Anda di halaman 1dari 164

INDEPENDENSI WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM REPORTASE

AKSI MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24 SEPTEMBER 2019

Studi Fenomenologi pada Wartawan Tribun Jabar.id

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

MILAH JUWITA

NIM : 1164050097

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020 M / 1441 H
ABSTRAK

Milah Juwita: Independensi Wartawan Media Online Dalam Reportase Aksi


Mahasiswa Tolak RUU KUHP 23-24 September 2019 (Studi Fenomenologi pada
Wartawan Tribun Jabar.id)
Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP yang terjadi pada tanggal 23-24
September 2019 di Gedung DPR RI menjadi sorotan awak media, khususnya
media online Tribun Jabar.id. Dalam aksi mahasiswa tersebut tidak sedikit media
yang keluar dari jalurnya sehingga bersifat tidak netral dan tidak profesional
dalam melakukan liputan aksi maupun mempublikasikan isi beritanya. Penelitian
ini berfokus pada independensi wartawan media online Tribun Jabar. Pasalnya,
beberapa media yang lain memberitakan peristiwa aksi mahasiswa tersebut tidak
sesuai dengan fakta dan data yang ditemui di lapangan, bahkan pro terhadap
pemerintah, dan sudah jelas tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik bahwa
wartawan dilarang untuk memihak kepada siapapun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman, pemaknaan dan
juga pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam reportase Aksi Mahasiswa Tolak
RUU KUHP. Penulis menggunakan studi fenomenologi Alfred Schutz karena
dapat menggali makna yang terbangun dari realitas dalam penelitian dengan
menggunakan kerangka pengembangan ilmu sosial.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian kualitatif dipilih oleh penulis untuk menggambarkan secara
tertulis bagaimana wartawan media online Tribun Jabar memahami, memaknai
dan juga mengalami secara langsung dalam melakukan reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP. Sedangkan teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan
meliputi wawancara mendalam (In Depth Interview) dan juga studi pustaka.
Hasil Penelitian yang dilakukan terhadap wartawan media online Tribun
Jabar dalam peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP 23-24 September 2019
menunjukkan bahwa wartawan media online Tribun Jabar independen dan selalu
menjaga akurasi dalam pemberitaannya. Pemahaman serta pemaknaan wartawan
Tribun Jabar terhadap independensi cukup mumpuni dengan pengetahuan serta
kewajiban berpedoman terhadap KEJ (Kode Etik Jurnalistik) dan media siber.
Begitu juga dengan pengalamannya meliput peristiwa Aksi Mahasiswa yang
menjaga keberimbangan dan juga objektifitas berita.
Kata Kunci : Independensi Wartawan, Media Online Tribun Jabar, Studi

Fenomenologi

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

INDEPENDENSI WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM REPORTASE


AKSI MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24 SEPTEMBER 2019
(Studi Fenomenologi pada Wartawan TribunJabar.id)

Oleh:
Milah Juwita
NIM: 1164050097

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A.S. Haris Sumadiria , M.Si. Aziz Maarif, S.Sos., M.Si.


NIP. 196203282000031001 NIP. 19720706200912

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Ketua Prodi Jurnalistik

Dr. H. Darajat Wibawa, M.Si. Drs. Enjang Muhaemin, M.Ag.


NIP. 196907072005011003 NIP. 1980606200701073

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: INDEPENDENSI WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM


REPORTASE AKSI MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24 SEPTEMBER
2019 (Studi Fenomenologi Pada Wartawan TribunJabar.co.id), telah
dipertanggungjawabkan dalam sidang Ujian Munaqasah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 27 Oktober 2020.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik.

Bandung, 27 Oktober 2020

Sidang Munaqasah

Majelis V

Ketua Majelis, Sekretaris Majelis,

Encep Dulwahab, S.Sos., M.I.Kom. Drs. Enjang Muhaemin, M.Ag.


NIP. 197803182007101002 NIP. 1980606200701073
Mengetahui,
Penguji I Penguji II

Dr. Moch. Fakhruroji, M.Ag. Dr. H. Cecep Suryana, M.Si.


NIP. 196907072005011003 NIP. 19670721994031003

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Milah Juwita

NIM : 1164050097

Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “INDEPENDENSI

WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM REPORTASE AKSI

MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24 SEPTEMBER 2019 (Studi

Fenomenologi Pada Wartawan TribunJabar.id)” adalah murni hasil karya

sendiri. Apabila terbukti adanya penyimpangan dalam penyusunan karya ini maka

tanggung jawab ada pada penyusun.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, September 2020

Milah Juwita

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan juga karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul INDEPENDENSI
WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM REPORTASE AKSI
MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24 SEPTEMBER 2019 (Studi
Fenomenologi pada Wartawan Tribun Jabar.id). Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan ummatnya. Aamiin.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orangtua
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama
menempuh studi di Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Secara khusus,
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Dr.H.Ahmad Sarbini, M.Ag., Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Bapak Dr.H.Darajat Wibawa, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Bapak Drs.Enjang Muhaemin, M.Ag., dan Encep Dulwahab,
M.I.Kom, Ketua dan Sekertaris Prodi Jurnalistik UIN Sunan
Gunung Djati Bandung.
4. Bapak Drs.A.S.Haris Sumadiria,M.Si., Pembimbing I dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Abdul Aziz Ma’arif, S.Sos, M.Si., Pembimbing II dalam
menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh civitas Akademika yang telah memfasilitasi dalam
proses studi Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
7. Adam dan Caca kedua keponakan penulis yang telah memberi
energi lebih kepada penulis sehingga penulis bisa semangat
dalam menjalani kuliah dan menyelesaikan studi S1.
8. Saudara dan teman-teman, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian studi dan juga penyelesaian
skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan
dan perlu penyempurnaan. Meskipun demikian, penulis berharap mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu
pengetahuan, khususnya dalam Independensi Wartawan, serta civitas
akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
Bandung, September 2020
Penulis,

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... xi
BAB IPENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Penelitian................................................................ 2
1.2 Fokus Penelitian............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 6
1.4 Kegunaan Penelitian........................................................................ 6
1.4.1 Kegunaan Akademis............................................................ 7
1.4.2 Kegunaan Praktis................................................................. 7
1.5 Landasan Pemikiran......................................................................... 7
1.5.1 Hasil Penelitian Sejenis........................................................ 8
1.5.2 Landasan Teoritis................................................................. 16
1.5.3 Kerangka Konseptual........................................................... 19
1.6 Langkah-langkah penelitian............................................................. 24
1.6.1 Lokasi Penelitian.................................................................. 24
1.6.2 Paradigma dan Pendekatan.................................................. 25
1.6.3 Metode Penelitian................................................................ 25
1.6.4 Jenis Data dan Sumber Data................................................ 27
1.6.5 Penentuan Informan............................................................. 29
1.6.6 Teknik Pegumpulan Data..................................................... 30
1.6.7 Teknik Penentuan Keabsahan Data...................................... 32
1.6.8 Teknik Analisis Data............................................................ 34
1.6.9 Rencana Jadwal Penelitian................................................... 35
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................... 36
2.1 Pengertian dan Karakteristik Media Online..................................... 36
2.1.1 Pengertian dan Sejarah Media Online.................................. 36
2.2.1 Fungsi dan Karakteristik Media Online .............................. 38
2.3.1 Ruang Lingkup Media Online.............................................. 40
2.2 Fungsi dan Tugas Wartawan Media Online .................................... 42
2.2.1 Fungsi dan Tugas Wartawan Media Online ........................ 42
2.2.2 Hak dan Kewajiban Wartawan Media Online .................... 47

vii
2.2.3 Kode Etik Wartawan Media Online .................................... 50
2.3 Independensi Wartawan Media Online............................................ 54
2.3.1 Pengertian Independensi Wartawan .................................... 54
2.3.2 Independensi dalam Kode Etik Jurnalistik .......................... 56
2.3.3 Sikap Independensi Wartawan ............................................ 59
2.3.4 Jenis Pelanggaran Independensi Wartawan ........................ 61
2.4 Fungsi dan Tujuan Reportase .......................................................... 62
2.4.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Reportase .......................... 62
2.4.2 Prinsip dan Jenis-jenis Reportase ........................................ 65
2.4.3 Konstruksi dan Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP .........................................................................................67
2.4.4 Fungsi dan Tujuan Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP ......................................................................................... 70
2.5 Fenomenologi Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ...... 71
2.5.1 Sejarah dan Teori Fenomenologi Alfred Schutz ................. 71
2.5.2 Penggunaan dan Tahapan Fenomenologi ............................ 76
2.5.3 Prinsip Dasar dan Etika Fenomenologi ............................... 79
2.5.4 Fenomenologi Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU
KUHP................................................................................... 80
BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 83
3.1.1 Sejarah Tribun Jabar............................................................ 83
3.2.1 Profil Media Online Tribun Jabar ....................................... 86
3.3.1 Struktur Organisasi Tribun Jabar ........................................ 87
3.4.1 Logo Media Online Tribun Jabar ........................................ 91
3.2 Profil Sumber Data........................................................................... 91
3.3 Hasil Penelitian ................................................................................ 95
3.3.1 Pemahaman Wartawan Tribun Jabar terhadap ...................... 95
Independensi Wartawan Media Online dalam Reportase
Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ................................. 95
3.3.2 Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadapIndependensi
Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP ............................................................................. 102
3.3.3 Pengalaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi
Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP ............................................................................. 110
3.4 Pembahasan ...................................................................................... 117

viii
3.4.1 Pemahaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi
Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP ............................................................................ 118
3.4.2 Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi
Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP ............................................................................ 124
3.4.3 Pengalaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi
Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP ............................................................................. 132

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 140


4 Kesimpulan...................................................................................... 140
4.2Saran................................................................................................... 142
Daftar Pustaka ........................................................................................... 143
LAMPIRAN ............................................................................................... 145

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian

Gambar 2.1 Piramida Kompetensi Jurnalis

Gambar 3.1 Logo TribunJabar.id

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis

Tabel 1.2 Rencana Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Tribun Jabar

Tabel 3.2 Daftar Sumber Data Primer

xi
RIWAYAT HIDUP

Milah Juwita, lahir 16 Oktober 1997 di Kota Garut.

Menyelesaikan pendidikan SD, SMP dan SMA di kota

kelahirannya. Penulis sekolah dasar di SDN Padamukti 1

lulus tahun 2009, MTS Al-Mu’min lulus tahun 2012,

SMK Plus Al-Falah Biru dengan Jurusan Kimia Industri

lulus tahun 2015.

Melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung di Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan mengambil

Jurusan Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik dari tahun 2016 sampai dengan

2020.

Selama menempuh pendidikan di Bandung, khususnya di Jurusan Ilmu

Komunikasi Jurnalistik, penulis tinggal di Sukamiskin, tepatnya di Pondok

Pesantren Tahfidz Putri Zuhratul Azhar, yang berfokus di hafalan dan keilmuan

Al-Qur’an. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan dan kepesantrenan yang ada,

penulis juga aktif di organisasi HMJ-Jurnalistik bidang Nalar dan Intelektual,

sebagai ketua JUMANJI (Jurnalistik Mari Mengaji) yang merupakan wadah bagi

mahasiswa Jurnalistik yang ingin belajar Al-Quran, dan fokus di Juz 30. Penulis

juga pernah mengikuti Job Training di Mom and Kids Radio Bandung.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

INDEPENDENSI WARTAWAN MEDIA ONLINE DALAM REPORTASE

AKSI MAHASISWA TOLAK RUU KUHP

(Studi Fenomenologi pada Wartawan Tribun Jabar.id)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Informasi merupakan kekuatan terpenting dalam kehidupan

manusia. Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengemas

informasi, dan kemasan orang membuat produk informasi mengalami

lompatan sesuai dengan kecerdasan manusia. Contohnya, dulu masih

menulis dengan menggunakan kayu, sekarang sudah bisa menulis dengan

internet. Maka, informasi pun berkembang dalam bentuk bisnis yang

menguntungkan.

Media massa memahami betul bahwa informasi merupakan roh

dalam kehidupan jurnalistik. Berbagai informasi yang baru, unik, aktual,

kontroversi, dramatik, dan eksklusif menjadi menu yang disuguhkan

kepada khalayak, baik di dalam maupun luar negeri. Karena dikemas

dengan konstruksi angle yang beragam, massa akhirnya menjadi ketagihan

akan informasi.

Dalam perkembangannya, media massa mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat, baik media elektronik maupun media cetak dengan

pertumbuhan yang luar biasa. Untuk menilai perkembangan media massa,

1
2

bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang dari tahun ke

tahun terus mengalami kenaikan dan dibarengi dengan maraknya

penggunaan internet di mana-mana.

Pesatnya pengaruh internet di berbagai pelosok negeri ini, tidak

hanya berkembang terhadap teknologi saja, tetapi juga berpengaruh

terhadap aspek yang lainnya, seperti politik, budaya dan lain sebagainya

termasuk media massa yang mendorong minat para khalayak untuk

membaca berita beralih ke media online, karena dianggap lebih mudah dan

murah daripada harus membeli koran dan bentuk informasi yang lainnya.

Sejumlah media massa, akhirnya banyak didominasi oleh para

penguasa yang notabene dirinnya berlatar belakang pengusaha yang

memperoleh keuntungan dari besarnya pendapatan media tersebut, dan

semakin kokoh memosisikan dirinya sebagai elite pemilik yang

mempunyai modal di dalamnya sekaligus berkuasa dalam melakukan

pencitraan terhadap media massa. Sehingga, media massa pun lebih

mencerminkan serta mengutamakan kepentingan orang yang memiliki

modal dan yang dari awal mendirikan media massa, karena tidak ingin

usahanya “lumpuh.” Pada akhirnya, masyarakat pun maklum dengan

berbagai pencitraan politik media massa yang setiap saat ada di depan

layar kepada jutaan pasang mata orang Indonesia.

Menurut situs media online Tempo.com, dalam wawancaranya,

Amien Rais mengatakan :


3

Beberapa media di Indonesia, banyak yang lebih pro kepada


pemerintah daripada bersifat netral dan berpihak kepada kebenaran
yang sesungguhnya. Bahkan, lebih dari itu, media massa dari sisi
lain juga menyebarkan dan memperkuat struktur ekonomi politik
tertentu.

Seperti yang dikatakan Peter Golding dan Graham Murdoc, dalam

buku Ekonomi Politik Media Penyiaran (Agus Sudibyo, 2004:1) “media

tidak hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, tetapi juga

menjalankan fungsi ideologis.” Tentu saja fungsi ideologis sangat penting,

karena membuat industri media massa berkembang sangat pesat dan

membuat media massa menjadi suatu institusi yang mudah dikenal oleh

masyarakat luas.

Agar sejalan dengan semangat UU Pers Nomor 40 tahun 1999,

maka rubrikasi pun diselaraskan dengan fungsi pers secara umum, yaitu

sebagai media informasi, pendidikan, kontrol sosial, hiburan dan bisnis.

Dalam konteks ini, tentu seharusnya media selalu mempertimbangkan

prinsip objektif, independen, dan berimbang. Dalam menyajikan

informasi, media hendaknya tidak melakukan keberpihakan.

Sebagai media online dan salah satu situs berita yang terkenal di

Jawa Barat, Tribun Jabar tentunya menjadi sorotan publik dengan segala

pemberitaan yang dimuatnya. Salah satu berita yang menjadi sorotan

adalah berita tentang demo mahasiswa yang terjadi pada tanggal 23-24

September 2019 di seluruh daerah yang terjadi di Indonesia. Aksi

penolakan RUU KUHP tersebut dimulai dari para mahasiswa Gejayan di

Yogyakarta, dan diikuti oleh mahasiswa di daerah yang lainnya, beberapa


4

daerah yang menyuarakan aksi tersebut diantaranya Malang, Semarang,

Balikpapan, Surabaya, Bandung, dan lain sebagainya yang sepakat untuk

menolak RUU KUHP (Rencana Undang-undang Kitab Undang-undang

Hukum Pidana).

Sebenarnya aksi unjuk rasa penolakan RUU KUHP yang dilakukan

oleh para mahasiswa dari seluruh daerah yang ada di Indonesia, dimulai

pada tanggal 23-26 September 2019, tetapi yang menjadi sorotan yaitu

tanggal 23-24 September 2019. Sedangkan pada tanggal 25 September

2019, yang melakukan aksi penolakan adalah siswa setingkat SMA yang

berunjuk rasa di depan Gedung DPR RI. Dan pada tanggal 26 September

2019, mahasiswa di Yogyakarta mengadakan unjuk rasa untuk menuntut

Presiden Joko Widodo agar segera menerbitkan Peraturan Pengganti

Undang-undang (Perppu) UU KPK.

Dalam aksi tolak RUU KUHP, tidak hanya penolakan saja, namun

ada juga sekelompok mahasiswa yang mendukung RUU KUHP tersebut

dengan alasannya sendiri. Adapun beberapa alasan dari kelompok

mahasiswa yang menolak RUU KUHP yaitu, (1) Bahwa pasal-pasal yang

ada dalam RUU KUHP tersebut lebih menyudutkan rakyat kecil, seperti

gelandangan yang berkeliaran di jalanan, dikenakan sanksi dengan

membayar uang Rp.1.000.000,00, (2) Bahwa pasal-pasal yang ada dalam

RUU KUHP bersifat tidak masuk akal, seperti hewan peliharaan yang

berkeliaran di rumah ataupun kebun orang lain, dan mengotori kebun

tersebut harus dikenakan sanksi, (3) Tidak adanya keterbukaan dari


5

pemerintah terkait pembuatan RUU KUHP, (4) Pengesahan RUU KUHP

dinilai terlalu terburu-buru tanpa adanya persetujuan ataupun pendapat

dari masyarakat.

Melihat fenomena tersebut, sangat jelas bahwa seorang wartawan

dapat mempunyai dorongan agar keluar dari ideologinya sendiri, karena

bisnis media massa saat ini terus mengalir deras kepada para penguasa

media, yang bekerja sama bahkan terjun langsung dalam parpol (partai

politik) untuk mengejar keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Hal

tersebut menjadi fenomena yang menarik untuk peneliti melakukan

penelitian tersebut.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya adalah independensi

wartawan media online Tribun Jabar. Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan, maka fokus penelitian ini jika dituliskan dalam bentuk

pertanyaan adalah :

1. Bagaimana pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi

wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU

KUHP?

2. Bagaimana pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap independensi

wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU

KUHP?
6

3. Bagaimana pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam melakukan

liputan reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian penelitian yang telah diuraikan

pada fokus penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini jika diuraikan

dalam beberapa pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pemahaman wartawan Tribun Jabar mengenai

independensi wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa

tolak RUU KUHP

2. Mengetahui pemaknaan wartawan Triibun Jabar mengenai

independensi wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa

tolak RUU KUHP

3. Mengetahui pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput reportase

aksi mahasiswa tolak RUU KUHP

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, semoga memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan. Penelitian ini, memiliki kegunaan yang dibagi

menjadi dua, yaitu berguna untuk akademis dan sebagai kegunaan

praktis. Berikut kegunaan penelitian secara akademis dan secara

praktis, diantaranya :
7

1.4.1 Kegunaan Akademis

Secara akademis, semoga penelitian ini berguna untuk

berkembangnya ilmu pengetahuan dalam kejurnalistikan.

Bermanfaat dan bisa jadi salah satu referensi oleh peneliti yang lain

yang melakukan penelitian yang hampir sama dengan penelitian

ini. Selain itu dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan

dibidang komunkasi massa khususnya media online yang ada

kaitannya dengan independensi wartawan. Dalam hal ini, dapat

diketahui juga seperti apa media yang independen dan tidak

independen dengan dilihat dari pemberitaannya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dalam kegunaan praktis, peneliti berharap semoga penelitian ini

dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada khalayak

tentang media yang terikat dan tidak terikat oleh pemerintahan

ataupun organisasi lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

membantu peminat analisis independensi wartawan ataupun

independensi wartawan media online Tribun Jabar sendiri.

1.5 Landasan Pemikiran

Dalam penelitian ini, kajian pustaka menjelaskan tentang hasil

penelitian sebelumnya serta landasan yang bersifat teoritis, diantaranya :


8

1.5.1 Hasil Penelitian Sejenis

Dalam menjalankan penelitiannya, peneliti mendapat rujukan

pendukung serta pembanding yang menjadi penopang dalam

melakukan penelitian ini. Dengan penelitian yang serupa dan karya

ilmiah sejenis yang telah ada, serta relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan, sehingga penelitian yang dilakukan lebih jelas.

Yuliasih (2018) Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN

Sunan Gunung Djati Bandung dengan judul “Independensi

Wartawan Media Online Dalam Reportase Reuni Aksi Damai 212

(Studi Fenomenologi pada Wartawan Detik.com).” Metode yang

digunakan yaitu fenomenologi Alfred Schutz dengan pendekatan

kualitatif, dan tujuans penelitian ini untuk mengetahui pemaknaan,

pandangan, dan pengalaman wartawan Detik.com terkait peristiwa

Aksi Damai 212. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Detik.com selalu menjaga akurasi, baik berita yang sifatnya

pernyataan maupun yang sifatnya peristiwa. Dalam meliput

peristiwa Reuni Aksi Damai berusaha menjaga independensi agar

menghasilkan berita yang akurat. Wartawan Detik.com memaknai

independensi sebagai suatu hal yang penting dalam menepis

hambatan pada profesinya seperti pemberian amplop dari

narasumber. Wartawan Detik.com memandang Aksi sereminoal

yang berjalan dengan damai meskipun diakui bahwa aksi tersebut

bermuatan politik.
9

Muhammad Irfan Anshori (2018) Sarjana Ilmu Komunikasi

Politik Universitas Brawijaya Malang dengan judul “Perilaku

Wartawan Kota Malang Terhadap Praktek Amplop (Studi

Fenomenologi Terhadap Wartawan yang bertugas di Balai Kota

Malang Terhadap Praktek Amplop).” Metode yang digunakan

yaitu metodologi fenomenologis dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wartawan Kota

Malang sangat menjaga independensi dan tidak pernah menerima

uang suap ataupun sejenisnya saat bertugas di Balai Kota Malang.

Edi Saputra (2016) Dosen UPT-MKU Universitas Negeri

Padang dengan Judul “Eksistensi dan Independensi Surat Kabar

dalam Komunikasi Politik pada Pilkada dalam Rangka Pendidikan

Demokrasi.” Metode yang digunakan yaitu metode analisis isi

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan teori

independensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Surat

Kabar berhasil menjadi media komunikasi politik pada Pilkada dan

berhasil menjadi aspirasi bagi masyarakat dalam pemilihan

Pilkada.

Abdul Hamid (2018) Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung

Djati Bandung dengan Judul “Pandangan Organisasi Wartawan

Tentang Peliputan Kampanye Pilpres yang bertanggung jawab

Sosial (Studi Deskriptif pada AJI Bandung).” Metode yang

digunakan yaitu metode Deskriptif dengan menggunakan


10

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

pandangan AJI Bandung terhadap peliputan kampanye Pilpres

yang bertanggung jawab sosial ini sangat mengacu pada

pertimbangan peliputan yang memenuhi kebutuhan publik dan

mengacu pada Kode Etik Jurnalistik AJI. Meski sama-sama

membahas mengenai Independensi Wartawan, perbedaannya

terletak pada metode penelitian yang digunakan.

Lisna Novita (2018) Sekrtariat DPRD Provinsi Jawa Barat

dengan Judul “Independensi Wartawan PWI Jawa Barat dalam

Berita Keislaman.” Metode yang digunakan yaitu metode

Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wartawan PWI Jawa Barat

lebih memilih untuk tidak menyiarkan berita yang nantinya akan

menyebabkan kontroversi dikalangan umat beragama. Meskipun

sama-sama membahas tentang Independensi Wartawan,

perbedaannya terletak pada metode penelitian yang digunakan,

yaitu metode penelitian Deskriptif, sedangkan peneliti memilih

menggunakan metode studi fenomenologi dengan pendekatan

kualitatif.
Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sejenis

HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


NO NAMA DAN TEORI DAN
JUDUL METODE
PENELITIAN PENELITIAN

1 Yuliasih Teori Hasil pada penelitian ini yakni Persamaan dalam Perbedaanya terletak
Fenomenologi mengetahui Pemaknaan, Pandangan, penelitian ini yaitu pada objek
Alfred Schutz dan Pengalaman Wartawan sama-sama membahas penelitiannya yang
Ilmu Komunikasi Detik.com terkait peristiwa Aksi independensi wartawan membahas
Jurnalistik Fakultas 212. media online. Selain independensi media
Dakwah dan itu, sama-sama online dalam
Bahwa wartawan Detik.com sangat
Komunikasi menggunakan metode melakukan Aksi Damai
independen dalam menjalankan tugas
Jurnalistik UIN kualitatif. 212 sedangkan penulis
serta pemberitaannya.
Sunan Gunung Djati terkait Independensi
Bandung Metode Kualitatif Wartawan Tribun Jabar
dengan reportase Tolak
(2018) Skripsi
RUU KUHP.
Independensi
Wartawan Media
Online dalam
Reportase Reuni
Aksi Damai 212
(Studi Fenomenologi
pada Wartawan
Detik.com)

11
12

NO NAMA DAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


JUDUL METODE
PENELITIAN PENELITIAN

2 Muhammad Irfan Teori Hasil dalam penelitian ini yakni Persamaan dalam Perbedaannya terletak
Anshori Fenomenologi mengetahui bagaimana kehidupan penelitian ini terletak pada yang diteliti,
sosial berlangsung dan melihat pada metode penelitian namun sama-sama
tingkah laku manusia yang meliputi yang digunakan, yaitu mengarah kepada
apa yang dikatakan serta diperbuat metode penelitian independensi wartawan
sebagai hasil dari manusia yang fenomenologi dengan yang harus netral dan
Ilmu Komunikasi Metode Kualitatif pendekatan kualitatif. tidak ada kaitan dengan
Politik Universitas mendefinisikan dunianya. Perilaku
pemerintahan.
Brawijaya Malang wartawan Kota Malang yang
bertugas di Balai Kota Malang tidak
pernah menerima Praktek Amplop
(2015) Skripsi dari kalangan para pejabat di Kota
Malang.

