Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Era digital adalah suatu era yang mana penurut pengertiannya memang tidak bisa
didefinisikan secara jelas dikarenakan para ahli tidak bisa mendefinisikannya
disebabkan tidak ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi bisa
didefinisikan sebagai era di mana seluruh tatanan kehidupan bermasyarakat didukung
serta dipermudah dengan adanya tekhnologi yang serba canggih.

Jadi bisa disimpulkan bahwa era digital banyak memberikan dampak positif di
kehidupan bermasyarakat, layaknya pisau bermata dua selain ada dampak positif ada
juga dampak negatifnya, dan pada kesempatan kali ini pembahasan lebih fokus kepada
dampak dari era digital terhadap kohesi sosial di Indonesia.

Pembahasan

Apa dampak masuk dan tersebarnya Ideologi Transnasional melalui


Media Sosial terhadap Kohesi Sosial masyarakat Indonesia,
terangkan secara singkat pendapat peserta ?
Berdasarkan teori generasi dari buku Generational Theory karya Graeme Codrington
yang diterbitkan tahun 2001 berdasarkan dari tesis teori generasi Howe dan Strauss
dalam buku Generations: The History of America’s Future, 1584 to 2069 membagi
menjadi 5 karakteristik dari setiap generasi,dan yang paling menonjol berkaitan dengan
era digital adalah generasi Y atau disebut juga sebagai generasi milenial dikarenakan
generasi ini adalah generasi awal yang menggunakan tekhnologi seperti telepon
genggam, komputer, dan internet.

Dikarenakan di masa kini khususnya era digital yang didominasi oleh generasi milenial
dan generasi selanjutnya seperti generasi Z yang mana generasi milenial merupakan
generasi dengan usia produktif dan sesuai dengan teori generasi yang disebutkan
bahwa generasi milenial terkenal dengan sifatnya yang memiliki rasa keingintahuan
yang besar serta kreativitas yang tinggi tapi bersamaan juga dengan sifat ambisius dan
ego yang tinggi pula, maka yang akan terkena dampak secara langsung adalah
generasi milenial.

Lalu dampak apa yang terjadi dengan masuk dan tersebarnya Ideologi Transnasional
melalui media sosial terhadap Kohesi Sosial Masyarakat Indonesia ? Dilihat dari definisi
dari Kohesi Sosial Masyarakat yang merupakan ikatan dalam kelompok yang terbentuk
karena ada keinginan untuk tetap bersama agar kelompok tetap utuh untuk
menghadapi usaha-usaha yang mendorong mereka untuk berpisah, bisa disebutkan
Kohesi Sosial Masyarakat Indonesia berdasarkan Ideologi Pancasila.
Jadi dampak yang paling terlihat dengan masuk dan tersebarnya ideologi Transnasional
adalah dengan kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi yang serba digital
menyebabkan alur informasi dari seluruh penjuru dunia tidak dapat dikontrol, batas-
batas antar Negara di dunia maya menjadi tidak jelas, pertukaran ide, gagasan melalui
tekhnologi informasi yang besar besaran, sehingga secara langsung dan tidak langsung
mengubah pandangan hidup, karakter dan pola tindak penggunanya khususnya
generasi milenial, ideologi-ideologi transnasional radikal dengan mudah keluar/masuk
dunia maya seperti Ideologi fundamentalisme, radikalisme dan sebagainya dengan
mudah menginvasi pola pikir generasi milenial, dan dikarenakan ideologi – ideologi ini
bertentangan dengan nilai – nilai yang tercantum pada Pancasila, sehingga bisa
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Faktor-faktor apa saja yg menyebabkan Ideologi Transnasional bisa


dengan mudah masuk ke Indonesia melalui Media Sosial dan
bagaimana cara mencegahnya, jelaskan secara singkat ?
Era digital erat kaitannya dengan media sosial, media sosial bisa didefinisikan dengan
media atau sarana pergaulan yang dilakukan secara online di internet yang
menggunakan jaringan, di mana digunakan sebagai media komunikasi dan interaksi
serta sarana untuk mengakses informasi seperti hiburan, pendidikan dan akses
pengetahuan yang digunakan oleh seluruh masyarakat dunia.

Dari penjelasan tersebut, media sosial memiliki karakteristik, diantaranya :

1. Jaringan
Karakter mediasosial sendiri merupakan membentuk jaringan diantara
penggunanya, kehadirannya menjadi medium pengguna untuk terhubung secara
mekanisme teknologi, di mana saja, kapan saja, dan dengan siapapun itu.

2. Informasi
Informasi menjadi bagian penting dari media sosial. sebab pengguna media
sosial dapat mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten,
serta melakukan interaksi berdasarkan informasi.

3. Arsip
Arsip merupakan sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah
tersimpan dan tidak akan hilang begitu saja serta dapat di akses kapanpun
melalui perangkat apapun.

4. Interaksi
Media Sosial membentuk jaringan antar penggunanya dengan dibangun interaksi
antar penggunanya
5. Simulasi Sosial
Media Sosial sebagai penghubung keberlangsungan masyarakat di dunia maya
yang memiliki dasar keterbukaan tanpa adanya batasan.

6. Konten Pengguna
Media Sosial sebagai penanda bahwa media sosial selain digunakan sebagai
memproduksi konten juga mengonsumsi konten dari pengguna lainnya

Berdasarkan karateristik tersebut, faktor yang mempengaruhi mudahnya masuknya


Ideologi Transnasional diantaranya :

1. Maraknya Media Sosial itu sendiri


Berdasarkan paparan penjelasan sebelumnya, bisa disebutkan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi yaitu Media Sosial itu sendiri, Media Sosial sendiri
merupakan bagian dari era digital yang merupakan bagian dari globalisasi yang
tidak bisa dibendung oleh negara manapun dan berdasarkan karakteristik yang
sudah dijelaskan sebelumnya, bisa dikatakan bahwa Media Sosial memiliki
banyak manfaat, khususnya sebagai penyebar informasi dimanapun dan
kapanpun itu dengan siapapun juga, dan salah satu informasi yang terkandung
di dalamnya adalah Ideologi Transnasional
2. Penyebaran Berita Bohong/Hoax
Selain memberikan banyak dampak positif, media sosial juga memberikan
dampak negatif yaitu penyebaran berita bohong atau hoax, hal ini sangat
meresahkan apabila yang menerima berita bohong tersebut adalah pengguna
awam yang tidak melakukan penelusuran akan kebenarannya, yang langsung
menganggap informasi tersebut sebagai kebenaran, berita bohong tersebut
biasanya dibarengi juga dengan ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu
yang menyebabkan kerusuhan dan tindak anarkisme, yang mana hal ini bisa
menyebabkan rusaknya Kohesi Sosial Masyarakat dan keutuhan bangsa ini.
3. Propaganda
Propaganda (kbbi) penerangan (paham, pendapat,dan sebagainya) yang benar
atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut
suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu, dari penjelasan tersebut bisa
disimpulkan juga bahwa Propaganda merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan mudahnya masuknya Ideologi Transnasional, media sosial
digunakan oleh penganut paham radikal untuk menyebarkan paham radikalnya,
yang dibarengi dengan penyebaran berita hoax serta ujaran kebencian, yang
digunakan untuk memecah belah, mengadu domba, serta memutarbalikkan fakta
yang sebenarnya untuk menyerang Ideologi Pancasila sebagai dasar dari Kohesi
Sosial Masyarakat Indonesia.

