Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238

Vol. 3 No.1 31Januari 2021


https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
Fenomena Penyebaran Hoax dan Hate Speech pada Media Sosial

Anissa Rahmadhany , Anggi Aldila Safitri , Dr. Irwansyah


1 2 3

1
Anissa Rahmadhany (Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia)
anissa.rahmadhany@ui.ac.id
2
Anggi Aldila Safitri (Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia)
anggi.aldila@ui.ac.id
Irwansyah (Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia)
3

irwansyah09@ui.ac.id

ABSTRAK
Media sosial merupakan media yang paling efektif dalam penyebaran informasi kepada publik.
Keefektifannya karena tidak perlu didistribusikan lagi ke publik secara fisik, cukup hanya
dengan memiliki akses internet. Penyebaran informasi pada media online sangat mudah
dilakukan, karena tidak ada aturan yang mengekang dalam penulisan sebuah informasi pada
media online. Oleh karena itu penyaringan informasi pada media online tidak dapat dilakukan,
semua orang yang memiliki akses ke dalam media online dapat melakukan penyebaran
informasi tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu, dan dapat dikatakan penyebaran
informasi ini dilakukan dengan cara anonymous atau sumber yang tidak jelas faktanya. Karna
ketidakjelasan fakta yang disebarluaskan maka informasi bersifat hoax dan dapat menimbulkan
ujaran kebencian.
Kata kunci : media online, infomasi, anonymous, hoax, ujaran kebencian

ABSTRACT
Social Media is becoming one of the media in the dissemination of information that most
effectively and most quickly get to the public. The spread of information on online media is
very easy to do, because there are no rules that curb in the writing of an information on the
online media. Therefore the filtering of information in online media can not be done, all the
people who have access to the online media can spread the information without filtering it first,
and can be said to be the dissemination of information is done by way of anonymous or source
is not clear in fact. Because of the obscurity of the facts disseminated, the information is a hoax
and can lead to hate speech.
Keyword : online media, information, anonymous, hoax, hate speech

informasi. Banyaknya informasi yang


1. Latar Belakang bersifat anonymous membuat penyebaran
Penyebaran informasi pada saat ini hoax pada media online begitu cepat
banyak dilakukan pada media online. tersebar.
Kemudahan yang ditawarkan dalam Hoax dapat diartikan sebagai
penyampaian informasi kepada publik yang sebuah informasi yang belum pasti sebuah
disediakan dan dimediakan dalam jaringan fakta, karena pengertian informasi itu
membuat informasi atau berita tidak dapat adalah kumpulan dari beberapa data yang
difilter dangan baik. Tidak ada redaksi yang bersifat fakta. Menurut survey mastel
dapat bertanggung jawab atas penyebaran (2019) dari 1.116 responden yang
informasi yang tersebar di media online, menerima hoax lebih dari satu kali perhari
dikarenakan semua orang yang dapat akses sebanyak 14,7%, lalu 34,6% menerima
untuk melakukan transaksi data media hoax setiap hari, dan 23,5% menerima hoax
online dapat melakukan penyebaran

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 30


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
seminggu sekali, lalu sebanyak 18,2% Saat ini banyak pilihan media yang
menerima hoax sebulan sekali. tersedia untuk digunakan. Setelah lelah
Hoax ini tidak hanya tersebar bekerja, seseorang akan lebih memilih
melalui media online, namun juga media menonton televisi dibanding dengan
arus utama juga terkontaminasi dan kadang mendengarkan radio. Atau seseorang
juga menerbitkan berita hoax. Persentase memilih berselancar di internet dibanding
media yang menyebar hoax seperti radio membaca majalah atau koran. Seseorang
(1,20%), media cetak (5%), dan televisi akan mencari dan memilih media apa yang
(8,70%). memuaskan untuk mereka.
Media penyebaran hoax pada saat Terdapat 5 asumsi yang dirangkum
ini beragam, diantaranya aplikasi chat dari teori uses and gratification (West dan
seperti whatsapp, line, telegram sebanyak Turner, 2008:104)
62,80%, situs web sebanyak 34,90%, dan 1. Pengguna aktif beriorentasi pada tujuan
media sosial sebanyak 92,40% (instagram, penggunaan media. Asumsi yang
facebook, twitter). berorientasi pada tujuan penggunaan media
Data dari laman web kominfo.go.id yang cukup jelas. Setiap pengguna media
mengatakan ada 800.000 situs penyebar memliki acara favorit atau cara menikmati
hoax dan hate speech di Indonesia. Hoax media tersebut secara personal. Oleh karna
merupakan efek saming dari era itu seluruh pengguna media memiliki
keterbukaan, yang memiliki pelunang media yang diminatinya masing-masing.
untuk menciptakan perpecahan dan 2. Inisiatif pemuasan kebutuhan pada
permusuhan karena dapat membuat pilihan media tertentu. Asumsi yang
masyarakat bingung akan sebuah menghubungkan kepuasan akan kebutuhan.
kebenaran informasi. Setiap pengguna media adalah seorang
Pengguna aktif media sosial saat ini yang aktif, mereka mengambil inisiatif
umumnya adalah para remaja, mereka dalam pemenuhan kebutuhan medianya.
terbiasa untuk berkomentar, berbagi dan 3. Dalam memenuhi konsumsi media demi
memberikan kritik di media sosial. Dengan memuaskan kebutuhan bergantung pada
kebiasaan ini dapat memicu terjadinya hoax prilaku pengguna secara personal. Personal
karna penyampaian berita yang tidak pasti memilih media juga dipengaruhi oleh
kebenarannya dan cenderung melakukan lingkungan dan masyarakat, contohnya
hate speech bagi konten yang tidak sebuah organisasi memilih menggunakan
disukainya. media telegram untuk berkomunikasi dan
berbagi. Pengguna personal juga harus
2. Tinjauan Pustaka mengikuti lingkungan dari organisasi
2.1.Uses and Gratifications tersebut agar mendapatkan informasi yang
Theory (Teori Uses and terbaru. Dan media massa juga sudah
Gratifications) beralih menjadi media online.
Teori Uses and Graatifications 4. Pengguna media sadar akan minat dan
merupakan Teori komuniasi antar manusia motif mereka menggunakan dan
dan media yang menawarkan konsep dalam mengkonsumsi media. Dan konsumen
memahami masyarakat untuk memilik media ini memiliki kemampuan
media yang memenuhi kebutuhan mengumpulkan informasi terhadap
informasinya. menurut Elihu Katz, Jay G. konsumsi media.
Blumler, dan Michael Gurevitch, ada lima
macam yang dapat dipenuhi oleh sebuah 5. Asumsi terhadap nilai muatan media
media, antaranya yaitu kebutuhan afektif, yang dikonsumsi oleh pengguna media.
integrasi sosial, kebutuhan kognitif, dan Penilaian terhadap isi media yang
kebutuhan bebas dari ketegangan. dilakukan dan dicari oleh pengguna media.

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 31


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
Penelitian tentang teori ini metode observasi atas pemberitaan di
sebelumnya dilakukan ilehj Blythesuez Kompas dan The Jakarta Post. penelitian ini
Annharrell (2000) dengan judul “Uses and menyimpulkan langkah lain diluar
gratification of the internet”, tulisan yang penyebaran hoax, yaitu membentuk badan
berfokus pada pencarian informasi tujuan siber negara dan kerjasama dengan dewan
dari penggunaan internet. Dalam penelitian pers dan juga facebook.
ini menunjukkan bahwa penggunaan Rancangan komunikasi onlen yang
internet oleh responden terjadi setiap hari. dikenal dengan CMC Interactivity Model
waktu akses internet rata-rata adalah dirancangt olehj Mahmoud dan Auter pada
selama 15-30 menit. Responden tahun 2009. Rancangan ini memiliki 4
menggunakan internet atas kebutuhan unsur sebagai interasi komunikasi berbasis
informasi (information seeking) bukan komputer, yaitu:
untuk pelarian diri (escapism).
Pada tahun 2003, Eun Jung Choi 1. User
dkk menerbitkan artikel dengan judul “A User merupakan pemeran sebagai
Cross-Cultural Comparison of Internet pengirim dan penerima (netizen)
Usage : Media Habits, Gratification, and 2. Medium
Addiction in Korea and The US”. dimana Medium atau media merupakan
dalam penelitian yang membahas tentang fasilitator dalam proses interkasi
faktor atau determinan yang mempengaruhi antar user
pengguna internet , mencakup kebiasaan, 3. Massage
gratifikasi, dan kecanduan akan media. Merupakan pesan yang
Penelitian yang membahas tentang ditransaksikan antar user
informasi hoax pada sosial media pernah 4. Communication Setting
dilakukan oleh situngkir (2017) dengan Merupakan lingkungan dan waktu
judul “Spread of Hoax in Social Media”, komunikasi partisipan yang bersifat
yang membahas penyebaran tipuan sebagai realtime
gosip dan rumor pada media sosial twitter. Dari beberapa teori tersebut
penelitian ini berfoukus pada pembahasan diudapat kerangka konseptual
faktor penyebaran gosip di media sosial. dalam penelitian ini, dan dipetakan
melihat dari sisi tupuan propagasi sebelum dalam gambar berikut:
klarifikasi di media sosial konvensional.
Menurut hasil penelitian ini twiiter
memiliki pengaruh yang sangat cepat
dalam penyebaran informasi, dan memiliki
potensi yang besar secara eksponensial. Gambar 1. Kerangka Konsep Interaktifitas
Penelitian lain dilakukan oleh CMC Hoax (Sumber : diadaptasi dari
Allcott dan Gentzkow (2017) dengan judul CMC interactivity model, Mahmoud dan
“Social Media and Fake News In 2016 Auter, 2009)
Election”, pada penelitian ini Tahun 2012 dilakukan penelitian
menyimpulkan bahwa media sosial seperti oleh Bradley S. Greenberg tentang
facebook memiliki struktur yang berbeda penggunaan media (media usage).
dari pada teknologi media lainnya, karna Penelitian ini dibuat artikel dengan judul
informasi yang disebar melalui platform ini “Media Use and Believability: Media Use
tanpa adanya penyaringan informasi dari & Believability: Some Multiple
pihak ketiga. Correlates”. Masalah yang diteliti adalah
Lalu penelitian lain dilakukan oleh kredibilitas media. Hasil penelitian dari
Siswoko (2017), dengan judul “Kebijakan Bradley mendapatkan bahwa 78%
Pemerintah Menangkal Penyebaran Berita perempuan yang percaya kepada laporan
Palsu atau Hoax”, penelitian dengan berita televisi dan surat kabar, tetapi hanya

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 32


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
61% dari laki-laki yang percaya kepada
laporan berita televisi dan surat kabar. 2.4. Hoax
Orang orang memiliki pilihan Dalam KBBI, Hoax adalah berita
dalam menggunakan media, yang bohong, Ekses negatif terhadap kebebasan
memuaskan bagi mereka. berbicara dan berpendapat di internet,
(Elihu Kazt, Jay G. Blumler, dan khususnya media sosial. Wikipedia
Micheal Gurevitch, 1974) mengartikan Hoax sebagai usaha dalam
atau untuk menipu dan mengakali penerima
2.2. Media Sosial informasi agar mempercayai sesuatu yang
Media sosial merupakan sebuah bersifat palsu. Dan informasi paslu ini
teknologi yang memungkinkan individu diketahu jelas oleh pencipta informasi ini,
maupun kelompok untuk saling berbagi, dengan tujuan agar penerima informasi
berkomunikasi, berkumpul, berkolaborasi terhasut atau merubah arah pemahaman
dan bermain. konten media sosial berpusat terhadap sesuatu.
pada user, dimana konten dihasilkan dari Informasi Hoax tersebar karna
pemikiran dan gagasan yang ditulis oleh masyarakat dengan mudahnya
pengguna media sosial. Bukan dari editor mempercayai terhadap sebuah informasi
apalagi dari pihak ketiga yang memfiltrasi yang dia terima, dan masyarakat punya
dari konten yang dipublikasi. Kekuatan ini addiction terhadap sumber yang
disebut juga dengan User Generated dianggapnya selalu menyebarkan informasi
Content (UGC). yang benar. Tujuan dari informasi Hoax ini
Media Sosial terdiri dari 2 kata, adalah membentuk presepsi, menggiring
“media” dan “sosial”. Media yang berarti opini, dan membuat opini yang menguji
wadah untuk melakukan kepahaman pengguna internet dan media
komunikasi(Laughey, 2007; McQuail, sosial terhadap informasi yang disebar.
2003). Kata sosial mengartikan bahwa Kemungkinan informasi yang dilahirkan
adanya transaksi hubungan dan kontribusi kembali atau diproduksi kembali dengan
kepada masyarakat. Dalam kenyataannya tambahan opini pribadi juga menjadikan
menyatakan bahwa media dan seluruh sebuah informasi yang awalnya bersifat
software merupakan produk dari proses fakta, menjadi informasi Hoax. Dalam
sosial (Durkheim dalam Fuchs, 2014). pembuatan sebuah informasi harus mencari
Media sosial pada hakitanya data data yang bersifat fakta dan saling
merupakan proses yang sama dengan cara berkorelasi agar dapat dipahami secara
kerja komputer, Yaitu membentuk sebuah benar oleh penerima informasi, hal ini yang
sistem antara individu dan masyarakat. sering diabaikan oleh orang yang
Komunikasi, kerja sama dan pengenalan menyebarkan informasi dan membuat
merupakan bentuk dari cara bersosial, sebuah informasi.
dengan tujuan komunikasi individu dan Dalam peta historuis epistemologi,
masyarakat (Nasrullah, 2015). Hoax lahir dengan kepercayaan sejarah,
bersifat seakan sains, selama Hoax tidak
2.3. Informasi memiliki efek negatif terhadap publik,
Informasi penurut penjabaran dari maka sebuah informasi Hoax tidak dapat
McLeod (2010:35) merupakan kumpulan dimasukkan dalam kategori informasi yang
beberapa data yang bersifat fakta dan salah.
memiliki arti. Karakter sebuah informasi
yaitu relevan, akurat, tepat, dan lengkap. 2.5. Hate Speech
Informasi merupakan data yang disusun Ujaran kebencian (hate speech)
secara terstruktur dengan memiliki adalah salah satu bentuk perilaku agresi
pengertian yang bisa dijadikan pemahaman pada seorang individu yang atau
bagi penerima informasi. dikategorikan dalam perilaku agresi, lebih

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 33


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
tepatnya merupakan perilaku agresi verbal dalam penelitian eksplorasi ini dimulai
aktif tidak langsung. Riset yang dilakukan dengan ide umum penggunaan penelitian
oleh Yohan pada tahun 2016 mepaparkan untuk medapatkan identifikasi masalah.
dampak dari prilaku hate speech, penelitian
dilakukan terhadap prilaku mahasiswa Jenis penelitian ini umumnya
dikarenakan adanya keterikatan mahasiswa dilakukan ketika masalah berada pada
berkomunikasi pada dunia maya, yang yang tahap awal atau sering disebut grouded
menyebabkan berkuranganya daya theory approach atau interpretive research.
konsentrasi, frekuensi dan kesantunan Jenis penelitian ini untuk menjawab apa,
mahasiswa, ini disebabkan karena mengapa, dan bagaimana.
berkurangnya rasa percaya diri untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara 4. Hasil dan Pembahasan
langsung, dan membuat pelarian berupa Menurut hasil survey wabah hoax
“curha” di sosial media (Marwarti, 2018) nasional pada tahun 2019 oleh mastel
Dilansir dari Internetsehat.id (masyarakat telematika indonesia) dari
(2014), dampak hate speech adalah jumlah responden sebanyak 914 responden,
jatuhnya harga diri dalam kehidupan sosial, mendapatkan data sebagai berikut :
dan menghancurkan optimisme mereka, 1. Profil responden
survey ini dilakukan dalam sebuah kegiatan Rentang umur responden adalah
amal anti bullying nasional di inggris. dari 15 tahun hingga >55 tahun
Seharusnya ini menjadi perhatian bagi
setiap individu.

3. Metodologi Penelitian
Penelitian Eksploratif
Sebuah penelitian terhadap masalah
yang belum dipelajari dengan lebih jelas,
dengan maksud menetapkan prioritas dan Grafik 4.1. Umur responden
menjelaskan definisi operasional, serta Disini dijabarkan bahwa
mengambarkan desain penelitian akhir. dalam data responden yang
Pada dasarnya, sifat dari penelitian mengikuti survey yang dilakukan,
eksploratif ini bergantung pada teknik terdapat 0,30% responden yang
seperti: berumur <15 tahun, 6,10%
responden yang berumur 16-19
1. Penelitian sekunder - mengolah tahun, umur 20-24 berjumlah
literasi dan data yang sudah 27,80%, rentang umur 25-40 tahun
tersedia sebanyak 35,80%, umur 41-55
2. Pendekatan kualitatif informal tahun sebanyak 25%, dan sebanyak
yaitu dengan cara berinteraksi 4,90% responden yang berumur
dengan user >55 tahun.
3. Membahas kasus dan 2. Pendidikan Responden
percontohan terhadap metode Pendidikan responden dari survey
proyektif (kuantitatif formal) ini adalah Strata 1, SMA/SMK,
4. Metode penelitian interaktif Strata 2, Diploma, Strata 3,
dengan menggunakan internet. SD/SMP
Penelitian eksplorasi bertujuan
untuk mendefinisikan sebuah masalah yang
belum terpapar dengan jelas, demi
mendapatkan pemahaman yang lebih baik
terhadap pembahasan sebuah masalah.

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 34


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
39,20% responden, lalu
pelajar/mahasiswa sebanyak
27,90% responden, wiraswasta
sebanyak 23.40%, dan tidak bekerja
sebanyak 9,50%.
5. Isi Hoax yang sering diterima
Penyebaran isu atau berita
Grafik 4.2. Pendidikan Responden dan informasi hoax berdasarkan isi
Dijabarkan dari grafik diatas, dari informasi atau berita hoax yang
didapatkan bahwa responden disebar adalah sebagai berikut:
dengan pendidikan strata 1
sebanyak 43,15%, SMA/SMK
sebanyak 30,82%, Strata 2
sebanyak 14,13%, Diploma
sebanyak 7,12%, Strata 3 sebanyak
2,76%, SD/SMP sebanyak 2%.
3. Jenis Kelamin Responden
Responden pada survey ini
sebanyak 71,70% adalah Pria, dan
28,30% adalah wanita

Grafik 4.5. Isi hoax yang sering


diterima
Pada Grafik ini isi berita
atau informasi Hoax yang paling
banyak adalah Sosial Politik
sebanyak 93.20%, lalu isu soal sara
sebanyak 76.20%, isu pemerintahan
Grafik 4.3. Jenis Kelamin sebanyak 61.70%, Kesehatan
Responden sebanyak 40.70%, makanan dan
4. Profesi Responden minuman sebanyak 30%, penipuan
Pada surevey ini terdapat 4 keuangan sebanyak 18.60%, IPTEK
jenis pekerjaan, yaitu sebanyak 20%, berita duka
pelajar/mahasiswa, karyawan, sebanyak 16.80%, sosial budaya
wiraswasta, tidak bekerja. hasil sebanyak 18.10%, bencana alam
survey adalah sebagai berikut : sebanyak 20.30%, kecelakaan lalu
lintas sebanyak 13.50%, info
pekerjaan sebanyak 24.40%.
6. Ragam bentuk hoax yang sering
diterima
Bentuk hoax yang sering
disebar ke masyarakat ada berbagai
bentuk dan cara, banyak teknik-
teknik dalam pembuatan berita
palsu yang bisa mengubah sebuah
Grafik 4.4. Profesi Responden fakta menjadi hoax dan berpeluang
Penjelasan pada grafik ini, menimbulkan hate speech.
responden terbanyak adalah bekerja persentase bentuk data atau
sebagai karyawan yaitu sebesar

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 35


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
informasi yang disebarluaskan dengan kecelakaan. Lalu ada pula
dijabarkan dalam grafik berikut : video lama ramalan seorang
paranormal yang memprediksi
adanya kecelakaan penerbanga
yang menurut para pakar hanyalah
kebetuan. Banyak juga yang ingin
mendapat perhatian dari kasus
kecelakaan, seperti membuat hate
speech pada media sosial,
menyebarkan paradigma-
paradigma negatif atas kasus itu,
menggiring opini publik ke jalur
Grafik 4.6. Bentuk informasi hoax paradigma negatif dan lain
sebagainya.
Dapat dijabarkan dari data
grafik 4.6. diatas bahwa bentuk dari
informasi hoax paling banyak 7. Saluran Penyebaran Berita Hoax
adalah dalam bentuk tulisan yaitu Dari hasil survey mastel dapat
sebanyak 70.70%, lalu disusul diperoleh data media yang
dengan berita/foto/video lama yang digunakan dalam penyebaran berita
direpost (diposting kembali) hoax, digambarkan dalam grafik
sebanyak 69.20%, foto dengan berikut :
caption/narasi palsu sebanyak
66.30%, foto editan sebanyak
57.80%, video dengan
caption/narasi palsu sebanyak
53.20%, video editan yang
dipotong-potong sebanyak 45.70%,
dan video editan dengan dubbing
palsu (percakapan suara/suara yang
palsu) sebanyak 33.20%.
Dari grafik ini bentuk informasi
paling banyak adalah tulisan
dimana platform/media untuk
penyebaran tulisan banyak tersedia, Grafik 4.7. Saluran Penyebaran
contohnya adalah pesan text, chat Berita Hoax
whastapp (biasanya hoax disebar di Deskripsi dari grafik 4.7. adalah
dalam grup dan biasanya didalam Sosial media merupakan saluran
grup keluarga karna mudah sekali penyebaran berita Hoax terbanyak
terprofokasi atas berita yang heboh) yaitu sebesar 87.50%, lalu sebanyak
lalu selanjutnya bentuk informasi 67% berita hoax tersebar melalu
yang banyak tersebar adalah hasil aplikasi chatting, website
dari postingan ulang menyebarkan berita hoax sebanyak
foto/video/berita lama yang 28.20%, media cetak sebanyak
diangkat kembali dan dihubung- 6.40%, email sebanyak 2.60%, dan
hubungkan. Contohnya dalam televisi dan radio sebanyak 8.1%.
kasus kecelakaan penerbangan Dari pembahasan ragam
sriwijaya air SJ 182, banyak kasus bentuk berita hoax pada poin
lama yang diposting atau disebar sebelumnya, menjelaskan bahwa
ulang dan dihubung-hubungkan text gambar dan video merupakan

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 36


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
bentuk dari konten penyebaran belum selesai dinvestigasi melalui
berita hoax. Dan pada point ini kotak hitam atau blackbox yang
media sosial merupakan saluran baru saja ditemukan.
penyebaran informasi atau berita Banyak asumsi berkeliaran
hoax yang paling besar. Media diluaran sana, banyak praduga yang
sosial sendiri memfasilitasi dalam dilontarkan pada media media yang
bentuk penyebaran informasi atau belum pasti faktanya. Beberapa
berita dengan komponen text, rangkuman tentang praduga yang
gambar, dan suara. sehingga dilontarkan atau informasi yang
kemungkinan penyebaran berita telah tersebar di media online :
dan informasi hoax pada media 1. Diduga tidak meledak,
sosial sangatlah besar. Mesin Masih Hidup
Media sosial saat ini Terekamnya data
menjadi raksasa dalam penyebaran sampai ketinggian 250 kaki,
informasi dan berita. contohnya mengidikasikan bahwa sistem
yang paling banyak digandrungi pesawat masih berfungsi dan
masyarakat adalah Instagram dan mampu mengirim data. Dan
Youtube. pada media sosial penemuan mesin turbine disc
instagram ini sendiri banyak akun dengan fanblade yang
yang bersifat anonimous, dan mengalami kerusakan.
instagram sendiri tidak memfiltrasi Berdasarkan fakta ini maka
konten yang disebar ke dalam muncul praduga bahawasanya
instagram. konten akan difiltrasi mesin masih hidup.
ketika adanya laporan (report) yang 2. Kemungkinan Elevator
dilakukan user lain terhadap konten Copot
yang disebarluaskan oleh akun Elevator merupakan
tertentu. kompartemen penting
Lalu pada platform media dalam penerbangan.
sosial Youtube, banyak video-video Elevator merupakan sirip
yang diunggah oleh banyak akun yang terdapat pada bagian
yang terlebih dahulu diubah isi dari belakang pesawat, yang
informasinya. terdapat banyak berfungsi untuk
video yang menggunakan dubbing mengarahkan badan
dan gabungan beberapa video yang pesawat naik dan turun.
saling dikait-kaitkan sehingga Lalu ada lagi berita dengan
informasi yang ditampilkan narasi “bayi selamat dari
memiliki makna dan informasi yang kecelakaan sriwijaya Air SJ 182”,
berbeda dari video aslinya.
Berita terbaru pada saat ini
adalah kecelakaan penerbangan
sriwijaya air SJ 182 pada tanggal 9
Januari 2021. Dari semenjak
kecelakaan terjadi hingga saat ini
banyak berita simpang siur tentang
kejadian yang mengakibatkan
kecelakaan ini terjadi. Kepastian
akan kronologi jatuhnya pesawat ini
sampai saat ini belum dapat
dipastikan karena komusi nasional
keselamatan transportasi (KNKT) Gambar 4.1 source facebook

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 37


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
Berita ini sempat
menghebohkan, namun setelah
ditelusuri bahwa faktanya bayi itu
adalah bayi yang selamat dari kapal
KM Maju lestari ang tenggelam di
Perairan Selayar Sulawesi pada Juli
2018 lalu. Dan Hoax ini juga pernah
muncul pada saat kecelakaan Lion
Air JT 610 di oktober 2018.
1. Klaim rekaman jatuhnya
pesawat sriwijaya Air SJ
182
Tersebar video Gambar 4.3. Source facebook
dengan durasi 2 menit 54 3. Rekaman percakapan
detik yang salah satunya terakhir pilot sriwijaya air
diunggah oleh Channel Entahdari mana data
Youtube Liarno Pieter pada percakapan ini di dapatkan.
9 Januari 2021. Namun Namun tersebar informasi
faktanya video ini adalah bahwa rekaman percakapan
pendaratan darurat oelh pilot penerbangan sriwijaya
Eithopian Airlines pada air SJ 182 sebelum jatuh di
1996 di perariran pulau kepulauan seribu adalah
Grand Comore. hoax. Namun percakapan
ini sering disebut sebagai
percakapan pilot
penerbangan adam air yang
jatuh pada 2007 silam.

Gambar 4.2 source youtube liarno


pieter
2. Video tentang penemuan
potongan tubuh korban
Pada channel
youtube yang diunngah oleh
alifa hibitilah. Faktanya Gambar 4.4. Source facebook
adalah video tersebut
merupakan dari kecelakaan 4. Tersebar video penumpang
pesawat Lion Air JT 610. dari kabin pesawat
Terdapat beberapa
video yang tesebar di media
sosial tentang suasa kabin
pesawat pada saat
kecelakaan.

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 38


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182

Gambar 4.9. Source tiktok @jayfitzmedia

Gambar 4.5. source tiktok @jayfitzmedia

Video 4.6. Source yandex, eitihad airways Gambar 4.10. Source Youtube Anang
Berkah
Dari berita dan informasi yang
disebar ke media sosial ini dapat
disimpulkan bahwasanya banyak praduga
tidak berupa fakta yang disebar oleh banyak
orang. Tanpa melakukan riset dan tidak
diberitakan oleh pihak yang berwenang
dalam penyampaian informasi yang pasti.
Lalu berangkat pada kasus
berikutnya, tentang Vaksin Sinovac yang
Video 4.7. Source tiktok akan disuntikkan kepada seluruh
@cckimberlyangcay masyarakat indonesia. Hal ini menjadi isu
perdebatan hangat saat ini, dimana sebagian
kelompok masyarakat sudah termakan isu
sebelum vaksin ini diumumkan akan
disebar oleh pemerintahan.
Berdasarkan 2 (dua) kasus diatas
media sosial merupakan media yang paling
efektif terhadap penyebaran infomasi
secara cepat. Namun banyak berita atau
informasi yang simpang siur bahkan
informasi yang dibuat atas presepsi dan
Gambar 4.8. Source instagram feed
pandangan pribadi pun juga mudah untuk
disebarluaskan. Berdasarkan fakta
penyebarang hoax dan hate speech, media
yang umum digunakan adalah Instagram,
Facebook, dan TikTok. Lalu ada platform
chat seperti whatsapp, telegram. Media

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 39


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
media tersebut tidak memberikan layanan bahwa masyarakat Indonesia memilih
pihak ketiga dalam melakukan filtrasi menggunakan media sosial dibanding
konten. Sehingga untuk penyebaran Hoax media massa umum lainnya dalam
dan Hate speech tidak dapat dilakukan pencarian informasi. Lalu penyebaran
dengan baik. informasi banyak dilakukan pada platform
Jumlah pengguna media sosial dan chat seperti whatsapp, telegram, direct
platform chat sangat banyak berdasarkan massage instagram dan facebook. Dan juga
data dari APJII (Asosiasi Penyelenggara pemberitaan melalu jejaring sosial ini
Jasa Internet Indonesia) jumlah pengguna melewati status dan postingan pribadi yang
internet adalah 175,2 juta jiwa, dan seluruh dapat dilihat secara umum.
pengguna internet dapat dengan bebas Dengan penggunaan teori uses and
mengemukakan pendapat pada jejaring gratification ini dapat pula ditarik
sosial yang tersedia. Pendapat yang kesimpulan bahwa sebanyak 175,2 juta
dilontarkan tidak dapat sepenuhnya d jiwa pengguna internet di indonesia
pertanggung jawabkan kebenarannya. memilih media sosial sebagai media dalam
Dikarenakan banyak opini pribadi dan melakukan penyebaran dan pencarian
ujaran-ujaran serta penggiringan opini berita atau infomasi.
publik ke arah yang salah.
Lalu untuk hate speech terjadi pada 5. Kesimpulan
konten yang di sebar dalam media sosial. Prilaku masyarakat dalam
Konten ini dapat berupa berita, suara, menanggapi informasi dan berita yang
gambar, video, dan text. jika sebuah konten tersebar di dunia maya dapat digambarkan
tidak sesuai dengan keinginan atau bahwa, masyarakat tidak mau untuk
ketertarikan dari pengguna internet melakukan filtrasi informasi ataupun
(netizen) maka kemungkinan mendapatkan pencarian informasi lanjutan. Masyarakat
komentar pada kontennya. Komentar yang lebih memilih untuk menyebarluaskan
tidak membangun dan malah menjelek- bahkan memberi “bumbu tambahan” untuk
jelekkan kreatornya. bahkan acap kali membuat presepsi tentang infomasi
perkataan tidak senonoh dilontarkan menjadi tidak jelas dan menggiring opini
kepada terhadap kreator kontennya. publik ke opini pribadi yang dianggap
padahal konten yang dipublish hanyalah benar.
konten biasa tanpa ada menyinggung area Proses penyebaran berita dan
lainnya. informasi hoax pada media sosial terjadi
Kebiasaan masyarakat dalam karna tidak ada bilik-bilik atau aturan yang
mengomentari dan membagikan sebuah mengekang dalam pembuatan sebuah berita
berita atau informasi tanpa ada pencarian atau informasi dalam platform. Seluruh
informasi lebih lanjut, membuat pengguna dapat membuat lalu
penyebaran Hoax sangat cepat. Penyebaran menyebarkan informasi sesuai dengan
informasi atau berita ini tanpa melakukan keinginan dan pemikirannya tanpa harus
pencarian informasi lebih lanjut. Cukup melakukan kajian dan riset tentang pokok
dengan satu informasi, maka informasi itu informasi yang disebarluaskan. Hasil
langsung dianggap benar. Dengan tipe pemikiran yang belum tentu berdasarkan
penyebaran informasi dan berita seperti ini, fakta dan penggalian fakta yang lebih jelas,
penyebaran Hoax dalam media sosial akan membuat banyak tersebar berita Hoax pada
berlangsung sangat cepat. media sosial. Mungkin untuk pengguna
Teori uses and gratification pada media sosial yang berumur muda, dan
setiap kasus ini digambarkan dari media berpendidikan dapat memfiltrasi berita atau
penyebaran informasi. Dengan banyaknya informasi yang beredar. Namun tidak dapat
pengguna media sosial seperti instagram, disamakan dengan pengguna media sosial
youtube, dan facebook. menerangkan yang sudah dewasa atau tua. Keterbatasan

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 40


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
pemahaman terhadap penggunaan Speech. Pada saat ini yang terjadi hanyalah
teknologi internet, mempuat para orang klarifikasi atas penyebaran informasi yang
dewasa dan tua menganggap seluruh salah dan meminta maaf kepada publik atas
informasi yang telah diterbitkan oleh media informasi tersebut, tanpa ada ganjaran bagi
online dapat diserap dan menjadi pokok penyebaran informasi.
bahasan pada lingkungan pergaulan. Dan bagi para pengguna media
Penggunaan media sosial dalam sosial, sebaiknya dilakukan pencarian
penyebaran informasi memang sangat informasi lanjutan terhadap sebuah
efektif, namun punya sisi negatif yang informasi sebelum disebar luaskan
sangat berbahaya, karna bisa memecah kembali. Penambahan opini pribadi dalam
belah bangsa. Isu isu yang tidak benar, sebuah fakta membuat penggiringan opini
penyampaian fakta yang dipelintir, narasi menjadi salah. Dan bagi para pengguna
informasi yang diberi opini pribadi, fakta media sosial sebaiknya setelah membaca
gambar yang dirubah maksudnya, suara sebuah artikel informasi atau berita tidak
dalam video yang diganti, cuplikan- langsung di share atau dibagikan sebelum
cuplikan atau potongan-potongan gambar mendapatkan informasi yang lebih jelas.
dan video yang hubung-hubungkan demi
terciptanya opini, penggiringan opini Daftar Pustaka
masyarakat terhadap sesuatu dengan Allcott, H., & Gentzkow, M. (2017). Nber
diberikan narasi dan informasi yang salah Working Paper Series Social Media
namun terlihat benar dan biasanya and Fake News in the 2016 Election.
disampaikan oleh orang yang Journal of Economic Perspectives,
berpendidikan. Diantara seluruh cara dalam 31(2), 211–236.
pembuatan informasi Hoax ini banyak http://www.nber.org/papers/w23089
tersebar luas di masyarakat. Bahkan media %0Ahttp://www.nber.org/papers/w23
umum seperti televisi, radio, dan koran, 089.ack
saat ini juga melakukan hal yang sama. Ashrianto, P. D., & Yustitia, S. (2020).
Sehingga tingkat kebenaran berita dan The Use of Social Media in Searching
informasi menjadi pertanyaan tingkat for Information about Papua. Jurnal
kefaktaannya. The Messenger, 12(2), 122.
6. Saran https://doi.org/10.26623/themessenge
Pada penelitian sebelumnya hanya r.v12i2.1939
menjabarkan tentang penyebaran informasi Clemens, C., & Sari, W. P. (2019).
dan pemilihan media dalam penyampaian Pengaruh Penggunaan Brand
informasi. Namun tidak membahas tentang Endorser Arief Muhammad Terhadap
efektifitas dan kerugian dari informasi yang Brand Awareness Tokopedia.
disebar luaskan, dan efek dari konten yang Prologia, 3(2), 387.
disebar melalui sosial media. https://doi.org/10.24912/pr.v3i2.6369
Dalam pembahasan yang penulis Dafonte Gómez, A. (2018). Audience as
tulis ini, menggambarkan kondisi dari medium : motivations and emotions in
penggunaan media sosial dalam news sharing. 12, 2133–2152.
penyebaran informasi dan karakter dari https://doi.org/10.31235/osf.io/ux2hk
masyarakat indonesia dalam menanggapi Fattah, R. A., & Sujono, F. K. (2020).
informasi yang tersebar di dalam sosial Social Presence of Ruangguru in
media. Social Media during Covid-19
Sebaiknya pada penelitian Pandemic. Jurnal The Messenger,
selanjutnya, dapat dibentuk bilik-bilik atau 12(2), 180.
aturan-aturan dan penerapan sangsi https://doi.org/10.26623/themessenge
pelanggaran bagi yang membeberkan r.v12i2.2276
informasi yang bersifat Hoax dan Hate Juditha, C. (2018). Social Media

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 41


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
Hegemony: Gosip Instagram Account https://doi.org/10.26905/jmdk.v5i1.13
@Lambe_turah - Hegemoni Media 42
Sosial: Akun Gosip Instagram Rahutomo, F., Pratiwi, I. Y. R., &
@Lambe_turah. Jurnal Penelitian Ramadhani, D. M. (2019).
Komunikasi Dan Opini Publik, 22(1), Eksperimen Naïve Bayes Pada
260982. Deteksi Berita Hoax Berbahasa
Juditha, Christiany. (2018). Hoax Indonesia. Jurnal Penelitian
Communication Interactivity in Komunikasi Dan Opini Publik, 23(1).
Social Media and Anticipation https://doi.org/10.33299/jpkop.23.1.1
(Interaksi Komunikasi Hoax di Media 805
Sosial serta Antisipasinya). Journal Ruggiero, T. E. (2018). Uses and
Pekommas, 3(1), 31. Gratifications Theory in the 21st
https://doi.org/10.30818/jpkm.2018.2 Century. Refining Milestone Mass
030104 Communications Theories for the
Kania, D., Agatha, N., Studi, P., 21st Century, February 2000, 36–70.
Komunikasi, I., Bakrie, U., Bakrie, K. https://doi.org/10.4324/97813156794
U., & Colony, S. (2011). Online 02-4
consumers and the application of uses Siswoko, K. H. (2017). Kebijakan
and gratification theory. Journal Pemerintah Menangkal Penyebaran
Communication Spectrum, 1(2), 91– Berita Palsu atau ‘Hoax.’ Jurnal
108. Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan
Karman. (2013). Riset Penggunaan Media Seni, 1(1), 13.
dan Perkembangannya Kini - https://doi.org/10.24912/jmishumsen.
Researches on Media Uses And Its v1i1.330
Development. Jurnal Studi Situngkir, H. (2012). Spread of Hoax in
Komunikasi Dan Media, 17(1), 103– Social Media. SSRN Electronic
121. Journal, 30674.
http://download.portalgaruda.org/artic https://doi.org/10.2139/ssrn.1831202
le.php?article=198532&val=6561&tit Suparmo, L. (2017). Uses and
le=RISET PENGGUNAAN MEDIA Gratifications Theory dalam Media
DAN PERKEMBANGANNYA KINI Sosial WA (WhatsApp).
Mahasiswa, N., Farm, S., Ujian, J., & Communicology: Jurnal Ilmu
Farm, M. (2018). Kementerian Riset , Komunikasi, 5(2), 27–37.
Teknologi dan Pendidikan Tinggi https://doi.org/10.21009/communicol
Universitas Andalas KARTU TANDA ogy.062.02
PESERTA UJIAN. 11–12. Syah, R. H. (2020). Dampak Covid-19
Masyarakat Telematika Indonesia. (2019). pada Pendidikan di Indonesia:
Hasil Survey Wabah Hoax Nasional Sekolah, Keterampilan, dan Proses
2019. Website Masyarakat Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial
Telematika Indonesia, 35. Dan Budaya Syar-I, 7(5).
https://mastel.id/hasil-survey-wabah- https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15
hoax-nasional-2019/ 314
Nugrahani, F. (2017). Penggunaan Bahasa Utami, P. (2019). Hoax in Modern
Dalam Media Sosial Dan Politics. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Implikasinya Terhadap Karakter Politik, 22(2), 85.
Bangsa. Stilistika, 3(1), 1–18. https://doi.org/10.22146/jsp.34614
Rahadi, D. R. (2017). Perilaku Pengguna West, R., & Turner, L. H. (2019).
Dan Informasi Hoax Di Media Sosial. Introducing Communication Theory.
Jurnal Manajemen Dan In Making Sense of Messages.
Kewirausahaan, 5(1), 58–70.

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 42


Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis ISSN : 2655-8238
Vol. 3 No.1 31Januari 2021
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i1.182
(Allcott & Gentzkow, 2017; Ashrianto &
Yustitia, 2020; Clemens & Sari, 2019;
Dafonte Gómez, 2018; Fattah & Sujono,
2020; C. Juditha, 2018; Christiany Juditha,
2018; Kania et al., 2011; Karman, 2013;
Mahasiswa et al., 2018; Masyarakat
Telematika Indonesia, 2019; Nugrahani,
2017; Rahadi, 2017; Rahutomo et al., 2019;
Ruggiero, 2018; Siswoko, 2017; Situngkir,
2012; Suparmo, 2017; Syah, 2020; Utami,
2019; West & Turner, 2019)1

Copyright@2021 Prodi Sistem Informasi Universitas Dharma Andalas 43

Anda mungkin juga menyukai