Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmu Jurnalistik

Volume x, Nomor x, xxxx, xx-xx


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/jurnalistik

Independensi Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi


Mahasiswa Tolak RUU KUHP 23-24 September 2019 (Studi
Fenomenologi pada Wartawan TribunJabar.id)

1
Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
*Email : milahjuwita72@gmail.com

ABSTRAK
Independensi Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi
Mahasiswa Tolak RUU KUHP 23-24 September 2019 (Studi
Fenomenologi pada Wartawan TribunJabar.id)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman, pemaknaan dan juga
pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam reportase Aksi Mahasiswa Tolak
RUU KUHP. Penulis menggunakan studi fenomenologi Alfred Schutz untuk
menggali makna yang terbangun dari realitas dalam penelitian dengan
menggunakan kerangka pengembangan ilmu sosial.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian kualitatif menggambarkan secara tertulis bagaimana wartawan
media online Tribun Jabar memahami, memaknai dan juga mengalami secara
langsung dalam melakukan reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP.
Sedangkan teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan meliputi
wawancara mendalam (In Depth Interview) dan studi pustaka.
Hasil Penelitian yang dilakukan terhadap wartawan media online
Tribun Jabar dalam peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP
menunjukkan bahwa wartawan media online Tribun Jabar independen dan
selalu menjaga akurasi dalam pemberitaannya. Pemahaman serta pemaknaan
wartawan Tribun Jabar terhadap independensi cukup mumpuni dengan
pengetahuan serta kewajiban berpedoman terhadap Kode Etik Jurnalistik
Begitu juga dengan pengalamannya meliput peristiwa Aksi Mahasiswa yang
menjaga keberimbangan dan juga objektifitas berita.
Kata Kunci : Independensi; Media Online; Fenomenologi

Diterima: Bulan Tahun. Disetujui: Bulan Tahun. Dipublikasikan: Bulan Tahun 1


M Juwita

ABSTRACT
(Independency of Online Media Journalists in Student Action Reporting
Against the Criminal Code Bill 23-24 September 2019 (Phenomenology
Study on TribunJabar.id Journalists)

This study aims to determine the understanding, meaning and


experience of Tribun
Jabar journalists in the reportage on Student Action to Reject the Criminal
Code Bill. The
author uses the phenomenological study of Alfred Schutz to explore the
meaning that is built
from reality in research using a social science development framework.
The type of research used is a qualitative approach. This type of
qualitative research describes in writing how the Tribun Jabar online media
journalists understand, interpret and also experience firsthand in reporting
the Student Action to Reject the Criminal Code Bill. While the techniques in
data collection include in-depth interviews (In Depth Interview) and
literature study.
The results of research conducted on Tribun Jabar online media
journalists in the Student Action to Reject the Bill on the Criminal Code show
that the online media journalists of Tribun Jabar are independent and always
maintain accuracy in their reporting. The understanding and meaning of the
Jabar Tribunal journalists towards independence are quite qualified with
knowledge and obligations based on the Journalistic Code of Ethics Likewise
with their experience of covering Student Action events that maintain balance
and also news objectivity.

Keywords : Independency; online media; phenomenology

PENDAHULUAN

Informasi merupakan kekuatan terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap


orang memiliki caranya sendiri dalam mengemas informasi, dan kemasan
orang membuat produk informasi mengalami lompatan sesuai dengan
kecerdasan manusia. Contohnya, dulu masih menulis dengan menggunakan
kayu, sekarang sudah bisa menulis dengan internet. Maka, informasi pun
berkembang dalam bentuk bisnis yang menguntungkan.

2 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Media massa memahami betul bahwa informasi merupakan roh dalam


kehidupan jurnalistik. Berbagai informasi yang baru, unik, aktual,
kontroversi, dramatik, dan eksklusif menjadi menu yang disuguhkan kepada
khalayak, baik di dalam maupun luar negeri. Karena dikemas dengan
konstruksi angle yang beragam, massa akhirnya menjadi ketagihan akan
informasi.

Dalam perkembangannya, media massa mengalami pertumbuhan yang sangat


pesat, baik media elektronik maupun media cetak dengan pertumbuhan yang
luar biasa. Untuk menilai perkembangan media massa, bisa dilihat dari
pertumbuhan jumlah media massa yang dari tahun ke tahun terus mengalami
kenaikan dan dibarengi dengan maraknya penggunaan internet di mana-
mana.

Pesatnya pengaruh internet di berbagai pelosok negeri ini, tidak hanya


berkembang terhadap teknologi saja, tetapi juga berpengaruh terhadap aspek
yang lainnya, seperti politik, budaya dan lain sebagainya termasuk media
massa yang mendorong minat para khalayak untuk membaca berita beralih ke
media online, karena dianggap lebih mudah dan murah daripada harus
membeli koran dan bentuk informasi yang lainnya.

Sejumlah media massa, akhirnya banyak didominasi oleh para penguasa yang
notabene dirinnya berlatar belakang pengusaha yang memperoleh
keuntungan dari besarnya pendapatan media tersebut, dan semakin kokoh
memosisikan dirinya sebagai elite pemilik yang mempunyai modal di
dalamnya sekaligus berkuasa dalam melakukan pencitraan terhadap media
massa. Sehingga, media massa pun lebih mencerminkan serta mengutamakan
kepentingan orang yang memiliki modal dan yang dari awal mendirikan
media massa, karena tidak ingin usahanya “lumpuh.” Pada akhirnya,
masyarakat pun maklum dengan berbagai pencitraan politik media massa
yang setiap saat ada di depan layar kepada jutaan pasang mata orang
Indonesia.