Lalu bagaimana cara mencegah agar hal tersebut tidak terjadi, atau meminimalisir
dampak negatif yang mungkin dan atau akan terjadi ? Agar bisa mencegah dengan baik
dibutuhkan kerja sama antara Pemerintah mau pusat ataupun daerah serta
masyarakat, hal yang bisa dilakukan, dari pemerintah bisa dilakukan dengan
memperkuat Ketahanan Nasional, untuk mencapai hal tersebut memerlukan suatu
sistem pelaksanaan terintegrasi yang dapat dituangkan dalam suatu sistem bela negara
serta dengan mengatur undang undang yang tegas seperti Undang Undang ITE yang
mengatur langsung hukum penggunaan media sosial, dan dari masyarakat adalah
dengan mengikuti kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, seperti bela negara dan
hukum yang berlaku, selanjutnya akan dijelaskan lebih dalam dalam bahasan
selanjutnya

Bagaimana menurut Peserta cara memperkuat Kohesi Sosial di


masyarakat di/melalui Media Sosial, jelaskan secara singkat ?
Di pembahasan sebelumnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi mudahnya
masuknya Ideologi Transnasional ke Indonesia melalui media sosial dan cara
mencegahnya, sudah sedikit disebutkan tentang cara mencegah dan atau
meminimalisir dampak negative yang mungkin dan atau akan terjadi atau bisa disebut
sebagai cara penanggulangannya, kali ini akan dibahas lebih dalam dalam kaitannya
dengan cara memperkuat Kohesi Sosial Masyarakat di/melalui media sosial.

Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi mudahnya masuknya Ideologi


Transnasional ke Indonesia melalui media sosial yaitu media sosial itu sendiri, berita
bohong atau hoax, serta menghadapi propaganda kaum radikal diantaranya :

1. Menggunakan Media Sosial secara bijak


Seperti yang sudah diketahui, bahwa media sosial sangat membantu dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, walaupun begitu media sosial tetap memiliki
dampak negatifnya, seperti pembahasan bahasan kali ini adalah bisa merusak
Kohesi Sosial Masyarakat yang sudah ada, dengan mengancam ketahanan
nasional yaitu melemahkan nilai – nilai yang ada di Ideologi negara kita
Pancasila, dengan memaparkan paham radikal yang tidak sesuai dengan
Pancasila. Menggunakan Media Sosial secara bijak bisa dilakukan dengan tidak
menerima berita apa adanya, tanpa menelusuri terlebih dahulu kebenarannya,
hal ini erat kaitannya dengan mengatasi berita bohong atau hoax, berita hoax
biasanya menggunakan bahasa yang provokatif, menekankan isu sara yang
berlebihan, sumber tidak jelas, dan lain sebagainya, sehingga bisa memicu
tindakan anarkisme dan kerusuhan. Jika masyarakat mau menelusuri terlebih
dahulu kebenaran berita yang mereka terima, pasti bisa mencegah tindakan
anarkisme dan kerusuhan, dan bisa menjaga keutuhuan Kohesi Sosial
Masyarakat karena tetap terjaga persatuan dan kesatuan kehidupan
bermasyarakat, dan secara langsung ini berarti dasar dari menggunakan Media
Sosial secara bijak adalah meningkatkan minat baca masyarakat, jika tingkat
literasi masyarakat tinggi, penyebaran berita hoax bisa diredam dikarenakan
dengan tingkat baca yang tinggi, tingkat keingintahuan masyarakat akan
kebenaran berita jadi meningkat, sehingga masyarakat tidak mudah berasumsi
dengan hal yang belum diketahuinya.
2. Membumikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Dari pemaparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa cara meningkatkan Kohesi
Sosial Masyarakat adalah dengan cara menggunakan Media Sosial secara bijak,
cara selanjutnya dan bisa dikatakan hal ini lebih mendasar dari cara sebelumnya
adalah membumikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Pancasila sebagai Ideologi Nasional sudah dirumuskan oleh pendiri bangsa sebelum
kemerdekaan Indonesia dengan nilai – nilai yang terkandung di dalamnya sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan sehari – hari sebagai bangsa Indonesia, jadi
sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat Indonesia mengamalkan nilai – nilai
Pancasila sebagai pedoman hidup, dan menjiwainya.

