemilih tentang
tsunami, gempa bumi, atau banjir kandidat adalah merupakan hasil dari
misalnya. Kandidat dapat mencitrakan diri interaksi yang dilakukannya dengan
sebagai orang atau partai yang memiliki kandidat. Pencitraan yang berhasil, akan
kepedulian sosial yang tinggi. Sebuah meningkatkan popularitas dan elektabilitas
peristiwa luar biasa, selalu menjadi liputan kandidat. Yasraf Amir Piliang dalam Hassan
utama media, sehingga partisipasi di (2009), melihat beberapa proses pencitraan
dalamnya sangat menguntungkan secara yang dapat menimbulkan kegagalan, yaitu:
politik. Keempat, paid publicity yakni cara Pertama, logika kecepatan (speed). Saat
memopulerkan diri lewat pembelian rubrik ada kecenderungan di kalangan tim
atau program, dan lain-lain. pemenangan (capres-cawapres)
Dalam perkembangannya, kegiatan mengerahkan segala potensi dan
komunikasi politik para politisi maupun perbendaharaan tanda, citra, dan narasi
partai politik, telah dikelola dengan dalam waktu yang dipadatkan (time
melibatkan profesional di bidang strategi compression) sehingga pada satu titik

186 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

tertentu menimbulkan kejenuhan publik. cawapres sebagai sosok sempurna, seakan-


Kedua, logika ekstasi komunikasi (ecstacy akan tanpa cacat, kelemahan, dan dosa.
of communication), yaitu ekstasi dalam Ketujuh, logika budaya populer (popular
penampakan citra diri (appearance) capres culture), yaitu menampilkan citra-citra
secara habis-habisan dengan mengerahkan dangkal, permukaan, dan populer dalam
segala potensi citra yang ada, bahkan citra rangka mendekatkan seorang capres dan
yang telah ‘melampaui’ kapasitas, cawapres dengan massa populer (popular
kemampuan, kompetensi, dan realitas yang mass). Inilah iklan-iklan politik yang
bersangkutan – tanpa mempertimbangkan menggunakan gambar anak sekolah,
kaitan antara waktu penayangan dan kelompok subkultur, budaya anak muda,
kondkisi psikologi massa. Ketiga, logika bahasa gaul, bahasa populer, gaya selebriti
tontonan (spectacle), yaitu kampanye guna menarik massa. Kedelapan, logika
politik capres-cawapres yang telah bergeser obesitas (obesity), yaitu terlalu padat,
ke arah bentuk tontonan massa, dengan cepat, dan tinggi frekuensi penayangan
mengikuti prinsip dan logika tontonan citra-citra iklan politik, sehingga
umumnya, yaitu memberi kesenangan, menimbulkan sebuah kondisi terlalu
hiburan, kepuasan semaksimal mungkin menggembungkan tanda dan informasi,
dengan menggali berbagai efek kelucuan, yang tidak sebanding dengan kemampuan
humor, dan dramatisasi yang bersifat palsu, publik dalam mempersepsi, menerima,
tanpa ada ruang untuk membaca, memaknai, dan
menginternalisasikan makna-makna politik menginternalisasikannya dalam sebuah
yang sesungguhnya. Keempat, logika sikap atau preferensi politik. Maka untuk
simulakrum (simulacrum), yaitu eksplorasi menghindarkan proses pencitraan dari hal
perbendaharaan tanda dan citra secara tersebut, dibutuhkan manajemen
berlebihan dan ‘melampaui batas’ sehingga pencitraan (management of image) yang
antara citra politik yang ditawarkan dan efektif sehingga di satu pihak citra dapat
realitas capres-cawapres sebenarnya ada menarik perhatian dan simpati publik, di
jurang amat dalam. Inilah capres yang pihak lain mampu pula menjadi ajang
dicitrakan ‘sederhana’, ‘bersahaja’, dan pendidikan politik.
‘merakyat’, padahal hidup dalam
kemewahan dan kelimpahan harta.
Kelima, logika mitologisasi Penutup
(mithologisation). Berbagai bentuk mitos,
fantasi, dongeng, fiksi, imajinasi, halusinasi Kredibilitas media massa dalam ajang
– yang bukan bagian realitas seorang Pemilu memang diuji betul. Kita dapat
capres-cawapres – kini ditampilkan seakan- menyaksikan, bagaimana sejumlah media
akan sebagai ‘realitas’ yang sebenarnya. massa terjebak untuk menyuarakan
Inilah mitos-mitos tentang keturunan, asal- kepentingan kekuatan elit politik tertentu
usul, kesuksesan atau kebesaran masa lalu, dan mengabaikan peran dan fungsi
yang sebenarnya bukan merupakan realitas pendidikan politik masyarakat. Peran dan
masa kini. Keenam, logika pencitraan fungsi media massa dalam Pemilu sedianya
sempurna (perfection of image), yaitu menyajikan informasi yang seimbang,
penggambaran citra seorang capres- objektif, dan tidak memihak. Dengan