Menurut situs media online Tempo.com, dalam wawancaranya, Amien Rais


mengatakan : “Beberapa media di Indonesia, banyak yang lebih pro kepada
pemerintah daripada bersifat netral dan berpihak kepada kebenaran yang
sesungguhnya. Bahkan, lebih dari itu, media massa dari sisi lain juga
menyebarkan dan memperkuat struktur ekonomi politik tertentu.”

Seperti yang dikatakan Peter Golding dan Graham Murdoc, dalam buku

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 3


M Juwita

Ekonomi Politik Media Penyiaran (Agus Sudibyo, 2004:1) “media tidak


hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, tetapi juga menjalankan fungsi
ideologis.” Tentu saja fungsi ideologis sangat penting, karena membuat
industri media massa berkembang sangat pesat dan membuat media massa
menjadi suatu institusi yang mudah dikenal oleh masyarakat luas.

Agar sejalan dengan semangat UU Pers Nomor 40 tahun 1999, maka


rubrikasi pun diselaraskan dengan fungsi pers secara umum, yaitu sebagai
media informasi, pendidikan, kontrol sosial, hiburan dan bisnis. Dalam
konteks ini, tentu seharusnya media selalu mempertimbangkan prinsip
objektif, independen, dan berimbang. Dalam menyajikan informasi, media
hendaknya tidak melakukan keberpihakan.

Sebagai media online dan salah satu situs berita yang terkenal di Jawa Barat,
Tribun Jabar tentunya menjadi sorotan publik dengan segala pemberitaan
yang dimuatnya. Salah satu berita yang menjadi sorotan adalah berita tentang
demo mahasiswa yang terjadi pada tanggal 23-24 September 2019 di seluruh
daerah yang terjadi di Indonesia. Aksi penolakan RUU KUHP tersebut
dimulai dari para mahasiswa Gejayan di Yogyakarta, dan diikuti oleh
mahasiswa di daerah yang lainnya, beberapa daerah yang menyuarakan aksi
tersebut diantaranya Malang, Semarang, Balikpapan, Surabaya, Bandung,
dan lain sebagainya yang sepakat untuk menolak RUU KUHP (Rencana
Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Sebenarnya aksi unjuk rasa penolakan RUU KUHP yang dilakukan oleh para
mahasiswa dari seluruh daerah yang ada di Indonesia, dimulai pada tanggal
23-26 September 2019, tetapi yang menjadi sorotan yaitu tanggal 23-24
September 2019. Sedangkan pada tanggal 25 September 2019, yang
melakukan aksi penolakan adalah siswa setingkat SMA yang berunjuk rasa di
depan Gedung DPR RI. Dan pada tanggal 26 September 2019, mahasiswa di
Yogyakarta mengadakan unjuk rasa untuk menuntut Presiden Joko Widodo
agar segera menerbitkan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perppu) UU
KPK.

Dalam aksi tolak RUU KUHP, tidak hanya penolakan saja, namun ada juga
sekelompok mahasiswa yang mendukung RUU KUHP tersebut dengan
alasannya sendiri. Adapun beberapa alasan dari kelompok mahasiswa yang
menolak RUU KUHP yaitu, (1) Bahwa pasal-pasal yang ada dalam RUU
KUHP tersebut lebih menyudutkan rakyat kecil, seperti gelandangan yang
berkeliaran di jalanan, dikenakan sanksi dengan membayar uang

4 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Rp.1.000.000,00, (2) Bahwa pasal-pasal yang ada dalam RUU KUHP bersifat
tidak masuk akal, seperti hewan peliharaan yang berkeliaran di rumah
ataupun kebun orang lain, dan mengotori kebun tersebut harus dikenakan
sanksi, (3) Tidak adanya keterbukaan dari pemerintah terkait pembuatan
RUU KUHP, (4) Pengesahan RUU KUHP dinilai terlalu terburu-buru tanpa
adanya persetujuan ataupun pendapat dari masyarakat.

Melihat fenomena tersebut, sangat jelas bahwa seorang wartawan dapat


mempunyai dorongan agar keluar dari ideologinya sendiri, karena bisnis
media massa saat ini terus mengalir deras kepada para penguasa media, yang
bekerja sama bahkan terjun langsung dalam parpol (partai politik) untuk
mengejar keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Hal tersebut menjadi
fenomena yang menarik untuk peneliti melakukan penelitian tersebut.

Peneliti mendapat rujukan pendukung serta pembanding yang menjadi


penopang dalam melakukan penelitian ini. Dengan penelitian terdahulu yang
serupa dan karya ilmiah sejenis yang telah ada, serta relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan, sehingga penelitian yang dilakukan lebih
jelas.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan antara lain Skripsi


dengan judul Independensi Wartawan Media Online dalam Reportase Reuni
Aksi Damai 212 (Studi Fenomenologi pada Wartawan Detik.com) yang
ditulis oleh Yuliasih mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan
Jurnal dengan judul Eksistensi dan Independensi Surat Kabar dalam
Komunikasi Politik pada Pilkada dalam Rangka Pendidikan Demokrasi
(Jurnal)- Dosen UPT-MKU Universitas Negeri Padang (2016) yang ditulis
oleh Edi Saputra Dosen Universitas Negeri Padang.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah objek serta
fokus penelitian yang berfokus pada fenomena di lapangan dengan beberapa
poin yang dijadikan fokus dalam penelitian, yaitu pemahaman, pemaknaan
dan juga pengalaman wartawan media online Tribun Jabar dalam melakukan
reportase aksi mahasiswa menolak RUU KUHP.