Bagaimana menurut pendapat Peserta, langkah-langkah yang harus


dilakukan oleh Pemerintah dan seluruh komponen bangsa guna
membumikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional guna mewujudkan
Ketahanan Ideologi di Era Tekhnologi Informasi sekarang ini ?
Membumikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional sudah sedikit dibahas di
pembahasan sebelumnya, sejak kemerdekaan hingga saat ini Indonesia masih berdiri
sebagai negara dengan bangsa yang besar, dan dengan ini bisa dikatakan bahwa
tanpa Pancasila sebagai Ideologi Nasional, Indonesia tidak akan bisa bertahan sampai
sekarang, lalu langkah apa saja yang perlu dilakukan agar ketahanan Ideologi di Era
tekhnologi ini dengan Pancasila sebagai Ideologi Nasional, berikut langkah yang bisa
dilakukan.

 Pemerintah
 Pendidikan Kewarganegaraan dan Bela Negara
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang bertujuan untuk
mempersiapkan masyarakat atau warga negara berpikir dan bertindak
demokratis dengan kegiatan menanamkan kesadaran kepada generasi
penerus bahwa Pancasila adalah pedoman dan dasar kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa Indonesia, diantaranya dari segi psikologis
dengan memberi pelajaran akan pemahaman nilai – nilai Pancasila serta
implementasinya dalam berkehidupan bermasyarakat, memberi pemahaman
akan nilai – nilai luhur bangsa, wawasan kebangsaan, rasa persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan sehari – hari, dan kesadaran akan bela negara
demi menjaga keutuhan Kohesi Sosial Masyarakat. Lalu dari segi fisik
diantaranya pelaksanaan tugas sehari – hari dalam rangka mengisi
kemerdekaan Indonesia yang sesuai dengan nilai – nilai Pancasila,
pengabdian sesuai profesi, serta menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia
internasional seperti dalam berbagai bidang.
 Hukum yang Tegas
Berkaitan dengan bela negara dalam mempertahankan keutuhan Pancasila
serta mempertahankan Kohesi Sosial Masyarakat yaitu Sebagaimana
amanat Undang-Undang Dasar NRI 1945 Pasal 27 ayat (3), bahwa setiap
warga negara berhak serta wajib untuk ikut serta dalam upaya pembelaan
negara serta Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
pasal 9 ayat (1), bahwa setiap warga negara berhak dan berkewajiban ikut
serta dalam upaya bela negara, yang dijelaskan kemudian oleh ayat (2)
bahwa salah satu bentuk penyelenggaraan keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara adalah melalui pelatihan dasar kemiliteran secara
wajib.

Lalu kaitannya dengan penggunaan Media Sosial dari bagian dari Era Digital atau
Tekhnologi yaitu dalam UU No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, antara lain: Pasal 28 Ayat (1) UU ITE berisi “Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”, Pasal 28 Ayat (2) UU ITE berisi
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Ketentuan pidana pada UU ITE tercantum rincian ancaman pidana bagi penyebar hoax,
Pasal 45 UU ITE berbunyi “setiap orang yang memenuhi unsur yang dimaksud dalam
Pasal 28 Ayat (1) dan (2) maka dipidana penjara paling lama enam tahun dan atau
denda paling banyak Rp 1 Milyar”. Penyebar berita bohong atau hoax dapat dijerat
dengan 2 (dua) Pasal dalam KUHP, yakni Pasal 14 Ayat (1) Barang siapa, dengan
menyiarkan berita bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat,
dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun. (2) Barang siapa
menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menerbitkan
keonaran di kalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau
pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga
tahun. Pasal 15 berisi “Barangsiapa menyiarkan kabar yang tida k pasti atau kabar
yang berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya
patut dapat menduga bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan
keonaran di kalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya dua
tahun”.