Perilaku Wartawan
Kota Malang
Terhadap Praktek
Amplop (Studi
Fenomenologi
terhadap Wartawan
yang bertugas di
Balai Kota Malang
Terhadap Praktek
Amplop)

NO NAMA DAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


13

JUDUL METODE
PENELITIAN PENELITIAN

3 Edi Saputra Teori Hasil dalam penelitian ini yakni Persamaan dalam Perbedaan dalam
Independensi mengetahui eksistensi dan penelitian ini yaitu penelitian ini terletak
independensi wartawan surat kabar sama-sama membahas pada metode
(Jurnal)- Dosen yang menginvestigasi jalannya mengenai Independensi penelitiannya, yaitu
UPT-MKU Pilkada, serta melaporkannya pada dari sebuah media atau dengan menggunakan
Universitas Negeri rakyat tanpa adanya keberpihakan. lembaga Jurnalistik. Metode Analisis Isi,
Padang (2016) sedangakan peneliti
dengan menggunakan
metode penelitian
fenomenologi dengan
pendekatan kualitatif.

Metode Analisis
Isi dan
menggunakan
Eksistensi dan
pendekatan
Independensi Surat
Kualitatif
Kabar dalam
Komunikasi Politik
pada Pilkada dalam
Rangka Pendidikan
Demokrasi

NO NAMA DAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


JUDUL METODE
14

PENELITIAN PENELITIAN

4 Abdul Hamid Metode Hasil dalam penelitian ini yakni Persamaan dalam Perbedaannya terletak
Deskriptif, untuk mengetahui pandangan AJI penelitian ini yaitu pada metode penelitian
pendekatan Bandung terkait peliputan Pilpres sama-sama membahas yang digunakan, yaitu
Kualitatif yang bertanggung jawab sosial. mengenai Independensi metode Deskriptif,
Ilmu Komunikasi Wartawan AJI Bandung sebagai Wartawan dan juga sedangkan Peneliti
Jurnalistik Fakultas lembaga Pers yang Independen, tidak sama-sama mengunakan metode
Dakwah dan memihak antara satu partai ataupun menggunakan penelitian
Komunikasi kubu partai yang lainnya, dan pendekatan Kualitatif. fenomenologi. Tapi
Jurnalistik UIN wartawan AJI Bandung berhasil sama-sama dengan
Sunan Gunung Djati melakukan peliputan pada saat menggunakan
Bandung Pilpres tanpa adanya keberpihakan pendekatan kualitatif.
kepada siapapun.
(2018) Skripsi
Pandangan
Organisasi
Wartawan Tentang
Peliputan Kampanye
Pilpres yang
bertanggung jawab
Sosial (Studi
Deskriptif pada AJI
Bandung

NO NAMA DAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN


JUDUL METODE
15

PENELITIAN PENELITIAN

5 Lisna Novita Metode Hasil dari penelitian ini yakni untuk Persamaan dalam Perbedaan dalam
Deskriptif menginterpretasikan pemahaman penelitian ini yaitu penelitian ini terletak
Pendekatan wartawan terhadap konsep sama-sama melakukan pada cakupan yang
Kualitatif independensi, dan juga untuk penelitian tentang ingin diketahui secara
mendeskripsikan kontruksi sebuah independensi wartawan luas, sedangkan peneliti
realitas menjadi sebuah berita, dan dengan pendekatan hanya berfokus
untuk mengetahui interpretasi kualitatif. terhadap penelitian
untuk mengetahui
keislaman wartawan PWI.
tentang defenisi dan
(Jurnal) – DPRD pengalaman wartawan
Provinsi Jawa Barat Tribun Jabar dalam
(2018) melakukan reportase
aksi mahasiswa terkait
berita RUU KUHP.

Independensi
Wartawan PWI
Jawa Barat dalam
Berita Keislaman
1.5.2 Landasan Teoritis

Teori yang akan dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini

yaitu teori fenomenologi yang dilandasi oleh Max Weber. Pada penelitian

ini menggunakan teori fenomenologi Alfred Schutz sebagai pijakan dalam

menganalisa sebuah fenomena. Dalam (Kuswarno, 2009:1)

“Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phainomai yang berarti

“menampak.” Artinya, fenomenologi berarti belajar mengenai fenomena

yang tampak di depan kita dan seperti apa penampakannya.” Fenomena

adalah sesuatu yang masuk melalui pemahaman seseorang. Maka, suatu

objek disebut ada karena kesadaran. Fenomena bukan sesuatu yang tidak

dapat dilihat secara langsung, karena fenomena ada dalam kesadaran

manusia, dan dalam kesadaran manusia fenomena itu menjadi ada. Oleh

karena itu, fenomenologi merefleksikan pengalaman manusia, sejauh

pengalaman tersebut berhubungan dengan objek.

Seperti yang dikatakan Kuswarno (2009:2) fenomenologi mencoba

mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan

konsep-konsep penting, dalam kerangka intersubjektivitas. Intersubjektif

karena pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita

dengan orang lain. Walaupun makna yang kita ciptakan dapat ditelusuri

dalam tindakan, karya, dan aktivitas yang kita lakukan, tetap saja ada

peran orang lain di dalamnya. Tujuan utama fenomenologi adalah

16
17

mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan

dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau

diterima secara estetis.

Dalam pemikiran Schutz menurut Kuswarno (2009:18) yaitu

seperti apa memahami tindakan sosial lewat penafsiran. Penafsiran sendiri

dapat digunakan untuk menjelaskan dan mengecek makna yang

sebenarnya, sehingga dapat menimbulkan konsep peka yang implisit.Bagi

Schutz dalam Kuswarno (2009:17) tugas fenomenologi adalah

menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-

hari, dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal.

Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna,

dan kesadaran. Fenomenologi berdasarkan yang dikatakan Kuswarno

(2009:22).

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan bahwa yang

mengalami tindakan sosial, dan menjadi orang yang pertama sekaligus

mengalaminya secara langsung pada penelitian ini yaitu wartawan Tribun

Jabar.

Dalam pemikirannya, Schutz mengatakan bahwa dalam penelitian

sosial, objek penelitiannya berhubungan langsung dengan interpretasi

terhadap realitas. Saat membuat interpretasi ini, antara satu orang dengan

orang yang lainnya saling terikat satu sama lain. Untuk masuk kedalam

interpretasi dunia orang yang dijadikan objek penelitian, peneliti harus


18

mengggunakan metode interpretasi yang sama dengan orang yang diamati

(Kuswarno, 2009:38). Disini peneliti harus bisa membangun komunikasi

dan interaksi yang baik berdasarkan yang diucapkan dari pengalaman para

objek penelitian dengan tujuan memahami makna dari berbagai fenomena

yang dialami oleh wartawan Tribun Jabar.

Menurut Schutz dalam Sobur (2013:61) dirinya sudah menegaskan

jika berdasarkan kategori akal sehat dan kontruksi yang kebanyakan

berakal dalam dunia sosial, maka dunia sosial dapat diinterpretasikan.

Konstruksi yang dimaksud adalah mereka yang menginterpretasikan

berbagai situasi tindakan menjadi sumber perilaku sosial. Schutz

mengatakan, acuan kepada dunia sosial kehidupan sehari-hari dan

pengalaman adalah satu-satunya jaminan tertinggi bahwa “dunia realitas

sosial tidak akan pernah digantikan oleh dunia fiktif yang sama sekali

bukan dunia yang nyata, dan hanya diciptakan oleh para penganut ilmiah”.

Ditinjau dari perspektif ini, dalam Sobur (2013:61) Dalam

melakukan pengamatan ilmiah, tentu harus berurusan dengan cara

bagaimana memaknai dan menjadikan dunia sosial agar dapat bermakna.

Sedangkan, fokus penelitiannya, disampaikan kepada cara dari anggota

dalam dunia sosial sendiri yang memahami dan menindaklanjuti objek

pengalaman dari mereka sendiri, yang seolah-olah objek pengalaman

tersebut merupakan sesuatu yang ada secara sendirinya dan terlepas dalam

diri mereka.
19

Teori fenomenologi Alfred Schutz, sama dengan yang ditulis

Kuswarno (2009) “Untuk mengungkapkan sesuatu, manusia senantiasa

memiliki naluri di balik dunia nyata, atau mempunyai kenyataan sebuah

‘penampakan’ realitas yang jauh lebih dalam dari sekedar mengungkapkan

realitas empiris secara artifisial melalui pancaindera” maka penelitian ini

akan menggali pemahaman, pemaknaan dan juga pengalaman terhadap

independensi wartawan media online Tribun Jabar dalam reportase Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP.

1.5.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, tentunya memakai kerangka konseptual untuk

memperjelas beberapa konsep yang penting sebagai dasar sebuah

penelitian. Untuk memperjelas konsep tersebut dibutuhkan peta penelitian,

berikut ini peta penelitian yang dapat dilihat dalam bentuk bagan :
20

Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian

INDEPENDENSI WARTAWAN MEDIA


ONLINE DALAM REPORTASE AKSI
MAHASISWA TOLAK RUU KUHP 23-24
SEPTEMBER 2019

Studi Fenomenologi Alfred Schutz

Pemaknaan Pemahaman Pengalaman


Wartawan Tribun Wartawan Tribun Wartawan Tribun

Independensi Independens Reportase Aksi


i Mahasiswa Tolak RUU
KUHP

Hasil Penelitian
21

Dengan adanya peta penelitian, peneliti akan lebih mudah untuk

mengetahui fenomena terkait independensi wartawan media online Tribun

Jabar dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP. Selain peta

penelitian, dalam penelitian ini juga memaparkan beberapa konsep

mengenai Indepensi Wartawan, Media Online, dan juga Reportase. Berikut

penjelasannya:

1.5.3.1 Independensi

Jurnalisme independen merupakan suatu kegiatan jurnalistik yang

dalam proses peliputan serta penulisan beritanya sama sekali tidak ada

keterikatan ataupun melakukan keberpihakan kepada suatu kelompok

ataupun golongan tertentu, seperti bergabung dengan pemerintahan

ataupun berada dibawah naungan suatu golongan organisasi.

Dalam Amir Abadi Jusuf, Arens mengemukakan : “independensi

wartawan berarti berjalannya pemikiran dari para wartawan yang tidak

dapat ditunggangi dengan hal-hal yang lainnya.” Sedangkan menurut

Sukrisno Agus, “independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta

tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil

tindakan dan keputusan.”

Dalam mendefinisikan sebuah realitas menjadi suatu berita, hal

yang paling berperan adalah ideologi medianya sendiri. Berita sebagus

apapun, tergantung ideologi media yang akan disampaikan kepada

khalayak dikemas tergantung ideologi.


22

1.5.3.2 Media Online

Secara umum, media online yaitu media yang bisa diakses dimana

saja, kapan saja dan didukung oleh kemajuan di bidang teknologi, karena

adanya konvergensi (pemekaran) dari media sebelumnya yang pernah ada.

Sedangkan pengertian media online secara khusus yaitu sebuah media

produk jurnalistik, seperti feature, artikel, website, blog dan lain

sebagainya yang masuk kedalam kategori media online.

Lorie Ackerman, peneliti ahli media di Universitas Texas,

menyebut media online sebagai bentuk penerbitan elektronik: “the term

electronic publishing is used to convey a variety of ideas, most broadly, it

prever to the use at computers in the composing, editing, type setting,

printing, or publication delivered process.”

Asep Syamsul M. Romli, dalam bukunya yang berjudul :

Jurnalistik Online ( Panduan Praktis Mengelola Media Online )

menjelaskan media online secara khusus dalam konteks komunikasi

massa, yaitu dikatakan media online karena adanya perioditas serta

publisitas.

1.5.3.3 Reportase

Reportase berasal dari kata “report” yang artinya melaporkan atau

memberitakan, yang artinya suatu aksi atau pemberitaan yang dilaporkan,

atau bisa diartikan juga sebagai laporan kejadian berdasarkan pengamatan

ataupun sumber tulisan.


23

Sedangkan pengertian reportase secara khusus yaitu suatu aktivitas

dari seorang jurnalis yang turun ke lapangan untuk melakukan observasi

langsung serta mengumpulkan data untuk dibuat menjadi sebuah berita.

Reportase merupakan proses jurnalistik terpenting, karena dalam

reportase bahan serta data yang akan di susun menjadi berita dikumpulkan.

Ada beberapa teknik reportase yang mesti dilakukan oleh seorang

wartawan, diantaranya sebagai berikut :

1. Wawancara, sangat penting untuk menggali informasi ataupun

keterangan dari seorang narasumber. Wawancara sendiri

merupakan reportase dengan mengumpulkan beberapa

pernyataan dari narasumber, serta membuat pertanyaan dengan

unsur 5W+IH.

2. Reportase Observasi, yaitu wartawan datang langsung ke lokasi

kejadian. Wartawan melakukan pengamatan serta

mengumpulkan data dan fakta yang sebenarnya dari kejadian

tersebut.

3. Melakukan riset data, yaitu wartawan membuka arsip, atau

beberapa referensi yang lainnya terkait berita yang akan ditulis.

Riset data dilakukan untuk mencari latar belakang informasi

untuk memperkaya suatu berita.


24

1.6 Langkah-langkah Penelitian

Prosedur Penelitian dapat dijelaskan seperti uraian pada bagian ini

terdiri atas :

1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Tribun Jabar Jl.Sekelimus

Utara No.2-4 Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat 40266.

Alasan mengambil lokasi penelitian ini dikarenakan peneliti ingin

mengetahui peliputan reportase yang dilakukan oleh wartawan Tribun

Jabar, serta Tribun Jabar merupakan salah satu media yang dipercaya

netral, dan tidak berpihak kepada pemerintah seperti kebanyakan

media yang lainnya. Dan memiliki visi misi yang sesuai dengan apa

yang diembannya. Oleh karena itu peneliti memilih Tribun Jabar

karena kapabilitasnya dirasa cukup mumpuni.

1.6.2 Paradigma dan Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma

kontruktivisme (interpretatif) yang di rasa sangat sesuai dengan

penelitian ini. Paradigma kontruktivisme menganggap bahwa dalam

kegiatan komunikasi, subjek dianggap sebagai faktor sentral, begitu

juga bersamaan dengan hubungan realitas sosialnya. Pemaknaan

terhadap realitas yang dimaksud disini adalah perspektif wartawan

Tribun Jabar yang dibentuk dari pemahaman, pemaknaan dan

pengalaman mereka terkait independensi wartawan media online

dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP.


25

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Moleong (2006:6) “pendekatan kualitatif merupakan pendekatan untuk

memahami fenomena dari subjek penelitian.” Misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. Kualitatif

dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan konteks

yang alamiah, dengan menggunakan metode alamiah juga.

Peneliti mencoba memahami wartawan Tribun Jabar terhadap

independensi wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa

tolak RUU KUHP. Berangkat dari pemahaman, peneliti akan

mengetahui proses munculnya makna dalam diri wartawan terhadap

independensi wartawan yang kemudian dipahami melalui pengalaman

yang dimiliki wartawan dalam kegiatan peliputan.

1.6.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

studi fenomenologi. Menurut Kuswanto (2013:35-36) “fenomenologi

bertujuan untuk mengetahui dunia dari orang yang mengalaminya

langsung atau bisa juga berkaitan dengan sifat alami pengalaman

manusia, serta makna dari orang yang mengalaminya.” Oleh karena

itu, proses penyimpulan sebuah fenomena harus ditunda terlebih

dahulu. Jadi, lebih mengedepankan pertanyaan dan penelitian

fenomena yang ada, dengan mempertimbangkan aspek kesadaran yang

ada.
26

Kuswarno (2009:58) menyatakan bahwa “penelitian fenomenologi

pada dasarnya berprinsip a priori, sehingga tidak diawali dan didasari

oleh teori tertentu. Penelitian fenomenologi justru berangkat dari

perspektif filsafat, mengenai “apa” yang diamati, dan bagaimana cara

mengamatinya.” Adapun premis-premis dasar yang digunakan dalam

penelitian fenomenologi adalah sebagai berikut :

1. Sebuah peristiwa akan berarti bagi mereka yang mengalaminya

secara langsung

2. Pemahaman objektif dimediasi oleh pengalaman subjektif

3. Pengalaman manusia terdapat dalam struktur pengalaman itu

sendiri. Tidak dikonstruksi oleh peneliti.

Menurut Craswell dalam Kuswarno (2009:57) ada beberapa

isu-isu prosedural dalam penelitian fenomenologi, diantaranya :

1. Peneliti harus memahami cara pandang filsafat terhadap

fenomena/realitas/objek. Terutama pada konsep-konsep

bagaimana individu mengalami dan memahami realitas.

Epoche menjadi pusat paradigma, yaitu ketika peneliti

mengesampingkan perasaan dan prasangkanya, demi untuk

memahami realitas melalui makna dan bahasa pada diri

informan.

2. Untuk membongkar makna dari realitas dalam pemahaman

informan, peneliti harus membuat pertanyaan penelitian.

Pertanyaan yang dibuat oleh peneliti, harus mampu membuat


27

informan untuk menceritakan kembali kejadian yang sudah

dialaminya, dengan mengalir begitu saja (tanpa penambahan

dan pengurangan dan juga paksaan apapun).

3. Peneliti harus mengumpulkan data dari orang yang

mengalaminya secara langsung, biasanya melalui wawancara

dengan jumlah informan 4 sampai 10 orang. Untuk

mengembangkan penjelasan yang artistik, peneliti juga harus

menggunakan refleksi diri dalam menyusun penelitian.

4. Dalam proses analisis data, peneliti harus mengikuti setiap

tahapannya.

5. Peneliti harus membuat laporan yang komprehensif tentang

makna serta realitas.

Peneliti memilih metode kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui

beberapa persfektif dari wartawan Tribun Jabar mengenai pemahaman,

pemaknaan dan pengalaman terkait independensi wartawan media online

dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP dengan menggunakan

pendekatan kualitatif.

1.6.4 Jenis Data dan Sumber Data

1.6.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis data

kualitatif. Pengertian data kualitatif menurut Moleong (2010:3)

adalah “data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tertulis dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta dipandang


28

sebagai suatu bagian dari sebuah keutuhan tanpa mengisolasi

individu atau suatu organisasi ke dalam hipotesis dan variable.”

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data dari

hasil wawancara yang meliputi pengetahuan, interpretasi,

pandangan, pendapat, dan pengalaman yang dialami oleh wartawan

Tribun Jabar Bandung. Di dalamnya peneliti menganalisis

mengenai pemahaman, pemaknaan dan pengalaman wartawan

Tribun Jabar terkait independensi wartawan media online dalam

reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP.

1.6.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer

dan sumber data sekunder, berikut penjelasan dari kedua jenis

sumber data primer dan sumber data sekunder :

1.6.4.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah responden yang terlibat

langsung, mengalaminya langsung, dan memiliki data yang

dibutuhkan. Serta bersedia memberikan data secara

langsung dan akurat. Dalam penelitian ini, responden yang

dimaksud ialah wartawan Tribun Jabar.

1.6.4.2.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang

relevan dan diambil dari beberapa dokumen, majalah, buku,


29

jurnal dan sumber yang lainnya yang sesuai dengan fokus

penelitian. Selain itu, peneliti juga memperoleh data

sekunder dari internet, seperti jurnal dan website yang

sesuai dengan penelitian ini.

1.6.5 Penentuan Informan

1.6.5.1 Informan

Informan merupakan orang yang mengetahui serta menguasai

dan terlibat langsung dalam artian bergantung kepada kapabilitas

agar dapat mengartikulasikan pengalaman hidupnya. Dalam

penelitian ini, yang akan menjadi informan adalah wartawan

Tribun Jabar.

1.6.5.2 Teknik Penentuan Informan

Dalam melakukan penelitian dengan menggunakan studi

fenomrnologi, informan tidak ditentukan. Menurut Kuswarno

(2009:62) “faktor yang paling penting dalam memilih orang untuk

dijadikan informan adalah orang yang dapat menjabarkan makna

dari fenomena atau peristiwa se detail mungkin. Dalam penelitian

fenomenologi, informan dengan jumlah 3 sampai 10 orang saja

sudah cukup.” Dalam penelitian ini, peneliti memilih 4 orang

informan wartawan Tribun Jabar. Kriteria orang yang dapat

dijadikan informan, seperti yang disebutkan oleh Kuswarno

(2009:61) serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam membuat

penelitian studi fenomenologi diantaranya:


30

a. Seorang informan harus mengalami sendiri situasi ataupun

kejadian yang berkaitan dengan topik penelitian. Tujuannya,

agar peneliti mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang

yang pertama. Hal ini merupakan kriteria yang paling utama dan

harus ada dalam penelitian studi fenomenologi.

b. Informan harus mampu menguraikan dan menggambarkan

kembali fenomena yang dialaminya, terutama sifat alamiah dan

makna didalamnya. Maka, hasilnya pun akan diperoleh data

yang alami serta reflektif yang menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya.

c. Informan harus bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian

yang mungkin membutuhkan waktu yang lama dalam

penyelesaiannya.

d. Informan harus bersedia untuk diwawancara dan direkam segala

aktivitasnya selama wawancara ataupun selama penelitian

berlangsung.

e. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil

penelitian.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data berupa wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik tersebut

dipandang oleh peneliti sangat tepat untuk megumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.


31

1.6.6.1 Wawancara Mendalam ( In Depth Interview )

Sugiyono (2017:137) mengatakan “wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.”

Sedangkan menurut Hadi dalam Sugiyono (2017:138),

menyatakan bahwa, anggapan yang perlu diketahui oleh peneliti

dalam menggunakan metode wawancara, antara lain :

a. Subyek adalah orang yang paling tahu akan dirinya sendiri dan

atas apa yang ia alami

b. Yang dinyatakan kepada peneliti oleh subyek merupakan hal

yang benar dan dapat dipercaya

c. Maksud peneliti beserta interpretasi subyek tentang pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti harus sama

Teknik wawancara mendalam sangat efektif digunakan oleh

peneliti karena dapat menggali informasi terkait Indepensi wartawan

media online di Tribun Jabar dalam reportase aksi mahasiswa tolak

RUU KUHP. Teknik wawancara mendalam, dapat membantu informan

agar lebih leluasa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti tanpa adanya tekanan dan rasa malu.


32

1.6.6.2 Observasi

Peneliti memilih data observasi untuk mengetahui rutinitas

wartawan Tribun Jabar yang dijadikan informan dalam penelitian ini.

Data yang nanti diperoleh oleh peneliti dari hasil observasi adalah

tempat, kegiatan, perbuatan, kejadian waktu, serta pemahaman

wartawan Tribun Jabar yang dijadikan informan dalam penelitian ini.

1.6.6.3 Dokumentasi

Peneliti akan melakukan dokumentasi untuk mendapatkan

informasi dengan melakukan studi literatur dengan buku-buku, berita,

jurnal, skripsi dan lain sebagainya. Peneliti juga akan menggunakan

alat bantu dokumentasi seperti kamera dan juga recorder yang berupa

gadget beserta alat pelengkap lainnya seperti alat tulis untuk

membantu kelancaran dalam penelitian ini.

1.6.7 Teknik Penentuan Keabsahan Data

Dalam menentukan keabsahan data, peneliti menggunakan

Triangulasi untuk menghilangkan kontruksi realitas dari setiap informan

atau wartawan, serta membantu peneliti memeriksa kembali informasi

yang didapatkan, dengan memakai berbagai sumber, teori ataupun

metode.

Dalam Sugiyono (Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Mathinson (1988) mengemukakan bahwa “the value of

triangulation lies in providing evidence – whether convergent,

inconsistent, or contracdictory.” Nilai dari teknik pengumpulan data


33

dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh

convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi.

Dalam hal Triangulasi, Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa

“the aim is not to determine the truth about some social phenomenon,

rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of

what ever is being investigated.” Tujuan dari Triangulasi bukan untuk

mencari kebenaran dari fenomena, tetapi lebih pada peningkatan

pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Selanjutnya Bogdan menyatakan “what the qualitative researcher

is interested in is not truth perse, but rather perspectives. Thus, rather

than trying to determine the truth of people’s perceptions, the purpose of

corroboration is to help researchers increase their understanding and

the probability that their finding will be seen as credible or worthy of

concideration by others.” Tujuan penelitian kualitatif memang bukan

semata-mata mencari tentang suatu kebenaran, tetapi lebih pada

pemahaman subjek terhadap dunia di sekitarnya. Dalam memahami

dunia di sekitarnya, bisa jadi apa yang dikemukakan oleh informan salah,

karena tidak sesuai dengan teori dan tidak sesuai dengan hukum yang

ada.

Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam

pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas

dan pasti. Berikut beberapa hal yang harus ditempuh oleh peneliti dalam

melakukan triangulasi :
34

1) Mengajukan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan fokus

penelitian

2) Mengecek kembali dengan berbagai sumber data

3) Memanfaatkan berbagai metode untuk mengecek data

1.6.8 Teknik Analisis Data

Menurut Kuswarno (2009:72-73) Dalam melakukan penelitian

fenomenologi, ada beberapa tahap yang harus dijalani, diantaranya dengan

membuat simpulan, dampak dan manfaat dari penelitian tersebut.

Beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Membuat ikhtisar dan ringkasan dari penelitian secara keseluruhan.

2. Menegaskan hasil penelitian dengan mengemukakan perbedaan-

perbedaan.

3. Menjelaskan hasil penelitian, dengan kemungkinan penelitian

lanjutan.

4. Menghubungkan penelitian dengan hasil penelitian.

5. Menghubungkan penelitian dengan profesi peneliti.

6. Menutup penjelasan dengan menawarkan tujuan dan arah

penelitian selanjutnya.
35

1.6.9 Rencana Jadwal Penelitian

Tabel 1.2 Rencana Jadwal Penelitian

WAKTU

NO KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN

2020

Pengajuan Judul
1
Penelitian
Pengumpulan Data
2
Proposal Penelitian
Penyusunan
3
Proposal Penelitian
Bimbingan Proposal
4
Penelitian
Revisi Proposal
5
Penelitian
Sidang Usulan
6
Penelitian Skripsi
Revisi Usulan
7
Penelitian Skripsi
Penyerahan SK
Skripsi Kepada
8
Dosen Pebimbing
Skripsi I dan II
Bimbingan Outline
9
Bab I dan Bab II
Bimbingan Outline
10
Bab II dan Bab III
Wawancara dan
11
Pengolahan Data
36

12 Sidang Skripsi
13 Wisuda
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian dan Karakteristik Media Online

2.1.1 Pengertian dan Sejarah Media Online

Secara harfiah, kata media berarti “perantara / pengantar”.

Association For Education and Communication Technology (AECT)

mengartikan media sebagai bentuk yang digunakan untuk proses

penyaluran informasi. John M. Echols dan Hasan Shadily dalam “English

Indonesia Dictionary” mendefinisikan terkait online. On memiliki arti

sedang berlangsung, sedangkan line artinya garis dan jarak. Jadi online

didefenisikan sebagai proses pengaksesan informasi yang sedang

berlangsung dengan menggunakan media internet.

Media online merupakan digital media yang tersaji secara online

dalam situs web (website) internet. Secara umum, media online yaitu

segala jenis format media yang hanya bisa diakses melalui jaringan

internet. Dengan adanya internet, semua menjadi lengkap, dengan adanya

perpaduan antara foto, video, suara dan juga teks didalamnya.

Media online memanfaatkan internet, oleh karena itu media online

tergolong media yang populer dan meluas, dengan jangkauan internet saja,

bisa mengetahui berbagai macam berita dari seluruh daerah yang ada di

37
38

Indonesia, maupun mancanegara dengan cepat dan murah. Sumadiria

(2016: 206) berpendapat bahwa media siber adalah segala bentuk media

yang menggunakan internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik serta

memenuhi persyaratan undang-undang pers dan standar perusahaan pers

yang ditetapkan oleh Dewan Pers.

Dalam bukunya, Hidayat (2014:95) “Media Cyber Public

Relations” mengungkapkan bahwa media online merupakan media

berbasis teknologi internet dengan adanya konvergensi atau penggabungan

antara media kontemporer dengan media konvensional. Dengan adanya

teknologi baru, dapat mendorong proses kerja menjadi lebih praktis, cepat

dan juga ekonomis. Media online juga sering dijadikan sebagai data awal

atau pijakan para wartawan untuk mencari dan mengolah berita. Dan

selalu ada saja oknum yang curang meng copy paste dari berita media

online milik perusahaan media lain, sehingga pada saat berita di angkat,

hasilnya sama persis seperti media online lainnya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa media online

merupakan salah satu media yang memaparkan suatu kegiatan jurnalistik

dengan jaringan internet dan tersaji secara online melalui situs web yang di

cari oleh pengguna. Pengguna yang menggunakan media online bersifat

interaktif, karena memiliki jaringan yang luas.


39

2.1.2 Fungsi dan Karakteristik Media Online

Fungsi media online yaitu sebagai ruang publik, dan juga sebagai

kebutuhan publik dalam mencari informasi. Masyarakat yang sibuk dan

tidak memiliki waktu luang, tapi ingin mencari informasi, akan memilih

media online. Tetapi bagi masyarakat yang mengutamakan kelengkapan

berita serta memiliki waktu yang luang, akan memilih media cetak

sebagai tempat untuk mencari informasi.

Asep Syamsul M.Romli (2012) menyebutkan, beberapa

karakteristik media online, diantaranya yaitu :

1) Multimedia

Media online dapat memuat serta menyajikan suatu berita

ataupun informasi secara langkap, dengan audio, teks, foto dan

juga video dalam satu berita atau informasi secara bersamaan.

2) Aktualitas

Media online dengan berbagai kemudahan serta kecepatan

penyajiannya, tetap memiliki berita ataupun informasi yang

aktual.

3) Cepat

Berita ataupun informasi lainnya dapat langsung diakses saat

itu juga, pada saat berita atau informasi tersebut diupload

melalui media online.

4) Update
40

Saat terjadi kesalahan dalam hal pengetikan ataupun pengejaan

dalam suatu berita ataupun informasi, maka pembaruan

(updating) dapat dilakukan secepat mungkin baik dari segi

redaksional maupun konten.

5) Kapasitas Luas

Dalam media online, sistem penulisan tidak dibatas sama

sekali, karena halaman web bisa menampung naskah yang

sangat panjang.

6) Fleksibilitas

Pemuatan serta editing naskah bisa dilakukan dimana saja, dan

kapan saja. Begitupun dengan jadwal terbit yang bisa dilakukan

setiap saat.

Selain itu, ada juga karakteristik media online yang menjadi

kekurangan jika dibandingkan dengan media konvensional, yaitu :

1) Akurasi yang sering terabaikan, hal ini terjadi karena media

online lebih mengedepankan kecepatan daripada ketepatan.

2) Media online cenderung membuat mata muda lelah, hal ini

terjadi karena naskah berita yang panjang ataupun melihat layar

terlalu lama.

3) Media online bergantung kepada internet dan juga perangkat

komputer, oleh karena itu jika aliran listrik mati, ataupun

jaringan internet tidak tersedia, maka akses untuk masuk ke

media online mati.


41

4) Dapat digunakan atau dioperasikan oleh sembarang orang, dan

orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menulis pun

sangat mudah untuk meng-upload hanya dengan meng-copy

paste saja.

2.1.3 Ruang Lingkup Media Online

Media online erat kaitannya dengan jurnalistik online, atau yang

biasa disebut sebagai cyber journalism, yang merupakan jurnalistik

generasi baru setelah jurnalistik konvensional. Secara praktis, jurnalistik

dipahami sebagai pemberi berita terbaru secara berkala. Sedangkan online

merupakan sebutan untuk kegiatan pencarian informasi yang

menggunakan jaringan internet dan dapat diakses kapan saja serta dimana

saja.

Dalam dunia jurnalistik, fasilitas online saat ini tidak dapat

dipisahkan, baik dibidang studi maupun praktek, apalagi setelah adanya

proses konvergen media (Muhtadi, 2016: 78). Mahasiswa jurnalistik juga

menggunakan media online sebagai sarana alternatif untuk menunjang

kompetensi yang dibutuhkan.

Romli, (2018: 36) mengklasifikasikan media online kedalam

kategori berikut ini:

1) Situs berita berbasis media cetak (surat kabar ataupun majalah)

seperti kompas cybermedia, tribunjabar.co.id, dan pikiran-

rakyat.com.
42

2) Situs berita berbasis media elektronik radio seperti radio

Australia, seperti radioaustralia.net.au.

3) Situs berita berbasis media elektronik televisi, seperti

liputan6.com

4) Situs berita online murni, seperti detik.com dan VIVA News

5) Situs indeks berita yang hanya memuat link-link berita dari

situs berita lain, seperti Yahoo! News, Google News, yang

merupakan layanan kompilasi berita dan secara otomatis

menampilkan berbagai berita dari media online.

Sedangkan dari persfektif pemilik atau publisher, macam-macam

website digolongkan menjadi enam jenis, yaitu :

1) News Organization Website, yang merupakan situs lembaga

pers atau penyiaran, seperti agen berita dan juga radio.

2) Commercial Organization Website, yang merupakan situs

lembaga bisnis atau perusahaan, seperti toko online (online

store) dan juga bisnis online.

3) Website Pemerintah, yang merupakan website milik

pemerintah. Di Indonesia, website milik pemerintah ini

ditandai dengan dominan (dot) go.id, seperti Portal Nasional

Indonesia yaitu indonesia.go.id.

4) Website Kelompok Kepentingan (Interest Group) termasuk

didalamnya website Organisasi Masyarakat (Ormas), Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), dan juga Partai Politik.


43

5) Website Organisasi Non-Profit, seperti lembaga amal ataupun

komunitas.

6) Personal Website (Blog).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

media online meliputi jaringan teknologi informasi yang menggunakan

perangkat komputer dan juga tersambung dengan internet dengan berbagai

macam website serta situs berita yang dapat diakses kapan saja dan dimana

saja.

2.2 Fungsi dan Tugas Wartawan Media Online

2.2.1 Fungsi dan Tugas Wartawan Media Online

Dalam dunia jurnalistik ada sebutan baru yaitu wartawan online.

Wartawan online merupakan seorang jurnalis yang bekerja pada sebuah

media ataupun situs berita di internet. Seiring banyaknya situs berita, maka

jumlah wartawan online juga terus meningkat (Zaenuddin, 2011: 38).

Sama seperti wartawan pada umumnya, wartawan online juga dituntut

untuk memiliki kemampuan menulis dan juga bahasa. Perbedaan

wartawan media online dengan wartawan media lainnya terletak pada

tantangan berita cyber yang begitu cepat dalam setiap menit perubahannya

serta terbatas pada ruang pemberitaan di layar monitor. Dengan

keterbatasan tersebut, pemberitaan dari wartawan media online dapat

ditanggapi langsung oleh khalayak.


44

Oleh sebagian masyarakat, profesi sebagai seorang wartawan

dianggap sebagai suatu pekerjaan yang berkelas. Menjadi wartawan

memiliki citra yang lebih tinggi dibanding profesi lainnya, karena seorang

wartawan harus memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas. Seperti

yang diungkapkan Dr.Lakshamana Rao (Romli, 2008: 137): wartawan

merupakan sebuah profesi atau seorang profesional seperti halnya Dokter

maupun Pengacara, karena pekerjaannya memenuhi syarat

profesionalisme. Dalam Undang-undang Pers No.40 Tahun 1999, Bab 1

Pasal 1 dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur

melaksanakan kegiatan jurnalistik.

Wartawan disetarakan dengan Dokter dan Pengacara, karena

wartawan juga memiliki kebebasan dalam melakukan pekerjaannya, yaitu

dengan adanya kebebasan pers bagi wartawan. Wartawan memiliki

panggilan dan keterikatan dengan pekerjaannya, yaitu dengan jam kerja

wartawan 24 jam, karena peristiwa bisa terjadi kapan saja. Wartawan

memiliki keahlian yaitu keahlian mencari dan menulis berita. Wartawan

juga memiliki tanggung jawab dengan kode etik pekerjaan, yaitu kode etik

jurnalistik, sama seperti Dokter yang memiliki tanggung jawab dengan

kode etik pekerjaan, yaitu kode etik kedokteran.

Kehadiran teknologi yang sangat canggih saat ini sangat membantu

pekerjaan wartawan media online, serta dapat membantu wartawan dalam

memantau perkembangan teknologi saat ini. Banyak yang bisa dilakukan

wartawan media online akibat adanya internet, diantaranya wartawan


45

media online dapat memprediksi serta menggambarkan industri teknologi

yang relevan dengan jurnalistik diberbagai jenis media. Wartawan media

online juga dapat menganalisis serta mengidentifikasi sasaran khalayak

yang menjadi pembaca ataupun langganan dalam membaca berita yang

dimuatnya. Wartawan media online dengan prinsipnya kerja melalui

teknologi, berdampak terhadap masa depan dengan praktik jurnalistik di

era industri teknologi.

Yancheff, dalam Septiawan Santana Kurnia (2005:207) “Menilik

ukuran profesionalisme Jurnalis di era milenium” mengungkapkan, bahwa

pada fase milenium, jurnalis membutuhkan multi-kompetensi.

Karakteristiknya yaitu menekankan pada penulisan serta kepemilikan

dasar pengetahuan dengan kombinasi aplikasi lintas disiplin yang sangat

dibutuhkan dalam memasok informasi di dunia industri teknologi. Berikut

beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis

profesional :

1) Writing Competencies

Seorang wartawan, khususnya wartawan media online harus

memiliki kemampuan menulis yang mudah dipahami oleh para

pembaca, yang dilengkapi juga dengan penguasaan pemakaian

tata bahasa serta kosa kata (vocabulary).

2) Oral Performance Competencies

Merupakan kemampuan yang bisa menyampaikan berbagai

respon dengan baik, harus percaya diri dan juga bertanggung


46

jawab. Untuk mewawancarai narasumber, dibutuhkan metode

serta teknik yang khusus. Seperti saat mewawancarai anak-

anak, korban kekerasan, kelompok etnik dan lain sebagainya.

3) Research and Investigatif Competencies

Sebelum melakukan wawancara bersama narasumber, seorang

wartawan harus menyiapkan berbagai bahan atau

mengidentifikasi topik-topik yang potensial melalui berbagai

sumber kepustakaan, online ataupun catatan publik.

4) Broad Based Knowledge Competencies

Harus memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ekonomi,

statistik, kesehatan, pemerintahan dan lain sebagainya, karena

wartawan harus bisa menuliskan istilah-istilah seperti dalam

istilah dunia kedokteran dan lain-lain. Karena dunia

kewartawanan tidak lepas dari proses belajar seumur hidup.

5) Web-based Competencies

Seorang wartawan media online tentunya harus bisa menguasai

serta mengoperasikan internet serta pemberitaan dalam format

on the web.

6) Audio Visual Competencies

Harus bisa mengoperasikan serta menggunakan alat seperti

kamera, kamera video, beserta alat yang dibutuhkan wartawan

dalam melakukan liputan.


47

7) Ethics Competencies

Harus bisa memahami tanggung jawab dalam profesinya

sebagai seorang wartawan media online, seperti kode etik dan

juga plagiarisme. Karena maraknya pemberitaan di dalam

dunia maya terkadang membuat wartawan males dalam

mencari berita, dan cukup meng copy paste berita dari media

yang lain saja.

8) Legal Competencies

Terkait dengan pemahaman Undang-undang, kebebasan

berpendapat, hak cipta, serta kaitan profesi wartawan yang

memiliki dampak terhadap masyarakat.

9) Career Competencies

Harus bisa memahami dunia karir profesional di dalam dunia

jurnalisme. Seperti kemampuan bekerja dalam manajemen pers

Kualitas berita dari seorang wartawan sangat dipengaruhi oleh

status kewartawanan dalam institusi medianya. Wartawan media online

merupakan wartawan profesional karena menggantungkan hidupnya

terhadap profesinya sebagai seorang wartawan yang dinaungi oleh

perusahaan media serta terikat dan memiliki dedikasi terhadap dunia

kewartawanan.

Dengan sistem kerja melalui internet, wartawan media online

menjadi pelengkap dari wartawan media konvensional, karena dengan

kecepatan serta maraknya berbagai informasi serta berita di media online,


48

dijadikan rujukan bagi para wartawan media konvensional dalam mencari

serta mengolah berita, adapun berita dengan narasumber ataupun isi

informasi yang sama, maka dicantumkan sumbernya.

Media online dengan media cetak bisa saling mendukung dan

melengkapi. Karena media cetak sudah lebih dulu dapat

dipertanggungjawabkan (kredibilitas dan akuntabilitas) dengan prosesnya

dalam mencari, mengolah dan juga menerbitkannya yang cukup rumit.

Oleh karena itu ada beberapa perusahaan pers yang menyandingkan media

online dengan media cetak agar keduanya saling bersinergi dalam

memberikan suguhan informasi kepada khalayak.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tugas

wartawan media online hampir sama dengan wartawan di media

konvensional, cuman yang membedakan antara wartawan media online

dengan wartawan media kontemporer yaitu sistem kerjanya melalui

internet dengan kecepatan penaikan berita setiap menitnya. Sedangkan

wartawan media online hanya diterbitkan harian ataupun mingguan.

2.2.2 Hak dan Kewajiban Wartawan Media Online

Seorang wartawan media online sama halnya memiliki hak dan

kewajiban seperti wartawan pada media konvensional. Hak untuk

dilindungi oleh Negara dan juga Undang-undang, yang tercantum dalam

Undang-undang Pers (No.40 Tahun 1999). Salah satu yang tercantum

dalam Undang-undang Pers serta dibahas dalam Kode Etik Jurnalistik


49

yaitu tentang perlindungan identitas sumber berita. Hak yang dimaksud

disini merupakan pengawalan hak-hak warga negara (Kusumaningrat,

2009: 28).

Dalam suatu pemberitaan, seorang wartawan memiliki kewajiban

untuk tidak mencantumkan atau menuliskan identitas sumber berita secara

lengkap ataupun identitas lainnya, untuk menghindari efek negatif setelah

berita tersebut di sebarluaskan dan juga sebagai upaya dalam menjaga

nama baik sumber berita. Pada Pasal 7 dalam Kode Etik Jurnalistik,

disebutkan bahwa jurnalis Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi

narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun

keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang,

dan off the record sesuai kesepakatan. Hak tolak dijamin oleh KEJ-PWI

(Kode Etik Jurnalistik – Persatuan Wartawan).

Hak tolak jurnalis dirumuskan dalam UU Pers Pasal 4, yaitu

“Dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum,

wartawan mempunyai hak tolak”. Dan juga diatur dalam UU Pers Pasal 1

ayat 10, yang berbunyi “Hak tolak merupakan hak jurnalis karena

profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama atau identitas lainnya

dari sumber berita yang harus dirahasiakannya”.

Seorang wartawan dalam lingkup hukum pun juga memiliki hak

tolak dalam menangani kasus tertentu. Dan seorang wartawan pun harus

paham terkait asas praduga tak bersalah. Menghormati asas praduga tak
50

bersalah berarti wartawan wajib melindungi tersangka/tertuduh/terdakwa

pelaku tindak pidana dengan tidak menyebutkan nama serta identitasnya

dengan jelas. Hal ini harus dilakukan sebelum adanya putusan pengadilan

yang menyatakan kesalahan pelaku dan keputusan itu memperoleh

kekuatan hukum yang tetap. Harusnya yang disebarluaskan oleh media

adalah hanya menyebutkan inisial nama pelaku, ataupun memuat fotonya

dengan menutupi matanya agar tidak terlihat jelas, atau juga menampilkan

foto pelaku hanya bagian belakangnya saja (Kusumaningrat, 2009: 118).

Persyaratan dalam jurnalisme yaitu fakta yang siap diverifikasi,

harus terbuka karena ditelusuri setiap datanya agar mudah dikenali oleh

berbagai narasumber dalam memberikan informasinya. Jika narasumber

tidak mau disebut identitasnya, maka akan mengurangi kredibilitas atau

kepercayaan media tersebut. Bahkan bisa jadi mengarah ke hukum, dengan

pencemaran nama ataupun pihak tertentu (Kurnia, 2005: 214).

Selain diatur dalam peraturan UU Pers, hak tolak jurnalis juga

dijamin dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

yaitu dalam Pasal 170 ayat 1, bahwa “Jurnalis yang karena pekerjaannya

diwajibkan menyimpan rahasia, dapat dibebaskan dari kewajiban untuk

memberi keterangan sebagai saksi dalam sidang pengadilan”, tidak hanya

itu diluar sidang pengadilan yang disebutkan dalam Pasal 120 KUHAP,

dinyatakan bahwa “Jurnalis termasuk ahli atau yang memiliki keahlian

khusus, dan pekerjaannya diwajibkan untuk menyimpan rahasia, oleh


51

karena itu jurnalis dapat menolak memberikan keterangan yang diminta

oleh penyidik” (Machmud, 2011: 188).

Jika diuraikan, maka hak serta kewajiban seorang wartawan dalam

menjalankan profesinya yaitu sebagai berikut :

1) Hak menolak (hak tolak) untuk melindungi narasumber yang

tidak ingin diketahui identitas serta keberadaannya.

2) Wartawan harus menyebutkan sumber berita, kecuali atas

permintaan yang bersangkutan.

3) Wartawan media online harus menyebutkan sumber berita, jika

mendapatkan berita dari internet.

4) Wartawan dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan

keterangan sebagai saksi dalam sidang pengadilan.

5) Wartawan dapat menolak memberikan keterangan yang

diminta oleh penyidik.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Hak dan

Kewajiban wartawan media online meliputi hak serta kewajiban dalam

suatu pemberitaan, hak tolak untuk melindungi sumber informasi dengan

tidak menyebutkan nama, identitas serta keberadaan narasumber di meja

hukum.

2.2.3 Kode Etik Wartawan Media Online

Ashadi Siregar dalam “Etika Komunikasi” (2008: 182-183),

mengatakan bahwa etika suatu profesi mengandung orientasi sosial. Etika


52

profesi sangat penting dan tidak hanya berlaku bagi pergaulan antar

perorangan saja, tapi juga menyangkut landasan bagi institusi sosial di

tengah masyarakat. Bagi institusi pers, atau institusi yang lain seperti

institusi kesehatan dan institusi lain yang memiliki peran sosial, etika

profesi sangatlah penting. Karena pekerja profesi masing-masing memiliki

etika yang berbeda, tapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk

memiliki orientasi sosial supaya memiliki pigur dan juga marwah di depan

masyarakat.

Ashadi Siregar (2008: 188) juga menjelaskan tentang kode etik.

Menurutnya, setiap profesi apapun pasti memiliki kode etik. Yaitu dengan

adanya norma dari suatu komunitas profesional, yang menjadi acuan bagi

para pelaku profesi. Acuan tersebut menjadi suatu nilai untuk memelihara

keberadaan profesi di tengah masyarakat. Seorang pelaku profesi dapat

dibedakan dengan para pekerja lainnya. Cirinya yaitu dengan adanya sifat

otonomi dari seorang profesional, serta adanya kepercayaan dari

lingkungan sosial yang diberikan kepadanya.

Darji Darmodiharjo dalam Muhammad Mufid, melalui bukunya

“Etika dan Filsafat Komunikasi” (2009: 173-174), ada beberapa sifat dasar

etika, diantaranya :

1) Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku.

Diselidikinya, apa norma itu dan bisakah membenarkan

ketaatan yang dituntut oleh norma yang berlaku.


53

2) Etika mengajukan pertanyaan terhadap legitimasinya. Artinya

norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari suatu

pertanyaan kritis, maka akan kehilangan haknya.

3) Untuk memberikan perintah serta larangan yang harus ditaati,

maka etika juga mempunyai hak disetiap beberapa lembaga,

seperti sekolah, negaradan juga agama.

4) Etika merupakan suatu sikap manusia untuk bersikap rasional

terhadap semua norma.

5) Bagi seorang ahli atau bagi siapa saja yang tidak mau di atur

oleh norma yang ada, maka etika menjadi alat pemikir yang

rasional serta bertanggung jawab.

Sementara itu, kode etik wartawan media online, diatur dalam dua

hal, yaitu produk jurnalistik yang disajikan secara online dan juga perilaku

wartawan media online. Produk jurnalistik online mencakup informasi

yang dimuat melalui internet, seperti berita, tajuk rencana, surat pembaca,

feature, resensi buku dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku wartawan

media online mencakup sikap serta tindakan wartawan saat menjalankan

profesinya serta berhubungan dengan sumber ataupun subjek berita.

Dalam kompetensinya, pers memposisikan etika berada diatas, dan

yang paling bawah yaitu reportase, investigasi, dan lain sebagainya. Jika

dibuat piramida, maka hasilnya sebagai berikut:


54

Gambar 2.1 Piramida Kompetensi Jurnalis

Etika Kesadaran

Hukum Karir

Penge- Teori &


Penge-
tahuan Prinsip Pengetahuan
tahuan
Umum Jurnalisti
Khusus
k

Riset / Penggunaan
Teknologi Keterampila
Reportase Investigasi alat
Informasi n
Etik

Etika berada dalam kesadaran, karena diharapkan perilaku

wartawan dapat mengacu pada kode etik yang berlaku. Sehingga setiap

tindakan dipertimbangkan dulu secara matang. Contohnya, dalam

mengangkat isu yang sensitif, seorang wartawan harus mempertimbangkan

dulu isu tersebut sebelum akhirnya melakukan peliputan, apakah isu

sensitif tersebut dapat bertolak belakang dengan etika, atau aman-aman

saja untuk diliput. Tanpa adanya kemampuan dalam kesadaran beretika,

maka seorang wartawan akan rentan dalam melakukan kesalahan.

Akibatnya berita menjadi tidak akurat, melanggar privasi, tidak

menghargai narasumber dan lain sebagainya.


55

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik

wartawan media online merupakan suatu etika yang harus ada dalam

kesadaran setiap diri wartawan dalam melakukan pekerjaan jurnalistik

agar menjadi berita yang layak untuk disebarluaskan kepada khalayak.

2.3 Independensi Wartawan Media Online

2.3.1 Pengertian Independensi Wartawan

Independensi merupakan suatu sifat dan juga sikap untuk tidak

bergantung kepada pihak yang lain dalam memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan independensi dalam suatu proses pemberitaan merupakan

objek dalam sebuah berita. Para ahli memiliki perbedaan dalam

menerjemahkan independensi.

Independensi wartawan sangat penting untuk menjamin kualitas

berita yang di buat oleh para wartawan. Terjaminnya independensi

wartawan berdampak terhadap independensinya dalam membuat sebuah

berita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), independensi

diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak bergantung kepada orang lain,

keadaan yang merdeka, dan tidak terikat. Bill Kovach dan Tom Rosentiel,

menyebutkan bahwa ada sembilan elemen penting dalam jurnalisme, dan

dalam elemen yang keempat disebutkan, bahwa jurnalis atau wartawan

harus tetap independen dari pihak yang mereka liput (Kovach, 2006:119).

Bill Kovach dan Tom Rosentiel, memiliki pendapat bahwasannya

independensi sangat dibutuhkan karena seorang wartawan hanya


56

dibolehkan mengemukakan pendapat hanya dalam kolom opini saja, tidak

dalam berita. Sikap netral bukanlah prinsip dasar dari jurnalisme, karena

meskipun seorang wartawan menunjukkan sikapnya yang netral maupun

tidak netral, sama sekali tidak berpengaruh terhadap independensi

wartawan. Wartawan harus bersikap independen terhadap para narasumber

yang diliputnya.

Independensi wartawan sangat erat kaitannya dengan berita yang

disampaikannya. Berita yang berimbang merupakan suatu kapasitas yang

dihasilkan oleh wartawan yang independen. Berita yang berimbang atau

independen sangat terlihat jelas dari isi berita yang tidak memihak kepada

salah satu partai politik ataupun seorang pejabat pemerintahan, karena

berita tersebut bersifat netral.

