Anda di halaman 1dari 141

Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi

( Studi Deskriptif pada Majalah Sunda Mangle)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial


Pada Jurusan Ilmu Komnikasi Program Studi
Jurnalistik
Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Uin Sunan Gunung
Djati Bandung

Oleh :
Lia Julyanti
1164050089

BANDUNG
2021 M / 1443
LEMBAR PERSETUJUAN

MANAJEMEN REDAKSIONAL MEDIA LOKAL DI ERA DISRUPSI

( Studi Deskriptif pada Majalah Sunda Mangle )

Oleh:
Lia Julyanti
NIM. 1164050089

Menyetujui,

Pembimbing I
Pembimbing II

Dr.H. Enjang AS,M.Ag, M.Si,


NIP. 196808141995031003 Dr. H. Dono Darsono,ss.,M.Ag
NIP.196609202009101001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program


Ilmu Komunikasi Studi Jurnalistik

Dr. H. DarajatWibawa, Drs.EnjangMuhaemin, M.Ag.


M.Si NIP. NIP. 196806062007011073
196907072005011003

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “MANAJA REDAKSIONAL MEDIA LOKAL DI ERA

DISRUPSI (Studi Deskriptif Majalah Sunda Mangle)”, telah

dipertanggungjawabkan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri SunanGunung Djati Bandung pada tanggal

…. Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik

Bandung,…. Desember 2021

Sidang Munaqasah

Majelis…

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

.............................................. ...................................................

Mengetahui,

Penguji I Penguji II

..................................................... ....................................................

ii
ABSTRAK

Lia Julyanti. Manajemen Redaksional Media Lokal di Era Disrupsi ( Studi


Deskriptif pada Majalah Sunda Mangle). Semakin berkembangnya tekonologi
informasi dan komunikasi semakin membuat maraknya persaingan industri media
masa sebagai sarana komunikasi massa. Untuk membentuk suatu media massa
yang berkualitas dan dapat bertahan serta bersaing dengan media massa lainnya
diperlukan pengelolaan manajemen redaksi yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan manajaemen
redaksi Majalah Sunda Mangle dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan atau pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi agar mampu
bertahan dan dapat bersaing dengan media-media baru di era disrupsi ini.
Penelitian ini didasari oleh Konsep manajemen yaitu konsep POAC. POAC yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, serta pengawasan
dan evaluasi. Manajemen itu sangat penting dalam membentuk suatu media
karena dengan adanya pengelolaan manajemen redaksi yang baik maka semua
yang menjadi keinginan berjalan dengan lancar, terarah dan sesuai dengan apa
yang telah ditentukan sebelumnya. .
Metode yang digunakan dengan menggunakan studi kualitatif yang berfokus pada
pemaparan peristiwa dan tidak menjelaskan ataupun mencari hipotesis ataupun
membuat prediksi dan penelitian ini digunakan pada pendekatan penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan studi pustaka/dokumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan manajemen redaksional Majalah
Sunda Mangle berjalan dengan baik sesuai konsep POAC. Perencanaan diawali
dengan pembuatan rancangan dan rapat redaksi. Rapat redaksi berisi tentang
penentuan-penentuan langkah apa yang akan selanjutnya dilakukan.
Pengorganisasian Majalah Sunda Mangle seperti organisasi di media pada
umumnya dengan melakukan job desk masing-masing sesuai dengan tugasnya.
Penggerakan dan pelaksanaan Majalah Sunda Mangle teratur dan terarah sesuai
ilmu jurnalistik. Pengawasan dan evaluasi Majalah Sunda Mangle dilakukan
dengan sangat baik karena Mangle mampu memberikan strategi khusus untuk
menghadapi era disrupsi ini.

(Kata Kunci: Manajemen, Redaksional, Media Lokal, Era Disrupsi, Mangle)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt yang telah

memberi kenikmatan, keberkahan serta kemudahan sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan Skripsi Penelitian

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung dengan judul penelitian “Manajemen Redaksional Media

Lokal di Era Disrupsi. ( Studi Deskriptif pada Majalah Sunda Mangle) .”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tentunya banyak menemukan kendala dan

hambatan. Akan tetapi berkat bimbingan, dukungan dan pengarahan dari berbagai

pihak akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini, izinkan penulis

memberikan ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan memberikan doa, dorongan serta motivasi yang tidak henti-

hentinya kepada penulis. Ucapan tersebut penulis haturkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis

2. Bapak Prof Dr. H. Mahmud, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sunan Gunung Djati Bandung.

iv
3. Bapak Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi beserta jajarannya

4. Bapak Dr. H. Darajat Wibawa, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu

Komunikasi dan jajarannya.

5. Bapak Drs.EnjangMuhaemin, M.Ag. selaku ketua program studi

Jurnalistik dan jajarannya.

6. Bapak Dr.H. Enjang As, M.Ag, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi I

yang selalu sabar membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini

7. Bapak Dr. H. Dono Darsono,ss.,M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi II

yang selalu sabar membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Ensa Wiarna selaku pemimpin redaksi Majalah Sunda Mangle

yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Unay Sunardi selaku dewan redaksi Majalah Sunda Mangle yang

ikut serta membimbing penulis dan memberi dukungan kepada penulis.

10. Bapak Yadi Afitrah Karyadipura yang sudah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian ini.

11. Kedua Orang Tua dan segenap keluarga yang selalu memberikan Doa dan

dukungan yang tiadak henti berupa penulis berupa dukungan materi

kepada penulis. Serta saudara perempuan penulis yakni Vivin Pibrianty,

Desri Mulyati dan Ade Iis Istiqomah yang selalu memberikan semangat

v
dan dukungan, selalu mendengarkan keluh kesah penulis sampai penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Dan tidak lupa kepada Isma Lukita Noviyantini, Ilmareta Dwi Pratiwi

dan kawan-kawan seperjuangan yang lainnya telah memberikan semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya

masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan

umunya bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Penyusun,

Bandung, 01 Desember 2021

Lia Julyanti

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................7
1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................................... 8
1.4.1 Kegunaan Akademis................................................................................8
1.4.2 Kegunaan Praktis.....................................................................................8
1.5 Landasan Pemikiran..........................................................................................9
1.5.1 Hasil Penelitian Sebelumnya...................................................................9
1.6 Landasan Teoritis............................................................................................16
1.6.1 Kerangka Konseptual.............................................................................18
1.7 Langkah-langkah Penelitian............................................................................27
1.7.1 Lokasi Penelitian...................................................................................27
1.7.2 Paradigma dan Pendekatan....................................................................28
1.7.3 Jenis Penelitian......................................................................................29
1.7.4 Metode Penelitian..................................................................................29
1.7.5 Sumber Data Penelitian.........................................................................30
1.7.6 Teknik Pengumpulan Data....................................................................31
1.7.7 Teknik Analisis Data.............................................................................34
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................36

vii
2.1 Manajemen dan fungsi Manajemen................................................................36
2.1.1 Pengertian Manajemen menurut para ahli.............................................36
2.1.2 Tujuan Manajemen................................................................................38
2.2 Redaksi............................................................................................................40
2.2.1 Pengertian Redaksi................................................................................40
2.2.2 Jabatan Bidang Redaksi beserta tugasnya.............................................41
2.3 Manajemen Redaksional.................................................................................45
2.3.1 Pengertian Manajemen Redaskional......................................................45
2.3.2 Fungsi Manajemen Media Cetak...........................................................46
2.4 Media Lokal....................................................................................................50
2.5 Era Disrupsi.................................................................................................... 52
2.6 Majalah Sunda................................................................................................ 56
2.7 Konsep POAC.................................................................................................57
BAB III HASIL PENELITIAN.............................................................................61
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................................61
3.1.1 Sejarah Singkat dan Profil Majalah Sunda Mangle...............................61
3.1.2 Struktur Organisasi Majalah Sunda Mangle..........................................71
3.1.3 Logo Majalah Sunda Mangle.................................................................73
3.1.4 Profil Informan......................................................................................74
3.2 Hasil Penelitian...............................................................................................76
3.2.1 Perencanaan Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle pada Era
Disrupsi...........................................................................................................77
3.2.2 Pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle pada Era
Disrupsi...........................................................................................................80
3.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan Manajemen Redaksi Majalah Sunda
Mangle pada Era Disrupsi..............................................................................86
3.2.4 Pengawasan dan Evaluasi Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle
pada Era Disrupsi............................................................................................93
3.3 Pembahasan.....................................................................................................96
3.3.1 Pembahasan Perencanaan Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle
pada Era Disrupsi............................................................................................97

viii
3.3.2 Pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle pada Era
Disrupsi.........................................................................................................103
3.3.3 Penggerakan Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle pada Era
Disrupsi.........................................................................................................106
3.3.4 Pengawasan dan Evaluasi Manajemen Redaksi Majalah....................111
Sunda Mangle pada Era Disrupsi.................................................................111
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................118
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 118
4.2 Saran..............................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................120
LAMPIRAN.........................................................................................................124

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.................................................................................................................12

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1…...........................................................................................................67

Gambar 2…...........................................................................................................74

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Semakin berkembangnya tekonologi informasi dan komunikasi semakin

membuat maraknya persaingan industri media masa sebagai sarana

komunikasi massa. Media massa memang sangat membantu dalam kehidupan

manusia untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan informasi

dalam volume yang relatif besar. Dampak dari ketatnya persaingan indusri

media massa tersebut menimbulkan era baru, yaitu era disrupsi. Menurut

KBBI, disrupsi merupakan hal tercab``ut dari akarnya. Di dalam kehidupan

sehari-hari bisa disebut juga perubahan ``yang mendasar.

Seperti yang kita tahu, dalam dunia kejurnalistikan dan media massa awal

sejarahnya yaitu berawal dari media cetak. Namun setelah adanya era

disrupsi ini memunculkan media-media baru yaitu media elektronik ( Televisi

dan radio) dan sekarang semakin berkembang dengan adanya media online

serta media sosial yang dapat membagikan suatu berita yang berasal dari

berbagai sumber pada dunia maya.

Hal ini mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa menikmati hasil

karya jurnalistik seperti berita dari koran, radio maupun televisi memilih

suatu informasi atau hasil jurnalistik dari media online bahkan dari media

sosial yang belum tentu jelas bahwa berita tersebut valid atau tidak. Namun

pada dasarnya media-media massa besar telah mengikuti hal tersebut dan

1
2

memiliki media onlinenya masing-masing. Hal ini yang menimbulkan suatu

permasalahan terhadap banyak media massa khususnya pada media cetak,

apakah media cetak tersebut dapat bertahan mengikuti arus disrupsi atau

tidak.

Media cetak seperti majalah, Koran dan surat kabar dapat memberikan

segala informasi yang sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar kita. Di

daerah Jawa Barat sendiri, media cetak sunda sudah berkembang sejak lama,

bahkan pada 1920-an Kota Bandung sudah memiliki koran atau surat kabar

yang bernuansa dan berbahasa sunda yaitu “Sora-Merdika” atau surat kabar

“Soenda-Berita. Pada saat Jepang menguasai Indonesia, semua koran yang

terdapat di Bandung dan Jawa Barat tidak beroperasi lagi. Semua menjadi

satu kesatuan menjadi surat kabar “ Tjahaja”. Setelah kekuasaan Jepang

berhenti, di Bandung terdapat surat kabar dan Koran bernama Soeara

Merdeka yang pemimpinnya adalah Burhanudin.

Setelah Indonesia merdeka, mulai banyak surat kabar dan Koran yang ada

di beberapa daerah Jawa Barat seperti Surat kabar Sinar Majalengka (1948) di

Majalengka, Surat kabar Warga (1954) di Bogor, Surat kabar Kalawarta

Kudjang (1956) di Bandung. Ajip Rosidi menerbitkan Majalah Sunda

Mangle pada awal tahun 1960. Untuk pertama kalinya, Majalah sunda

Mangle terbit di Bogor pada tahun 1957. Kemudian pindah ke Bandung pada

penghujung tahun 1962.

Media cetak di Indonesia memang masih sangat berkembang misalnya di

Kota Bandung. Ada banyak media cetak yang masih beroperasi yaitu Pikiran
3

Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Ekspress dan masih banyak lagi.

Namun untuk media cetak berbahasa Sunda sudah sangat jarang ada yang

masih beroperasi sampai sekarang.

Media cetak sunda adalah media penyampai informasi berbentuk tulisan

dan menggunakan Bahasa Sunda yang memiliki manfaat untuk kepentingan

masyarakat umum. Ada cukup banyak media cetak berbahasa Sunda yang

sempat beroperasi di Kota bandung diantaranya Kalawarta Kudjang,

Gondewa, Giwangkara, Galura ( grup dari Pikiran Rakyat) dan Majalah

Sunda Mangle.

Kalawarta Kudjang merupakan Koran Harian Sunda (No. 1 Taun ka-I,

Jumaah, 31 Maret 2006/1 Rabi’ul Awal 1427 H/Sukra, 9 Posya Paropoek,

1942 Caka) yang memiliki visi Ngajaga Lembur, Akur jeung Dulur, Panceg

‘na Galur. Sedangkan Koran Giwangkara memiliki visi Ningkatkeun Ajen

Sunda (No.2464 Taun Ka-27 Minggu Ka Opat April 2000). Tabloid Galura

adalah media cetak dibawah kepengurusan Pikiran Rakyat yang memiliki visi

Cageur Bageur Bener Pinter Singer (Minggu Ii Agustus 2000 Nomer 19 –

Taun Ka-12). Dan Majalah Mangle memiliki visi Sukaning Indriya

Gapuraning Rahayu (No. 1799 22-28 Pebruari 2001).

Namun semakin berkembangnya zaman, beberapa media cetak sunda yang

ada di Bandung mengalami penurunan. Satu persatu media cetak Sunda

tersebut hilang dan tidak aktif lagi sampai sekarang. Apalagi surat kabar

Kalawarta kudjang, Gondewa dan Giwangkara sudah vacum bertahun-tahun

yang lalu. Sedangkan untuk Galura yang termasuk grup dari Pikiran Rakyat
4

saja yang media cetaknya masih aktif sampai sekarang, terakhir aktif yaitu

pada tahun 2018 lalu. Lain halnya dengan Majalah Sunda Mangle, mereka

masih aktif dari sejak 62 tahun yang lalu sampai sekarang, bahkan sudah

memiliki media online sendiri yaitu mangle-online.com yang tetap bertahan

dengan bahasa yang sama yaitu Bahasa Sunda. Dengan cara tersebut Majalah

Sunda Mangle dapat mempromosikan bahasa dan budaya orang Sunda yang

kini kian tergantikan oleh budaya asing/luar.

Masyarakat Jawa Barat harus bangga karena Majalah Mangle masih

memiliki konsisten terbit dengan menggunakan Bahasa Sunda sehingga bisa

memanfaatkannya untuk mempromosikan budaya asli Sunda yang ada di

Jawa Barat yang sudah mulai terkikis oleh budaya lain.

Majalah Manglé membuat strategi dalam melestarikan budaya Sunda yaitu

dengan selalu mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya majalah

Sunda yang masih bertahan sampai saat ini. Karena kebudayaan Sunda tidak

akan pernah hilang oleh orang Sunda itu sendiri. Sehingga Manglé selalu

memunculkan strategi-strategi baru dalam mempertahankan eksistensinya di

era Disrupsi ini. Manglé juga menjadi majalah yang sehat karena dalam

isinya selalu mengandung unsur-unsur pendidikan dan kebudayaan Sunda.

Dalam sejarah media bahasa Sunda, Manglé termasuk paling eksis.

Manglé terbit pertama kali pada tanggal 21 Oktober 1957 di Bogor dengan

oplag 500 eksemplar. Namun edisi perdananya sendiri baru diedarkan tanggal

21 November 1957, itupun dibagikan secara gratis. Tanggal 21 Nopember

itulah yang kemudian ditetapkan sebagai titimangsa (hari kelahiran) Manglé.


5

Di usianya sampai sekarang, Manglé mampu bertahan hingga kini dengan

oplag 10.000 eksemplar.

Majalah Manglé bisa bertahan sebagai media lokal hingga saat ini karena

mempunyai visi untuk menjadi kebanggan orang Sunda seumur hidup.

Adapun misinya adalah untuk menjadi media komunikasi orang-orang Sunda

sampai akhir zaman, menjaga dan melestarikan budaya Sunda dengan

berbagai kalangan etnis lainnya. Meskipun pers Sunda saat ini semakin

tergeser karena adanya pers nasional yang semakin maju. Namun hal tersebut

tidak mengalahkan majalah Manglé untuk tetap bertahan memberikan

informasi lokal menggunakan bahasa Sunda kepada masyarakat. Saat ini

masyarakat Jawa Barat yang berlangganan majalah Manglé semakin sedikit.

Masyarakat lebih tertarik pada media nasional dibandingkan media lokal.

Apalagi saat ini banyak media nasional yang beralih dari cetak ke online.

Sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat.

Berdasarkan pengamatan, Majalah Manglé memiliki kelebihan diantara

Majalah Sunda lainnya yaitu mampu tetap eksis sampai sekarang karena

memiliki visi membumikan budaya suku Sunda di tanah air Sunda. Mangle

adalah media yang berbahasa sunda dan misinya tidak terlepas dari

kepentingan Sunda. Meskipun di era disrupsi ini lembaga Pers Sunda sudah

semakin kalah dengan lembaga pers nasional, Mangle masih akan terus

berkembang meskipun pasti ada kelemahan dan kelebihannya.

Untuk bisa menjadi media Sunda yang bisa bertahan ditengah era disrupsi

ini, tentu dibutuhkan strategi pengaturan yang baik agar majalah Manglé bisa
6

tetap mempertahankan eksistensinya. Pengaturan tersebut dilakukan dalam

bentuk manajemen.

Dalam media massa, manajemen tersebut mencakup dua bidang, yaitu

manajemen bidang redaksi dan manajemen bidang usaha (pemasaran, iklan,

dan percetakan). Semua memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda

namun tujuannya tetap sama yaitu menyukseskan jalannya penerbitan.

Untuk itu sebuah manajemen pers sangatlah penting, sehingga mampu

menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem kerja yang proporsional

diantara sesame anggota.

Penerapan manajemen redaksional yang tepat dalam kegiatan pers dapat

memberikan solusi dengan mengetahui sejauh mana keberhasilan kekuatan

dan kelemahan sebelumnya kea rah yang lebih baik sehingga kegiatan pers

tersebut akan lebih terorganisir secara efektif dan efesien.

Merujuk dari persoalan itu, peneliti ingin mengetahui dan melakukan

penelitian tentang bagaimana strategi manajemen redaksional seperti

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan atau penggerakan dan

pengawasan Majalah Sunda Mangle dalam menghadapi era disrupsi.


7

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang, fokus penelitiannya adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perencanaan Penerapan perencanaan Manajemen Redaksi

Majalah Sunda Mangle pada era disrupsi?

2. Bagaimana pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda

Mangle pada era disrupsi?

3. Bagaimana pelaksanaan program berita Manajemen Redaksi Majalah

Sunda Mangle pada era disrupsi?

4. Bagaimana pengawasan Manajemen Redaksional Majalah Sunda Mangle

dalam menghadapi era disrupsi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Penerapan perencanaan Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle pada

era disrupsi

2. Tahapan pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle

pada era disrupsi

3. Pelaksanaan produksi berita Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle

pada era disrupsi

4. Pengawasan dan kontrol Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle di

era Disrupsi
8

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis yang peneliti harapkan yaitu :

a. Penulis mengharapkan dari penelitian ini menjadi rujukan bagi para

penulis selanjutnya yang mengambil tema yang sama.

b. Melalui hasil penelitian ini peneliti mengharapkan dapat membantu

dan mempermudah data peneliti lain dalam memperkuat penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan Praktis yang peneliti harapkan yaitu ::

1. Bagi Penulis

a. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan manajemen redaksional yang luas

serta mendalam khususnya terkait dengan tema penelitian yang

diangkat yaitu Manajemen redaksional, media lokal, dan Era

Disrupsi.

b. Melalui hasil penelitian ini penulis dapat mengaplikasikan teori-

teori dan konsep-konsep redaksional sebagaimana yang diangkat

dalam topik penelitian.

c. Penulis berharap melalui penelitian ini, dapat memberikan arahan

jika hendak akan mulai terjun ke dunia kerja khusunya di bidang

Jurnalistik sehingga penulis dapat terarah nantinya.


9

2. Bagi Perusahaan

a. Melalui hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat dijadikan

bahan perbaikan bagi Manajemen redaksional Majalah Mangle

sehingga memberikan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

b. Melalui hasil penelitian ini penulis berharap Manajemen

redaksional Majalah Mangle dapat semakin meningkatkan

kualitasnya, dan mempertahankan eksistensinya.

1.5 Landasan Pemikiran

1.5.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil pencarian penulis dapat diketahui bahwa ada

beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan penulis diantaranya :

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Reni Nurani Putri Habibi

(2010) dengan judul “Manajemen Redaksi Harian Republika dalam

Menghadapi Persaingan Industri Media Cetak”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Republika adalah media cetak yang memiliki

karakteristik yang berbeda dari koran-koran lainnya. Karakteristik yang

menonjol meliputi Republika adalah media cetak pertama yang dapat

memberikan aspirasi bagi umat beragama Islam.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh M. Irfan Fazrsyansyah dkk

(2014) dengan judul “Manajemen Redaksional pada Harian Umum

Radar Cirebon”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

(1) Tahap perencanaan pada bidang redaksional Surat Kabar Radar


10

Cirebon telah berjalan cukup lancar, karena rutin melaksanakan

rapat perencanaan liputan.

(2)Tahap pengorganisasian manajemen redaksional Surat Kabar Radar

Cirebon dalam membentuk struktur organisasi.

(3)Tahap penggerakan adalah tahapan dimana proses pengelolaan

materi

(4) Tahap pengawasan dilakukan dengan memberikan arahan kepada

wartawan.

Ketiga, Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Emanuel Bambang

Kurniatmoko (2016) dengan judul “Strategi Manajemen Redaksional

Dalam Proses Pembuatan Berita Lokal (Studi di Harian Pagi Tribun

Jogja)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1) Perencanaan dilakukan oleh pemimpin redaksi, wartawan dalam hal

pemilihan berita untuk setiap edisinya

2) Tahap pengorganisasian dilakukan pembagian tugas. Pembagian

tugas tersebut ditujukan untuk memberikan masing-masing pekerja

tanggung jawab sesuai dengan keahlian masing-masing.

3) Tahap penggerakan, pemimpin redaksi Harian Pagi Tribun Jogja

memberikan pengarahan kepada karyawannya.

4) Dalam kegiatan di bidang redaksional Harian Pagi Tribun Jogja

mendapatkan pengawasan yang ketat.


11

Keempat, Iim Halimatussa'diyah melakukan penelitian dengan judul

"Manajemen Redaksi Pers Islam (Studi Terhadap Majalah Muslimah)".

Penelitiannya menjelaskan tentang manajemen redaksi sebagai aspirasi

remaja putri. hasil penelitiannya menjelaskan bahwa manajemen

redaksi yang dilakukan majalah Muslimah adalah sebagai media

dakwah mampu memberikan inovasi baru dalam mengembangkan,

mengelola pers kepada khalayak.

Kelima, Muhammad Fuad Asrori melakukan penelitian berjudul

“Manajemen Redaksi Surat Kabar Dwi Mingguan Lentera di Ngawi”.

Penelitian ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan media pers agar

lebih baik, dilakukan dengan melakukan penerapan fungsi-fungsi

manajemen
12

Tabel 1. Matriks sebelumnya

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan

dan Tahun Penelitian Penelitian

1 Reni Nurani Manajemen Metode Republika adalah media cetak yang memiliki Persamaan :

Putri Habibi Redaksi pendekatan karakteristik yang berbeda dari koran-koran 1.Meneliti manajemen

(2010) Harian Kualitatif lainnya. Redaksi pada suatu media

Republika Karakteristik yang menonjol meliputi cetak

dalam Republika adalah media cetak pertama yang 2.Menggunakan pendekatan

Menghadapi dapat memberikan aspirasi bagi umat kualitatif

Persaingan beragama Islam. Perbedaan :

Industri 1. Tidak meneliti

Media persaingan industri

Cetak media cetak


13

2. Menggunakan studi

Kasus

2 M. Irfan Manajemen Metode Tahap perencanaan pada bidang redaksional Persamaan :

Fazrsyansyah Redaksional pendekatan Surat Kabar Radar Cirebon telah berjalan 1. Meneliti

dkk (2014) Pada Surat Kualitatif dengan lancar, karena rutin melaksanakan Manajemen redaksional

Kabar dan studi rapat perencanaan liputan. suatu media cetak

Harian deskriftif (2) Tahap pengorganisasian manajemen 2. Menggunakan metode

Umum redaksional Surat Kabar Radar Cirebon dalam kualitatif

Radar membentuk struktur organisasi. Perbedaan :

Cirebon (3) Tahap penggerakan adalah tahapan dimana Tidak meneliti harian umum

proses pengelolaan materi suatu media cetak

(4) Tahap pengawasan dilakukan dengan

memberikan arahan kepada wartawan.


14

3 Emanuel Strategi Metode 1) Perencanaan dilakukan oleh pemimpin Persamaan:

Bambang Manajemen Kualitatif redaksi, wartawan dalam hal pemilihan berita Meneliti manajemen

Kurniatmoko Redaksional untuk setiap edisinya. redaksional

(2016) Dalam 2)Tahap pengorganisasian

Proses dilakukan pembagian tugas. Tahap Perbedaan :

Pembuatan penggerakan, pemimpin redaksi Harian Pagi Tidak meneliti harian pagi

Berita Tribun Jogja memberikan pengarahan kepada

Lokal karyawannya.

(Studi di 4) Dalam kegiatan di bidang redaksional

Harian Pagi Harian Pagi Tribun Jogja mendapatkan

Tribun pengawasan.

Jogja

4 Iim Manajemen Metode Penelitiannya menjelaskan tentang Persamaan :

Halimatussa'di Redaksi Kualitatif manajemen redaksi sebagai aspirasi remaja 1. Meneliti manajemen
15

yah Pers Islam putri. hasil penelitiannya menjelaskan bahwa redaksional suatu media

(Studi manajemen redaksi yang dilakukan majalah 2. Menggunakan metode

Terhadap Muslimah adalah sebagai media dakwah kualitatif

Majalah mampu memberikan inovasi baru dalam Perbedaan :

Muslimah)" mengembangkan, mengelola pers kepada Medianya tidak berbasis

. khalayak. Islami

5 Muhammad Manajemen Metode Untuk meningkatkan pengelolaan penerbitan Persamaan :

Fuad Asrori Redaksi Kualitatif pers daerah agar berkualitas, dilakukan Meneliti manajemen

Surat Kabar dengan melakukan penerapan fungsi-fungsi redaksional media cetak.

Dwi manajemen.

Mingguan Perbedaan :

Lentera di Tidak meneliti mingguan

Ngawi
16

1.6 Landasan Teoritis

Henry Fayol (1841-1925) salah satu pelopor dan tokoh classical

Organization Theory (Teori Organisasi Klasik) mendefinisikan

manajemen sebagai : proses menginterpretasikan, mengordinasikan

sumber daya manusia, sumber dana dan sumber-sumber lain untuk

mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian.

Menurut Fayol, ada 14 asas dalam manajemen yaitu Pembagian

tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Disiplin, Kesatuan Perintah,

Kesatuan pengarahan, Ketertiban, Keadilan , Prakarsa, Stabilitas Masa

Jabatan, Kesatuan, Jenjang Kepangkatan, Penggantian pegawai,

Pemindahan wewenang, dan pengutamaan kepentingan umum

daripada kepentingan pribadi.

Dari 14 asas tersebut , Menurut Henry Fayol (dalam buku

Manajemen Penerbitan Pers, Drs. Totok Djuroto, M.Si) fungsi

manajemen pers yaitu Planning, Organizing, Acting, Controling atau

disingkat menjadi POAC.

Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan,

penyusunan rencana dan sebagainya. Tahapan planning atau

perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan SDM serta sarana dan prasarana

2. Penyusunan atau penetapan visi, misi, nama, logo, desain

halaman, pemilihan jenis huruf, dan lain sebagainya.


17

3. Penyusunan rencana pemasaran, termasujk strategi penjualan,

distribusi, dan sebagainya.

Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian , pembagian

tugas, pengelompokan pegawai, dan lain-lain. Dalam memproduksi

suatu penerbitan pers, masing-masing bidang memiliki tanggung

jawab, peran serta tujuan yang sama. Untuk itu manajemen pers harus

mampu menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem kerja yang

proporsional dengan menjalin hubungan yang baik, serta

menumbuhkan kebersamaan antar sesame anggota. Untuk

kepentingan itu, diperlukan suatu tatanan kerja dalam oraginasasi

perusahaan pers tersebut (Drs. Totok Djuroto, M.Si)

Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi,

mengemas produk, menjual produk dan sebagainya. Tahapan Acting

yaitu: Semua bagian bekerja sesuai perencanaan dan pengorganisasian

yang telah disusun, Bidang redaksi melakukan tahapan dalam news

processing, news planning, hunting, writing, layouting, lalu

dilimpahkan pada bagian produksi atau percetakan.

Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi

produk, mengevaluasi pekerjaan dan sebagainya. Tahapan Controling

atau pengawasan yaitu : Pengawsan dan evaluasi hasil mengacu pada

visi, misi, style book, kode etik jurnalistik, dan tata tertib, Pemberian

penghargaan dan hukuman terhadap wartawan/ karyawan.


18

Asumsi dasar dari teori tersebut adalah pandangan yang

mengarahkan pada pengambilang sikap manajer ketika menghadapi

situasi karyawan dengan karakteristik tertentu. Tugas manajemen

adalah bagaimana menggali sumber daya insani dari dalam diri

pekerja melalui penciptaan suatu iklim kerja yang kondusif, dimana

setiap anggota perusahaan tergugah semangat untuk memberikan

kontribusi yang terbaik.

Relevansi dari teori diatas dengan penelitian ini adalah memiliki

kesamaan untuk mengatur semua kegiatan yang ada di sebuah

perusahaan yaitu Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle dari

mulai perencanaan sampai dengan pengendalian sehingga dari teori ini

dapat memberikan pengarahan bagi peneliti dalam menggali data

terhadap informan.

1.6.1 Kerangka Konseptual

1.6.1.1 Manajemen Redaksional

Menurut Dra. H. Sadili Samsudin, Manajemen secara bahasa

berasal dari bahasa Inggris yaitu manajement yang

dikembangkan dari kata to manage yang artinya mengatur dan

mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari vahasa Italia,

maneggio yang diadopsi dari bahasa latin, managiare, yang

berasal dari kata kata manus yang artinya tangan.

Menurut Zaenuddin HM Redaksi ialah bagian atau

sekumpulan orang dalam sebuah organisasi perusahaan media


19

massa (cetak, elektronik, online ) yang bertugas untuk

menolak atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau

berita melalui bentuk tulisan berupa berita atau bukan, bahasa,

akurasi, dan kebenaran tulisan

Jadi, Manajemen redaksi adalah proses kegiatan yang

dilakukan dari mulai perencanaan lalu pengorganisasian kerja

dalam sistem keredaksian di suatu media massa atau media

pers untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya oleh media pers yang bersangkutan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari fungsi

manajemen dalam manajemen redaksional :

Pertama, menurut Drs.H. Malayu S.P Hasibuan dalam

bukunya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia”

(2016) mengatakan bahwa Perencanaan (human resources

planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif

serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam

membantu terwujudnya tujuan. Perencanan dilakukan dengan

menentukan program kepegawaian. Program kepegawaian

meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegritasan,

pemeliharaan kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.

Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya

tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.


20

Perencanaan dalam manajemen redaksional sebuah

berita di majalah adalah penentuan kebijaksanaan materi

pemberitaan untuk edisi setiap bulan serta membahas berita-

berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil

perencanaan yang baik. Proses pencarian dan penciptaan

berita dimulai dari rapar redaksi dan rapat perencanaan berita.

Perencanaan dalam manajemen redaksional adalah

terkait dengan apa yang direncanakan di masadepan nati,

bagaimana cara melakukannya, siapa yang akan

melakukannya dan kapan hal itu harus dilakukan di masa

depan nanti. (Junaedi, 2014: 38). Aktifitas redaksi yang

dilaksanakan pada tahap perencanaan ini diantaranya adalah:

1) Perencanaan berita

2) Penentuan berita

3) Pertimbangan dalam penentuan berita

Kedua, Pengorganisasian adalah kegiatan untuk

mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan

pembagian kerja hubungan kerja, delegasi wewenang integrasi

dan koordinasi dalam bagan organisasi.Organisasi hanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi

yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif

(Malayu Hasibuan 2016).


21

Menurut Junaedi (2014: 42), Pengorganisasian dalam

manajemen media merupakan tahapan yang sangat penting

dalam mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam

kegiatan manajemen yaitu melakukan penyusunan struktur

organisasi dan sumber daya yang ada di organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi.

Aktifitas manajemen redaksional dalam tahap

pengorganisasian diantaranya adalah:

1) Menentukan anggota tim redaksi

2) Menentukan tugas dan fungsi dari masing-masing anggota

tim redaksi

3) Melakukan penggantian anggota tim redaksi jika diperlukan

4) Memberikan pengarahan kepada anggota tim redaksi.

Adapun bagian yang ada di dalam bidang redaksi

antara lain pemimpin redaksi, Sekertaris Redaksi, Redaktur

Pelaksana, Redaktur, Wartawan dan Koresponden. Dengan

adanya struktur organisasi dan pembagian tugas di bidang

redaksi, akan membuat produk jurnalistik yang akan

dihasilkan menjadi berkualitas dan banyak menarik pembaca.

Ketiga, penggerakan atau pelaksanaan adalah Usaha

mengarahkan pekerjaan yang perlu dilaksanakan, melalui

motivasi, kepemimpinan, komunikasi koordinasi, pelatihan,

dan bentuk pengaruh lainnya. Fungsi tersebut dianggap juga


22

sebagai tindakan mengarahkan kepada pekerjaan yang harus

dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Dengan sendirinya

penggerakan harus berkaitan erat dengan fungsi-fungsi lainnya

agar tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai seperti yang di

harapkan ( Dr. Yunus dan Hj. Titin Sukartini)

Menurut Junaedi (2014: 44) pada tahap pelaksanaan

maka manajemen akan memberikan pengarahan kepada

masing-masing anggota redaksi dan berdampak pada kinerja

organisasi. Pengarahan ini dilakukan untuk tujuan yang telah

direncanakan.

Pelaksanaan manajemen redaksional di surat kabar

dilaksanakan dengan proses aktifitas produksi berita. Proses

produksi berita dalam tahap ini meliputi peliputan, penulisan,

dan penyuntingan.

Keempat, Controling atau pengawasan sangat penting

karena untuk mengecek dan membandingkan hasil yang

dicapai dengan standar atau target yang telah ditetapkan

sebelumnya. Apabila hasil pekerjaannya ternyata menyimpang

dari standar-standar yangberlaku maka perlu segera dilakukan

tindakan-tindakan korektif untuk memperbaikinya. Tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh manajer antara lain :

memperbaiki peralatan yang rusak, mengubah perilaku

karyawan, melakukan re-organisasi sebuah departemen, dan


23

merevisi sebuah rencana orsinil ( Dr. Yunus dan Dr. Hj. Titien

Sukartini).

1.6.1.2 Media Lokal

Ashadi Siregar dalam makalah pada Seminar Nasional

Being Local in National Context, membagi media ke dalam tiga

wilayah, yaitu nasional, regional, dan lokal. Karateristik media

massa lokal yaitu sebagai berikut :

a. Pengurusnya adalah organisasi yang berasal dari masyarakat

daerah setempat

b. Menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan

masyarakat daerah setempat.

c. Mementingkan berita mengenai peristiwa, kegiatan, masalah,

dan personalia yang ada di masyarakat setempat.

Jadi, kondisi masyarakat tergantung kepada media yang

ada., hal ini mengingat media lokal hadir dengan mengusung

adanya perbedaan dan keberagaman budaya yang ada. Media

lokal yang ada di daerah diberikan kewenangan untuk

mengusung aspirasi masyarakat melalui pembentukan media

lokal di setiap daerah.

1.6.1.3 Era Disrupsi

Menurut KBBI disrupsi adalah hal yang tercabut dari

akarnya. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu

perubahan yang mendasar.


24

Menurut Kasali, disruption adalah sebuah inovasi, yang

akan menggeser seluruh sistem lama dengan system baru.

Disruption menggunakan teknologi yang canggih dan baru

lalu menggantikan teknologi lama yang serba manual. Era

disrupsi ini menjadikan masyarakat merubah pola aktivitas

yang dilakukan di dunia nyata menjadi di dunia maya.

Di era disrupsi kita harus mempunyai pilihan, membentuk

ulang atau menciptakan sesuatu yang baru. Jika kita memilih

untukmembentuk ulang, maka kita bisa melakukan inovasi

dari produk atau layanan yang sudah kita miliki dengan

sebagus mungkin. Sedangkan jika ingin membuat yang baru,

kita harus berani memiliki inovasi yang sesuai dengan

kebiasaan konsumen yang mulai berbubah.

Sala-roca, J., & Esturg, M. E. (2010) mengatakan bahwa

efek yang terjadi pada kondisi disrupsi berupa perubahan

perilaku. Gejala perubahan perilaku diawali dengan

munculnya kecemasan-kecemasan pada individu, kelompok

masyarakat, organisasi maupun pada perusahaan.

Rheinald Kasali, menjelaskan bahwa ada tiga cara mengatasi

era disrupsi yaitu :

1. Jangan bangga menjadi orang “pemenang”. Organisasi

yang selalu berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah


25

sangat loyal. Padahal ketika sudah terjadi perubahan saat

ini belum tentu kosumen akan tetap bertahan.

2. Jangan takut menghancurkan produk sendiri. Cara yang

sepertinya sangat sadis padahal maksud disini yaitu

menghancurkan produk sendiri dengan menggantikannya

dengan produk baru yang jauh lebih bagus kualitasnya..

3. Membentuk ulang sesuatu atau membuat sesuatu yang baru.

Melakukan inovasi dengan memodifikasi produk yang

sudah ada sebelumnya dengan bentuk lain agar organisasi

semakin bertahan

1.6.1.4 Majalah Sunda

Majalah Sunda adalah penerbitan yang dicetak

menggunakan tinta pada kertas, diterbitkan berkala, misalnya

mingguan, dwimingguan atau bulanan yang isinya

menggunakan bahasa sunda. Majalah sunda berisi bermacam-

macam artikel dalam subyek yang bervariasi yang ditujukan

kepada masyarakat luar Jawa Barat.

Koran sunda sudah ada terlebih dahulu dari majalah sunda

pada pertengahan tahun 2007 menghentikan penerbitannya,

media cetak bahasa sunda yang pernah terbit yaitu majalah

sunda mangle, SKM Galura, majalah Bina Da’wah, majalah

seni budaya, dan majalah sunda Midang. Selepas kemerdekaan

RI , seperti yang tertulis dalam 100 tahun Pers Jawa Barat


26

(2006) yang bersumber pada ensiklopedia sunda (2000),

jumlah media cetak baha sunda yang terbit di Jawa Barat

relative banyak. Diantaranya adalah surat kabar Sinar

Majalengka ( 1948-1950) terbit di Majalengka, majalah

budaya (1948) di Bandung, Majalah sunda (1952), majalah

sunda Tjandra (1954-1957) terbit di Bogor, surat kabar

siliwangi (1956-1957) terbit di Jakarta, dan mingguan utusan

Nonoman (1956-1957) di Bandung. Kemudian Kalawarta

Kudjang (1956) di Bandung, majalah simpay (1957-1958),

majalah kiwari (1957) terbit di Jakarta, majalah mangle

(1957), majalah Sari (1962-1967), majalah baranangsiapa

(1964) terbit di Bogor, majalah Tjampaka ( 1965), di

Bandung, majalah Giwangkara (1972) di Bandung, majalah

Gondewa (1972-1976), surat kabar mingguan galura (1972),

bulein Kawit (1974-1980), serta majalah bina Da’wah (1980)

terbit di Bandung.

Namun, hingga saat ini hanyalah Majalah sunda mangle

yang mampu bertahan. Majalah mangle pertama kali terbit

pada tanggal 21 November 1957 di Bogor dengan sampul

muka Ika Rostika, seorang juru kawih dari sanggar binaan

Mang Koko ( Koko Koswata ), maestro karawitan Sunda.

Prestasi yang sangat luar biasa karena di tengah gelombang

arus media nasional yang menyerbu pasar Jawa Bara, kondisi


27

perekonomian Jawa Bara yang kurang menggembirakan serta

makin menyusutnya jumlah penutur bahasa sunda, urang

sunda beruntung masih memiliki majalah mangle. Sejatinya,

masyarakat Jawa Barat lamgsung atau tidak langsung

memiliki utang jasa pada majalah yang memiliki moto

”Sukaning Indria Gapuraning Rahayu” Majalah mangle

dirintis oleh Oeton Moechtar Sudarmika, Wahyu Wibisana,

Sukandan Kartasasmita, Saleh Danasasmita, Utay Muchtar,

dan Alibasah Kartapranata. .

1.7 Langkah-langkah Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian yang akan dilaksanakan di kantor Majalah

Sunda Manglé yang alamatnya berada di Jalan. Pangkur No. 15,Buah

Batu, Lengkong Kota Bandung, Jawa Barat. Objek penelitian pada

penelitian ini adalah dibagian redaksi Majalah Mangle.

Alasan penulis melakukan penelitian ini adalah karena Majalah

Mangle merupakan majalah Sunda yang masih bisa bertahan di era

disrupsi ini. Hal itu menunjukkan bahwa Majalah Mangle mempunyai

kualitas yang baik. Oleh karena itu penulis merasa Majalah Mangle

sangat layak untuk dilakukan penelitian ini.


28

1.7.2 Paradigma dan Pendekatan

Paradigma menurut Harmon ( 1970 dalam buku Teori-Teori

Komunikasi Dr. Zikri Fachrul Nurhadi, M.Si.) adalah cara mendasar

untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan

dengan sesuatu cara khusus tentang visi realitas.

Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

paradigma konstruktivisme. Artinya penelitian ini menjelaskan keaslian

tanpa ada yang diubah sama sekali. Penulis menganalisa dan

melukiskannya sesuai dengan apa yang terlihat ketika melakukan

observasi dan juga apa yang didengar lewat wawancara dan dokumen-

dokumen yang didapat (Kriyantono, 2012: 15).

Jenis Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan

kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa pada suatu konteks khususyang alamiah dan dengan

memanfaatkan metode alamiah (Moleong: 2009).

Dalam penelitian ini penulis menganalisis mengenai manajemen

redaksional media local di Era Disrupsi ( Studi kasus Sunda Mangle).

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena pada

hakikatnya pertayaan kualitatif sering dimulai dengan bagaimana atau


29

apa. Dengan demikian penulis akan menyajikan suatu pandangan yang

mendetail tentang topik tersebut.

1.7.3 Jenis Penelitian

Data kualitatif adalah data yang didapatkan hanya berupa

penjelasan kata verbal tidak dengan bentuk bilangan atau angka. Dalam

penelitian, data kualitatif berupa gambaran mengenai objek penelitian.

Data kualitatif memberikan dan menunjukkan kualitas objek penelitian

yang dilakukan.

Jenis data ini kebanyakan digunakan pada penelitian kualitatif,

penelitian dekskriptif penelitian historis dan penelitian historis. Data

kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian bahkan

dapat berupa cerita pendek ( Dr. Burhan Bungin)

1.7.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi

deskriptif. Seperti dipaparkan oleh Jalaluddin Rakhmat (2014: 24-25)

bahwa penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa.

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji

hipotesis atau membuat prediksi.

Ciri dari metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan

suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat

kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku

observasinya ( Drs. Jalaludin Rakhmat)


30

Penulis menggunakan metode studi deskriptif ini karena ingin

menyajikan gambaran umum mengenai bagaimana manajemen

redaksional Majalah Sunda Mangle dari mulai proses perencanaan

sampai pengawasan dengan melakukan observasi ke lapangan tanpa ada

suatu hal yang di manipulasi.

1.7.5 Sumber Data Penelitian

a. Sumber data Primer

Sumber data primer dari penelitian ini adalah wawancara dan

observasi yang dilakukan secara langsung terhadap pihak Majalah

Mangle bersama informan yang ada di lapangan. Menurut pendapat

Sanafiah Faisal dalam buku metode penelitian bisnis Sugiyono,

informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu

dipertimbangkan yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan

atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian

dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di

luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan unuk

dimintai informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah

atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam
31

memberikan informasi.

Data yang diperoleh yaitu dari melakukan observasi, proses

wawancara dengan jajaran redaksi, meliputi pemimpin redaksi,

redaktur, wartawan dan narasumber lainnya yang berhubungan

dengan objek penelitian.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data tambahan atau data pelengkap

yang merupakan pelengkap data primer. Diantaranya dari arsip-arsip

dan dokumen Majalah Mangle dan studi pustaka seperti berbagai

buku, jurnal penelitian yang bersangkutan, skripsi dan internet..

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

1.7.6.1 Observasi

Melalui observasi langsung peneliti dapat mengamati dan

diharapkan dapat menambah informasi. Peneliti akan

mengamati langsungke lapangan tanpa adanya keterlibatan

langsung dengan apa yang diteliti (non partisipan) tanpa

mengganggu proses yang ada dan hanya bertindaksebagai

pengamat.

Dalam Teknik ini peneliti melakukan observasi kepada

bidang redaksi Majalah Mangle. Sehingga peneliti akan

memahami apa yang dilakukan manajemen redaksional untuk

membuat suatu berita. Peneliti akan mengetahui secara langsung


32

penerapan manajemen redaksional, sehingga hasil yang didapat

akan sesuai dengan di lapangan.

1.7.6.2 Dokumentasi data

Imam Gunawan (2013:160-161) menjelaskan bahwa

wawancara dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi

sebanyak-banyaknya dan harus sangat jelas kepada subjek

penelitian. Wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh

makna dan arti subjektif yang dipahami individu berkenaan

dengan tema yang akan diteliti.

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab. Wawancara

dilakukan secara tatapmuka antara peneliti dengan informan atau

orang yang diwawancara. Pihak yang diwawancara adalah pihak

yang memiliki data yang akurat dan relevan dengan topik

penelitian

Wawancara dilakukan secara mendalam (depth interview)

dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide)

sebagai dasar permohonan data dan informasi yang dibutuhkan

peneliti terhadap institusi. Teknik pengumpulan data wawancara

mendalam dipilih karena sifatnya yang fleksibel, memiliki

validitas data yang lebih akurat karena informan yang diperoleh

sebelumnya telah diseleksi terlebih dahulu, memungkinkan


33

peneliti untuk memperoleh kedalaman data riset. media yang

diteliti.

Peneliti akan melakukan wawancara dengan pengelola

bidang redaksi, redaktur, wartawan dan editor berita. Aspek yang

diwawancarai yaitu mengetahui manajemen redaksi Mangle

dalam menghadapi era disrupsi dan penerapan manajemen

redaksional seperti peliputan, penulisan dan penyuntingan berita.

Dalam Teknik ini peneliti akan mendapatkan data kualitatif yang

mendalam, karena menanyakan langsung kepada sumber

mengenai apa yang ingin diteliti.

1.7.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.

Dokumen digunakan untuk mendukung dan menambah sumber

bukti lain.

Maka dalam penelitian ini peneliti membutuhkan dokumentasi

dari konten media yang dihasilkan oleh kerja manajemen

redaksional, yaitu produk majalah Sunda Mangle, sebagai

dokumen utama dalam penelitian ini.


34

1.7.7 Teknik Analisis Data

1.7.7.1 Langkah-Langkah Analisis Data .

a. Deskripsi

Pada tahap ini peneliti mempresentasikan hasil

penelitiannya dengan menggambarkan secara detail objek

penelitiannya itu. Peneliti mendeskripsikan secara menyeluruh

apa yang telah didapat dari pengalamannya melakukan observasi

ke objek penelitian.

b. Analisis

Pada bagian ini, peneliti menemukan data akurat mengenai

objek penelitian, biasanya melalui table, grafik model yang

menggambarkan objek penelitian. Bentuk yang lain dari tahap ini

adalah membandingkan objek yang diteliti dengan objek yang

lain, mengevaluasi objek dengan nilai-nilai yang umum berlaku,

membangun hubungan antara objek penelitian dengan

lingkungan yang lebih besar. Pada tahap ini juga, peneliti dapat

mengemukakan kritik atas kekurangan terhadap penelitian yang

dilakukan dan menyarankan desain penelitian yang baru apabila

ada yang melanjutkan penelitian atau akan meneliti hal yang

sama.

c. Interpretasi

Interpretasi menjadi tahap akhir analisis data dalam

penelitian. Peneliti pada tahap ini mengambil kesimpulan dari


35

penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini, peneliti

menggunakan kata orang pertama dalam penjelasannya untuk

menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah murni hasil

interpretasinya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen dan fungsi Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen menurut para ahli

Ade Putranto ( 2020 : 25 ) Manajemen secara etimologi berasal

dari bahasa Prancis kuno yaitu management ( mengelola ), seni

dalam mengelola ( mengatur ) sumber daya (alam, manusia dan

modal) yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni

mengenal upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang

dimiliki demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan

seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Hal tersebut

memiliki arti bahwa seorang manajer memiliki tugas untuk

mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan

organisasi.

Manajemen juga disebut sebagai sebuah propesi. Dalam perusahaan

media massa, profesi dalam bidang manajemen sangat diperlukan. Hal

tersebut dikarenakan media memiliki banyak peran yang sangat penting

dalam sebuah produsi. Manajemen sebuah produksi sangat dibutuhkan

36
37

untuk mengolah serta mengatur seluruh kegiatan produksi, agar nantinya

hasil dan tujuan yang iongin dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Fajar Junaedi ( 2018 : 34 ) Adapun pengertian manajemen menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut :

1. Nickels dan McHugh ( 2009 )

Manajemen merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan

tujuan organisasi melalui rangkaian beberapa kegiatan

seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian, orang-

orang dan sumber daya organisasi lainnya.

2. Schoderbek, Cosier, dab Aplin

Definisi manajemen sebagai a process of achieving organizational goal

through others ( sebuah proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui

pihak-pihak lain.

3. Stoner

Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan

sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. George Robert Terry

George mengartikan manajemen sebagai proses khas dari beberapa

tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan

memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.


38

5. Ricky W. Griffin

Manajemen adalah perencanaan, organisasi, koordinasi, dan control pada

sumber daya agar tujuan tercapai secara efektif dan efesien. Efektif disini

maksudnya tujuan tercapai sesuai rencana, dan efisien berartti bahwa

manajemen dila kukan secara cermat, terorganisir, dan tepat waktu. Dapat

disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah seni atau proses dalam

menyelesaikan sesuatu yang berhubungan dengan mencapai tujuan.

2.1.2 Tujuan Manajemen

Dikutip dalam situs www.studiilmu.com tujuan manajemen

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Manajemen dalam Tingkat Organisasi atau

Perusahaan

Setiap organisasi atau perusahaan pastinya berusaha

untuk mencapai tujuan ekonomi yang telah disepakati

bersama. Nah inilah yang menjadi tujuan manajemen,

dimana manajemen yang baik akan membantu kita untuk

meraih semua tujuan yang ada. Manajemen akan membantu

kita untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan

penggunaan seoptimal mungkin sampai menuju tujuan

akhir.

2. Tujuan Manajemen dalam Tingkat Sosial

a) Memastikan keselamatan, kesehatan dan harga produk yang

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat atau lapisan


39

minimalnya kepada target pasar kita. Selain itu, organisasi

atau perusahaan juga harus mematuhi metode-metode

produksi yang aman bagi lingkungan masyarakat.

b) Memastikan bahwa produksi yang dijual kepada

masyarakat memiliki kualitas produk yang baik dan

memenuhi standar. Tidak hanya itu, manajemen memiliki

peranan untuk mengembangkan kualitas produksi dengan

biaya yang seminimal mungkin, sehingga tidak terjadi

pemborosan dalam organisasi atau perusahaan.

c) Manajemen juga bertujuan untuk membantu kita dalam

memberikan kontribusi dengan memberikan fasilitas dan

layanan yang berguna untuk masyarakat luas.

d) Memastikan lapangan kerja yang cukup untuk para cukup

untuk para masyarakat local yang tinggal di sekitar

organisasi atau perusahaan kita.

3. Tujuan Manajemen dalam Tingkat Individu

Tujuan manajemen dalam tingkat individu juga dapat

sebagai tujuan pribadi. Ini juga bisa menjadi tujuan

manajemen yang dimiliki setiap karyawan dalam organisasi

atau perusahaan. Misalnya, bagaimana seorang karyawan

bertujuan untuk meraih jabatan yang lebih tinggi dalam kurun

waktu setahun ke depan, sehingga dirinya harus memiliki

pengelolaan yang baik dalam bekerja. Berikut ini adalah


40

beberapa tujuan manajemen yang berkaitan dengan tujuan

pribadi karyawan yang perlu diketahui.

a) Menjamin kebutuhan finansial karyawan seperti gaji,

bonus, asuransi, dan tunjangan-tunjangan lainnya.

b) Memberikan kesempatan dan pilihan yang terbaik untuk

pengembangan diri para karyawan

c) Memberikan peluang bagi karyawan agar mereka dapat

memiliki keseimbanganhidup antara kehidupan pribadi

dan pekerjaan

d) Memberikan tingkat pengakuan yang layak bagi

masyarakat, terutama mereka adalah karyawan yang

berprestasi dan unggul. Dengan menerapkan hal ini dapat

dipastikan karyawan akan semakin bersemangat untuk

berkontribusi pada perusahaan.

e) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi semua

karyawan di dalam suatu organisasi atau perusahaan..

2.2 Redaksi

2.2.1 Pengertian Redaksi

Menurut Zaenudin HM Redaksi adalah bagian atau

sekumpulan orang dalam sebuah organisasi perusahaan media

massa ( cetak, elektronik, online ) yang bertugas untuk menolak

atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau berita melalui


41

bentuk tulisan berupa berita atau bukan, bahasa, akurasi, dan

kebenaran tulisan.

Dalam suatu media pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang

pemimpin redaksi ( pemred ) Pemred bertugas menjalankan

organisasi keredaksian serta melakukan pengawasan dan

pembinaan pada setiap unit kerja yang dibawah

kepemimpinannya. Serta teknis, pelaksanaan tugas pemimpin

redaksi dibantu oleh beberapa orang dengan tugasnya masing-

masing, yakni dibantu oleh redaktur pelaksana, sekertaris redaksi,

koordinasi peliputan dan manajer produksi, redaktur, wartawan,

koresponden, manajer sirkulasi, dan sekertaris perusahaan.

2.2.2 Jabatan Bidang Redaksi beserta tugasnya

Menurut Ade Putranto ( 2020 : 75 ) Jabatan bidang redaksi

beserta tugasnya adalah sebagai berikut :

1) Redaktur Pelaksana

Redaktur Pelaksana bertanggung jawab pada seluruh

kegiatan harian yang menjadi lingkup operasional redaksi

antara lain :

a) Mengatur aktivitas yang dilakukan oleh beberapa unit

manajerial yang berada dibawah nya.

b) Aktivitas penjabaran dan pengawasan setiap pelaksanaan

konsep media yang telah digariskan dan disepakati dalam


42

rapat perencanaan peliputan dimulai dari proses penulisan

hingga penyajiannya.

c) Mengadakan rapat evaluasi bersama beberapa unit

manajerial minimal sekali dalam seminggu.

2) Sekertaris Redaksi

Sekertaris redaksi bertanggung jawab melakukan

pengadaan tenaga dan sarana pendukung yang dibutuhkan

dalam kegiatan operasional yang berlangsung di redaksi.

Apabila ada kegiatan monitoring prestasi wartawan serta

membuat dokumentasi evaluasi hasil kerja wartawan dan

koresponden yang terkoneksi dengan perusahaan maka

sekertaris yang bertanggung jawab untuk mengaturnya.

Sekertaris juga harus turut hadirn di berbagai macam rapat

redaksional untuk menangani kebutuhan administrasi dari

setiap agenda keredaksian serta melakukan perencanaan

peliputan dan mempertanggungjawabkan seluruh kinerjanya

kepada pemred dan redaktur pelaksana sebagai atasannya.

3) Koordinator Peliputan dan Manajer Produksi

Koordinator peliputan bekerja dengan mambawahi redaktur

dan sejumlah wartawan. Manajer produksi juga

bertanggungjawab untuk memastikan bahwa produk yang di

produksi memiliki keamanan regulative dan juga laku di

pasaran sesuai standar marketing.


43

4) Redaktur

Redaktur disebut juga dengan editor memiliki tiugas yaitu

melaksanakan proses editing dan penyuntingan yakni

penyeleksian dan juga perbaikan pada berbagai jenis naskah

yang akan dimuat atau disiarkan. Pada unit internal redaksi,

tim redaktur biasanya disebut dengan redaktur desk atau dest

editor, redaktur bidang, dan redaktur halaman karena masing-

masing akan bertanggungjawab penuh terhadap konten dan

editing pada rubric tertentu yang berbeda-beda. Seorang

redaktur biasanya bertugas untuk menangani satu rubric

ekonomi, luar negri, olahraga dan lain sebagainya.

5) Wartawan

Tim wartawan terdiri dari sejumlah orang yang meliputi

reporter, fotografer, koresponden, atau wartawan daerah dan

juga contributor atau penyumbang naskah. Wartawan atau

reporter bertugas untuk mencari, mengumpulkan serta

mengolah informasi menjadi sebuah berita kemudian

disebarkan melalui media massa.

Dalam perusahaan media massa, wartawan menjadi ujung

tombak perusahaannya karena bertugas mensuplai bahan

berita. Peralatan komunikasi yang dibutuhkan seorang

wartawan untuk melaksanakan tugasnya yaitu seperti tape


44

recorder, telepon genggam, radio pemanggil, kamera, dan lain

sebagainya.

6) Koresponden

Koresponden atau stringer adalah wartawan pembantu yang

berdomisili di suatu daerah yang diangkat atau ditunjuk oleh

lembaga pers diluar daerah atau luar negeri. Tugas

koresponden yaitu memberikan laporan secara kontinu

mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

7) Kontributor

Kontributor atau penyumbang tulisan secara structural

tidak dicantumkan namanya dalah struktur organisasi dari

sebuah lembaga pers. Mereka hanya terlibatdi bagian redaksi

secara fungsional. Kontributor iantaranya adalah para penulis

artikel, kolomnis, dan karikaturis, sastrawan serta wartawan

lepas.

8) Manajer Sirkulasi

Tugas dari manajer sirkulasi berada di penyebaran dan

penjualan produk. Manajer sirkulasi harus membuat berbagai

macam inovasi yang menjadikan produknya tersebar di

pasaran dan memiliki nilai jual yang bagus di level eceran

maupun pelanggan.

9) Sekertaris Perusahaan
45

Sekretaris perusahaan pun memiliki peranan penting untuk

perusahaan karena melalui sekretaris perusahaan berbagai

macam surat-surat penting dapat keluar masuk. Selain itu,

sekretaris perusahaan juga berperan dalam pelaksanaan rapat-

rapat perusahaan, menjalankan fungsi-fungsi public relation

dengan melakukan berbagai macam inovasi terkait dengan

penciptaan karyawan dengan atasan, maupun antara

perusahaan dengan pihak eksternal lainnya.

2.3 Manajemen Redaksional

2.3.1 Pengertian Manajemen Redaskional

Menurut Dra. H. Sadili Samsudin, manajemen secara bahasa

berasal dari bahas Inggris yaitu management yang dikembangkan

dari kata to manage yang artinya mengatur dan mengelola. Kata

manage itu sendiri berasal Dari bahasa Italia, maneggio yang

diapdosi dari bahasa latin, managiare yang berasal dari kata manus

yang artinya tangan.

Menurut Zaenuddin HM Redaksi ialah bagian atau sekumpulan

orang dalam sebuah organisasi perusahaan media massa ( cetak,

elektronik, online) yang bertugas untuk menolak atau mengizinkan

pemuatan sebuah tulisan atau berita melalui bentuk tulisan berupa

berita atau bukan, bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan.


46

Jadi, Manajemen redaksi adalah proses kegiatan yang dilakukan

dari mulai perencanaan lalu pengorganisasian kerja dalam system

keredaksian di suatu media massa atau media pers untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya oleh media pers yang

bersangkutan,

2.3.2 Fungsi Manajemen Media Cetak

Fungsi Manajemen Redaksional menurut Ade Putranto

( 2020 : 8 ) adalah sebagai berikut :

a) Perencanaan

Proses perencanaan merupakan pondasi dasar diletakkan

dalam kegiatan manajemen, Begitu juga di orgtanisasi media,

ketika suatu media didirikan pasti pemiliknya telah

merencanakan tujuan dari media tersebut bagaimana strategi

untuk mencapai tujuan tersebut.

Tahap perencanaan merupakan kegiatan atau proses untuk

menentukan isi dari berita yang akan diterbitkan esok hari,

serta membahas berita-berita yang membutuhkan tindak lanjut.

Proses dari pencarian serta penciptaan dari berita biasanya

dimulai dari ruang redaksi.

Perencanaan dalam manajemen medi menyangkut apa yang

harus dilakukan, siapa saja yang seharusnya melakukan hal

tersebut, dan kapan hal tersebut harus dilakukan di masa yang

akan datang. Sebagai contohnya di lembaga media yaitu


47

melakukan rapat seminggu tiga kali. Rapat pertama membahas

perencanaan, rapat kedua mengevaluasi pembahasan yang

direncanakan rapat pertama dan diujung minggu membahas

perencanaan edisi selanjutnya.

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam manajemen dapat diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan penyusunan struktur organisasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Di dalam organisasi media ada

berbagai pekerjaan yang diatur dalam struktur pembagian kerja.

Pembagian kerja ini bisa dilakukan dengan berdasarkan pada

divisi atau departemen yang dikelompokksn pada jenis atau

bentuk pekerjaannya.

Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis dikelompokkan

dalam divisi atau departemen yang sama. Sebagai contoh

dalam manajemen media cetak, aktiovitas organisasi yang

berkaitan pencarian berita dimasukkan ke dalam divisi

pemberitaan. Aktivitas yang berkaitan dengan proses editing

menjadi divisi penyuntingan. Aktivvitas yang berkaitan dengan

tata letak ( layout ) media cetak masuk dalam divisi lay out.

Aktivitas untuk mencari pengiklanan dimasukkan dalam divisi

marketing iklan. Aktivitas untuk menmdistribusikan media

dimasukan dalam divisi sirkulasi. Agar pembagian kerja

menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh tiap


48

individu organisasi maka dibuatlah job description ( deskripsi

pekerjaan ) Deskripsi pekerjaan ini berisi paparan kerja yang

harus dilakukan dan menjadi tanggungjawab dari setiap posisi

di organisasi.

c) Penggerakan atau pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan ini meliputi bagaimana manajer

memberikan pengarahan dan pengaruhnya pada individu-

individu dalam organisasi untuk melakukan kewajiban mereka

masing-masing sesuai paparan pekerjaannya.

Dengan pelaksanaan, visi dan misi organisasi berusaha

dicapai dengan langkah-langkah kongkret. Visi dan misi

organisasi tidak akan tercapai jika tidak ada pelaksanaan dari

perencanaan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai

ini, manajer harus memberikan pengarahan pada tiap individu

yang berada di organisasi tersebut. Pengarahan ini bisa tertulis

melalui surat-surat resmi organisasi, rapat-rapat organisasi dan

interaksi dengan individu-individu lain di level yang berada

dibawahnya.

Tahap penggerakan atau pelaksanaan pada manajemen

media cetak merupakan aktivitas untuk menggerakan individu-

individu yang ada di lembaga organisasi tersebut agar

menghasilkan produk jurnalistik. Tahap proses penggerakan

meliputi :
49

1) Peliputan

Peliputan yaitu proses mencari berita atau kegiatan

meliput bahan berita dengan menggunakan teknik reportase,

wawancara, maupun riset kepustakaan.

2) Penulisan

Penulisan berita dengan menggunakan teknik

melaporkan ( to report ) yang merujuk pada pola piramida

terbalik serta mengacu pada konsep 5W+1H

3) Penyuntingan

Penyuntingan yaitu kegiatan memperbaiki atau

menyempurnakan tulisan agar lebih logis, mudah dipahami,

tidak rancu, dan tetap memperhatikan fakta dan juga data agar

tetap terjaga keakuratannya.

d) Pengawasan

Tahap pengawasan merupakan kegiatan atau proses

manajemen dalam media cetak yang bertujuan untuk

mengetahui apakah pelaksana kerja telah sesuai dengan rencana

semula atau tidak. Pada tahap ini, sangat penting menjaga agar

rubric yang dibuat tetap sesuai dengan kaidah jurnalistik.

Pengawasan melibatkan adanya pemberian penghargaan

bagi individu organisasi karena mampu mencapai atau bahkan

melampaui indicator pekerjaan. Dalam manajemen media

massa pengawasan menjadi sangat penting agar kualitas


50

lembaga tetap terjaga. Berkurangnya kualitas media massa

dapat menyebabkan kekecewaan khalayak yang bisa jadi akan

membuat khalayak berpaling pada media massa yang lain.

2.4 Media Lokal

2.4.1 Pengertian Media Lokal

Media Lokal adalah media yang dikelola, terbit, atau beroperasi

di daerah. Artinya kantor pusat berlokasi di daerah tertentu dan

mayoritas berita yang dimuat adalah berita mengenai daerah

tersebut karena aspek kedekatan proximity. Dalam konteks surat

kabar, dapat dilihat dari sisi distribusi, surat kabar daerah biasanya

tidak dapat dibeli di daerah-daerah lain kecuali secara berlangganan.

Media local adalah sebuah jaringan informasi yang terhubung

secara local. Media local ini system penyiarannya hanya berfokus

pada suatu wilayah tertentu, bahkan tayangannya juga merupakan

tayangan local dimana hanya berita-berita atau informasi dari suatu

wilayah tertentu yang ditayangkan. Media local mencerminkan

aspek pemberitaan yang lebih sempit dan lebih bersifat kedaerahan.

Dari teori yang disebutkan bahwa berdasarkan ruang lingkupnya,

Ashadi Siregar dalam makalah di Seminar Nasional Being Local in

National Context : Understanding Local Media and Itx Struggle di

Universitas Kristen Petra, Surabaya 14 Oktober 2002 membagi

media ke dalam tiga wilayahasional, regional dan local.


51

Media massa local mengacu dan menuesuaikan diri pada

kebutuhan masyarakat setempat dan mengangkat aspek lokalitas

dalam pemberitaannya, terkait dengan identitas local sebuah daerah

local memiliki peran untuk mengulas mengenai kehidupan

masyarakat local. Hal ini menjadi penting di dalam membangun dan

mengedepankan aspek lokalitas dari sebuah surat kabar sehingga

dapat menarik perhatian pembaca. Selain itu, peran serta masyarakat

tidak hanya berhenti dalam taraf sebagai pembaca namun juga dapat

mengakses secara langsung terhadap isu yang terjadi

Media massa local sebagai sarana untuk membangkitkan

identitas daerah dala, menyajikan refortase berupa berita atau artikel

yang di dalamnya terhadap pengembangan artistic yang

mengandung tema-tema terkait berita local tertentu. Tidak terbatas

pada peristiwa yang dikemas menjadi berita yang menariki, namun

hal lain yang muncul adalah adanya cerita rakyat, puisi dan bentuk

karya sastra yang lainnya yang tentunya membangkitkan identitas

daerah tertentu.

2.4.2 Karakteristik Media Lokal

Karakteristik media massa local yaitu sebagai berikut :

1) Pengurusnya adalah organisasi yang berasal dari masyarakat

daerah setempat

2) Menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan

masyarakat daerah setempat.


52

3) Mementingkan berits mengenai peristiw, kegiatan, masalah,

dan personalia yang ada di masyarakat setempat.

2.5 Era Disrupsi

2.5.1 Pengertian Disrupsi

Menurut Kasali, disruption adalah sebuah inovasi yang

akan menggeser seluruih system lama dengan system baru.

Disrupsi menggunakan teknologi yang canggih dan baru lalu

menggantikan teknologi lama yang serba manual. Era

disrupsi ini menjadikan masyarakat merubah pola aktivitas

yang dilakukan di dunia nyata menjadi di dunia maya.

Era disrupsi singkatnya merupakan fenomena ketika

masyarakat menggeser aktivitas yang awalnya dilakukan di

dunia nyata beralih ke dunia maya. Lebih jauh lagi, Guru

Besar Harvard Business School, Clayton M. Cristhensen

melalui bukunya yang berjudul The Innovatior Dilemma

( 1997 ) menerangkan disrupsi adalah perubahan besar yang

mengubah tatanan. Fenomena menjamurnya e-Commerce

merupakan salah satu contoh disrupsi.

Disrupsi awalnya lebih banyak terjadi pada dunia bisnis

atau persaingan usaha. Namun tidak semata pada bisnis, hal

ini juga mempengaruhi perilaku komunikasi masyarakat

yang biasa menikmati santapan informasi melalui media

massa mainstream, kini beralih ke digital. Tidak hanya


53

Koran, media elektronik seperti radio, dan televise pun perlu

bersiap (Prof. Musta’in M,Si.)

Fenomena ini pun tentunya didukung karena munculnya

teknologi digital yang memudahkan aktivitas masyarakat.

Bisa kita lihat bagaimana perkembangan media online kini

begitu pesat karena mampu menyajikan informasi yang

actual. Namun hal itu juga masih tak cukup, kecepatan atau

aktulitas media pada kenyataannya bisa diimbangi dengan

audiensnya sendiri.

2.5.2 Cara Menghadapi Era Disrupsi

Cara menghadapi era disrupsi yaitu sebagai berikut :

1) Meningkatkan SDM

Disrupsi akan terjadi apabila perusahaan baru memiliki

kualitas SDM yang lebih unggul sehingga bisa berinovasi lebih

dulu dengan sangat baik. SDM harus menjadi salah satu

prioritas. Sudah banyak pihak yang mengatakan bahwa mereka

yang menguasai teknologi adalah pemenangnya. Jika bisa

meningkatkan SDM agar melek teknologi, minimal kita biosa

mengejar ketertinggalan, bahkan sampai bisa bersiang.

Dengan pesatnya perubahan ini kehidupan menjadi serba

digital, robot pun mungkin akan menggantikan pekerjaan

manusia. Maka dari itu, SDM harus didorong untuk terus belajar

dan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi karena


54

tenaga kerja mampu mengaplikasikan dan mengontrol

tekonologi lah yang mampu bergerak maju,

2) Terus Berinovasi

Belajar dari kesalahan suatu hal, apabila kita kurang cepat

dalam berinovasi, sudah jelas kita akan tertinggal. Dalam hal ini

terus berinovasi adalah kunci untuk mempertahankan pasar. Ada

dua hal yang bisa dilakukan dalam menghadapi selera pasar

yang berubah, yakni menghambat perubahan pasar atau

melakukan inovasi. Sayangnya menghambat perubahan selera

pasar mustahil untuk dilakukan, jadi mau tidak mau kita harus

terus mampu berinovasi. SDM harus memiliki cara berpikir

yang berbeda atau out of the box, sehingga mampu membuat

terobosan-terobosan baru atau penyesuaian pada bisnis agar

lebih sesuai dengan era disrupsi.

3) Melek Teknologi

Fungsi dari adanya tekonologi adalah untuk mempermudah

pekerjaan kita, dan tentu saja dengan mengetahui teknologi akan

menjadi lebih mudah dan efisien dalam bekerja. Perusahaan bisa

mulai untuk memperkenalkan teknologi yang mampu

mempermudah pekerjaan kepa karyawan dimulai dari

penggunaan computasi awan, Big data, robot, tools marketing,

cybersecurity, dan masih banyak lagi

4) Siap dengan Perubahan


55

. Ada sebuah quote yang relevan dengan kondisi sekarang ini

yakni, mereka yang tidak siap dengan perubahan adalah mereka

yang kalah lebih dulu dalam persiangan. Mengubah pola piker

dan memiliki kesadaran untuk lebih cepat dalam mengadaptasi

perubahan. Seluruh karyawan dalam organisasi harus cepat

beradaptasi dengan perubahan, karena efek disrupsi dapat

mengubah segala hal, termasuk budaya organisasi dalam

melakukan proses bisnisnya.

Rheinald Kasali, menjelaskan bahwa ada tiga cara mengatasai

era Disrupsi yaitu :

1) Jangan bangga menjadi “pemenang”. Organisasi yang selalu

berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah sangat loyal.

Pdahal ketika sudah terjadi perubahan saat ini belum tentu

konsumen akan tetap bertahan.

2) Jangan takut menghancurkan produk sendiri. Cara yang

sepertinya sangat sadis padahal maksud disini yaitu

menghancurkan produk sendiri dengan menggantikannya

dengan produk yang jauh lebih bagus kualitasnya.

3) Membentuk ulang sesuatu atau membuat sesuatu yang baru.

Melakukan inovasi dengan memodifikasi produk yang sudah

ada dengan bentuk lain agar organisasi semakin bertahan.


56

2.6 Majalah Sunda

Majalah Sunda adalah penerbitan yang dicetak menggunakan tinta pada

kertas, diterbitkan berkala, misalnya mingguan, dwimingguan atau

bulanan yang isinya menggunakan bahasa sunda. Majalah sunda berisi

bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi yang ditujukan

kepada masyarakat luar Jawa Barat.

Koran sunda sudah ada terlebih dahulu dari majalah sunda pada

pertengahan tahun 2007 menghentikan penerbitannya, media cetak bahasa

sunda yang pernah terbit yaitu majalah sunda mangle, SKM Galura,

majalah Bina Da’wah, majalah seni budaya, dan majalah sunda Midang.

Selepas kemerdekaan RI , seperti yang tertulis dalam 100 tahun Pers

Jawa Barat (2006) yang bersumber pada ensiklopedia sunda (2000),

jumlah media cetak baha sunda yang terbit di Jawa Barat relative banyak.

Diantaranya adalah surat kabar Sinar Majalengka ( 1948-1950) terbit di

Majalengka, majalah budaya (1948) di Bandung, Majalah sunda (1952),

majalah sunda Tjandra (1954-1957) terbit di Bogor, surat kabar siliwangi

(1956-1957) terbit di Jakarta, dan mingguan utusan Nonoman (1956-1957)

di Bandung. Kemudian Kalawarta Kudjang (1956) di Bandung, majalah

simpay (1957-1958), majalah kiwari (1957) terbit di Jakarta, majalah

mangle (1957), majalah Sari (1962-1967), majalah baranangsiapa (1964)

terbit di Bogor, majalah Tjampaka ( 1965), di Bandung, majalah

Giwangkara (1972) di Bandung, majalah Gondewa (1972-1976), surat


57

kabar mingguan galura (1972), bulein Kawit (1974-1980), serta majalah

bina Da’wah (1980) terbit di Bandung.

Namun, hingga saat ini hanyalah Majalah sunda mangle yang mampu

bertahan. Majalah mangle pertama kali terbit pada tanggal 21 November

1957 di Bogor dengan sampul muka Ika Rostika, seorang juru kawih dari

sanggar binaan Mang Koko ( Koko Koswata ), maestro karawitan Sunda.

Prestasi yang sangat luar biasa karena di tengah gelombang arus media

nasional yang menyerbu pasar Jawa Bara, kondisi perekonomian Jawa

Bara yang kurang menggembirakan serta makin menyusutnya jumlah

penutur bahasa sunda, urang sunda beruntung masih memiliki majalah

mangle. Sejatinya, masyarakat Jawa Barat lamgsung atau tidak langsung

memiliki utang jasa pada majalah yang memiliki moto ”Sukaning Indria

Gapuraning Rahayu” Majalah mangle dirintis oleh Oeton Moechtar

Sudarmika, Wahyu Wibisana, Sukandan Kartasasmita, Saleh Danasasmita,

Utay Muchtar, dan Alibasah Kartapranata

2.7 Konsep POAC

Henry Fayol (1841-1925) salah satu pelopor dan tokoh classical

Organization Theory (Teori Organisasi Klasik) mendefinisikan

manajemen sebagai : proses menginterpretasikan, mengordinasikan

sumber daya manusia, sumber dana dan sumber-sumber lain untuk

mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian.

1. Perencanaan ( Planning)
58

Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan,

penyusunan rencana dan sebagainya. Fungsi manajemen planning

atau perencanaan merupakan fungsi utama dari sebuah manajemen

dalam organisasi. Tanpa perencanaan, fungsi lain dalam manajemen

tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini manajemen berfungsi

untuk menyusun strategi awal dalam mencapai tujuan yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Tahapan planning atau perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan SDM serta sarana dan prasarana

2. Penyusunan atau penetapan visi, misi, nama, logo, desain

halaman, pemilihan jenis huruf, dan lain sebagainya.

3. Penyusunan rencana pemasaran, termasujk strategi penjualan,

distribusi, dan sebagainya.

Program perencanaan yang efektif menggabungkan pengaruh

faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal adalah kekurangan

sumber daya baik modal dan material, tren ekonomi umum sejauh

menyangkut tingkat suku bunga dan inflasi, kemajuan teknologi yang

dinamis, peningkatan peraturan pemerintah tentang kepentingan

masyarakat, lingkungan politik internasinal yang tidak stabil, dll.

Faktor internal yang mempengaruhi perencanaan adalah peluang

pertumbuhan yang terbatas karena kejenuhanyang membutuhkan

diversifikasi, perubahan pola kerja, struktur organisasi yang lebih

kompleks, desentralisasi dll.


59

2. Pengorganisasian ( Organizing )

Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian , pembagian

tugas, pengelompokan pegawai, dan lain-lain. Dalam memproduksi

suatu penerbitan pers, masing-masing bidang memiliki tanggung

jawab, peran serta tujuan yang sama.Manajemen pers harus mampu

menciptakan, memelihara dan menerapkan sistem kerja yang

proporsional dengan menjalin hubungan yang baik, serta

menumbuhkan kebersamaan antar sesame anggota. Untuk

kepentingan itu, diperlukan suatu tatanan kerja dalam oraginasasi

perusahaan pers tersebut (Drs. Totok Djuroto, M.Si)

Menurut Henry Fayol, “ Mengorganisir bisnis berarti

menyediakan segala sesuatu yang bermanfaatkan atau fungsinya yaitu

bahan mentah, peralatan, modal dan personel”. Dengan demikian

fungsi pengorganisasian melibatkan penentuan kegiatan yang perlu

dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, menugaskan kegiatan

ini kepada personil yang tepat dan mendelegasikan wewenang yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan ini secara terkoordinasi dan

kohesif.

3. Penggerakan ( Acting )

Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas

produk, menjual produk dan sebagainya. Tahapan Acting yaitu:

Semua bagian bekerja sesuai perencanaan dan pengorganisasian yang

telah disusun, Bidang redaksi melakukan tahapan dalam news


60

processing, news planning, hunting, writing, layouting, lalu

dilimpahkan pada bagian produksi atau percetakan.

Pada fungsi ini, seorang manajer harus mengetahui minat dan

kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Seorang

manajer harus menempatkan seorang pada posisi terbaik yang sesuai

dengan kemampuannya. Motivasi sangat penting karena orang yang

bermotivasi tinggi menunjukkan kinerja yang baik.

4. Pengawasan dan Evaluasi ( Controlling )

Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi

produk, mengevaluasi pekerjaan dan sebagainya. Tahapan Controling

atau pengawasan yaitu : Pengawsan dan evaluasi hasil mengacu pada

visi, misi, style book, kode etik jurnalistik, dan tata tertib. Contoh dari

fungsi pengawasan adalah melakukan evaluasi secara berkala

terhadap keberhasilan target dengan mengikuti standar indicator yang

sudah ditentukan. Seorang manajer juga harus melakukan klarifikasi

dan koreksi jika terjadi penyimpangan lalu memberikan solusi

terhadap setiap permasalahan. Bentuk pengawasan yang sesuai

dengan kebutuhan dan karakter perusahaan


BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat dan Profil Majalah Sunda Mangle

Mangle memiliki makna yang berarti Untaian bunga

melati, yang dipakai oleh perempuan untaian bunga melati

penghias sanggul perempuan, yang konon semakin lama akan

semakin harum baunya. Sukaning. Majalah Sunda Mangle

memiliki motto (Suka) Indriya (Matanya) Gapuraning Rahayu

(Kesejahteraan). Ati Sunda (Hati Sunda) Jati Sunda (Asal

Sunda) jajaten Sunda (Keberanian yang positif). Itu salah satu

alasan mengapa Mangle lebih memilih menggunakan model

wanita di sampul Majalah. Tidak selalu menggunakan kebaya,

hijab tetapi gaya kasual pun bisa asal sopan.

Lazimnya, Manglé digunakan pada upacara-upacara

pernikahan sebagai penghias rambut mempelai wanita dan

penghias keris pria. Bagi orang Sunda, Manglé berarti

kesesuaian atau keindahan yang sakral. Oleh karena itu, tak

salah bila nama Manglé dipilih, dan diharapkan oleh pendiri

majalah ini, kelak akan seindah dan seharum namanya.

61
62

Manglé didirikan pada 21 Oktober 1957 di Bogor dengan

oplag 500 eksemplar oleh 7 tokoh yang termasuk golongan

orang berada berdomisili di Bogor dan Jakarta. Edisi

perdananya sendiri baru diedarkan tanggal 21 November

1957, itupun dibagikan secara gratis. Tanggal 21 November

itulah yang kemudian ditetapkan sebagai titimangsa (hari

kelahiran) Manglé. Di usianya sampai sekarang, Manglé

mampu bertahan hingga kini dengan oplag 10.000

eksemplar.Karena untuk mendirikan sebuah majalah

memerlukan modal yang besar terutama untuk mendirikan

majalah daerah. Selain memerlukan dana yang sangat besar,

juga diperlukan rasa mencintai, rasa memiliki terhadap

Kebudayaan Sunda. Mengingat Mangle didirikan dua tahun

setelah era pemilu pertama yang penuh dengan nuansa politik,

maka misi pertama Mangle adalah menjaga Jurnalistik Sunda

dari urusan perpolitikan. Karena saat itu suasana perpolitikan

di Indonesia sedang panas, Mangle sebagai media komunikasi

memposisikan diri sebagai media yang netral, tetap berpolitik

secara praktis tetapi tidak pragmatis dan berfokus mengangkat

topik kebudayaan Sunda dibandingkan politik.

Majalah Mangle merupakan media komunikasi orang-

orang Sunda yang bermuatan konten yang sifatnya menghibur

dan bervariasi misalanya dongeng, cerita pewayangan, carpon-


63

carpon, serta biografi tokoh Sunda yang sukses. Selama

karirnya Mangle telah melewati empat periode yakni periode

orde lama, orde baru, reformasi dan era milenial. Untuk

menyesuaikan perkembangan zaman, isi konten Mangle

mengalami perubahan.

Pada periode orde baru, Mangle bekerjasama dengan

pemerintah sehingga secara pemasaran terbilang bagus karena

Mangle dibiayai oleh Departemen Penerangan majalah

memerlukan modal yang besar terutama untuk mendirikan

majalah daerah. Selain memerlukan dana yang sangat besar,

juga diperlukan rasa mencintai, rasa memiliki terhadap

Kebudayaan Sunda. Mengingat Mangle didirikan dua tahun

setelah era pemilu pertama yang penuh dengan nuansa politik,

maka misi pertama Mangle adalah menjaga Jurnalistik Sunda

dari urusan perpolitikan. Karena saat itu suasana perpolitikan

di Indonesia sedang panas, Mangle sebagai media komunikasi

memposisikan diri sebagai media yang netral, tetap berpolitik

secara praktis tetapi tidak pragmatis dan berfokus mengangkat

topik kebudayaan Sunda dibandingkan politik.

Majalah Mangle merupakan media komunikasi orang-

orang Sunda yang bermuatan konten yang sifatnya menghibur

dan bervariasi misalanya dongeng, cerita pewayangan, carpon-

carpon, serta biografi tokoh Sunda yang sukses. Selama


64

karirnya Mangle telah melewati empat periode yakni periode

orde lama, orde baru, reformasi dan era milenial. Untuk

menyesuaikan perkembangan zaman, isi konten Mangle

mengalami perubahan. Pada periode orde baru, Mangle

bekerjasama dengan pemerintah sehingga secara pemasaran

terbilang bagus karena Mangle dibiayai oleh Departemen

Penerangan. Akan tetapi bukan membiayai segi pengoperasian

melainkan pendistribusian dan pembelian Mangle kepada para

pelanggan yang mendapat subsidi dari Departemen

Penerangan seperti penyediaan untuk sekolah dan instansi.

Dimana produksi perminggu saat itu dapat mencapai 25.000

ekslempar.

Pada era Abdurrahman Wahid, Departemen Penerangan

atau Dinas Penerangan dihilangkan untuk bersatu dengan

Kominfo maka otomatis pembiayaan untuk Mangle terhenti.

Pasca berhentinya pembiayaan dari Departemen Penerangan,

Mangle hanya mengandalkan pemasukan dari pelanggan yang

meminatinya, sehingga terjadi penurunan penjualan yang

drastis dari 25.000 ekslempar perminggu menjadi 4000

ekslempar perminggu. Di era Reformasi terjadi kenaikan nilai

mata uang Dollar terhadap rupiah yaitu dari 8000 ke 14.000,

membuat Mangle kesulitan membayar biaya percetakan yang

tinggi. Akhirnya Mangle melakukan efisiensi dengan cara


65

honor ditiadakan, pendistribusian ke luar kota dan daerah

dihentikan karena BBM naik mengakibatkan biaya ongkos

kirim melonjak, pengurangan halaman, perubahan hasil cetak

dari berwarna menjadi hitam putih, Sehingga Mangle dapat

kembali stabil dengan 4000 ekslempar perminggu. Saat ini

Mangle mempunyai tiga misi yaitu ngamumule bahasa dan

sastra, menjaga kepentingan Jawa Barat, menjadi media

Komunikasi orang-orang Jawa Barat atau Sunda. Sedangkan

Visi Mangle adalah mendirikan Mangle dengan tiang dimana

ada 4 yaitu dakwah (Agama Islam), Budaya Sunda, Politik

Sunda dan Ekonomi Sunda

Oeton Moechtar, Rochamina Sudarmika, Saleh

Danasasmita, Wahyu Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Ali

Basyah dan Abdullah Romli merupakan para pendiri Majalah

Sunda Mangle. Atas keinginan dan kepeduliannya terhadap

kebudayaan sunda, mereka melestarikan, membina dan

mengembangkan Majalah Sunda Mangle sampai sekarang

masih mampu bertahan.

Pada Bulan Desember 1962 Manglé Pindah ke Bandung,

dengan alamat kantor Jalan Buah Batu No. 43 Bandung. Ada

beberapa alasan yang menjadi bahan pertimbangan

kepindahan tersebut. Bandung adalah pusat pemerintahan dan

budaya di Jawa Barat. Memiliki nilai historis dan kultural dan


66

tentu saja akan memungkinkan bagi perluasan penyebaran

majalah Manglé di Jawa Barat. Pilihan ini terbukti tepat. Tiga

tahun semenjak kepindahannya, Manglé mampu terbit dua kali

dalam sebulan. Dengan oplag yang 140 kali lipat. Edisi yang

pertama yakni 70.000 eksemplar peredisi dan terbitannya pun

menjadi dua kali dalam sebulan

Pada tahun 1971 kantor Manglé pindah alamat ke Jalan

Lodaya no. 19 dengan status milik sendiri. Sehingga tidak ada

kekhawatiran lagi untuk berpindahpindah. Satu hal yang perlu

dicatat setelah kantor Manglé pindah ke alamat tersebut 65

Manglé terbit sebagai majalah mingguan. Setiap hari kamis

majalah Manglé terbit dengan berbagai hidangan untuk

memenuhi selera pembacanya.

Pada tahun 1971, melalui kepemilikan Bapak Drs. H.

Oedang Daradjatoen M, kantor Manglé pindah ke alamat Jl.

Lodaya No. 19-21 Bandung. Sejak itu, Manglé terbit sebagai

majalah mingguan. Setiap hari Kamis dengan setiap keluar

dari percetakan dengan berbagai hidangan untuk memenuhi

selera pembacanya. Pada tahun 2015, tepatnya bulan Mei

sampai sekarang, kepemilikan beralih ke Bapak keluarga Drs.

H. Uu Rukmana, M.Si. Dan kantornya pun pindah ke Jalan

Pangkur No. 20.


67

Mangle adalah media yang berbahasa sunda dan misinya

tidak terlepas dari kepentingan Sunda. Mangle pun sama

seperti media cetak lainnya, bermuatan iklan. Hanya saja ada

iklan yang tetap dan ada yang tidak. Untuk saat ini Mangle

tidak terlalu mengandalkan iklan karena tidak ingin dijajah

oleh iklan, menampilkan iklan hanya 30% saja. Pemasukan

Mangle selain dari iklan dan penjualan yaitu dari sponsor

seperti kerja sama acara pelatihan jurnalistik.

Gambar 1 Cover Malah Mangle

Sumber : Sekretaris Majalah Sunda Mangle (Kang Yadi)

Majalah Manglé edisi pertama penampilannya masih

begitu sederhana. Untuk sampul muka, warna yang digunakan

hanyalah hitam putih dan terlihat buram. Frekuensinya pun

hanyalah satu bulan sekali. Tebal majalah hanya 20 halaman,

dengan ilustrasi yang terkesan asal-asalan. Hal ini disebabkan

foto yang digunakan sebagai ilustrasi tersebut foto yang ada

di percetakan, sehingga tidak berhubungan dengan isi berita.

Bentuk dan isi majalah juga masih belum mantap. Naskah


68

yang kebetulan ada, itulah yang dikirim ke percetakan “Dewi

Sartika” di Bogor.

Rubrik Majalah Sunda Mangle

1. Lawang Saketeng

Rubrik yang didalamnya berisi tulisan dari redaksi seperti

pojok di Pikiran Rakyat (Rubrik Tetap)

2. Palakiah adalah rubrik yang berisi solusi dari redaksi (Rubrik

tetap)

3. Koropak adalah rubrik yang berisi surat pembaca

4. Tamu

Rubrik yang berisi cerita tokoh yang berprestasi, orang sunda,

atau orang luar yang berperan di tanah Sunda

5. Laporan adalah rubrik yang berisi tentang isu-isu yang lebih

ke depth news

6. Sajak adalah rubrik yang berisi kumpulan sajak

7. Timbangan adalah rubrik yang berisi kritik-kritik terhadap

carpon

8. Implik-Implik adalah rubrik yang berisi hiburan tentang alam,

hobi,

9. Panineungan

Rubrik yang berisi tentang hal-hal yang mengesankan seperti

kenangan masa lalu , reuni, alumnian


69

10. Aweuhan Pasundan adalah rubrik yang berisi tentang

paguyuban Pasundan (Rubrik tetap)

11. Balebat Padjajaran adalah rubrik yang berisi tentang Unpad

(Rubrik Tetap)

12. Beja Ti Sangga Buana

Rubrik yang berisi tentang Universitas Sangga Buana. (Rubrik

Tetap)

13. Atikan Bumi Siliwangi

Rubrik yang berisi tentang Universitas Pendidikan Indonesia.

(Rubrik Tetap)

14. Bandung-Bandung adalah rubrik yang berisi tentang berita di

Bandung. (Rubrik Tetap)

15. Kingkilaban adalah rubrik yang berisi tentang berita yang

insert, sekilas dan inspiratif

16. Karikatur

17. Katumbiri adalah rubrik yang berisi tentang berita dari daerah

18. Munara Cahya adalah rubrik yang berisi tentang agama

19. Mangle Remaja

Rubrik yang berisi teantang masalah remaja. Dari SMA

sampai Perguruan Tinggi

20. Mangle Alit adalah rubrik yang berisi tentang masalah tentang

anak-anak.

21. Pangajaran
70

22. Dongeng

23. Carpon ( Ilustrasi dari Mangle)

24. Cerita Nyambung

25. Puriding Puringkak adalah Rubrik yang berisi tentang cerita –

cerita misteri.

26. Barakatak adalah Rubrik yang berisi tentang cerita-cerita lucu

27. Tarucing Cakra adalah rubrik yang berisi tentang TTS (Teka-

Teki Silang)

28. Lempa Lempi Lempong

Rubrik yang berisi tentang komunikasi yang menghibur.

Visi Misi Majalah Sunda Mangle adalah sebagai berikut :

Visi Majalah Sunda Mangle yaitu menjadi Media Kebanggaan

Orang Sunda yang Mampu Berperan Sepanjang zaman.

Misi Majalah Sunda Mangle yaitu :

1. Ikut melestarikan dan mengembangkan bahasa dan budaya

Sunda.

2. Membumikan budaya Sunda di tanah airnya

3. Menjadi media komunikasi masyarakat Sunda.


71

3.1.2 Struktur Organisasi Majalah Sunda Mangle

PELOPOR

PENERBIT

KETUA UMUM

DEWAN PENATA PEMASARAN/


REDAKSI LAKSANA IKLAN
PEMIMPIN SEKERTARIS REDAKSI
REDAKSI

REDAKSI
,
LAYOUT/ ILUSTRATOR
DESIGN

Sumber :

Sekretaris Majalah Sunda Mangle ( Kang Yadi )


72

Pelopor : R.H. Oeton Muchtar, Ny. RHE.

Rohamina Sudarmika, Wahyu

Wibisana, Sukanda Kartasasmita,

Ali Basyah, Abdullah Romli.

Penerbit : Mangle Panglipur

Pemimpin Umum : Drs. H. Uu Rukmana, M.Si.

Pemimpin Redaksi : Drs. Ensa Wiarna

Dewan Redaksi : Drs. H. Uu Rukmana, M.Si.,

Drs. Ensa Wiarna,

Drs. Tatang Sumarsono,

Unay Sunardi

Redaksi : Drs. Tatang Sumarsono

Eep Nandang R,

Dede Syafrudin,

Taufik Rahayu,

Rudi H. Tarmidzi

Sekretaris Redaksi : Yadi Karyadipura

Pemasaran/iklan : Mayang Arum Sunda, SE.

Unay Sunardi

Keuangan : Dra. Hj. Anisa Suzana,

Herno Hernawan,
73

Penata Laksana : Yadi Karyadipura

Layout : Cucu

Rahmat Sobari

Ilustrasi : Agus Mulyana

Distribusi : Dicky Moch. Rafiudin,

Dikdik Djoko S.,

Ade Sarifudin Nurodin,

Ryan D

Sumber : Dokumen dari sekretaris redaski mangle ( Kang Yadi )

3.1.3 Logo Majalah Sunda Mangle

Gambar 2 Logo Majalah Manglé

Sumber: Company Profil Majalah Manglé

Sesuai dengan namanya, logo majalah berbahasa Sunda ini

bertuliskan kata Manglé, artinya untaian bunga. Selain lewat

tulisan yang hurufnya dibuat khusus, luwes, lembut dan indah,

sesuai dengan karakteristik Manglé, di sebelah kanan tulisan


74

Manglé diperjelas dengan untaian bunga sebanyak tujuh

kembang yang melambangkan keserasian, keindahan, bernilai

tinggi dan sakral serta mempunyai kekuatan besar. Untaian

bunga yang disebut Manglé ini, biasanya dipakai sebagai

penghias sanggul yang diyakini makin lama makin harum

baunya, sesuai dengan harapan Manglé yang semakin lama

ingin semakin harum namanya, serta bisa mengharumkan

Sunda.

Dibelakang tulisan Manglé terdapat ukiran segi empat yang

melambangkan majalah yang berpijak pada tradisi Sunda, dan

menjadi majalah masagi, artinya mapan. Di atas tulisan

Manglé terdapat kalimat “Sukaning Indriya Gapuraning

Rahayu” yang artinya kegembiraan dan kesenangan indra

merupakan gerbang menuju kebahagiaan. Itulah yang menjadi

harapan Manglé sebagai majalah hiburan yang mengangkat

masalah sastra, seni dan budaya Sunda. Warna logo Majalah

Manglé ini bisa diubah sesuai dengan kebutuhan. Logo

Majalah Manglé yang dipakai sekarang ini didesain ulang oleh

seniman Sunda bernama Onong Nugraha.

3.1.4 Profil Informan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

wawancara pada informan yang telah ditentukan oleh peneliti.

Informan yang dipilih memiliki kredibilitas dalam menjawab


75

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan juga merupakan orang

yang terlibat langsng dalam masalah penelitian yaitu bagian dari

bidang redaksi Majalah Sunda Mangle. Maka sesuai dengan judul

skripsi penulis yaitu “ Manajemen Redaksional Media Lokal dalam

menghadapi Era Disrupsi ( Studi pada Majalah Sunda Mangle)”.

Menurut Martha dan Kresno (2016) dalam jurnal Ade Heryana

Informan dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif

setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan

jumlah informan yaitu kecukupan dan kesesuaian. Informan atau

narasumber penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi

mengenai objek penelitian tersebut. Informan dari penelitian ini

berasal dari wawancara langsung kepada narasumber.

Jumlah informan pada penelitian ini sesuai dengan pendapat

Patton (1990) yang menyatakan bahwa tidak ada aturan mengenai

jumlah responden/informan dalam penelitian kualitatif. Jumlah

tersebut tergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, apa

maksud penelitian, apa yang berguna untuk penelitian, apa yang

memiliki kredibilitas dan apa yang dapat dilakukan dengan waktu

dan sumber daya yang tersedia.

Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang

terdiri dari pemimpin redaksi, dewan redaksi serta sekertaris

redaksi. Beriku merupakan profil singkat informan dalam

penelitian ini adalah :


76

1. Drs. Ensa Wiarna menjabat sebagai pemimpin redaksi

sekaligus wartawan Majalah Sunda Mangle. Beliau

bertempat lahir di Bandung, 06 Mei 1963. Pendidikan

terakhir yaitu S1 Fakultas Sastra Unpad.

2. Unay Sunardi menjabat sebagai wakil pimpinan umum/

dewan redaksi Majalah Sunda Mangle. Beliau bertempat

lahir di Bandung, 15 April 1966. Awal karir di Mangle

yaitu pada tahun 1990-sekarang. Pendidikan terakhir yaitu

SI Fakultas Hukum Unpas. ( Belum lulus).

3. Yadi Afitrah Karyadipura menjabat sebagai sekertaris

redaksi Majalah Sunda Mangle sekaligus menjadi

wartawan. Beliau bertempat lahir di Bandung 29 Mei 1987.

Awal karir di Mangle yaitu pada tahun 2018. Pendidikan

terakhir yaitu S1 di STIE Muhamadiyah Bandung.

Sumber : wawancara via whatsapp

3.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan

penelitian sekitar satu minggu dari mulai Hari Kamis 28 Oktober

menggunakan studi deskriptif yang fokusnya pada pemaparan situasi

dan peristiwa. Hasil penelitian ini didapat dari hasil wawancara secara

langsung dengan ketiga narasumber.

Adapun hasil wawancara mengenai manajemen redaksional

Majalah Sunda Mangle yaitu sebagai berikut :


77

3.2.1 Perencanaan Manajemen Redaksi Majalah Sunda Mangle

pada Era Disrupsi

Dalam melakukan perencanaan, bidang redaksi Manglé

menetapkan tujuan dan sasaran diterbitkannya media ini.

Majalah Manglé merupakan majalah non-profit yang

memiliki tujuan untuk hiburan, melestarikan bahasa dan

budaya Sunda. Manglé menargetkan sasaran pembacanya dari

golongan menengah ke atas mulai dari masyarakat umum, SD,

SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.

Kang Unay Sunardi selaku dewan redaksi sekaligus

merangkap menjadi wartawan mengatakan bahwasannya

dengan menggunakan riset kita juga dapat mengetahui

golongan pembaca mana yang suka membaca Manglé mana

yang tidak. Setelah diketahui ternyata golongan pembaca

Manglé adalah dari golongan menengah ke atas.

Kang Enca selaku pemimpin redaksi menambahkan


bahwasannya:

“Ada beberapa tahap penelitian mangle. Awalnya


diterbitkan berdasarkan ide pendiri kita yang sangat
mencintai budaya sunda dan bekeinginan melestarikan,
membina dan mengembangkan kebudayaan daerah dalam
rangka kebudayaan nasional. Yang kedua tujuan diterbitkan
Manglé adalah untuk hiburan, melestarikan bahasa dan
budaya Sunda. Ketiga, Majalah Manglé masih tetap eksis
karena mengikuti Perda No. 14 Tahun 2014 tentang
pelestarian bahasa dan budaya Sunda. Keempat, Manglé
selalu melakukan riset untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan pembaca dan mengetahui golongan pembaca
Manglé.”
78

Tahap awal perencanaan yang dilakukan bidang redaksi

Mangle yaitu membuat rancangan. Rancangan tersebut terdiri

dari daftar narasumber, daftar rubric yang ada di Mangle dan

daftar nama wartawan yang bertugas pada hari itu. Tujuan

membuat rancangan tersebut yaitu agar semua rencana yang

sudah ditetukan di rapat redaksi akan terpantau dan datanya

jelas.

Kang Enca selaku pemimpin redaksi mengungkapkan

bahwasannya Mangle melakukan rapat redaksi setiap

seminggu sekali yaitu pada hari Kamis atau hari Jum’at.

Rapat redaksi ini membahas isu-isu apa saja yang akan

dibahas. Adapun isu-isu yang dibahas tidak jauh dari

permasalahan kebudayaan dan kesenian Sunda ataupun isu

yang sedang hangat. Sebelum melakukan rapat, majalah

Manglé telah melakukan riset agar mengetahui apa yang

sedang hangat diperbincangkan di masyarakat.

”Rapat redaksi dilakukan setiap hari kamis. Rapat


redaksi membahas tentang hal-hal yang penting seperti
merumuskan isi, merumuskan rencana, membuat rubric
laporan. Membuat rubric laporan ini harus sangat
dipersiapkan dari mulai akan membuat laporan apa,
siapa yang akan meliput, tamu siapa saja yang akan di
wawancara” (Wawancara pada hari Kamis 28 Oktober
2021).
Menurut informan lain yakini, Kang Yadi selaku

sekertaris redaksi sekaligus wartawan mengungkapkan


79

bahwa dalam menentukan isu dan topic, Mangle selaku

majalah mingguan harus mampu memikirkan dampak

yang akan terjadi seminggu ke depan terkait isu yang

sedang diperbincangan di masyarakat agar info yang

disampaikan sangat lengkap dan berkualitas.

“Mangle terbit tiap seminggu sekali. Jadi bidang redaksi


Mangle harus mampu mempunyai insting yang kuat terkait
isu yang akan terjadi mengenai dampak yang akan terjadi
di masa yang akan datang.”
Majalah Manglé selalu mengikuti zaman, setiap lima

atau sepuluh tahun sekali Manglé akan berubah. Dalam arti

berubah perwajahannya bukan isinya. Sehingga rubrik

yang ada di Manglé akan berubah sesuai dengan

perkembangan zaman. Rubrik yang ada di Mangle sangat

beragam yaitu sekitar 34 Rubrik. Di dalam rancangan

tersebut semua rubric dituliskan. Apabila wartawan sudah

selesai melakukan wawancara dengan narasumber sesuai

dengan rubric yang sudah ditugaskan, wartawan harus

mengisi rancangan tersebut dengan memberi tanda ceklis

pada rubric yang sudah dia kerjakan. Ketika semua rubric

sudah terisi semua, rancangan tersebut diberikan kepada

penanggungjawab.

Di era disrupsi ini Majalah Sunda Mangle memiliki

strategi baru yaitu mereka melakukan inovasi untuk


80

mewujudkan keinginan pembaca dengan menyesuaaikan

kemampuan dari media yang mereka miliki.

Menurut pendapat Kang Unay, selaku dewan redaksi

Majalah Sunda Mangle Ia menyebutkan bahwa untuk

menghadapi era disrupsi ini mangle harus mampu bersaing

dengan media online maupun elektronik.

“Media cetak sendiri di era disrupsi tidak dapat


berjalan sendiri yang dengan jelas harus berjalan
dengan online, maka mangle sendiri sudah memiliki 2
platfrom untuk menyiasatinya agar produk media dapat
di senangi pembaca dengan berita yang berkualitas dan
actual”.

Maka di rapat redaksi pun yang dibahas bukan

penentuan topik dan isu untuk media cetak saja akan tetapi

penentuan topic dan isu untuk media online juga. Bahkan

sekarang Mangle aktif di beberapa media social seperti

Facebook yang fanpage nya memiliki sekitar 100.000

pengikut dari tahuun 2013. Mangle juga aktif di Twitter,

instagram, dan Tiktok.

3.2.2 Pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda

Mangle pada Era Disrupsi

Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian ,

pembagian tugas, pengelompokan pegawai, dan lain-lain.

Dalam memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing

bidang memiliki tanggung jawab, peran serta tujuan yang


81

sama. Kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas bidang redaksi

adalah sebagai berikut :

1. Pemimpin redaksi

Pemimpin redaksi bertanggungjawab atas semua tugas

dibidang redaksi termasuk isi majalah Manglé. Pemimpin

redaksi harus bisa mengatur dan selalu berkoordinasi

dengan bagian-bagian yang lain. Pemimpin redaksi juga

yang mengawasi pekerjaan yang sedang dilakukan oleh

bagian-bagian yang ada di redaksi. Pemimpinlah yang

memiliki wewenang untuk menyetujui atau tidaknya topik

yang ditentukan dalam rapat redaksi.

Tugas dan wewenang pemimpin redaksi adalah sebagai

berikut:
1)
Memimpin rapat redaksi.
2)
Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain.
3)
Menetapkan isi penerbitan yang akan datang.
4)
Menyelenggarakan kegiatan yang ada kaitannya

dengan bidang redaksi.


5)
Membuat kebijakan umum tentang redaksi
6)
Membuat kebijakan umum tentang isi majalah.
7)
Melakukan usaha-usaha kreatif dalam pengembangan

isi majalah.
82

nakan pekerjaan redaksional. Dewan redaksi pula yang

mengatasi permasalah penting redaksional, misalnya

menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai

tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi

penerbitan yang sudah disepakati.

2. Redaktur Pelaksana

Redaktur Pelaksana bertanggung jawab pada seluruh

kegiatan harian yang menjadi lingkup operasional redaksi

antara lain :

a) Mengatur aktivitas yang dilakukan oleh beberapa unit

manajerial yang berada dibawah nya.

b) Aktivitas penjabaran dan pengawasan setiap

pelaksanaan konsep media yang telah digariskan dan

disepakati dalam rapat perencanaan peliputan dimulai

dari proses penulisan hingga penyajiannya.

c) Mengadakan rapat evaluasi bersama beberapa unit

manajerial minimal sekali dalam seminggu.

3. Sekertaris Redaksi

Sekertaris redaksi bertanggung jawab melakukan

pengadaan tenaga dan sarana pendukung yang dibutuhkan

dalam kegiatan operasional yang berlangsung di redaksi.

Apabila ada kegiatan monitoring prestasi wartawan serta

membuat dokumentasi evaluasi hasil kerja wartawan dan


83

koresponden yang terkoneksi dengan perusahaan maka

sekertaris yang bertanggung jawab untuk mengaturnya.

Sekertaris juga harus turut hadirn di berbagai macam

rapat redaksional untuk menangani kebutuhan administrasi

dari setiap agenda keredaksian serta melakukan

perencanaan peliputan dan mempertanggungjawabkan

seluruh kinerjanya kepada pemred dan redaktur pelaksana

sebagai atasannya

Majalah Manglé memiliki sekretaris redaksi yang

bertugas untuk mencatat semua kebutuhan yang dibutuhkan

oleh bidang redaksi. Seperti membuat surat jalan, mencatat

topik yang diutamakan dan menjadi notulen rapat.

Sekretaris juga bertanggungjawab ketika ada wawancara

yang berhubungan dengan redaksi.

4. Desain/Layout

Seorang layouter bertugas untuk mendesain majalah

mulai dari cover sampai halaman terakhir majalah. Saat

proses layout ditemukan adanya kekurangan isi, maka

layouter akan memberikan tugas kepada ilustrator untuk

menambahkan gambar agar halaman tersebut terisi penuh.


84

5. Ilustrator

Ilustrator memiliki tugas membuat gambar ilustrasi saat

dibutuhkan untuk memenuhi halaman yang masih kosong

atau ada kekurangan. Tugas ini akan dilakukan setelah

mendapatkan tugas dari layouter yang sudah berkoordinasi

terlebih dahulu dengan redaktur pelaksana, pemimpin

redaksi, dan sekretaris redaksi.

6. Penanggungjawab Rubrik

Majalah Manglé memiliki penanggungjawab rubrik

yang bertugas untuk mencari dan menentukan topik apa

yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya.

Penanggungjawab rubrik merangkap jabatannya sebagai

korektor. Korektor ini memiliki tugas untuk mengkoreksi,

membenarkan, mengkonfirmasi kepada wartawan jika ada

sesuatu yang diragukan. Seorang penanggungjawab

rubrik bisa memegang lebih dari satu rubrik.

7. Wartawan

Wartawan adalah orang yang mencari berita

dilapangan. Selain mencari, wartawan juga akan menulis

beritanya. Jumlah wartawan di majalah Manglé tidak

banyak. Tak jarang, yang mendapat jabatan pun harus

menjadi wartawan.
85

8. Koresponden

Koresponden adalah penulis tidak tetap yang tersebar

diseluruh wilayah di Jawa Barat. Koresponden akan

mengirimkan informasi kepada bagian dokumentasi untuk

kemudian ditentukan layak atau tidak dimuat dalam

majalah.

9. Penanggung jawab media online dan media social

Penanggung jawab media online dan media social

bertugas untuk menyajikan berita berupa mangle klasik di

mangle online dan berita modern di mangle id.

Kang Unay mengatakan bahwa : Untuk penanggung jawab


media online memang berbeda jajaran dengtan redaksi
majalah mangle, tetapi masih ada keterkaitan satu sama lain.
Sedangkan untuk penanggungjawab media social sendiri
masih dari jajaran redaksi majalah mangle, meskipun orang-
orangnya merangkap jabatan.

Informaan Kang yadi selaku sekretaris Majalah Sunda


Mangle mengatakan bahwa : Mangle pada awal tahun
2021 sudah hadir di ranah digital, dengan nama mangle-
online.com tetapi pengelolanya berbeda dengan majalah
mangle tetapi satu sama lain masih berhubungan terutama
untuk postingan mangle klasik.

Kang Unay pun ikut menambahkan bahwa : Sebenarnya


majalah Manglé memiliki bagian-bagian redaksi yang
sama dengan media lain. Namun, masih ada kekurangan
dimana masih ada rangkap jabatan. Sehingga hal ini
menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi Manglé.

Sama halnya dengan apa yang diungkapkan Kang


Enca selaku pemimpin redaksi Majalah Sunda Mangle, ia
mengungkapkan bahwa : Sumber daya manusia lah yang
menyebabkan program Mangle agak sedikit kurang
efektif. Namun meskipun rangkap jabatan mereka selalu
86

berusaha menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan


sangat baik.
3.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan Manajemen Redaksi

Majalah Sunda Mangle pada Era Disrupsi

Proses penggerakan di Mangle ini tidak terlalu

dilakukan, karena karyawan-karyawan redaksi Manglé sudah

memahami akan tanggungjawabnya sesuai dengan tugas yang

diberikan. Bahkan Manglé tidak memiliki cara untuk

mempertahankan wartawannya. Karena wartawan yang bekerja

di Manglé sudah memiliki panggilan jiwa, dedikasi, dan

idealisme sebagai wartawan Sunda.

Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi,

mengemas produk, menjual produk dan sebagainya. Tahapan

Acting yaitu: Semua bagian bekerja sesuai perencanaan dan

pengorganisasian yang telah disusun, Bidang redaksi

melakukan tahapan dalam news processing, news planning,

hunting, writing, layouting, lalu dilimpahkan pada bagian

produksi atau percetakan .Peliputan merupakan pengumpulan

data dan informasi di lapangan yang dilakukan oleh

wartawan atau jurnalis. Dalam proses ini, biasanya berupa

pemantauan langsung atau mencatat sebuah peristiwa yang

terjadi. Selain itu, proses ini bisa dilakukan dalam bentuk

wawancara dengan sejumlah narasumber.


87

Ada beberapa rubric mangle hasil dari kerjasama dengan

instansi pemerintah dan pendidikan. Kang Yadi selaku

sekretaris redaksi Majalah Sunda Mangle mengatakanbahwa :

”Rubrik mangle itu makin lama makin banyak yang


bekerjasama dengan instansi yaitu ada Rubrik Beja ti
Negara bekerjasama dengan kementrian informatika, rubric
aweuhan pasundan bekerjasama dengan paguyuban
pasundan, rubric balebat padjajaran bekerjasama dengan
Unpad, rubric USB bekerjasama dengan sanggabuana,
rubric Atikan Siliwangi bekerjasama dengan UPI, rubric
gedong sate dengan gubernur, rubric katumbiri dengan
pemerintahan daerah Jawa barat. Jadi rubric yang
bekerjasama seperti ini wartawan meliput langsung, ada
juga yang menunggu rilis”

Meski dirasa masih bisa bertahan dalam bentuk majalah

cetak, mangle tetap memperhatikan perkembangan zaman.

Sama halnya dengan yang dikatakan kang Enca selaku

pemimpin redaksi Mangle yaitu :

“Seperti dalam peribahasa sunda yaitu ngindung ka waktu,


ngabapa ka jaman. Mangle pun merambah ke dunia digital
dengan mendirikan mangle online dengan nama Mangle-
online.com. Mangle online ini berdiri pada awal tahun 2021
dengan mengambil momen Hari Bahasa Ibu Internasional.
Mangle-online.com ini kebanyakan menyajikan berita yang
berisi hari-hari besar nasional dan hari-hari penting saja”

Seiring berkembangnya zaman media-media baru

bermunculan seperti media social meskipun memang media

social ini bukan termasuk media massa. Akan tetapi, Mangle

harus tetap mampu mengikiuti perkembangan zaman agar bias

tetap bertahan tentu dengan menyajikan berita-berita yang

berkualitas.
88

Seperti yang diungkapkan Kang Yadi selaku sekretaris


Majalah Sunda Mangle, ia mengatakan bahwa Mangle pada
awalnya sudah aktif di media social facebook,sekitar tahun
2013 dengan pengikutnya lumayan banyak. ”Fanpage facebook
memang sudah ada dari sejak dulu bahkan pengikutnya
sekarang sudah mencapai 100.000 orang. Kadang saya juga
mengelola fanpage tersebut dengan menyajikan berita.

Pada tanggal 21 Februari, lahir lah Mangle.id. Mangle.id

sendiri di khususkan untuk media social Mangle. Sekarang

selain aktif di Facebook, Mangle pun aktif di beberapa media

soasial yakni Twitter, Youtube, Instagram, dan Tiktok.

Dalam hal ini, Kang Enca selaku Pemimpin redaski Majalah

Sunda Mangle menambahkan, bahwa :

“ Sebenarnya sasaran kami mendirikan mangle.id ini adalah


untuk menarik perhatian anak muda. Karena sudah pastinya
anak muda zaman sekarang kalau tidak punya medsos pasti
dibilang ketinggalan zaman, otomatis mereka pasti aktif di
berbagai medsos itu. Mangle secara tidak langsung ingin
mengingatkan kepada generasi muda tentang pentingnya
kebudayaan sunda, seperti itu.”

Mangle.id memproduksi konten dengan segmentasi lebih ke

anak muda dengan tajuk “Manglenials” kata yang didapat dari

kata kaum milenial seperi anak muda zaman sekarang.

Sekaligus juga mengubah stigma bahwa mangle hanya disukai

kalangan tua saja.


89

Alur proses pembuatan majalah Manglé.

Sumber Informasi

Dalam Luar

Dokumentasi

Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik Jabrik

Sekertari Redaksi Pemimpi Redaksi

Layout Ilustrator

Dewan Redaksi

Korektor Korektor Korektor Korektor Korektor Korektor Konektor Konektor

Layout

Percetakan

Sirkulasi Distribusi

Agen

Pembaca

Sumber : Sekretaris Majalah Sunda Mangle


90

Bagan di atas menggambarkan proses pencarian berita sampai

menjadi sebuah majalah. Ada dua sumber informasi yang

didapatkan Manglé, informasi dari luar dan dari dalam.

Informasi yang bersumber dari dalam berbentuk non fiksi

sedangkan yang bersumber dari luar berbentuk fiksi

meskipun kadang-kadang berbentuk non fiksi.

Kang Yadi selaku sekretaris redaksi sekaligus wartawan

Mangle mengungkapkan bahwa :

“Saya ketika jadi wartawan harus menyiapkan akan


membuat laporan apa, siapa yang akan meliput, tamu siapa
saja yang akan di wawancara. Penentuan tokoh-tokoh yang
akan mengisi rubric tamu harus dilakukan rapat. Wartawan
harus memberikan nama tokoh yang akan diliput dan
kesiapan wartawan untuk melakukan wawancara harus
dipertanggungjawabkan”.

Proses peliputan ada beberapa dirancanakan dan tidak

direncanakan. Untuk beberapa kejadian yang tidak

direncanakan biaanya dilakukan oleh desk-nya masing-masing

dan pengasuh rubrik masing-masing. Setelah memutuskan

untuk meliput apa, isunya seperti apa, narasumbernya siapa,

para reporter langsung terjun ke lapangan untuk melakukan

peliputan. Sebelum melakukan peliputan, ada baiknya

memeriksa kesiapan, mulai dari catatan kecil jika ingin

menulis. Perekam, perlu mengecek ketahanan baterai, kalau

sewaktu-waktu baterainya hampir habis.. Apabila jadwal


91

wawancara sudah tersusun dengan rapi tetapi tiba-tiba

narasumber ada halangan, wartawan harus segera mengganti

narasumber sesuai dengan isu yang akan diangkat. Setelah

mendapatkan informasi, barulah dibuat berita dari apa yang

didapat, lalu diserahkan ke redaktur agar diperiksa dan

diperbaiki apabila ada penulisan yang kurang tepat.

Menulis berita dilakukan setelah informasi terkumpul

setelah peliputan. Proses ini juga dilakukan untuk memilih

topik yang tepat sesuai data yang didapat. Jurnalis menulis

hasil liputannya menjadi sebuah berita, dan hasil wawancara.

Informasi dari wartawan dapat dikirim melalui email atau

langsung diterima oleh bagian dokumentasi untuk kemudian

diberikan kepada penanggungjawab rubrik (jabrik).

Penanggungjawab rubrik di majalah Manglé ada10 orang.

Setiap orang memegang lebih dari 1 rubrik. Penanggungjawab

rubrik bertugas untuk mengoreksi dan memilih naskah yang

layak untuk dimuat.

Kang Unay selaku dewan redaksi Mangle menambahkan


bahwa data yang didapat oleh wartawan diberikan kepada
redaktur pelaksana kemudian diberikan kepada
penanggungjawab masing-masing rubric. Informasi yang sudah
diterima oleh penanggungjawab rubrik kemudian ditulis
naskahnya. Setelah selesai, naskah tersebut diberikan kepada
redaktur pelaksana. Redaktur pelaksana bertugas untuk
meminta naskah ke tiap-tiap penanggungjawab rubrik agar bisa
membuat daftar isi untuk edisi selanjutnya. Redaktur pelaksana
yang menentukan harus adanya penambahan data atau foto dan
membuat daftar isi.
92

Setelah selesai daftar isi dibuat, maka redaktur pelaksana

memberikan ke bagian layout. Layout membuat desain mulai

dari cover sampai halaman terakhir majalah dan akan

berkoordinasi dengan bagian ilustrator jika ada yang perlu

digambar. Setelah selesai proses layout, maka hasilnya akan

diberikan kembali ke redaktur pelaksana yang berkoordinasi

dengan sekretaris redaksi. Setelah diperiksa oleh redpel, maka

selanjutnya akan diperiksa oleh korektor untuk dikoreksi

maka selanjutnya diberikan kembali kepada layouter sebagai

proses check dan richek agar tidak terjadi kesalahan saat akan

proses cetak.Setelah proses check dan richeck selesai, maka

selanjutnya adalah mencetak majalah.

Kang Yadi menambahan bahwasannya :

“Percetakan majalah Manglé bukan milik sendiri melainkan


di percetakan Granesia Jl. Sekelimus Batununggal Bandung.
Proses pencetakan itu membutuhkan waktu empat hari.
Deadline selesai majalah adalah hari Kamis, kemudian
dikirim ke percetakan dan majalah selesai pada hari senin.
Setelah majalah datang dari percetakan. kemudian diberikan
ke bagian sirkulasi dan distribusI”.

Sirkulasi bertugas mendistribusikan Manglé sesuai pesanan

pada edisinya. Sedangkan distribusi bertugas untuk mempack,

memisahkan sesuai jumlah yang diminta oleh agen. Selain itu

juga membawahi driver untuk tepat waktu dan mengurusi hal-

hal lainnya. Setelah majalah diantar ke agen-agen oleh driver.

Maka sampailah majalah Manglé dari agen ke pembaca


93

3.2.4 Pengawasan dan Evaluasi Manajemen Redaksi Majalah

Sunda Mangle pada Era Disrupsi

Fungsi pengawasan adalah melakukan evaluasi secara

berkala terhadap keberhasilan target dengan mengikuti standar

indicator yang sudah ditentukan. Seorang manajer juga harus

melakukan klarifikasi dan koreksi jika terjadi penyimpangan

lalu memberikan solusi terhadap setiap permasalahan. Bentuk

pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter

perusahaan.

Kang Enca selaku pemimpin redaksi mengatakan bahwa


Tindakan pengawasan pada bidang redaksi lebih ditekankan
pada pengawasan pelaksanaan kegiatan dari mulai proses
pencarian bahan berita, penyusunan naskah, menyeleksi
naskah, penyuntingan naskah, penyusunan layout, sampai ke
percetakan. Bentuk pengawasan di Majalah Manglé dilakukan
oleh redaktur pelaksana. Saya sebagai pemred harus selalu
mengawasi bagaimana pembuatan naskah apakah sudah selesai
apa belum. Misalnya mengawasi bagian dokumentasi dan
penanggungjawab rubrik.

Tujuannya agar mudah diketahui jika ada data yang kurang

atau tidak perlu dimasukan ke dalam naskah berita atau

pendapat tersebut. Sehingga dengan dilakukannya pengawasan

ini bisa meminimalisir kesalahan sebelum proses pencetakan

majalah.

Jika terjadi kesalahan dalam proses penyusunan berita,

maka pemimpin redaksi akan melakukan pembetulan sesegera

mungkin. Tapi jika tidak sempat diperbaiki, maka akan


94

langsung diralat dan tidak dimuat ke dalam majalah yang akan

diterbitkan pada edisi tersebut.

Kang Enca juga menambahkan, bahwasannya : Ketika ada


kesalahan dalam penulisan naskah, maka pemimpin redaksi
akan langsung mengingatkan atau menegur orang yang
melakukan kesalahan tersebut. Tapi alhamdulilah orang-orang
Mangle sejauh ini tidak pernah melakukan kesalahan yang
fatal.

Pemimpin redaksi mengawasi kinerja karyawannya bukan

berarti menilai kekurangannya saja. Melainkan menilai juga

kinerja-kinerja baik yang dilakukan oleh karyawannya. Pihak

majalah Manglé akan memberikan penghargaan kecil kepada

orang-orang yang berprestasi misalnya selalu mengerjakan

tugasnya dengan baik. Meskipun penghargaan tersebut tidak

sebesar penghargaan di media lain, tapi cukup tersentuh kepada

orang yang diberi penghargaan tersebut.

Upaya Mangle dalam melakukan pengawasan dan evaluasi

di mangle online yaitu mangle cetak dengan mangle online

harus mampu bekerja sama lain dalam menyajikan berita yang

berkualitas.

Seperti halnnya yang diungkapkan kang Unay selaku dewan


redaksi sekaligus merangkap sebagai wartawan, ia
mengungkapkan bahwasannya : Media cetak mangle itu lebih
menonjol disbanding media online nya. Maka dari itu media
cetak merupakan media konfirmasi an klarifikasi dari media
online yang belum matang dalam sisi isi berita dan
kebenarannya tentunnya media cetak akan mengklarifikasinya.

Tak jauh berbeda dengan pendapat Kang Yadi selaku


sekretaris Majalah Sunda Mangle, ia mengatakan bahwa :
95

“Beberapa hal harus dilakukan agar singkron antara cetak


dengam online dan hal yang harus dilakukan yakni
menduga dan mampu mengetahui apa yang paling
menarik di pasaran dan dan bagi para pembaca sehingga
kita dapat melakukan strategi dari hal-hal tersebut.media
digital banyak, pasar media cetak itu masyarakat masih
lebih percaya pada media cetak dibandingkan media
digital karena media digital sekarang banyak bermunculan
media yang tidak benar benar media”.

Kang Enca menambahkan bahwasannya :

“Di era sekarang meskipun sudah memasuki era disrupsi,


media konvensional/cetak masih tetap ada dan bertahan.
Media online semakin banyak bermunculan, jika media
konvensional di era disrupsi tetap bertahan, mungkin tidak
sebanyak atau sebagus sebelumnya. Akan tetapi media
konvensional akan tetap bertahan walaupun nanti banyak
bermunculan media digital karena media cetak sudah
punya pasar sendiri”.

Majalah Manglé melakukan proses evaluasi setiap satu

minggu sekali. Bahan yang dievaluasi ini bersumber dari dalam

majalah Manglé itu sendiri maupun pembaca. Evaluasi dari

pihak Manglé biasanya mengenai kendala- kendala yang

dirasakannya.

Kang Unay selaku dewan redaksi Mangle mengatakan bahwa :

“Salah satu kendala yang dirasakan bidang redaksi Manglé


ada dalam proses penulisan beritanya yang sulit. Hal ini
dikarenakan informasi yang disampaikan harus
menggunakan bahasa Sunda yang tingkat kesulitannya lebih
tinggi. Selain itu, majalah Kurangnya Sumber Daya Manusia
juga menjadi kendala redaksi Manglé, inilah mengapa terjadi
rangkap jabatan”

Semua kendala ini disampaikan dalam proses evaluasi dengan

tujuan bisa menemukan solusi. Salah satu solusinya dengan


96

selalu melatih diri dalam hal penulisan berita. Tak hanya itu,

Manglé selalu mengadakan perekrutan terhadap orang-orang

yang kompeten dalam hal penulisan bahasa Sunda. Meskipun

memang tak jarang banyak yang mengundurkan diri sesuai

dengan seleksi alam.Dengan melakukan proses evaluasi,

majalah Manglé juga bisa mengetahui bagaimana cara

menghadapi persaingan dengan majalah-majalah nasional.

Caranya yaitu dengan selalu meningkatkan kemampuan agar

majalah Manglé tetap berkenan dihati pembaca. Majalah

Manglé juga memiliki kekuatan, yaitu satu-satunya majalah

mingguan yang menggunakan bahasa daerah. Bisa dikatakan

satu-satunya majalah lokal bahasa Sunda yang ada di Jawa

Barat. Inilah yang menjadi alasan majalah Manglé masih bisa

bertahan di era disrupsi ini.

3.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mengenai

manajemen redaksi majalah Sunda Manglé , dari proses perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan atau pelaksaaan dan pengawasan atau

evaluasi.

Manajemen redaksi adalah proses kegiatan yang dilakukan dari

mulai perencanaan lalu pengorganisasian kerja dalam system

keredaksian di suatu media massa atau media pers untuk mencapai


97

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya oleh media pers yang

bersangkutan.

Sebagai media massa cetak, tentunya majalah yang baik adalah

majalah yang mampu memberikan kontribusi kepada para khalayak

sebagaimana fungsi dan perannya. Karena itu, penataan dan

pengelolaan menjadi aspek yang sangat penting dalam dunia majalah.

Dengan kata lain, sebuah manajemn pers yang baik mutlak diperlukan.

3.3.1 Pembahasan Perencanaan Manajemen Redaksi

Majalah Sunda Mangle pada Era Disrupsi

Perencanaan dalam manajemen redaksional sebuah berita

di majalah adalah penentuan kebijaksanaan materi

pemberitaan untuk edisi setiap bulan serta membahas berita-

berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil

perencanaan yang baik. Proses pencarian dan penciptaan

berita dimulai dari rapar redaksi dan rapat perencanaan berita.

Menurut Malayu Hasibuan dalam bukunya yang

berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2016)

mengatakan bahwa Perencanaan (human resources planning)

adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien

agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu

terwujudnya tujuan.

Menurut Nickels dan McHugh dalam buku “Pengantar

Manajemen”, kegiatan yang terkait dengan fungsi perencanaan


98

adalah menetapkan tujuan dan target, merumuskan strategi

untuk mencapai suatu tujuan, menentukan sumber-sumber

daya yang diperlukan dan menetapkan standar/ indicator

keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target.

Majalah Sunda Mngle dalam tahap perencanaan tidak

pernah melewatkan rapat redaksi. Perencanaan merupakan

termasuk bagian dari peran manajemen, termasuk rapat

proyeksi adalah hal yang sangat penting dilakukan agar

semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Hal ini diperkuat oleh Totok Drojo dalam bukunya

“Manajemen Penerbit Pers”. Ia mengatakan bahwa Rapat

Redaksi sangat penting dan harus rutin dilakukan sebelum dan

saat penggarapan media berlangsung. Karena akan

mempermudah kita mengetahui perkembangan dari setiap

anggota tim yang telah mendapatkan tugas.

Rapat redaksi yang dilakukan mangle ini membahas isu-isu

apa saja yang akan dibahas. Adapun isu-isu yang dibahas tidak

jauh dari permasalahan kebudayaan dan kesenian Sunda ataupun

isu yang sedang hangat.

Totok Drojo dalam bukunya “Manajemen Penerbit Pers”

Rapat redaksi adalah foreplay bagi pegiat pers untuk melakukan

kegiatan jurnalistik. Dalam rapat redaksi kita akan menentukan

tema, penentuan sumber berita, segmentasi berita, rubrikasi dan


99

pembagian kerja. Penentuan tema berfungsi sebagai pedoman

kita dalam membuat berita.Sebisa mungkin berita yang

disampaikan harus sesuai dengan tema yang telah dtentukan.

Tema menjadi hal vital dalam suatu penerbitan media, karena ia

akan menentukan arah penulisan dan isi dari media tersebut.

Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur,

bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri

bisa bersumber dari berbagai sumber. misalnya: undangan

liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang

sudah dimuat atau ditayangkan dimedia lain, hasil pengamatan

pribadi si jurnal, masukan dari nara sumber/informan, dan

sebagainya.

Adapun sasaran rapat redaksi adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkoordinasi kebijakan redaksi dan liputan

2. Untuk menjaga kelancaran komunikasi antara staf redaksi

(komunikasi antara reporterjuru kamera, staf riset,

redaktur,dan sebagainya)

3. Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin

(potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan

sarana/alatuntuk peliputan, keamanan dalam peliputan,dan

sebagainya)

4. Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.

Dari rapat redaksi ini, di tentukan topik, yang mau di liput


100

sekaligus di tunjuk reporter (plusjuru kamera) yang harus

meliputnya. dalam pembahasan yang lebih rinci, bisa

dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik

liputan bersangkutan, serta narasumber yang harus di

wawancarai. Untuk kelengkapan data, staf riset bisa

diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan

hasil liputan nantinya

Sebelum melakukan rapat, majalah Manglé telah

melakukan riset agar mengetahui apa yang sedang hangat

diperbincangkan di masyarakat. Fellin, Tripodi dan Meyer

(1969) riset adalah suatu cara sistematik untuk maksud

meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan

pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan)

dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.

Pada dasarnya riset adalah setiap proses yang

menghasilkan ilmu pengetahuan. Menurut Clifford Woody

riset adalah suatu pencarian yang dilaksankan dengan teliti

untuk memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau

hukum-hukum baru. Di dalamnya terdapat usaha dan

perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif makan

waktu yang cukup lama.

Rapat redaksi akan diselenggarakan untuk brain storming,

isu-isu apa saja yang akan dinaikan di edisi selanjutnya. Isu


101

yang diangkat tidak harus selalu mengandung unsur kebaruan.

Yang penting, isunya tidak mudah basi. Selain itu, cara

penulisannya harus diangkat dari sudut pandang kesundaan.

Meskipun setiap rubrik ada redaktur yang memegang, namun

untuk isu semua orang bisa mengajukan untuk rubrik mana pun.

Mangle selaku majalah mingguan harus mampu memikirkan

dampak yang akan terjadi seminggu ke depan terkait isu yang

sedang diperbincangan di masyarakat agar info yang

disampaikan sangat lengkap dan berkualitas.

Menurut Melvein De Fluer dan Sandra J. Ball Rokeach

dalam bukunya Theories of Mass Communication( (1989) ada

salah satu dari lima revolusi Komunikasi massa yaitu zaman

penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi massa

( The age of signs and signals) Peran insting sangat kuat

dibandingkan dengan rasio dalam berkomunikasi. Hal itu terjadi

karena kemampuan kapasitas otak masih sangat lamban.

Dikutip dari buku D.S.Hasibuan yang berjudul Manajemen

Sumber Daya Manusia, Tahapan planning atau perencanaan

adalah sebagai berikut :

1. Persiapan SDM serta sarana dan prasaranaPenyusunan atau

2. penetapan visi, misi, nama, logo, desain halaman,

pemilihan jenis huruf, dan lain sebagainya.


102

3. Penyusunan rencana pemasaran, termasujk strategi

penjualan, distribusi, dan sebagainya.

Menurut hasil penelitian di lapangan, ada beberapa analisis

terkait pernyataan yang dikatakan D.S.Hasibuan dalam bukunya

yaitu :

a. Persamaan

Berdasarkan uaian diatas Mangle juga sudah menetapkan visi

misi , logo serta yang lainnya serta selalu melakukan

perencanaan mengenai pemasaran, penjualan dan ditribusi.

b. Kekurangan

Menurut urain diatas, bahwasannya tahapan planning itu harus

mempersiapkan SDM serta sarana dan prasana. Berdasarkan

hasil penelitian yang peneliti dapatkan, Majalah Sunda Mangle

belum mempersiapkan SDM dengan baik karena masih ada

system rangkap jabatan. Sedangkan jika ingin lebih efektif

pengelolaan manajemennya harus mempersiapkan SDM dengan

sangat baik yaitu dengan tidak adanya rangkap jabatan agar tiap

orangnya bias focus ke satu jabatan saja.

Simpulan dari pembahasan point ini yaitu, Majalah Sunda

Mangle sudah melaksanakan perencanaan redaksi sesuai dengan

konsep POAC yang diuraikan di BAB II, walaupun masih ada

sedikit perbedaan dan kekurangannya.


103

3.3.2 Pengorganisasian Manajemen Redaksi Majalah Sunda

Mangle pada Era Disrupsi

Totok Djuroto, Organizing meliputi pembentukan bagian-

bagian , pembagian tugas, pengelompokan pegawai, dan lain-

lain. Dalam memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing

bidang memiliki tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama.

Untuk itu manajemen pers harus mampu menciptakan,

memelihara dan menerapkan sistem kerja yang proporsional

dengan menjalin hubungan yang baik, serta menumbuhkan

kebersamaan antar sesame anggota. Untuk kepentingan itu,

diperlukan suatu tatanan kerja dalam oraginasasi perusahaan

pers tersebut

Menurut George R. Terry pengorganisasian adalah

Pembentukan hubungan perilaku yang efektif diantara orang-

orang sehingga mereka dapat bekerja sama secara efektif dan

mendapatkan kepuasan pribadi dalam melakukan tugas-tugas

yang dipilih dibawah kondisi lingkungan yang diberikan untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Menurut Junaedi (2014: 42), Pengorganisasian dalam

manajemen media merupakan tahapan yang sangat penting

dalam mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian dalam

kegiatan manajemen yaitu melakukan penyusunan struktur


104

organisasi dan sumber daya yang ada di organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi.

Aktifitas manajemen redaksional dalam tahap pengorganisasian

diantaranya adalah:

1) Menentukan anggota tim redaksi

2) Menentukan tugas dan fungsi dari masing-masing anggota

tim redaksi

3) Melakukan penggantian anggota tim redaksi jika diperlukan

4) Memberikan pengarahan kepada anggota tim redaksi.

Adapun bagian yang ada di dalam bidang redaksi antara lain

pemimpin redaksi, Sekertaris Redaksi, Redaktur Pelaksana,

Redaktur, Wartawan dan Koresponden. Dengan adanya struktur

organisasi dan pembagian tugas di bidang redaksi, akan

membuat produk jurnalistik yang akan dihasilkan menjadi

berkualitas dan banyak menarik pembaca. Meskipun ketua

bidang pemasaran dan ketua bidang iklan di majalah Manglé

dipegang oleh satu orang. Tidak membuat tugas pemsaran dan

iklan terbengkalai. Karena dibawah bagian iklan ada korespon

dan wartawan yang ikut terlibat mencari iklan. Begitu pun di

pemasaran ada bagian yang bertugas untuk memasarkan dan

mendistribusikan majalah Manglé sampai ke tangan pembaca.

Bagian tersebut adalah sirkulasi dan distribusi.


105

Menurut Peter Pringgel dan rekan kegiatan

mengorganisasikan atau pengorganisasian adalah proses

pengaturan sumber daya manusia dan materi dalam suatu

struktur formal dimana tanggung jawab diberikan kepada

berbagai unit, posisi dan personel tertentu. Proses ini

memungkinkan konsentrasi dan koordinasi kegiatan dan

pengawasan terhadap upaya-upaya untuk mencapai tujuan

media penyiaran.

Kegiatan pengorganisasian antara lain :

1. Mengalokasikan sumber daya, menyusun dan menetapkan

tugas-tugas serta menetapkan prosedur yang diperlukan.

2. Menetapkan struktur perusahaan yang menunjukkan adanya

garis kewenangan dan tanggung jawab.

3. Merekrut, menyeleksi, dan melakukan pelatihan serta

pengembangan tenaga kerja.

4. Menempatkan tenaga kerja pada posisi yang pas dan paling

tepat.

Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis dikelompokkan

dalam divisi atau departemen yang sama. Sebagai contoh dalam

manajemen media cetak, aktivitas organisasi yang berkaitan

pencarian berita dimasukkan ke dalam divisi pemberitaan.

Aktivitas yang berkaitan dengan proses editing menjadi divisi


106

penyuntingan. Aktivvitas yang berkaitan dengan tata letak

( layout ).

Untuk pengorganisasian di Majalah Sunda Mangle

sebenarnya sudah sesuai dengan konsep POAC yang dijelaskan

di BAB II. Pengorganisasian di bidang redaksi Majalah Sunda

Mangle juga sudah di kategorikan baik karena adanya struktur

kepengurusan yang jelas, penentuan tim peliput dan pembagian

tugas, adanya kewenangan yang jelas dalam melaksanakan

tugas, adanya pertanggung jawaban yang jelas, Hanya saja ada

sedikit perbedaan yaitu di majalah mangle untuk divisi

pemberitaan dan penyuntingan tidak ada bagian khusus karena

mangle melakukan penyuntingan naskah oleh penanggungjawab

rubric masing-masing. Sedangkan untuk mengatur tata letak

sudah sesuai dengan konsep POAC. Kekurangan pengelolaan

manajemen tetap saja ada pada kekurangan SDM.

3.3.3 Penggerakan Manajemen Redaksi Majalah Sunda

Mangle pada Era Disrupsi

Tindakan penggerakan diutamakan untuk menggerakan

karyawan bidang redaksi oleh pemimpin redaksi agar mereka

memiliki kemauan dan tekad yang kuat serta berusaha untuk

memuat halaman majalah tiap terbit dengan informasi yang

menarik hati pembaca. Untuk itu diperlukan pemimpin redaksi


107

dan redaktur pelaksana yang mampu mendorong wartawannya

untuk bekerjasama dengan setulus hati, penuh kesadaran dan

gigih sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar, dan dapat

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar,

mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah

untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-

usaha pengorganisasian. Setelah adanya pengaturan/rencana dan

juga telah diatur tentang segala sesuatunya, maka

digerakkan/diarahkan agar mereka mau dan suka bekerja dalam

rangka menyelesaikan tugas demi tercapainya tujuan bersama.

Dalam hal ini diusahakan agar mereka jangan semata-semata

menerima perintah saja dari atasan. Mereka harus tergerak

hatinya untuk menyelesaikan tugasnya seirama dengan

bidangnya masing-masing petugas/karyawan.

Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi,

mengemas produk, menjual produk dan sebagainya. Tahapan

Acting yaitu: Semua bagian bekerja sesuai perencanaan dan

pengorganisasian yang telah disusun, Bidang redaksi melakukan

tahapan dalam news processing, news planning, hunting,

writing, layouting, lalu dilimpahkan pada bagian produksi atau

percetakan .
108

Peliputan merupakan pengumpulan data dan informasi di

lapangan yang dilakukan oleh wartawan atau jurnalis. Dalam

proses ini, biasanya berupa pemantauan langsung atau

mencatat sebuah peristiwa yang terjadi. Selain itu, proses ini

bisa dilakukan dalam bentuk wawancara dengan sejumlah

narasumber. Beberapa kegiatan pada fungsi pengarahan antara

lain:

1. Membimbing dan memberi motivasi kepada pekerja supaya

bisa bekerja secara efektif dan efisien.

2. Memberi tugas serta penjelasan secara rutin tentang

pekerjaan.

3. Menjelaskan semua kebijakan yang sudah ditetapkan.

Kegiatan mengarahkan dan mempengaruhi ini mencakup

empat kegiatan yaitu:

1. Pemberian motivasi manajer harus mampu menyadari

kebutuhan masing-masing individu, karyawan serta mampu

menciptakan iklim agar setiap karyawan dapat memberikan

kontribusinya secara produktif.

2. Komunikasi, yaitu cara yang digunakan pimpinan agar

karyawan menegtahui atau menyadari tujuan dan rencana

stasiun penyiaran agar mereka dapat berperan secara penuh

dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.


109

3. Kepemimpinan, merupakan kemampuan yang dipunyai

seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja

mencapai tujuan dan sasaran.

4. Pelatihan, yaitu membantu karyawan baru untuk

mempersiapkan diri agar dapat lebih cakap dan mahir

dalam melaksanakan tugasnya

Dimulai dari perencanaan, dalam tahap ini apabila ingin

memberikan informasi kepada khalayak tentang tahap seperti

apa yang harus dilakukan sebelum melangkah lebih jauh dalam

proses pembuatan majalah. Contohnya dari penetapan visi dan

misi majalah, penentuan segmentasi majalah, penentuan proses

distribusi atau penjualan, tahap mengonsep majalah (nama

majalah, pembagian rubrik, ukuran majalah, jenis kertas, dan

lainnya.

Hal ini selaras dengan yang dikatakan Kang Unay selaku

dewan redaksi Mangle menambahkan bahwa data yang didapat

oleh wartawan diberikan kepada redaktur pelaksana kemudian

diberikan kepada penanggungjawab masing-masing rubric.

Memasuki tahap pembuatan, kita harus mengisi informasi

dalam majalah, menulis artikel-artikelnya, dan jangan lupa

mengoreksi tulisan agar tidak memberikan informasi yang salah.

Setelah tulisan diserahkan ke desainer, maka tahap inilah yang

membuat suatu majalah terlihat menarik dan inovatif.


110

Tahap mendesain adalah yang sangat menarik, karena tahap

ini menuntut untuk selalu kreatif dan inovatif agar pembaca

memiliki perhatian akan majalahnya. Perhatikan detail seperti

layout, warna, font, ilustrasi atau gambar, dan elemen visual

lain. Pesona sebuah majalah sebagian besar datang dari cover.

Maka desain cover depan majalah harus memenuhi kriteria-

kriteria seperti menunjukkan identitas majalah, menarik

perhatian, komunikatif dan informatif.

Terakhir adalah masuk ke proses pencetakan. Sebelum

masuk cetak dalam jumlah besar, sebaiknya sebuah majalah

harus dilakukan cetak uji coba terlebih dahulu. Hal ini dilakukan

agar bisa diketahui kesalahan–kesalahan klasik dalam mencetak

seperti warna yang berbeda dengan yang dikomputer, font yang

berubah dengan aslinya, gambar yang pecah, dan lainnya

.Percetakan majalah Manglé bukan milik sendiri melainkan

di percetakan Granesia Jl. Sekelimus Batununggal Bandung.

Proses pencetakan itu membutuhkan waktu empat hari. Deadline

selesai majalah adalah hari Kamis, kemudian dikirim ke

percetakan dan majalah selesai pada hari senin. Setelah majalah

datang dari percetakan. kemudian diberikan ke bagian sirkulasi

dan distribusi.

Ketika proses cetak uji coba sudah sesuai dengan

keinginan. Maka langkah selanjutnya, yaitu mencetak besar.


111

Mencetak dengan mesin yang disesuaikan dengan keinginan dan

sesuai keuangan perusahaan.

Dalam penggerakan, Majalah Sunda Mangle sudah sesuai

dengan konsep POAC yang telah dijelaskan pada BAB II.

Karena dari mulai menggerakan karyawan, menghasilkan

produk, mencetak produk dan sampai menyebarkan produk

mangle bekerja dengan baik yang membedakan Mangle untuk

bagian percetakan memamng terpisah dari kantor mangle itu

sendiri, hal itu sedikit membuat pembuatan jalannya produk

sedikit mengalami kelambatan. Sedangkan pada umumnya

media, tempat percetakan itu sendiri satu tempat dengan media

tersebut.

3.3.4 Pengawasan dan Evaluasi Manajemen Redaksi

Majalah Sunda Mangle pada Era Disrupsi.

Menurut Fahmi dalam Erlis Milta dkk (2015, p.653)

pengawasan dapat di definisikan sebagai cara suatu organisasi

mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien serta lebih jauh

mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Tahap

pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan

untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional

telah sesuai dengan rencana semula atau tidak.

Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan

kegiatan penting karena adanya evaluasi dan penyuntingan


112

hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan. Pada tahap

pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan disesuaikan.

Menurut Siagian (2007:130) pengawasan akan berlangsung

efektif apabila memiliki berbagai ciri yang dibahas sebagai

berikut :

1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai

kegiatan yang diselenggarakan. Yang dimaksud ialah

bahwa teknik pengawasan harus sesuai, antara lain dengan

penemuan informasi tentang siapa yang melakukan

pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran

pengawasan tersebut.

2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang

kemungkinan adanya deviasi dari rencana.

3. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-

titik strategis tertentu.

4. Objektivitas dalam melakukan pengawasan

Salah satu komponen dalam rencana ialah standar

prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para

pelaksana kegiatan operasional tersebut. Standar tersebut

harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan

mekanisme kerja, melainkan rangkaian kriteria yang

menggambarkan persyaratan baik kuantitatif dan kualitatif.


113

Dengan adanya kreteria tersebut, pengawasan dapat

dilakukan lebih objektif.

5. Keluwesan pengawasan

Pengawasan sebaiknya bersifat fleksibel sehingga jika

terjadi desakan untuk melakukan perubahan-perubahan

pada pelaksanaan, perubahan itu dapat dilakukan tanpa

harus mengganti pola dasar kebijaksanaan dan rencana

organisasi.

6. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.

7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan

Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi

bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakin tinggi.

8. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang

terlibat.

Dengan mengatasnamakan kecanggihan sistem

pengawasan, dewasa ini banyak digunakan dan

dikembangkan berbagai teknik untuk membantu para

manajer melakukan pengawasan secara efektif seperti

berbagai rumus matematika, bagan-bagan yang rumit,

analisis yang rinci dan data-data statistik.

9. Pengawasan mencari apa yang tidak beres

Artinya, pengawasan yang baik menemukan siapa yang

salah dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan


114

terjadinya kesalahan tersebut kemudian memperbaiki

kesalahan tersebut.

10. Pengawasan harus bersifat membimbing.

Dalam sebuah media massa, pasti harus selalu melakukan

penilaian dalam bentuk evaluasi. Majalah Manglé melakukan

proses evaluasi setiap satu minggu sekali. Adapun bahan yang

dievaluasi ini bersumber dari dalam majalah Manglé itu sendiri

maupun pembaca. Evaluasi dari pihak Manglé biasanya mengenai

kendala- kendala yang dirasakannya.

Kegiatan pada fungsi pengendalian antara lain :

1. Mengevaluasi keberhasilan dan target dengan cara mengikuti

standar indikator yang sudah ditetapkan

2. Melakukan klarifikasi dan koreksi terhadap penyimpangan

yang ditemukan

3. Memberi alternatif solusi yang mungkin bisa mengatasi

masalah yang terjadi.

Salah satu kendala yang dirasakan bidang redaksi Manglé ada

dalam proses penulisan beritanya yang sulit. Hal ini dikarenakan

informasi yang disampaikan harus menggunakan bahasa Sunda

yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Selain itu, majalah Manglé

juga mengalami kesulitan dalam hal pencarian bahan informasi

yang sesuai dengan visi dan misi Manglé. Kurangnya Sumber


115

Daya Manusia juga menjadi kendala redaksi Manglé, inilah

mengapa terjadi rangkap jabatan.

Semua kendala ini disampaikan dalam proses evaluasi dengan

tujuan bisa menemukan solusi. Adapun salah satu solusinya dengan

selalu melatih diri dalam hal penulisan berita. Tak hanya itu,

Manglé selalu mengadakan perekrutan terhadap orang-orang yang

kompeten dalam hal penulisan bahasa Sunda. Meskipun memang

tak jarang banyak yang mengundurkan diri sesuai dengan seleksi

alam.

Dengan melakukan proses evaluasi, majalah Manglé juga bisa

mengetahui bagaimana cara menghadapi era disrupsi ini karena

persaingan dengan media- media nasional semakin ketat. Menurut

Kasali, disruption adalah sebuah inovasi, yang akan menggeser

seluruh sistem lama dengan system baru. Disruption menggunakan

teknologi yang canggih dan baru lalu menggantikan teknologi lama

yang serba manual. Era disrupsi ini menjadikan masyarakat

merubah pola aktivitas yang dilakukan di dunia nyata menjadi di

dunia maya.

Rheinald Kasali, menjelaskan bahwa ada tiga cara mengatasi era

disrupsi yaitu:

1. Jangan bangga menjadi orang “pemenang”. Organisasi yang

selalu berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah sangat loyal.

Padahal ketika sudah terjadi perubahan saat ini belum tentu

kosumen akan tetap bertahan.


116

2. Jangan takut menghancurkan produk sendiri. Cara yang

sepertinya sangat sadis padahal maksud disini yaitu

menghancurkan produk sendiri dengan menggantikannya

dengan produk baru yang jauh lebih bagus kualitasnya..

3. Membentuk ulang sesuatu atau membuat sesuatu yang baru.

Melakukan inovasi dengan memodifikasi produk yang sudah

ada sebelumnya dengan bentuk lain agar organisasi semakin

bertahan

Sebagai contohnya semakin berkembangnya zaman, media-

media baru bermunculan seperti media elektronik dan media online.

Media online inilah yang sedikit demi sedikit mengubah pola

aktivitas yang biasanya dilakukan di dunia nyata menjadi di dunia

online agar lebih praktis.

Di era disrupsi ini kita harus mempunyai pilihan, membentuk

ulang atau menciptakan sesuatu yang baru. Jika kita memilih untuk

membentuk ulang, maka kita bisa melakukan inovasi dari produk

atau layanan yang sudah kita miliki dengan sebagus mungkin.

Sedangkan jika ingin membuat yang baru, kita harus berani

memiliki inovasi yang sesuai dengan kebiasaan konsumen yang

mulai berbubah.

Strategi yang dilakukan Mangle di Era Disrupsi ini yaitu dengan

selalu meningkatkan kemampuan agar majalah Manglé tetap

berkenan dihati pembaca. Jadilah Mangle sebagai obat pelipur lara,


117

obat kerinduaan bagi orang asli sunda, khusus bagi urang Sunda

yang bermukim nun jauh dari tanah kelahirannya, membaca Mangle

menjadi salah satu cara mengobati kerinduan pada kampung

halaman. Maka, salah satuhal yang menjadi kekuatan sekaligus ciri

khas dari majalah Manglé adalah panineungan, sesuatuyang menjadi

kenangan kuat.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Rheinald Kasali diatas

dapat kita ketahui bahwa Mangle mampu mengatasi era Disrupsi

ini. Mangle sampai saat ini bias bertahan salah satunya yaitu

dengan selalu berusaha mengikuti zaman dan terus berinovasi.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka, simpulan yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

1. Perencanaan, mangle membuat rancangan terlebih dahulu lalu

melakukan rapar redaksi. Rapar redaski dilakukan setiap sati minggi

sekali yaitu pada Hari Kamis. Tujuan dari rapat redaksi yaitu untuk

menentukan topic dan isu untuk berita di mangle cetak, mangle online

dan mangle.id.

2. Pengorganisasian, majalah Mangle membagi pengorganisasian tidak

dengan divisi permberitaan dan divisi penyuntingan dikarenakan ada

beberapa dewan redaksi yang merangkap menjadi divisi tersebut.

Meskipun Majalah Sunda Mangle masih menggunakan system

rangkap jabatan, mereka selalu bekerja dengan sangat baik sesuai

jobdesk masing-masing.

3. Penggerakan dan pelaksanaan, tahap awal Mangle dalam melakukan

penggerakan yaitu memberikan motivasi dan dorongan kepada

anggotanya untuk selalu focus dan bekerja dengan baik. Mangle

beroperasi sesuai dengan alur pembuatan naskah yakni dari mulai

118
pencarian berita, penyuntingan berita, pencetakan berita dan sampai

kepada bagian sirkulasi dan distribusi.

4. Pengawasan dan evaluasi, pemimpin redaksi mengawasi dan

mengkoreksi apa yang masih memiliki kekurangan di pencapain

sebelumnya dan berusaha lebih baik di waktu ke depannya. Tahap

evaluasi dilakukan setiap satu minggu sekali dengan merencanakan

ulang apa yang akan menjadi tujuan untuk selanjutnya

danmendiskusikan bagaimana cara menghadapi era disrupsi ini. .

4.2 Saran

4.2.1 Saran Akademis

Penelitian selanjutnya harus meniliti lebih mendalam strategi

mangle dalam mempertahanakan eksistensinya di era disrupsi ini

tak hanya di bagian redaksi saja, akan tetapi bagian iklan, bagian

sirkulasi atau yang lainnya.

4.2.2 Saran Praktis

Mangle harus lebih memperhatikan SDM agar tidak terjadi

rangkap jabatan dan Mangle harus mampu keluar dari zona

nyamannya yaitu dengan terus berinovasi agar tetap bias

bertahan di era disrupsi ini.

119
DAFTAR PUSTAKA
Buku :

D. S. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Junaedi, F. (2014). Manajemen Media Massa. Yogyakarta: Buku Litera.

NSutrisno, D. E. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fajaar

Interpratama Offset.

Drs. H. Sadili Samsudin, M. M. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Prof. Dr. H.A Yunus, D. S. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Majalengka: Unit Penerbitan Universitas Majalengka.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Drs. Totok Juroto, M. (2004). Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja

Rosd Dr. Zikri Fachrul Nurhadi, M. (2015). Teori-teori Komunikasi. Bogor:

Ghalia Indonesia.akarya.

Drs. Jalaludin Rakhmat, M. (1993). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset.

Prof. Dr. H. M Burhan Bungin, S. M. (2009). Penelitian Kualitatif Komunikasi .

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Prof. Dr. Emzir, M. (2010). Analisis data : Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

120
121

Skripsi :

Juwairiyah. 2008. Manajemen Redaksional pada Surat Kabar Harian Radar

Kudus. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Dwi Safitri. 2020. Strategi Redaksi Dalam Meningkatkan Kualitas Berita

Kriminal Di Surat Kabar Harian Pagi Metro Jambi Program Studi Komunikasi

Penyiaran Islam Konsentrasi Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Fathya Kautsar Fikri Ananda. 2020. Analisis Manajemen Redaksi dan Kebijakan

Redaksional Pemberitaan Bulu Tangkis di Media Daring (Studi Kasus di Media

Online Detik.com, Kompas.com dan Indosport.com).

Jannah, Nenden Jahrotul.2017. Strategi manajemen Media Manglé: Studi

deskriptif pada Majalah Manglé dalam mempertahankan eksistensinya sebagai

majalah Bahasa Sunda. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Nur Saipan Kamal. 2009. Manajemen Pemberitaan di Surat Kabar Harian Jogja.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Dessy Eka Dirahi. 2013. Analisis Deskriftif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah

Janna. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta


122

Khotimatus Sholikhati. 2008. Manajemen Redaksional pada Majalah Bakti.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Turcham. 2009. Manajemen Pers Majalah Minimagz. Fakultas Dakwah dan

Komunikasi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Mashita P.F.P. 2013 Manajemen Redaksional Majalah Gaya Hidup

Remaja.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Komunikasi.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Internet :

Hidayat, F. (2009, 0ktober 21). Manajemen Pers. Retrieved Februari 25, 2020,

from https://fedri-hidayat.blogspot.com/2009/10/manajemen-pers.html

ovanmedia. (2009, Juli 15). Media Terbitan Bandung Raya. Retrieved Februari

24, 2020, from Novanmedia

https://novanmedia.wordpress.com/2009/07/15/media-yang-diterbitkan-di-

kawasan-bandung-raya/

https://www.liputan6.com/citizen6/read/2147277/ini-dia-koran-pertama-yang-

terbit-di-indonesia

from Novanmedia: https://novanmedia.wordpress.com/2009/07/15/media-yang

diterbitkan-di-kawasan-bandung-raya/
123

https://www.google.com/search?q=pENGERTIAN+MANAJEMEN&oq=pENGE

RTIAN+MANAJEMEN&aqs=chrome..69i57j0l7.10354j0j4&sourceid=chrome&i

e=UTF-8

http://faisalabduh97.blogspot.com/2012/02/kegiatan-redaksional-pengertian-

redaksi.html

http://sutirmaneka.blogspot.com/2015/10/pertemuan-1-manajemen-redaksi.html

https://www.google.com/amp/s/dikri09.wordpress.com/2009/04/25/sekilas-

mengenal.sejarah-koran-bahasa-sunda/amp/

https://narkive.com/

https://tirto.id/sejarah-bahasa-sunda-dalam-kebudayaan-cetak-cken

https://widuri.raharja.info/index.php?title=media_cetak

https://www.google.com/amp/s/ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-

penelitian-studi-kasus/amp/

https://seputarilmu.com/2018/12/pengertian-manajemen-menurut-para-ahli.html

http://repository.uin-suska.ac.id/2665/3/BAB%20II.pd

https://www.kabar-banten.com/generasi-era-disrupsi/

file:///C:/Users/Hachi/Downloads/PERAN%20EVALUASI%20PENDIDIKAN%

20PADA%20ERA%20DISRUPSI%20FINAL%203.%20IMAN%20SUBASMA

N.p
LAMPIRAN

Foto bersama kang Unay Sunardi selaku Dewan Redaksi


Foto bersama kang Yadi selaku sekretaris redaksi Mangle

Kebudayaan Sunda
Ruangan tempat rapat redaksi
Penghargaan kepeloporan bidang media kepada mangle ( media pelestari budaya

dan sastra sunda)

Anda mungkin juga menyukai