Lalu apa kaitannya Undang Undang ITE dengan membumikan Pancasila sebagai
Ideologi Nasional, dikarenakan seperti yang sudah dijelaskan, berita bohong atau hoax
dapat mengancam keutuhan Pancasila sebagai Ideologi Nasional dan dalam menjaga
Kohesi Sosial Masyarakat, jadi hubungannya yaitu, dengan hukum yang tegas
berkaitan dengan penyebaran berita bohong atau hoax diharapkan kepada pihak yang
berniat untuk menyebarkan berita bohong untuk mengurungkan niatnya karena adanya
hukum tersebut dan ancaman pidana yang menanti, dan untuk pelaku agar
memberikan efek jera agar tidak mengulangi perbuatannya lagi kedepannya, sehingga
dengan berkurangnya berita bohong atau hoax yang mengancam keutuhan Pancasila,
langkah membumikan Pancasila sebagai Ideologi Nasional bisa tercapai.

 Masyarakat
Hal yang bisa dilakukan masyarakat adalah berwawasan luas, yaitu memahami
sejarah dan karakteristik bangsanya, memahami konsep Pancasila sebagai
Ideologi Nasional, memahami kondisi dan isu-isu terkini berkaitan dengan
bangsa ini, berpikir kritis, dan mampu menerima perbedaan.Lalu berperan serta
dalam membangun masyarakat melalui kontribusinya dalam berorganisasi di
berbagai aspek kehidupan. Mempunyai moral kewargaan yang sesuai dengan
nilai – nilai Pancasila, serta mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah,
sehingga hubungan antar pemerintah dan masyarakat harmonis sehingga tetap
terjaga Kohesi Sosial Masyarakat.

Cadangan : Bagaimana cara “Healing/Penyembuhan”, bagi anak


bangsa atau sekelompok anak bangsa yang sudah terlanjur terpapar
oleh Ideologi Transnasionalisme, sehingga bisa kembali yakin akan
kebenaran Ideologi Nasional.
Dengan mudahnya masuknya Ideologi Transnasional melalui Media Sosial tidak
menutup kemungkinan bahwa beberapa kelompok masyarakat khususnya anak bangsa
sudah terpapar dengan Ideologi Transnasional dan sudah tidak mempercayai dan
memegang teguh Ideologi Nasional yaitu Pancasila.

Berhubungan dengan Ideologi sendiri, Ideologi adalah dasar, landasan, serta pedoman
dalam menjalankan kehidupan, jika sudah terpapar oleh Ideologi lainnya seperti
Ideologi Transnasional membutuhkan banyak waktu dan usaha dan juga banyak pihak
khususnya pihak terkait, agar bisa menanggulangi atau “Healing/Penyembuhan”
masyarakat yang telah terpapar Ideologi tersebut.

Lalu langkah apa saja yang bisa dilakukan, langkah tersebut adalah deradikalisasi,
yang dapat didefinisikan sebagai upaya dan strategi dalam mengatasi masalah
radikalisme yang bersifat recovery, atau bahasa kekiniannya “healing” kepada pihak –
pihak yang terlibat dalam gerakan ini baik pelaku penyebar radikalisme maupun korban
yang dituju, mereka seringkali telah mengalami ideologisasi atas gerakan radikalisme
Deradikalisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah pendidikan
perdamaian yang merupakan cara efektif. Pendidikan ini berproses dalam
pembelajaran yang mengajarkan kenyataan akan keberagaman (pluralisme) agama,
ras, suku, budaya, dan bahasa yang harus dikelola dan dihormati. Dengan tujuan agar
pihak yang sudah terpapar paham radikalisme yang diberikan Pendidikan perdamaian
dapat menjauhkan diri dari sikap dan tindakan-tindakan ekstrem dan radikal.