Selain prinsip independensi, terdapat juga istilah Jurnalisme

Independen. Menurut Mulyadi dan Musman (2013:25) jurnalisme

independen merupakan suatu kegiatan jurnalistik yang dalam proses

peliputan serta penulisan beritanya tidak menimbulkan keberpihakan

kepada suatu kelompok ataupun organisasi tertentu.

Kunci independensi bagi seorang jurnalis yaitu harus setia pada

kebenaran. Kesetiaan inilah yang membedakan antara wartawan dengan

juru penerangan atau propaganda. Setiap orang memiliki kebebasan

berpendapat, seseorang boleh berbicara apa saja meskipun isi

pembicaraannya merupakan propaganda ataupun ujaran kebencian. Tetapi


57

jurnalisme dengan komunikasi bukan suatu hal yang sama, karena

independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain dalam diri

seorang wartawan.

Dari pemaparan tentang independensi wartawan dapat disimpulkan

bahwa independensi merupakan sikap wartawan dalam meliput serta

memberitakan suatu peristiwa dengan apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan

dengan unsur tertentu di dalam isi berita tersebut. Seorang wartawan dapat

mewujudkan sikap independensi apabila tidak memiliki ikatan dengan

narasumber, seperti ikatan keluarga.

Dan dari pemaparan mengenai beberapa pendapat tentang

independensi wartawan, dapat disimpulkan bahwa menurut Bill Kovach

dan Tom Rosentiel, independensi sangat diperlukan karena seorang

wartawan hanya boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini

saja, dan tidak dalam berita. Sedangkan menurut Mulyadi dan Musman

independensi merupakan ketidakberpihkan kepada suatu kelompok

ataupun organisasi tertentu dalam proses peliputan serta penulisan

beritanya.

2.3.2 Independensi dalam Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan landasan moral profesi dan

rambu-rambu atau kaidah penuntun sekaligus pemberi arah kepada para

jurnalis atau wartawan tentang yang seharusnya dilakukan dan yang

seharusnya dihindari dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya


58

(Zaenuddin, 2011:67). Kode Etik dalam jurnalistik merupakan panduan

yang penting karena dapat menjadi penentu proses jurnalistik.

KEJ disahkan oleh Dewan Pers pada 14 Maret 2006, yang dibuat

sebagai pengganti Kode Etik Wartawan Indonesia. Kode etik yang baru

terdiri dari 11 Pasal, ada tambahan 4 Pasal dan lebih banyak dari Kode etik

sebelumnya. Kode etik yang baru, atau Kode Etik Jurnalistik dianggap

lebih baik dari Kode Etik Wartawan Indonesia, karena persoalan-persoalan

yang berkembang dalam media cetak maupun elektronik dapat ditampung

lebih lengkap.

Di Indonesia, kebebasan pers tidak hanya dibatasi oleh Undang-

undang saja, tetapi juga oleh kode etik yang dinamakan Kode Etik

Jurnalistik. Berdasarkan surat keputusan Dewan Pers Nomor

03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik, disebutkan bahwa pasal

1 berbunyi : “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan

berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk.”

Dalam bunyi pasal 1 tersebut dapat diartikan bahwa independen

berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani

tanpa adanya campur tangan, paksaan ataupun intervensi dari pihak yang

lain termasuk pemilik perusahaan pers. Sedangkan akurat berarti benar

dipercaya sesuai dengan keadaan objektif saat peristiwa terjadi.

Berimbang memiliki arti bahwa semua pihak mendapatkan kesempatan


59

yang setara. Dan tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja

dan semata-mata hanya untuk merugikan pihak yang lain.

Apabila seorang melawan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (KEJ)

secara sengaja ataupun lalai, maka dikenakan sanksi atau hukuman bagi

wartawan tersebut oleh Dewan Pers. Jika wartawan lalai, maka

hukumannya yaitu melayani hak jawab. Sedangkan jika wartawan tersebut

sengaja melawan KEJ maka hukumannya adalah meminta maaf.

Contohnya, berita dalam tabloid Bidik Kasus dengan judul : Staf Kantor

Bupati Tanggerang Peras Warga Tak Mampu (edisi 23 Februari 2004).

Judul tersebut dinilai oleh Dewan Pers secara sengaja untuk mencemarkan

nama baik pengadu.

Dalam menerapkan independensinya, seorang wartawan harus

berhati-hati jika memiliki usaha sampingan ataupun kegiatan lain, karena

dalam melakukan usaha sampingan tersebut, bisa saja menempatkan

wartawan dalam posisi yang berkepentingan. Meskipun tidak semua usaha

sampingan memiliki dampak yang seperti itu.

Dari pemaparan tentang independensi wartawan dalam Kode Etik

Jurnalistik (KEJ) dapat disimpulkan bahwa independensi sudah ada dalam

KEJ Pasal 1 yang menjadi pegangan bagi para wartawan untuk

melaksanakan tugasnya. Sedangkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ)

merupakan landasan moral profesi bagi seorang wartawan.


60

2.3.3 Sikap Independensi Wartawan

Untuk menjaga independensinya, seorang wartawan juga harus

menjaga dirinya dari segala perilaku buaian yang istimewa, hadiah bahkan

uang, agar tidak disebut sebagai wartawan amplop. Dan lambat laun

wartawan tersebut tidak akan dihargai, malah bisa jadi direndahkan. Bill

Covach dan juga Tom Rosantiel juga mengatakan bahwa yang menjadi

loyalitas utama wartawan adalah warga, bukan perusahaan, pemilik modal

maupun politisi.

Saat ini di Indonesia semakin terasa bahwa media massa mulai

mementingkan kepentingan sekelompok orang yang ada hubungannya

dengan perusahaan ataupun penguasa negeri. Hal tersebut menunjukkan

bahwa memiliki sikap independen tidak mudah bagi media massa. Berikut

ada beberapa saran dalam sikap independensi wartawan (Nuruddin, 2009:

102-105), yaitu:

1) Pemilik perusahaan harus menomorsatukan warga. Tetapi

kenyataannya malah sering terjadi pertentangan antara redaksi

dan bidang bisnis. Hal ini akan teratasi jika pemilik perusahaan

memiliki hubungan yang erat dengan jurnalisme. Hubungan

tersebut akan menghasilkan rasa kesetiaan pada nilai

profesional.
61

2) Pekerjaan manajer bisnis juga harus menomorsatukan warga.

Tetapi hal ini juga akan terjadi jika manajer bisnis memiliki

ikatan emosional dengan massa.

3) Tetapkan dan juga komunikasikan standar yang jelas. Hal ini

dilakukan agar tidak ada konflik, seperti konflik iklan dan juga

berita, karena keduanya memiliki peran yang sangat penting

dalam kelangsungan hidup media. Menghargai antar profesi

juga sangat penting dalam menghindari konflik.

4) Berita berada ditangan wartawan, karena wartawanlah yang

paling tahu tentang isi ataupun nilai berita yang bermanfaat

bagi khalayak. Oleh karena itu bagian bisnis dilarang untuk

ikut campur dalam penulisan berita.

Komisaris sekaligus Kepala Eksekutif Harian International Herald

Tribune, Peter Goldmark Jr mengatakan bahwa perusahaan pers saat ini

perlu melakukan sesuatu yang dapat memperkuat nilai yang dianut,

seperti:

a. Mengadakan pertemuan tahunan CEO dengan organisasi

serupa untuk menilai kesehatan jurnalistik perusahaannya.

b. Menentukan anggota dewan komisaris agar menerima tangung

jawab khusus untuk melindungi independensi organisasi berita.

c. Buat kajian atau audit tahunan untuk menilai indepndensi serta

kekuatan berita yang dimuat oleh perusahaan.


62

d. Berikan dana kepada dewan independen untuk melacak,

menguji, dan juga membela independensi pers.

2.3.4 Jenis Pelanggaran Independensi Wartawan Media Online

Dalam dunia pers, banyak sekali pelanggaran yang terjadi, dan

tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Salah satunya yaitu

pelanggaran terkait independensi wartawan. Seperti dalam media

konvensional yang terjadi pada tahun 2019, yaitu pada saat Pemilu

Presiden 2019, ada beberapa kasus yang memperlihatkan pelanggaran

terhadap prinsip independensi.

Hal ini dapat terjadi karena pemilik media tersebut merupakan

anggota partai politik yang yang memiliki keberpihakan terhadap salah

satu kandidat calon Presiden dalam Pemilu. Dalam masa pemilu seperti

ini, wartawan tidak dapat membantah atau menahan pengaruh yang

diberikan oleh pemilik media, karena kehidupannya bergantung kepada

pemilik media tersebut.

Seperti halnya media konvensional, media online pun sering

mendapatkan tekanan dari pemilik media, sehingga harus melanggar

prinsip independensi yang sesungguhnya. Seperti yang dikatakan Nezar

Patria, selaku anggota Dewan Pers, dalam wawancaranya dengan Tempo:

Perkembangan media online yang sedang tumbuh pesat tak


diimbangi dengan kepatuhan pada kode etik jurnalistik. Ia
menyebutkan ada sebanyak 30% media online di Indonesia,
mempraktekkan jurnalisme tanpa akurasi dan melanggar kode etik
jurnalistik, adapun 70% lainnya sudah mematuhi kode etik. Kata
63

Nizar dalam (Diskusi di Magister Ilmu Komunikasi Universitas


Diponegoro, Semarang 30 Mei 2015)
Bisnis media memiliki keuntungan yang sedikit dibandingkan

dengan bisnis yang lainnya seperti Migas, Pertambangan, dan juga Tekstil.

Oleh karena itu banyak media yang tidak mematuhi kode etik jurnalistik

serta independensi yang seharusnya, terutama media online yang sudah

marak bermunculan di internet .

Kasus pelanggaran independensi yang dilakukan oleh wartawan

media online, rata-rata terkait akurasi beritanya. Padahal media online

yang mediumnya bisa disimpan dalam data internet harusnya disiplin

verifikasi. Seperti kasus pemberitaan Ahmad Dhani yang diberitakan oleh

beberapa media online akan memotong alat kelaminnya jika Joko Widodo

dan Jusuf Kalla menang dalam Pemilu Presiden 2014.

Berita tersebut hanya bersumber dari akun yang mengatasnamakan

Ahmad Dhani. Dan ternyata akun itu merupakan sebuah akun palsu,

bahkan Dewan Pers memutuskan, bahwa media online yang salah itu

wajib memulihkan nama baik Ahmad Dhani. Tapi, dari 17 media online

yang dipanggil oleh Dewan Pers, ada 8 media yang menolak hadir. Dan ini

menjadi peristiwa yang buruk bagi media online.

2.4 Fungsi dan Tujuan Reportase

2.4.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Reportase

Reportase berasal dari kata “report” yang artinya memberitakan

atau melaporkan. Sedangkan menurut Weinberg, reportase berasal dari


64

bahasa latin yaitu “reportare” yang artinya membawa pulang sesuatu dari

temmpat lain. Reportase atau pemberitaan merupakan suatu laporan

lengkap yang telah disajikan terslebih dahulu karena sebelumnya dianggap

penting oleh redaksi pemberitaan. Reportase juga bisa berupa pemberitaan

penyelidikan (investigatif reporting) dengan pengkajian fakta yang

lengkap didasari oleh latar belakang yang akan terjadi pada masa

mendatang.

Reportase dilakukan oleh seorang wartawan yang melihat peristiwa

secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Mulyadi (2004)

menyatakan bahwa reportase merupakan suatu kegiatan jurnalistik yang

meliput peristiwa ataupun kejadian secara langsung di lapangan. Reportase

digunakan untuk penulisan karya jurnalistik sebagai pendukung serta

pelengkap fakta serta data-data yang aktual. Reportase dilakukan sebelum

pengemasan informasi dari mulai menulis, mengolah, menyusun audio

serta video.

Reportase bisa dikatakan sebagai proses jurnalistik terpenting,

karena dari proses inilah terkumpul bahan ataupun informasi untuk

diberitakan. Berikut ini beberapa teknik reportase :

1. Observasi

Wartawan datang ke lokasi peristiwa terjadi, lalu mengamati

serta mengumpulkan fakta dan data-data yang di dapat dari

peristiwa tersebut.
65

2. Wawancara

Wartawan bertanya kepada narasumber yang benar-benar ahli

dibidangnya, seperti para pakar, pengamat, saksi, korban, dan

sipapun yang terlibat serta memiliki informasi terkait peristiwa

di lokasi kejadian.

3. Riset Data (studi literatur atau riset dokumentasi)

Wartawan melihat arsip, buku, ataupun referensi terkait berita

yang akan ditulisnya. Hal tersebut sangat penting untuk

memperkuat isi berita.

Teknik reportase ada kaitannya dengan cara kerja wartawan

maupun media dalam memperoleh bahan berita. Teknik reportase lebih

fokus kepada nilai serta kelayakan berita. Teknik reportase juga menjadi

ciri dalam mengenal misi pemberitaan suatu media massa, dan juga

membentuk budaya jurnalistik yang menjadi acuan media massa.

Teknik reportase dalam media online pada dasarnya sama dengan

teknik reportase yang dilakukan pada media massa, yaitu melakukan

peliputan langsung kelapangan atau tempat kejadian suatu peristiwa, dan

mewawancarai narasumber serta melakukan riset data ataupun

dokumentasi. Yang menjadi pembedanya yaitu teknik penulisan serta

penyajiannya (publikasi). Penulisan naskah berita online bisa dilakukan

kapan saja serta dipublikasikan melalui perangkat komputer ataupun

handphone yang terhubung dengan jaringan internet.


66

Reportase dalam media online, bisa dilakukan dalam bentuk

multimedia, berupa teks, gambar, audio, video dan juga grafis. Media

online melakukan teknik pengumpulan data (news gathering) tanpa

berada di tempat kejadian. Melainkan dengan cara menelusuri informasi

aktual yang ada di media sosial. Sumber berita juga bisa didapatkan dari

para pengguna media sosial, karena pengguna media sosial seringkali

memposting kejadian ataupun suatu peristiwa yang terjadi di depan

matanya, baik berupa teks, gambar maupun video.

2.4.2 Prinsip dan Jenis-jenis Reportase

Dalam melakukan reportase, harus memperhatikan objek pencarian

berita, karena sangat penting bagi nilai suatu berita. Syarifudin Yunus

dalam bukunya, Jurnalistik Terapan (2010: 56), mengkategorikan objek

berita menjadi dua, yaitu:

1) Objek Dinamis, yang merupakan objek yang berorientasi

terhadap objek liputan serta memiliki dinamika yang tinggi,

seperti manusia dengan tingkahlakunya, alam dengan

bencananya.

2) Objek Non-Dinamis, yang merupakan objek yang berorientasi

terhadap objek liputan yang tidak bergerak, seperti tempat

bersejarah, sekolah kosong dan lain sebagainya.

Yunus, 2010: 56 mengklasifikasikan reportase kedalam dua jenis

yaitu:
67

1) Reportase berita terduga, yaitu reportase dengan upaya

penciptaan berita dengan masalah yang sudah diduga

sebelumnya. Jenis reportase ini menjadikan wartawan sebagai

news maker atau pembuat berita. reportase terduga selalu

dimulai dengan rapat redaksi yang merencanakan suatu

permasalahan daam berita. Berikut ini beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam membuat reportase berita teduga:

a. Diperlukan adanya rencana yang optimal, serta harus digali

secara profesional dan juga kritis dalam menyiapkan serta

menyusun topik berita.

b. Reportase harus bisa dipertanggungjawabkan dan

transparan.

c. Harus memiliki catatan reportase yang jelas serta akurat.

2) Reportase berita tak terduga, yang merupakan reportase dengan

upaya pencarian berita atas masalah-masalah yang sifatnya tak

terduga atau terjadi secara tiba-tiba. Untuk melakukan

reportase berita tak terduga dibutuhkan beberapa keahlian,

diantaranya yaitu:

a. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap berita

b. Memiliki daya pendengaran yang baik terhadap berita

c. Harus bisa mengembangkan berita dengan daya penciuman

yang kuat

d. Wawasan berita kedepan yang luas dan juga jelas


68

e. Memperkaya pengalaman meliput peristiwa di lapangan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip reportase

menekankan pada nilai serta kelayakan berita yang diperoleh dengan cara

pencarian langsung ke tempat peristiwa, dengan data dan juga fakta yang

dijamin keaslian serta kebenarannya.

2.4.3 Konstruksi dan Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Wartawan menciptakan konstruksi menjadi suatu realitas dalam

sebuah berita. Realitas muncul akibat adanya tindakan sosial yang terjadi

di masyarakat, seperti peristiwa aksi para mahasiswa dari seluruh daerah

Indonesia, yang berunjuk rasa di depan gedung DPR RI menolak revisi

RUU KUHP (Rencana Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum

Pidana) yang terjadi pada tanggal 23-24 September 2019. Menurut Berger

dan Luckmann (Petter Berger dan Thomas Luckmann, 1989: 1), realitas

sosial merupakan suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena yang kita

akui memiliki keberadaan yang tidak bergantung pada kehendak kita.

Dalam berita media online yang diambil dari media Tribun Jabar

Cirebon, dengan judul “Tolak Revisi UU KPK dan RKUHP, Ratusan

Mahasiswa Berunjuk Rasa di DPRD Kota Cirebon.” Berita tersebut diliput

oleh Ahmad Imam Baehaqi selaku wartawan Tribun Jabar Cirebon, ia

melakukan liputan di kantor DPRD Kota Cirebon, Jl.Siliwangi. Unjuk rasa

dilakukan oleh para mahasiswa Cirebon yang menyebut dirinya sebagai


69

Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning. Ciayumajakuning merupakan

sebuah singkatan dari Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan.

Sedangkan berita media online yang diambil dari media Tribun

Jabar Bandung, dengan judul “Ribuan Mahasiswa Bandung Tolak Revisi

UU KPK dan RUU lainnya, Long March ke Gedung Dewan.” Berita

tersebut diliput oleh Haryanto selaku wartawan Tribun Jabar Bandung, ia

melakukan liputan di Gedung DPRD Jawa Barat. Mahasiswa melakukan

aksi dengan turun ke jalan serta menyeru mahasiswa lainnya yang berasal

dari kampus yang ada di Bandung.

Dari kedua sisi pengambilan liputan tersebut hingga akhirnya

menjadi sebuah berita, sangat jelas bahwa wartawan mengkonstruksi

realitas menjadi sebuah berita. Peliputan yang dilakukannya pun sangat

kuat untuk menunjang data dan juga fakta yang dibutuhkan dalam isi

berita, seperti kejelasan tempat aksi mahasiswa dan juga kejelasan judul,

meskipun wartawan juga sering mengambil judul dari sisi yang paling

menariknya, agar berita tidak sepi pembaca.

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)

diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann, dalam

bukunya yang berjudul The Social Construction Of Reality : A Treatise in

the Sociological of Knowledge (1966). Ia memperkenalkan proses ssosial

melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara


70

terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan juga dialami bersama secara

subyektif (Bungin, 2008: 13).

Realitas yang tampil dalam produk berita di media merupakan

hasil konstruksi yang telah mengalami perubahan-perubahan seperti

penambahan dan pengurangan yang disebabkan oleh faktor subjektivitas

dari representasi orang-orang yang terlibat dalam media. Yang terjadi

dalam media ataupun yang diberitakan tidak selalu persis dengan realitas

yang sebenarnya. Para pembaca berita juga sangat berperan dalam

pemaknaan, karena pembaca memiliki otoritas untuk melihat sejauh mana

realitas yang sesungguhnya. Dalam bahasa konstruksi, peran pembaca

yaitu mengidentifikasi bagian yang tidak terlihat ataupun yang

dihilangkan, dengan sebutan memaknai.

Pilihan kata serta cara penyajian realitas dalam suatu berita, sangat

menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna

yang muncul dari realitas tersebut. Hamad (2001: 57) menuturkan bahwa

bahasa tidak hanya mampu menceritakan realitas. Dalam konstruksi sosial,

bahasa merupakan unsur dan juga sebagai alat konseptualisasi serta

narasi.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa konstruksi

merupakan isi media yang merupakan hasil para pekerja media (wartawan)

yang mengkonstruksi realitas yang mereka pilih, seperti realitas sosial dan

kemasyarakatan. Aspek konstruksi berhubungan dengan bagaimana


71

wartawan ataupun media massa menampilkan sebuah peristiwa, sehingga

relevan bagi khalayak.

2.4.4 Fungsi dan Tujuan Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP

Reportase merupakan bagian dari produk pers yang bernilai tinggi.

Nilai suatu produk menjadi bagian dari pemenuhan terhadap fungsi pers,

seperti informasi publik, hiburan, edukasi dan juga kontrol sosial. Tingkat

kesulitan reportase bisa dibilang berat, lantaran terlampau banyak

hambatan yang dihadapi wartawan dalam mencari, mengumpulkan serta

mengolah fakta dan data kedalam tulisan hingga akhirnya menjadi sebuah

berita.

Dalam melakukan reportase, khususnya yang dilakukan dengan

liputan langsung di tempat kejadian, fungsi serta tujuannya yaitu untuk

memperkuat data serta fakta yang dibutuhkan dalam pemberitaan, atau

sebagai pembanding diantara berita-berita lainnya yang kurang relevan.

Berikut ini fungsi dan tujuan reportase dengan peristiwa aksi mahasiswa

yang berunjuk rasa menolak RUU KUHP:

1) Menjelaskan ataupun melaporkan yang dilihat oleh wartawan

saat melakukan liputan dilokasi kejadian.

2) Menginformasikan peristiwa berdasarkan data serta fakta yang

sesungguhnya.
72

3) Mempertajam berita, khususnya berita dalam media online

yang membutuhkan akurasi dengan tingkat tinggi.

2.5 Fenomenologi Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

2.5.1 Sejarah dan Teori Fenomenologi Alfred Schutz

Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh J.H Lambert pada tahun

1764 untuk menunjuk pada teori kebenaran (Bagus, 2002: 234), dan

Edmund Husserl (1859-1938) untuk pertamakalinya mencetuskan

fenomenologi secara intens sebagai kajian filsafat dan juga sosiologi,

sehingga Husserl dikenal sebagai bapak fenomenologi, dan filsafatnya

sangat populer pada tahun 1950. Ia menginginkan fenomenologi

melahirkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, karena pada

saat itu ilmu pengetahuan mengalami krisis dan disfungsional. Kemudian

fenomenologi berkembang sebagai metode riset yang diterapkan dalam

berbagai ilmu sosial, termasuk didalamnya komunikasi yang menjadi salah

satu penelitian kualitatif dalam paradigma interpretif.

Edmun Husserl memiliki murid yang bernama Alfred Schutz.

Schutz dikenal karena mampu menerjemahkan ide-ide Husserl terkait

fenomenologi yang waktu itu masih abstrak, sehingga menjadi lebih

mudah difahami. Menurut Schutz, fenomenologi merupakan hubungan

antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan juga dari

kegiatan pengalaman serta pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain,


73

tindakan sosial ada pada pengalaman, makna dan kesadaran (Kuswarno,

2009: 17).

Alfred Schutz lahir di Vienna pada tahun 1899 dan meninggal di

New York pada tahun 1959. Schutz merupakan seorang pegawai Bank dan

juga filsuf fenomenologi. Dia belajar ilmu hukum di University of Vienna

setelah menunaikan kewajiban militernya selama Perang Dunia 1 di Italia.

Analisisnya mengenai fenomenologi yang mendalam didapatkan ketika

magang di New School for The Social Research di New York. Schutz

meletakkan dasar-dasar fenomenologi bagi ilmu sosial dengan pengalaman

dan juga pergaulan yang luas (dari Vienna, Italia ke New York) membuat

analisisnya mengenai kehidupan sehari-hari yang sangat mendalam dan

juga mudah dimengerti dan dibaca (Kuswarno, 2009: 17).

Inti dari pemikiran Schutz yaitu bagaimana memahami tindakan

sosial melalui penafsiran yang dapat digunakan untuk memperjelas

ataupun memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat

memberikan kepekaan yang implisit. Dalam pandangan Schutz, manusia

merupakan makhluk sosial, sehingga kesadaran pada kehidupan sehari-

hari merupakan kesadaran sosial. Manusia dituntut untuk saling

memahami antara satu dengan yang lainnya, karena bertindak dalam

kenyataan yang sama. Oleh karena itu, ada penerimaan timbal balik,

pemahaman atas dasar pengalaman bersama.


74

Bagi Schutz, tugas utama analisis fenomenologis adalah

merekonstruksi yang sebenarnya dunia kehidupan manusia dalam bentuk

yang mereka sendiri alami. Realitas dunia tersebut bersifatintersubjektif

dalam arti bahwa anggota masyarakat berbagi persepsi dasarmengenai

dunia yang mereka internalisasikan melalui sosialisasi danmemungkinkan

mereka melakukan interaksi atau komunikasi.

Schutz setuju dengan argumentasi Weber bahwa fenomena sosial

dalam bentuknya yang ideal harus dipahami secara tepat. Schutz juga

bukan hanya menerima pandangan Weber, bahkan menekankan bahwa

ilmu sosial secara esensial tertarik pada tindakan sosial (social action).

Konsep “sosial” didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih

orang. dan konsep “tindakan” didefinisikan sebagai perilaku yang

membentuk makna subjektif (subjective meaning). Akan tetapi menurut

Schutz. makna subjektif tersebut bukan ada pada dunia privat, personal

atau individual. Makna subjektif yang 61 terbentuk dalam dunia sosial

oleh aktor berupa sebuah “kesamaan" dan “kebersamaan” (common and

shared) di antara para aktor. Oleh karenanya sebuah makna subjektif

disebut sebagai “intersubjektif”. Selain makna "intersubjektif” dunia

sosial, menurut Schutz, harus dilihat secara historis. Oleh karenanya

Schutz menyimpulkan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang

berorientasi pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang

dan akan datang.


