Anda di halaman 1dari 14

Disusun Oleh :

Widia Indah Sari


0602509004

DOSEN : Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psi

Universitas Al Azhar Indonesia


Fakultas Psikologi dan Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas “ PSIKOLOGI PENDIDIKAN ”, dengan judul “
PERKEMBANGAN EMOSI ”. Makalah ini ditujukan untuk kriteria penilain terhadap mata
kuliah “ PSIKOLOGIPENDIDIKAN ” yang diberikan oleh dosen kami, Prof. Dr. Lydia
Freyani Hawadi, Psi

Makalah ini saya buat agar mempermudah pembaca untuk memahami dan memberikan
pedoman terhadap isi materi makalah ini, dan saya juga berharap agar susunan makalah ini
dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar

Dalam penyusunan Tugas Makalah Ujian Akhir Semester ini, penulis menyusun
berdasarkan dengan data-data yang diperoleh serta berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
yang didapat selama mengikuti proses belajar di Universitas Al-Azhar.

Tidak lupa ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis. Ungkapan rasa terima kasih tersebut ditujukan kepada :
1. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psi Dosen Psikologi Pendidikan.
2. Orang tua dan Adik-adik yang telah memberikan dukungan moral dan material.
3. Teman-teman PAUD yang telah membantu membimbing penulis.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurang dalam
penulisan, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi
perbaikan makalah ini.

Jakarta, Desember 2010

Widia Indah Sari

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1

BAB II..................................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI.............................................................................................................. 2
A. Pengertian Emosi................................................................................................... 2
B. Perubahan-perubahan Pada Tubuh Saat Terjadi Emosi................................................. 3
C. Menggolongkan Emosi.................................................................................................. 3
D. Pertumbuhan Emosi....................................................................................................... 4

1. Pengaruh Budaya.............................................................................................. 4
2. Pengaruh Gender............................................................................................... 5

E. Pola-pola Emosi............................................................................................................ 5

1. Rasa Takut........................................................................................................ 5
2. Rasa Marah....................................................................................................... 5
3. Rasa Cemburu.................................................................................................. 6
4. Rasa Sedih........................................................................................................ 6
5. Rasa Gembira................................................................................................... 6

F. Ekspresi Wajah yang Umum Dilakukan............................................................... 7

BAB III.................................................................................................................................... 8
PENUTUP........................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan........................................................................................................... 8
B. Saran-saran........................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya, perubahan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
yaitu perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu
menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Maka dalam warna efektif yang kuat
maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-
perasaan seperti ini disebut emosi. Beberspa macam antara lain, gembira, bahagia, terkejut,
benci, senang, sedih, dan sebagainya.

Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri
organisasi dan individu pada suatu waktu. Misalnya, orang merasa sedih, senang, terharu, dan
sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau, dan sebagainya. Dengan
kata lain, perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa-peristiwa
yang pada umumnya datang dari luar dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya
menimbulkan kegoncangan pada diri individu. Sering kali orang merasa tidak nyaman
dengan emosi mereka dan berharap dapat terbebas dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh
perasaan marah, cemburu, malu, rasa duka dan rasa cinta. Kondisi perasaaan dalam diri
seseorang dapat menimbulkan sesuatu dalam diri orang sebagai suatu reaksi terhadap apa
yang dialaminya. Reaksi dari masing-masing orang terhadap keadaan itu tidak sama satu
dengan yang lainnya.

Emosi yang sedang kita alami dapat diekspreskan dengan wajah kita, karena wajah
tidak hanya mrefleksikan perasaan kita tetapi juga dapat mempengaruhi perasaan kita. Pada
fecial back (umpan balik raut wajah) disini otot mengirimkan pesan keotak kemudian
mengenai emosi dasar yang sedang diekspresikannya, misalnya apabila kita sedang
tersenyum itu menunjukkan bahwa kita sednag bahagia, dan apabila dahi kita berkerut
menunjukan bahwa kita sedang marah atau sedang bingung. Pada saat kita tersenyum kita
mengekspresikan sedang bahagia dan senang maka perasaan positif kita meningkat dan
apabila kita sedang keadaan marah, tidak senang atau jijik maka perasaan positif itu akan
mengalami penurunan.
1
BAB II
LANDASAN TEORI

Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir.
Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam berbagai aktivitas pada bayi yang
baru lahir. Kemampuan mengekspresikan emosi pada manusia adalah kemampuan yang harus
dipelajari, oleh karena itu stimulasi emosi yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu
diajarkan pada anak-anak agar mereka dapat beremosi dengan tepat saat berinteraksi dengan
lingkungan sekitar anak.

Para bayi, akan merespons ekspresi wajah dan suara orang tua mereka dan orang
dewasa lainnya. Para ibu yang berasal dari Amerika, Jerman, Yunani, Kepulauan Trobriand,
dan Yanomamo, membangkitan mood bahagia pada bayi mereka dengan cara menunjukan
ekspresi bahagia (keating, 1994). Ditemukan bahwa bayi juga mampu merespons emosi
wajah yang bahagia dengan cara yang lain misalnya bayi yang baru lahir akan menghisap dot
lebih lama apabila hal tersebut menghilangkan ekspresi wajah yang bahagia pada orang tua
mereka dibandingkan apabila hal tersebut menghasilkan ekspresi wajah yang netral atau
negatif, (Walker-Andrews, 1997)

A. Pengertian Emosi

Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah,
aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan
suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat disuatu
kebudayaan.

Teori emosi yang dikemukakan Cannon, dengan teorinya yang dikenal dengan teori
sentral. Menurut teori atau pendapat ini segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi
yang dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam fisiknya.

Menurut pendapat para ahli William James (1842-1910) dan (Carl Lange dari
Denmark), emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dai luar. Gejala-
gejala kejasmanian bukanlah merupakan gejala kejasmanian, menurut teori ini orang tidak

menangis karena susah tetapi sebaliknya ia susah karena menagis atau apabila seseorang
melihat harimau maka reaksinya adalah peredaran darah semakin cepat karena denyut
jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-
respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut, jadi orang itu bukan takut
setelah melihat harimau melainkan karena berdebar-debar maka timbul rasa takut.

B. Perubahan-perubahan Pada Tubuh Saat Terjadi Emosi

Terutama pada emosi yang kuat sering kali mengalami perubahan-perubahan dalam tubuh
kita, antara lain :

1) Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona


2) Peredaran darah : bertambah cepat bila marah
3) Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut
4) Pernapasan bernapas panjang bila kencang
5) Pupil mata : membesar bila sakit atau marah
6) Liur : mengering bila takut atau tegang
7) Bulu roma : berdiri bila takut
8) Pencernaan : menceret-menceret bila tegang
9) Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar (tremor)
10) Komposisi darah : komposisi darah akan pucat berubah dalam keadaan emosional
karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

C. Menggolongkan Emosi
Membedakan suatu emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis kedalam
suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan karena hal-hal berikut :

1) Emosi yang sangat mendalam, misalnya sangat marah atau sangat takut yang
menyebabkan aktivitas badan sangat tinggi sehingga seluruh badan aktif.
2) Penghayatan, misalnya sesorang sedanga marah orang itu akann gemetar ditempat,
tetapi terkadang memaki-maki kepada orang yang menyebabkan dia marah, atau
mungkin dia lari.
3) Nama emosi, misalnya takut adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya.
4) Pengenalan emosi, dipengaruh dari lingkungan dengan ekspresi wajah dan anggota
tubuh, misalnya apabila teman kita sedang marah maka tanpa disadari kita juga akan
merasakan kemarahannya.

D. Pertumbuhan Emosi

Pertumbuhan dan perkembangan emosi seperti juga tingkah laku lainnya, ditentukan
oleh proses pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis,
tetapi ia harus mencapai ringkas kematangan tertentu untuk tertawa, setelah anak sudah lebih
besar, maka dia akan belajar bahwa menagis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-
maksud tertentu atau untuk situasi tertentu.