Pendidikan perdamaian sendiri bisa diterapkan secara umum kepada masyarakat yang
telah terpapar ideologi Transnasional, lalu bagaimana dengan anak bangsa yang
terpapar ? Dalam penanganan anak dibutuhkan pendampingan psikologis karena pada
umumnya kondisi anak yang terpapar Ideologi tersebut mengalami gangguan psikologis
atas apa yang terjadi pada mereka sehingga dibutuhkan terapi dan konseling dan
dalam pelaksanaan terapi dan konseling tersebut dibutuhkan kecakapan komunikasi
yang dilakukan oleh psikolog atau pekerja sosial dalam praktik ini bukan sekadar untuk
berinteraksi tetapi juga memulihkan anak akan paham radikalisme, langkah tersebut
adalah komunikasi terapeutik, dan pihak terkait yang melakukan adalah Civil Society
Against Extremism (CSave) adalah salah satu lembaga masyarakat sipil yang
bekerjasama dengan pemerintah (Kementerian Sosial) untuk memberikan
pendampingan psikologis terhadap anak-anak tersebut.

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah :

1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri


Tujuannya agar anak yang merasa rendah diri bisa menerima dirinya dan
diharapkan mampu mendorong untuk menyadari dirinya berharga dan mampu
melakukan perbuatan yang baik bagi sekitarnya.
2. Kemampuan dalam membina hubungan interpersonal yang tidak dangkal dan
salingbergantungdenganoranglain.
Tujuannya agar menumbuhkan sikap terbuka dan percaya dalam interaksi
denganoranglain.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mampu
mencapai tujuan yang realitistik. Tujuan agar pasien/klien dapat memberikan
respon yang tepat ketika mengalami kegagalan atau menghadapi situasi yang
sulit.
4. Peningkatan Identitas dalam Komunikasi Terapeutik tujuannya agar membantu
anak agar tidak merasa rendah diri.
Fase – fase yang akan dilakukan :

1. Fase Prainteraksi
Dalam fase ini tenaga medis bertugas untuk mengkaji perasaan, fantasi dan rasa
takut dalam diri sendiri, menganalisis kekuatan dan keterbatasan professional
diri sendiri, mengumpulkan data tentang pasien jika memungkinkan dan
merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.

Pada Tahapan ini tenaga medis yang mendampinginya biasanya mencari tahu
informasi yang berkaitan dan berhubungan dengan anak, dan dengan
berpedoman pada data ini tenaga medis dalam menyusun intervensi maupun
model komunikasi/interaksi yang tepat dengan anak yang akan ditangani.

2. Fase Orientasi atau perkenalan


Pada fase ini petugas medis bertugas untuk menetapkan alasan pasien mencari
bantuan, membina rasa percaya, penerimaan, komunikasi terbuka, mengkaji
pikiran, perasaan dan tindakan pasien, menjelaskan tujuan pada pasien,
merumuskan kontrak secara timbal balik dengan mencakup nama, peran,
tanggungjawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi
terminasi dan kerahasiaan

Pada tahapan ini digunakan tenaga medis untuk berkomunikasi santai dengan
anak selama 15 menit dengan bertujuan membangun hubungan dan
membangun kepercayaan.

3. Fase Kerja
Pada fase ini petugas medis bertugas untuk mengkaji stressor yang relevan,
meningkatkan pengembangan pemahaman dan penggunaan mekanisme koping
pasien yang konstruktif, mendiskusikan dan mengatasi resistens.

Setelah membangun hubungan dan membangun kepercayaan, langkah


selanjutnya adalah memberikan intervensi psikologis yang sudah dirancang dan
sesuai kebutuhan masing – masing anak, lewat proses terapi ini juga petugas
medis dapat mengetahui inner world atau masalah mental, pikiran dan perasaan
anak sehingga ia dapat membantu anak mengintervensi masalah
inti yang anak alami.

Dalam proses pelaksanaannya, play therapy dilakukan dengan menyediakan


sebuah instrumen bermain dan membiarkan anak bermain sesuai dengan ide
dan kreatifitasnya masing-masing. Selain itu, hal utama yang perlu disiapkan
dalam proses terapi ini adalah memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar
ruangan tersebut sehingga anak dapat merasa nyaman dan tidak terancam.
Anak pada umumnya tidak ingin ada orang lain yang mendengar ketika ia
menceritakan hal-hal yang sensitif.
Selanjutnya pada akhir sesi bermain, Tenaga Medis juga memasukkan nilai-nilai
tentang perdamaian, cinta kasih dan toleransi kepada anak melalui narasi cerita
yang ditampilkan anak dalam permainan. Misalnya ketika dalam narasi
permainan tersebut muncul pertengkaran karena adanya perbedaan, seperti
perbedaan agama, maka pada saat itulah ia memasukkan poin-poin baik
tersebut.

4. Fase Terminasi
Pada fase tenaga medis bertugas untuk menetapkan realitas perpisahan,
meninjau kembali kemajuan terapi dan pencapaian tujuan, mengkaji secara
timbal balik perasaan penolakan, kehilangan, kesedihan, dan kemarahan serta
perilaku yang terkait.

Pada fase akhir untuk mengakhiri keseluruhan fase. Proses dalam fase ini
sangat penting untuk menguatkan anak bahwa proses bermain dan terapi telah
selesai dan mereka mungkin tidak bertemu lagi. Namun dengan juga
meyakinkan anak bahwa ke depan ia tetap bersedia untuk mendampingi bila
anak membutuhkan pertolongan.

Penutup
Dalam pembahasan kali ini dapat disimpulkan bahwa Media Sosial yang merupakan
bagian dari Era Digital atau Era Tekhnologi memberikan dampak yang besar terhadap
Kohesi Sosial Masyarakat dan lebih menekankan dampak negatif dari Media Sosial
yang bisa mengancam keutuhan Ideologi Nasional, serta langkah – langkah yang perlu
dilakukan untuk mencegah ataupun mengatasi dampak negatif tersebut.

Diharapkan agar kedepannya masalah ini bisa dicegah dari awal sehingga tidak
menimbulkan banyak dampak negatif, dan agar hal tersebut bisa dicapai dibutuhkan
kerja sama dengan berbagai pihak khususnya Pemerintah dengan masyarakat agar
Kohesi Sosial Masyarakat dengan Ideologi Nasional bisa terjaga hingga generasi
selanjutnya.
Daftar Pustaka

Soepandji, K. W. (2018). Konsep bela negara dalam perspektif ketahanan nasional.


Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(3), 436-456.

Roza, P. (2020). Digital citizenship: menyiapkan generasi milenial menjadi warga


negara demokratis di abad digital. Jurnal Sosioteknologi, 19(2), 190-202.

Rozika, W. (2017). Propaganda dan Penyebaran Ideologi Terorisme Melalui Media


Internet (Studi Kasus Pelaku Cyber Terorisme oleh Bahrun Naim). Jurnal Ilmu
Kepolisian, 11(2), 13.

Nurrosikin, A. M. (2021). Infiltrasi ideologi khilafah melalui media sosial di era pandemi
covid-19: tinjauan teori media massa McLuhan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

Iqbal, M. (2019). Efektifitas Hukum Dan Upaya Menangkal Hoax Sebagai Konsekuesni
Negatif Perkembangan Interkasi Manusia. Literasi Hukum, 3(2), 1-9.

Mufid, F. L., & Hariandja, T. R. (2019). Efektivitas Pasal 28 Ayat (1) UU ITE tentang
Penyebaran Berita Bohong (Hoax). Jurnal Rechtens, 8(2), 179-198.

Kusmanto, T. Y., Fauzi, M., & Jamil, M. M. (2015). Dialektika radikalisme dan anti
radikalisme di pesantren. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 23(1), 27-50.

Haloho, H. N., & Kurniasari, N. (2020). Komunikasi Terapeutik Psikolog Dan Pekerja
Sosial Dalam Proses Pemulihan Anak Terpapar Radikalisme. ORASI: Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, 11(1), 117-134.

Anda mungkin juga menyukai