Lokasi penelitian sini dilakukan di Tribun Jabar Jl.Sekelimus Utara No.2-4


Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat 40266. Alasan mengambil lokasi
penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui peliputan reportase yang
dilakukan oleh wartawan Tribun Jabar, serta Tribun Jabar merupakan salah

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 5


M Juwita

satu media yang dipercaya netral, dan tidak berpihak kepada pemerintah
seperti kebanyakan media yang lainnya. Dan messmiliki visi misi yang sesuai
dengan apa yang diembannya. Oleh karena itu peneliti memilih Tribun Jabar
karena kapabilitasnya dirasa cukup mumpuni.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi fenomenologi yang bertujuan


untuk mengetahui dunia dari orang yang mengalaminya langsung atau bisa
juga berkaitan dengan sifat alami pengalaman manusia, serta makna dari
orang yang mengalaminya.” Oleh karena itu, proses penyimpulan sebuah
fenomena harus ditunda terlebih dahulu. Jadi, lebih mengedepankan
pertanyaan dan penelitian fenomena yang ada, dengan mempertimbangkan
aspek kesadaran yang ada (Kuswanto 2013:35-36).

LANDASAN TEORITIS

Teori yang dibahas dalam independensi wartawan media online tolak RUU
KUHP yang terjadi pada tanggal 23-24 September 2019, diantaranya yaitu
pengertian dan sejarah media online, fungsi dan tugas wartawan media
online, independensi wartawan media online, serta fungsi dan tujuan
reportase.

Secara harfiah, kata media berarti “perantara / pengantar”. Association For


Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media
sebagai bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. John M.
Echols dan Hasan Shadily dalam “English Indonesia Dictionary”
mendefinisikan terkait online. On memiliki arti sedang berlangsung,
sedangkan line artinya garis dan jarak. Jadi online didefenisikan sebagai
proses pengaksesan informasi yang sedang berlangsung dengan
menggunakan media internet.

Media Cyber Public Relations, mengungkapkan bahwa media online


merupakan media berbasis teknologi internet dengan adanya konvergensi
atau penggabungan antara media kontemporer dengan media konvensional.
Dengan adanya teknologi baru, dapat mendorong proses kerja menjadi lebih
praktis, cepat dan juga ekonomis. Media online juga sering dijadikan sebagai
data awal atau pijakan para wartawan untuk mencari dan mengolah berita.
Dan selalu ada saja oknum yang curang meng copy paste dari berita media
online milik perusahaan media lain, sehingga pada saat berita di angkat,
hasilnya sama persis seperti media online lainnya, Hidayat (2014:95).

Fungsi dan tugas wartawan media online, sama seperti wartawan pada
6 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

umumnya, wartawan online juga dituntut untuk memiliki kemampuan


menulis dan juga bahasa. Perbedaan wartawan media online dengan
wartawan media lainnya terletak pada tantangan berita cyber yang begitu
cepat dalam setiap menit perubahannya serta terbatas pada ruang pemberitaan
di layar monitor. Dengan keterbatasan tersebut, pemberitaan dari wartawan
media online dapat ditanggapi langsung oleh khalayak.

Oleh sebagian masyarakat, profesi sebagai seorang wartawan dianggap


sebagai suatu pekerjaan yang berkelas. Menjadi wartawan memiliki citra
yang lebih tinggi dibanding profesi lainnya, karena seorang wartawan harus
memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas. Seperti yang diungkapkan
Dr.Lakshamana Rao, wartawan merupakan sebuah profesi atau seorang
profesional seperti halnya Dokter maupun Pengacara, karena pekerjaannya
memenuhi syarat profesionalisme. Dalam Undang-undang Pers No.40 Tahun
1999, Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara
teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, (Romli, 2008: 137).

Wartawan disetarakan dengan Doktser dan Pengacara, karena wartawan juga


memiliki kebebasan dalam melakukan pekerjaannya, yaitu dengan adanya
kebebasan pers bagi wartawan. Wartawan memiliki panggilan dan
keterikatan dengan pekerjaannya, yaitu dengan jam kerja wartawan 24 jam,
karena peristiwa bisa terjadi kapan saja. Wartawan memiliki keahlian yaitu
keahlian mencari dan menulis berita. Wartawan juga memiliki tanggung
jawab dengan kode etik pekerjaan, yaitu kode etik jurnalistik, sama seperti
Dokter yang memiliki tanggung jawab dengan kode etik pekerjaan, yaitu
kode etik kedokteran.

Kehadiran teknologi yang sangat canggih saat ini sangat membantu pekerjaan
wartawan media online, serta dapat membantu wartawan dalam memantau
perkembangan teknologi saat ini. Banyak yang bisa dilakukan wartawan
media online akibat adanya internet, diantaranya wartawan media online
dapat memprediksi serta menggambarkan industri teknologi yang relevan
dengan jurnalistik diberbagai jenis media. Wartawan media online juga dapat
menganalisis serta mengidentifikasi sasaran khalayak yang menjadi pembaca
ataupun langganan dalam membaca berita yang dimuatnya. Wartawan media
online dengan prinsipnya kerja melalui teknologi, berdampak terhadap masa
depan dengan praktik jurnalistik di era industri teknologi.

Menilik ukuran profesionalisme Jurnalis di era milenium, bahwa pada fase


milenium, jurnalis membutuhkan multi-kompetensi. Karakteristiknya yaitu
Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 7
M Juwita

menekankan pada penulisan serta kepemilikan dasar pengetahuan dengan


kombinasi aplikasi lintas disiplin yang sangat dibutuhkan dalam memasok
informasi di dunia industri teknologi, Kurnia (2005:207).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan diperoleh secara langsung


dari wartawan media online Tribun Jabar, bahwasannya terdapat beberapa
aspek, yaitu pemahaman, pemaknaan dan pengalaman dari wartawan media
online Tribun Jabar pada saat melakukan reportase aksi mahasiswa tolak
RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019.

Independensi dalam profesi sebagai wartawan termasuk kedalam


pemahaman, wartawan harus berusaha keras menepis berbagai hambatan,
seperti pemberian amplop dari narasumber ataupun pihak tertentu, karena hal
tersebut tidak sesuai dengan tugas serta fungsinya sebagai wartawan, dan
juga melanggar KEJ (Kode Etik Jurnalistik).

Jika wartawan menghargai profesi mereka dengan berlandaskan ilmu


pengetahuan, maka wartawan harus memiliki 5 kompetensi dasar, yaitu: (1)
mengetahui jalan proses dari sebuah peristiwa, (2) memiliki keahlian serta
pengetahuan terhadap sesuatu yang dilaporkan serta diberitakan, (3) Terampil
dalam berkomunikasi, (4) Terampil dalam bidang jurnalistik, (5) berpedoman
pada kode etik dalam menjalankan tugas sehari-hari (Dosbach, 2010: 38-48).

Dalam penelitian ini, pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap


independensi wartawan media online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019 yang terjadi di
Gedung DPR RI salahsatunya adalah memaknai peristiwa aksi mahasiswa
tolak RUU KUHP, memaknai isu politik dalam aksi mahasiswa tolak RUU
KUP dan memaknai definisi independensi dalam meliput peristiwa aksi
mahasiswa tolak RUU KUHP.

Pemaknaan dari keempat sumber data primer, berkaitan dengan berita yang
di edit oleh Tarsisius Sutomonaio, sebagai sumber data primer keempat yang
berjudul (Mahasiswa antara Pendukung dan Penolak RUU KUHP Saling
Lempar Omongan), dalam berita tersebut tidak hanya mahasiswa saja yang
diperbincangkan, namun TNI yang ikut andil melindungi para mahasiswa
penolak RUU KUHP pun menjadi sorotan, karena melawan Polisi yang
menembakan gas air mata kepada kubu mahasiswa yang menolak RUU
KUHP.
8 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Berita tersebut sebagai gambaran bahwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP
tersebut berjalan dengan ricuh dan juga tidak kondusif. Berita tersebut juga
selaras dengan pemaknaan ketiga sumber data primer. Sebelum meliput
peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, tim Tribun Jabar mengadakan
rapat redaksi terlebih dahulu, yang dipimpin oleh Kisdiantoro selaku redaktur
pelaksana. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Kusumaningrat.

Kusumaningrat (2012:71) Suatu peristiwa memiliki nilai berita, menentukan


peristiwa apakah termasuk kedalam bagian tahap awal dari proses kerja
redaksional. Redaktur menentukan apa yang akan diliput, reporter
menentukan bagaimana cara meliputnya. Setelah seluruh materi terkumpul,
maka dilakukan proses penulisan dan juga penyuntingan (editing), tahap
terakhir selain dilakukan pengeditan, dilakukan juga pemerkayaan terhadap
berita.

Aspek pengalaman bertujuan untuk mengetahui pengalaman wartawan


Tribun Jabar dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP
secara langsung pada tanggal 23-24 September 2019 di depan gedung DPR
RI Jakarta.

Pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput peristiwa aksi mahasiswa


tolak RUU KUHP berjalan dengan tidak kondusif dan rusuh antara
mahasiswa dan Polisi, tapi aksi tersebut juga menjadi pemersatu bagi
mahasiswa Indonesia. Aksi tersebut mencerminkan rukunnya para mahasiswa
Indonesia, dan juga menurt sumber data primer keempat, Tarsisius
menuturkan bahwa aksi mahasiswa tersebut menjadi perhatian dari kalangan
Jurnalis maupun pengamat politik.

Dalam pengalamannya, wartawan Tribun Jabar tidak terlepas dari beberapa


hambatan saat meliput peristiwa aksi mahasiswa tolak RUU KUHP, baik
masalah teknis, maupun non teknis diantaranya tidak adanya tempat parkir
dan sulitnya mewawancarai narasumber yang di jaga oleh massa yang
banyak. Hambatan bisa datang kapan saja dan dimana saja, baik teknis
maupun non teknis, terutama peristiwa besar yang melibatkan massa dengan
jumlah yang banyak. Oleh karena itu wartawan diharuskan bersikap sigap
dalam menangani hambatan tersebut.

Pengalaman terakhir yang peneliti tulis dari wartawan Tribun Jabar adalah
pengalamannya dalam menjaga objektifitas dan keberimbangan berita dalam
meliput aksi mahasiswa tolak RUU KUHP. Salah satu faktor penting dalam

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 9


M Juwita

membuat berita adalah objektifitas dan keberimbangan, karena sangat


berkaitan dengan independensi wartawan. Wartawan dinyatakan independen
apabila sudah membuat berita yang berimbang dan objektif. Sumber data
primer pertama, Kisdiantoro mengatakan bahwa, “untuk menjaga sebuah
berita, harus sering melakukan cek dan recheck berita atau artikel yang dibuat
untuk dikoordinasikan dengan redaksi, serta harus tetap dalam aturan kode
etik jurnalistik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat data sumber dari Media


Online Tribun Jabar, mengenai pengalamannya dalam menjaga independensi
dan juga keberimbangan dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP, bahwa aksi mahasiswa tersebut mencerminkan rukunnya mahasiswa
Indonesia, pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam menghadapi hambatan
saat melakukan liputan di depan Gedung DPR RI adalah terlalu banyaknya
massa yang berkerumun, sehingga wartawan tidak begitu leluasa dalam
mewawancarai narasumber yang dijaga oleh orang-orang disekitarnya, serta
rasa ingin tahu mahasiswa terhadap pembicaraan wartawan dengan
narasumber, dan juga tidak adanya tempat parkir kendaraan. Secara
keseluruhan, pengetahuan serta pengalaman wartawan Tribun Jabar
mengenai keberimbangan dan objektifitas, cukup mumpuni.
Apakah Independensi Harus Ada Dalam Profesi Wartawan
Aspek pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi adalah
untuk mengetahui pemahaman wartawan Tribun Jabar dalam memahami
independensi. Setiap wartawan menjelaskan pemahaman mereka terkait
dengan independensi dengan pemahaman yang berbeda-beda dari tiap
wartawan.
Dalam memahami independensi, terdapat dua aspek yang diperoleh, yakni
independensi dalam profesinya sebagai wartawan, independensi dalam media
tempat bekerja, dan juga independensi pada saat melakukan liputan reportase.
Profesi sebagai wartawan dituntut untuk selalu independen, serta memahami
tata kerja dengan sangat baik dan maksimal, agar isi dalam berita sesuai
dengan fakta dan juga data yang ada di lapangan, tidak ada keterikatan dari
pihak lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar dilandasi dengan
etika serta tanggung jawab yang tinggi.
Namun ada juga beberapa hal yang dapat menghambat independensi seorang
wartawan dalam menjalankan profesinya, seperti yang dikemukakan oleh
sumber data primer pertama, Kisdiantoro mengatakan:

10 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

“Independensi sebagai seorang jurnalis atau wartawan, dia harus


memposisikan dirinya berada ditengah, sebagai jembatan antara kepentingan
masyarakat banyak dan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dan dia
bertindak independen artinya tidak berpihak kepada salahsatu diantaranya.”
(Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama, Kisdiantoro pada 15
Juni 2020 pukul 11:12 WIB).
Berbeda dengan Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan:
“Dalam bertugas atau menjalankan profesi saya sebagai wartawan, ada
beberapa hal yang harus dijaga, seperti privasi narasumber yang tidak ingin
disebutkan namanya, dan juga privasi saya sendiri yang harus netral dari
segala macam bentuk yang dapat menggoyahkan loyalitas saya terhadap
media tempat saya bekerja.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer
kedua, Lutfi pada 15 Juni 2020, pukul 12:15 WIB).
Sumber data primer ketiga, Putri mengatakan, “Saya bekerja di media,
otomatis saya sendiri harus memiliki independensi yang sejalan dengan
independensi tempat saya bekerja. Independensi hadir kedalam keyakinan
saya dengan sendirinya. Dan independensi juga mengarahkan saya harus
berpegang teguh terhadap apa yang saya jalani.” (Hasil wawancara dengan
sumber data primer ketiga, Putri pada 15 Juni 2020 pukul 14:20 WIB).
Sedangkan sumber data primer keempat Tarsisius berpendapat bahwa
independensi dalam profesi sebagai wartawan adalah dengan tidak terikat
dengan pemerintahan, baik itu berpolitik ataupun menjadi anggota partai.
“Menurut saya, independensi adalah dengan tidak berpolitik dan tidak terikat
oleh satu partai apapun di pemerintahan. Banyak yang ngomong kalau tulisan
seorang wartawan itu sangat erat kaitannya dengan partai ataupun golongan
politik yang dia ikuti. Makannya wartawan yang berpolitik, suka di bilang
nggak independen, apalagi kalau masuk partai politiknya sembunyi-sembunyi
dan akhirnya ketahuan, suka di bilang nggak loyal sama perusahaan media
tempat bekerja. Oleh karena itu lebih baik tidak berpolitik sekalian, daripada
kesananya jadi samar-samar.” (Hasil wawancara dengan data primer keempat,
Tarsisius Sutomonaio pada 17 Juni 2020 pukul 11:12 WIB).
Berdasarkan pernyataan dari ke empat narasumber diatas, maka pemahaman
wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam profesinya sebagai
wartawan, adalah dengan sejalan bersamaan dengan independensi perusahaan
media tempatnya bekerja, dan juga menjaga akurasi dalam penulisan berita
yang sesuai dengan data dan juga data yang ada di lapangan, tanpa
terpengaruh oleh berbagai pihak, dan untuk menjaga akurasi tersebut, salah

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 11


M Juwita

satunya adalah dengan tidak berpolitik.


Bagaimana Memaknai Independensi Dalam Meliput Peristiwa Aksi
Mahasiswa Tolak RUU KUHP
Pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap independensi wartawan media
online dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP diperoleh dari
pemahaman tentang fenomena dalam konsep fenomenologi yang merupakan
objek atau peristiwa dalam kesadaran, setelah itu diaplikasikan atau
diterapkan kepada penelitian, dimana aksi mahasiswa menjadi peristiwa yang
disaksikan serta dialami langsung oleh wartawan Tribun Jabar secara sadar.
Dan kesadaran membawa makna yang aktif terhadap peristiwa.
Dalam Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi Wartawan
Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, terdapat
tiga point, yakni pertama pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai
peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, kedua pemaknaan wartawan
Tribun Jabar mengenai isu politik dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP,
dan ketiga pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai definisi independensi
dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP
Wartawan harus menjunjung tinggi independensi dan juga nilai-nilai yang
terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik, pedoman media siber, UU Pers dan juga
sembilan elemen dalam jurnalistik.
Wartawan Tribun Jabar dibekali dengan peraturan-peraturan yang menunjang
dalam menjalankan profesinya, seperti yang dikatakan oleh sumber data
primer pertama, Kisdiantoro:
“Kami TribunJabar.id redaksi Tribun Jabar selain berpedoman kepada UU 40
tahun 1999, juga berpedoman kepada media siber yang dikeluarkan oleh
Dewan Pers untuk mengatur media online dan media siber itu sendiri.” (Hasil
wawancara dengan sumber data primer pertama Kisdiantoro, pada 21 Juli
2020 pukul 13:42 WIB)
Secara teori, jika wartawan benar-benar independen, maka tidak akan
menerima amplop atau hadiah apapun dari narasumber. Hal ini selaras dengan
sikap wartawan Tribun Jabar yang tidak pernah menerima suap dalam bentuk
apapun saat sedang meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP.
Sementara itu, sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan perihal sanksi
yang diterima oleh wartawan yang melanggar KEJ dan juga tidak independen,
berikut pernyataan dari Lutfi:
“KEJ selalu diterapkan, sanksi nya juga bertahap, biasanya kalau wartawan