75

Ada dua hal yang dilihat dari aspek historis, yaitu motif tujuan (in

order to motive) dan motif alasan (because motive). Motif tujuan

merupakan motif yang dimiliki informan untuk mencapai tujuan tertentu

ketika menafsirkan dan melakukan sebuah tindakan. Motif alasan

merupakan pijakan atau pemahaman yang melatarbelakangi informan

sehingga membentuk pemahaman tersendiri dalam menafsirkan tindakan

tersebut. Schutz selanjutnya menjelaskan bahwa melihat ke depan pada

masa yang akan datang (looking-forward into the future) merupakan hal

yang esensial bagi konsep tindakan atau action (handeln). Tindakan adalah

perilaku yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan pada masa datang yang

telah ditetapkan (determinate). Kalimat tersebut sebenarnya mengandung

makna juga bahwa seseorang memiliki masa lalu (pastness).

Dengan demikian tujuan tindakan memiliki elemen ke masa depan

(futurity) dan elemen ke masa lalu (pastness). Untuk menggambarkan

bahwa tujuan suatu tindakan sosial seseorang cukup kompleks. Schutz

meminjam istilah tata bahasa dengan menyebut in the future perfect tense

(modo futuri exacti). Sementara itu, suatu tindakan dapat berupa “tindakan

yang sedang berlangsung" (the action in progress). dan “tindakan yang

telah lengkap" (the 62 complected act). Dengan meminjam istilah dari

Heidegger. Schutz menyebutkan bahwa “the completed act thus pictured

in the future perfect tense as the project (Entwurf) of the action”. Apa yang

disebut sebagai suatu "proyek". Schutz menjelaskan: “is the act which is

the goal of the action and which is brought into being by the action".
76

Proyek adalah sebuah makna yang rumit atau makna yang kontekstual.

Oleh karenanya untuk menggambarkan keseluruhan tindakan seseorang,

perlu diberi fase. Dua fase diusulkan Schutz diberi nama tindakan in-

order-to motive (Um-zuMotiv), yang merujuk masa yang akan datang; dan

tindakan because-motive (Weil-Motiv) yang merujuk pada masa lalu.

Schutz mencontohkan jika seseorang membuka payung ketika

hujan turun, maka motif pertama (“motif-untuk") akan berupa pernyataan

“menjaga baju tetap kering"; sedangkan motif kedua (“motifsebab”)

dengan melihat pengalaman dan pengetahuan sebelumnya tentang

bagaimana akibatnya pada baju jika hujan tanpa payung, misalnya

digambarkan sebagai pernyataan “agar baju tidak basah".

Scott dan Lyman menjelaskan bahwa istilah motives lebih

berkonotasi kajian pskologis, sedangkan sebagai sosiolog mereka

mengusulkan istilah yang khas sosiologi: accounts. Walaupun penjelasan

istilah yang dikemukakan mereka agak berbeda dengan pengertian motif

dari Schutz, Scott dan Lyman menyebutkan terdapat dua tipe accounts,

yaitu pernyataan maaf (excuses) dan pembenaran (justifications). Tipe

pertama adalah pengakuan atas tindakan yang buruk, salah, atau tidak

layak. Sedangkan tipe kedua adalah pengakuan tentang tanggung jawab

penuh atas tindakan yang dipertanyakan (Kuswarno, 2009: 110-111).


77

2.5.2 Penggunaan dan Tahapan Fenomenologi

Menurut Moustakas (1994), ada beberapa proses inti (core process)

dalam penelitian fenomenologi, yaitu: epoche, reduction, imaginative

variation, dan synthesis of meanings and essences (Nur: 2007: 34).

Peneliti harus bisa memahami perspektif dan filosofi yang ada di belakang

pendekatan yang digunakan. Disini peneliti menggali serta mengumpulkan

data dari setiap informan mengenai independensi serta liputan yang

dilakukan oleh informan dengan reportase aksi mahasiswa tolak RUU

KUHP.

1) Epoche

Merupakan proses menghilangkan prasangka, mengurangi bias

dan juga opini terhadap sesuatu. Epoche menitikberatkan pada

cara dalam melihat seta memperhatikan sesuatu.

2) Reduction

Yaitu menggambarkan bahasa yang terpola (textural

language), dari yang telah dilihat. Sedangkan menurut

Kockelmans, reduksi merupakan prosedur metodik, dimana

kita menaikkan pengetahuan kita dari level fakta menjadi level

ide, atau dari fakta ke esensi secara umum (Kuswarno:

2009:52). Reduksi terdiri dari empat macam, diantaranya:

a. Menghadap suatu fenomena sebagai hal yang

menampakkan diri, serta tidak.

b. Melihat sebagai sesuatu yang umum.


78

c. Senantiasa menutup mata untuk hal yang berhubungan

dengan kebudayaan.

d. Transendental, yang menjelaskan bahwa fenomena dilihat

dari segi supra individual yang menjadi objek untuk objek

umum.

3) Imaginative variation

Merupakan pencarian makna yang memungkinkan melalui

penggunaan imajinasi, pembeda berbagai macam referensi,

serta sebagai fungsi yang berbeda. Tujuannya yaitu untuk

mencapai deskripsi dari pengalaman, faktor yang mendasar dan

mempengaruhi yang telah dialami. Dalam imaginative

variation juga ada langkah-langkah yang meliputi:

a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua

makna yang tersusun dan menjadi dasar dari makna secara

tekstural.

b. Mengenali tema atau konteks sebagai dasar penyebab

munculnya fenomenologi.

c. Mempertimbangkan struktur secara keseluruhan yang dapat

menyebabkan terjadinya kesimpulan yang terlalu cepat

pada perasaan dan pikiran yang berkaitan dengan

fenomenologi, seperti struktur waktu, ruang, hubungan

dengan diri sendiri ataupun hubungan dengan orang lain.


79

d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan

gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema yang

tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi

fenomenologi yang struktural.

4) Synthesis of meanings and essences

Langkah terakhir dari tahapan penelitian fenomenologi adalah

integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan juga

struktural dari yang menjadi satu pernyataan sebagai esensi

pengalaman, pemaknaan dan juga pengalaman dari

fenomenologi secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang

umum atau universal, suatu kondisi dan kualitas dimana

sesuatu tidak akan menjadi sesuatu itu sendiri (Husserl dalam

Moustakas, 1994).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan atau

langkah yang bisa ditempuh dalam melakukan penelitian ilmu sosial

khususnya komunikasi, dengan menggunakan fenomenologi, diantaranya

yaitu melihat fenomena sebagai esensi dan juga sebagai fenomena murni.

Fenomenologi juga melakukan reduksi yaitu seperti abstraksi yang melihat

sesuatu serta menutup mata dari hal yang lainnya.


80

2.5.3 Prinsip dasar dan Etika Fenomenologi

Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar

fenomenologi, yaitu:

1) Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar,

misalnya seseorang akan mengetahui pengalamannya, saat dia

berhubungan dengan pengalamannya sendiri.

2) Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan

seseorang, bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan

maknanya bagi kita.

3) Bahasa yang merupakan kendaraan makna. Kita mempunyai

pengalaman di Dunia, dengan melalui bahasa yang digunakan

untuk mendefinisikan serta mengekspresikan dunia itu.

Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal

yang berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral

yang mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan

buruk. Yang mana dapat disimpulkan bahwa etika adalah: (1) ilmu tentang

apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang hak dan kewajiban

moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3)

nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Secara terminologis, De Vos mendefinisikan etika sebagai ilmu

pengetahuan tentang kesusilaan (moral). Sedangkan William Lillie

mendefinisikannya sebagai the normative science of the conduct of human


81

being living in societies is a science which judge this conduct to be right

or wrong, to be good or bad. Sedangkan ethic, dalam bahasa Inggris

berarti system of moral principles. Istilah moral itu sendiri berasal dari

bahasa latin mos (jamak: mores), yang berarti juga kebiasaan dan adat

(Vos, 1987).

2.5.4 Fenomenologi Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Fenomenologi merupakan upaya pemberangkatan dari metode

ilmiah dan berasumsi bahwa eksistensi suatu realitas tidak diketahui orang

dalam pengalaman yang biasa saja. Fenomenologi membuat pengalaman

yang dihayati secara aktual sebagai data dasar dari suatu realitas. What dan

Berg (1995: 417) menuturkan, “Phenomenologist are not at all in the

bussiness of trying to the explain why people do what they do. Rather, they

interested in explaining how people do what they do, according costucts

they manage to organize their daily lives, especially their communications

between each other.” Jadi, peneliti dalam studi fenomenologi tidak tertarik

mengkaji aspek kausalitas dalam suatu peristiwa, tetapi berupaya

menggeledah tentang bagaimana orang melakukan sesuatu pengalaman

beserta makna pengalaman itu bagi dirinya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui makna dari

pemahaman, pemaknaan dan juga pengalaman dari informan wartawan

Tribun Jabar, yang melakukan reportase aksi mahasiswa tolak RUU

KUHP, dan juga bukan pengalaman, pemahaman ataupun pandangan yang


82

biasa, melainkan yang berkaitan dengan struktur serta tingkat kesadaran

yang dialami langsung oleh wartawan Tribun Jabar sebagai informan.

Reportase yang dilakukan oleh wartawan Tribun Jabar terkait

dengan independensinya sebagai wartawan media online, menggali dan

mengkaji sesuatu hal yang bisa diteliti dari mulai pemahaman, pemaknaan

dan juga pengalamannya dalam melakukan reportase hingga dibuat sebuah

berita dan dimuatnya melalui media online. Dari sana dapat terlihat apakah

wartawan Tribun Jabar menerapkan independensi yang menjadi salah satu

dasar dalam mengolah berita.

Jika dijabarkan, maka fenomenologi reportase aksi mahasiswa

tolak RUU KUHP yaitu sebagai berikut:

1) Memahami serta mempelajari peristiwa unjuk rasa yang

dilakukan oleh mahasiswa dari seluruh daerah Indonesia,

dengan berbagai penyebab serta realitas yang sebenarnya.

2) Mengetahui pengalaman dari wartawan Tribun Jabar sebagai

informan yang melakukan reportase.

3) Memilih pengalaman untuk mendapatkan fenomena yang

dalam wujud semurni-murninya.

4) Mengetahui pengalaman reportase yang dilakukan oleh

wartawan Tribun Jabar.

5) Menjelaskan makna dan juga fenomenanya melalui wawancara

dengan sejumlah narasumber.


83

6) Meneliti unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa dengan

seruan aksi turun ke jalan.

7) Menganalisis berita yang berkaitan dengan aksi mahasiswa

tolak RUU KUHP.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Tribun Jabar

Tribun Jabar merupakan sebuah perusahaan surat kabar harian

yang terbit di Jawa Barat, Indonesia dan termasuk kelompok surat kabar

daerah yang dimiliki oleh Kompas Gramedia. Kantor pusatnya terletak di

kota Bandung. Koran Tribun Jabar pertama kali terbit pada tahun 2005.

Pada tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil alih kepemilikan

harian Sriwijaya Post di Palembang Sumatera Selatan, karena pada saat itu

ada imbauan dari Menteri Penerangan RI agar koran-koran besar

membantu koran-koran daerah yang terhambat permasalahan SIUPP

(Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Maka pada akhir 1987, didirikan unit

usaha Kelompok Pers Daerah (Persda) dengan nama usaha PT Indopersda

Prima Media yang tugas awalnya membantu koran-koran daerah yang

membutuhkan pertolongan.

Pada tahun 1988, Kompas Media mengambil alih Mingguan

Mimbar Swadaya yang namanya diubah menjadi Serambi Indonesia di

Banda Aceh, serta surat kabar mingguan Surya di Surabaya, yang

didirikan oleh harian Pos Kota pada tahun 1986 yang kemudian diubah

waktu terbitnya, menjadi harian. Sedangkan pada tahun 1992, Kompas

84
85

Gramedia mengambil alih harian Pos Kupang, serta pada tahun 1994

mengambil alih harian Banjarmasin Post.

Dalam perkembangannya, pers daerah memperkuat bisnisnya

dengan mendirikan koran daerah sendiri hampir di seluruh provinsi

dengan nama atau merk Tribun. Tribun yang pertama kali adalah Tribun

Kaltim (Kalimantan Timur) pada tahun 2003, dan diikuti oleh Tribun

Timur lalu Tribun Jabar serta surat kabar lainnya yang bermerek Tribun.

Pada tanggal 22 Maret 2010, Persda berganti nama menjadi Tribun

Network, hal ini bertujuan sebagai transformasi dari kesan daerah yang

mencolok menjadi berwarna nasional.

Berikut ini beberapa surat kabar yang termasuk dalam Tribun

Network:

1. Serambi Indonesia (Aceh)

2. Tribun Medan (Sumatera Utara)

3. Tribun Pekanbaru (Riau)

4. Tribun Batam (Kepulauan Riau)

5. Tribun Jambi (Jambi)

6. Sriwijaya Post (Palembang, Sumatera Selatan)

7. Tribun Sumsel (Sumatera Selatan)

8. Bangka Pos (Bangka, Bangka Belitung)

9. Pos Belitung (Belitung, Bangka Belitung)

10. Tribun Lampung (Lampung)


86

11. Tribun Jakarta (DKI Jakarta, Jawa Barat (Bogor, Depok dan Bekasi)

dan Banten (Digital))

12. Warta Kota (DKI Jakarta, Jawa Barat (Bogor, Depok dan Bekasi) dan

Banten)

13. Tribun Jabar (Jawa Barat (seluruh wilayah, kecuali Bogor, Depok dan

Bekasi))

14. Tribun Jateng (Jawa Tengah)

15. Tribun Solo (Kota Surakarta)

16. Tribun Jogja (Daerah Istimewa Yogyakarta)

17. Surya (Jawa Timur)

18. Tribun Pontianak (Kalimantan Barat)

19. Tribun Kaltim (Kalimantan Timur)

20. Banjarmasin Post (Kalimantan Selatan)

21. Tribun Timur (Sulawesi Selatan)

22. Tribun Manado (Sulawesi Utara)

23. Tribun Bali (Bali)

24. Pos Kupang (Nusa Tenggara Timur)

25. Super Ball (Nasional Olahraga)

Bersamaan dengan pergantian nama, pada tanggal 22 Maret 2010

TribunNews.com diluncurkan sebagai portal berita baru yang melengkapi

situs-situs milik koran daerah yang dikelola oleh Tribun Network.


87

3.1.2 Profil Media Online Tribun Jabar

Tribun Jabar merupakan salah satu situs berita terpopuler di

Indonesia, nama Tribun Jabar sudah dikenal luas oleh masyarakat

Indonesia. Dalam edisi daring (dalam jaringan), Tribun Jabar mendapatkan

penghasilan dari iklan, tetapi meskipun demikian, Tribun Jabar selalu

update terkait berita-berita terbaru baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut data yang peneliti peroleh langsung dari Redaktur Tribun

Jabar, Kisdiantoro, memaparkan bahwasannya media online Tribun Jabar

sudah ada sejak tahun 2008. Pada waktu itu media online belum sebuming

sekarang di era digital, dan pada tahun 2008 tersebut lebih memindahkan

dari media cetak ke media online. Adanya media online sendiri adalah

untuk memudahkan akses para pembaca koran Tribun Jabar, serta sebagai

sarana pemasaran untuk memperkenalkan Tribun Jabar kepada khalayak.

Dalam perkembangannya, Tribun Jabar sangat serius dalam

menggarap media online ini, termasuk dengan diadakannya perekrutan

wartawan baru yang khusus ditempatkan di media online, dengan pola

peliputan yang sudah online juga. TribunJabad.id ini merupakan portal

berita nomor pertama di Jawa Barat, dengan visitor di kisaran 500-600 ribu

perhari, dan juga bagian dari Tribun Network. Portal nasionalnya yaitu

TribunNews.com yang merupakan portal berita nomor satu di Indonesia,

bahkan pernah mengalahkan Google.

TribunJabar.id merupakan Media online Tribun Jabar memiliki

penampilan Portal berita yang berkaitan dengan TribunNews.com di


88

Jakarta. TribunJabar.co.id menentukan rubriknya sendiri, seperti Metro

Bandung yang hanya memaparkan berita seputar Bandung Raya, dan dari

Jakarta rubrik yang ditentukan hanya Travel yang berisi berita destinasi

dan juga kuliner.

Dalam penulisan berita di media Tribun Jabar, baik cetak maupun

online, sama-sama menggunakan bahasa baku yang mudah dipahami oleh

para pembaca. Selain itu, seperti istilah asing, maka penulisan berita

memaparkan beserta deskripsinya. Hal tersebut dapat memudahkan

pembaca untuk memahaminya. Dalam pemaparan sebelumnya, pembaca

dapat mengakses berita melalui TribunNews.com, kemudian untuk masuk

ke berita khusus seputar Jawa Barat, bisa melalui TribunJabar.co.id.

3.1.3 Struktur Orgasnisasi Tribun Jabar

Berdasarkan data yang diberikan oleh pihak Tribun Jabar, maka

susunan struktur organisasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Struktur Organisasi Tribun Jabar

Pimpinan Perusahaan Rahmi Khasya Sarini

Wakil Pimpinan Purnomo


Perusahaan

Alamat Redaksi Jl.Sekelimus Utara 2-4 Soekarno-Hatta


Bandung Jawa Barat 40266

Telepon 022 7530666 (Hunting)


89

022 7530655 (Umum)


Faximile 022 7530656 (Redaksi)
022 7530657 (Iklan)

Email redaksi@tribunjabar.co.id

Ombudsman TRIBUNnews ombudsman@tribunnews.co


Network

Tatang Suherman
(Pemimpin Redaksi / Penanggung
Redaksi Jawab)

Yulis Stiawan
(Wakil Pemimpin Redaksi Deputi
Online)

Januar Pribadi Hamel


(Redaktur Pelaksana)

Machmud Mubarok
(Manajer Liputan)

Kisdiantoro
(Manajer Online)

Adityas Annaz Azhari


Arief Permadi
Darajat Arianto
Redaktur Deni Ahmad Fajar
Hermawan Aksan
Icksan
Agung Yulianto W
Sugiri UA
Oktora Veriawan
90

Taufik Ismail
Deddy Herdiana
Ravianto
Tarsius Sutomo Naio

Editor Video Dicky Fadiar Djuhud


Wahyudi Utomo

Fidya Alifa
Media Sosial Widya Lestari
Resi Siti Jubaedah
Yongky Yulius

Kemal Setia Permana


Mega Nugraha
Siti Fatimah
Tiah SM
Ery Chandra
Staf Redaksi
Fasko Dehotman
Hilda Rubiah
Daniel Andrean Damanik
Hilman Kamaludin
Putri Puspita Nilawati
Theofilus Richard
Seli Andina Miranti
Ferdyan Adhi Nugraha
Lutfi Ahmad Mauludin
Mumu Mujahidin
M Nandri Prilatama
Najmi Abdurrahman
M Syarif Abdussalam

Fotografer Deni Denaswara


91

Gani Kurniawan
Zelphi

Ahmad Imam Baehaqi (Cirebon)


Siti Masithoh (Cirebon)
Firman Wijaksana (Garut)
Haryanto (Purwakarta)
Daerah
Ferri Amiril Mukminin (Cianjur)
Andri M Dani (Ciamis)
Deddi Rustandi (Sumedang)
Firman Suryaman (Tasikmalaya)
Isep Hardiansyan (Tasikmalaya)

Pjs Manajer Keuangan Supriadi Sembiring

Manajer PSDM / Umum Bernadeta Tri Cahya Dewi

Manajer Iklan Dicky Hadian

Febby Mahendra Putra (Kepala)


Antonius Bramantoro
Budi Prasetyo
Agung Budi Santoso
Biro Jakarta
Choirul Arifin
Zulfikar W Eda
Deny Budiman
Yoni Iskandar
Yulis Sulistyawan
Rachmat Hidayat
Murjani
Sugiyarto
Jonson Simanjuntak
92

Muhammad Barir
Ismanto
Hendra Gunawan
Domuara Ambarita

3.1.4 Logo Media Online Tribun Jabar

Logo ini didapatkan dari arsip salah seorang informan Tribun

Jabarketika penulis melakukan penelitian pada 16 Juni 2020, sebagai

berikut:

Gambar 3.1
Logo TribunJabar.id

3.2 Profil Sumber Data

Sanafiah Faisal (1990), dengan mengutip pendapat Spradley,

mengemukakan bahwa, sampel atau informan sebagai sumber data,

sebaiknya yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui

proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar

diketahui, tetapi juga dihayatinya.


93

2) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau

terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

3) Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi

4) Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

“kemasannya” sendiri.

5) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan

peneliti, sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan

semacam guru atau narasumber.

Pengumpulan Sumber Data dilakukan dengan teknik wawancara

terhadap 4 orang yang bekerja sebagai wartawan di Tribun Jabar yang

terletak di Jl.Sekelimus Utara No.2-4, Soekarno Hatta Kota Bandung Jawa

Barat. Wawancara terhadap sumber data dilakukan pada tanggal 15 Juni

2020, dan selesai pada pertengahan Agustus 2020, dengan 3 orang

wartawan media online Tribun Jabar, dan 1 orang redaktur pelaksana.

Berhubung dengan adanya pandemi wabah COVID-19, wawancara

dengan wartawan Tribun Jabar dilakukan secara online dengan

menggunakan aplikasi WhatsApp, baik via video call maupun voice note.

Sedangkan dengan Redaksi Tribun Jabar, peneliti langsung datang ke

kantor Tribun Jabar, agar pembahasan dari narasumber bisa dijawab dan

dijelaskan secara detail dan juga rinci dari setiap pertanyaan yang penulis

ajukan.

Tabel 2.3
94

Daftar Sumber Data Primer

NO Nama Media Massa Jabatan

1 Kisdiantoro Tribun Jabar Redaktur Pelaksana

2 Lutfi Ahmad Mauludin Tribun Jabar Wartawan

3 Putri Puspita Nilawati Tribun Jabar Wartawan

4 Tarsisius Sutomonaio Tribun Jabar Wartawan

Sumber data primer pertama, seorang redaktur pelaksana news

bernama Kisdiantoro yang telah bekerja di Tribun Jabar selama 15 tahun

ini merupakan kelahiran Purwokerto. Laki-laki yang akrab disapa dengn

sebuatan Mas Kris ini merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas

Muhammadiyah Purwokerto, namun akibat kecintaan nya terhadap

kejurnalistikan, menghantarkannya untuk tinggal dan berkarier di

Bandung.

Kedua, Lutfi Ahmad Mauludin, seorang wartawan media online

yang telah bekerja selama 5 tahun di Tribun Jabar. Dia merupakan lulusan

Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Ketiga, Putri Puspita Nilawati, seorang wartawan Tribun Jabar

yang telah bekerja di Tribun Jabar dari tahun 2000 dan merupakan

kelahiran Sumedang. Beliau SD di tiga tempat, yaitu SD Islam Ketib

Sumedang, SD Cisaranten Bandung, dan SD Ajitunggal Cijambe


95

Bandung. Ia juga menyelesaikan SMP nya di Bandung, yaitu di SMP

Triyasa Ujung Berung, sedangkan pada saat SMA, ia kembali lagi ke

tanah kelahirannya Sumedang, dan meneyelesaikan SMA nya di SMEA

Negeri Sumedang. Ia merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas

Islam Nusantara (UNINUS Bandung), namun perkuliahannya putus

ditengah jalan, alias tidak selesai.

Keempat, Tarsisius Sutomonaio seorang wartawan Tribun Jabar

yang telah bekerja selama 10 tahun ini merupakan kelahiran NTB, dan

merupakan lulusan UPN Veteran Yogyakarta 2001-2006. Tarsisius mulai

bekerja di Tribun Jabar dari tahun 2011. Ia menyelesaikan SD nya di SDK

Ruteng I Flores NTT, SMP di Seminari Pius XII Kisol Flores NTT, dan

SMA nya di SMUK Fransiskus Xaverus Ruteng Flores NTT.

Ahmad, dalam Wibawa (Jurnal Mimbar No.1 Juni 2012),

mengatakan bahwa acuan yang digunakan untuk menguraikan data-data

dalam sumber data primer yaitu diuraikan berdasarkan presentasenya (%),

agar mempermudah hasil atau data yang diperoleh. Ahmad menuturkan

bahwa menurutnya 100% berarti seluruhnya, 90%-99% berarti hampir

seluruhnya, 60%-89% berarti sebagian besar, 51%-59% berarti lebih dari

setengahnya, 50% berarti setengahnya, 40%-49% berarti hampir

setengahnya, 50% berarti setengahnya, 40%-49% berarti hampir

setengahnya, 10%-39% berarti sebagian kecil, 1%-9% berarti sedikit

sekali, 0% berarti tidak sama sekali.


96

3.3 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yg telah dilakukan terhadap 1 orang

redakturpelaksana dan 3 orang wartawan Tribun Jabar, sebagai sumber

data primer terkait dengan fokus penelitian mengenai pemahaman,

pemaknaan dan juga pengalaman wartawan tentang Independensi

Wartawan Media Online Dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU-

KUHP 23-24 September 2019, maka ditemukan data sebagai berikut:

3.3.1 Pemahaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP

Aspek pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

adalah untuk mengetahui pemahaman wartawan Tribun Jabar dalam

memahami independensi. Setiap wartawan menjelaskan pemahaman

mereka terkait dengan independensi dengan pemahaman yang berbeda-

beda dari tiap wartawan.

Dalam memahami independensi, terdapat dua aspek yang

diperoleh, yakni independensi dalam profesinya sebagai wartawan,

independensi dalam media tempat bekerja, dan juga independensi pada

saat melakukan liputan reportase. Berikut uraian mengenai pemahaman

wartawan Tribun Jabar dalam memahami independensi menurut ke empat

sumber data primer, diantaranya yaitu:


97

1) Independensi dalam profesi sebagai wartawan

Profesi sebagai wartawan dituntut untuk selalu independen, serta

memahami tata kerja dengan sangat baik dan maksimal, agar isi dalam

berita sesuai dengan fakta dan juga data yang ada di lapangan, tidak ada

keterikatan dari pihak lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan

benar dilandasi dengan etika serta tanggung jawab yang tinggi.