Pada bayi yang baru lahir satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang
tampak sebagai ketidak senangan dalam bentuk menagis dan meronta, pada keadaan tenang
bayi itu tidak menunjukkan perbuatan apa pun, jadi emosi sedang dalam keadaan normal
(netral). Tiga bulan kemudian baru tampak perbedaan, misalnya rasa tertekan atau terganggu
dan rasa senang atau gembira. Senang atau gembira merupakan perkembangan emosi lebih
lanjut yang tidak terdapat pada waktu lahir. Pada usia lima bulan, bayi akan merasakan marah
dan benci mulai terpisahkan dari raa tertekan atau terganggu. Diusia tujuh bulan mulai
tampak rasa takut, antara usia 10-12 bulan perasaan bersemangat dan kasih sayang mulai
terpisahkan dan rasa sengang. Maka makin besar anai itu, makin besar pula kemampuannya
untuk belajar sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui
proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan
selanjutnya lebih banyak ditentukan olerh proses belajar.
1. Pengaruh Budaya

Budaya sangat mempengaruhi aturan menampilkan emosi, suatu peraturan yang


mengatur sesorang untuk mengekspresikan perasaannya dan cara pengekspresian emosi
tersebut, kerja emosi merupkan usaha yang dilakukan seseorang untuk menunjukan perasaan
yang sesungguhnya tidak ia rasakan, yang merupakan tuntutan dari situasi, orang juga
mengkomunikasikan emosi melalui isyarat dan ekspresi nonverbal dan bahasa tubuh.
Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap
kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam
kebudayaan yang bersangkutan sehingga ekspresi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang
lain dalam kebudayaan yang sama. Dalam perkembangan emosi yang juga dipelajari adalah
objek-objek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Misalnya anak yang tidak pernah
ditakut-takuti ditempat gelap tidak akan takut pada tempat yang gelap. Pria Amerika jarang
menangis pada peristiwa-peristiwa seperti perkawinan, gagal ujian, dan sebagainya,

tetapi Pria Perancis lebih mudah untuk mencucurkan air mata dalam peristiwa-peristiwa
tersebut. Emosi orang-orang yang berkulit putih berbeda dengan orang berkulit hitam.

2. Pengaruh Gender

Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi seperti
melalui dari cinta, duka, hingga marah. Tetapi pria telihat lebih reaktif secara psikologis
terhadap konflik dibandingkan dengan wanita. Pria dan wanita cara mengkspresikan emosi
dengan cara yang berbeda, misalnya wanita lebih sering menagis, menunjukkan perasaan
takut, sedih, rasa bersalah,dan kesepian, dibandingkan dengan pria, pria akan lebih sering
menyembunyikan perasaan-perasaan tersebut, karena terkdang perasaan-perasaan tersebut
menjadi kelemahan Pria, jadi kemapuan kedua gender (Pria dan Wanita) dalam kemampuan
mengekspresikan emosi bergantung pada peran gender, perbedaan gender pada ekspresi
emosional sangat dipengaruhi oleh budaya dan situasi.
E. Pola-pola Emosi

1. Rasa Takut

Rasa takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan
sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Rangsangan yang umumnya
menimbulkan rasa takut pada bayi adalah suara yang keras, binatang, kamar yang gelap,
tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak dikenal, tempat atau
obyek yang tidak dikenal. Misalnya pada anak usia tiga tahun anak merasa takut untuk
bermain sendirian dan ditinggal sendirian, pada usia lima tahun anak merasa takut tehadap
binatang misalnya ular, anjing, dan lain-lain, pada usia delapan tahun anak mersa takut
terhadap sesuatu misalnya hantu atau monster.

2. Rasa Marah

Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak. Karena
rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia dini anak-anak
mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian dari
orang tuanya. Misalnya anak ketika minta dibelikan mainan ketika melihat mainan dimol
tetapi orang tuanya tidak boleh kemudian orang tuanya tidak memperdulikannya dan tidak
memperhatikannya maka anak akan marah dan menangis.