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 187


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

demikian perlu peningkatan besarnya pula bagi munculnya angka


profesionalisme kinerja media massa dan pemilih golput. Kekuatan media akan
adanya peran lembaga independen mampu melakukan pendidikan politik bagi
masyarakat yang melakukan media watch masyarakat dari berbagai lapisan – dari
selama Pemilu berlangsung. kalangan atas hingga grassroot - bilamana
Dalam perkembangan kehidupan setiap pelaku politik memiliki strategi
politik, terutama dalam masa Pemilu, komunikasi yang tepat. Di sisi lain, media
media massa berperan menjadi dapat melakukan peran dan fungsinya
penghubung antara elit politik dengan menjadi mediasi antara para pelaku politik
masyarakat. Dalam fungsinya sebagai dengan konstituennya, dalam
media politics driven, dalam pandangan menyampaikan informasi politik, program-
Deddy N. Hidayat (2004), media program politik sekaligus pendidikan
menjalankan fungsi penghubung antara elit politik.
politik dengan warga. Sebuah fungsi yang Kegiatan komunikasi politik yang
dulunya dominan dilakukan oleh partai dilakukan para partisipan Pemilu seperti
ataupun kelompok-kelompok politik parpol, calon anggota legislatif, capres-
tertentu. Dalam banyak hal, fungsi cawapres melalui media massa menjelang
penghubung tersebut semakin banyak yang Pemilu, sudah pasti membutuhkan
diambil alih media. Proses memroduksi dan pengeluaran biaya cukup besar, namun
mereproduksi berbagai sumber daya seringkali tidak seimbang dengan hasil
politik, seperti menghimpun dan yang dicapai. Kegiatan komunikasi politik
mempertahankan dukungan masyarakat dengan biaya besar tersebut lebih bersifat
dalam Pemilu, memobilisasi dukungan memobilisasi pemilih untuk mencoblos
publik terhadap suatu kebijakan, dalam Pemilu, sementara aspek penting
merekayasa citra kinerja sang kandidat, pendidikan politik diragukan tercapai.
dan sebagainya, banyak dijembatani, atau Pendidikan politik masyarakat, sebetulnya
bahkan dikemudikan oleh kepentingan dan menjadi tugas dan fungsi parpol. Namun
kaidah-kaidah yang berlaku di pasar para pelaku politik seringkali akan
industri media. melakukan komunikasi politik secara intens
Kiprah media massa dalam masa hanya di saat-saat memasuki momen
Pemilu seringkali menuai kritik atas Pemilu. Pada akhirnya, hasil Pemilu yang
pemberitaan dan perekayasaan pencitraan diperoleh bisa dikatakan bukan merupakan
elit politik melalui iklan dan kampanye murni hasil pemahaman politik pemilih,
yang disampaikan media. Media massa tetapi lebih merupakan keberhasilan dalam
dipercaya memiliki pengaruh besar dalam perekayasaan pencitraan politik yang
memobilisasi pemilih dalam pelaksanaan disampaikan para aktor politik melalui iklan
Pemilu. Namun seringkali disangsikan dan kampanye politik di media.
dapat mengubah sikap dan perilaku Media massa memegang peranan
pemilih. Media dianggap menjadi saluran strategis dalam mendekatkan para tokoh
yang tepat dalam memperkenalkan partai politik kepada calon konstituennya, dalam
politik dan calon presiden – calon wakil membentuk opini publik, dan memobilisasi
presiden peserta Pemilu. Namun di sisi lain, opini. Media massa dalam masa Pemilu
media pula memiliki pengaruh bisa sama menjadi sumber informasi yang paling

188 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

berpengaruh dalam membentuk sikap Setiap media bisa mewacanakan sebuah


politik masyarakat. “Salah satu aktor peristiwa politik sesuai pandangannya
penting dalam demokrasi modern adalah masing-masing. Kebijakan redaksional yang
media massa. Dalam masyarakat yang dimilikinya menentukan penampilan isi
mayoritas menggunakan media sebagai peristiwa politik yang diberitakan. 4)
alat untuk mendapatkan informasi, Agenda Dengan fungsi Agenda Setting yang
Setting media berpengaruh kuat. dimilikinya, media memiliki kesempatan
Masyarakat menentukan pilihan maupun yang sangat luas (bahkan hampir tanpa
keputusan politiknya berdasarkan informasi batas) untuk memberitakan sebuah
yang diperolehnya melalui media. Disadari peristiwa politik, sesuai dengan
atau tidak oleh para pengguna media, kebijakannya masing-masing. Setiap
Agenda Setting media untuk bidang politik peristiwa politik dapat disiarkan atau tidak
mengarahkan pemikiran dan sikap politik disiarkan. Yang jelas, belum tentu berita
pengguna media tersebut (McCombs dan politik yang menjadi agenda media
Shaw, 1991). Asumsi tersebut juga merupakan agenda publik. 5) Pemberitaan
didukung oleh berbagai teori tentang peristiwa politik oleh suatu media lazimnya
Hubungan media dan khalayak di berkaitan dengan media lainnya hingga
antaranya, Stimulus-Respon; Agenda membentuk rantai informasi. Hal ini
Setting; The Spiral of Silence, Cultivation menambah kekuatan tersendiri pada
dan lain-lain. Teori-teori ini secara umum penyebaran informasi politik dan
menjelaskan, apabila media memberikan dampaknya terhadap publik.
tekanan pada suatu peristiwa, maka ia Keberhasilan politisi dalam Pemilu di
akan memengaruhi khalayak untuk era ini, ditentukan banyak oleh
menganggapnya penting. Sementara kemampuannya dalam membangun
menurut Harsono (2004), sejumlah aspek kerjasama dengan media dalam mengelola
yang membuat media massa penting dalam opini, merebut simpati, dan menggiring
kehidupan politik adalah: 1) Daya masyarakat untuk memilih. Hasil kerjasama
jangkauannya yang sangat luas dalam politisi dengan media massa yang baik,
menyebarluaskan informasi politik; yang media dapat memediasi komunikasi politik
mampu melewati batas wilayah (geografis), dari politisi kepada masyarakat. Media
dan kelompok umur, jenis kelamin, status massa disini menyediakan ruang bagi
sosial-ekonomi (demografis), serta berlangsungnya kegiatan politik dan
perbedaan paham dan orientasi sekaligus menyampaikannya dalam bentuk
(psikografis). Sehingga suatu masalah informasi politik bagi masyarakat. Bisa
politik yang dimediasikan menjadi dikatakan, dalam masa Pemilu, peran
perhatian bersama di berbagai tempat dan media massa, terutama televisi sangat
kalangan. 2) Kemampuannya dominan. Para tokoh politik maupun partai
melipatgandakan pesan yang luar biasa. politik lebih banyak menjatuhkan pilihan
Suatu peristiwa politik bisa dilipatgandakan dan mengandalkan media televisi dalam
pemberitaannya sesuai dengan jumlah ‘menemui’ para calon pemilihnya
ekslempar koran, tabloid, majalah yang dibandingkan dengan pertemuan
tercetak; juga bisa diulang-ulang konvensional.
penyiarannya sesuai dengan kebutuhan. 3)