Namun ada juga beberapa hal yang dapat menghambat

independensi seorang wartawan dalam menjalankan profesinya, seperti

yang dikemukakan oleh sumber data primer pertama, Kisdiantoro

mengatakan:

“Independensi sebagai seorang jurnalis atau wartawan, dia harus


memposisikan dirinya berada ditengah, sebagai jembatan antara
kepentingan masyarakat banyak dan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Dan dia bertindak independen artinya tidak berpihak kepada salahsatu
diantaranya.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama,
Kisdiantoro pada 15 Juni 2020 pukul 11:12 WIB)

Berbeda dengan Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan:

“Dalam bertugas atau menjalankan profesi saya sebagai wartawan,


ada beberapa hal yang harus dijaga, seperti privasi narasumber yang tidak
ingin disebutkan namanya, dan juga privasi saya sendiri yang harus netral
dari segala macam bentuk yang dapat menggoyahkan loyalitas saya
terhadap media tempat saya bekerja.” (Hasil wawancara dengan sumber
data primer kedua, Lutfi pada 15 Juni 2020, pukul 12:15 WIB)

Sumber data primer ketiga, Putri mengatakan, “Saya bekerja di

media, otomatis saya sendiri harus memiliki independensi yang sejalan

dengan independensi tempat saya bekerja. Independensi hadir kedalam

keyakinan saya dengan sendirinya. Dan independensi juga mengarahkan

saya harus berpegang teguh terhadap apa yang saya jalani.” (Hasil
98

wawancara dengan sumber data primer ketiga, Putri pada 15 Juni 2020

pukul 14:20 WIB). Sedangkan sumber data primer keempatTarsisius

berpendapat bahwa independensi dalam profesi sebagai wartawan adalah

dengan tidak terikat dengan pemerintahan, baik itu berpolitik ataupun

menjadi anggota partai.

“Menurut saya, independensi adalah dengan tidak berpolitik dan


tidak terikat oleh satu partai apapun di pemerintahan. Banyak yang
ngomong kalau tulisan seorang wartawan itu sangat erat kaitannya dengan
partai ataupun golongan politik yang dia ikuti. Makannya wartawan yang
berpolitik, suka di bilang nggak independen, apalagi kalau masuk partai
politiknya sembunyi-sembunyi dan akhirnya ketahuan, suka di bilang
nggak loyal sama perusahaan media tempat bekerja. Oleh karena itu lebih
baik tidak berpolitik sekalian, daripada kesananya jadi samar-samar.”
(Hasil wawancara dengan data primer keempat, Tarsisius Sutomonaio
pada 17 Juni 2020 pukul 11:12 WIB)

Berdasarkan pernyataan dari ke empat narasumber diatas, maka

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam

profesinya sebagai wartawan, adalah dengan sejalan bersamaan dengan

independensi perusahaan media tempatnya bekerja, dan juga menjaga

akurasi dalam penulisan berita yang sesuai dengan data dan juga data yang

ada di lapangan, tanpa terpengaruh oleh berbagai pihak, dan untuk

menjaga akurasi tersebut, salah satunya adalah dengan tidak berpolitik.

2) Independensi dalam media tempat bekerja

Setiap perusahaan khususnya perusahaan media, pasti memiliki

ideologi sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan sikap yang dipegang oleh

para wartawan yang bekerja di dalam media tersebut. Artinya

independensi yang dimiliki oleh wartawan harus sejalan dengan media


99

tempatnya bekerja, begitupun sebaliknya independensi media juga harus

sejalan dengan independensi wartawan. Dengan begitu, media akan kuat

dan sejalan dengan visi misi nya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan dari sumber data primer

pertama, Kisdiantoro yang mengatakan bahwa, “Kalau pemahaman

medianya bagus, ya dia pasti independen, dalam artian tadi.. karena

sebagai seorang jurnalis kan wartawan di ikat, pertama oleh Undang-

undang Pers, kedua oleh Kode Etik Jurnalistik. Hati nuraninya harus di

pake betul ketika melakukan liputan atau melaporkan liputannya.” (Hasil

wawancara dengan sumber data primer pertama Kisdiantoro, pada 15 Juni

2020 pukul 13:23)

Berbeda dengan pernyataan dari sumber data primer kedua, Lutfi

yang mendefinisikan independensi dalam media tempat bekerja sebagai

berikut:

“Saya merasa bebas dalam bekerja, bebas dalam melakukan


liputan dan dalam menulis berita dengan fakta dan juga data yang ada.
Sama sekali tidak ada tekanan dari berbagai pihak, khususnya dari media
tempat saya bekerja.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua
Lutfi, pada 15 Juni 2020 pukul 12:45)

Sementara sumber data primer ketiga, Putri mengatakan,

“Sebelum saya bekerja di media ini, saya mencari tahu seperti apa media

yang akan saya tempati, karena saya bekerja di dalamnya otomatis

ideologi saya juga harus sejalan dengan media tempat saya bekerja, karena

dengan begitu saya dapat menyatu dengan media tempat saya bekerja.

Seperti saat saya menulis berita, karena ideologi saya sejalan dengan
100

media, jadi saya dapat dengan mudah menulis berita dengan arah dan

tujuannya kemana, tanpa ada keterikatan dengan berbagai pihak.”(Hasil

wawancara dengan sumber data primer ketiga Putri, pada 17 Juni 2020

pukul 10:24 WIB). Pendapat yang dikemukakan oleh sumber data primer

ketiga ini, selaras dengan pernyataan dari sumber data primer keempat,

Tarsisius yang mengatakan:

“Independensi dalam media tempat bekerja artinya sebagai


wartawan harus melepaskan seluruh keterikatan dari pihak lain yang ada
pada dirinya, karena profesi wartawan selain harus profesional dalam
bekerja, juga harus netral. Seperti saat meliput aksi mahasiswa yang
menolak RUU KUHP, wartawan tidak boleh berpihak kepada pemerintah,
ataupun berpihak kepada para mahasiswa yang melaksanakan demo,
karena merasa kasihan. Sikap-sikap seperti itu tidak diperbolehkan,
jungjunglah tinggi independensi dan independensi media tempat bekerja,
dengan begitu wartawan akan terbiasa bersikap netral.”(Hasil wawancara
dengan sumber data primer keempat Tarsisius, pada 17 Juni 2020 pukul
13:14 WIB)

Berdasarkan pernyataan dari ke empat narasumber diatas, maka

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam media

tempat bekerja adalah dengan melepaskan segala bentuk keterikatan

dengan organisasi lain ataupun dengan partai politik, karena wartawan

harus bersifat netral agar berita yang disajikan kepada khalayak benar-

benar sesuai data serta fakta dilapangan.

3) Independensi dalam meliput peristiwa

Wartawan mampu merekonstruksi semua aspek kehidupan

manusia, wartawan juga bisa dikatakan sebagai agen konstruksi sebuah

kenyataan sosial di lapangan, karena wartawan tidak hanya melaporkan

fakta dan data saja, tetapi turut serta dalam mendefinisikan sebuah
101

peristiwa, lalu tanpa disadari secara penuh wartawan mampu membawa

pembaca dan juga pendengar ke alam pikiran wartawan yang

bersangkutan, sehingga ungkapan dalam sebuah karya jurnalistik yang

disajikan kepada pembaca dan juga pendengarnya berimplikasi terhadap

masalah etika yang dibawa oleh wartawan bersangkutan.

Tetapi, dalam praktek kejurnalistikannya dilapangan, tidak sedikit

wartawan yang menerima sogokan dari narasumber ataupun dari pihak-

pihak terkait lainnya. Wartawan seperti itu disebut sebagai wartawan

amplop. Hal seperti itu sangat berpengaruh terhadap independensi wartawan

dalam meliput sebuah peristiwa. Seperti yang dikatakan oleh sumber data

primer pertama:

“Wartawan yang sudah nerima amplop, ya pasti gak akan enak kan
sama yang ngasih amplopnya, otomatis dia terpengaruh begitu saja, bukan
hanya dirinya saja yang terpengaruh, tapi isi beritanya pun ikut terpengaruh,
tidak ideal lagi kalau sudah seperti itu.” (Hasil wawancara dengan sumber
data primer pertama Kisdiantoro, pada 15 Juni 2020 pukul 11:00 WIB)

Sementara, sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan:


“Di lapangan tentu ada saja pihak tertentu yang merasa ingin
dibagus-baguskan, dan tidak ingin kami sebagai wartawan meliput data dan
juga fakta yang kami dapatkan di lapangan, saya pernah satu kali mengalami
kejadian seperti itu, dan saya tidak serta mengiyakan saja keinginan pihak
tersebut. Bahkan teman saya pada saat liputan, sampai berantem dengan
beberapa pihak yang tidak ingin disalahkan dalam pemberitaan, padahal
kami sebagai wartawan menyuguhkan berita kepada masyarakat tidak serta
merta mendukung antara salah satunya. Dan otomatis itu melanggar kode
etik.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi, pada 18
Juni 2020, pukul 10:27 WIB)
Sumber data primer ketiga, Putri mengungkapkan bahwa,

“Independensi dalam meliput peristiwa adalah memberitakan peristiwa di


102

lapangan sesuai dengan fakta dan data yang sebenarnya, tanpa ada pengaruh

ataupun tekanan dari orang lain dalam pemberitaan itu. Dalam meliput suatu

peristiwa, seperti peristiwa pembunuhan, karena misalnya kita merasa

kasihan terhadap keluarga korban pembunuhan, lalu kita berpihak kepada

salah satu narasumber, maka hal-hal seperti itu tidak diperbolehkan dan juga

bukan mental wartawan.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer

ketiga Putri, pada 18 Juni 2020, pukul 13:15 WIB). Hal ini berbeda dengan

yang dikatakan oleh sumber data primer keempat, Tarsisius yang

beranggapan bahwa harus ada persiapan terlebih dahulu sebelum terjun ke

lapangan, agar wartawan juga siap dalam melakukan liputan peristiwa apa

saja. Berikut pernyataan dari sumber data primer keempat:

“Sebelum melakukan liputan di lapangan, harus mencari tahu dulu


siapa atau peristiwa apa yang akan di liput, banyak baca, dan kalau sudah
ada pemberitaan dari media lain terkait peristiwa yang akan kita liput, maka
baca dulu berita hasil liputan media lain tersebut, agar nanti berita yang akan
di tulis tidak melulu soal objek itu. Wawasan yang luas juga sangat
diperlukan saat di lapangan, misalnya meliput di Rumah Sakit, pasti ada
istilah-istilah kesehatan tertentu di dunia kedokteran, oleh karena itu sebagai
wartawan seharusnya bukan hanya lincah di lapangan, tapi juga lincah
dalam ilmu pengetahuan.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer
keempat Tarsisius, pada 20 Juni 2020 pukul 09:19 WIB).

Berdasarkan pernyataan dari ke empat narasumber diatas, maka

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam meliput

peristiwa adalah dengan selalu menjaga dan berkomitmen dengan media

tempat bekerja. Wartawan Tribun Jabar juga suka menepis amplop yang

diberikan kepada mereka, serta alangkah lebih baik sebelum liputan di

lapangan, melakukan riset terlebih dahulu, seperti mencari tahu dari berita
103

yang sudah dimuat oleh media lain dan juga banyak baca, agar berita yang

nanti dimuat, sarat akan informasi yang cerdas untuk dikonsumsi oleh

pembaca.

3.3.2 Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP

Peristiwa aksi mahasiswa tolak RUU KUHP yang terjadi pada

tanggal 23-24 September 2019 yang diliput oleh wartawan media online

Tribun Jabar diteliti dengan menggunakan studi fenomenologi. Dalam

memahami fenomenologi harus memahami konsep dasar seperti epoche,

kesadaran, konstitusi dan juga redaksi (O.Hasbiansyah 2008: 167).

Pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap independensi

wartawan media online dalam reportase aksi mahasiswa tolak RUU KUHP

diperoleh dari pemahaman tentang fenomena dalam konsep fenomenologi

yang merupakan objek atau peristiwa dalam kesadaran, setelah itu

diaplikasikan atau diterapkan kepada penelitian, dimana aksi mahasiswa

menjadi peristiwa yang disaksikan serta dialami langsung oleh wartawan

Tribun Jabar secara sadar. Dan kesadaran membawa makna yang aktif

terhadap peristiwa.

Dalam Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP, terdapat tiga point, yakni pertama pemaknaan wartawan Tribun


104

Jabar mengenai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, kedua

pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai isu politik dalam Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, dan ketiga pemaknaan wartawan Tribun

Jabar mengenai definisi independensi dalam meliput peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP. Berikut uraian dari ketiga kategori

tersebut, diantaranya:

1) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Wartawan Tribun Jabar yang meliput peristiwa Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP, atau sumber data primer keduaketiga dan keempat,

berpendapat bahwa Aksi Mahasiswa tersebut berjalan dengan ricuh dan

tidak kondusif, dengan adanya kubu mahasiswa lain yang mendukung

keputusan pemerintah dalam mendukung penerapan RUU KUHP, juga

dengan adanya permulaan kericuhan yang dilakukan oleh Polisi yang

menembakkan gas beracun kepada para mahasiswa yang melakukan aksi

di Gedung DPR RI.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh sumber data

primer kedua, Lutfi yang mengatakan:

“Sebuah Aksi penolakan dari para mahasiswa yang berujung rusuh,


aksi mahasiswa yang terjadi di depan Gedung DPR RI itu pasti akan selalu
di ingat dan menjadi kekuatan bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia di
generasi selanjutnya.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua
Lutfi,pada 6 Juli 2020 pukul 14:50 WIB)
105

Sumber data primer pertama, Kisdiantoro mengatakan bahwa,

“Ada anggapan dari hasil pembahasan RUU KUHP ini ada tumpang

tindih, yang sebenarnya sudah diatur oleh pemerintahan yang lain, ada

juga sebagian pemahaman bahwa RUU KUHP ini terlalu berlebihan, terus

terlalu mengurusi hal-hal yang sepele, seperti ayam yang masuk ke pagar

rumah orang lain, terus pemilik ayam tersebut harus dikenakan denda,

kemudian orang bisa mengadukan dan menjadi pasal pidana, itu

sebenarnya kalau didalam hukum ada istilah rasa keadilan, atau sesuatu

yang sebenarnya bisa dibahas secara musyawarah untuk hal-hal kecil

seperti ini, jadi tidak usah masuk ke ranah pidana untuk hal-hal kecil

seperti ini.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama

Kisdiantro, pada 6 Juli 2020 pukul 11:45 WIB)

Dari pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, telah diputuskan bahwa tim wartawan

Tribun Jabar yang menjadi informan dalam penelitian ini, sepakat bahwa

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP berjalan dengan ricuh dan tidak

kondusif, sesuai dengan temanya sendiri yang merupakan aksi yang

dilakukan oleh mahasiswa terhadap keputusan pengesahan RUU KUHP

oleh pemerintah yang dibuat DPR RI yang dibuat pada tahun 2019, dengan

tidak adanya keterbukaan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

2) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai isu politik dalam

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP


106

Pada saat Aksi Mahasiswa ini terjadi, atas dasar penolakkan

mahasiswa terhadap pengesahan RUU KUHP yang dibuat tanpa adanya

musyawarah dan juga tanpa sepengetahuan masyarakat, ada juga

sekelompok mahasiswa yang mendukung pemerintah dalam pengesahan

RUU KUHP tersebut.

Pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap isu politik dalam Aksi

Mahasiswa ini, sepakat menyatakan bahwa memang benar ada isu politik

dalam aksi ini, seperti yang dikatakan oleh sumber data primer pertama,

Kisdiantoro:

“Menurut saya pribadi, saya menilai bahwa memang ada unsur


politik dalam peristiwa Aksi Mahasiswa itu, ada kepentingan politik yang
dibuat oleh pemerintah sendiri.” (Hasil wawancara dengan sumber data
primer pertama Kisdiantoro, pada 9 Juli 2020 pukul 14:11 WIB)

Demikian pula pendapat dari sumber data primer kedua, Lutfi yang

merasa bahwa ada muatan politik dalam aksi tersebut:

“Saya sendiri yang datang kesana sudah merasa dan sangat yakin
bahwa ada muatan politik dalam aksi mahasiswa tersebut, karena sangat
tidak mungkin sekali jika memang tidak ada, sebab sangat jelas ada dua
kubu mahasiswa yang bertentangan dan sama-sama melakukan aksi,
meskipun jumlah dari kubu mahasiswa yang mendukung pengesahan RUU
KUHP tidak sebanyak mahasiswa yang menolak pengesahan RUU
KUHP.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi, pada
9 Juli 2020 pukul 11:11 WIB)

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Kisdiantoro dan juga Lutfi,

sumber data primer ketiga, Tarsisius mengatakan:


107

“Pasti ada muatan politik dalam aksi mahasiswa tolak RUU


KUHP tersebut, karena tidak mungkin terjadi begitu saja antara dua kubu
mahasiswa yang menolak dan mendukung aksi tersebut bisa berbarengan
begitu saja melakukan aksi secara bersamaan. Menurutku ya... seperti ada
kelompok atau pihak tertentu yang menggiring para mahasiswa untuk
mendukung aksi pengesahan RUU KUHP itu.” (Hasil wawancara dengan
sumber data primer ketiga Tarsisius, pada 13 Juli 2020, pukul 13:42 WIB)

Sementara itu sumber data primer keempat, Putri berpendapat

bahwa, “Ya pasti ada muatan politiknya karena bukan hanya mahasiswa

yang mendukung saja yang menjadi perbincangan adanya isu politik,

tetapi mahasiswa yang menolak pengesahan RUU KUHP juga dimuat

dalam beberapa media lain bahwa mereka ditunggangi oleh pihak tertentu

dalam menjalankan aksinya.” (Hasil wawancara dengan sumber data

primer keempat Putri, pada 14 Juli 2020 pukul 11:00 WIB)

Dari pemaknaan keempat sumber data primer mengenai isu politik

dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, dapat disimpulkan bahwa

keempat sumber data primer sepakat terhadap aksi tersebut yang

bermuatan politik. Alasan mendasar adalah dengan terlalu terburu-burunya

pengesahan dilakukan tanpa ada kesepakatan serta persetujuan dari rakyat

yang nantinya akan menjalankan serta dituntut untuk menganut RUU

KUHP yang disahkan oleh pemerintah.

3) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai definisi independensi

dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP


108

Wartawan harus menjunjung tinggi independensi dan juga nilai-

nilai yang terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik, pedoman media siber, UU

Pers dan juga sembilan elemen dalam jurnalistik.

Wartawan Tribun Jabar dibekali dengan peraturan-peraturan yang

menunjang dalam menjalankan profesinya, seperti yang dikatakan oleh

sumber data primer pertama, Kisdiantoro:

“Kami TribunJabar.id redaksi Tribun Jabar selain berpedoman


kepada UU 40 tahun 1999, juga berpedoman kepada media siber yang
dikeluarkan oleh Dewan Pers untuk mengatur media online dan media
siber itu sendiri.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama
Kisdiantoro, pada 21 Juli 2020 pukul 13:42 WIB)

Secara teori, jika wartawan benar-benar independen, maka tidak

akan menerima amplop atau hadiah apapun dari narasumber. Hal ini

selaras dengan sikap wartawan Tribun Jabar yang tidak pernah menerima

suap dalam bentuk apapun saat sedang meliput peristiwa Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP.

Sementara itu, sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan perihal

sanksi yang diterima oleh wartawan yang melanggar KEJ dan juga tidak

independen, berikut pernyataan dari Lutfi:

“KEJ selalu diterapkan, sanksi nya juga bertahap, biasanya kalau


wartawan yang ketahuan menerima amplop dan sejenisnya, seperti di
transfer, maka dari pihak atasan yang mengeluarkan. Tapi rata-rata
wartawan seperti itu suka mundur duluan sebelum dia keluarkan.” (Hasil
wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi, pada 21 Juli 2020
pukul 14:15 WIB)
109

Berbeda dengan pernyataan dari Lutfi, Sumber data primer ketiga,

Putri mengatakan bahwa, “tidak pernah ada” yang memberinya amplop

ataupun hadiah lain dan sejenisnya dari narasumber ataupun pihak-pihak

tertentu. Pendapat dari Putri didukung oleh pendapat dari sumber data

primer keempat, Tarsisius yang mengatakan, “Tidak pernah ada amplop

maupun intervensi” dan juga tidak pernah ada yang memberi saya amplop,

baik itu dari pihak narasumber maupun dari pihak-pihak tertentu. Sejauh

ini aman-aman saja, selama independen dan juga berpegang teguh kepada

KEJ.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer ketiga Putri, pada 23

Juli 2020 pukul 11:11 WIB dan dengan sumber data primer keempat

Tarsisius, pada 22 Juli 2020 pukul 16:02 WIB)

Dalam menjaga independensi saat peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP, wartawan Tribun Jabar selalu memberitakan fakta yang

sesuai dengan apa yang diperoleh dilapangan. Seperti yang dikatakan oleh

sumber data primer pertama, Kisdiantoro mengatakan:

“Agar selalu melakukan cek dan recheck berita saat dilapangan


maupun saat berita akan dipublikasikan.” (Hasil wawancara dengan
sumber data primer pertama, Kisdiantoro pada 21 Juli 2020 pukul 13:14
WIB)

Sementara itu, sumber data primer ketiga, Putri menjelaskan

bahwa, “Ya memang harus sesuai dengan apa yang ada dilapangan, data

dan fakta yang terpenuhi juga harus sesuai dengan yang didapat

dilapangan, harus ada juga bukti pendukung lainnya, agar gak disangka

nyuri dari wartawan ataupun media lain, seperti rekaman pembicaraan


110

dengan narasumber, dan juga beberapa foto peristiwa maupun foto

narasumbernya juga.” Selaras dengan sumber data primer pertama dan

ketiga, sumber data primer keempat, Najmi juga mengatakan hal yang

sama, bahwa, “berita yang dipublikasikan ya sesuai dengan yang didapat

dilapangan.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer ketiga Putri,

pada 23 Juli 2020, pukul 11:23 WIB, dan dengan sumber data primer

keempat Tarsisius, pada 22 Juli 2020, pukul 16:14 WIB)

Dari pemaknaan keempat sumber data primer mengenai definisi

independensi dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP, dapat disimpulkan bahwa redaksi TribunJabar.id menerapkan

standar sesuai dengan peraturan UU Pers dan juga pedoman media siber.

Sedangkan dalam Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP,

wartawan Tribun Jabar mengaku tidak pernah ada narasumber maupun

pihak tertentu yang memberikan amplop ataupun mengintervensi.

Sementara dalam menjaga independensi, cara yang dilakukan wartawan

Tribun Jabar adalah dengan selalu mengecek dan recheck sekali lagi berita

maupun artikel saat sedang bertugas dilapangan maupun saat berita akan

dipublikasikan, memberitakan berita sesuai dengan apa yang dilihat dan

dliput dilapangan yang disertai dengan beberapa bukti seperti foto dan juga

rekaman hasil wawancara dengan narasumber.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat sumber data primer

mengenai pemaknaan wartawan Tribun Jabar tentang independensi dalam

Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, dapat disimpulkan bahwa


111

wartawan Tribun Jabar memaknai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP berjalan dengan tidak kondusif dan ada muatan politik dalam aksi

tersebut. Pihak redaksi TribunJabar.id selalu menerapkan aturan sesuai UU

Pers demi menjaga keindependensiaan lembaga beserta wartawannya.

3.3.3 Pengalaman Wartawan Tribun Jabar dalam melakukan

Reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Dalam penelitian ini, aspek pengalaman bertujuan untuk

mengetahui pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput peristiwa

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP secara langsung pada tanggal 23-24

September 2019 di depan gedung DPR RI Jakarta.

Menurut sumber data primer pertama, Kisdiantoro bahwa proses

terciptanya sebuah berita hingga sampai di tangan pembaca, di website

www.tribunjabar.id yakni:

“Sebelum berita di publish di website, ibarat sebuah masakan, kami


harus meracik bumbunya dulu. Begitupun dengan bertita, agar
tersampaikan dengan baik dan benar harus melalui beberapa tahapan untuk
dinikmati para pembaca, karena media online tidak sama seperti media
cetak dalam penyajian beritanya. Sebelum liputan, terutama untuk meliput
peristiwa yang besar, seperti Aksi Mahasiswa di Gedung DPR yang
menolak RUU KUHP, kami selalu mengadakan rapat satu hari
sebelumnya, pas hari H data langsung dikirim via email ataupun pesan via
whatsapp, atau juga melalui laporan via telepon ke redaktur di dalam
kantor, dan oleh redaktur di edit, atau langsung diolah menjadi berita.”
(Hasil wawancara dengan sumber data primer pertama Kisdiantoro, pada
22 Juni 2020 pukul 10:10 WIB)

1) Pengalaman Wartawan Tribun Jabar dalam meliput Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP


112

Sumber data primer kedua, Lutfi saat melakukan liputan Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP mengatakan bahwa, “Rame banget

mahasiswa datang dari mana-mana pakai bis, saya datang ke lokasi sehari

sebelumnya. Ada juga yang datang dengan dosennya, mereka saling

menyuarakan aspirasi. Suasana panas saat Polisi menembakan gas air mata

ke arah mahasiswa, demo berlangsung dengan perseteruan antara Polisi

dan mahasiswa. Sampai siang sekitar jam 2 an, masih banyak mahasiswa

yang berdatangan ke lokasi. Pada saat liputan, saya dengan rekan kerja

saya saling bagi tugas, saat sampai ke lokasi saya mewawancarai 2 orang

mahasiswa yang datang dari Bandung, dan satunya lagi mahasiswa UGM,

saya tidak begitu sulit melakukan hal itu, karena mereka memakai jas

almamater.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi,

pada 22 Juni 2020 pukul 11:16 WIB). Sementara itu, sumber data primer

ketiga, Putri Puspita Nilawati yang mengolah data pada saat liputan Aksi

Mahasiswa tersebut, mengatakan bahwa:

“Demo aksi mahasiswa kali ini diwarnai juga dengan slogan yang
sangat mencuri perhatian orang yang melihatnya. Mereka pandai sekali
membuat slogan yang ditujukan kepada para anggota DPR, saya sampai
ketawa-ketawa melihatnya. Sudah beda jamannya kali ya.. slogan demo
tidak se serius jaman dulu”. Banyak media lain juga yang memberitakan
slogan mahasiswa pada saat melakukan aksi tersebut. Bagi kami sebagai
wartawan, data itu sangat penting, misalnya menghitung jumlah
mahasiswa dari Bandung yang datang ke Gedung DPR, bahkan
menghitung jumlah dari keseluruhan mahasiswa yang datang ke Gedung
DPR. Kami olah data tersebut mejadi sebuah berita yang syarat akan fakta-
fakta di lapangan.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer ketiga
Putri, pada 25 Juni 2020 pukul 14:11 WIB)
113

Sumber data primer keempat, Tarsisius mengatakan bahwa, “Aksi

mahasiswa tersebut pasti sangat menjadi perhatian dari kalangan jurnalis

Indonesia, dan juga pengamat politik negeri ini. karena aksi besar-besaran

hampir seluruh mahasiswa datang ke Gedung DPR RI. Aksi mereka sudah

banyak sekali memberikan materi peliputan, seperti human interest, aksi,

orasinya dan lain sebagainya. Saya sendiri takjub saat melihat betapa

rukun dan bersatunya kalangan muda Indonesia yang sama sekali tidak

takut dalam menyuarakan aksinya di depan Gedung DPR RI, karena sudah

kita ketahui bersama bahwa aksi dari mahasiswa yang menggerakkan

rakyat Indonesia, terakhir kali terjadi pada tahun 1998, dan pas 2019

kemarin serasa bangkit lagi semangat mereka dalam menyuarakan

kebenaran.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer keempat

Tarsisius pada 25 Juni 2020, pukul 10:45 WIB).

Berdasarkan Pernyataan dari ke empat narasumber di atas, maka

pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam melakukan liputan Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019, dapat

disimpulkan bahwa aksi tersebut berjalan dengan tidak kondusif dan rusuh

antara mahasiswa dan Polisi, tapi aksi tersebut juga menjadi pemersatu

bagi mahasiswa Indonesia. Aksi tersebut mencerminkan rukunnya para

mahasiswa Indonesia, dan juga menurt sumber data primer keempat,

Tarsisius menuturkan bahwa aksi mahasiswa tersebut menjadi perhatian

dari kalangan Jurnalis maupun pengamat politik.


114

2) Pengalaman Wartawan Tribun Jabar mengenai Hambatan dalam

Meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Dalam meliput sebuah peristiwa, seorang wartawan pasti memiliki

beberapa hambatan, baik itu masalah teknis maupun non teknis. Hal ini

juga dirasakan oleh wartawan Tribun Jabar pada saat meliput peristiwa

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019

di depan Gedung DPR RI.

Sumber data primer pertama, Kisdiantoro mengatakan:

“Setiap melakukan liputan, hambatan pasti selalu ditemukan, baik


di lapangan maupun sebelum terjun ke lapangan. Cuman kebanyakan ya
pas di lapangan, saya memang tidak meliput langsung Aksi Mahasiswa
Tolak RUU KUHP di Gedung DPR, namun wartawan yang datang kesana
mengeluh karena sangat sulit untuk menemui narasumber, terutama
Mahasiswa. Ada juga yang mengeluh akibat handphone nya di curi saat
akan melakukan wawancara, jadi tidak bisa merekam. Alangkah lebih baik
segala sesuatunya di persiapkan sebelum datang langsung ke lapangan.
Apalagi untuk meliput peristiwa besar, yang sangat banyak sekali massa
nya, maka harus lebih berhati-hati lagi.” (Hasil wawancara dengan sumber
data primer pertama Kisdiantoro, pada 27 Juni 2020 pukul 16:21 WIB)

Sementara itu, sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan bahwa,


“tempat parkir merupakan suatu kendala dari para wartawan, karena tidak
disediakan tempat parkir, oleh karena itu banyak yang menyimpan
kendaraan dimana saja, padahal aksi demo sedang berlangsung, terus
wartawan dihalang-halangin juga sama mahasiswa, apalagi pada saat rusuh
dengan polisi. Narasumber juga dijagain, intinya mereka mahasiswa ingin
tahu apa yang dibicarakan antara narasumber dengan jurnalis.” (Hasil
wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi, pada 27 Juni 2020
pukul 12:45 WIB).

Hal ini selaras dengan keterangan dari sumber data primer keempat,

Tarsisius yang mengatakan, bahwa “Hambatan pada saat melakukan

liputan Aksi Mahasiswa di Gedung DPR RI ya itu karena massa yang


115

banyak dan ricuh dengan Polisi, jadi kami tidak bisa seenaknya begitu saja

mewawancarai narasumber di tengah-tengah keramaian massa. Meskipun

kami dalam UUD juga dilindungi, tapi tidak semua orang paham akan

perlindungan itu.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer keempat

Tarsisius pada 30 Juni 2020, pukul 09:45 WIB).

Menurut sumber data primer ketiga, Putri bahwa saat melakukan

liputan di lapangan tidak ada hambatan yang berarti, ia mengatakan:

“Sebenarnya tidak ada hambatan yang berarti saat melakukan


liputan, karena terjadi secara tiba-tiba dan juga tergantung kesiapan diri
wartawan. Wartawan harus selalu sigap dalam menangani hal-hal yang
akan menghambat jalannya liputan di lapangan.” (Hasil wawancara dengan
sumber data primer ketiga Putri, pada 28 Juni 2020 pukul 10:00 WIB).

Berdasarkan Pernyataan dari ke empat narasumber diatas, maka

pengalaman wartawan Tribun Jabar mengenai Hambatan dalam meliput

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019,

dapat disimpulkan bahwa wartawan Tribun Jabar menemui hambatan

dalam meliput peristiwa Aksi tersebut, diantaranya tidak adanya tempat

parkir dan sulitnya mewawancarai narasumber yang di jaga oleh massa

yang banyak. Hambatan bisa datang kapan saja dan dimana saja, baik

teknis maupun non teknis, terutama peristiwa besar yang melibatkan massa

dengan jumlah yang banyak. Oleh karena itu wartawan diharuskan

bersikap sigap dalam menangani hambatan tersebut.


116

3) Pengalaman Wartawan Tribun Jabar dalam menjaga objektifitas

dan keberimbangan berita dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP

Salah satu faktor penting dalam membuat berita adalah objektifitas

dan keberimbangan, karena sangat berkaitan dengan independensi

wartawan. Wartawan dinyatakan independen apabila sudah membuat

berita yang berimbang dan objektif. Sumber data primer pertama,

Kisdiantoro mengatakan bahwa, “untuk menjaga sebuah berita, harus

sering melakukan cek dan recheck berita atau artikel yang dibuat untuk

dikoordinasikan dengan redaksi, serta harus tetap dalam aturan kode etik

jurnalistik.” Sementara saat diwawancarai terkait keberimbangan dalam

berita, Kisdiantoro mengatakan:

“Dalam berita, berimbang merupakan suatu fakta yang tertulis.


Wartawan atau jurnalis harus pandai dalam mengolahnya, agar informasi
yang disajikan kepada para pembaca hadir dalam bahasa yang sederhana
serta mudah dimengerti.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer
pertama Kisdiantoro pada 1 Juli 2020 pukul 10:21 WIB)

Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan bahwa, “dalam

menjaga objektifitas dan keberimbangan pada berita harus berusaha sebisa

mungkin untuk menjadi cover both side dari pihak kedua, jika pertanyaan

yang diberikan kepada pihak pertama memojokkan posisi pihak kedua.”

Sementara saat diwawancarai terkait keberimbangan dalam berita, Lutfi

mengatakan:

“Misalkan ada satu pihak atau organisasi yang melakukan tudingan


ke organisasi lain, itu juga disebut keberimbangan, atau contoh lain
117

misalnya ada pemberitaan tentang seorang tokoh, wartawan juga wajib


menyertakan tanggapan mereka atau seseorang yang dimaksud dalam
berita itu.” (Hasil wawancara dengan sumber data primer kedua Lutfi,
pada 1 Juli 2020 pukul 12:35 WIB)

Sementara itu, menurut sumber data primer ketiga, Putri

berpendapat bahwa, “keberimbangan dan objektifitas dalam berita, harus

berpedoman pada KEJ (Kode Etik Jurnalistik) dan juga 5W+1H (What,

Who, When, Where, Why + How).” Sementara saat diwawancarai

mengenai keberimbangan dalam berita, Putri mengatakan:

“Seperti cover both side, ada dua belah pihak yang berseteru,
misalkan dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ada pihak yang
menyebutkan ditunggangi oleh salah satu partai tertentu, sedangkan
mahasiswa yang melakukan aksi menyebutkan bahwa aksi tersebut tidak
ditunggangi oleh partai manapun. Maka, pernyataan antara kedua belah
pihak tersebut harus disampaikan ke publik.” (Hasil wawancara dengan
sumber data primer ketiga Putri, pada 2 Juli 2020 pukul 15:30 WIB)

Dari pernyataan sumber data primer diatas terkait pengalaman

dalam menjaga objektifitas dan keberimbangan berita dalam peristiwa

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP yang terjadi pada tanggal 23-24

September 2019 di depan Gedung DPR RI, dapat disimpulkan bahwa

wartawan harus menjunjung tinggi KEJ (Kode Etik Jurnalistik), misalkan

dalam cover both side, maka wartawan harus menyebutkan keterangan

keduanya kepada publik. Karena wartawan yang objektif ialah wartawan

yang menjaga keberimbangan dan objektifitasnya dalam berita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat data sumber dari

Media Online Tribun Jabar, mengenai pengalamannya dalam menjaga

independensi dan juga keberimbangan dalam Reportase Aksi Mahasiswa


118

Tolak RUU KUHP, bahwa aksi mahasiswa tersebut mencerminkan

rukunnya mahasiswa Indonesia, pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam

menghadapi hambatan saat melakukan liputan di depan Gedung DPR RI

adalah terlalu banyaknya massa yang berkerumun, sehingga wartawan

tidak begitu leluasa dalam mewawancarai narasumber yang dijaga oleh

orang-orang disekitarnya, serta rasa ingin tahu mahasiswa terhadap

pembicaraan wartawan dengan narasumber, dan juga tidak adanya tempat

parkir kendaraan. Secara keseluruhan, pengetahuan serta pengalaman

wartawan Tribun Jabar mengenai keberimbangan dan objektifitas, cukup

mumpuni.

3.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, terkait

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam

reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, pemaknaan wartawan

Tribun Jabar terhadap independensi dalam reportase Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP, dan pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam

meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24

September 2019 di Gedung DPR RI serta dalam menjaga keberimbangan

dan juga objektifitas berita dalam reportase Aksi Mahasiswa yang

mengacu pada teori fenomenologi Alfred Schutz. Berikut ini analisis yang

dibuat oleh peneliti mengenai pemahaman, pemaknaan dan juga

pengalaman yang dihubungkan dengan beberapa teori dan juga konsep,

yaitu:
119

3.4.1 Pemahaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP

Pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi dalam

penelitian ini yaitu menyajikan data terkait cara pandang atau bagaimana

wartawan Tribun Jabar memahami independensi berdasarkan keyakinan

serta pengetahuan yang dimiliki oleh keempat sumber data primer wartawan

Tribun Jabar sebagai informan.

Pemahaman dalam suatu peristiwa didapatkan dari pemahaman lebih

jauh yang ada dalam konsep fenomenologi. Setelah mendapatkan makna

akan suatu peristiwa dari adanya suatu kesadaran, maka dilanjutkan dengan

memperoleh orientasi pikiran atau intensionalitas pada fenomena, hingga

menjadi sebuah pemahaman.

Dalam penelitian ini, aspek pemahaman menjelaskan tentang

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi berdasarkan

pengetahuan mereka. Peneliti mengkonstruksi aspek pemahaman informan

ke dalam definisi independensi. Terdapat tiga kategori dalam aspek

pemahaman wartawan Tribun Jabar terhadap independensi, yaitu

independensi dalam profesi sebagai wartawan, independensi dalam media

tempat bekerja, dan independensi dalam meliput peristiwa di lapangan.

Berikut ini uraian mengenai tiga kategori definisi independensi menurut

para informan, diantaranya:


120

1) Independensi dalam profesi sebagai wartawan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap empat orang sumber data

primer mengenai independensi dalam profesi sebagai wartawan di Tribun

Jabar yang berusaha keras menepis berbagai hambatan, seperti pemberian

amplop dari narasumber ataupun pihak tertentu, karena hal tersebut tidak

sesuai dengan tugas serta fungsinya sebagai wartawan, dan juga melanggar

KEJ (Kode Etik Jurnalistik).

Jika wartawan menghargai profesi mereka dengan berlandaskan

ilmu pengetahuan, maka wartawan harus memiliki 5 kompetensi dasar,

yaitu: (1) mengetahui jalan proses dari sebuah peristiwa, (2) memiliki

keahlian serta pengetahuan terhadap sesuatu yang dilaporkan serta

diberitakan, (3) Terampil dalam berkomunikasi, (4) Terampil dalam

bidang jurnalistik, (5) berpedoman pada kode etik dalam menjalankan

tugas sehari-hari (Dosbach, 2010: 38-48).

Nuruddin, dalam rumusan bidang pers (2009: 163), mengatakan

bahwa wartawan yang profesional, setidaknya memiliki 3 kategori seperti:

(1) wartawan sadar terhadap etika, hukum dan juga karier, (2) wartawan

kaya akan pengetahuan, baik umum maupun khusus yang sesuai dengan

bidang keahlian, (3) wartawan terampil dalam menulis, melakukan riset

dan investigasi, serta terampil dalam menggunakan alat-alat penunjang

kerja.
121

Berkaitan dengan independensi, Bill Kovach dan Tom Rosentiel

(2006: 122-123) mengatakan bahwa, “dari pihak manapun yang diliput,

wartawan harus tetap independen.” Hal ini juga berlaku untuk yang

bekerja di ranah opini, kritik dan komentar. Wartawan harus sungguh-

sungguh memperhatikan semangat dan juga pikiran mereka, disitulah letak

independensi.

Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan bahwa ada beberapa

hal yang harus dijaga, seperti privasi narasumber dan privasi wartawan

dari segala bentuk sogokan yang dapat menyebabkan terancamnya

loyalitas wartawan terhadap media. Sejalan dengan sumber data primer

ketiga, Putri mengatakan bahwa antara independensi wartawan dan juga

independensi media harus sejalan, agar loyal terhadap media tempat

bekerja. Sedangkan sumber data primer keempat, Tarsisius mengatakan

bahwa independensi dalam profesi sebagai wartawan adalah dengan tidak

berpolitik.

Independensi bisa diwujudkan jika seorang wartawan tidak

mempunyai ikatan apapun dengan narasumber. Berbagai perlakuan

istimewa dari narasumber kepada wartawan, dapat mengahambat

independensi, seperti hadiah, uang dan sebagainya. Seperti yang dikatakan

Nuruddin (2009: 110), saat ini semakin marak “budaya amplop”,

wartawan “muntaber” (muncul tanpa berita) atapun wartawan “bodrek” ,

yaitu wartawan yang senang di kasih amplop.” Hal tersebut dapat

mempengaruhi kinerja wartawan, baik dimata narasumber ataupun dimata


122

para rekan wartawan yang lainnya, karena profesionalisme wartawan

tersebut sudah jatuh.

Bagi seorang jurnalis atau wartawan, atau juga pengelola dan

praktisi media massa, kewajiban kepada profesi bersifat mutlak (given)

dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Setiap jurnalis wajib patuh terhadap

hukum dan juga kode etik media massa. Regulasi hukum, regulasi etika,

dan juga kode etik yang ditetapkan serta dibakukan oleh Dewan Pers,

sudah cukup memadai untuk dijadikan sebagai rujukan dalam berfikir,

bersikap serta berperilaku yuridis dan etis. Kecuali untuk media siber yang

masih terus memerlukan banyak perkakas kelembagaan dan perkakas

profesi. Sebagai contoh, belum banyak produk Dewan Pers yang ditujukan

khusus untuk media siber, kecuali Pedoman Pemberitaan Media Siber

2012 (Sumadiria, 2016: 230-231).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

menjalankan profesinya sebagai wartawan, ada beberapa hal yang menjadi

penghambat, seperti hubungan wartawan dengan narasumber, dan juga

amplop. Namun sebagai wartawan yang faham terhadap hukum dan juga

Kode Etik Jurnalistik, wartawan Tribun Jabar tidak pernah menerima

berbagai hadiah dari narasumber. Hal ini dilakukan oleh wartawan Tribun

Jabar untuk menjaga independensi dalam profesi sebagai wartawan.

2) Independensi dalam Media Tempat Bekerja


123

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat sumber data primer,

dapat disimpulkan bahwa cara wartawan Tribun Jabar menjaga

independensi dalam media tempat bekerja adalah dengan menyamakan

visi misi diri sendiri dengan visi misi media tempat bekerja, maka dengan

seperti itu, akan terjalin hubungan yang baik dengan media tempat

bekerja, dan juga dengan melepaskan berbagai atribut organisasi ataupun

berpolitik, karena hal tersebut dapat mengahambat dan menjatuhkan

independensi dalam media tempat bekerja.

Dalam penafsiran Kode Etik Jurnalistik Pasal 1, independen berarti

memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa

campur tangan, paksaan, dan intervensi dari dari pihak lain, termasuk dari

pemilik perusahaan pers. Penafsiran dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 1

ini sesuai dengan pendapat dari sumber data primer kedua, Lutfi yang

mengatakan bahwa independensi bebas. Arti kata “bebas” yaitu

independensi tidak menggantungkan diri kepada yang lain. Bebas berarti

wartawan bebas melaporkan dengan sesuai dan benar-benar dengan apa

yang ditemukannya di lapangan.

Sumber data primer keempat, Tarsisius mengatakan bahwa

independensi dalam media tempat bekerja harus lepas dari segala

keterikatan, dibalik wartawan yang harus profesional, juga harus netral.

Melepaskan diri dari segala keterikatan wajib diterapkan oleh setiap

wartawan, karena tujuan utama dari seorang jurnalis adalah


124

menyampaikan kebenaran kepada publik. Agar publik mempunyai

informasi yang dibutuhkan untuk berdaulat.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keempat sumber

data primer memiliki kesesuaian makna dengan Kode Etik Jurnalistik,

bahwa independensi dalam media tempat bekerja tidak boleh terikat oleh

organisasi apapun, dan juga harus memberitkan berita dengan benar sesuai

data dan juga fakta yang ditemukan di lapangan.

3) Independensi dalam Meliput Peristiwa

Berdasarkan hasil wawancara mengenai independensi dalam

meliput peristiwa, ditemukan bahwa wartawa Tribun Jabar tetap menjaga

independensi saat melakukan liputan, agar terlepas dari suatu kelompok

kepentingan tertentu. Wartawan Tribun Jabar memberitakan sesuai fakta

dan juga data yang didapat dilapangan, tanpa adanya pengaruh dari pihak

lain, menguasai objek liputan dan juga tidak asal serta sembarangan dalam

melakukan wawancara dengan narasumber.

Dalam menjaga independensi saat melakukan liputan terhadap

sebuah peristiwa, keempat narasumber memiliki pendapat yang berbeda-

beda. Sumber data primer pertama, Kisdiantoro mengatakan bahwa

sebelum di publikasi, berita harus di cek kembali. Hal ini sejalan dengan

Kode Etik Jurnalistik Pasal 1, terkait berita yang akurat. Akurat berarti

dipercaya serta sesuai kebenarannya dengan yang ada dilapangan.


125

Sumber data primer kedua, Lutfi mengatakan bahwa di lapangan

ada saja pihak yang merasa ingin dibagus-baguskan, dan dirinya bersikeras

berusaha untuk tidak menerima iming-iming dari pihak manapun saat

sedang bertugas di lapangan, dan juga memberitakan sesuai hati nurani

serta apa yang dilihat di lapangan. Pernyataan dari sumber data primer

ketiga ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Kusumaningrat.

3.4.2 Pemaknaan Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP

Dalam penelitian ini, aspek pemaknaan wartawan Tribun Jabar

terhadap independensi dan juga peristiwa aksi mahasiswa tolak RUU

KUHP ini menyajikan data mengenai bagaimana cara dari sumber data

primer memaknai independensi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

masing-masing sumber data primer.

Para ahli berpendapat bahwasannya Istilah makna (meaning)

merupakan arti yang tidak mudah untuk ditafsirkan, karena sangat

membingungkan. Makna dinyatakan sebagai istilah, karena makna dalam

bidang ilmu tertentu memiliki konsepnya sendiri. Menurut Schutz (dalam

Hasbiansyah, 2008: 165), bahwasannya tindakan manusia selalu punya

makna. Sedangkan menurut Max Weber, makna sangat identik dengan

tindakan. Makna akan muncul apabila dihubungkan dengan pengalaman

yang pernah terjadi sebelumnya dengan cara berinteraksi dengan


126

oranglain. Oleh karena itu, ada makna yang bersifat individual dan juga

bersifat kolektif tentang sebuah peristiwa.

Pemaknaan lebih menuntut kepada kemampuan integratif manusia,

seperti akal budi, pemikiran dan inderawi. Dalam materi yang disajikan,

seperti pada ekstrapolasi, hanya dilihat sebagai tanda indikator yang lebih

jauh, karena ekstrapolasi hanya terbatas dalam empirik logis saja,

sedangkan pemaknaan dapat menjangkau sesuatu yang transendental

maupun epik.

Dalam penelitian ini, pemaknaan wartawan Tribun Jabar terhadap

independensi wartawan media online dalam Reportase Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019 yang terjadi di

Gedung DPR RI terdapat tiga kategori, yaitu pemaknaan wartawan Tribun

Jabar mengenai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, pemaknaan

wartawan Tribun Jabar mengenai isu politik dalam Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP, pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai definisi

independensi dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP. Berikut uraian dari ketiga kategori tersebut, diantaranya:

1) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat sumber data primer

Tribun Jabar mengenai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP,

ditemukan bahwa keempat sumber data primer berpendapat bahwa aksi


127

mahasiswa tersebut berjalan dengan tidak kondusif. Secara keseluruhan,

wartawan Tribun Jabar memberi pemaknaan yang negatif Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP.

Menurut sumber data primer kedua,ketiga dan juga keempat,

sepakat bahwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP tersebut berjalan

dengan rusuh,dan juga tidak kondusif. Berbeda dengan pernyataan dari

sumber data primer pertama, Kisdiantoro yang mengomentari terkait pasal

dalam RUU KUHP yang terlalu berlebihan dan hanya mengurusi hal-hal

sepele yang sebenarnya masih bisa dimusyawarahkan bersama-sama tanpa

harus ada tindak pidana. Pakar hukum dan Pengacara pun sudah jelas

memberi keterangan bahwa dalam pasal-pasal yang terdapat dalam RUU

KUHP terdapat beberapa keganjalan dan terkesan asal-asalan.

Pemaknaan dari keempat sumber data primer ini berkaitan dengan

berita yang di edit oleh Tarsisius Sutomonaio, sebagai sumber data primer

keempat yang berjudul (Mahasiswa antara Pendukung dan Penolak RUU

KUHP Saling Lempar Omongan), dalam berita tersebut tidak hanya

mahasiswa saja yang diperbincangkan, namun TNI yang ikut andil

melindungi para mahasiswa penolak RUU KUHP pun menjadi sorotan,

karena melawan Polisi yang menembakan gas air mata kepada kubu

mahasiswa yang menolak RUU KUHP.

Berita tersebut sebagai gambaran bahwa Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP tersebut berjalan dengan ricuh dan juga tidak kondusif. Berita
128

tersebut juga selaras dengan pemaknaan ketiga sumber data primer.

Sebelum meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, tim

Tribun Jabar mengadakan rapat redaksi terlebih dahulu, yang dipimpin

oleh Kisdiantoro selaku redaktur pelaksana. Hal ini sejalan dengan yang

dikatakan oleh Kusumaningrat.

Kusumaningrat (2012:71) Suatu peristiwa memiliki nilai berita,

menentukan peristiwa apakah termasuk kedalam bagian tahap awal dari

proses kerja redaksional. Redaktur menentukan apa yang akan diliput,

reporter menentukan bagaimana cara meliputnya. Setelah seluruh materi

terkumpul, maka dilakukan proses penulisan dan juga penyuntingan

(editing), tahap terakhir selain dilakukan pengeditan, dilakukan juga

pemerkayaan terhadap berita.

Pernyataan dari Kusumaningrat tersebut sesuai dengan pernyataan

dari sumber data primer pertama, Kisdiantoro yang mengatakan, “pra

produksi memang seperti rapat, yang dilakukan sebelum hari H, setelah itu

kalau pada hari H liputan langsung dapat data dilapangan, maka pada hari

itu juga wartawan yang meliput peristiwa tersebut langsung

melaporkannya ke kantor via telpon atau gmail ke redaktur. Dan oleh

redaktur sendiri biasanya langsung dijadikan berita ataupun ada proses

editing terlebih dulu.

Dapat disimpulkan bahwa pemaknaan wartawan Tribun Jabar

mengenai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP adalah berjalan


129

dengan tidak kondusif, hal ini diperkuat dengan berita yang ditulis oleh

Widia Lestari yang berjudul (Tolak RKUHP dan UU KPK, Mahasiswa

Geruduk DPR) selaku wartawan Tribun Jabar, selain itu juga dilakukan

rapat redaksi sebelum melakukan liputan.

2) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai isu politik dalam

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Berdasarkan hasil wawancara tentang pemaknaan wartawan Tribun

Jabar mengenai pemaknaan wartawan Tribun Jabar terkait isu politik

dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ditemukan bahwa sumber data

primer pertama, kedua,ketiga dan juga keempat, menyatakan sepakat

bahwa dalam aksi mahasiswa tersebut ada muatan politiknya. Hal ini

diperkuat dengan hadirnya mahasiswa pendukung pengesahan RUU

KUHP.

Pendapat dari keempat sumber data primer ini merujuk pada fakta

bahwa aksi mahasiswa tersebut digelar sebagai bentuk penolakan dari para

mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia lantaran tidak setuju dan

menolak pengesahan RUU KUHP yang dibuat hanya sepihak saja oleh

pemerintah. Sementara, sumber data primer kedua, Lutfi dan juga

keempat, Tarsisius memaknai dari adanya dua kubu mahasiswa yang

bertolak belakang, antara penolak dan pendukung, tidak dapat dipungkiri

bahwa memang benar terdapat muatan politik didalamnya. Sumber data

primer kedua, Lutfi memaknai bahwa pasti ada muatan politik didalam
130

aksi tersebut, mahasiswa dari kubu pendukung seperti digiring begitu saja

untuk melakukan aksi bersamaan dengan mahasiswa penolak pengesahan

RUU KUHP.

Dapat disimpulkan bahwa pemaknaan wartawan Tribun Jabar

mengenai isu politik dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP adalah

benar bahwa memang ada muatan politik didalamnya, orang yang hanya

menyaksikannya lewat televisi pun bisa menilai sendiri. Hal ini diperkuat

dengan hadirnya mahasiswa yang mendukung pengesahan RUU KUHP

ditengah-tengah mahasiswa yang jelas-jelas menolak pengesahan RUU

KUHP. Aksi dari kedua belah pihak mahasiswa yang menolak dan

mendukung pun terlihat dan jelas bersamaan.

3) Pemaknaan wartawan Tribun Jabar mengenai definisi

independensi dalam meliput peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP

Berdasarkan hasil wawancara tentang pemaknaan wartawan Tribun

Jabar mengenai definisi independensi dalam meliput peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, ditemukan bahwa redaksi TribunJabar.id

menerapkan standar sesuai dengan peraturan UU Pers dan juga

berpedoman pada KEJ (Kode Etik Jurnalistik), termasuk juga berpedoman

pada media siber.

Dalam reportase Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, wartawan

Tribun Jabar mengaku bahwa tidak ada pihak manapun yang


131

mengintervensi, ataupun narasumber yang memberi amplop dan

sejenisnya. Sementara itu, dalam menjaga independensi, cara yang

dilakukan oleh wartawan Tribun Jabar adalah dengan selalu melakukan

cek dan recheck berita saat sedang dilapangan ataupun sebelum berita

dipublikasikan. Memberitakan sesuai dengan apa yang dilihat dilapangan

dengan disertai bukti-bukti penunjang lainnya seperti rekaman hasil

wawancara dari narasumber dan juga foto-foto peristiwa maupun foto

narasumber yang dimintai keterangan. Hal ini ditegaskan oleh sumber data

primer kedua, Lutfi bahwa Tribun Jabar selalu menerapkan KEJ. Apabila

wartawan Tribun Jabar melakukan pelanggaran, seperti menerima amplop,

maka dilakukan pemecatan. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh

Yunus.

Yunus (2009: 108), wartawan harus memelihara independensi

profesi dengan baik dan juga tidak menerima pemberian apapun dari

narasumber maupun pihak tertentu yang terkait dalam pemberitaan. Berita

yang ditulis oleh wartawan harus bebas dari pengaruh apapun.

Dalam menjaga independensi saat meliput peristiwa Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, sumber data primer pertama, Kisdiantoro

memaknai bahwa harus dilakukan cek dan recheck sekali lagi berita yang

ditulis dilapangan. Hal ini juga sama seperti yang ada dalam Kode Etik

Jurnalistik yang terdapat dalam pasal 3 bahwa menguji informasi berarti

melakukan check dan recheck tentang kebenaran informasi itu.


132

Sumber data primer ketiga, Putri memaknai memberitakan Aksi

Mahasiswa sesuai dengan apa yang dilihat fakta dilapangan dan juga

disertai dengan bukti penunjang lainnya seperti rekaman hasil wawancara

dengan narasumber dan juga foto-foto peristiwa maupun foto narasumber.

Sama halnya dengan sumber data primer ketiga, Putri sumber data primer

keempat, Tarsisius memaknai dalam membuat berita Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP harus sesuai dengan fakta yang ada dilapangan.

Pemaknaan sumber data primer ketiga, Putri dan sumber data

primer keempat, Tarsisius selaras dengan apa yang ada didalam Kode Etik

Jurnalistik Pasal 1 yang berbunyi: “Wartawan Indonesia bersikap

independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak

beritikad buruk”.

Menurut Yunus (2009: 108) wartawan harus mengutamakan

akurasi data dan juga informasi. Tidak semua data/informasi yang datang

dari satu sumber memenuhi keakurasian. Setiap informasi harus di cek

kebenarannya.

Dapat disimpulkan bahwa dalm meliput peristiwa Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP, wartawan Tribun Jabar selalu dibekali dengan

beberapa peraturan yang mengikat wartawannya, sehingga jika wartawan

melakukan pelanggaran, saat itu juga sanksi tegas diberlakukan. Untuk

menjaga independensi, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

mengecek berita yang telah ditulis baik saat dilapangan maupun saat berita
133

akan dipublikasikan. Hal tersebut dilakukan agar teruji kebenaran

informasi yang sesuai dilapangan.

3.4.3 Pengalaman Wartawan Tribun Jabar terhadap Independensi

Wartawan Media Online dalam Reportase Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP

Kusumaningrat (2012:78) menuturkan bahwa, “pengalaman

merupakan hal atau suatu kejadian yang dialami oleh seseorang”. Seorang

penari akan belajar banyak tentang menari bukan dengan membaca buku

tentang menari, tetapi dengan mengalami sendiri bagaimana cara menari.

Begitu juga dengan seorang wartawan, wartawan akan banyak belajar

menulis berita yang baik dan benar dengan langsung mengalami sendiri

bagaimana cara membuat berita yang baik dan benar.

Dalam penelitian ini, pengalaman wartawan Tribun Jabar terhadap

independensi dan keberimbangan serta objektifitas berita dalam Reportase

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP pada tanggal 23-24 September 2019

yang terjadi di Gedung DPR RI terdapat tiga kategori, yaitu pengalaman

wartawan Tribun Jabar dalam melakukan liputan Aksi Mahasiswa,

pengalaman terhadap hambatan pada saat melakukan liputan Aksi

Mahasiswa atau pada saat turun ke lapangan, dan juga pengalaman

wartawan Tribun Jabar dalam menjaga objektifitas dan juga

keberimbangan berita dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP.

Berikut uraian dari ketiga kategori tersebut, yaitu:


134

1) Pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari keempat

wartawan Tribun Jabar sebagai sumber data primer, terkait dengan

pengalaman sumber data primer dalam melakukan liputan Aksi

Mahasiswa di Gedung DPR RI, ditemukan bahwa pengalaman yang

dirasakan oleh sumber data primer kedua Lutfi, aksi mahasiswa

berlangsung ricuh dengan polisi. Pengalaman yang paling berkesan

menurut sumber data primer ketiga, Putri adalah ruas jalan dipenuhi

dengan mahasiswa yang menggunakan jas almamater yang berbeda-beda.

Sumber data primer keempat, Tarsisius merasa senang merasakan

rukunnya para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dengan

memakai almamater yang berbeda-beda dari tiap kampusnya. Secara garis

besar aksi mahasiswa itu berjalan dengan ricuh antara mahasiswa dan

Polisi.

Pengalaman yang dirasakan oleh wartawan Tribun Jabar pada saat

melakukan liputan Aksi Mahasiswa merupakan suatu fenomena yang

langsung dirasakan oleh wartawan Tribun Jabar. Hal ini sama seperti yang

diungkapkan oleh Munir.

Munir (dalam Kuswarno, 2009: 1) mengatakan bahwa, “fenomena

bukan yang terlihat secara kasat mata, tetapi ada dalam kesadaran dan
135

disajikan pula dengan kesadaran.” Atas dasar ini fenomenologi

mempengaruhi langsung pengalaman seseorang, selama pengalaman itu

berhubungan langsung dengan objek, dan objek akan ada dalam kesadaran.

Wartawan Tribun Jabar merasakan, bahwa pada saat melakukan

liputan aksi mahasiswa Tolak RUU KUHP merupakan hal yang nyata

(nampak). Wartawan Tribun Jabar merasa bahwa dirinya sedang

melakukan aksi tolak RUU KUHP tersebut bersama para mahasiswa.

wartawan Tribun Jabar mengumpulkan informasi serta data yang akan

dijadikan sebagai berita di media online, baik itu yang berbentuk berita,

video maupun artikel. Wartawan Tribun Jabar menjadikan mahasiswa dan

juga para ahli sebagai narasumber dalam pemberitaan.

2) Pengalaman wartawan Tribun Jabar mengenai hambatan dalam

meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP

Berdasarkan hasil penelitian terhadap wartawan Tribun Jabar

mengenai hambatan dalam melakukan liputan Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP, ditemukan bahwa hambatan yang dirasakan oleh wartawan

Tribun Jabar bermacam-macam. Menurut sumber data primer kedua, Lutfi

yang menghambat dalam Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP adaalah

tidak disediakannya tempat parkir, dan narasumber dijaga oleh banyak

mahasiswa saat akan dimintai keterangan.

Sumber data primer ketiga, Putri mengatakan bahwa tidak ada

hambatan yang berarti. Sumber data primer keempat, Tarsisius


136

mengatakan bahwa karena jumlah massa nya banyak dan terjadi kericuhan

dengan polisi, wartawan tidak bisa seenaknya dalam mewawancarai

narasumber, harus berhati-hati.

Analisis peneliti terhadap pengalaman wartawan Tribun Jabar

mengenai hambatan yang dirasakannya pada saat melakukan liputan Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP dilapangan, yakni yang dialami oleh

sumber data primer kedua, Lutfi merupakan hambatan teknis, yakni

sulitnya tempat parkir dan juga narasumber yang dihalang-halangi oleh

mahasiswa. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa yang datang ke

Gedung DPR RI dengan jumlah yang banyak dari berbagai daerah. Begitu

juga yang dirasakan oleh sumber data primer keempat, Tarsisius yang

merasa tidak leluasa dalam mewawancarai narasumber ditengah-tengah

keramaian massa.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Luar jaringan,

hambatan diartikan sebagai halangan, rintangan. Sedangkan untuk kata

teknik, dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Dalam jaringan,

teknik mengandung tiga makna, yaitu: (1) pengetahuan dan kepandaian

membuat sesuatu yang ada kaitannya dengan hasil industri (bangunan,

mesin), (2) cara kepandaian (membuat atau melakukan sesuatu yang

berhubungan dengan seni), (3) metode ataupun sistem untuk mengerjakan

sesuatu.
137

Dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dirasakan oleh wartawan

Tribun Jabar pada saat melakukan liputan Aksi Mahasiswa Tolak RUU

KUHP adalah hanya berupa hambatan teknis. Hal ini masih bisa diatasi

oleh wartawan Tribun Jabar dengan cara cerdas. Hambatan yang dialami

oleh wartawan Tribun Jabar masih dapat ditangani oleh dirinya sendiri,

agar tidak merepotkan oranglain.

3) Pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam menjaga objektifitas

dan keberimbangan berita dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengalaman wartawan Tribun

Jabar dalam menjaga objektifitas dan keberimbangan berita dalam meliput

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, ditemukan bahwa wartawan Tribun

Jabar berpedoman serta menjunjung tinggi KEJ (Kode Etik Jurnalistik) .

Seperti yang dikatakan oleh sumber data primer pertama, Kisdiantoro

bahwa berimbang merupakan suatu fakta yang tertulis, seorang jurnalis

harus bisa menyajikan keduanya kepada publik dengan bahasa yang

mudah dimengerti.

Seperti halnya yang dikatakan oleh sumber data primer kedua,

Lutfi yang berpendapat bahwa jika ada satu pihak atau organisasi yang

melakukan tudingan ke organisasi atau pihak lain, maka itu disebut

sebagai keberimbangan, maka wartawan juga wajib menyertakan

keterangan kedua belah pihak tersebut. Sementara itu, sumber data primer
138

keempat, Tarsisius menyebutkan bahwa dalam berita itu wartawan harus

bisa menjadi cover both side, maka harus di check dan recheck lagi, agar

keterangan yang diberikan oleh kedua belah pihak dapat disampaikan ke

publik.

Analisis yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengalaman

wartawan Tribun Jabar dalam menjaga keberimbangan dan objektifitas

berita dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, jawaban

sumber data primer sudah sesuai dengan yang ada pada KEJ (Kode Etik

Jurnalistik) yang terdapat di Pasal 1 dan Pasal 3, yaitu “Wartawan

Indonesia bersikap Independen, menghasilkan berita yang akurat,

berimbang dan tidak beritikad buruk.” Berimbang artinya semua pihak

mendapatkan kesempatan yang sama, sedangkan tidak beritikad buruk

artinya tidak ada niat yang sengaja dengan tujuan untuk merugikan salah

satu diantara kedua belah pihak.

Sedangkan Pasal 3 dalam KEJ (Kode Etik Jurnalistik) berbunyi

bahwa, “Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan

secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi,

serta menerapkan asas praduga tak bersalah.” Menguji informasi yang

melakukan pengecekan ulang tentang informasi tersebut. Sementara

berimbang adalah memberikan ruang serta waktu kepada narasumber dari

kedua belah pihak. Opini pribadi merupakan suatu pendapat pribadi

wartawan.
139

Peneliti menggunakan fenomenologi Alfred Schutz, dalam

menganalisis mengenai pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam

menjaga keberimbangan dan juga objektifitas berita Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP. Menurut Cuff, (dalam Kuswarno, 2009: 110), Schutz

setuju dengan pemikiran Weber terkait pengalaman serta perilaku manusia

(human being) dalam keseharian dunia sosial sebagai realitas yang

bermakna secara sosial (socially meaningful reality). Schutz menyebutkan

bahwa manusia yang berperilaku tersebut sebagai “aktor”. Seseorang akan

memahami (understand) saat melihat ataupun mendengar apa yang

dikatakan oleh aktor. Hal tersebut dalam dunia sosial merupakan sebuah

“realitas interpretatif” (interpretive reality).

Pengalaman wartawan Tribun Jabar pada saat meliput Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP merupakan sebuah raelitas yang bermakna

sosial, karena wartawan Tribun Jabar langsung berhubungan dengan

orang-orang disekitarnya atau massa (mahasiswa), terutama dengan

narasumber pada saat melakukan wawancara. Tindakan sosial pada saat

meliput Aksi Mahasiswa menciptakan pengalaman yang bermakna, karena

dilakukan dalam keadaan sadar tanpa adanya keterpaksaan dari orang lain.

Pengalaman dalam meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP ini

diceritakan oleh Kisdiantoro selaku Redaktur Tribun Jabar, untuk

kepentingan penelitian ini melalui wawancara.

Dapat disimpulkan bahwa pengalaman wartawan Tribun Jabar

dalam menjaga objektifitas serta keberimbangan dalam berita Aksi


140

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, yaitu wartawan Tribun Jabar telah

menjalankan profesinya sebagai wartawan sesuai Kode Etik Jurnalistik

yang terdapat di Pasal 1 dan Pasal 3. Seperti dalam teori fenomenologi

Alfred Schutz, pengalaman wartawan Tribun Jabar adalah realita yang

bermakna sosial (socially meaningful reality). Hal ini dapat terjadi karena

wartawan Tribun Jabar meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP dalam

keadaan sadar serta berhadapan langsung dengan massa Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan juga saran dari analisis data

serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan di bab sebelumnya.

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa TribunJabar.id sebagai salah satu media online

terpopuler di Jawa Barat dan juga nasional, selalu menjaga akurasi dalam

pemberitaannya. Hal ini menjadi tolak ukur dan juga keharusan wartawan

Tribun Jabar untuk selalu independen dalam meliput peristiwa apapun,

terutama Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP.

Fokus penelitian ini merujuk kepada tiga aspek, yaitu pemahaman,

pemaknaan dan pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam reportase Aksi

Mahasiswa Tolak RUU KUHP, yang penulis simpulkan diantaranya

sebagai berikut:

1. Dalam memahami independensi, wartawan Tribun Jabar

memahaminya sebagai kewajiban yang harus melekat dalam

idealismenya, mempunyai tujuan atau visi misi yang sama dengan

media tempatnya bekerja, dimanapun dan kapanpun wartawan tetaplah

seorang wartawan yang tidak boleh ada ikatan politik didalamnya,

tidak boleh terikat oleh partai manapun juga, dan tidak boleh tergiur

141
142

oleh pemberian amplop ataupun berupa hadiah lainnya, karena hal

tersebut dapat mempengaruhi isi berita.

2. Wartawan Tribun Jabar memaknai peristiwa Aksi Mahasiswa Tolak

RUU KUHP sebagai peristiwa yang ricuh dan juga tidak kondusif,

dengan bentrokan yang terjadi antara mahasiswa dan polisi dan juga

dengan hadirnya mahasiswa lain yang mendukung pengesahan RUU

KUHP yang datang begitu saja dan melakukan aksi berbarengan

dengan mahasiswa yang menolak pengesahan RUU KUHP.

3. Pengalaman wartawan Tribun Jabar dalam meliput Aksi Mahasiswa

Tolak RUU KUHP bermakna sosial, karena wartawan Tribun Jabar

berhubungan dengan massa atau para mahasiswa, dalam liputannya

wartawan Tribun Jabar menemukan beberapa hambatan, seperti

narasumber yang dihalang-halangi oleh para mahasiswa. Secara

keseluruhan dalam menjaga keberimbangan serta objektifitas berita,

pengetahuan dan pengalaman wartawan Tribun Jabar cukup mumpuni

dan selalu berpedoman pada KEJ (Kode Etik Jurnalistik) dan juga

pedoman media siber.


143

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, berikut ini saran untuk lembaga

ataupun pihak-pihak terkait, diantaranya:

Pertama, bagi pengajar di jurusan ilmu komunikasi khususnya

konsentrasi jurnalistik UIN Bandung, kiranya hasil penelitian ini dapat

memberikan penguatan dalam kajian terkait kode etik jurnalistik dalam

mata kuliah yang berkaitan dengan kejurnalistikan agar mampu

menghasilkan para calon wartawan yang unggul, independen dalam

menulis berita ataupun melaprkan sebuah peristiwa.

Kedua, bagi mahasiswa jurnalistik UIN Bandung yang akan

melakukan penelitian dengan membahas hal serupa dan juga

menggunakan metode yang sama, diharapkan penelitian ini dapat

bermanfaat dan menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa yang sama

dalam tema penelitiannya.

Adapun kekurangan atau kelemahan dalam penelitian ini yaitu

hanya terfokus pada pemahaman, pemaknaan dan juga pengalaman

wartawan saja dengan metode penelitian fenomenologi dalam kurun waktu

dua bulan saja, sehingga data yang dihasilkan sedikit. Diharapkan

kedepannya ada studi lain yang lebih komprehensif mengenai

independensi wartawan yang dapat dilihat dari berbagai aspek.


DAFTAR PUSTAKAs

Moleong, Lexy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya

Kuswarno, Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi,

Bandung: Widya Padjadjaran

Musfialdi (2019). Independensi Media: Pro Kontra Objektivitas dan Netralitas

Pemberitaan Media. Dalam Jurnal Riset Komunikasi, 2(1), 21-28

Sumadiria, A. S. H. (2005). Jurnalistik Indonesia. Menulis Berita dan Feature.

Panduan Praktik Jurnalis Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Darmanto. (2015). Urgensi Perubahan Kebijakan untuk Penegakkan Independensi

Media di Indonesia. Jurnal Komunikasi, 10(1), 29-39

Dewan Pers. (2017). Buku Saku Wartawan, Jakarta Pusat: Dewan Pers

Ahmad. (2012). Jurnal Mimbar, Vol XXVIII No.(1)-116

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Dasrun Hidayat. (2015). Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita. Jurnal

Komunikasi ASPIKOM , 2 (5), 295-303

Raisa Januarti. (2012). Konstruksi Pemberitaan Brankas Nazaruddin Dalam

Laporan Utama Majalah Tempo. eJurnal Mahasiswa Universitas

Padjadjaran Vol No.1

144
145

O Hasbiansyah. (2005). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian

dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Jurnal Mediator, Vol.9. No.1 Juni 2008

Darajat Wibawa. (2012). Meraih Profesionalisme Wartawan. Jurnal Mimbar Vol.

XXVIII, (113-122)
146

LAMPIRAN

SURAT PENGANTAR PENELITIAN


147

DAFTAR WAWANCARA

(Seputar Profil Tribun Jabar.id)

1. Bagaimana Sejarah Media Online Tribun Jabar?

Media online Tribun Jabar sudah ada sejak tahun 2008. Pada waktu itu

media online belum sebuming sekarang di era digital, dan pada tahun 2008

tersebut lebih memindahkan dari media cetak ke media online. Adanya

media online sendiri adalah untuk memudahkan akses para pembaca koran

Tribun Jabar, serta sebagai sarana pemasaran untuk memperkenalkan

Tribun Jabar kepada khalayak.

2. Apa pencapaian terbesar Media Online Tribun Jabar?

TribunNews yang merupakan portal berita Nomor.1 di Indonesia pernah

mengalahkan Google dalam pencarian berita.

3. Kenapa Tribun bisa ada di daerah mana saja, bagaimana proses

memulainya?

Tribun hadir diseluruh daerah Indonesia, di bawah Tribun Network,

Tribun akhirnya meluas hampir ke seluruh daerah yang ada di Indonesia.

Tribun ada dimana saja untuk memberikan berita yang informatif dari

setiap daerahnya dengan kualitas yang terbaik.

4. Berasal darimanakah wartawan Tribun Jabar, dan seperti apa latar

belakangnya?

Meskipun namanya Tribun Jabar, tapi wartawan didalamnya tidak semua

berasal dari Jawa Barat, banyak juga wartawan dari daerah lain, seperti

Medan, NTB, dan Yogyakarta.


148

(Seputar Independensi Wartawan)

1. Apakah wartawan merasa terbebani dengan harus bahkan wajibnya untuk

selalu independen?

Sama sekali tidak terbebani, karena kalau sudah menjadi panggilan hati

nurani, ya nyaman-nyaman saja, tidak merasa berat.

2. Seperti apa independensi dalam profesi sebagai wartawan?

Wartawan dimanapun dirinya berada, harus profesional dengan selalu

memegang dan menerapkan independensi, hilangkan atribut-atribut yang

melekat dalam dirinya saat bertugas, dan harus selalu di ingat wartawan itu

netral.

3. Seperti apa independensi dalam meliput sebuah peristiwa?

Saat dilapangan dan meliput peristiwa, wartawan jangan memihak kepada

salah satu diantaranya. Contohnya peristiwa kebakaran, karena wartawan

lebih kasihan kepada korban, jadi wartawan lebih memberitakan kerugian

yang dialami oleh korban, dan semacamnya. Harus berimbang, dalam

menulis beritanya pun harus berimbang, karena wartawan itu netral.

4. Apakah pernah ada wartawan Tribun Jabar yang melanggar independensi

ataupun Kode Etik Jurnalistik?

Sejauh ini tidak pernah ada wartawan yang melanggar, kalau memang ada,

pasti di sanksi berat dan langsung dikeluarkan dari sini.


149

(Seputar Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP)

1. Bagaimana saat meliput Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP?

Saat melakukan liputan ya seperti biasanya, cuman untuk hal-hal aksi

ataupun demo seperti ini, selalu diadakan rapat redaksi sebelumnya, siapa

saja wartawan yang ditugaskan untuk melakukan liputan. Saat meliput

Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, karena kejadian aksi tersebut sama

sekali tidak kondusif, apalagi sampai terjadi bentrokan mahasiswa dengan

Polisi, dengan TNI juga, wartawan diwajibkan untuk menggunakan APD

agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Seperti apa hambatan-hambatan yang ditemui saat melakukan liputan?

Sebenarnya tidak ada hambatan yang berarti, hanya saja sedikit terganggu

dengan tidak disediakannya lahan parkir saat aksi berlangsung.

3. Bagaimana agar berita berimbang?

Tampilkan kedua pernyataan dari narasumber yang berbeda, jangan hanya

menampilkan salah satunya saja. Perkuat dengan data dan juga fakta serta

dokumentasi dari hasil liputan di lapangan, agar tidak terkesan asal-asalan

dan ngambil begitu saja dari situs berita media lain, ataupun wartawan

yang lain.

4. Apa yang ditangkap atau dimaknai dalam peristiwa tersebut?

Dalam aksi mahasiswa yang terjadi pada 23-24 September 2019, sedikit

mengingatkan aksi mahasiswa yang terjadi pada tahun 1998, cuman

bedanya pada tahun 1998 massa nya lebih banyak. Tapi dibalik aksi
150

tersebut, memaknainya sebagai betapa dahsyatnya suara dari mahasiswa di

tiap daerahnya hingga tergabung dalam satu seruan yang sama.

5. Bagaimanakah proses pada saat melakukan Reportase dilapangan?

Harus ada tim pastinya, minimal 2 orang dengan kameramen. Bisa saja

dilakukan sendiri, cuman hasilnya tidak akan sebagus hasil saat dengan

tim. Karena kan reportase yang dilakukan dilapangan itu live, pasti selalu

ada persiapan dulu sebelum melakukannya.

6. Apakah ada ancaman atau semacam teror dari oknum tertentu saat meliput

Aksi Mahasiswa?

Tidak, sama sekali tidak ada ancaman apapun dan dari siapapun.

7. Seperti apa proses penulisan berita agar cepat untuk dipublikasikan?

Saat liputan dilapangan, data-data yang didapat dan sudah ditulis langsung

dikirim lewat email ataupun agar lebih jelas lagi bisa via telepon kepada

redaktur, nanti oleh redaktur diolah dan diedit menjadi berita ataupun

langsung dipublikasikan.

8. Bagaimana kalau ada data yang salah atau keliru?

Sejauh ini tidak pernah ada kejadian seperti itu, karena kami selalu cek dan

recheck berita saat sedang diedit dan dalam proses publikasi nya, seperti

penambahan-penambahan istilah dalam ilmu pengetahuan, dan lain

sebagainya, agar beritanya sarat akan informasi. Tapi seharusnya data

yang salah ataupun keliru selalu terbaca, dan akan dilakukan proses

editing, karena media online kan gampang, jika berita sudah

dipublikasikan pun masih bisa ditarik ataupun diedit, beda dengan media
151

cetak. Tapi saya tidak pernah mendengar juga ada kejadian media cetak

yang beritanya ditarik lagi karena salah dalam data, adapun yang di bredel

dan ditarik rata-rata bukan karena salah dalam data.


152

FOTO

Anda mungkin juga menyukai