3. Rasa Cemburu

Rasa cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran dari kekhawatiran yang disadari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang
dari seseorang. Rasa cemburu timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan
ditujukan kepada orang lain. misalnya rasa cemburu pada masa kanak-kanak umumnya
ditumbuhkan di rumah, artinya timbul dari kondisi yang berbeda di lingkungan rumah.
Misalnya Ani mempunyai adik baru, dan karena orang tuanya terutama ibu lebih banyak
menghabiskan waktu dan perhatian ibunya terhadap adik barunya dari pada dia, maka anak
yang Ani menjadi merasa diabaikan sehingga Ani merasa iri atau cemburu terhadap adik
barunya.
4. Rasa Sedih

Rasa sedih adalah suatu emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.
Misalnya anak-anak merasa sedih karena kehilangan suatu benda yang dicintai atau yang
dianggap penting bagi dirinya, binatang atau mainannya kesayangannya maka anak
mengungkapkan kesedihannya dengan menangis.

5. Rasa Gembira

Rasa gembira adalah ekspresi dari kalangan yaitu perasaan terbatas dari perasaan, biasanya
kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan
biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang lain disekitar orang gembira. Misalnya anak
mendapatkan kado ulang tahun dari orang tuanya atau orang yang disayangnya maka anak
mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat, dan memeluk benda atau orang yang membuatnya gembira.

6. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang misalnya binatang, atau benda.
Hal itu menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau
kata-kata (verbal). Anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang
menyenangkannya.

Anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih kecil
anak menyatakan secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium orang atau binatang
yang disayanginya.

F. Ekspresi Wajah yang Umum Dilakukan

Ekspresi wajah yang sering menunjukan perasaan-perasaan kita dalam keadaan tertentu
yang menunjukan perasaan kita, apakah itu senang atau terkejut, jijik, senang atau bahagia,
sedih, marah atau geram, angkuh, panik, sinis, dan lain-lain. Fungsi ekspresi wajah adalah
kita dapat mewakili perasaan yang sedang kita alami dengan mengungkapkannya melalui
ekspresi wajah kita sehingga orang bisa mengetahui apakah kita sedang senang, bahagia,
marah, takut, dan lain-lain. Ekspresi wajah dipengaruhi oleh facial feedback (umpan balik
raut wajah) karena facial feedback akan mempengaruhi kondisi emosi seseorang bahkan saat
orang tidak secara khusus diminta menirukan suatu emosi melainkan sekedar menstimulasi
otot wajah mereka.

Ekspresi wajah juga dapat menimbulkan emosi pada orang lain dan menghasilkan
peniruan ekspresi secara tidak disadari, yang dapat menyebabkan mood pada diri orang lain
(penularan mood), misalnya pada saat kita sedang bahagia dan kemudian berbincang-bincang
dengan teman kita maka secara tidak sengaja maka teman kita juga akan merasakan
kebahagiaan yang sedang kita alami sekarang. Karena pada saat dua orang sedang berbicara
semakin tinggi singkronitas yang terjadi kepada kita berdua maka semakin tinggi pula rapport
(hubungan baik atau tingkat kedekatan) dan harmoni emosi yang mereka satu dengan yang
lainnya. Kemapuan mensikronisasikan mood melalui wajah atau bahasa tubuh merupakan hal
yang terpenting dalam membangun hubungan dan saat berinteraksi dengan orang lain.