12 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

yang ketahuan menerima amplop dan sejenisnya, seperti di transfer, maka


dari pihak atasan yang mengeluarkan. Tapi rata-rata wartawan seperti itu suka
mundur duluan sebelum dia keluarkan.” (Hasil wawancara dengan sumber
data primer kedua Lutfi, pada 21 Juli 2020 pukul 14:15 WIB).
Berbeda dengan pernyataan dari Lutfi, Sumber data primer ketiga, Putri
mengatakan bahwa, “tidak pernah ada” yang memberinya amplop ataupun
hadiah lain dan sejenisnya dari narasumber ataupun pihak-pihak tertentu.
Pendapat dari Putri didukung oleh pendapat dari sumber data primer keempat,
Tarsisius yang mengatakan, “Tidak pernah ada amplop maupun intervensi”
dan juga tidak pernah ada yang memberi saya amplop, baik itu dari pihak
narasumber maupun dari pihak-pihak tertentu. Sejauh ini aman-aman saja,
selama independen dan juga berpegang teguh kepada KEJ.” (Hasil
wawancara dengan sumber data primer ketiga Putri, pada 23 Juli 2020 pukul
11:11 WIB dan dengan sumber data primer keempat Tarsisius, pada 22 Juli
2020 pukul 16:02 WIB).
Dalam menjaga independensi saat peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP, wartawan Tribun Jabar selalu memberitakan fakta yang sesuai dengan
apa yang diperoleh dilapangan. Seperti yang dikatakan oleh sumber data
primer pertama, Kisdiantoro mengatakan:
“Agar selalu melakukan cek dan recheck berita saat dilapangan maupun saat
berita akan dipublikasikan.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer
pertama, Kisdiantoro pada 21 Juli 2020 pukul 13:14 WIB).
Sementara itu, sumber data primer ketiga, Putri menjelaskan bahwa, “Ya
memang harus sesuai dengan apa yang ada dilapangan, data dan fakta yang
terpenuhi juga harus sesuai dengan yang didapat dilapangan, harus ada juga
bukti pendukung lainnya, agar gak disangka nyuri dari wartawan ataupun
media lain, seperti rekaman pembicaraan dengan narasumber, dan juga
beberapa foto peristiwa maupun foto narasumbernya juga.” Selaras dengan
sumber data primer pertama dan ketiga, sumber data primer keempat, Najmi
juga mengatakan hal yang sama, bahwa, “berita yang dipublikasikan ya sesuai
dengan yang didapat dilapangan.” (Hasil wawancara dengan sumber data
primer ketiga Putri, pada 23 Juli 2020, pukul 11:23 WIB, dan dengan sumber
data primer keempat Tarsisius, pada 22 Juli 2020, pukul 16:14 WIB)
Dari pemaknaan keempat sumber data primer mengenai definisi independensi
dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, dapat
disimpulkan bahwa redaksi TribunJabar.id menerapkan standar sesuai dengan
peraturan UU Pers dan juga pedoman media siber. Sedangkan dalam

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 13


M Juwita

Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, wartawan Tribun Jabar


mengaku tidak pernah ada narasumber maupun pihak tertentu yang
memberikan amplop ataupun mengintervensi. Sementara dalam menjaga
independensi, cara yang dilakukan wartawan Tribun Jabar adalah dengan
selalu mengecek dan recheck sekali lagi berita maupun artikel saat sedang
bertugas dilapangan maupun saat berita akan dipublikasikan, memberitakan
berita sesuai dengan apa yang dilihat dan dliput dilapangan yang disertai
dengan beberapa bukti seperti foto dan juga rekaman hasil wawancara dengan
narasumber.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat sumber data primer mengenai
pemaknaan wartawan Tribun Jabar tentang independensi dalam Reportase
Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, dapat disimpulkan bahwa wartawan
Tribun Jabar memaknai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP
berjalan dengan tidak kondusif dan ada muatan politik dalam aksi tersebut.
Pihak redaksi TribunJabar.id selalu menerapkan aturan sesuai UU Pers demi
menjaga keindependensiaan lembaga beserta wartawannya.
Bagaimana Pengalaman Dalam Melakukan Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP
Aspek pengalaman bertujuan untuk mengetahui pengalaman wartawan Tribun
Jabar dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP secara
langsung pada tanggal 23-24 September 2019 di depan gedung DPR RI
Jakarta.
Menurut sumber data primer pertama, Kisdiantoro bahwa proses terciptanya
sebuah berita hingga sampai di tangan pembaca, di website
www.tribunjabar.id yakni:
“Sebelum berita di publish di website, ibarat sebuah masakan, kami harus
meracik bumbunya dulu. Begitupun dengan bertita, agar tersampaikan dengan
baik dan benar harus melalui beberapa tahapan untuk dinikmati para
pembaca, karena media online tidak sama seperti media cetak dalam
penyajian beritanya. Sebelum liputan, terutama untuk meliput peristiwa yang
besar, seperti Aksi Mahasiswa di Gedung DPR yang menolak RUU KUHP,
kami selalu mengadakan rapat satu hari sebelumnya, pas hari H data langsung
dikirim via email ataupun pesan via whatsapp, atau juga melalui laporan via
telepon ke redaktur di dalam kantor, dan oleh redaktur di edit, atau langsung
diolah menjadi berita.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama
Kisdiantoro, pada 22 Juni 2020 pukul 10:10 WIB).
Salah satu faktor penting dalam membuat berita adalah objektifitas dan

14 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

keberimbangan, karena sangat berkaitan dengan independensi wartawan.


Wartawan dinyatakan independen apabila sudah membuat berita yang
berimbang dan objektif. Sumber data primer pertama, Kisdiantoro
mengatakan bahwa, “untuk menjaga sebuah berita, harus sering melakukan
cek dan recheck berita atau artikel yang dibuat untuk dikoordinasikan dengan
redaksi, serta harus tetap dalam aturan kode etik jurnalistik.” Sementara saat
diwawancarai terkait keberimbangan dalam berita, Kisdiantoro mengatakan:
“Dalam berita, berimbang merupakan suatu fakta yang tertulis. Wartawan
atau jurnalis harus pandai dalam mengolahnya, agar informasi yang disajikan
kepada para pembaca hadir dalam bahasa yang sederhana serta mudah
dimengerti.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama
Kisdiantoro pada 1 Juli 2020 pukul 10:21 WIB).
Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan bahwa, “dalam menjaga
objektifitas dan keberimbangan pada berita harus berusaha sebisa mungkin
untuk menjadi cover both side dari pihak kedua, jika pertanyaan yang
diberikan kepada pihak pertama memojokkan posisi pihak kedua.” Sementara
saat diwawancarai terkait keberimbangan dalam berita, Lutfi mengatakan:
“Misalkan ada satu pihak atau organisasi yang melakukan tudingan ke
organisasi lain, itu juga disebut keberimbangan, atau contoh lain misalnya ada
pemberitaan tentang seorang tokoh, wartawan juga wajib menyertakan
tanggapan mereka atau seseorang yang dimaksud dalam berita itu.” (Hasil
wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi, pada 1 Juli 2020 pukul
12:35 WIB).
Sementara itu, menurut sumber data primer ketiga, Putri berpendapat bahwa,
“keberimbangan dan objektifitas dalam berita, harus berpedoman pada KEJ
(Kode Etik Jurnalistik) dan juga 5W+1H (What, Who, When, Where, Why +
How).” Sementara saat diwawancarai mengenai keberimbangan dalam berita,
Putri mengatakan:
“Seperti cover both side, ada dua belah pihak yang berseteru, misalkan dalam
Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ada pihak yang menyebutkan
ditunggangi oleh salah satu partai tertentu, sedangkan mahasiswa yang
melakukan aksi menyebutkan bahwa aksi tersebut tidak ditunggangi oleh
partai manapun. Maka, pernyataan antara kedua belah pihak tersebut harus
disampaikan ke publik.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer ketiga
Putri, pada 2 Juli 2020 pukul 15:30 WIB).
Dari pernyataan sumber data primer diatas terkait pengalaman dalam menjaga
objektifitas dan keberimbangan berita dalam peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak
Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 15
M Juwita

RUU KUHP yang terjadi pada tanggal 23-24 September 2019 di depan
Gedung DPR RI, dapat disimpulkan bahwa wartawan harus menjunjung
tinggi KEJ (Kode Etik Jurnalistik), misalkan dalam cover both side, maka
wartawan harus menyebutkan keterangan keduanya kepada publik. Karena
wartawan yang objektif ialah wartawan yang menjaga keberimbangan dan
objektifitasnya dalam berita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat data sumber dari Media
Online Tribun Jabar, mengenai pengalamannya dalam menjaga independensi
dan juga keberimbangan dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP, bahwa aksi mahasiswa tersebut mencerminkan rukunnya mahasiswa
Indonesia, pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam menghadapi hambatan
saat melakukan liputan di depan Gedung DPR RI adalah terlalu banyaknya
massa yang berkerumun, sehingga wartawan tidak begitu leluasa dalam
mewawancarai narasumber yang dijaga oleh orang-orang disekitarnya, serta
rasa ingin tahu mahasiswa terhadap pembicaraan wartawan dengan
narasumber, dan juga tidak adanya tempat parkir kendaraan. Secara
keseluruhan, pengetahuan serta pengalaman wartawan Tribun Jabar mengenai
keberimbangan dan objektifitas, cukup mumpuni.

Tabel 1. Jadwal Materi Bimbingan

Waktu Hari Materi Pembimbing

30-40 menit Senin dan Rabu Revisi judul dan


bimbingan dasar Pak Haris
mengenai pembuatan Pak Aziz
otlline skripsi
30-40 menit Sabtu ACC Revisi judul dan Pak Haris
fokus penelitian
ACC Fokus
30-40 menit Senin dan Rabu Pak Aziz
Penelitian Skripsi
Bimbingan Outline
30-40 menit Sabtu Skripsi Pak Haris

30-40 menit Senin dan Rabu ACC outline BAB II, Pak Haris
dilanjut ke peta visual
Pak Aziz
penelitian dan
penelitian terdahulu
30-40 menit Sabtu Bimbingan BAB II Pak Haris

16 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx


Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

Pak Aziz
30-40 menit Senin Bimbingan BAB II Pak Haris
Skripsi
Pak Aziz
30-40 menit Rabu Bimbingan BAB III Pak Haris
Skripsi
Pak Aziz
30-40 menit Senin dan Rabu Revisi Matriks Pak Haris
Penelitian terdahulu

30-40 menit Sabtu Pak Aziz


Bimbingan abstrak
sampai Bab IV
30-40 menit Senin & Rabu Pak Haris
Revisi Abstrak &
Peta Visual Penelitian
30-40 menit Sabtu Pak Aziz

Penambahan Sub Bab


20 menit Senin & Rabu pada Bab IV Pak Aziz

ACC Skripsi Pak Haris

Sumber: Hasil wawancara penelitian


Tabel 1 menjelaskan jadwal materi bimbingan yang sering dilakukan
oleh peneliti bersama kedua pembimbing skripi. Jadwal materi bimbingan
dilakukan pada hari Senin, Rabu dan Sabtu disesuaikan dengan jadwal
mengajar pembimbing di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa TribunJabar.id


sebagai salah satu media online terpopuler di Jawa Barat dan juga nasional,
selalu menjaga akurasi dalam pemberitaannya. Hal ini menjadi tolak ukur
dan juga keharusan wartawan Tribun Jabar untuk selalu independen dalam
meliput peristiwa apapun, terutama Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP.

Fokus penelitian ini merujuk kepada tiga aspek, yaitu pemahaman,


pemaknaan dan pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam reportase Aksi
Mahasiswa Tolak RUU KUHP, yang penulis simpulkan diantaranya sebagai
berikut:

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 17


M Juwita

Dalam memahami independensi, wartawan Tribun Jabar memahaminya


sebagai kewajiban yang harus melekat dalam idealismenya, mempunyai
tujuan atau visi misi yang sama dengan media tempatnya bekerja, dimanapun
dan kapanpun wartawan tetaplah seorang wartawan yang tidak boleh ada
ikatan politik didalamnya, tidak boleh terikat oleh partai manapun juga, dan
tidak boleh tergiur oleh pemberian amplop ataupun berupa hadiah lainnya,
karena hal tersebut dapat mempengaruhi isi berita.

Wartawan Tribun Jabar memaknai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU


KUHP sebagai peristiwa yang ricuh dan juga tidak kondusif, dengan
bentrokan yang terjadi antara mahasiswa dan polisi dan juga dengan hadirnya
mahasiswa lain yang mendukung pengesahan RUU KUHP yang datang
begitu saja dan melakukan aksi berbarengan dengan mahasiswa yang
menolak pengesahan RUU KUHP.

Pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak


RUU KUHP bermakna sosial, karena wartawan Tribun Jabar berhubungan
dengan massa atau para mahasiswa, dalam liputannya wartawan Tribun Jabar
menemukan beberapa hambatan, seperti narasumber yang dihalang-halangi
oleh para mahasiswa. Secara keseluruhan dalam menjaga keberimbangan
serta objektifitas berita, pengetahuan dan pengalaman wartawan Tribun Jabar
cukup mumpuni dan selalu berpedoman pada KEJ (Kode Etik Jurnalistik)
dan juga pedoman media siber.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, berikut ini saran untuk lembaga ataupun


pihak-pihak terkait, seperti pengajar di jurusan ilmu komunikasi khususnya
konsentrasi jurnalistik UIN Bandung, kiranya hasil penelitian ini dapat
memberikan penguatan dalam kajian terkait kode etik jurnalistik dalam mata
kuliah yang berkaitan dengan kejurnalistikan agar mampsu menghasilkan
para calon wartawan yang unggul, independen dalam menulis berita ataupun
melaprkan sebuah peristiwa.

Bagi mahasiswa jurnalistik UIN Bandung yang akan melakukan penelitian


dengan membahas hal serupa dan juga menggunakan metode yang sama,
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu rujukan
bagi mahasiswa yang sama dalam tema penelitiannya.

Adapun kekurangan atau kelemahan dalam penelitian ini yaitu hanya


terfokus pada pemahaman, pemaknaan dan juga pengalaman wartawan saja
dengan metode penelitian fenomenologi dalam kurun waktu dua bulan saja,
sehingga data yang dihasilkan sedikit. Diharapkan kedepannya ada studi lain
18 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx
Judul artikel jurnal (Garamond 8 rata kanan)

yang lebih komprehensif mengenai independensi wartawan yang dapat dilihat


dari berbagai aspek.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya

Kuswarno, Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi


Fenomenologi, Bandung: Widya Padjadjaran

Musfialdi (2019). Independensi Media: Pro Kontra Objektivitas dan


Netralitas Pemberitaan Media. Dalam Jurnal Riset Komunikasi, 2(1), 21-28

Sumadiria, A. S. H. (2005). Jurnalistik Indonesia. Menulis Berita dan


Feature. Panduan Praktik Jurnalis Profesional. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya

Darmanto. (2015). Urgensi Perubahan Kebijakan untuk Penegakkan


Independensi Media di Indonesia. Jurnal Komunikasi, 10(1), 29-39

Dewan Pers. (2017). Buku Saku Wartawan, Jakarta Pusat: Dewan Pers

Ahmad. (2012). Jurnal Mimbar, Vol XXVIII No.(1)-116

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta

Dasrun Hidayat. (2015). Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita.

Jurnal Ilmu Komunikasi Jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx 19


M Juwita

Jurnal Komunikasi ASPIKOM , 2 (5), 295-303

Raisa Januarti. (2012). Konstruksi Pemberitaan Brankas Nazaruddin Dalam


Laporan Utama Majalah Tempo. eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran
Vol No.1

O Hasbiansyah. (2005). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik


Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Jurnal Mediator, Vol.9. No.1
Juni 2008

Darajat Wibawa. (2012). Meraih Profesionalisme Wartawan. Jurnal Mimbar


Vol. XXVIII, (113-122)

20 Jurnal Ilmu Komunikasi jurnalistik Vol. x No. x (xxxx) xx-xx

Anda mungkin juga menyukai