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 189


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

Dinamika dan persaingan menjelang ajang seremonial tetapi juga substansial


Pemilu 2014, di antara partai politik dan sebagai pelaksanaan hak-hak politik warga
antara politisi sangat tinggi. Media massa negara Indonesia. Dengan adanya fakta
sesuai dengan kedudukannya, hendaknya bahwa saat ini di Indonesia terdapat 500
dapat mengambil peran sebagai lembaga media yang dimiliki oleh sedikit pengusaha
independen yang dapat memberikan yang sebagian besar ikut dalam Pemilu
informasi politik secara benar dan objektif, 2014, terdapat kecenderungan terjadinya
tanpa ada unsur pemihakan terhadap pelanggaran aturan oleh para elit politik
kepentingan politik tertentu. Media massa yang menjadi pemilik media dalam upaya
turut berkontribusi dalam meningkatkan memopulerkan dirinya. Meskipun
kualitas penyelenggaraan dan kualitas fenomena Joko Widodo telah membantah
kontestan Pemilu 2014. Media massa hubungan antara popularitas dengan
mempunyai kewajiban dalam tingkat elektabilitas tersebut, tetap saja
mengantarkan Pemilu 2014 tidak sekedar faktor tersebut patut dicermati.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gazali, Effendi. (2007). Hand Book Mata Kuliah Persuasi dan Manajemen Pencitraan.
Jakarta: Mkompol UI.
Hidayat, Dedy N. (2004). Menjadi Presiden dalam Era Media Presidency. dalam Rendro
Dhani, Centang Perenang Manajemen Komunikasi Kepresidenan dari Soekarno
sampai Megawati. Jakarta : LP3ES
Putra, I Gusti Ngurah (Editor). (2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis.
Yogyakarta: Fisipol UGM
Masduki. (2008). Jurnalisme Politik: Keberpihakan dalam Pemilu 2004. Dalam Putra, I
Gusti Ngurah (Editor). (2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis.
Yogyakarta: Fisipol UGM. Hal. 83-100
Kovach, Bill. (2001). 9 Elements of Journalism. New York: The Rivers Press.
Luwarso, Lukas, ed. (2004). Media dan Pemilu 2004. Jakarta: SEAPA-Koalisi Media untuk
Pemilu Bebas dan Adil.
McNair, Brian. (1995). An Introduction to Political Communication. Routledge.
Nimmo, Dan. (2006). Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: Rosdakarya.
-------------------, (1993). Komunikasi Politik. Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung:
Remadja Rosdakarya
Newman, Bruce. I (ed). (1999). The Handbook of Political Marketing. London Thousand
Oaks, New Delhi: Sage Publication.
Suwardi, Harsono. (2004) . dalam Kata Pengantar, Konstruksi Realitas Politik dalam Media
Massa. Hamad, Ibnu. Yogyakarta: Granit

190 Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012


Topik Utama Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014

Jurnal/ Media Cetak:

Amir Piliang, Yasraf. (2004). Banalitas Citra Politik. Kompas, 25 Juni 2004, hal 6
Dedeh Fardiah, (2007 ). Pemanfaatan Anak-Anak Dalam Kampanye Politik: Antara hiburan
dan Sensasi Politik, dalam Jurnal ISKI Bandung Vol. 1 No. 1 Agustus 2007, Penerbit
ISKI Bandung, Agustus 2007. hal 21- 34
Hasan, Kamaruddin. (2009 ) . Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis
Pencitraan Politik di Indonesia) . dalam Jurnal Ilmiah Dinamika Volume 2, No. 4,
Desember 2009 ISSN: 1979 – 0899X. FISIP Univ. Baturaja, Palembang, Sumsel.
hal. 22 - 43 .

Internet:

Bawono Kumoro. (2012). Kontan. Sabtu, 11 Februari 2012. Tersedia dalam


<http://www.bawonokumoro.com/?p=228>. Diakses tanggal 12 November 2013.
Anonim. (2013). 5 Tokoh Ini Dinilai Gunakan BLSM untuk Pencitraan, WIB. Tersedia
dalam<http://www.tempo.co/read/news/2013/06/28/078491832/5-Tokoh-Ini-Dinilai-
Gunakan-BLSM-untuk-Pencitraan>. Diakses 28 Juni 2013.

Observasi | Vol. 11, No.2| Tahun 2012 191


INDEX

A I
Asynchronous 78 Iklan Politik 168
Image Politik 97
C Interactivity 78
Ciri-ciri radio komunitas 29 Interaksi politik 180
Citra 185
Citra politik 95 K
Culture 7 Kampanye politik 180
Kearifan Lokal 6
D Keunggulan DTV 82
Deligitimasi 12 Komunikasi Politik 136, 178
Demassification 78 Koran Masuk Desa 61
Diferensiasi 96
Digitalisasi informasi 53 L
Digitalisasi televisi 52 Landasan Hukum Televisi Digital 78
Lembaga Penyiaran Berlangganan 33
E Lembaga Penyiaran Komunitas 33
Efek negatif konglomerasi media 43 Lembaga Penyiaran Publik 33
Eksklusi 12 Literasi media 101
Ekskomunikasi 12 Local Genius 6
Elektabilitas 172 Logika budaya populer 187
Era konvergensi 27 Logika ekstasi komunikasi 187
Logika kecepatan 186
F Logika mitologisasi 187
Faktor partisipasi dalam politik 158 Logika obesitas 187
Fenomena akusisi 41 Logika pencitraan sempurna 187
Fungsi komunikasi politik 178 Logika simulakrum 187
Fungsi radio komunitas 30 Logika tontonan 187
Fungsi utama demokrasi 125
Fungsi utama komunikasi politik 126 M
Marjinalisasi 12
G Media massa 153
Generasi Y 134 Media Online 116
Geopolitik 139 Media rakyat 63
Media Sosial 100
Merek 95
INDEX

Microblog 100 Sistem Stasiun Berjaringan 2


Multipleks 53 Situs berbasis konten 101
Strategi Positioning 96
P Subculture 7
Pandangan Tentang Politik 169 Superculture 7
Pemilu 157
Penyiaran televisi digital terestrial 79 T
Pesan Politik 155 Televisi lokal 41
Popularitas 172 Teori Kepala Batu 136
Teori Probabilita 168
R Tipe Radio Komunitas 25
Radio komunitas 29
Representasi Media 9 U
Reserved Seat 144 Ujungberung Festival 89
Retorika 155 UU Penyiaran 2, 24, 40,
60
S
Seduksi Politik 139 Z
Set Top Box 53 Zipper System 144
TENTANG PENULIS

Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si. Lahir di Bandung 13 Oktober 1976. Saat ini berstatus sebagai
Lektor Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. HR. Bunyamin 993 Purwokerto.
Menyelesaikan S1 di Universitas Diponegoro (1999). Tahun 2008 melanjutkan ke jenjang S2 di
Fikom UNPAD dan saat ini sedang menempuh program doktoral di IPB Bogor jurusan Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Tulisan yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
antara lain Konstruksi Makna Dampak Media Internet Pengguna Media Internet oleh Pelajar di Kota
Purwokerto Kabupaten Banyumas (Studi Deskriptif Kualitatif Para Pelajar di Kota Purwokerto
kabupaten Banyumas) Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 14 No 1 Tahun 2011, ISSN :1410-8291.
Terakreditasi LIPI No. 286/AU1/P2MBI/05/2010, Tantangan dan Pemanfatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) Dalam E-Government Vol. 1 No. 1. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan
(JIPP). Quo Vadis Pilkada dan Model Kepemimpinan Kepala Daerah Prosiding Seminar Nasional
Unsoed Press (2012).

Dessy Trisilowaty, M.Si adalah dosen Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura. Mengampu
mata kuliah Perkembangan teknologi komunikasi, Desain Komunikasi Visual, Produksi Media
Cetak, Produksi Media Radio, Manajemen Media TV, Riset Komunikasi Bisnis. Telah menulis artikel
di beberapa jurnal, diantaranya tentang media blog dan dunia pariwisata diterbitkan di jurnal Univ..
Merdeka Malang dan tentang multikulturalisme di terbitkan di jurnal ilmu komunikasi Univ.
Trunojoyo Bangkalan Madura.

Dudi Rustandi, M.Si, lahir di Garut, 14 Desember 1979. Menyelesaikan pendidikan S2 di Jurusan
Ilmu Komunikasi, Unpad (2011), UIN Sunan Gunung Djati Bandung lulus tahun 2006-Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Riwayat pekerjaan: Sekretaris Redaksi Warta Al-Jami’ah Universitas
Islam Negeri Bandung, 2009-Sekarang, Kontributor berita pada pusat informasi dan computer UIN
SGD Bandung, Dosen Luar Biasa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
SGD Bandung 2009-Sekarang, Dosen Politeknik LP3I Bandung tahun 2009-Sekarang, Dosen
Universitas Garut. Karya tulis : ‘Meneropong Paradigma Komunikasi Kesehatan’, dimuat pada
Jurnal Observasi BPPI Bandung 2009. ‘Sosialita Layar, ketika bukan Monopoli Televisi’ dimuat
Harian Bandung Ekspress 2009. ‘Beruntung Menjadi Manusia Sunda’ dimuat Kompas tahun 2010.
Karya tulis lain tersebar di media online, sosial dan blog; www.kompasiana.com, www.kopinet.info,
www.nahakunaon.blogspot.com, www.indenpendensia.com, www.sunangunungdjati.com,
www.jejaring.com.

Dra. Haryati, M.I.Kom, , lahir di Bandung, 2 Mei 1963. Menyelesaikan pendidikan S1 nya di
Jurusan Ilmu Jurnalistik Fikom Unpad Bandung 1987, S2 di Program Pascasarjana Unpad Bandung
2011. Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya dan sebagai Kepala di Balai pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung. Pengalaman di bidang penerbitan
antara lain: Ketua Sidang Penyunting Jurnal Penelitian Komunikasi BP2I Bandung (2006-2008);
Karya tulis yang pernah dipublikasikan antara lain “Era Media Baru, Pemerataan Akses dan
Perlindungan Konsumen”(Observasi Vol. 6 No. 2 Tahun 2008); “Belenggu Budaya Patriarki Dalam
Pola Komunikasi Diadik Suami Istri” (Ragam Komunika V0l. 2 N0. 1 Tahun 2008); “Fenomena
Konvergensi Media dan Radio online” (Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol. 13 No. 1 Januari-
TENTANG PENULIS

Juni 2009). “Hubungan Penerapan Etika Pers dengan Persepsi Mahasiswa tentang Pornografi di
Media Cetak”(Thn 2006); “Analisis Framing Penyelesaian Kasus Hukum Soeharto pada H.U.
Pikiran Rakyat”(Thn 2006); “Studi Interaksionisme Simbolik, Budaya Telepon Genggam”(Thn
2007); “Studi Literasi TIK pada Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Jambi, Bangka Belitung, dan
Bengkulu”” (Tahun 2009).

Drs. Nana Suryana, lahir di Bandung 27 Juli 1955. Menyelesaikan S1di Universitas Padjadjaran
(UNPAD) Bandung Fakultas Sosial Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan. Saat ini tercatat sebagai
Peneliti Madya di Kantor Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Bandung, Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Pengalaman menulis di Jurnal
(Jurnal Penelitian Komunikasi Bandung, Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Banjarmasin), Observasi dan Prossiding, Seminar di BPPKI Bandung.

Noneng Sumiaty, SH. M.I.Kom, lahir di Bandung 8 Juni 1962. Menyelesaikan S2 Komunikasi di
Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung. Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya di Kantor Balai
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung, Kementrian
Komunikasi dan Informatika RI. Pengalaman menulis di Jurnal, Observasi dan Prossiding Seminar
di BPPKI Bandung. Menjadi anggota penyunting Jurnal, Observasi di BPPKI Bandung.

Hj.Neti Sumiati Hasandinata SH, lahir di Bandung, 22 juni 1952.Menyelesaikan pendidikan S1 di


Uninus,Fakultas Hukum Jurusan Pidana.Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya di Balai Pengkajian
dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung ( BPPKI ).Pengalaman kerja ; tahun
1994-1996 sebagai Sekretaris Majalah Gapensi Jabar,tahun 1994 mendapat tugas meliput berita di
Singapura dan Malaysia.Tahun 1998-2002,pengasuh rubrik Hompimpah SKM Galura ( PR
Group ).Tahun 2004,pemimpin redaksi majalah bahasa Sunda Salaka. Tahun 2005 penulis kolom
di majalah Mangle.Tahun 1995,mengikuti Kongres ACWW,di New Zealan, laporan kongres ditulis 2
seri di Rubrik Binangkit SK Pikiran Rakyat, 7 seri tulisan pada koran Bandung Pos. Perjalanan ke
Eropa tahun 2004 ditulis pada majalah Mangle. Perjalanan Umroh 2002,2004,2005 dilaporkan
pada SK Galamedia . Perjalanan Umroh 2011, dilaporkan pada majalah Mangle.Kegiatan
Organisasi yang mengelola Pendidikan; Ketua I PERWARI Jawabarat; Sekretaris Umum GOPTKI
Jawa Barat.
PETUNJUK PENULISAN

Petunjuk Penulisan Naskah


Observasi BPPKI Bandung

1.Umum
Observasi merupakan media yang terbit secara berkala dua nomor dalam setahun.
Nomor 1 terbit setiap bulan Agustus, nomor 2 terbit bulan Desember. Proses penerbitan
nomor 1 berlangsung sejak awal Januari hingga Juli. Proses penerbitan nomor 2
berlangsung sejak Juli hingga Desember. Sebagai media pengembangan dan rekayasa ilmu
yang berasal dari hasil pengamatan lapangan, pengalaman, telaahan, gagasan, tinjauan
maupun kritik di bidang komunikasi, informatika, dan media.
Sasaran khalayak penyebaran ditujukan kepada masyarakat ilmiah, instansi
pemerintah dan swasta serta pihak-pihak yang berminat.
Jenis tulisan berupa makalah, hasil kajian pemikiran dan, tinjauan kritis, di bidang
komunikasi, informatika, dan media.
Redaksi menerima sumbangan naskah dari kalangan peneliti, akademisi, pengamat
dan praktisi komunikasi, media, dan informatika. Naskah yang disumbangkan harus orisinal
dan belum pernah dipublikasikan di media lain. Jika di kemudian hari diketahui ada
naskah yang dimuat di jurnal atau media lain maka segala risiko menjadi tanggung jawab
penulis. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia mengacu pada EYD.
Segala macam bentuk plagiasi menjadi tanggung jawab penulis dan yang
bersangkutan tidak dipekenankan untuk mengisi penerbitan di BPPKI Bandung.
Setiap naskah yang masuk akan dikaji dan ditelaah oleh Dewan Redaksi. Naskah
yang masuk tidak diterbitkan menjadi hak Redaksi dan tidak dapat diminta kembali. Untuk
menentukan layak atau tidaknya sebuah naskah dimuat, semua naskah yang masuk ke
redaksi Observasi akan ditelaah oleh Mitra Bestari sesuai dengan bidang kepakarannya.
Untuk menjaga objektivitas maka setiap naskah yang di kirim ke Mitra Bestari dalam
kondisi tanpa nama.
Setelah dalam bentuk proof, Penulis naskah diminta menandatangani lembar
pernyataan persetujuan untuk dicetak menjadi jurnal.

2. Khusus
Format Penulisan:
a. Naskah diketik dengan Souvenir Lt BT font 12 di atas kertas A4, spasi ganda melalui
program MS Word 2003/ Open Office Writer.
b. Naskah yang dikirim maksimal 20 halaman. Per halaman rata-rata sekitar 429 kata
hingga 450 kata.
c. Pengiriman dilakukan melalui e-mail (observasi.bppki.bandung@mail.kominfo.go.id)
atau melalui hard copy (dilengkapi soft copy/CDRW) ke BPPKI Bandung, Jalan
Pajajaran no: 88 Bandung – 40173, telp. 022-6017493.
d. Naskah mengacu pada sistematika sebagai berikut: Judul; Nama Penulis (termasuk
alamat instansi, nomor hp/faxs, e-mail); Abstrak; Kata kunci; Pendahuluan;
Pembahasan; Penutup.
PETUNJUK PENULISAN

Penjelasan format penulisan:

Judul: Ditulis dengan singkat, padat, maksimal 10 sampai 12 kata (ditulis dalam bahasa
Indonesia dan Inggris). Isinya mencerminkan masalah pokok. Ditulis dengan huruf kapital
font 14. Hindari judul penelitian dengan menggunakan kata-kata “Telaah”, “Studi”,
“Pengaruh”, “Analisis”, dan sejenisnya. Hindari penggunaan kata kerja dan singkatan.

Nama Penulis ( termasuk alamat instansi, nomor hp/faxs, e-mail, tgl kirim naskah):
Contoh:
Muhammad Zein Abdullah, S.Ip, M.Si
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Jurusan Komunikasi, Universitas Haluoleo Kendari
Sulawesi Tenggara - 93232
Telp/Fax/HP (0401) 3192511, 081341877133, e-mail:zein_unhalu@yahoo.co.id
Naskah dikirim pada tanggal 7 Januari 2011

Abstrak: Ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, maksimal 200 kata tanpa
paragraph. Isinya harus mencerminkan latar belakang dan permasalahan, pembahasan dan
implikasi. Abstrak bukan merupakan turunan dari pendahuluan.

Kata Kunci: Ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris di bawah abstrak. Terdiri atas 3
sampai 5 kata. Tidak harus kata tunggal, boleh kata majemuk. Ditulis dengan huruf kecil
format miring (Italic). Bukan kata yang bersifat Umum. Contoh judul: Membangun Format
Kemitraan Media Dalam Rangka Diseminasi Informasi. Kata-kata kunci: Kemitraan, Media,
Diseminasi Informasi.

Pendahuluan: berisi tentang latar belakang masalah; pentingnya permasalahan tersebut


untuk ditelaah lebih jauh;

Kerangka konsep/analisis: perspektif pemikiran/tinjauan, bingkai analitik yang digunakan.

Pembahasan: Secara substansial isinya mencakup telaahan terhadap permasalahan dengan


bingkai analitik yang digunakan. Jika menggunakan tabel, maka bentuk tabel, hendaknya
menggunakan tiga garis horisontal dan tidak menggunakan garis vertikal, tabel
menggunakan nomor sesuai dengan urutan penyajian (Tabel 1 , dst), judul tabel diletakan
di atas tabel dengan posisi di tengah (centre justified ) contoh :
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi


1. Laki-laki 25
2. Perempuan 25
Jumlah : 50
PETUNJUK PENULISAN

Sumber : ………………………
Penutup: isinya mencakup simpulan dan saran.

Cara pengutipan : menggunakan pola bodynote, yakni menuliskan nama belakang penulis
buku yang dijadikan sumber dan tahun terbit buku tanpa disertai halaman.

Sumber bacaan hendaknya terdiri dari minimal 60% yang terbit dalam sepuluh tahun
terakhir ini, dan 40% bebas.

Tidak diperbolehkan menggunakan sumber dari wikipedia, blog yang kredibilitasnya


kurang.

Daftar Pustaka: Daftar pustaka ditulis mengacu pada Standard Harvard.


Contoh:
1. Buku (satu penulis):
Berkman, R.I (1994) Find It Fast: how to uncover expert Information on any
subject. New York: Harper Perennial.
2. Buku (dua penulis/lebih):
Moir, A. & Jessel, D. (1991) Brain sex: the real difference between men and
women. London: Mandarin.
Cheek, J., Doskatsch, I., Hill, P. & Waish, L. (1995) Finding out: Information
Literacy for the 21st century. South Melbourne: MacMillan Education
Australia.
3. Editor atau Penyusun sebagai penulis:
Spence,B. ed. (1993) Secondary School Management in the 1990s: Challenge
and Change. Aspects of Education Series, 48. London: Independent
Publishers.
Robinson, W.F & Huxtable, C.R.R. eds. (1998) Clinicopathologic principles for
veterinary medicine. Cambridge: Cambridge University Press.
4. Penulis dan Editor:
Breediove, G.K. & Schorfheide, A.M. (2001) Adolescent pregnancy. 2nd ed.
Wleczorek, R.R. ed. White Plains (NY): March of Dimes Education Services.
5. Institusi, Perusahaan, Atau Organisasi sebagai penulis
UNESCO (1993) General Information Programme and UNISIST. Paris: Unesco,
PGI-93/WS/22
6. Salah satu tulisan dalam buku kumpulan tulisan:
Porter, M.A. (1993) The Modification of Method in Researching Postgraduate
Education. In: Burgess, R.G.ed. The Research Process in Educational
Setting: Ten case studies. London: Falmer Press, pp. 35-47
7. Referensi kedua (buku disitasi dalam buku yang lain):
Confederation of British Industry (1989) Towards a skills revolution: a youth
charter. London: CBI. Quoted In: Bluck, R., Hilton, A., & Noon, P. (1994)
Information skills In Academic libraries: a teaching and learning role in
PETUNJUK PENULISAN

higher education. SEDA Paper 82. Birmingham: Staff and Educational


Development Association, p.39
8. Prosiding Seminar Atau Pertemuan:
ERGOB Converence on Sugar Substitutes, 1978. Geneva, (1979). Health and
sugar substitutes: proceedings of the ERGOB conference on sugar
substitutes, Guggenheim, B, ed. London: Basel.
9. Naskah yang dipresentasikan dalam seminar atau pertemuan:
Romonav, A.P. & Petroussenko, T.V. (2001) International book exchange: has It
any future In the electronic age? In: Neven, J, ed. Proceedings of the 67th
IFLA Council and General Conference, August 16-25, 2001, Boston USA.
The Hague, International Federation of Library Association and Institutions,
pp. 80-8.
10. Naskah seminar atau pertemuan yang tidak dikumpulkan dalam suatu prosiding:
Lanktree, C. & Briere, J. (1991, January). Early data on the Trauma Symptom
Checklist for Children (TSC-C). Paper presented at the meeting of the
American Professional Society on the Abuse of Children, San Diego, CA.
Haryo, T.S. & Istiadjid, M. (1999, September). Beberapa factor etlologi
meningokel nasofrontal. Naskah dipresentasikan dalam konggres MABI,
Jakarta.
11. Sumber referensi yang berasal dari makalah pertemuan berupa poster:
Ruby, J. & Fulton, C. (1993, June), Beyond redllning: Editing software that works.
Poster session presented at the annual meeting of the Society for Scholarly
Publishing, Washington, DC.
12. Ensiklopedia:
Hibbard, J.D., Kotler, P. & Hitchens, K.A. (1997) Marketing and merchandising,
in: The new Encyclopedia Britannica, vol. 23, 15th revised ed. London:
Encyclopedia Britannica.
13. Laporan Ilmiah atau Laporan Teknis diterbitkan oleh pihak pemberi dana/sponsor:
Yen, G.G (Oklahoma State University, School of Electrical and Computer
Engineering, Stillwater, OK). (2002, Feb). Health monitoring on vibration
signatures. Final Report. Arlington (VA): Air Force Office of
AFRL.SRBLTR020123. Contract No.: F4962098100049.
14. Laporan Ilmiah atau Laporan Teknis diterbitkan oleh pihak Penyelenggara:
Yen, G.G (Oklahoma State University, School of Electrical and Computer
Engineering, Stillwater, OK). (2002, Feb). Health monitoring on vibration
signatures. Final Report. Arlington (VA): Air Force Office of
AFRL.SRBLTR020123. Contract No.: F4962098100049.
15. Tesis atau Disertasi:
Page, S. (1999) Information technology impact: a survey of leading UK
companies. MPhil. Thesis, Leeds Metropolitan University.
Istiadjid, M. (2004) Korelasi defisiensi asam folat dengan kadar transforming
growth factor.β1 dan insulin-like growth factor I dalam serum Induk dan
tulang kepala janin tikus. Disertasi, Universitas Airlangga.
PETUNJUK PENULISAN

16. Paten:
Phillip Morris Inc. (1981) Optical perforating apparatus and system. Europeen
patent application 0021165A1.1981-01-07.
17. Artikel Jurnal:
Bennett, H., Gunter, H. & Reld, S. (1996) Through a glass darkly: images of
appraisal. Journal of Teacher Development, 5 (3) October, pp. 39-46.
18. Artikel Organisasi atau Institusi sebagai Penulis:
Diabetes Prevention Program Research Group. (2002) Hypertension, Insulin, and
proinsulin in participants with Impaired glucose tolerance. Hypertension, 40
(5), pp. 679-86.
19. Artikel tidak ada nama penulis:
How dangerous is obesity? (1977) British Medical Journal, No. 6069, 28 April,
p.1115.
20. Artikel nama orang dan Organisasi sebagai penulis:
Vallancien, G., Emberton, M. & Van Moorselaar, R.J; Alf-One Study Group.
(2003) Sexsual dysfunction In d, 274 European men suffering from lower
urinary tract symptoms. JUrol, 169 (6), pp. 2257-61.
21. Artikel volume dengan suplemen:
Geraud, G., Spierings, E.L., & Keywood, C. (2002) Tolerability and safety of
frovatriptan with short-and long-term use for treatment of migraine and in
comparison with sumatriptan. Headache, 42 Suppl 2, S93-9.
22. Artikel volume dengan bagian:
Abend, S.M. & Kulish, N. (2002) The psychoanalytic method from an
epistemological viewpoint. Int J Psychoanal, 83 (Pt 2), pp.491-5.
23. Artikel Koran:
Sadil, M. (2005) Akan timbul krisis atau resesi?. Kompas, 9 November, hal. 6.
24. Artikel Audio-visual ( Film 35mm, Program Televisi, Rekaman, Siaran Radio, Video
Casette, VCD, DVD):
Now voyager. (Film 35mm). (1942) Directed by Irving Rapper, New York: Warner.
Now wash your hands.(videocassette). (1996). Southampton: University of
Southamton, Teaching Support & Media Services.
25. Naskah-naskah yang tidak dipublikasikan:
Tian, D., Araki, H., Stahl, E, Bergelson, J., & Kreitman, M. (2002) Signature of
balancing selection in Arabidopsis.Proc Nati Acad Sci USA. In press.

26. Naskah-naskah dalam media Elektronik (Buku-buku Elektronik / e-books):


Dronke, P. (1968) Medieval Latin and the rise of European love-lyric [internet].
Oxford University Press. Avaliable from: netLibrary
<http://www.netLibrary.com/urlapl.asp?
action=summary&v=1&bookid=22981> [Accessed 6 March 2001].
27. Artikel Jurnal Elektronik:
PETUNJUK PENULISAN

Cotter, J. (1999) Asset revelations and debt contracting. Abacus [internet],


October, 35 (5) pp. 268-285. Available from: <http://www.ingenta.com>
[Accessed 19 November 2001].
28. Artikel dalam web pages:
Rowett, S. (1998) Higher Education for capability: autonomous learning for life
and work [internet], Higher Education for Capability. Available from:
<http://www.lie.mdx.ac.uk/hec/about.htm> [Accessed 8 August 2000].
29. Artikel dalam website:
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM. (2005) Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM [internet].Yogyakarta: S2 IKM UGM.
Tersedia dalam: <http://ph-ugm.org> [diakses 8 November 2005].
30. Artikel dalam CD-ROM:
Picardle, J. (1998) I can never say goodbye. The observer [CD-ROM], 20
September, 1, Available from: The Guardian and Observer an CD-ROM.
[Accessed 16 June 2000].
31. Artikel dalam Database Komputer:
Gray, J.M. & Courtenay, G. (1988) Youth cohort study [computer file]. Colhester:
ESRC Data Archive (Distributor).
32. Artikel online images (informasi visual, foto, dan ilustrasi):
Hubble space telescope release In the space shuttle’s playload bay. (1997) [Online
Image]. <Available from: http:explorer.arc.nasa.gov/pub/> SPACE/GIF/s31-
04-015.glf, [Accessed 6 July 1997].
33. Artikel dalam e-mail:
Lawrence, S. (slawrence.goyh@go-regions.gsi.gov.uk), 6 July 2001.
Re:government office for Yorkshire and Humberside Information.Email to
F.Burton (f.burton@leedsmet.ac.uk).
TOPIK MENDATANG

TOPIK MENDATANG OBSERVASI VOL. 12 NO. 1 TAHUN 2014

SISTEM INFORMASI DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI

Informasi di era globalisasi saat ini, memungkinkan siapapun bisa mendapatkan


akses informasi yang luas terhadap berbagai jenis informasi. Pemerintah Indonesia dalam
pengaturan sistem informasi sudah memiliki beberapa peraturan/ regulasi yang mengatur
pengelolaan informasi, antara lain: UU No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi
Publik, UU No. 17 tahun 2011, tentang Intelijen Negara, UU No. 11 tahun 2008, tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Tetapi apakah pengelolaan informasi yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia saat ini sudah tepat? Jika dilihat dari sisi strategi, akses
keamanan informasi.
Observasi mengundang para pakar, akademisi, peneliti, dan praktisi untuk menulis
sesuai topik di atas. Naskah bisa berupa resume laporan hasil penelitian, opini, telaahan
teoritis, atau hasil pengamatan. Ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris,
dilengkapi dengan abstrak dengan jumlah 100-200 kata. Diketik dengan menggunakan
program MS Word 2003/Open Office dengan spasi 1,5 di atas kertas A4, panjang naskah
antara 20 halaman, dilengkapi biodata penulis. Naskah harus asli dan belum pernah
dipublikasikan media lain. Kutipan ditulis dengan sistem endnotes. Naskah dikirim dalam
bentuk hard copy beserta soft copy ke alamat redaksi Observasi: Jl. Pajajaran No. 88
Bandung atau melalui email : observasi.bppki.bandung@mail.kominfo.go.id

Anda mungkin juga menyukai