Ekspresi wajah juga dapat dipengaruhi oleh budaya dan sosial. Lingkungan sosial dan
budaya memberiakan pengaruh penting terhadap cara orang mengenali ekspresi wajah.
Meskipun sebagian besar orang dari beragam budaya mengidentifikasi emosi dasar
ditunjukan dengan foto, tetapi dalam ada yang tidak mengidentifikasi emosi dasarnya dengan
menggunakan foto. Karena tiap-tiap budaya memiliki perbedaan mengenai fokus perhatian
pada konteks sosial dan emosi. Ekspresi wajah dapat memiliki arti yang berbeda-beda pada
konteks yang berbeda pula, dan orang-orang sering kali menggunakan ekspresi wajah untuk
berbohong mengenai perasaan yang sesungguhnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang Emosi diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Emosi adalah stimulasi yang melibatkan melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah,
aktivasi pada otak, kejasmanian pada diri individu, dan rangsangan-rangsangan dari
luar yang menyebabkan emosi itu terjadi yang ungkapkan dengan ekspresi wajah dan
bahasa tubuh.
2. Membedakan suatu emosi dengan melihat seberapa dalam emosi tersebut terjadi,
penghayatan, nama emosi, dan pengenalan emosi. Sehingga kita dapat membedakan
emosi-emosi yang sedang kita alami.
3. Pertumbuhan dan perkembangan emosi dapat ditentukan oleh proses pematangan dan
proses belajar.
4. Pengaruh dari budaya dan gender, juga dapat mempengaruhi emosi pada diri individu,
karena setiap budaya memiliki perbedaan dalm mengungkapkan emosinya ada budaya
mengekspresikan emosinya dengan melalui perasaan yang sedang dialaminya dan ada
pula budaya yang mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan tetapi dia dengan
biasa-biasa saja atau tidak diungkapkan dengan ekspresi wajah. Misalnya orang
Amerika dengan orang Jerman cara mengungkapkan emosinya sesuai dengan budaya
yang ada dinegaranya.
5. Emosi yang dipengaruhi oleh gender, pria dan wanita cara mengekspresikan emosinya
dengan cara yang berbeda-beda, kalu wanita llebih peka terhadap perasaan yang sedang
dialaminya dan mengungkapkan dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya, tetapi
berbeda dengan pria, pria lebih menyembunyikan emosi atau perasaan yang sedang
dialaminya.
6. Bentuk-bentuk emosi ada beberapa bentuk seperti marah, takut, bahagia, sedih, dan
cemburu. Dan kita dapat mengekspresiakannya sesuai dengan perasaan yang sedang
dialaminya apakah dia sedang marah, bahagia, dan lain-lain.
7. Emosi juga dapat diekspresikannya dengan ekspresi wajah yang sering menunjukan
perasaan-perasaan kita dalam keadaan tertentu yang menunjukan perasaan kita, apakah

itu senang atau terkejut, jijik, senang atau bahagia, sedih, marah atau geram, angkuh,

panik, sinis, dan lain-lain. Emosi seseorang dapat menular dengan secara tidak sengaja
sesuai dengan mood seseorang.
B. Saran-saran

1. Dalam perekembangan emosi yang ada dalam diri kita yang dipengaruhi oleh perasaan-
perasaan yang sedang kita alami misalnya senang atau bahagia, sedih, takut, lain-lain.
Emosi yag sedang kita rasakan bisa kita menetralisirnya sesuai dengan keadaan
lingkungan sekitar atau bisa memendam atau menyembunyikan emosi kita dengan
melihat situasi yang ada.
2. Dalam pengaruh budaya dan gender kita harus mengetahui perkembangan emosi yang
ada dalam budaya tersebut sehingga kita tidak salah mengambil tindakan, apakah orang
itu sedang marah atau senang. Sedangkan pada gender kita harus mengetahui emosi
yang ada pada wanita atau pria, sehingga kita dapat menyesuaikan diri kita saat sedang
berada dengannya.
3. Pada saat kita sedang bersama dengan orang lain kita harus mengetahui atau mengerti
ekspresi yang ada pada orang tersebut sehingga kita dapat berkominikasi dengan orang
tersebut dengan baik dan lancar tanpa membuat orang tersebut merasa tidak nyaman
dengan kehadiran kita didekatnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Shaleh, Abdul Rahman. (2004). Psikologi Suatu Pengantar dalam perspektif Islam.
Kencana Prenada Media Geoup : Jakarta
 Cooper, carol., et. Al. (2008). Ensiklopedia Perkembangan. Penerbit Erlangga. Jakarta
 Wade, Carole., Tavris, Carol. (2008). Psikologi Jilid Dua. Penerbit Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai