SKRIPSI
JAMBI
2022
PERNYATAAN
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing Skripsi.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai calon acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan ketidakbenaran dalam penulisan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
i
ABSTRAK
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
PERSETUJUAN SKRIPSI
Telah Disetujui Oleh Pembimbing Pada Tanggal Seperti Tertera dibawah ini
dan Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Jambi
iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : DIMAS ADAM KASTURI
Nomor Mahasiswa : RRB10016296
Program Kekhususan : Hukum Pidana
Judul Skripsi : Penyidikan Tindak Pidana Prostitusi Melalui
Media Elektronik
TIM PENGUJI
NAMA JABATAN TANDA TANGAN
Dr. Sahuri L, S.H., M.Hum Ketua Tim Penguji
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jambi
iv
KATA PENGANTAR
1. Dr. H. Usman, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi Utama dan Yulia
Monita, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi Kedua, yang telah banyak
3. Dr. H. Usman, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jambi
4. Dr. Hj. Muskibah, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
5. Umar Hasan, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Umum, Perencanaan
dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah memberi fasilitas
v
6. Dr. A. Zarkasi, S.H., M.H., selaku Wakli Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
kegiataan kemahasiswaan;
7. Dr. Elly Sudarti, S.H., M.H., selaku Ketua dan Dheny Wahyudi, S.H., MH.,
yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada Penulis dalam
8. Hj. Netty S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah
10. Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah banyak
11. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua Penulis, Bapak Mahbut
Junaidi S.E., dan Ibu Rosmila serta Adik Penulis M. Fariz Fahreza yang
Hukum Universitas Jambi begitu juga dengan doa, dukungan, dan nasehat;
12. Kepada rekan-rekan penulis yang telah banyak membantu, baik itu dari segi
vi
Penulis mengharapkan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan skripsi
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Penyidikan .................................................................................. 26
1. Penyidikan Tindak Pidana...................................................... 26
2. Upaya Paksa Dalam Penyidikan ............................................ 31
3. Berakhirnya Penyidikan ......................................................... 37
B. Tindak Pidana Prostitusi Melalui Media Elektronik................... 39
1. Tindak Pidana......................................................................... 39
2. Tindak Pidana Prostitusi Melalui Media Elektronik .............. 43
viii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................... 59
ix
BAB I
PENDAHULUAN
atau moral dan melawan hukum. Perbuatan prostitusi merupakan salah satu
bentuk penyimpangan sosial yang sudah dilakukan sejak dahulu kala. Prostitusi
Masalah prostitusi adalah masalah yang rumit, oleh karena itu masalah
ini sangat butuh perhatian khusus oleh masyarakat. Prostitusi, bisnis yang tidak
dapat dipisahkan dari dunia gelap adalah salah satu perbuatan yang
pelaku dan pengguna jasa, tetapi juga berdampak pada masyarakat luas.
sehingga dapat berujung pada tindak pidana, kejahatan dan sebagainya. Agama
sebagai salah satu pedoman dalam hidup sama sekali tidak dihiraukan oleh
mereka yang terlibat di dalam praktik prostitusi ini dan benar-benar merupakan
1
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1981, hlm. 200-201.
2
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.Jones, Pelacuran di Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hlm. 3.
1
2
Pelacuran bukan hanya gejala individu akan tetapi sudah menjadi gejala
sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga agama. Prostitusi
selalu ada pada semua negara sejak zaman purba sampai sekarang dan
senantiasa menjadi obyek urusan hukum baik hukum positif maupun hukum
tingkatnya.3
dengan sistem barat. Dalam hukum islam, setiap hubungan seksual yang
dilakukan diluar pernikahan itulah zina, baik yang dilakukan oleh orang yang
sampai saat ini sedang ramai diperbincangkan secara lokal. Praktik prostitusi
Prostitusi online dilakukan karena lebih mudah, praktis, dan lebih aman dari
razia petugas. Maka dari itu praktik prostitusi online saat ini sering terdengar
3
Kartini Kartono, Op. Cit. hlm. 241.
4
Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Ditinjau
Dari Hukum Islam, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010, hlm. 15.
3
profesi sebagai penyedia sarana dan mereka yang mempunyai profesi sebagai
pekerja seks komersial (PSK) serta mucikari atau pelindung PSK (Pasal 296
KUHP). Mereka yang menjual perempuan dan laki-laki dibawah umur untuk
dijadikan pelacur (Pasal 297 KUHP). Barang siapa menarik keuntungan dari
diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun (Pasal 506).
menyatakan
internet juga di atur oleh pasal 27 angka 1 Undang-undang No. 11 Tahun 2008
diri sendiri dan orang lain tanpa menimbulkan efek negatif (tidak merugikan
orang lain). Memiliki kualitas pendidikan yang tinggi sehingga dapat dianggap
oleh orang lain, bangsa dan dunia. Masyarakat yang berkepribadian baik dan
berakhlak mulia serta mampu mengharumkan nama baik keluarga, bangsa dan
negara.
perbuatan. Norma tersebut berasal dari manusia sendiri, sehingga tidak terbatas
pada sikap lahir namun juga sikap batin manusia, yang kemudian hidup dan
2008, suatu perbuatan atau obyek dapat dipandang sebagai suatu perbuatan
kesusilaan ini ternyata menjadi batu uji bagi perbuatan atau segala bentuk
UU No. 44 Tahun 2008 tidak menjelaskan dengan jelas dan tegas apakah yang
disebut norma kesusilaan itu sendiri dan bagaimana menentukan ada atau
sendiri. Pemahaman akan norma kesusilaan ini begitu penting dan mendesak
5
bagi siapa pun juga mengingat akhir-akhir ini suatu batasan perbuatan itu
melanggar norma kesusilaan atau tidak bagi satu orang dengan orang lain
ternyata tidak sama. Pembahasan akan norma kesusilaan ini harus dilakukan
Pemahaman akan norma kesusilaan secara tepat akan memberikan satu dasar
legalitas yang pasti tentang sejauh mana norma kesusilaan itu mengatur.5
Jika dianalisa, maka aturan dalam KUHP hanya dapat digunakan untuk
digunakan untuk menjerat pelaku (PSK atau pemakai jasa PSK). Namun
demikian, ada yang perlu dicermati di sini bahwa arti prostitusi adalah
pemanfaatan seseorang dalam aktifitas seks untuk suatu imbalan. Dari uraian
itu, maka prostitusi baik yang berbasis online maupun tidak, bertentang dengan
pasal-pasal kesusilaan dalam KUHP. Jika dilihat tindakan para mucikari dan
orang lain, yang ingin menguasai perempuan itu untuk disuruh melakukan
5
https://www.researchgate.net/publication/292610641_Norma_Kesusilaan_sebagai_Batas
an_Pornografi_menurut_UU_No_44_Tahun_2008 , diakes tanggal 6 Juli 2022
6
menjadi lebih kuat lagi apabila dilihat dari penempatan pasal-pasal tersebut
pada buku ke dua KUHP tentang Kejahatan yang menegaskan maksimal sanksi
pidananya.6
Pancasila yang sangat menjunjung tinggi norma serta nilai adat istiadat. Maka
jika perbuatan prostitusi itu menjalar dan merugikan masyarakat dalam hal ini
negara baik secara materil atas perbuatan itu memberikan sanksi hukum, tetapi
jelas.7
Dalam hal ini masyarakat dituntut untuk lebih menghormati norma dan
media elektronik ini dapat menghancurkan masa depan bangsa seperti adanya
kasus yang ditemukan dengan pelaku penyedia jasa prostitusi melalui media
6
Oksidelfa Yanto, “Prostitusi Sebagai Kejahatan Terhadap Eksploitasi Anak Yang Bersifat
Ilegal Dan Melawan Hak Asasi Manusia”, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pamulang, 2015,
hlm. 14 https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/420/300
7
Topo Santoso, Seksualitas Dan Hukum Pidana, Ind-Hill-Co, Jakarta, 2007, hlm. 3.
7
sebagai rangkaian tindakan penyidik menurut dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti yang
dengannya alat bukti itu menerangkan tentang tindak pidana yang terjadi dan
8
Dheny Wahyudi, “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Cyber Crime Di
Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum, Vol 4 No. 1, 2013, hlm. 99,
https://media.neliti.com/media/publications/43295-ID-perlindungan-hukum-terhadap-korban-
kejahatan-cyber-crime-di-indonesia.pdf
9
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Penyelidikan
dan Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 109.
8
menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
Elektronik yang tidak relevan dalam Pasal 26, mengubah ketentuan Pasal 31
Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang dalam Pasal 40, mengubah
43, dan menambah penjelasan Pasal 27 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) agar lebih
Penegak hukum yang bertugas dalam tahap penyidikan ini terdiri dari
pejabat polisi Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan
dan Informatika.10
ternyata ada kendala dalam proses penyidikan. Hal ini dapat dibuktikan dalam
2 (dua) tahun belakangan ini saja, tindak pidana prostitusi melalui media
10
Ibid, hlm. 120.
10
elektronik yang masuk ke Polda Jambi adalah sebagaimana terlihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel
Pengungkapan Tindak Pidana Prostitusi Melalui Media
Elektronik di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Kota Jambi Tahun
2021-2022
Tahun Jumlah Kasus Penyelesaian Kasus
2021 2 1
2022 3 2
Jumlah 5 3
media elektronik pada tahun 2021 terdapat 2 (dua) kasus dan terdapat 1 (satu)
tahun 2022 terdapat 3 (tiga) kasus dan yang terselesaikan hanya 2 (kasus) serta
kendala di proses penyidikan, salah satu kendalanya ialah kurangnya Alat atau
teknologi yang memadai. Dari tahun 2021 sampai 2022 terdapat Jumlah Tindak
jangka waktu penahanan sangat penting karena dapat membuat tersangka bebas
dari hukum yang dijelaskan pada Pasal 109 Ayat (2) KUHAP. Penyidikan
merupakan peran penting dalam mengumpulkan alat bukti yang terjadi untuk
yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP, terdakwa dinyatakan bersalah dan
pembuktian.
Media Elektronik”.
B. Rumusan Masalah
elektronik?
a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
tindak pidana prostitusi melalui media elektronik. Selain itu penelitian ini
2. Manfaat Praktis
penulis di bidang hukum bagi para ahli, praktisi hukum dan masyarakat
D. Kerangka Konseptual
13
harus diketahui terlebih dahulu pengertian dari judul tersebut terutama kata-
kata yang masih kabur pengertiannya untuk mengetahui kata yang ada dalam
1. Penyidikan
"Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya."
yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan
jalan apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi
2. Tindak Pidana
"strafbaarfeit" yang artinya suatu kenyataan yang dapat di hukum, yang sudah
barang tentu tidak tepat, karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat
11
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
2016, hlm. 120.
14
dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan,
3. Prostitusi
sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja. untuk imbalan berupa
penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang.
Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut
pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan
bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi
melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini
terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa.
Resiko yang dipaparkan pelacuran antara lain adalah keresahan masyarakat dan
12
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2013, hlm. 181.
13
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010,
hlm. 159.
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelacuran, diakses tanggal 16 Februari 2022.
15
adalah peristiwa penyerahan tubuh oleh wanita kepada banyak lelaki dengan
imbalan pembayaran guna disetubuhi dan pemuas nafsu seks si pembayar, yang
4. Melalui
kata melalui adalah melewati. Arti lainnya dari melalui adalah menempuh
5. Media Elektronik
Media elektronik terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “elektronik”
yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti sarana atau alat
siaran radio, telepon, internet dan sebagainya yang terletak diantara kedua
15
Bagong Suyanto, Op. Cit, hlm. 159-160.
16
https://kbbi.lektur.id/melalui#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa%20Ind
onesia,%2C%20percobaan%2C%20dan%20sebagainya) , diakses tanggal 16 Februari 2022
17
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Agung media Mulia, 2009, hlm. 400.
16
internet.18
E. Landasan Teoretis
Pidana adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai
tindak pidana, maka pada tindakan Penyidikan titik beratnya diletakkan pada
1. Teori Pembuktian
18
http://elib.unikom.ac.id/ruang-lingkup-dan-penyelenggaraan-pers-di-indonesia, diakses
tanggal 16 Februari 2022.
19
Mukhlis R, “Pergeseran Kedudukan dan Tugas Penyidik POLRI dengan Perkembangan
Delik-Delik di Luar KUHP”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol 3 No. 1, 2019, hlm. 57,
https://jih.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIH/article/view/1040/1033
17
satu cara membuktikan terdakwa bersalah atau tidak bersalah yakni dengan
Transaksi Elektronik, salah satu hal yang menjadi kendala dalam penanganan
praktik tindak pidana dunia maya ini adalah bahwa bukti-bukti berupa
evidence) lainnya yang belum dapat diterima sebagai alat bukti dalam hukum
Indonesia.
wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, maka hakim wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat, dalam hal ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
eksistensi alat bukti elektronik dalam menangani praktik tindak pidana dunia
maya terhadap transaksi elektronik. Sehingga jelas bahwa alat bukti elektronik
eksistensi dan kekuatan hukum alat bukti elektronik harus dituangkan dalam
20
Haryadi, Dessy Rakhmawati, Nadia Febriani, “Penanganan Saksi Mahkota (Kroo
ngetuige) dalam Pembuktian di Persidangan Terhadap Tindak Pidana Narkotika,” PAMPAS:
Journal Of Criminal, Vol 1 No. 2, 2020, hlm. 46, https://online-
journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/9614/6398
18
adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, yaitu kebenaran sejati atau
acara perdata) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil, artinya hakim
tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang
doubt).22
yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya dapat dipakai
bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah
21
Sahuri Lasmadi, “Pengaturan Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Dunia Maya”, Journal
Fakultas Hukum, 2014, hlm. 2, https://www.neliti.com/publications/43274/pengaturan-alat-bukti-
dalam-tindak-pidana-dunia-maya
22
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Rangkang Education, Yogyakarta
2013, hlm. 241.
23
Ibid, hlm. 247.
19
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi atau diskresi yang
24
Kabib Nawawi, Sahuri Lasmadi, Ardi Saputra Gulo, “Cyber Crime Dalam Bentuk Phising
Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik”, PAMPAS: Journal Of
Criminal, Vol 1 No. 2, 2020, hlm. 70, https://online-journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/9574
25
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mmpengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada, 1983, hlm. 4.
20
dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur dari pada efektifitas
penegakan hukum.
pilihan pertama, tindakan upaya paksa yang telah diatur secara rinci pasal demi
pasal sampai pelimpahan berkas perkara beserta tersangka dan barang bukti
tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pilihan kedua, adalah tindakan atas
dan kewajiban daripada hukum dan sesuai dengan tujuan bukum. Kadang-
dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, tapi
penegakan sistem nilai (jiwa) yang ada di belakang norma secara menyeluruh.
Diskresi dalam penegakan hukum yang aktual akan berdampak negatif apabila
tidak dipantau dengan baik den dijadiken masukan dalam pembaruan hukum
asasi manusia.
sikap lindak sebaga, rangkaian penjabaran milai tahap akhir, untik menciptakan
F. Metode Penelitian
yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, berikut penulis uraikan tentang
1. Lokasi penelitian
2. Tipe Penelitian
ada dalam praktik. Penelitian ini berarti mengetahui sejauh mana hukum itu
26
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum dan Kesadaran Hukum, Jakarta, Makalah Pada
Seminar Hukum Nasional ke-IV, 1979.
27
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 141.
28
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Penerbit Mandar Maju, Bandung,
2008, hlm. 126.
22
3. Spesifikasi Penelitian
yang berlaku atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
a) Populasi
penyidik.
b) Sampel
a. Studi Lapangan
b. Studi Kepustakaan
29
Ibid, hlm. 159.
24
6. Sumber Data
terhadap sumber data primer dan data sekunder, yaitu berupa Kamus
7. Analisis Data
analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga
maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
menentukan hasilnya.
25
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan Pada bab ini isinya atas latar belakang masalah,
landasan teoritis, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini menjadi
Hukum Polda Jambi, kendala dalam proses penyidikan tindak pidana prostitusi
melalui media elektronik di Wilayah Hukum Polda Jambi. Bab ini merupakan
dari bab pembahasan dan sekaligus memberikan saran yang berkenaan dengan
jawaban tentang permasalahan yang diajukan dalam proposal skripsi ini serta
A. Penyidikan
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
dan jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-hak asasi
30
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2016,
hlm. 120.
31
Ibid.,
26
27
berikut:
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya."
Isi pasal tersebut di atas sama dengan yang ditetapkan di dalam Pasal 1
tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana pada Pasal 1 butir (1)
adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri
32
Ibid., hlm. 121.
33
Coky T.N. Sinambela, Laurencius Rambe Manalu, Paingot Rambe Manalu, Hukum Acara
Pidana Dari Segi Pembelaan, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2010, hlm. 36.
28
ditunjuk karena jabatannya dapat menunjuk Inspektur Dua Polisi lain sebagai
Polri yang berwenang melakukan penyidikan saat ini minimal harus seorang
Polisi dengan pangkat minimal Inspektur Dua Polisi (IPTU), sedangkan untuk
seorang Polisi yang sebagai penyidik pembantu berasal dari Bintara Polisi
dengan pangkat minimal Brigadir Polisi Dua (BRIPDA), Brigadir Polisi Satu
dibidang penyidikan paling singkat 2 tahun, sehat jasmani dan rohani dengan
29
juga telah diatur adanya penyidik pembantu. Penyidik pembantu adalah pejabat
undang-undang.
34
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan
Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 80.
30
Tahun 2014 terdapat beberapa prinsip dan azas yang menjadikan pedoman atau
2014.
dalam penyidikan.
1. Penangkapan
cukup bukti guna kepentingan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-undang ini". Selanjutnya dalam pasal 16 ayat (2) Kitab
penangkapan".
35
Ibid., hlm. 87.
32
sedang melakukan tindak pidana atau dengan segala segera setelah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak
ramai sebagai orang yang melakukan atau apabila sesaat kemudian padanya
tindak pidana itu menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut serta
KUHAP).36
bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP) dapat dilakukan untuk paling
2. Penahanan
36
Suryono Sutarto, Hukum Acara Pidana, BP, Universitas Diponegoro, Semarang, 1995,
hlm. 6.
33
tertentu oleh penyidik dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini". Selanjutnya dalam Pasal 20 Ayat (1) Kitab
melakukan penahanan.
Hukum Acara Pidana yaitu harus ada kekhawatiran bahwa tersangka atau
terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau
penahanan dalam proses penyidikan adalah seperti diatur dalam Pasal 24 Kitab
diberikan oleh penyidik berlaku selama 20 hari, namun apabila diperlukan guna
dua yaitu:
1. Syarat objektif ialah dasar penahanan yang ditinjau dari segi tindak
pidananya, yaitu tindak pidana apa saja yang dapat dikenakan
penahanan. Untuk itu telah ditetapkan dalam Pasal 21 Ayat (4)
KUHAP sebagai berikut:
a. tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5
tahun penjara atau lebih.
b. tindak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 Ayat (3). Pasal
296, Pasal 335 Ayat (1). Pasal 353 Ayat (1), Pasal 172, Pasal 378.
379 a. 453, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 KUHP, Pasal 25
dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap
Ordanansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatblad tahun
1931 Nomor 471), Pasal 1. Pasal 2 dan Pasal 4 Undang undang
Tindak Pidana imigrasi (Undang-undang Nomor & Drt. Tahun
34
1955, lembaran negara tahun 1955 Nomor 8). Pasal 36 Ayat (7).
Pasal 41, Pasal 42, Pasal 23 Pasal 47 dan pasal 48 Undang-undang
9 Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976
Nomor 37. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).
c. tindak pidana yang berupa percobaan maupun pemberian bantuan
dalam tindak pidana tersebut di atas
2. Syarat subjektif adalah alasan-alasan penahanan yang ditinjau dari
segi perlunya terangka atau terdakwa itu ditahan. Menurut Pasal 21
Ayat (1) KUHAP, perlunya tersangka atau terdakwa itu ditahan
karena adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa:
a. tersangka melarikan diri.
b. merusak atau menghilangkan barang bukti.
c. mengurangi tindak pidana.
Syarat subjektif ini bersifat alternatif, maksudnya tidak perlu
ketiga syarat dipenuhi, tetapi salah satu syarat saja sudah cukup.37
3. Penggeledahan
penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya
37
Ibid., hlm 50.
35
penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang
ini".
untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau di bawanya
penggeledahan rumah dan atau badan dan atau bahan pakaian menurut tata cara
Pengadilan Negeri setempat kecuali dalam keadaan yang sangat perlu dan
mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat disita khawatirkan segera
tidak mungkin diperoleh dengan cara layak dan dalam waktu singkat (Pasal 32
34 KUHAP).
4. Penyitaan
dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau patut diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain sebagai barang
bukti tanpa perlu surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat tetapi
5. Pemeriksaan Surat
Ada tiga pasal yang mengatur tentang pemeriksaan surat yaitu, Pasal
47, Pasal 48 dan Pasal 49 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Yang
tindak pidana yang diperiksa, akan tetapi dicurigai dengan alasan yang kuat.38
tersebut yang dikirim melalui kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau
itu dari Ketua Pengadilan Negeri. Dalam hal ini penyidik dapat meminta
38
Ibid., hlm. 62.
37
kepada Kepala Kantor Pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan
Apabila setelah dibuka dan diperiksa, ternyata bahwa surat itu adalah
dilampirkan pada berkas perkara, dan apabila tidak ada hubungannya dengan
perkara tersebut, surat itu ditutup rapi dan segera diserahkan kembali kepada
kantor pos dan telekomunikasi atau pengangkutan lain setelah dibubuhi cap
yang berbunyi "telah dibuka oleh penyidik", dengan tanggal tanda tangan
yang bersangkutan.39
3. Berakhirnya Penyidikan
Pasal 110 Ayat (1) KUHAP), yang mana penyerahan berkas perkara tersebut
39
Ibid.
38
berkas perkara yang dilimpahkan oleh penyidik. Dalam hal Penuntut Umum
berpendapat bahwa berkas perkara tersebut sudah lengkap dan dalam jangka
apabila sebelum batas waktu tersebut berakhirnya telah ada pemberitahuan dari
dapat segera melimpahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
yang dilimpahkan masih belum lengkap, maka Penuntut Umum dalam jangka
untuk dilengkapi dengan disertai petunjuk dari Penuntut Umum (Pasal 110
Ayat (3) KUHAP). Atas dasar hal tersebut penyidik segera melakukan
penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut Umum tentang hal-
hal yang harus dilengkapi untuk menunjang berkas perkara yang ada (Pasal 110
belas) hari sejak penerimaan pengembalian perkara yang mana apabila dalam
hal berkas sudah dianggap lengkap dan penyidikan sudah dianggap selesai atau
dan barang bukti kepada Penuntut Umum (Pasal 8 Ayat (3) KUHAP).
Namun ada kalanya perkara yang telah diisi oleh penyidik tidak
pendapat penyidik tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata
bukan tindak pidana atau penyidikannya harus dihentikan demi hukum. Untuk
itu menurut Pasal 109 Ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
1. Tindak Pidana
hal yang mudah untuk memberikan defenisi atau pengertian terhadap istilah
istilah yuridis yang mempunyai arti khusus, sebagai terjemahan dari bahasa
peristiwa pidana, maupun perbuatan yang dapat di pidana. Para ahli dalam
40
Amir Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2019, hlm. 40.
40
tindak pidana yaitu suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundang
undangan diberi pidana. Jadi, suatu kelakukan manusia yang pada umumnya
pidana dari Simons dan Van hamel mengandung dua pengertian, yaitu:
1. Bahwa feit dalam Strafbaar feit berarti handeling, kelakuan, atau tingkah
laku.
disimpulkan apa yang dimaksud dengan Tindak Pidana atan Strafbaar feit yaitu
suatu rumusan yang memuat tertentu yang menimbulkan dapat pidana nya
41
Roni Wijayanto, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Cet.1, CV Mandar Maju, Bandung,
2012, hlm. 160.
42
Ibid.
43
Ibid.
44
Ibid., hlm 161.
41
undangan pidana. Ada pula unsur-unsur tindak pidana tersebut dapat berupa
perbuatan yang sifatnya aktif maupun perbuatan yang bersifat pasif atau tidak
diperhatikan pula mengenai waktu dan tempat terjadinya suatu tindak pidana
sebagai syarat mutlak yang harus diperlihatkan oleh penuntu umum dalam
"perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana"
majemuk dan janganlah dipisahkan satu sama lainnya. Sebab kalau dipakai
kata peristiwa saja, hal ini dapat mempunyai arti yg lain yg umpamanya
peristiwa alamiah.45
a. Pandangan Monisti
Pandangan monistis adalah suatu pandangan yang melihat
keseluruhan syarat untuk adanya pidana itu kesemuanya merupakan
sifat dari perbuatan". Pandangan ini memberikan prinsip-prinsip
pemahaman, bahwa di dalam pengertian perbuatan/tindak pidana
sudah tercakup di dalamnya perbuatan yang dilarang (criminal act)
dan pertanggungjawaban pidana/kesalahan (criminal responbility).
b. Pandangan Dualistis Berbeda dengan pandangan monistis yang
melihat keseluruhan syarat adanya pidana telah melekat pada
perbuatan pidana, pandangan dualistis memisahkan antara perbuatan
pidana dan pertanggungjawaban pidana. Menurut pandangan
45
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Siner Grafika, Jakarta, 2019, hlm. 63.
42
yang dapat berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang
dilarang oleh suatu aturan hukum dan larangan mana disertai ancaman (sanksi)
tersebut”.49
46
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 31-32.
47
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 54.
48
Ibid., hlm. 56.
49
Ibid., hlm. 67.
43
dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.
diberikan tersebut di atas, bahwa dalam pengertian tindak pidana tidak tercakup
lewat media social dalam menjajakannya, yang dimana para pelaku melakukan
promosi lewat media sosial dalam menyebarkan lewat media sosial twitter,
yang ada media sosial sering di salah gunakan dan untuk melancarkan prositusi
agar banyak orang yang tertarik untuk menggunakan jasa PSK tersebut.
seksual dengan orang lain dengan menggunakan “transaksi” yang mana proses
ini melibatkan paling tidak dua orang pihak yaitu orang yang menggunakan
44
jasa layanan seksual dan pemberi layanan seksual atau pekerja seks komersial
(PSK).50
menjadi alat untuk berteman atau bertukar informasi, tetapi juga sebagai alat
bisnis, jasa atau sumber sosialisasi yang kini sudah tidak asing lagi, dijadikan
digunakan sebagai sarana yang mudah dan dianggap paling efisien untuk
elektronik sebagai salah satu cara untuk menjajakan dirinya dalam menjaring
klien.
Hal mengenai orang yang melakukan ini sudah diatur dalam Pasal 27
Transaksi Elektronik yang berbunyi, “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
kesusilaan”. Serta sanksi pidananya secara tegas juga telah diatur pada pasal
45 ayat (1) Undang- Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4)
50
Drs. H. Kondar Siregar, MA, Model Pengaturan Hukum Tentang Pencegahan Tindak
Prostitusi Berbasis Masyarakat Adat Dalihan Na Tolu, Perdana Mitra, Handalan, 2015, hlm. 1.
45
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
online), maka KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu pasal 296 dan pasal
506. Pasal 296 menyatakan “barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau
pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan atau denda paling banyak lima belas ribu rupiah”.
delik yang diancam dengan hukuman termasuk juga pelacuran online yang
No. 11 tahun 2008 pun tidak memberikan ancaman pidana atas sebuah tindakan
Pasal 27 ayat (1) UU ITE memberikan ancaman hanya pada perbuatan yang
(email, media sosial, atau layanan pesan singkat). Mengacu pada ketentuan
UU-ITE, jika perbuatan yang dilakukan berisi pesan untuk melacurkan dirinya
tetapi tidak disebarluaskan ke publik maka tidak memenuhi unsur dari pasal 27
Teknologi Elektronik pasal 27 ayat (1) karena melalui sarana media elektronik.
yang akan dibahas oleh peneliti adalah bahasan mengenai penyidikan pada
Undang-Undang ITE.
KUHAP yaitu pada pasal 106 sampai dengan 135 dan Undang-Undang ITE
di Polda Jambi yang meningkat dalam 2 (dua) tahun ini terdapat Jumlah Tindak
(dua) kasus tidak bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya, disini penulis tertarik
melakukan penelitian karena kendala apa yang dihadapi penyidik dalam proses
diproses.
tersebut diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UU ITE sebagai berikut: ”Setiap Orang
47
48
alasan tercelanya suatu perbuatan yang dilarang dalam setiap tindak pidana,
elektronik itu dijelaskan oleh aparat Polda Jambi sebagai berikut. Oleh Bapak
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
51
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
52
Wawancara dengan Ahmad Muqri Razi, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6
Juni 2022.
49
Langkah awal yang dilakukan oleh bagian cyber dari unit PPA dan
dengan menelusuri data akun sosial media pelaku dan menambahkan kontak
penyidikannya.
hukum harus dievaluasi scara tuntas. Selain itu, penulis menemukan fakta
disuruh oleh untuk memesan PSK tersebut. Jika merujuk pada ketentuan dalam
Muqri Razi, selaku Penyidik Unit PPA Polda Jambi menyatakan bahwa:
untuk menjebak mucikari dan mengungkapkan jaringan yang lebih besar lagi.
53
Wawancara dengan Ahmad Muqri Razi, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6
Juni 2022.
51
MiChat tersebut akan dilihat pada bio akun yang menawarkan jasa prostitusi.
bahwa:
menjamur di Kota Jambi, aparat kepolisian polda Kota Jambi terus melakukan
beberapa rangkaian tahapan dan tidak segan melakukan razia pekat (penyakit
54
Wawancara dengan Ahmad Muqri Razi, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6
Juni 2022.
55
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
52
Jambi menjelaskan:
pelaku tindak pidana prostitusi melalui media elektronik di Polda Jambi setelah
alasan 2 (dua) kasus tersebut dalam melakukan penyidikan tidak bias lanjut ke
proses berikutnya, karena 2 (dua) kasus tersebut tidak melalui mucikari sebab
jenis prostitusi yang dikelola atau di-manage sendiri oleh dirinya dengan
pelanggannya.
56
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
53
terhadap tindak pidana prostitusi melalui media elektronik berjalan sesuai apa
kendala kendala yang dihadapi tersebut dapatlah disimak dari penjelasan para
harus apparat kepolisan hendaknya harus sigap dan tanggap agar proses
57
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
54
sampai 2022 terdapat Jumlah Tindak Pidana 5 (lima) kasus tetapi penyidik
permasalahan yang terjadi hasil wawancara penulis pada tanggal 6 juni ada
58
Haryadi, Dheny Wahyudi, “Penyidikan Tindak Pidana Prostitusi Secara Online”,
PAMPAS: Journal Of Criminal, Vol.2 No.1, 2021, hlm. 51, https://online-
journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/12413
55
elektronik adalah:
dugaan tindak pidana yang diketahui, apakah bisa di proses dan apakah ada
pelanggaran pidana.
59
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
56
undang-undang yang mengatur tentang cyber crime, lebih dari itu adalah
60
Wawancara dengan BRIPDA Ahmad Muqri Razi, Selaku Penyidik Polda Jambi pada
tanggal 6 Juni 2022.
57
tersangka. Hal ini dikarenakan tidak adanya aturan khusus tentang penyidikan
(cybercrime), karena tindak pidana prostitusi melalui media elektronik ini perlu
kecermatan dan analisa karena berbeda dengan alat bukti tindak pidana biasa.
61
Wawancara dengan BRIPKA Asdian, Selaku Penyidik Polda Jambi pada tanggal 6 Juni
2022.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Kepolisian Daerah Kota Jambi telah berjalan dan telah di lakukan
Alat atau teknologi yang serta sumber daya manusianya yang kurang
kesopanan dan juga norma hukum. Kemudian kendala yang dialami pihak
58
59
aslinya.
B. Saran
Kota Jambi seharusnya di lakukan dengan cara yang lebih intensif dan teliti,
sehingga pihak kepolisian pun kesulitan dalam hal mencari barang bukti dan
dalam kasus tindak pidana prostitusi melalui media elektronik serta para
crime seperti kasus prostisusi melalui elektronik ini agar penegakan hukum
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
2016.
Bandung, 2012.
1995.
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Agung media Mulia, 2009.
C. Jurnal
perlindungan-hukum-terhadap-korban-kejahatan-cyber-crime-di-
indonesia.pdf
Kabib Nawawi, Sahuri Lasmadi, Ardi Saputra Gulo, “Cyber Crime Dalam Bentuk
Phising Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi
Elektronik”, PAMPAS: Journal Of Criminal, Fakultas Hukum Universitas
Jambi, Jambi, 2020, https://online-
journal.unja.ac.id/Pampas/article/view/9574
Sahuri Lasmadi, “Pengaturan Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Dunia Maya”,
Journal Fakultas Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Jambi, 2014.
https://www.neliti.com/publications/43274/pengaturan-alat-bukti-dalam-
tindak-pidana-dunia-maya
D. Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelacuran
http://elib.unikom.ac.id/ruang-lingkup-dan-penyelenggaraan-pers-di-indonesia
https://www.researchgate.net/publication/292610641_Norma_Kesusilaan_sebagai
_Batasan_Pornografi_menurut_UU_No_44_Tahun_2008
https://kbbi.lektur.id/melalui#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa%
20Indonesia,%2C%20percobaan%2C%20dan%20sebagainya).