Anda di halaman 1dari 58

TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

KORBAN DALAM PERTOLONGAN


PERTAMA

Oleh :
Ns.SUDIRMAN, S.Kep
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah sesi pembelajaran ini seluruh
peserta pelatihan mampu melakukan
kegiatan evakuasi dengan benar.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini
peserta mampu :
1. Menjelaskan prosedur evakuasi pada keadaan
darurat
2. Menjelaskan persyaratan pasien sebelum,
selama, setelah dilakukan evakuasi.
Kemungkinan yang timbul saat
bencana
Lebih dari satu pasien dan sumber daya
yang ada akan terkuras
Setiap saat, jumlah pasien bisa melebihi
jumlah penolong
Setiap kejadian bisa mengakibatkan
jumlah pasien yang melebihi kapasitas
pelayanan emergensi dan pelayanan
kesehatan lainnya
Tindakan Penanganan tanggap
darurat (bencana)
Menyingkirkan benda-benda berbahaya di sekitar
area korban, jangan menambah korban lagi.
Petugas kesehatan hanya boleh memberikan
pertolongan apabila kondisi sudah aman.
Melakukan triase untuk menentukan prioritas
pemberian pertolongan kepada korban.
Melakukan fiksasi dan stabilisasi sementara.
Melakukan evakuasi  mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai kondisi korban.
Mempersiapkan masyarakat dan petugas agar
cepat tanggap terhadap bahaya bencana.
Tujuan Penolong

“Menyelamatkan nyawa
sebanyak mungkin”
Bencana bisa muncul
setiap hari !
Kita harus mempunyai metode
Triase, Pengobatan dan
Transportasi yang EFEKTIF
Evakuasi (Stabilisasi - Transportasi)

Pada dasarnya Stabilisasi –Transportasi dan


Evakuasi saling berkaitan satu sama lainnya
Dalam evakuasi korban gawat darurat dengan
menggunakan transportasi darat (ambulan), Laut
(Kapal) dan Udara (helicopter/pesawat terbang)
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
Prinsipnya : “ Do not further harm”…
Korban bisa dilakukan evakuasi hanya bila ABC
stabil dan kondisi yg mengancam sudah ditangani
sementara.
Evakuasi Korban
Memindahkan pasien/korban dengan
menggunakan peralatan medis ke tempat yang
aman.
Di darat (ambulan), dilaut (kapal laut) maupun
di udara (helipad atau pesawat udara)
Sistem rujukan korban gawat darurat sesuai
dengan kemampuan pelayanan kesehatan
rumah sakit.
Jangan membawa bencana ke Rumah Sakit..!!!
Peralatan Evakuasi Medis
Tandu Sekop (Scoop stretcher)
Long Spine Board
Brankar
Trauma / Stabilisasi Kit (ABC)
Alat komunikasi
Oksigen , Suction manual
APD
Selimut
dll
Beberapa contoh alat stabilisasi yg
biasa gunakan dalam Evakuasi
Persiapan Petugas Evakuasi
Jangan Panik…!!!
Nyakinkan keamanan di sekitar area
korban
Mampu melakukan triage
Memiliki kompetensi bantuan hidup dasar
(BTCLS/BHD)
Tidak dalam keadaan sakit
Mampu berkomunikasi dengan baik.
Tehnik memindahkan pasien :
1. Pemindahan darurat
2. Pemindahan non darurat
Pemindahan darurat
Adl : melakukan pemindahan hanya ketika
ada keadaan di TKP yg membahayakan
pasien.
Ex: pd saat kebakaran ada yg akan jatuh
menimpa korban, ada yg akan meledak,
mobil terguling, cuaca yg berbahaya.
Efek samping :
cedera tulang belakang
Pemindahan non darurat
Pengangkatan langsung dr lantai, kaji
beban & kekuatan, minimal 3 orang
Pengangkatan eksteremitas.
Pengangkatan dengan LSB
Pemindahan & pengangkatan pasien
Adl menggunakan seluruh kemampuan tubuh
sebagai alat untuk mengangkat &
memindahkan serta mencegah cidera.
Panduan dalam mengangkat Penderita :
1. Kenali kemampuan diri kita & dan teman kita
2. Nilai beban yg mau diangkat, bila tidak
mampu jangan lakukan.
3. Kedua kaki berjarak sebahu, 1 kaki sedikit
didepannya.
4. Berjongkok, jangan membungkuk, punggung
harus lurus
Lanjutan…

5. Tangan yg memegang menghadap


kedepan. Jarak ke2 tangan min 30 cm.
6. Tubuh sedekat mungkin kebeban
diangkat.
7. Jgn memutar tubuh saat mengangkat
Permasalahan : Penolong tidak tahu cara-cara
pengangkatan dan pemindahan cedera
semakin parah pada saat pemindahan korban.

Beberapa hal yang harus diperhatikan penolong


saat melakukan pemindahan adalah:
 Kenali kemampuan diri & kemampuan pasangan
kita, jika tidak mampu jangan paksakan
 Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di
depan kaki sebelahnya
 Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat
 Tubuh sedekat mungkin dengan beban yg harus
diangkat
Pada trauma servikal & tulang belakang,
pemindahan penderita harus hati-hati & tidak
dapat dilakukan sendirian. Tiga penolong
(penyangga bagian atas, tengah & bawah :
mengurangi cedera lebih parah).

Memiringkan dilakukan secara bersama yg


disebut dengan teknik log roll.

Hindari cedera sekunder : gunakan bidai,


long spine board & neck colar untuk
menstabilkan posisi penderita.
Prinsip dasar evakuasi
Beberapa prinsip yg harus diperhatikan
agar proses evakuasi lancar & tidak
menimbulkan masalah yg lebih jauh lagi.
Prinsip – prinsip itu antara lain :
Lokasi kejadian :
Tempat kejadian tidak memungkinkan untuk
melakukan tindakan lebih lanjut.
perlu tindakan evakuasi agar korban
dapat diselamatkan & tidak mengalami cidera
yg lebih jauh lagi.
Kondisi Korban
Lakukan Evaluasi kondisi korban yg
ditemukan.
Kondisi yg perlu diperhatikan antara lain :
– Kondisi bertambah parah/dapat menyebabkan
kematian
– Kontrol ABC
– Tidak trauma tulang belakang ataupun cedera
leher
– Patah tulang pada daerah yg lain: immobilisasi
pada daerah tsb.
– Angkat Tubuh korban bukan tangan/kaki (alat
gerak)
– Jangan menambah parah kondisi korban.
Peralatan
Peralatan hendaknya memadai.
Penting: agar proses evakuasi dapat lebih
dipermudah & cidera lebih lanjut yg mungkin
terjadi dapat lebih diperkecil
kemungkinanannya.
Penggunaan peralatan ini juga harus
disesuaikan dengan kondisi medan tempat
korban ditemukan.
Pengetahuan dan Keterampilan
perorangan
Faktor penting: karena semua masalah yg
dapat timbul selama proses evakuasi
dapat ditekan.
Contoh : dengan keterampilan yg ada
seseorang dapat melakukan evakuasi
dengan alat seadanya.
Dalam melakukan evakuasi, keselamatan
penolong haruslah diutamakan.
Tahap – Tahap Evakuasi
1. Aktualisasi
Telah Melalui tahapan initial assesment
Penanganan awal korban saat
ditemukan

2. Mobilisasi
Penggunaan teknik evakuasi yg sesuai
Pemilihan jalur evakuasi
Tempat tujuan evakuasi
Teknik Evakuasi
Teknik disesuaikan & dikembangkan menurut
kondisi yg ada.
1. Dengan alat
1 regu penolong terdiri dari enam s/d tujuh orang,
dengan tugas masing2x:
Pimpinan/ Komandan Regu : memberi komando,
mengatur pembagian kerja pada saat mengangkat
berhadapan dengan wakil & anggotanya, tempat
waktu mengusung : kanan depan tandu
Wakil pimpinan regu : membantu pimpinan &
mengobati pasien, waktu mengangkat : bagian
bawah kaki, tempat mengusung : kiri depan tandu.
Prinsip Melakukan Imobilisasi Tulang Belakang Dan
Log RollPenderita dewasa
4 orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur modifikasi
log roll & imobilisasi penderita, seperti pada long spine
board:
 satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala & leher
penderita
 satu untuk badan (termasuk pelvis & panggul)
 satu untuk pelvis & tungkai
 satu mengatur prosedur ini &mencabut spine board.
Prosedur ini mempertahankan seluruh tubuh penderita
dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan minimal
pada tulang belakang.
Saat melakukan prosedur ini, imobilisasi sudah dilakukan
pada ekstremitas yg diduga mengalami fraktur.
Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi
penderita. Tali pengikat ini dipasang pada bagian toraks,
diatas krista iliaka, paha, & diatas pergelangan kaki. Tali
pengikat/plester digunakan memfiksasi kepala & leher
penderita ke long spine board.

Dilakukan in line imobilisasi kepala & leher secara manual,


kemudian dipasang kolar servikal semirigid.

Lengan penderita diluruskan & diletakkan di samping badan.

Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati &


diletakkan dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan
tulang belakang. Kedua pergelangan kaki diikat satu sama
lain dengan plester.
Pertahankan kesegarisan kepala & leher penderita
sewaktu orang kedua memegang penderita pada daerah
bahu & pergelangan tangan.

Orang ke tiga memasukkan tangan & memegang


panggul penderita dengan satu tangan & dengan tangan
yg lain memegang plester yg mengikat ke dua
pergelangan kaki.

Komando dari penolong yg mempertahankan kepala &


leher, dilakukan log roll sebagai satu unit ke arah ke dua
penolong yg berada pada sisi penderita, lakukan
pemutaran minimal untuk meletakkan spine board di
bawah penderita. Pertahankan kesegarisan badan
penderita .
Tehnik log roll
Spine board diletakkan di bawah penderita,
& dilakukan log roll ke arah spine board.
Harap diingat, spine board hanya
digunakan untuk transfer penderita &
jangan dipakai untuk waktu lama.
Untuk mencegah terjadinya hiperekstensi
leher & kenyamanan penderita, maka
diperlukan bantalan yg diletakkan dibawah
kepala penderita.
Bantalan, selimut yg dibulatkan/alat
penyangga lain ditempatkan di kiri & kanan
kepala & leher penderita, &kepala penderita
diikat ke long spine board.
Juga dipasang plester di atas kolar servikal untuk
menjamin tidak adanya gerakan pada kepala dan

leher.
Evakuasi dengan alat
Menggunakan Alat
Melepas Long Spine board
Pergerakan penderita yg mengalami cedera tulang
belakang yg tidak stabil akan menyebabkan/ memperberat
cedera medula spinalisnya. Untuk mengurangi resiko
kerusakan medula spinalis, maka diperlukan pencegahan
secara mekanis untuk seluruh penderita yg mempunyai
resiko. Proteksi harus dipertahankan sampai adanya
cedera tulang belakang
yg tidak stabil di singkirkan.
A. Seperti sebelumnya dibicarakan, melakukan imobilisasi
penderita dengan long spine board adalah teknik dasar
membidai (splinting) tulang belakang. dilaksanakan pada saat
penanggulangan prehospital & penderita datang ke rumah
sakit sudah dalam sarana transfer yg aman.
Spine board tanpa bantalan akan menyebabkan
rasa tidak nyaman pada penderita yg sadar
&mempunyai resiko terhadap terjadinya dekubitus
pada daerah dengan penonjolan tulang (oksiput,
skapula, sakrum, tumit ). Oleh karena itu penderita
harus dipindahkan dari long spine board ke tempat
dengan bantalan yg baik & permukaan yg nyaman
secepatnya bisa dilakukan secara aman.
Spine board harus dilepaskan secepatnya, waktu
yg tepat untuk melepas long spine board adalah
sewaktu dilakukan tindakan log roll untuk
memeriksa bagian belakang penderita.
Modifikasi teknik log roll,
Modifikasi tehnik log roll, dipergunakan
untuk melepas long spine board.
Diperlukan empat asisten:
(1) satu untuk mempertahankan imobilisasi in
line kepala dan leher
(2) satu untuk badan penderita ( termasuk pelvis
dan panggul )
(3) satu untuk pelvis dan tungkai bawah; dan
(4) satu untuk menentukan arah prosedur ini
dan melepas long spine board.
Tandu Sekop (Scoop Stretcher)
Alternatif melakukan modifikasi teknik log
roll adalah dalam penggunaan scoop
stretcher untuk transfer penderita.
Penggunaan yang tepat alat ini akan
mempercepat transfer secara aman dari
long spine board ke tempat tidur.
Sebagai contoh alat ini dapat digunakan
untuk transfer penderita dari satu alat
traspor ke alat lain atau ke tempat khusus
misalnya meja ronsen.
2. Tanpa alat
1 orang penolong
Korban anak-anak
– Cradle (membopong)
Penolong jongkok/melutut disamping anak/korban .
Satu lengan ditempatkan di bawah paha korban &
lengan lainnya melingkari punggung.
Korban dipegang dengan mantap & didekapkan ke
tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan lutut &
pinggul.
Tangan penolong harus kuat dalam melakukan
teknik ini.
 Pick a back (menggendong)
Untuk korban sadar .
Penolong jongkok/melutut, perintahkan anak/korban
meletakkan lengannya dengan longgar di atas pundak
penolong.
Genggam masing2x tungkai korban. Berdiri dengan
meluruskan lutut dan pinggul.
Korban Dewasa
Pick a back (menggendong)
Korban digendong & berada
dibelakang penolong & digunakan untuk
korban sadar. Teknik ini sama seperti yg
dilakukan pada anak.
– Memapah (one rescuer assist)

Tindakan yg aman untuk korban.

Caranya: berdiri disamping korban pada bagian yg


sakit ( kecuali pada cedera ekstremitas atas)
dengan melingkarkan tangan pada pinggang
korban & memegang pakaiannya pada bagian
pinggul & lingkarkan tangan korban di leher
penolong & memegangnya dengan tangan yg
lain.
–Menyeret (One Rescuer Drags)

Untuk korban yg sadar & tidak sadar, pada jalan yg


licin (aman dari benda yg membahayakan) seperti
lantai rumah, semak padang rumput, dll.
Caranya: mengangkangi korban: wajah menghadap
ke wajah korban & tautkan (ikatkan bila korban tidak
sadar) kedua pergelangan korban & lingkarkan di
leher. Merangkak secara perlahan-lahan.
Kontraindaksinya adalah patah atau cedera
ekstemitas atas dan pundak (scapula).
–Fireman Lift
Tindakan yg aman bagi korban
sadar&tidak sadar, tetapi tidak terjadi
fraktur ekstremitas atas/vertebra. Digunakan
pada korban dengan berat badan ringan.
Tahapan
Lebih dari 1 orang penolong
Membopong

Teknik teraman dari semua teknik yg ada: bagi korban maupun


penolong.
Tidak digunakan untuk korban yg tidak dapat membengkokkan tulang
belakang (cedera cervical) & cedera dinding dada.
Caranya :
Penolong jongkok/melutut di kedua sisi korban pinggul menghadap
korban.
Korban diangkat dalam posisi duduk pada rangkaian tangan penolong.
Instruksikan untuk meletakkan lengan2x nya di atas pundak para
penolong,
Para penolong menggenggam tangan kuat2x di bawah paha korban
sedangkan tangan yg bebas digunakan untuk menopang tubuh korban
& diletakkan di punggung korban.
–Memapah
Korban berada ditengah-tengah
penolong & cocok untuk korban sadar
maupun tidak sadar & tidak mengalami
cedera leher.
Mengangkat
Cara paling aman melakukan evakuasi korban yg tidak sadar &mengalami
cidera multipel.
Penolong >2 orang dimana tiga/dua penolong mengangkat badan & salah
seorang dari anggota tim memfiksasi kepala korban. Lakukan secara
sistematis & terkoordinir (menghindari cidera yg lainnya).
Dua Penolong
Evakuasi tanpa menggunakan tandu
dilakukan untuk memindahkan korban
dalam jarak dekat /menghindarkan korban
dari bahaya yg mengancam.

NB : Untuk evakuasi jarak jauh seringan


apapun cedera, usahakan untuk
mengangkutnya menggunakan tandu.
Korban lebih dari satu orang.

– On Stage Triage
– Dalam keadaan ini korban
dikelompokkan berdasarkan
berat/ringannya trauma yang diderita
– Penggolongan korban trauma
didasarkan pada kondisi ABC (airway,
breating, circulation)
Penggolongan korban dibagi kedalam :
Merah : pasien dengan kondisi airway terganggu
Kuning : pasien dengan kondisi sirkulasi darah
dan pernapasan terganggu
Hijau : pasien yang mengalami luka ringan dan
mampu untuk berjalan
Hitam : korban meninggal dunia
– Dalam keadaan darurat korban dengan kemungkinan
hidup lebih tinggi harus didahulukan
– Korban dengan luka lebih parah dan paling
memungkinkan untuk ditolong terlebih dahulu harus
didahulukan
– Perhatikan adanya keadaan yang dapat memperparah
keadaan korban
Komplikasi
Bila penderita dalam waktu lama (kurang
lebih 2 jam atau lebih lama lagi)
diimobilisasi dalam long spine board,
penderita dapat mengalami dekubitus
pada oksiput, skapula, sakrum, & tumit.

Oleh karena itu, secepatnya bantalan


harus dipasang dibawah daerah ini, &
apabila keadaan penderita mengizinkan
secepatnya long spine board dilepas.
Transportasi

Prinsip : mengangkut penderita GD dgn


cepat & aman ke RS/sarana kes. Yg
sesuai, tercepat & terdekat.
Sarana: kendaraan darat (tradisional,
modern, ambulan darat, ambulan sepeda
motor), kendaraan laur/air (tradisional,
modern, ambulan sungai), kendaraan
udara (fixed wing, helikopter).
Permasalahan dalam Evakuasi

Evakuasi melalui darat dan laut biasanya


tidak terlalu banyak masalah.
Pada evakuasi melalui udara hal yg dapat
timbul akibat perbedaaan tekanan adalah
hipoksia, terutama pada penderita edema
paru, pneumonia dan emboli paru.
Menurunnya suplai O2 ke jaringan memacu
terjadinya shock dan nyeri.
Faktor-Faktor yg mempengaruhi
Keberhasilan Rujukan
Jarak antara rumah sakit dgn korban
rujukan
Kesiapan tenaga (petugas) terampil dlm
mendampingi korban.
Peralatan evakuasi medis dlm ambulan,
kapal laut dan pesawat.
Iklim dan cuaca dan kondisi yg dpt
menghambat perjalanan.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai