Anda di halaman 1dari 137

Digital

Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

TESIS

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI

JURNALISTIK MELALUI MEDIA INTERNET

THE DECLARATIVE COPYRIGHT PHOTOGRAPHY

JOURNALISTIC THROUGH THE INTERNET

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH S.H


NIM : 160720101032

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI MAGISTES ILMU HUKUM
2018
i
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

TESIS

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI

JURNALISTIK MELALUI MEDIA INTERNET

THE DECLARATIVE COPYRIGHT PHOTOGRAPHY

JOURNALISTIC THROUGH THE INTERNET.

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH S.H


NIM : 160720101032

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI MAGISTES ILMU HUKUM
2018

ii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI

JURNALISTIK MELALUI MEDIA INTERNET

THE DECLARATIVE COPYRIGHT PHOTOGRAPHY

JOURNALISTIC THROUGH THE INTERNET.

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Magistes Ilmu Hukum
Pada Program Pascasarjana Universitas Jember

Oleh :

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH S.H


NIM : 160720101032

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI MAGISTES ILMU HUKUM
2018

iii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PERSETUJUAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 21 JULI 2018

Oleh :
Dosen Pembimbing Utama

Prof. Dr. M. Khoidin, S.H., M.Hum., CN.


NIP : 196303081988021001

Dosen Pembimbing Anggota

Dr. Dyah Ochtorina Susanti, S.H., M.Hum


NIP : 198010262008122001

iv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PENGESAHAN

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI JURNALISTIK

MELALUI MEDIA INTERNET

Oleh :

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH S.H


NIM : 160720101032

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Prof. Dr. M. Khoidin, S.H., M.Hum., CN. Dr. Dyah Ochtorina S, S.H., M.Hum
NIP : 196303081988021001 NIP : 198010262008122001

Mengesahkan,
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Jember
Dekan,

Dr. Nurul Ghufron, S.H., M.H


NIP : 197409221999031003

v
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Hari : Sabtu

Tanggal : 21

Bulan : Juli

Tahun : 2018

Diterima oleh Panitia Penguji Fakultas Hukum Universitas Jember

Ketua Sekertaris

Dr.Y.A Triana Ohoiwutun, S.H., M.H. Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H
NIP : 196310131990032001 NIP : 197905142003121002

Anggota panitia Penguji

Prof. Dr. M. Khoidin, S.H., M.Hum., CN. : ( ..........................................)


NIP : 196303081988021001

Dr. Dyah Ochtorina S, S.H., M.Hum : (...........................................)


NIP : 198010262008122001

Dr. Jayus, S.H., M.H : (...........................................)


NIP : 195612061983031003

vi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

PERYATAAN ORISINALITAS TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Tesis ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan Gelar Akademik (Magister

Hukum), baik di Universitas Jember maupun di perguruan tinggi lain

2. Tesis ini merupakan hasil dari gagasan, ide, pemikiran, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing

3. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkkan dalam

sumber kutipan maupun daftar pustaka.

4. Apabila teryata dalam Naskah Tesis ini dapat dibuktikan adanya unsur – unsur jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik maupun sanksi lainya yang berlaku

dilingkungan Universitas Jember .

Jember, 21 Juli 2018

Yang membuat peryataan,

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH, S.H


NIM : 160720101032

vii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah, segala Puja dan Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

S.W.T, Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala Rahmat, Petunjuk,

serta Hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul:Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta Fotografi Jurnalistik Melalui Media Internet,

penulisan tesis ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember serta mencapai gelar Magister

Hukum periode tahun 2018. Pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada pihak -

pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan

tesis ini, antara lain:

1. Prof. Dr. M. Khoidin, S.H., M.Hum., CN, selaku Dosen Pembimbing Utama

Penyusunan Tesis;

2. Dr. Dyah Ochtorina S, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Anggota

Penyusunan Tesis;

3. Dr. Y.A. Triana Ohoiwutun, S.H., M.H, selaku Kaprodi Pascasarjana Fakultas Hukum

Universitas Jember;

4. Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H, selaku sekretaris Penguji Tesis;

5. Dr. Jayus, S.H., M.Hum, selaku Dosen Penguji Tesis;

6. Dr. Nurul Ghufron, S.H., M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember,

Dr. Dyah Octorina Susanti, S.H., M.Hum, selaku Penjabat Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Jember, Echwan Iriyanto, S.H.,M.H selaku Penjabat Wakil Dekan

II Fakultas Hukum Universitas Jember, dan Dr. Aries Harianto, S.H.,M.H, selaku

Penjabat Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Jember.

viii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

7. Bapak dan Ibu dosen, civitas akademika, serta seluruh karyawan Fakultas Hukum

Universitas Jember atas segala ilmu dan pengetahuan yang diberikan;

8. Orang tua saya, semua keluarga dan kerabat atas do’a dan dukunngan yang telah

diberikan dengan setulus hati;

9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Hukum Fakltas Hukum Universitas

Jember angkatan tahun 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukunngan dan bantuan baik moril dan spirituil;

10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuannya dalam penyusunan tesis hukum ini.

Menyadari sepenuhnya akan keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan dan

keterbatasan bekal ilmu saat menulis tesis ini. Oleh karena itu, senantiasa penulis akan

menerima segala kritik dan saran dari semua. Akhirnya penulis mengharapkan, mudah-

mudahan tesis ini minimal dapat menambah khasanah refrensi serta bermanfaat bagi pembaca

sekalian.

Jember, 21 Juli 2018


Penulis,

KARUNIAWAN NURAHMANSYAH, S.H


NIM: 160720101032

ix
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

MOTTO

“ Perjuanganmu Tidak Akan

Pernah Menghianati Hasilmu ”

( R.A Kartini )1

1
Pradnya Paramitha, Celoteh R. A. Kartini (232 Ujaran Bijak Sang Pejuang Emansipasi), (Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2018). hlm.33

x
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

RINGKASAN
Prinsip deklaratif pada penerapannya harus mengutamankan pengumuman
awal agar ciptaan mendapat perlindungan, terkait pada permasalah yang terjadi
khususnya para jurnalis mereka masih belum menyadari dan memahami arti
pentingnya perlindungan pada karya hak cipta fotografi jurnalistik, perlindugan
hak cipta diatur pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.
Pada umumnya untuk mendapatkan perlindungan hukum pada hak cipta ialah
melakukan pencatatan ciptaan pada karya cipta, akan tetapi pencatatan karya
ciptaan bukan sebagai bukti bahwa karya tersebut sudah mendapatkan
perlindungan hukum hanya saja sebagai sangkaan awal untuk proses pembuktian
apabila terjadi sengeketa hak cipta. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang
dibahas ada 3 (tiga) yaitu : pertama. Dasar pertimbangan kewajiban prinsip
deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media internet, kedua.
Kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media
internet di masa yang akan datang, ketiga. Bentuk perlindungan hukum terhadap
pencipta atas pelanggaran fotografi jurnalistik
Metode pada penulisan yang digunakan penulis adalah yuridis normatif.
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan Undang – Undang,
pendekatan konseptual dan Pendekatan Sejarah. Bahan hukum yang digunakan
adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Tujuan dalam penelitian
adalah untuk mengetahui memahami dan menguraikan dasar pertimbangan
kewajiban prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melaui media
internet, untuk mengetahui memahami dan menguraikan kriteria prinsip deklaratif
pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media internet dimasa yang akan
datang, untuk mengetahui memahami dan menguraikan bentuk perlindungan
hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi jurnalstik.
Hasil kajian yang diperoleh bahwa : pertama dasar pertimbangan Prinsip
Deklaratif adalah asas orisinalitas, bentuk fisik, diwujudkan pada media tertentu,
jangka waktu, serta tujuan dan fungsi hukum pada hak cipta tujuan pada hak cipta
fotografi jurnalistik adalah untuk mendapatkan kepastian hukum dan keadilan
serta perlindungan hukum fungsi hukum pada hak cipta yaitu untuk memberikan
manfaat pada pencipta fotografi jurnalistik, dan memberikan rasa aman kepada
pencipta karya fotografi jurnalistik, dari manfaat itu seorang jurnalis akan
mendapatkan manfaat dari ciptaan yaitu berupa manfaat secara ekonomi dari hasil
ciptaannya, berkaitan pada hak moral jurnalis yang dipublikasikan dimedia
internet mempunyai hak moral yaitu untuk mencantumkkan identitas dikarenakan
hak moral adalah jiwa dari karya fotografi jurnalisitik, kedua. Kriteria prinsip
deklratif adalah karakter dari prinsip deklaratif ialah first to use berarti pencatatan
bukan merupakan keharusan, sifat yang khas pada prinsip deklaratif ialah pada
bentuk pengumuman awal atau publikasi dan menggandakan ciptaan, serta
pergeseran mengenai peraturan hukum hak cipta dari waktu ke waktu, ketiga.
Bentuk perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi
jurnalistik ialah dapat dilakukan melalui bentuk Preventif yaitu dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya sengketa dengan cara melakukan sosialisai dan
penyuluhan hukum terkait hak cipta dan implementasi pad Undang – Undang Hak
Cipta dan melalui bentuk Represif dengan tujuan akhir yaitu pada penyelesaian

xi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

sengketa dapat dilakukan melalui abritrase atau Pengadilan Niaga. Dan sudah
diatur secara tegas pada Undang – Undang Hak Cipta.
Berdasarkan dari hasil kajian tersebut penulis memberikan saran, antara lain ;
pertama. Kepada pemerintah seharusnya lebih memberantas plagiat atas hak cipta
yang semakin marak di Indonesia, berkaitan dengan dasar utama pertimbangan
kewajiban dalam prinsip deklaratif khusunya pada pencipta karya fotografi
jurnalistik masih mempunyai keterbatasan untuk menanggulangi pelanggaran hak
cipta, maka dari itu perlindungan dan kepastian hak cipta jurnalistik tidak akan
tercapai dengan maksimal apabila masyarakat masih lemah untuk memahami
sistem prinsip deklaratif ini, pencegahan pelanggaran melalui media internet
khususnya mengenai hak cipta ini dengan menitik beratkan pada edukasi kepada
masyarakat tentang mengenai sistem deklaratif ini, selain itu pencegahan
pelanggaran hak cipta fotografi jurnalistik dibidang teknologi dengan
meningkatkan sistem keamanan informasi, kedua. Kepada pencipta seharusnya
lebih menyadari akan pentingnya perlindungan hukum hak cipta sehingga perlu
adanya kesadaran dari pencipta untuk segera mendaftarkan karya ciptanya ke
Direktorat Jenderal HKI agar dapat menghindari hal-hal yang terjadi di kemudian
hari, ketiga. Pelaksanaan perlindungan, hak cipta baik itu perlindungan secara
preventif maupun secara represif, iharapkan dengan dilakukan sosialisasi yang
lebih efektif pengetahuan akan sistem Hak kekayaan Intelektual, khususnya Hak
Cipta dapat diketahui seluruh lapisan masyarakat khusunya para jurnalis

xii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

SUMMARY
The principle of declarative at the applications have to give priority to the
announcement early so that the creation of and find refuge , related on the areas
that can specifically journalists they still have not realized and understand the
importance of copyright protection on works journalistic photography , copyright
protection arranged on of act number 28 years 2014 on copyright .In general to
get the protection of the law on the rights of copyright is to do recording the
creation of on works copyright , but the registration of the work of the creation of
not as evidence that of that work have received the protection of the law it is just
as the notions of the preliminary to the process of evidence copyright dispute
when your words come true .Based on the description above issues discussed
there ;The principle of the basic consideration of the obligation declarative in
copyright photography journalistic through the medium of the internet , second
.The criteria for the principle of declarative in copyright photography journalistic
through the medium of the internet in the future.
Method of writing used on juridical writer is normative. An approach to a
problem that is used is the approach act, conceptual and approach the history of
approach .A law used material is the law primary and secondary law material
.The purpose of the research is to find understand and outlines the principle
declarative the basic consideration of the obligation on the rights of copyright
photography journalistic through the medium of the internet , to know understand
and outlines the criteria for the principle of declarative in copyright photography
journalistic through the medium of the internet to their own generation to come ,
to know understand and outlines the form of the protection of the law beware for
violation of journalistic photograph.
The results obtained that: first basis of consideration is the principle of
declarative originality, physical form, embodied in certain media, a period of
time, and objectives and function copyright laws on objectives in copyright
photography journalistic is to get legal certainty and justice and legal protection
function copyright laws on the benefit of journalistic on photography, and provide
security for the creator of photographs journalistic, from benefit it a journalist
will benefit of creation in the form of economically benefit from the his, pertaining
to right moral journalist who published dimedia the internet has the right moral
that is to mencantumkkan because right moral identity is the soul of jurnalisitik
photographs, both.Criteria deklratif principle is character of the first declarative
is to use recording not mean is mandatory, the unique to the deck
Based on from the review the writers give advice, among other; first.To the
government should be more combat plagiat on the rights of then is mushrooming
in indonesia, relating to a base consideration the main in principle declarative
especially in the creator of photographs journalistic still had limited to address
rights violations, therefore protection and confidence copyright journalistic will
not be achieved in full when the weak to understand this system of declarative,
prevention offense through the internet particularly on copyright this menitik
beratkan on education to the public about on the system declarative this, in
addition the prevention of photography journalistic copyright in technology by

xiii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

increasing the security system information, both.In the lord supposed to be aware
of the importance of protection copyright law to an awarenes

xiv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan…………………………………….....................................


i
Halaman Sampul Dalam ………………………………...........................................ii
Halaman Prasyarat Gelar……….………………………….......................................
iii
Halaman Persetujuan ………………………………………….................................
iv
Halaman Pengesahan …..……………………..…………………………................v
Halaman Penetapan Panitia Penguji ..........................................................................
vi
Halaman Pernyataan Orisinalitas Tesis .....................................................................
vii
Halaman Ucapan Terima Kasih …………………………………………………....viii
Halaman Motto …….......……………………………………………………...........
viiii
Halaman Ringkasan...................................................................................................x
Halaman Summary ....................................................................................................xi
Halaman Daftar Isi …..……………………..……....................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ….………………...............…..…………..…........…...1
1.2 Rumusan Masalah …..………………………..............………………..10
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………...............…........11
1.3.1. Tujuan Umum ………….........……………………................11
1.3.2. Tujuan Khusus ……………..........……..................................11
1.4 Manfaat Penelitian …..………………….……………….....................12
1.4.1 Manfaat Teoritis ………………………………………........12
1.4.2 Manfaat Praktis ............…..……………….…………….......12
1.5 Orisinalitas ............................................................................................13
1.6 Metodologi Penelitian ...........................................................................17
1.6.1 Tipe Penelitian ………………………………………….........17
1.6.2 Pendekatan Masalah ...…..……………….……………...........
18
1.6.3 Sumber Bahan Hukum ……………………………….............19
1.6.4 Analisis Bahan Hukum …………………................................20

xv
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

BAB II TINJUAN PUSTAKA ........................................................................2 21


2.1 Prinsip .................................................................................................. 21
2.1.1 Pengertian Prinsip ................................................................. 21
2.2 Prinsip Deklaratif ................................................................................. 22
2.3 Konsep Hak Cipta ……........................................................................ 24
2.3.1 Pendaftaran Hak Cipta ........................................................... 26
2.3.2 Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta ................................. 28
2.3.3 Lisensi Hak Cipta ................................................................... 29
2.4 Teori Utilitarisme ................................................................................. 31
2.5 Teori Perlindungan Hukum .................................................................. 34
2.6 Fotografi ............................................................................................... 38
2.6.1 Pengertian Fotografi ................................................................ 38
2.6.2 Macam – macam Fotografi ..................................................... 39
2.7 Jurnalitik ............................................................................................... 41
2.7.1 Pengertian Jurnalistik ............................................................... 41
2.7.2 Macam – Macam Jurnalistik ................................................... 43
2.7.3 Macam – Macam Tehnik Jurnalistik ........................................ 44
2.8 Internet ................................................................................................. 45
2.8.1 Pengertian Internet ................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONEPTUAL ............................................................ 48
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 54
4.1 Dasar Pertimbangan Kewajiban Prinsip Deklaratif Pada
Hak Cipta Fotografi Jurnalistik Melalui Media Internet................ 54
4.1.1 Tujuan dan Fungsi Kewajiban Prinsip Deklaratif Dibidang
Hak Cipta Fotografi Jurnalstik ..........................................................5454
4.1.2 Penggunaan Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta
Fotografi Jurnalistik Melalui Media Internet Merupakan Hak
Moral....................................................................................................... 59

xvi
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

4.2 Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas


Pelanggaran Fotografi Jurnalistik .......................................................... 63
4.3 Kriteria Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta Fotografi
Jurnalistik Melalui Media Internet Di Masa Yang Akan Datang
................................................................................................... 73
4.3.1 Sistem Prinsip Deklaratif Dalam Hak Cipta ............................ 73
4.3.2 Prinsip Deklaratif Hak Alamiah Seseorang .............................. 86
4.3.3 Penyelenggaran Pencatatan Ciptaan Pada Hak Cipta ............... 89
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 97
5.1 KESIMPULAN .................................................................................. 97
5.2 SARAN .............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 101

xvii
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terkait pada pengertian menurut Rights Property Intellectual (IPR)

men gartikan pada Bahasa Indonesia bahwa memiliki istilah Hak Kekayaan

Intelektual, yang selanjutnya disebut (HKI). Pada peraturan perundangan

menggunakan istilah HKI sebagai istilah resmi dalam perundang-undangan

Indonesia. HKI menejalsakan pada benda tidak berwujud merupaka hasil dari

kegiatan intelektual manusia yang harus dan wajib untuk dituangkan pada bentuk

karya ciptaan dan atau penemuan. Terkai daya cipta pada ilmu pengetahuan, dan

atau seni lainya, dan pada teknologi. Pada segi hukum, bahwa yang memdapatkan

perlindungan oleh hukum adalah HKI, bukan benda material yang masih dalam

bentuk jelmaan atau ide. permasalahannya pada HKI terhadap hak eksklusif yang

hanya ada dan melekat pada pemilik karya cipta dan atau pemegang hak.1

Fotografi ruang lingkup sangat luas dikarena setiap aspek kehidupan

manusia tidak selalu terlepas dari bidang fotografi, beberapa bidang spesialisai

fotografi yaitu dituangkan sebagi berikut: Jurnalisme Photografer, b i a s a n y a

mengandu ng bentuk fot o dala m pel engka p beri ta . Wedding

Photografer, profesinya mengkhususkan dirinya pada moment pernikahan.

Architectular Photografer, sebagia spesialisasi pada pemotretan

bangunan,eksterior, interior. Scientific Photografer, sebagai spesialisasi photograf

1
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,
( B a n d u n g ; PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm 1.

1
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 2

pada keperluan ilmiah. Aerial Photografer,p r o f e s i y a n g m e n j a l a n k a n

b e n t u k f o t o d a r i u d a r a . Astro Photografer, sebagai spesialis khusus

memotret benda-benda luar angkasa dan atau yang berhubungan dengan

astronomi. Modeling Photografer, seb a ga i spesialisasi memotret objek pada

manusia yang menjadi model. Commercial Photografer, sebagai pemotretan

khusus mengkomunikasikan informasi produk. Food Photography, pada bagian

kepentingan display majalah dan buku masak memasak. Landscape Photography,

sebagai foto yang pada objek utamanya adalah suatu pemandangan. Panning

Photography, sebagai foto yang pa da objek utaman ya benda bergerak. Fine Art

Photography, pada foto-foto yang dibuat untuk kreatif para seniman. Forensic

Photography, sebagai tera pan reproduksi yang akurat dari tempat kejadian

perkara supaya memenuhi barang bukti.2

Dunia fotografi keberadaannya mengalami perkembangan yang sangat

cepat, kemajuan pada teknologi yang pesat berkembang menjadi era dunia

fotografi digital. Penggunaan kaset atau disebut dengan media Film sudah tidak

ada menggunakannya, melainkan dalam bentuk file digital hal inilah yang

semakin memudahkannya setiap individu untuk menggandakan dan mencetak

hasilnya. Dengan sangat mudahnya untuk digandakan dan atau diambil oleh

setiap individu untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum dan

dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan tanpa sepengetahuan pemiliknya, dan

akan timbul masalah – masalah hukum khusunya pada bidang hak cipta.

2
Anas Irwan, Panduan Fotografi Digital, (Depok; Kanaya Press, 2012), hlm 7
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 3

Terkait pada pemberian manfaat HKI dan penggunaan pada internet

berakibat berupa pelanggran terhadap karya cipta hal ini yang sangat dirugikan

adalah pencipta. Terkait pada internet dengan mudahnya menggandakan akan

timbul masalah-masalah HKI. Dikarena HKI memang berperan penting pada

kehidupan dunia modern ini yang sangat berkaitan erat pada bidang teknologi,

bidang ekonomi, maupun bidang pada seni budaya. Terkait hak cipta terhadap

karya cipta digital seperti pada karya fotografi jurnalistik harus mendapat

perlindungan hukum, dikarenakan setiap hasil karya pencipta yang dihasilkan

pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu bahkan dalam bentuk biaya yang tidak

sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.3

Hak cipta fotografi digital, dan program atau dokumen dan karya cipta

non digital seperti pada karya bentuk seni rupa, dalam bentuk lukisan, dalam

bentuk ukiran, dalam bentuk seni pahat, dalam bentuk patung, dalam bentuk

sketsa, dikarenakan hanya merujuk pada karya cipta saja. Terkait pada spesifikasi

dalam bentuk karya cipta digital yang dibuat buat dengan bantuan media digital

yaitu beruapa karya intelektual misal pada CD maupun E-Book merupaka bentuk

hasil ciptaan digital, hal ini lah yang menjadi permasalah hukum pada bidang hak

cipta digital.

Terkiat pada kemajuan zaman yang erat dengan era globaliasi,

perlindungan terhadap karya cipta dan hak cipta dan yang terutama pada karya

cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Semakin banyaknya pembajakan

didunia digital maupun yang bukan digital yang pada prinsipnya adalah

3
Sutan Remy Syahdeini, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer,( Jakarta; Pustaka
Utama Grafiti, 2009), hlm, 59.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 4

memperbanyak dan atau menggandkan karya cipta tanpa seizin pencipta dan atua

pemegangi hak cipta. Terkait pada bentuk karya digital permasalahan pembajakan

ini lebih rumit, dikarenakan karya cipta digital mudah untuk didapatkan dengan

cara copy atau digandakan. Terkait dengan penggandaan terhadap karya cipta

yang dapat dikatakan sulit untuk meniru ialah dalam bentuk karya seperti halnya

karya seni patung maupun dalam karya seni lukisan, dalam bentuk ukiran, dan

lain – lain, pada penggandaan ini sangat diperlukan waktu dan upaya untuk

menganddakan dikarenakan bentuk karya yang berupa fisik ini mempunyai nilai

yang khas disetiap karya ciptaanya. Terkait pada permasalahan ini tidak berlaku di

bagi karya digital. Seperti pada karya fotogarfi junalistik.4

Khususnya foto jurnalistik adalah bagian penting dalam pemberitaan suatu

informasi oleh media massa, foto jurnalistik memegang peranan untuk

menyempurnakan informasi yang hendak disiarkan kepada masyarakat luas.

Dikatakan demikian karena kadangkala masyarakat kesulitan dalam memahami

berita, sehingga dalam hal inilah foto jurnalistik dapat menjadi jawaban atas

kebutuhan masyarakat tersebut.5 Terkait dengan pentingnya peran foto jurnalistik

dalam suatu pemberitaan, maka foto kerapkali menghadirkan permasalahan

sehubungan dengan hak kepemilikan dari foto tersebut. Biasanya pihak yang

bertikai adalah pewarta foto dengan media. Jika ditarik garis lebih jauh, pangkal

4
Soelistyo dan Henry, Pelanggaran Hak Cipta Plagiat Dan Etika, (Yogyakarta ;
Kanisius, 2011), hlm 2
5
Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik,, (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 21
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 5

permasalahan itu kemungkinan besar adalah mengenai keuntungan, biasanya

dalam bentuk materiil.6

Menjamurnya praktik plagiarisme di kalangan jurnalis ini sangat

berdekatan dengan aktivitas penjiplakan suatu karya sendiri telah menjadi

fenomena yang cukup akrab khususnya di lingkungan para jurnalis. Plagiarisme

seolah menjadi semacam virus yang mulai menjalar ke berbagai lini profesi

termasuk di kalangan jurnalis profesi jurnalis menjadi rentan terhadap perilaku

plagiat mengingat output yang dihasilkan adalah sebuah karya jurnalistik dalam

bentuk gambar / foto yang bisa dijiplak atau ditiru oleh orang lain. Penjiplakan

karya yang dilakukan para jurnalis tersebut seringkali dilakukan oleh sesama

jurnalis. Salah satunya adalah dengan mengambil atau menjiplak informasi untuk

dijadikan karya jurnalistik yang disebarluaskan di media massa. Aktivitas plagiat

di kalangan jurnalis ini sangat disayangkan mengingat hal tersebut bertentangan

dengan kode etik jurnalistik. Sesuai dengan pasal 13 Kode Etik Jurnalistik

Wartawan Indonesia disebutkan :

“ Para jurnalis tidak boleh melakukan tindakan plagiat, dalam


menggutip berita, maupun tulisan, dan atau gambar tanpa
menyebut sumbernya”

Selain bertentangan dengan etika, penjiplakan karya jurnalistik juga merupakan

bentuk pelanggaran UUHC 2014.

6
Ibid, hlm 23
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 6

Praktik plagiasi tersebut kini bahkan semakin mudah dilakukan dengan

berbagai kemajuan teknologi dan perangkat informasi. Teknologi salah satunya

telah merubah pola kerja jurnalis dalam mengumpulkan informasi menjadi berita

atau karya foto jurnalistik. Teknologi juga mempermudah sistem kerja redaksi

karena reporter atau wartawan di lapangan tidak melulu harus mengirimkan

karyanya secara langsung di kantor tetapi bisa dilakukan hanya dengan

mengirimkan melalui email atau milis perusahaan media yang bersangkutan.

Tentu saja, kemudahan tersebut memberikan dampak positif dalam menunjang

kinerja jurnalis. Pada satu sisi, seringkali kemudahan akses dan pertukaran

informasi justru membuat wartawan malas untuk mengumpulkan informasi

langsung dari sumbernya. Pada perkembangannya, wartawan tanpa segan cukup

melakukan copy paste press release atau karya dari jurnalis lain. Berita hasil copy

paste tersebut tinggal dipercantik dengan menambahkan kode pada tulisan yang

seolah mengatasnamakan karyanya.7

Proses kerja jurnalis di lapangan dalam mengumpulkan informasi menjadi

berita, ternyata juga ikut mempengaruhi berkembangnya perilaku plagiat

khususnya fotografi jurnalistik. Jurnalis bekerja dengan memiliki pos-pos bidang

tertentu sesuai dengan rubrik yang menjadi tanggung jawabnya. Misalnya

wartawan menjadi dikelompokkan dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan,

pendidikan, seni budaya dan lainnya. Pengelompokan inilah yang menyatukan

jurnalis dalam bidang yang sama saat mencari sumber berita. Kesamaan bidang

yang diampu tersebut pada akhirnya berkaitan pula dengan sumber berita yang

7
Ibid, hlm 25
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 7

sama atau berbagai kegiatan yang sama yang dicari jurnalis untuk menghasilkan

berita. Para jurnalis tidak jarang saling membantu dan bertukar informasi. Dari

sekedar pertukaran agenda biasa, pertukaran statement narasumber yang

diwawancarai hingga bahkan pertukaran karya jurnalistik antar wartawan dari

media yang berbeda.8

Seringkali wartawan dengan begitu saja mengambil karya jurnalistik

wartawan lain yang biasanya telah ditayangkan di media online, untuk dijiplak

dan dibuat berita di media cetak. Pengalaman dijiplak karyanya oleh jurnalis lain

ini tentu saja banyak dialami oleh wartawan media online. karakteristik media

yang real time, jurnalis media online dituntut untuk dengan cepat menyiarkan

hasil liputan di lapangan untuk ditayangkan dalam website berita online.

Kecepatan penyampaian informasi inilah yang seringkali banyak dimanfaatkan

wartawan baik cetak maupun elektronik untuk mendapatkan data dengan mudah

dan mengutakatik karya jurnalis online menjadi berita miliknya, tidak jarang

wawancara eksklusif sekalipun dapat dengan mudah dijiplak.9

Permasalahan yang berkembang saat ini adalah lemah dan rendahnya

tingkat pemahaman masyarakat tentang bentuk karya cipta dan hak cipta,

dikarenakan sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan materiil. Salah

satu pelanggaran hak cipta atas karya fotografi jurnalistik yang terjadi adalah

antara media masaa Inews dengan seorang pencipta karya fotografi jurnalistik

yang menyatakan bahwa ia adalah pencipta atas karya tersebut dan merasa

karya fotonya digunakan, dipublikasikan, diperbanyak tanpa seizin pencipta dan

8
Sirikit Syah, Rambu-Rambu Jurnalistik, (Jakarta ; Sukma Citra, 2001), hlm 29.
9
Ibid, hlm 30.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 8

tanpa sepengetahuan pemegang hak cipta ialah media tempat pewarta tersebut

bekerja dan tidak mencantumkan nama asli dari pencipta atas karya fotografi

tersebut.

Prinsip deklaratif ini mempunyai kekurangan untuk melindungi para

pencipta dalam artian bahwa pencipta harus menggunakan prinsip deklaratif untuk

mendapatkan perlindungan hukum. Sebagai contoh kasus yang di alami oleh

seorang jurnalis Inews yang karya nya digunakan oleh jurnalis lain tanpa seizin

pencipta dikarenakan jurnalis Inews tidak menjalankan prinsip deklaratif, foto

jurnalistik yang digunakan oleh sesama profesi jurnalis ialah foto jurnalistik

terhadap bencana alam yang terjadi di kota kediri 14 Februari 2014, saat gunung

kelud meletus, jurnalis Inews memotret detik – detik terjadinya letusan gunung

kelud dengan jarak 5 km dari letusan, setelah mendapatkan hasil memotretnya

jurnalis Inews kembali menuju tempat pengungsian di dalam perjalanan nya dia

tidak mengetahui bahwa memory card yang berada dalama camera digitalnya

terjatuh tanpa sepengetahuan dia. Ternyata tanapa sepengetahuan jurnalis Inews

ada seorang jurnalis lain yang meng upload hasil karrya tersebut sebagai berita di

media online tanpa seizin jurnalis Inews.10

Terkait hal ini juga berdampak pada keinginan jurnalis untuk berupaya

melindungi hasil karya mereka tersebut agar tidak dimanfaatkan oleh orang yang

mencari keuntungan pribadi tanpa meminta izin terlebih dahulu pada siapa yang

sudah menciptakannya pertama kali. HKI muncul pada upaya untuk memberikan

perlindungan dan upaya pengakuan bagi setiap orang yang mampu menggunakan

10
Dikutip dari www.Inews.com/pelanggaranhakciptafotografijurnalistik Diakses pada
tanggal 08 November 2017, pukul 13.00 Wib.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 9

ide pikirannya dan menuangkannya menjadi hasil karya cipta yang berwujud yang

dapat dinikmati oleh diri pribadi maupun orang lain yang menggunakan karya

cipta tersebut. Penerapan terhadap penggunaan hak cipta rentan dengan

pelanggaran yang dilakukan sering dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung

jawab demi meraup keuntungan pribadi dengan meniru atau mendompleng karya

ciptaan terdahulu. Hal ini menyebabkan orang malas untuk mengembangkan

kreativitas mereka khususnya terhadap karya fotografi jurnalistik bentuk

pelanggaran hak cipta umumnya yang sering terjadi adalah penggandaan dengan

cara ciptaan yang diperbanyak dengan tanpa seizin seoarang pencipta dan atau

pemegang hak cipta yang biasa disebut dengan pembajakan atau plagiat.

Seseorang apabila menggunakan sebuah karya fotojurnalistik untuk suatu

kepentingan dan tanpa meminta izin kepada pencipta, merupakan bentuk

pelanggaran pada hak cipta. Ciptaan yang dilindungi khususnya karya fotografi

terdapat dalam Pasal 40 ayat 1 tentang Hak Cipta huruf (K) Undang – Undang

Nomor 28 Tahun 2014 yang selanjutnya disebut dengan (UUHC 2014) yang

menyebutkan sebagai berikut:

Suatu ciptaan yang terkait untuk dilindungi meliputi Ciptaan pada


bidang ilmu kepengetahuan, kesesenian, dan kesastraan, juga
terkait pada: (a) pembukuan, terperwajahan juga terkait pada karya
tulis yang diterbitkan, dan juga terkait pada atau semua hasil karya
tulis lainnya; (b) juga terkait pada penceramah,perkuliahan, dan
ataupidato, dan juga terkait pada Ciptaan yang terkait sejenis
lainnya; (c) juga terkait pada alat perag aolahraga yang dibuat
untuk kepentingan pendidikan dan atau ilmu kepengetahuan; (d)
juga terkait pada.sertalagu dan ataumusik dengan atau tanpa teks;
(e) juga terkait pada drama musikal,tari,koreografi, pewayangan,
pantomim; (f) juga terkait pada berupa karyasenirupa dalam segala
bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, dalam
bentuk patung dan atau kolase; (g) karya kesenianterapan; (h) juga
terkait pada dalam bentukarsitektur; (i) juga terkait pada dalam
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 10

bentukpeta; (j) dalam bentuk berupa karyasenibatik atau senimotif


lainnya; (k) dan atau karya fotografi (l) juga terkait pada bentuk
berupa potret; (m). Bentuk pada karyasinematografi; (n) dan berupa
terjemahan,tafsir,saduran,bungarampai,basisdata,adaptasi,dan atau
aransemen, seperti modifikasi dan karya laindari hasil transformasi;
(o) juga terkait pada terjemahan, adaptasi,aransemen,transformasi,
dan atau modifikasi ekspresi budayatradisional; (p) juga terkait
pada pada berupa kompilasi seperti ciptaandan ataudata, baik pada
format yang dapat dibaca dengan terkait ProgramKomputer
maupun media lainnya; (q) juga terkait pada juga terkait pada
bentuk berupa kompilasi ekspresibudayatradisional selama
kompilasi tersebut merupakan karyayang asli; (r) juga terkait pada
bentuk berupa permainanvideo; dan atau (s)terkait pada program
komputer.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, Penulis ingin mengkaji dan

menuangkan hal tersebut dalam bentuk penulisan Tesis dengan judul :

“Prinsip Deklaratif Hak Cipta Fotografi Jurnalistik Melalui Media Internet ”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dasar pertimbangan kewajiban prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi

jurnalistik melalui media internet ?

2. Apa kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui

media internet di masa yang akan datang

3. Apa bentuk perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi

jurnalistik ?
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 11

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun

1. Melengkapi salah satu tugas dan persyaratan akademis guna mencapai gelar

Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember;

2. Menerapkan ilmu pengetahuan hukum yang telah diperoleh di perkuliahan

yang berifat teoritis dengan praktik yang terjadi di masyarakat;

3. Memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi masyarakat dan untuk mahasiswa – mahasiswi Fakultas

Hukum serta Almamater.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui, memahami dan menguraikan dasar pertimbangan kewajiban

prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media internet.

2. Mengetahui, memahami dan menguraikan kriteria prinsip deklaratif pada hak

cipta fotografi jurnalistik melalui media internet di masa yang akan datang

3. Mengetahui, memahami dan menguraikan bentuk perlindungan hukum

terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi jurnalistik


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 12

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Diharap untuk bermanfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan lebih

khususnya terkait pada perlindungan hukum terhadap kasus pelanggaran hak

cipta karya fotografi jurnalistik digital pada pengaturan hukum internasional

dan hukum nasional, dan

2. Berguna untuk sebagai bahan untuk pengembangan dan wawasan atau kajian

pada penerapannnya dan berlanjut untuk mengetahui dan memperdalam

tentang masalah pelanggaran hak cipta karya fotografi jurnalistik melalui

internet

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Mendapatkan klasifikasi mengenai praktik-praktik plagiarisme khususnya di

lingkungan jurnalis.

2. Memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk-bentuk plagiarisme karya

jurnalistik fotografi.

3. Menambah khasanah pengetahuan jurnalistik dikaitkan dengan

perkembangan teknologi informasi yang mempengaruhi proses kerja jurnalis

dalam menghasilkan berita.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 13

1.5 Tabel Orisinalitas

Pada penelitian tesis ini penulis mencoba untuk membandingkan

penelitian hukum dengan penelitian sebelumnya dengan acuan agar penelitian ini

merupakan bentuk yang orisinil dan belum ada yang mengkaji mengenai prinsip

deklaratif pada hak cipta fotogrfi jurnalistik melalui media internet, maka dari itu

penulis membandingkan dengan penelitian yang sebelumnya, pada penelitian

yang ditulis oleh Rani Dwi Lestari pada tahun 2012, dengan judul “Jurnalisme,

Praktik Plagiarisme Karya JurnalistikDiKalangan Jurnalis” (Studi Kasus Praktik

Jurnalisme Kloning di Kalangan Jurnalis di DIY) pada Fakultas Ilmu sosial dan

ilmu politik “ Universitas gajah Mada dengan rumusan masalah Pertama,

bagaimana bentuk praktik jurnalisme kloning di kalangan jurnalis DIY, kedua,

Faktor - faktor apa saja yang menyebabkan berkembangnya jurnalisme kloning,

dengan kesimpulan bahwa jurnalis kloning mempunyai subtansi Tesis ini dalam

pembahasan nya menitik beratkan kepada jenis – jenis kloning ,Plagiarisme ide

(plagiarism of ideas) ,Plagiarismekatademi kata(aword for word plagiarism) ,

Plagiarisme terkaitan pada (plagiarism of source), Plagiarismekepengarangan

(plagiarism of authorship)., Self plagiaris. Selai jenis – jenis dari kloning tesis ini

juga membahasa tentang etika para jurnalis Praktik jurnalisme kloning tergolong

sulit untuk dihilangkan karena banyaknya faktor yang mendukung jurnalis

melakukan kloning. Pemahaman dan penerapan kode etik bagi jurnalis juga perlu

terus ditingkatkan. Salah satu cara yang sudah dilakukan saat ini adalah dengan

Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang dimaksudkan untuk terus memberikan

pemahaman wartawan mengenai kode etik jurnalistik. Sanksi tegas dari


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 14

perusahaan media, organisasi profesi maupun sanksi sosial masyarakat juga

menjadi salah satu kunci penting untuk memberantas praktik kloning.

Selanjuntnya pada penelitian selanjutnya yang ditulis oleh Danu Giritono pada

tahun 2010, dengan judul “Pelanggaran Pada Hak Cipta Karya Lagu Musik

Instrumen Melalui Media Internet “ dengan rumusan masalah Pertama, Apa

akibat hukum apabila terjadi pelanggaran pada karya cipta lagu, Kedua,

Bagaimana bentuk perlindungan hukum kepada pencipta apabila terjadi

pelanggaran karya cipta lagu,

Dari uraian diatas bahwa orisinalitas penulis merupakan bentuk penelitian

hukum yang berbeda dikarenakan pada penelitian diatas tidak sama dengan

penelitian hukum yang penulis dengan judul “ prinsip deklaratif pada hak cipta

fotografi jurnalistik melalui media internet “ denga rumusan masalah pertama,

apa dasar pertimbangan kewajiban prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi

jurnalistik melalui media internet, kedua apa kriteria prinsip deklaratif pada hak

cipta fotografi jurnalistik melalui media internet di masa yang akan datang, ketiga,

apa bentuk perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi

jurnalistik, maka dari itu penelitian hukum yang penulis kaji berbeda. Berikut

merupakn bentuk tabel orisinalitias penulis ;


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 15

NO NAMA PENELITI INSTANSI/TAHUN JUDUL RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN


1. Rani Dwi Lestari Fakultas Ilmu Sosial dan Jurnalisme, PraktikPlagiarisme 1. Bagaimana bentuk Tesis ini dalam
Ilmu Politik Universitas Karya JurnalistikDiKalangan praktik jurnalisme pembahasan nya menitik
Gajah Mada. 2012 Jurnalis” (Studi Kasus Praktik kloning di kalangan beratkan kepada jenis –
JurnalismeKloning di Kalangan jurnalis DIY ? jenis kloning
Jurnalis di DIY) 2. Faktor - faktor apa 1. Plagiarisme ide
saja yang (plagiarism of ideas)
menyebabkan 2. Plagiarismekatademi
kata(aword for word
berkembangnya
plagiarism)
jurnalisme kloning ?
3. Plagiarisme terkaitan
pada (plagiarism of
source)
4.Plagiarismekepengaran
gan (plagiarism of
authorship).
5. Self plagiaris. Selai
jenis – jenis dari kloning
tesis ini juga membahasa
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 16

tentang etika para jurnalis


Praktik jurnalisme
kloning tergolong sulit
untuk dihilangkan karena
banyaknya faktor yang
mendukung jurnalis
melakukan kloning.
Pemahaman dan
penerapan kode etik bagi
jurnalis juga perlu terus
ditingkatkan. Salah satu
cara yang sudah
dilakukan saat ini adalah
dengan Uji Kompetensi
Wartawan (UKW) yang
dimaksudkan untuk terus
memberikan pemahaman
wartawan mengenai kode
etik jurnalistik. Sanksi
tegas dari perusahaan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 17

media, organisasi profesi


maupun sanksi sosial
masyarakat juga menjadi
salah satu kunci penting
untuk memberantas
praktik kloning

2 Danu Giritono Fakultas Hukum Pelanggaran Pada Hak Cipta 1. Apa akibathukum yang Tesismembahas tentang
Universitas Gajah Mada. Karya Lagu Musik Instrumen ditimbulkanolehpelanggar akibat hukum yang terjadi
2010 Melalui Media Internet an hak cipta atas karya ataspelanggaran hak cipta
lagu atau musik melalui karya lagu dapat
Internet? berimplikasi baik secara
2.Bagaimanaperlindunga pidana maupun perdata.
nhukum pencipta atas Secara pidana tindakan
pelanggaran hak cipta penggandaan karya cipta
karyalagumelalui Internet lagu atau musik yang
? dilakukan tanpa seizin
pencipta atau pemegang
hak cipta lagu tersebut
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 18

dapat dikenakan sanksi


penjara dan denda. Secara
perdata, pelanggaran hak
cipta lagu atau musik ini
dapatdilakukan
penuntutangantirugi atas
kerugianmateriil dan atau
immateriildaripencipta
atau pemegang hak cipta
lagutersebutt.terkaitan
membahas mengenai
pembayaran royalti tetapi
dalam praktiknya masih
terjadi pelanggaran
terhadap pencipta dalam
hal pembayaran royalti
yaitu perbanyakan karya
lagu diluar sepengetahuan
pencipta sebagai pemilik
hak cipta sehingga akan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 19

berdampak terhadap
jumlah royalti yang
diterima pencipta.
Padahal pembayaran
royalti merupakan
konsekuensi wajib dari
penggunaan hak cipta
seseorang dalam hal ini
adalah pencipta.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 20

Berdasarkan penulisan hukum tersebut di atas, penelitian yang dilakukan

oleh penulis apabila diperbandingkan substansi dan pokok bahasannya berbeda

pada penelitian yang telah diuraikan pada tabel diatas. Tesis ini membahas 3 (tiga)

pokok bahasan yakni. Pertema, dasar pertimbangan kewajiban prinsip deklaratif

pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media internet. Kedua, bentuk

perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi jurnalistik.

Ketiga, kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui

media internet di masa yang akan datang Dengan demikian tesis ini berbeda

dengan penulisan penulisan hukum yang dikemukakan di atas.

1.6 Metode penelitian

Pada suatu penulisan harus mempergunakan metode penulisan yang tepat

karena hal tersebut sangat diperlukan dan merupakan pedoman dalam rangka

mengadakan analisis terhadap data hasil penelitian. Ciri dari karya ilmiah di

bidang hukum adalah mengandung kesesuaian dan mengandung kebenaran yang

dapat dipertanggung jawabkan.31 Mengadakan suatu penelitian ilmiah mutlak

menggunakan metode, karena dengan metode tersebut. Pada penyelidikan yang

akan berlangsung pada suatu rencana tertentu, artinya peneliti tidak bekerja secara

acak-acakan melainkan setiap langkah yang diambil harus jelas dan atau harus

tepan serta pembatasan-pembatasan agar tidak menyesatkan dantidak

terkendalikan. 32

31 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi Cetakan ke 9, (Jakarta ;


Kencana Prenada Media Group 2014), hlm, 43
32
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Edisi Revisi,
Cetakan II, (Malang ; Banyumedia Publishing 2006), hlm 294
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21

1.6.1 Tipe Penelitian

Pada tipe penelitian yang digunakan pada penelitian tesis ini menggunakan

metode Yuridis Normatif (Legal Research). Pada penelitian hukum metode untuk

menemukan aturan hukum yang ada, yang akan nantinya dijadikan sebagai

pedoman dan atau dasar pada prinsip hukum, dan juga mengadopsi dari doktrin-

doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum..33

1.6.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian tesis ini menggunakan 3 pendekatan yaitu berupa:34

1. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), dilakukan dengan cara

menelaah semua peraturan perundangan dan regulasi harus bersangkut paut

pada permasalahan hukum.

2. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach), merupakan pendekatan

dengan merujuk pendapat para ahli hukum dan pada prinsip-prinsip hukum,

dengan mempelajari pendapat para ahli dalam ilmu hukum,

3. Pendekatan Sejarah (history), merupakan pendekatan yang mempunyai

tujuan untuk mengetahui aturan hukum dari waktu ke waktu pada rangka

untuk memahami filosofi dari aturan dan untuk mempelajari perkembangan

aturan hukum yang penulis kaji.

33
Peter Mahmud Marzuki, Op Cit, hlm 60
34
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 22

1.6.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum merupakan sarana untuk suatu penulisan yang digunakan

dan untuk memecahkan isu hukum yang sekaligus memberikan preskripsi dalam

aturan yang ada. Sumber penelitian hukum yang digunakan pada penelitian tesis

ini adalah sumber penelitian berupa bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder: 35

1) Bahan Hukum Primer

Berbagai peraturan perundang – undangan dan kepustakaan hukum dapat

ditemukan istilah istilah lain untuk menyebutkan istilah peraturan perundang –

undangan,36 Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penulisan tesis

ini yang meliputi sebagai beriku :

1) UU tentang Informasi Dan Traknsaksi Elektronik No 19 Th 2016

2) UU tentang Pers No 40 Th 1999.

3) UU tentang Hak Cipta No 28 Th 2014.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bentuk publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku, teks hukum, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,

bahan – bahan cetakan ( print out ).37

35
Ibid. hlm,181.
36
Dyah Ochtorina Susanti, A’an efendi, Penelitian Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2014)
hlm 53
37
Ibid, hlm, 87
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 23

1.6.4 Analisa Bahan Hukum

Melakukan analisa bahan hukum merupakan metode atau cara yang

digunakan oleh penulis dalam menentukan jawaban atas permasalahan yang

dibahas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan penelitian hukum,

yaitu: Pertama, mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang

tidak relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan; kedua,

bahan-bahan hukum yang sekiranya dipandang dapat menjadi acuan juga terhadap

bahan-bahan non hukum; ketiga, metode yang dilakukan dengan menelaah pada

permaslahan hukum untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut, keempat,

kesimpulan pada bentuk argumentasi dalam menjawab permaslahan hukum,

kelima, memberikan pendapat dan saran agar nantinya kedepan dalam

pembangunan nasional khusunya pada bidang hukum lebih baik. 38

38
Peter Mahmud Marzuki. Op.Cit hlm, 213.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip

2.1.1 Pengertian Prinsip

Pada Bahasa Indonesia kata “principle“ diterjemahkan sebagai “asas“ ,

“dasar“ Oxford Dictionary menguraikan principle sebagai (1) moral rule of strong

belief that influences your actions; (2) basic general truthPrinsip yang pada

Bahasa Belanda disebut “beginsel “ pada Bahasa Inggris menerjemahkan kata

“asas “ sebagai “principle“ ; sedangkan kata “prinsip“ juga diterjemahkan sebagai

“principle“; “principality“pada Bahasa Latin disebut “principium“ berarti dapat

disimpulkan bahwa prinsip merupakan suatu yang menjadi dasar tumpuan berfikir

atau bertindak, atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir.39 Prinsip

dibagi menjadi dua yaitu principia prima (norma – norma kehidupan yang berlaku

secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala bangsa

dan masa ) dan principia secundaria ( norma – norma yang tidak fundamental,

tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif tergantung pada manusianya)40

Terusan pada Bahasa Indonesia, memberikan penjelasan arti kata “ asas “

sebagai dasar dan juga sebagai sebuah, podansi atau hakikat untuk dasar berfikir

dalam mememcahkan sesuatu yang belum terungkap, asas juga mempunyai arti

bahwa sebagai huku, kaidah, norma maupun pijakan sebagai dasar pada olah fikir.

39
Dyah Ochtorina Susanti, IGN Parikesit Widiatedja, Asas keadilann konsep dan
implementasinya dalam perspektif hukum islam dan hukum barat, (Malang; bayu media publishing
2011), hlm 1
40
Ibid, hlm 2
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 25

kata prinsip juga dimaknai sebagai keyakinan dan paha, serta filsafat, dan

kepercayaan sebagai pendirian sikap atau pandangan dan dasar berolah fikir.130

2.2 Prinsip Deklaratif

Deklaratif dalam Bahasa Indonesia diatikan bersifat “pernyataan ringkas

dan jelas” begitu juga dengan deklarasi mempunai arti yang sama dengan

deklaratif yaitu “peryataan” ataupun “pengumuman”. 131 Saat ini istilah deklarasi

sudah sangat umum digunakan dalam wacana bahasa indonesi. Pada kebanyakan

inti dari isi deklarasi merupakan pokok – pokok saja dan kesepakatan anatara

pihak yang masih bersifat umum. Saat ada pula biasanya deklarasi juga tentang

kaidah atau norma hukum mengikat secara ebagai kaidah hukum dalam

pengertian yang sesungguhnya. 132

Pada hubungan ini cukup menarik apa yang dikemukakan oleh J. G starke,

yang membedakan deklarasi tersebut menjadi empat macam, yaitu :133

1. Deklarasi merupakan perjanjian dalam arti yang sejati dan atau sebenarnya.

Misalnya, Deklarasi di Paris pada tahun 1856. Deklarasi Bngkok pada 8

Agustus 1967 tentang pembentukan ASEAN. Universal Declaration of

Human Rights, pada tanggal 10 Desember 1948.

2. Deklarasi sebagai instumen yang tidak formallyang harus dilampirkan pada

suatu perjanjian (konvensi ataupuntraktat) sebagai penafsiran atau penjelasan

130
Ibid, hlm 3
131
I wayan parthiana, Hukum Perjanjian Internasional, ( Bandung; Mandar Maju 2002),
hlm 29
132
Ibid, hlm 29
133
J. G. Starke, Introduction To Internasional Law, sevent edition (London ;
Butterworths 1997), hlm 404
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 26

tentang ketentuan – ketetuan dari perjanjian tersebut. Sebagai contoh.

Deklaration Concerning the aims and Purpose of the Internasional labour

Organization.

3. Deklarasi untuk persetujuan informaal yang berkaitan berhubungan dengan

masalah – masalah yang tidak begitu penting

4. Dklarasi terkait resolusii yang dikeluarkan pada suatu komperensi diplomatik

yang berisi beberapa peryataan tentang beberapa prinsip yang harus dihormati

oleh semua negaran misalnya :

a. Declarationon the Prohibitionof Military, Political,or Economic

Coercion in the Conclusionof Treaties (deklarasi mengenai larangan

penggunaan kekerasan militer, politik, atau ekonomi dalam membuat

suatu perjanjian), dan Declarationon Unversal Participation in the

Vienna Convention on the Law ofTraties, ( deklarasi mengenai partisipasi

secar universal dalam konvensi wina 1969 tentang hukum perjanjian),

sebagaimana diputuskan di dalam komperensi wina 1969.134

b. Declaration of principlesgeverning the saeabed and the ocaean floor,

ann the subsosil therefof, beyond the limitof national jurusdiction

(deklarasi tentang prinsip –prinsip pengaturan dasar laut dan dasar

samudra dala serta tanah dibawahnya diluar batas – batsa yurisdiksi

nasional ) 135

134
Ibid, 405
135
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 27

Sistem deklaratif dalam Hak Cipta menuntut pentingnya pengumuman

dalam Ciptaan, meskipun pendaftaran bukan merupakan keharusan. 136

Pengumuman ciptaan adalah wujud nyata dari pencipta sebagai salah satu cara

melindungi ciptaan dari tindakan-tindakan yang merugikan pencipta baik dari segi

materil maupun immaterial.137

2.3 Konsep Hak Cipta

Hak cipta mempunyai arti pada bahasa Inggris dengan istilah copyright,

terjemahnya (to) copy, yang dapat berarti untuk menggadakan dan right berarti

hak. Terkaitdemikian secarabahasa, copyright pada dan untuk prinsipnya adalah

hak untuk menggandakan atau menyyebarluaskan suatu hasil karya, istilah

copyright diartikan kedalam bahasa indonesia sebagaai hak cipta.138 Pada

ketentuan pasal 1 angka 1 UUHC 2014 yang pada intimya menjelaskan pencipta

mendapatkan perlindungan atas haknya dengan cara otomatis dan harus

menjalankan prinsip deklaratif terlebih dahulu

Berdasarkan pengertian hak cipta sebagaimana disebutkan dalam pasal

tersebut di atas, bahwa unsur-unsur hak cipta dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu 139:

1. Hak untuk mengumumkan (Publishing rights)

2. Hak untuk memperbanyak (Reproduction rights)

136
I Wayan Parthiana, Op.Cit, hlm 31
137
Ibid, hlm 32
138
Insan Budi Maulana, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual lirtelaktual
I,(Yogyakarta ; Yayasan Klinik HaKI Jakarta dan Pusat Studi Hukum UII Yogyakarta 2002, hlm
57
139
Ibid hlm 4.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 28

3. Hak memberikan ijin untuk memperbanyak ata mengumumkan

(Asignment rights).

Menurut L. J Taylor pada bukunya dengan judul Copyrighht

ForLibrarians bahwa 140: “ perlindungan HKI adalah ekspresi dari sebuah ide,

bukan melindungi idenya akan tetapi, yang dilindungi ialah hak ciptanya yang

harus berbentuk yang nyata”

Menurut Robert M. Sherwood pengakuan atas perlindungan hukum pada

kreatifitas intelektualnya terhadap HKI dapat merajuk pada teori yang diuraikan

sebagai berikut :141

1. Reward Theory, merupakan seseorang yang telah dianggap berhasil

menemukan karya cipta harus diberikan pengakuan dan penghargaan berupa

perlindungan hukum.

2. Recovery Theory, merupakan pencipta yang telah mengeluarkan banyak

waktu,biaya,tenaga dalam menghasilkannya karya intelektualnya berhak

mendapatkan hasil atau manfaat dari ciptaannya.

3. Incentive Theory,hak pencipta untuk mendapatkan hasil ekonominya.

4. Risk Theory, dalam menciptakan sebuah karya terlebih pencipta mendapatkan

kendala untuk menghasilkan karya HKI maka dapat disimpulakan bahwa

dalam mebuat karya cipta mempunyai resiko

5. Economic Growth Stimulus Theory, merupakan bentuk untuk bertujuan

memberikan manfaat ekonomi kepada pembangunan nasional

140
Rachmadi Usman, Op Cit. hlm, 114
141
Hamda Zoelva, Globalisasi Dan Politik Hukum HaKI, Law Review, Volume X No. 3
– (Jakarta; Sinar Grafika), hlm, 323 - 324.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 29

Pemegang hak cipta merupakan pihak yang menerima hak tersebut secara sah

dari pencipta.142 Berdasarkan melihat pengertian tersebut dapat diartikan bahwa

jurnalis yang melakuan pemotretan merupakan pencipta yang mempunyai hak

sebagai pemegang hak ciptanya.

2.3.1 Pendaftaran Hak Cipta

Pencatatan ciptaan dan hak cipta diajukan oleh pencipta dan atau

pemegang hak cipta kepada Menteri secara tertulis dengan menggunakan bahasa

Indonesia. Permohonan pendafataran hak cipta harus memenuhi syarat –syarat

sebagai berikut : 143

1. Formulir pendaftaran ciptaan ada rangkap dua (formulir dapat diminta secara

cuma-cuma pada kantor Direktorat Hak Cipta), lembar pertama dari formulir

tersebut ditanda tangangni diatas materai Rp. 6000,00;

2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan, dengan mencantumkan

a) Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;

b) Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan pertama kali;

c) Uraian ciptaan rangkap tiga.

3. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu

ciptaan;

4. Bukti kewarganegaraan pencipta dan atau pemegang hak cipta berupa

fotocopy, KTP, dan Paspor:

142
Ibid, hlm 7.
143
Muhammad Firmansyah, Tata Cara mengurus HaKi (Hak atas Kekayaan Intelektual),
(Jakarta; Visimedia, 2008), hlm 19-20.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 30

5. Permohonan Badan Hukum, maka pada surat permohonannya harus

dilampirkan turunan resmi Akta Pendirian Badan Hukum tersebut;

6. Pendaftaran pada ciptaan diajuan diatas nama lebih perorangan dan atau suatu

badan hukum, dan atau pemohonan pada pemohonwa wajib ditulis semuanya,

dan menetapkan alamat pemohon;

7. Bukti untuk pemindahan hak untuk dilampirkan ciptaan yang sudah

dipindahkan;

8. Biayapendaftaran ciptaan sebesar Rp. 75.000,00,- (Tujuh Puluh Lima Ribu

Rupiah) dan atau khusus pada permohonan pendaftaran ciptaan program

computer sebesar Rp. 150.000,00. (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah )

2.3.2 Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Jangka waktu pada perlindungan hak cipta pada pelaksanaannya diatur

dalam UUHC 2014. Kepastian hukum untuk memberikan jangka waktu atas

ciptaan dan atau karya HKI lainnya. Jangka perlindungannya diharapkan mampu

memberikan perasaan aman bagi penciptanya untuk dapat terus melakukan

kreativitas pada hak cipta 144 Terdapat pembagian pada masa berlaku hak cipta dan

hak terkait, terkait berlaku hak cipta dan hak terkait diatur di dalam pada UUHC

2014 terdapat beberapa pengaturan tentang masa berlaku hak cipta dan hak

terkait.Perlindungan dan masa berlaku hak cipta dan hak terkait yang diatur dalam

Pasal 58 – 59 UUHC 2014 diuraikan sebagai berikut yaitu :

144
Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Foklor di Indonesia, (Yogyakarta ;
Graha Ilmu 2010), hlm 81.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 31

1. Masa berlaku pada hak cipta selama hidup terus berlangsung selama 70 tahun

setelah pecipta meninggal dunia, mulai terhitung pada tanggal 1 Januari tahun

berikutnya . Ciptaan yangterkait pada bentuk ; buku,pamflet,dan atausemua

karyatulis lainya, terkait pada bentukberupa ceramah,kuliah, pidato,dan atau

bentukberupa alat peraga yang dibuat untukkepentinganpendidikan dan ilmu

pengetahuan,dan atau berupa lagu atau musik, drama, terkait pada

bentukdrama musikal, tari koreografi, pemayangan, dan pantomin, karya seni

rupa dalam segala bentuk lukisan, gambar,ukiran, kaligrafi, terkait pada

bentukseni pahat, patung atau kolase, terkait pada bentukkaryaarsitektur, peta

dan terkait pada bentukkaryaseni batik

2. Masa yang berlaku ciptaan selama 50 (lima puluh ) tahun sejak pertama kali

dilakukan pengumuman terkait pada bentuk karya fotografi, potret, terkait

pada bentuk karyasinematografi, permainan video, program komputer,dan

atau bentuk berupa perwajahan karya tulis, terkait pada bentuk terjemahan,

tafsir,saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan

karya lain dari hasiltranformasi, terkait pada bentuk kompilasi ciptaan atau

data, terkait pada bentuk budaya tradisional.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 32

2.3.3 Lisensi Hak Cipta

Lisensi pada pengertian secara umum dapat juga diartikan sebagai

perbuatan memberikan izin.145 Pemberian izin dapat dilakukan jika ada pihak

yang memberikan izin dan pihak yang memerima izin sebagai bentuk perjanjian,

salah satu jenis pemberian izin hak cipta.146 Pemilik izin memberikan hak kepada

pengguna untuk memakai dan menyalin sebuah perangkat dan atau dokumen ke

dalam sebuah lisensi. Lisensi atas hak cipta memiliki beberapa hal penting seperti

ini, syarat dan ketentuan berlaku, wilayah, pembaruan, dan syarat – syarat lain

yang dtentukan pemberi izin dan atau lisensi.

Pemegang hak cipta sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 1 ayat

4 UUHC 2014 adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima

hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut

hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Menurut yang

dikemukakan C.S.T Kansil menyebutkan, dalam setiap hak pasti ada sebuah

kewajiban, setiap hak dan kewajiban disebut sebagai subjek hukum yang terdiri

manusia (natuurlijk person) dan badan hukum (rechtperson).147 keterkaitkan pada

hak cipta,pemegang hak cipta ialah subjek hukum maka untuk mendapatkan hak

dari ciptaan harus denagn jalan pewarisan, wasiat maupun hibah.

145
Iswi Hariyani, Op.Cit hlm 72
146
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, (Jakarta ;
Akademika Pressindo 1999), hlm 18.
147
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta ; Balai Pustaka 2007), hlm 2.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 33

2.4 Teori Utilitarisme

Utilitarianisme lahir sebagai reasi terhadap ciri dari metafisik dan abstrak

dari filsafat hukum dan politik. kata Utilitas berasaldari bahasa latin yang berarti

useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. 148 utilitarianisme merupakan

suatu paham yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah

dan menguntungkan, sebaliknya yang jahat atau buruk adalah yang tidak

bermanfaat, tak berfaedah dan merugikan.149

Bentham menguraikan mengenai, tujuan pada pembentukan hukum

pembentuk undang-undang untuk mendapatkan manfaat umum bagi khalayak

banyak.150 Penggagas aliran Utilitarisme yaitu Bentham dalam pembentuk

peraturan hukum hendaknya dapat melahirkan peraturan perundang – undangan

yang dapat mencerminkan nilai keadilan dan nilai manfaat umum bagi semua

golongan individu151

Bentham mengemukakan perundang-undangan seharusnya memberikan

kebahagiaaan serta keemanfaatan yang bagi sebagian terbesar masyarakat.152

utilitarisme metitik beratkan kemanfaatan sebagai dari tujuan utama hukum,

kemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu yang memberikan kebahagiaan

(happiness). Terkait dalam konteks ini hukum sudah dapat memberikan

kebahagiaan dan manfaat secara umum, 153 Teori ini mempunyai tujuan untuk

148
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung, Citra Aditya Bakti 1989), hlm 48
149
Ibid, hlm 49
150
Ibid, hlm 50
151
Ridwan Halim A. Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor ; Graha
Indonesia 2007), hlm 7
152
Ibid, hlm 9
153
Achmad dan Ali Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence), (Jakarta; Kencana Prenada Media Group), hlm 78
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 34

mewujudkan apa yang berfaedah dan atau yang sesuai dengan daya guna

(efektif).154

Bentham menggariskan tentang prinsip utilitarisme dengan arah dan visi

dan misi hukum dari perspektif psikologis Bentham menguraikan bahwa manusia

mempunyai hak yang berada pada alam kekuasaan dua tuan terkait rasa sakit dan

kesenanagan. Adapun yang harus di lakukan dan apa yang akan kita perbuat,

semuanya ditujukan dan ditetapkan dalam rangka keduanya. Standar baik dan

buruk, serta mata rantai sebab dan akibat, juga terkait erat dengan kedua hal itu.

Keduanya memandu kita dalam segala yang kita diperbuat, pada segala yang kita

katakan dan pikirkan dan segala usaha yang dapat dilakukan untuk menolak

ketakutan kita terhadap dua kekuasaan itu, hanya akan membuktikan dan

menegaskan kebenaran itu bahwa dapat disimpulkan setiap orang dalam

tindakannya cenderung untuk menghindari diri dari situasi kemalangan, rasa sakit,

kejahatan, ketidaksenangan, dan ketidak bahagiaan yang menganggu yang

ketenangan dirinya.155

Bentham menguraikan bahwa hukuman yang diberi dapat dibenarkan jika

suatu pelaksanaannya mengkristalkan dua efek utama yaitu: 156

1. Hukuman sebagai konsekuensi untuk mencegah agar di masa depan kejahatan

terhukum supaya tidak akan terulang lagi.

2. Hukuman diharuskan memberikan rasa puas terhadap korban dan orang lain,

agar supaya beban batin korban juga terpenuhi.

154
Ibid, hlm 80
155
Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham Dan Relevansinya Bagi Praktik
Hukum Kontemporer, (Jakarta; Jurnal, Jurusan Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS
University), hlm 303
156
Ibid, hlm 304
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 35

Bentham mensinyalir akan muncul bentuk efek yakni Pencegahan (preventif),

yang dikemukakan: 157

1. Hukuman yang diterima untuk memberikan efek jera terhadap orang

pelanggar hukum supaya mengakibatkan bahwa suatau yang akan datang

mereka tidak mengulangi lagi kejahata. jika si terhukum dikurung dalam

penjara seumur hidup, dan atau tangannya dipotong atau bahkan dieksekusi

mati oleh vonis lembaga hukum formalagar suapay memberikan efek yang

jera.

2. Efek jera dan penangkalan (deterrence). Hukuman ini membuat orang yang

sudah bebas dari penjara kapok (jera) untuk berbuat melawan hukum agar

hukuman harus mampu membuat jera subjek terhukum dan sekaligus

menangkal kejahatan dari para penjahat potensial lain di dalam masyarakat.

sekaligus memberi pesan bagi anggota masyarakat lain untuk tidak lagi

melakukan kejahatan jenis baru pada masyarakat.

Karya Betham ialah Introduction to the Principles of Morals and Legislation

yang menguraikan bahwa hukum barulah diakui sebagai hukum jika ia

memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-banyaknya

orang dan atau masyarakat. bahwa hukum bertujuan untuk membuat manfaat

banyak.Aliran utilitarisme merupakan aliran yang meletakkan kemanfaatan

sebagai tujuan terutama efek jera pada hukum.158

157
Ibid, hlm 306
158
Ibid, hlm 81
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 36

2.5 Teori Perlindungan Hukum

Fitzgerald sebagaimana yang dikutip oleh Satjipto Raharjo awal mula dari

munculnya teori perlindungan hukum bersumber pada teori hukum alam dan atau

aliran hukum alam. Pemahaman ini dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dan

Zeno. Menurut pemahaman hukum alam menyebutkan bahwasanya hukum itu

bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi dalam artian antara

hukum dan moral tidak boleh dipisahkan dikarenakan bentuk satu kesatuan organ

yang utuh. Para penganut pemahaman ini memandang bahwa hukum dan moral

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

manusia.159Teori perlindungan hukum ditujukan kepada masyarakat yang berada

pada posisi yang sangat lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek

yuridis dan ketidaktahuan terhadap pemahaman hukum ialah salah satu teori yang

sangat penting untuk kita pahami. dikarena fokus pemahaman teori ini pada

perlindungan hukum yang diberikan untuk kepada masyarakat.. 160

Perlindungan hukum terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “perlindungan”

dan atau “hukum” yang artinya ialah perlindungan hukum menurut Undang-

Undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada hukum positif.

Perlindungan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan dan mempertahankan

keadilan yang menjadi jiwa dan tujuan dari hukum. Pada pengertian perlindungan

hukum adalah suatu tindakan melindungi atau memberikan pertolongan dalam

159
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung ; PT. Citra Aditya Bakti 2000), hlm 53
160
Erlies Septiana Nurbani Salim HS dan, Teor HukumPadaPenelitianTesisDan
Disertasi, (Jakarta RajaGrafindo Persada2004), hlm 259
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 37

bidang hukum agar seseorang mendapatkan keadilan dari perbuatan yang

kesewenang-wenangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab,.161

Fitzgerald saat menjelaskan teori perlindungan hukum, dalam Dyah

Octorina Susanti, menguraikanhukum itu bertujuan serta untuk dengan cara

membatasi berbagai kepentingan hak tersebut, karena pada suatu lalu lintas

kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan

dengan cara membatasi kepentingan dilain pihak tidak hanay mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat,162 Kepentingan

hukum dan Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan

hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang

diberikan. Terkait yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat

dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.163

Fitzgerald menguraikan bahwa hukum dapat melindungi kepentingan

kekuasaan kepadanya secara terukur orang dari cara mengalokasikan suatu, pada

arti ditentukan keluasan dan kedalamannya, untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya, yang disebut sebgai hak, setiap kekuasaan pada masyarakat bisa

disebut juga sebagai hak.164 Satijipto Raharjo, menguraikan bahwa perlindungan

hukum untuk memberikan pengayoman terhadap HAMyang sangat dirugikan

kepada oranglain dan perlindungan itu di berikankepada masyarakat agar untuk

161
R.Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika 1992), hlm 24.
162
Dyah Ochtorina Susanti, Bahan ajar mata kuliah Teori Hukum, disampaikan di
(Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Kediri), hlm 8
163
Ibid,
164
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 38

dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum juga dapat

difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif

maupun fleksibel, melainkan juga prediktif dan atau antisipatif, hukum juga

dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara ekonomi sosial

maupun politik untuk memperolehkeadilan sosial.165

Phillipus M. Hadjon menguraikan preventif dan represif perlindungan

hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah166 Perlindungan hukum adalah

suatu bentuk diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan peraaturan hukum

yang ada, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk

yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak

tertulis. Perlindungan hukum meliputi 2 hal yaitu :167

1. Perlindungan hukum dilakukan secara preventifyakni memberikan bentuk

perlindungan terhadap hukum masyarakatuntuk diberikesempatan sebelum

pendapat mengajukan keberatan kepada pemerintah untuk mendapat

bentuk yang definitif.

2. Perlindungan hukum dilakukan secara represif, yakni perlindungan yang

memberikan yang lebih diutamakan adalah penyelesian sengketa.

165
Ibid, hlm 55
166
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya ; PT.
Bina Ilmu 1987), hlm 29
167
SudiknoMertokusumo, PenemuanHukum, (Bandung;CitraAdityaBakti2009) hlm, 41
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 39

2.6 Fotografi

2.6.1 Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari 2 kata,yaituPhoto yang berarti cahaya dangraph

yang berartitulisan atau lukisan.168 Metode fotografiyang untuk menghasilkan

gambar atau foto dari suatu objek yang ditujudengan media kameran cahaya yang

mengenai objek .169 Terkait prinsipfotografi adalahmemfokuskan cahaya dengan


170
objek sehingga mampu menghasilkan objek tankapan kamera Pada dasarnya

tujuan danhakekat fotografi adalah media komunikasi.uatu karyafotografi dapat

disebut memilinilai komunikasi ketika dalampenampilaubjeknya digunakan

sebagai penyampaian. Terkait inifotografi juga mempunyai aturan – aturan dalam

penyampaiannya yait etika dalam menjalaka sebuah profesi fotografi, kode etik

itu y belum tertulis secara formal, akan tetapru dal tahapan sekadsesuatu yang

dipahami’ yang dapat diartikan sampai hari ini kode etik tersebut masih sampai

pada tataran ‘sekadpegangan’ yang tidak memiliki kekuatan mengikat.171

Pada karya fotografi dapat disebut memiliki nilai yang komunikasi untuk

menyampaikan sesuatu dalam bentuk foto dan mempunyai nilai pesan yang

diharapkan dapat mengerti kedapa pembaca objek tujuan, sehingga terjalin suatu

kontak pemahaman makna. Terkait karya foto tersebut juga dapat dikatakan

sebagai media yang memiliki nilai guna “fungsional” dan sekaligus sebagai

168
Aditiawan rangga dan Bianca ferren, Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis,
(Jakarta ; Dunia Komputer 2011), hlm 11
169
Ibid, hlm 12
170
Ibid, hlm 12
171
Ibid, hlm 13
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 40

“instrumen” karena dijadikan “alat” dalam proses komunikasi penyampaian

pesan atau ide si pencipta karya foto.172

2.6.2 Macam – Macam Fotografi


173
Jenis pada fotografi ini dapat dijeaskan dan diuraikan sebagai berikut :

1. Foto Manusia

Pada foto ini sebagai objek utamanya adalah manusia menjadi unsur, foto

ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu 174 :

a) Potrait merupakan bentuk foto yang menampilkan objek manusia dalam

bentuk ekspresinya dlam kesehariannya

b) Stage Fotografi merupakan objek utamanya adalah objek yang berada

dipanggung biasanya profesi ini berkerja sebagai media intertaimen.

2. Foto Nature

Pada Jenis foto ini biasanya objek adalah benda flaura dan fauna maupun

bentuk pemandangan yaitu 175 :

a) Foto flora, merupakan tanaman atau tumbuhan sebagi objeknya.

b) Foto Fauna, merupakan binatang dan keanekaragaman lainya sebagi objek foto

utamany.

c) Foto Lanskap, merupakan bentangan alam sebagai objek foto utamany

172
Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi.( Jakarta; Paramita Indo 2007), hlm 27
173
Ibid, hlm 15
174
Ibid, hlm 17
175
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 41

2.7 Jurnalistik

2.7.1 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik berasal dari bahasa Perancis Journa atau dujour yang artinya

Hari, yaitu segala macam berita atau warta sehari-hari yang termuat dalam

lembaran yang tercetak maupun tidak.176 Secara umum jurnalistik dapat diartikan

sebuah proses dari mengumpulkan catatan (berita), menulis hingga

menyampaikan kepada masyarakat.177 Setiap jurnalistik atau yang disebut dengan

pewarta didalam perkerjaan kode etik merupakan pegangan untuk jurnalis dalam

menjalankan profesinya.178 Peraturan mengenai kode etik terdapat pada Pasal 15

ayat 2 Undang – Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang PERS, yang menyebutkan

bahwa :

Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :


a. Melakukanpengkajianuntuk pengembangan kehidupan pers;
b. Menetapkandan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
c. Memberikan pertimbangan danmengupayakan penyelesaian
pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yangberhubungan
dengan pemberitaan pers;
d. Mengembangkan komunikasiantara pers, masyarakat, dan
pemerintah;
e. Memfasilitasiorganisasi-organisasipers dalam menyusun
peraturan-peraturan dibidang pers dan meningkatkan kualitas
profesi kewartawanan;
f. mendata perusahaan pers;

Dapat kita pahami foto jurnalistik merupakan bentuk foto yang

mengandung dan unsur nilai berita, fungsinya adalah untuk melengkapi teks berita

pada media cetak mau pun media online. Terkait foto jurnalistik sebagai bentuk

176
Masduki, Kebebasan Pers Dan Kode Etik Jurnalistik, (Yogyakarta; UII Pers 2003),
hlm 6
177
Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung
;Remaja Rosdakarya 2005), hlm 4
178
Ibid, hlm 10
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 42

nilai berita dan foto sebagai pelengkap. Foto jurnalistik dibuat oleh seorang

jurnalis dan foto jurnalistik adalah bagian penting dalam pemberitaan suatu

informasi oleh media massa. Sebagai bagian dari berita itu sendiri, foto jurnalistik

memegang peranan untuk menyempurnakan informasi yang hendak disiarkan

kepada khalayak luas.179

Foto Jurnalistik sebagaimana diuraikan oleh Zainuddin Nasution adalah

sebagai berikut :

Foto pada jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan pada foto
yang dengan tujuan pemotretan karena keinginan bercerita
kepada orang lain dalam penyampaiannya. Foto pada jenis ini
berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang
laindengan maksud agar orang lain memahami sesuatu tindakan
pada media foto180

2.7.2 Macam – Macam Jurnalistik

Saat melakukan profesinya sebagai jurnalis atau pewarta, seorang jurnalis

tidak dapat diartikan sebagai khusus mencari berita satu kategori saja, akan tetapi

seorang jurnalis dalam mencari berita mencangkup semua yang berkaitan dengan

berita, beberapa jenis dan macam fotografi jurnalitik ialah181:

1. Spot Photo : merupakan terjadinya peristiwa yang tidak terduga-duga dan

diabadikan dengan foto secara spontan

2. Sport Photo :merupakan peristiwa olahraga yang menjadi objek fotonya

179
Zainuddin Nasution, Fotografi Jurnalistik Dalam Peranan Berita, (Solo ; Yayasan
Hikmah 2008), hlm 45 - 46
180
Ibid, 48
181
Ibid, 49
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 43

3. News Photo People : merupakan bentuk foto ysng menjadi objek orang,

tokoh,dan atau berita untuk masyarakat dengan dilengkapi keterangan.

4. Potrait : merupakan bentuk foto yang objeknya ialah manusia

5. Culture Photo Art : merupakan bentuk utama foto dengan objek budaya

2.7.3 Macam-Macam Teknik Jurnalistik

Saat melakukan perkerjaan profesinya proses pada jurnalistik selalu

menggunakan teknik. Teknik yang digunakan agar foto yang dihasilkan nantinya

terlihat menjadi indah dan bagus. Terkait macam teknik yang digunakan maka

dapat diuraikan .182 :

1. Momen, merupakan bentuk pada dunia jurnalistik akan terjadi sekali tidak bisa

untuk diulang kembali

2. Sudut pengambilan, pada teknik ini untuk pengambilan gambar sangat penting,

dikarenakan pada sebuah fotografi jurnalistik dapat menciptakan ciri yang khas

3. Pencahayaan merupakan yang sangat penting dalam fotografi, apabila

pencahayaan kurang maka hasil yang dihasilkan tidak akan maksimal

4. Patuhilah pada etika jurnalis

182
Ibid, hlm 80
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 44

2.8 Internet

2.8.1 Pengertian Internet

Internet berasal dari bahasa latin yaitu "inter" yang berarti pada bahasa

Indonesia ialah"antara".183,internet suatu jaringan yang terdiri dari berbagai

komputer yang ada di seluruh tempat yang terhubung dengan jaringan,

Kriyanatono menguraikan bahwa Internet ;

Keseluruhan pada jaringan komputer yang saling terhubung


menggunakan penerapan standar sistem global sebagai pertukaran
paket untuk pengguna jaringan diseluruh dunia, keterkaitan pada
hubungan antar jaringan dengan tujuan untuk berkomunikasi 184

Menurut harjono menjelaskan bahwa,

Internet merupakan kumpulan dari berbagai komputer yang saling


terhubung satu sama lain guna mempercepat sebuah proses data
pada sistem global baik menggunakan optik dan jaringan untuk
kepentingan bersama baik media komputer aupun telepon 185

183
Ibid, hlm 47
184
Kriyantono dan Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta; Kencana Prenada
Media 2006), hlm 5
185
Ibid, hlm 6
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 45

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Terkait penyusunan tesis dalam penelitian hukum adalah terhadap konsep

mengenai prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media

internet, penulis menitik beratkan kepada prinsip deklaratif yang tertuang

dalamUUHC 2014. Prinsip adalah suatu dasar untuk berpikir maupun bertindak.

Ciptaan karya fotografi tertuang dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf (k)UUHC 2014.

Hal tersebut dikarenakan keberadaan karya fotografi yang berada dalam ranah

seni, karya fotografi yang berada dalam ranah seni, karya fotografi khususnya

dalam bidang jurnalistik mempunyai karakteristik yang berbeda, dikarenakan

ranah jurnalistik mempunyai unsur berita yang tertuang dalam karya seni foto.

Prinsip deklaratif yang tertuang dalam Undang-Undang Hak Cipta yaitu

UUHC 2014 mempunyai kelemahan serta kekaburan norma, sehingga terhadap

para pencipta khususnya fotografi jurnalistik harus dan wajib untuk menjalankan

prinsip deklaratif terlebih dahulu. Apabila para pencipta ini tidak menjalankan

prinsip deklaratif maka hak para pencipta tidak dapat terlindungi. Maka dari itu

prinsip deklaratif yang tertuang dalam UUHC 2014 sangatlah melemahkan

pencipta. Sehingga hal ini memungkinkan semakin banyaknya plagiat atau

penjiplakan karya hak cipta fotografi jurnalistik.

Bentuk perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi

jurnalistik yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang tentang Hak Cipta yaitu

UUHC 2014 sehingga karya fotografi jurnalistik mendapatkan perlindungan


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 46

hukum. Perlindungan hukum ada 2 yaitu preventif dan represif. Perlindungan

secara preventif ialah suatu perlindungan yang diberikan pemerintah dengan

tujuan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta fotografi jurnalistik

yang dilakukan dengan cara mendaftarkan hak cipta tersebut kepada DIRJEN

HKI. Sedangkan perlindungan secara represif ialah perlindungan yang dilakukan

oleh pemerintah untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam hak cipta yang

dilakukan melalui Pengadilan Niaga.

Kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui

media internet dimasa yang akan datang. Karya fotografi jurnalistik memiliki

karakteristik atau ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan ciptaan karya

fotografi lainnya, karya fotografi jrunalistik menuangkan foto atau potret dalam

setiap pemberitaan sebagai pelengkap suatu berita dengan kalimat berita sebagai

bahan pemberitaan. Hal ini yang menjadi unsur krusial dalam membedakan suatu

ciptaan termasuk karya fotografi jurnalistik sebagai karya intelektual. Selanjutnya

berbicara mengenai penerapan prinsip deklaratif dalam hak cipta tentunya tidak

terlepas dari adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu ciptaan

mendapat perlindungan secara hukum, seperti diketahui bahwa hak cipta

diberikan pada ciptaan dan pencipta yang bersifat pribadi.

Beberapa teori yang dipergunakan untuk pisau analisis pada pembahasan

rumusan masalah dalam tesis ini ialah teori utilitas dan teori perlindungan hukum.

pada rumusan masalah pertama teori yang dipergunakan sebagai pisauanalisis

ialah teori utilitas dan teori perlindunganhukum. Rumusan masalah kedua, teori

yang dipergunakan sebagai pisau analisis ialah teori perlindunganhukum.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 47

Sedangkan pada rumusan masalah ketiga, teori yang dipergunakan sebagai pisau

analisis ialah teoriutilitas. Penbahasan serta hasil analisis terhadap masing-masing

rumusan masalah akan menghasilkan kesimpulan serta saran sebagaimana

diuraikan dalam bagan berikut:

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI


JURNALISTIK MELALUI MEDIA INTERNET

1. Apa dasar 2. Apa bentuk 3. Apa kriteria prinsip


pertimbangan deklaratif pada hak
perlindungan hukum
cipta fotografi
kewajiban prinsip terhadap pencipta atas jurnalistik melalui
deklaratif pada hak pelanggaran fotografi media internet dimasa
cipta fotografi jurnalistik ? yang akan datang ?
jurnalistik melalui
media internet

Pendekatan Perundang-
undangan Pendekatan Perundang- Pendekatan Perundang-
Pendekatan Konseptual undangan undangan
Pendekatan Historis Pendekatan Konseptual Pendekatan Konseptual

Teori Ultilitas Teori Perlindungan Teori Ultilitas


Teori Perlindungan Hukum
Hukum

Kesimpulan

Saran
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 85

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab – bab sebelumnya, dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut ;

1. Dasar pertimbangan dalam risalah sidang terhadap prinsip deklaratif pada hak

cipta yakni setelah ciptaan dalam bentuk nyata dan diumumkan tanpa harus

melalui mekanisme pencatatan ciptaan, ciptaan harus orisinal, ciptaan harus

diwujudkan, perlindungan hak cipta tidak perlu formalitas tertentu. terkait

pertimbangan tersebut, yakni perlindungan diberikan tanpa formalitas

tertentu, terkait pertimbangan kewajiban prinsip deklaratif dalam hak cipta

tidak didasarkan pada pencatatan. Terkait pencatatan tidak dapat menentukan

siapa penciptanya, tetapi hanya dapat berfungsi sebagai sangkaan awal

suapaya prinsip deklaratif dapat diterapkan maka harus didorong adanya

peranan publikasi dan pengumuman serta penilaian terhadap orisinalitas

sebuah karya ciptafotografi jurnalistik

2. Perundang-undangan Indonesia yang lebih spesifi yaitu UUHC telah

memberikan perlindungan hukum terhadap pencipta atau pemegang Hak

Cipta atas karya fotografi jurnalistik, dengan berlakunyaUUHC. Perlindungan

hak cipta atas karya fotografi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu

dengan secara preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa. KUHPerdata sudah mengatur untuk mencegah perbuatan melawan


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 86

hukum yaitu didalam Pasal 1365 KUH Perdata sebagai pasal yang mengatur

tentang perbuatan melawan hukum memegang peranan penting dalam hak

cipta. Tekait pelanggaran hak cipta tidak hanya diatur dalamUUHC, tetapi

juga diatur dalam UU ITE. Bentuk Secara represif dengan tujuan untuk

menyelesaikan sengketa hak cipta bentuk perlindungan hukum karya cipta

fotografi jurnalistik melalui media internet, secara represif sudah diatur dalam

Bab XIV Pasal 95 – 99 UUHC 2014

3. Kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media
internet yaitu sifat dari sistem deklaratif dalam hak cipta menuntut pentingnya

pengumuman dalam ciptaan, pengumuman ciptaan adalah wujud nyata dari

pencipta sebagai salah satu cara melindungi ciptaan dari tindakan-tindakan

yang merugikan pencipta baik dari segi materil maupun immaterial. Karakter

dalam prinsip deklatarif menganut asas first to use bahwa pendaftaran bukan

merupakan keharusan. Pergesaran aturan di Indonesia menganganti UUHC

2002 dengan UUHC 2014 adalah upaya sunguh – sunguh dari negara untuk

melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pemilik hak terkait

sebagi unsur penting dalam pembangunan kreativitas pencipta untuk

berkreasi. Supaya motivasi para pencipta dan secara nasional akan berdampak

luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia,


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 87

5.2 Saran

Bertitik tolak kepada permasalahan yang ada kaitannya dengan

kesimpulan diatas, dapat diberikan saran;

1. Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia seharunya lebih tegas

lagi dalam membuat peraturan di Indonesia, supaya upaya plagiat dapat

diberantas dan upaya tersebut dapat pula dilakukan melalui sosialisasi dan

penyuluhan mengenai hak cipta didalam implementasi UUHC 2014 yang

dilakukan pada semua kalangan terkait khususnya para pencipta karya

fotografi jurnalistik, berkaitan dengan dasar utama pertimbangan kewajiban

dalam prinsip deklaratif khusunya pada pencipta karya fotografi jurnalistik

masih mempunyai keterbatasan untuk menanggulangi pelanggaran hak cipta,

maka dari itu perlindungan dan kepastian hak cipta jurnalistik tidak akan

tercapai dengan maksimal apabila masyarakat masih lemah untuk memahami

sistem prinsip deklaratif ini, seharusnya upaya pencegahan pelanggaran

melalui media internet khususnya mengenai hak cipta ini dengan menitik

beratkan pada edukasi kepada masyarakat tentang mengenai sistem deklaratif

ini, selain itu pencegahan pelanggaran hak cipta fotografi jurnalistik dibidang

teknologi dengan meningkatkan sistem keamanan informasi.

2. Kepada Kementerian Hukum dan Ham khususnya terhadap hak cipta

fotografi jurnalistik mengenai pelaksanaan perlindungan, hak cipta baik itu

perlindungan secara preventif maupun secara represif. Diharapkan dengan

dilakukan sosialisasi ini kedpannya lebih efektif pengetahuan akan sistem


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 88

HKI, khususnya hak cipta dapat diketahui seluruh lapisan masyarakat

khusunya para fotografer.

3. Kepada pencipta seharusnya lebih menyadari akan pentingnya terkait

perlindungan hukum hak cipta sehingga perlu adanya kesadaran dari jurnalis

untuk segera mendaftarkan karya ciptanya ke Dirjen HKI agar dapat

menghindari hal-hal yang terjadi di kemudian hari. Dapat dipahami

diperlukan pula penyuluhan hukum mengenai pemahaman tentang prosedur

pendaftaran secara rinci, mencakup manfaat, proses, persyaratan dalam

pendaftaran hak cipta khususnya karya cipta fotografi jurnalistik yang

dilaksanakan oleh pihak yang berwajib dalam hal ini adalah pihak Dirjen HKI
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip

2.1.1 Pengertian Prinsip

Pada Bahasa Indonesia kata “principle“ diterjemahkan sebagai “asas“ ,

“dasar“ Oxford Dictionary menguraikan principle sebagai (1) moral rule of strong

belief that influences your actions; (2) basic general truthPrinsip yang pada

Bahasa Belanda disebut “beginsel “ pada Bahasa Inggris menerjemahkan kata

“asas “ sebagai “principle“ ; sedangkan kata “prinsip“ juga diterjemahkan sebagai

“principle“; “principality“pada Bahasa Latin disebut “principium“ berarti dapat

disimpulkan bahwa prinsip merupakan suatu yang menjadi dasar tumpuan berfikir

atau bertindak, atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir. 21 Prinsip

dibagi menjadi dua yaitu principia prima (norma – norma kehidupan yang berlaku

secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala bangsa

dan masa ) dan principia secundaria ( norma – norma yang tidak fundamental,

tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif tergantung pada manusianya) 22

Terusan pada Bahasa Indonesia, memberikan penjelasan arti kata “ asas “

sebagai (1) akar,alas,basis,dasar, pondasi,fundamen,hakikat,hukum,landasan,

21
Dyah Ochtorina Susanti, IGN Parikesit Widiatedja, Asas keadilann konsep dan
implementasinya dalam perspektif hukum islam dan hukum barat, (Malang; bayu media publishing
2011), hlm 1
22
Ibid, hlm 2

21
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 21

sandaran,sendi,teras,tiang,tonggak;(2)hukum,kaidah,kodeetik,normapatokan,peda

man,pijakan, tata cara. Masih berdasarkan tesaurus bahasa indonesia, kata prinsip

dimaknai sebagai (1)asas,dasar,etika,hakikat,pokok, rukun,sendi (2)

filsafat,kepercayaan,keyakinan, kredo,mandu, opini, paham, pandangan,pendapat,

pendirian sikap; (3) ajaran, diktum, dogma, doktrin, etik, hukum, kaidah, patokan,

pedoman, pijakan. 23

2.2 Prinsip Deklaratif

Deklaratif dalam Bahasa Indonesia diatikan bersifat “pernyataan ringkas

dan jelas” begitu juga dengan deklarasi mempunai arti yang sama dengan

deklaratif yaitu “peryataan” ataupun “pengumuman”. 24 Saat ini istilah deklarasi

sudah sangat umum digunakan dalam wacana bahasa indonesi. Pada kebanyakan

inti dari isi deklarasi merupakan pokok – pokok saja dan kesepakatan anatara

pihak yang masih bersifat umum. Saat ada pula biasanya deklarasi juga tentang

kaidah atau norma hukum mengikat secara ebagai kaidah hukum dalam

pengertian yang sesungguhnya. 25

Pada hubungan ini cukup menarik apa yang dikemukakan oleh J. G starke,

yang membedakan deklarasi tersebut menjadi empat macam, yaitu :26

1. Deklarasi merupakan perjanjian dalam arti yang sejati dan atau sebenarnya.

Misalnya, Deklarasi di Paris pada tahun 1856. Deklarasi Bngkok pada 8

23
Ibid, hlm 3
24
I wayan parthiana, Hukum Perjanjian Internasional, ( Bandung; Mandar Maju 2002),
hlm 29
25
Ibid, hlm 29
26
J. G. Starke, Introduction To Internasional Law, sevent edition (London ; Butterworths
1997), hlm 404
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 22

Agustus 1967 tentang pembentukan ASEAN. Universal Declaration of

Human Rights, pada tanggal 10 Desember 1948.

2. Deklarasi sebagai instumen yang tidak formallyang harus dilampirkan pada

suatu perjanjian (konvensi ataupuntraktat) sebagai penafsiran atau penjelasan

tentang ketentuan – ketetuan dari perjanjian tersebut. Sebagai contoh.

Deklaration Concerning the aims and Purpose of the Internasional labour

Organization.

3. Deklarasi untuk persetujuan informaal yang berkaitan berhubungan dengan

masalah – masalah yang tidak begitu penting

4. Dklarasi terkait resolusii yang dikeluarkan pada suatu komperensi diplomatik

yang berisi beberapa peryataan tentang beberapa prinsip yang harus dihormati

oleh semua negaran misalnya :

a. Declarationon the Prohibitionof Military, Political,or Economic

Coercion in the Conclusionof Treaties (deklarasi mengenai larangan

penggunaan kekerasan militer, politik, atau ekonomi dalam membuat

suatu perjanjian), dan Declarationon Unversal Participation in the

Vienna Convention on the Law ofTraties, ( deklarasi mengenai partisipasi

secar universal dalam konvensi wina 1969 tentang hukum perjanjian),

sebagaimana diputuskan di dalam komperensi wina 1969.27

b. Declaration of principlesgeverning the saeabed and the ocaean floor,

ann the subsosil therefof, beyond the limitof national jurusdiction

(deklarasi tentang prinsip –prinsip pengaturan dasar laut dan dasar

27
Ibid, 405
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 23

samudra dala serta tanah dibawahnya diluar batas – batsa yurisdiksi

nasional )28

Sistem deklaratif dalam Hak Cipta menuntut pentingnya pengumuman

dalam Ciptaan, meskipun pendaftaran bukan merupakan keharusan. 29

Pengumuman ciptaan adalah wujud nyata dari pencipta sebagai salah satu cara

melindungi ciptaan dari tindakan-tindakan yang merugikan pencipta baik dari segi

materil maupun immaterial. 30

2.3 Konsep Hak Cipta

Hak ciptdari bahasa Inggris,copyright yang dalam, terjemahnya (to) copy,

yang dapat berarti untuk menggadakan dan right berarti hak. Terkaitdemikian

secarabahasa, copyright pada dan untuk prinsipnya adalah hak untuk

menggandakan atau menyyebarluaskan suatu hasil karya, istilah copyright

diartikan kedalam bahasa indonesia sebagaai hak cipta.31 Pada ketentuan pasal 1

angka 1 UUHC 2014 yang pada intimya menjelaskan pencipta mendapatkan

perlindungan atas haknya dengan cara otomatis dan harus menjalankan prinsip

deklaratif terlebih dahulu

Berdasarkan pengertian hak cipta sebagaimana disebutkan dalam pasal

tersebut di atas, bahwa unsur-unsur hak cipta dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu32:

1. Hak untuk mengumumkan (Publishing rights)

28
Ibid,
29
I Wayan Parthiana, Op.Cit, hlm 31
30
Ibid, hlm 32
31
Insan Budi Maulana, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual lirtelaktual
I,(Yogyakarta ; Yayasan Klinik HaKI Jakarta dan Pusat Studi Hukum UII Yogyakarta 2002, hlm
57
32
Ibid hlm 4.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 24

2. Hak untuk memperbanyak (Reproduction rights)

3. Hak memberikan ijin untuk memperbanyak ata mengumumkan

(Asignment rights).

Menurut L. J Taylor pada bukunya dengan judul Copyrighht

ForLibrarians bahwa33: “ perlindungan HKI adalah ekspresi dari sebuah ide,

bukan melindungi idenya akan tetapi, yang dilindungi ialah hak ciptanya yang

harus berbentuk yang nyata”

Menurut Robert M. Sherwood pengakuan atas perlindungan hukum pada

kreatifitas intelektualnya terhadap HKI dapat merajuk pada teori yang diuraikan

sebagai berikut :34

1. Reward Theory, merupakan seseorang yang telah dianggap berhasil

menemukan karya cipta harus diberikan pengakuan dan penghargaan berupa

perlindungan hukum.

2. Recovery Theory, merupakan pencipta yang telah mengeluarkan banyak

waktu,biaya,tenaga dalam menghasilkannya karya intelektualnya berhak

mendapatkan hasil atau manfaat dari ciptaannya.

3. Incentive Theory,hak pencipta untuk mendapatkan hasil ekonominya.

4. Risk Theory, dalam menciptakan sebuah karya terlebih pencipta mendapatkan

kendala untuk menghasilkan karya HKI maka dapat disimpulakan bahwa

dalam mebuat karya cipta mempunyai resiko

5. Economic Growth Stimulus Theory, merupakan bentuk untuk bertujuan

memberikan manfaat ekonomi kepada pembangunan nasional


33
Rachmadi Usman, Op Cit. hlm, 114
34
Hamda Zoelva, Globalisasi Dan Politik Hukum HaKI, Law Review, Volume X No. 3 –
(Jakarta; Sinar Grafika), hlm, 323 - 324.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 25

Pemegang hak cipta merupakan pihak yang menerima hak tersebut secara sah

dari pencipta.35 Berdasarkan melihat pengertian tersebut dapat diartikan bahwa

jurnalis yang melakuan pemotretan merupakan pencipta yang mempunyai hak

sebagai pemegang hak ciptanya.

2.3.1 Pendaftaran Hak Cipta

Pencatatan ciptaan dan hak cipta diajukan oleh pencipta dan atau

pemegang hak cipta kepada Menteri secara tertulis dengan menggunakan bahasa

Indonesia. Permohonan pendafataran hak cipta harus memenuhi syarat –syarat

sebagai berikut :36

1. Formulir pendaftaran ciptaan ada rangkap dua (formulir dapat diminta secara

cuma-cuma pada kantor Direktorat Hak Cipta), lembar pertama dari formulir

tersebut ditanda tangangni diatas materai Rp. 6000,00;

2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan, dengan mencantumkan

a) Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;

b) Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan pertama kali;

c) Uraian ciptaan rangkap tiga.

3. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu

ciptaan;

4. Bukti kewarganegaraan pencipta dan atau pemegang hak cipta berupa

fotocopy, KTP, dan Paspor:

35
Ibid, hlm 7.
36
Muhammad Firmansyah, Tata Cara mengurus HaKi (Hak atas Kekayaan Intelektual),
(Jakarta; Visimedia, 2008), hlm 19-20.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 26

5. Permohonan Badan Hukum, maka pada surat permohonannya harus

dilampirkan turunan resmi Akta Pendirian Badan Hukum tersebut;

6. Pendaftaran pada ciptaan diajuan diatas nama lebih perorangan dan atau suatu

badan hukum, dan atau pemohonan pada pemohonwa wajib ditulis semuanya,

dan menetapkan alamat pemohon;

7. Bukti untuk pemindahan hak untuk dilampirkan ciptaan yang sudah

dipindahkan;

8. Biayapendaftaran ciptaan sebesar Rp. 75.000,00,- (Tujuh Puluh Lima Ribu

Rupiah) dan atau khusus pada permohonan pendaftaran ciptaan program

computer sebesar Rp. 150.000,00. (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah )

2.3.2 Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Jangka waktu pada perlindungan hak cipta pada pelaksanaannya diatur

dalam UUHC 2014. Kepastian hukum untuk memberikan jangka waktu atas

ciptaan dan atau karya HKI lainnya. Jangka perlindungannya diharapkan mampu

memberikan perasaan aman bagi penciptanya untuk dapat terus melakukan

kreativitas pada hak cipta37 Terdapat pembagian pada masa berlaku hak cipta dan

hak terkait, terkait berlaku hak cipta dan hak terkait diatur di dalam pada UUHC

2014 terdapat beberapa pengaturan tentang masa berlaku hak cipta dan hak

terkait.Perlindungan dan masa berlaku hak cipta dan hak terkait yang diatur dalam

Pasal 58 – 59 UUHC 2014 diuraikan sebagai berikut yaitu :

37
Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Foklor di Indonesia, (Yogyakarta ;
Graha Ilmu 2010), hlm 81.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 27

1. Masa berlaku pada hak cipta selama hidup terus berlangsung selama 70 tahun

setelah pecipta meninggal dunia, mulai terhitung pada tanggal 1 Januari tahun

berikutnya . Ciptaan yangterkait pada bentuk ; buku,pamflet,dan atausemua

karyatulis lainya, terkait pada bentukberupa ceramah,kuliah, pidato,dan atau

bentukberupa alat peraga yang dibuat untukkepentinganpendidikan dan ilmu

pengetahuan,dan atau berupa lagu atau musik, drama, terkait pada

bentukdrama musikal, tari koreografi, pemayangan, dan pantomin, karya seni

rupa dalam segala bentuk lukisan, gambar,ukiran, kaligrafi, terkait pada

bentukseni pahat, patung atau kolase, terkait pada bentukkaryaarsitektur, peta

dan terkait pada bentukkaryaseni batik

2. Masa yang berlaku ciptaan selama 50 (lima puluh ) tahun sejak pertama kali

dilakukan pengumuman terkait pada bentuk karya fotografi, potret, terkait

pada bentuk karyasinematografi, permainan video, program komputer,dan

atau bentuk berupa perwajahan karya tulis, terkait pada bentuk terjemahan,

tafsir,saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan

karya lain dari hasiltranformasi, terkait pada bentuk kompilasi ciptaan atau

data, terkait pada bentuk budaya tradisional.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 28

2.3.3 Lisensi Hak Cipta

Lisensi pada pengertian secara umum dapat juga diartikan sebagai

perbuatan memberikan izin. 38 Pemberian izin dapat dilakukan jika ada pihak yang

memberikan izin dan pihak yang memerima izin sebagai bentuk perjanjian, salah

satu jenis pemberian izin hak cipta.39 Pemilik izin memberikan hak kepada

pengguna untuk memakai dan menyalin sebuah perangkat dan atau dokumen ke

dalam sebuah lisensi. Lisensi atas hak cipta memiliki beberapa hal penting seperti

ini, syarat dan ketentuan berlaku, wilayah, pembaruan, dan syarat – syarat lain

yang dtentukan pemberi izin dan atau lisensi.

Pemegang hak cipta sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 1 ayat

4 UUHC 2014 adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima

hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut

hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Menurut yang

dikemukakan C.S.T Kansil menyebutkan, dalam setiap hak pasti ada sebuah

kewajiban, setiap hak dan kewajiban disebut sebagai subjek hukum yang terdiri

manusia (natuurlijk person) dan badan hukum (rechtperson).40 keterkaitkan pada

hak cipta,pemegang hak cipta ialah subjek hukum maka untuk mendapatkan hak

dari ciptaan harus denagn jalan pewarisan, wasiat maupun hibah.

38
Iswi Hariyani, Op.Cit hlm 72
39
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, (Jakarta ;
Akademika Pressindo 1999), hlm 18.
40
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta ; Balai Pustaka 2007), hlm 2.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 29

2.4 Teori Utilitarisme

Utilitarianisme lahir sebagai reasi terhadap ciri dari metafisik dan abstrak

dari filsafat hukum dan politik. kata Utilitas berasaldari bahasa latin yang berarti

useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan.41 utilitarianisme merupakan

suatu paham yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah

dan menguntungkan, sebaliknya yang jahat atau buruk adalah yang tidak

bermanfaat, tak berfaedah dan merugikan. 42

Bentham menguraikan mengenai, tujuan pada pembentukan hukum

pembentuk undang-undang untuk mendapatkan manfaat umum bagi khalayak

banyak. 43 Penggagas aliran Utilitarisme yaitu Bentham dalam pembentuk

peraturan hukum hendaknya dapat melahirkan peraturan perundang – undangan

yang dapat mencerminkan nilai keadilan dan nilai manfaat umum bagi semua

golongan individu44

Bentham mengemukakan perundang-undangan seharusnya memberikan

kebahagiaaan serta keemanfaatan yang bagi sebagian terbesar masyarakat.45

utilitarisme metitik beratkan kemanfaatan sebagai dari tujuan utama hukum,

kemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu yang memberikan kebahagiaan

(happiness). Terkait dalam konteks ini hukum sudah dapat memberikan

kebahagiaan dan manfaat secara umum, 46 Teori ini mempunyai tujuan untuk

41
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung, Citra Aditya Bakti 1989), hlm 48
42
Ibid, hlm 49
43
Ibid, hlm 50
44
Ridwan Halim A. Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab, (Bogor ; Graha
Indonesia 2007), hlm 7
45
Ibid, hlm 9
46
Achmad dan Ali Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence), (Jakarta; Kencana Prenada Media Group), hlm 78
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 30

mewujudkan apa yang berfaedah dan atau yang sesuai dengan daya guna

(efektif).47

Bentham menggariskan tentang prinsip utilitarisme dengan arah dan visi

dan misi hukum dari perspektif psikologis Bentham menguraikan bahwa manusia

mempunyai hak yang berada pada alam kekuasaan dua tuan terkait rasa sakit dan

kesenanagan. Adapun yang harus di lakukan dan apa yang akan kita perbuat,

semuanya ditujukan dan ditetapkan dalam rangka keduanya. Standar baik dan

buruk, serta mata rantai sebab dan akibat, juga terkait erat dengan kedua hal itu.

Keduanya memandu kita dalam segala yang kita diperbuat, pada segala yang kita

katakan dan pikirkan dan segala usaha yang dapat dilakukan untuk menolak

ketakutan kita terhadap dua kekuasaan itu, hanya akan membuktikan dan

menegaskan kebenaran itu bahwa dapat disimpulkan setiap orang dalam

tindakannya cenderung untuk menghindari diri dari situasi kemalangan, rasa sakit,

kejahatan, ketidaksenangan, dan ketidak bahagiaan yang menganggu yang

ketenangan dirinya.48

Bentham menguraikan bahwa hukuman yang diberi dapat dibenarkan jika

suatu pelaksanaannya mengkristalkan dua efek utama yaitu: 49

1. Hukuman sebagai konsekuensi untuk mencegah agar di masa depan kejahatan

terhukum supaya tidak akan terulang lagi.

2. Hukuman diharuskan memberikan rasa puas terhadap korban dan orang lain,

agar supaya beban batin korban juga terpenuhi.

47
Ibid, hlm 80
48
Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham Dan Relevansinya Bagi Praktik
Hukum Kontemporer, (Jakarta; Jurnal, Jurusan Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS
University), hlm 303
49
Ibid, hlm 304
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 31

Bentham mensinyalir akan muncul bentuk efek yakni Pencegahan (preventif),

yang dikemukakan: 50

1. Hukuman yang diterima untuk memberikan efek jera terhadap orang

pelanggar hukum supaya mengakibatkan bahwa suatau yang akan datang

mereka tidak mengulangi lagi kejahata. jika si terhukum dikurung dalam

penjara seumur hidup, dan atau tangannya dipotong atau bahkan dieksekusi

mati oleh vonis lembaga hukum formalagar suapay memberikan efek yang

jera.

2. Efek jera dan penangkalan (deterrence). Hukuman ini membuat orang yang

sudah bebas dari penjara kapok (jera) untuk berbuat melawan hukum agar

hukuman harus mampu membuat jera subjek terhukum dan sekaligus

menangkal kejahatan dari para penjahat potensial lain di dalam masyarakat.

sekaligus memberi pesan bagi anggota masyarakat lain untuk tidak lagi

melakukan kejahatan jenis baru pada masyarakat.

Karya Betham ialah Introduction to the Principles of Morals and Legislation

yang menguraikan bahwa hukum barulah diakui sebagai hukum jika ia

memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-banyaknya

orang dan atau masyarakat. bahwa hukum bertujuan untuk membuat manfaat

banyak.Aliran utilitarisme merupakan aliran yang meletakkan kemanfaatan

sebagai tujuan terutama efek jera pada hukum. 51

50
Ibid, hlm 306
51
Ibid, hlm 81
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 32

2.5 Teori Perlindungan Hukum

Fitzgerald sebagaimana yang dikutip oleh Satjipto Raharjo awal mula dari

munculnya teori perlindungan hukum bersumber pada teori hukum alam dan atau

aliran hukum alam. Pemahaman ini dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dan

Zeno. Menurut pemahaman hukum alam menyebutkan bahwasanya hukum itu

bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi dalam artian antara

hukum dan moral tidak boleh dipisahkan dikarenakan bentuk satu kesatuan organ

yang utuh. Para penganut pemahaman ini memandang bahwa hukum dan moral

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

manusia.52Teori perlindungan hukum ditujukan kepada masyarakat yang berada

pada posisi yang sangat lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek

yuridis dan ketidaktahuan terhadap pemahaman hukum ialah salah satu teori yang

sangat penting untuk kita pahami. dikarena fokus pemahaman teori ini pada

perlindungan hukum yang diberikan untuk kepada masyarakat.. 53

Perlindungan hukum terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu “perlindungan”

dan atau “hukum” yang artinya ialah perlindungan hukum menurut Undang-

Undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada hukum positif.

Perlindungan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan dan mempertahankan

keadilan yang menjadi jiwa dan tujuan dari hukum. Pada pengertian perlindungan

hukum adalah suatu tindakan melindungi atau memberikan pertolongan dalam

52
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung ; PT. Citra Aditya Bakti 2000), hlm 53
53
Erlies Septiana Nurbani Salim HS dan, Teor HukumPadaPenelitianTesisDan
Disertasi, (Jakarta RajaGrafindo Persada2004), hlm 259
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 33

bidang hukum agar seseorang mendapatkan keadilan dari perbuatan yang

kesewenang-wenangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab,.54

Fitzgerald saat menjelaskan teori perlindungan hukum, dalam Dyah

Octorina Susanti, menguraikanhukum itu bertujuan serta untuk dengan cara

membatasi berbagai kepentingan hak tersebut, karena pada suatu lalu lintas

kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan

dengan cara membatasi kepentingan dilain pihak tidak hanay mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat,55 Kepentingan

hukum dan Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan

hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang

diberikan. Terkait yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat

dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.56

Fitzgerald menguraikan bahwa hukum dapat melindungi kepentingan

kekuasaan kepadanya secara terukur orang dari cara mengalokasikan suatu, pada

arti ditentukan keluasan dan kedalamannya, untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya, yang disebut sebgai hak, setiap kekuasaan pada masyarakat bisa

disebut juga sebagai hak. 57 Satijipto Raharjo, menguraikan bahwa perlindungan

hukum untuk memberikan pengayoman terhadap HAMyang sangat dirugikan

kepada oranglain dan perlindungan itu di berikankepada masyarakat agar untuk

54
R.Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika 1992), hlm 24.
55
Dyah Ochtorina Susanti, Bahan ajar mata kuliah Teori Hukum, disampaikan di
(Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Kediri), hlm 8
56
Ibid,
57
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 34

dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum juga dapat

difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif

maupun fleksibel, melainkan juga prediktif dan atau antisipatif, hukum juga

dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara ekonomi sosial

maupun politik untuk memperolehkeadilan sosial. 58

Phillipus M. Hadjon menguraikan preventif dan represif perlindungan

hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah59 Perlindungan hukum adalah

suatu bentuk diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan peraaturan hukum

yang ada, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk

yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak

tertulis. Perlindungan hukum meliputi 2 hal yaitu :60

1. Perlindungan hukum dilakukan secara preventifyakni memberikan bentuk

perlindungan terhadap hukum masyarakatuntuk diberikesempatan sebelum

pendapat mengajukan keberatan kepada pemerintah untuk mendapat

bentuk yang definitif.

2. Perlindungan hukum dilakukan secara represif, yakni perlindungan yang

memberikan yang lebih diutamakan adalah penyelesian sengketa.

58
Ibid, hlm 55
59
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya ; PT.
Bina Ilmu 1987), hlm 29
60
SudiknoMertokusumo, PenemuanHukum, (Bandung;CitraAdityaBakti2009) hlm, 41
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 35

2.6 Fotografi

2.6.1 Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari 2 kata,yaituPhoto yang berarti cahaya dangraph

yang berartitulisan atau lukisan. 61 Metode fotografiyang untuk menghasilkan

gambar atau foto dari suatu objek yang ditujudengan media kameran cahaya yang

mengenai objek .62 Terkait prinsipfotografi adalahmemfokuskan cahaya dengan


63
objek sehingga mampu menghasilkan objek tankapan kamera Pada dasarnya

tujuan danhakekat fotografi adalah media komunikasi.uatu karyafotografi dapat

disebut memilinilai komunikasi ketika dalampenampilaubjeknya digunakan

sebagai penyampaian. Terkait inifotografi juga mempunyai aturan – aturan dalam

penyampaiannya yait etika dalam menjalaka sebuah profesi fotografi, kode etik

itu y belum tertulis secara formal, akan tetapru dal tahapan sekadsesuatu yang

dipahami’ yang dapat diartikan sampai hari ini kode etik tersebut masih sampai

pada tataran ‘sekadpegangan’ yang tidak memiliki kekuatan mengikat.64

Pada karya fotografi dapat disebut memiliki nilai yang komunikasi untuk

menyampaikan sesuatu dalam bentuk foto dan mempunyai nilai pesan yang

diharapkan dapat mengerti kedapa pembaca objek tujuan, sehingga terjalin suatu

kontak pemahaman makna. Terkait karya foto tersebut juga dapat dikatakan

sebagai media yang memiliki nilai guna “fungsional” dan sekaligus sebagai

61
Aditiawan rangga dan Bianca ferren, Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis,
(Jakarta ; Dunia Komputer 2011), hlm 11
62
Ibid, hlm 12
63
Ibid, hlm 12
64
Ibid, hlm 13
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 36

“instrumen” karena dijadikan “alat” dalam proses komunikasi penyampaian

pesan atau ide si pencipta karya foto.65

2.6.2 Macam – Macam Fotografi

Jenis pada fotografi ini dapat dijeaskan dan diuraikan sebagai berikut 66 :

1. Foto Manusia

Pada foto ini sebagai objek utamanya adalah manusia menjadi unsur, foto

ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu67 :

a) Potrait merupakan bentuk foto yang menampilkan objek manusia dalam

bentuk ekspresinya dlam kesehariannya

b) Stage Fotografi merupakan objek utamanya adalah objek yang berada

dipanggung biasanya profesi ini berkerja sebagai media intertaimen.

2. Foto Nature

Pada Jenis foto ini biasanya objek adalah benda flaura dan fauna maupun

bentuk pemandangan yaitu68 :

a) Foto flora, merupakan tanaman atau tumbuhan sebagi objeknya.

b) Foto Fauna, merupakan binatang dan keanekaragaman lainya sebagi objek foto

utamany.

c) Foto Lanskap, merupakan bentangan alam sebagai objek foto utamany

65
Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi.( Jakarta; Paramita Indo 2007), hlm 27
66
Ibid, hlm 15
67
Ibid, hlm 17
68
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 37

2.7 Jurnalistik

2.7.1 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik berasal dari bahasa Perancis Journa atau dujour yang artinya

Hari, yaitu segala macam berita atau warta sehari-hari yang termuat dalam

lembaran yang tercetak maupun tidak. 69 Secara umum jurnalistik dapat diartikan

sebuah proses dari mengumpulkan catatan (berita), menulis hingga

menyampaikan kepada masyarakat.70 Setiap jurnalistik atau yang disebut dengan

pewarta didalam perkerjaan kode etik merupakan pegangan untuk jurnalis dalam

menjalankan profesinya. 71 Peraturan mengenai kode etik terdapat pada Pasal 15

ayat 2 Undang – Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang PERS, yang menyebutkan

bahwa :

Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :


a) Melakukanpengkajianuntuk pengembangan kehidupan pers;
b) Menetapkandan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
c) Memberikan pertimbangan danmengupayakan penyelesaian
pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yangberhubungan
dengan pemberitaan pers;
d) Mengembangkan komunikasiantara pers, masyarakat, dan
pemerintah;
e) Memfasilitasiorganisasi-organisasipers dalam menyusun
peraturan-peraturan dibidang pers dan meningkatkan kualitas
profesi kewartawanan;
f) mendata perusahaan pers;

Dapat kita pahami foto jurnalistik merupakan bentuk foto yang

mengandung dan unsur nilai berita, fungsinya adalah untuk melengkapi teks berita

pada media cetak mau pun media online. Terkait foto jurnalistik sebagai bentuk

69
Masduki, Kebebasan Pers Dan Kode Etik Jurnalistik, (Yogyakarta; UII Pers 2003),
hlm 6
70
Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik, (Bandung
;Remaja Rosdakarya 2005), hlm 4
71
Ibid, hlm 10
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 38

nilai berita dan foto sebagai pelengkap. Foto jurnalistik dibuat oleh seorang

jurnalis dan foto jurnalistik adalah bagian penting dalam pemberitaan suatu

informasi oleh media massa. Sebagai bagian dari berita itu sendiri, foto jurnalistik

memegang peranan untuk menyempurnakan informasi yang hendak disiarkan

kepada khalayak luas.72

Foto Jurnalistik sebagaimana diuraikan oleh Zainuddin Nasution adalah

sebagai berikut :

Foto pada jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan pada foto
yang dengan tujuan pemotretan karena keinginan bercerita
kepada orang lain dalam penyampaiannya. Foto pada jenis ini
berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang
laindengan maksud agar orang lain memahami sesuatu tindakan
pada media foto73

2.7.2 Macam – Macam Jurnalistik

Saat melakukan profesinya sebagai jurnalis atau pewarta, seorang jurnalis

tidak dapat diartikan sebagai khusus mencari berita satu kategori saja, akan tetapi

seorang jurnalis dalam mencari berita mencangkup semua yang berkaitan dengan

berita, beberapa jenis dan macam fotografi jurnalitik ialah 74:

1. Spot Photo : merupakan terjadinya peristiwa yang tidak terduga-duga dan

diabadikan dengan foto secara spontan

2. Sport Photo :merupakan peristiwa olahraga yang menjadi objek fotonya

72
Zainuddin Nasution, Fotografi Jurnalistik Dalam Peranan Berita, (Solo ; Yayasan
Hikmah 2008), hlm 45 - 46
73
Ibid, 48
74
Ibid, 49
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 39

3. News Photo People : merupakan bentuk foto ysng menjadi objek orang,

tokoh,dan atau berita untuk masyarakat dengan dilengkapi keterangan.

4. Potrait : merupakan bentuk foto yang objeknya ialah manusia

5. Culture Photo Art : merupakan bentuk utama foto dengan objek budaya

2.7.3 Macam-Macam Teknik Jurnalistik

Saat melakukan perkerjaan profesinya proses pada jurnalistik selalu

menggunakan teknik. Teknik yang digunakan agar foto yang dihasilkan nantinya

terlihat menjadi indah dan bagus. Terkait macam teknik yang digunakan maka

dapat diuraikan .75 :

1. Momen, merupakan bentuk pada dunia jurnalistik akan terjadi sekali tidak bisa

untuk diulang kembali

2. Sudut pengambilan, pada teknik ini untuk pengambilan gambar sangat penting,

dikarenakan pada sebuah fotografi jurnalistik dapat menciptakan ciri yang khas

3. Pencahayaan merupakan yang sangat penting dalam fotografi, apabila

pencahayaan kurang maka hasil yang dihasilkan tidak akan maksimal

4. Patuhilah pada etika jurnalis

75
Ibid, hlm 80
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 40

2.8 Internet

2.8.1 Pengertian Internet

Internet berasal dari bahasa latin yaitu "inter" yang berarti pada bahasa

Indonesia ialah"antara".76,internet suatu jaringan yang terdiri dari berbagai

komputer yang ada di seluruh tempat yang terhubung dengan jaringan,

Kriyanatono menguraikan bahwa Internet ;

Keseluruhan pada jaringan komputer yang saling terhubung


menggunakan penerapan standar sistem global sebagai pertukaran
paket untuk pengguna jaringan diseluruh dunia, keterkaitan pada
hubungan antar jaringan dengan tujuan untuk berkomunikasi77

Menurut harjono menjelaskan bahwa,

Internet merupakan kumpulan dari berbagai komputer yang saling


terhubung satu sama lain guna mempercepat sebuah proses data
pada sistem global baik menggunakan optik dan jaringan untuk
kepentingan bersama baik media komputer aupun telepon78

76
Ibid, hlm 47
77
Kriyantono dan Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta; Kencana Prenada
Media 2006), hlm 5
78
Ibid, hlm 6
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Terkait penyusunan tesis dalam penelitian hukum adalah terhadap konsep

mengenai prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media

internet, penulis menitik beratkan kepada prinsip deklaratif yang tertuang

dalamUUHC 2014. Prinsip adalah suatu dasar untuk berpikir maupun bertindak.

Ciptaan karya fotografi tertuang dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf (k)UUHC 2014.

Hal tersebut dikarenakan keberadaan karya fotografi yang berada dalam ranah

seni, karya fotografi yang berada dalam ranah seni, karya fotografi khususnya

dalam bidang jurnalistik mempunyai karakteristik yang berbeda, dikarenakan

ranah jurnalistik mempunyai unsur berita yang tertuang dalam karya seni foto.

Prinsip deklaratif yang tertuang dalam Undang-Undang Hak Cipta yaitu

UUHC 2014 mempunyai kelemahan serta kekaburan norma, sehingga terhadap

para pencipta khususnya fotografi jurnalistik harus dan wajib untuk menjalankan

prinsip deklaratif terlebih dahulu. Apabila para pencipta ini tidak menjalankan

prinsip deklaratif maka hak para pencipta tidak dapat terlindungi. Maka dari itu

prinsip deklaratif yang tertuang dalam UUHC 2014 sangatlah melemahkan

pencipta. Sehingga hal ini memungkinkan semakin banyaknya plagiat atau

penjiplakan karya hak cipta fotografi jurnalistik.

Bentuk perlindungan hukum terhadap pencipta atas pelanggaran fotografi

jurnalistik yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang tentang Hak Cipta yaitu

UUHC 2014 sehingga karya fotografi jurnalistik mendapatkan perlindungan


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

hukum. Perlindungan hukum ada 2 yaitu preventif dan represif. Perlindungan

secara preventif ialah suatu perlindungan yang diberikan pemerintah dengan

tujuan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap hak cipta fotografi jurnalistik

yang dilakukan dengan cara mendaftarkan hak cipta tersebut kepada DIRJEN

HKI. Sedangkan perlindungan secara represif ialah perlindungan yang dilakukan

oleh pemerintah untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam hak cipta yang

dilakukan melalui Pengadilan Niaga.

Kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui

media internet dimasa yang akan datang. Karya fotografi jurnalistik memiliki

karakteristik atau ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan ciptaan karya

fotografi lainnya, karya fotografi jrunalistik menuangkan foto atau potret dalam

setiap pemberitaan sebagai pelengkap suatu berita dengan kalimat berita sebagai

bahan pemberitaan. Hal ini yang menjadi unsur krusial dalam membedakan suatu

ciptaan termasuk karya fotografi jurnalistik sebagai karya intelektual. Selanjutnya

berbicara mengenai penerapan prinsip deklaratif dalam hak cipta tentunya tidak

terlepas dari adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu ciptaan

mendapat perlindungan secara hukum, seperti diketahui bahwa hak cipta

diberikan pada ciptaan dan pencipta yang bersifat pribadi.

Beberapa teori yang dipergunakan untuk pisau analisis pada pembahasan

rumusan masalah dalam tesis ini ialah teori utilitas dan teori perlindungan hukum.

pada rumusan masalah pertama teori yang dipergunakan sebagai pisauanalisis

ialah teori utilitas dan teori perlindunganhukum. Rumusan masalah kedua, teori

yang dipergunakan sebagai pisau analisis ialah teori perlindunganhukum.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

Sedangkan pada rumusan masalah ketiga, teori yang dipergunakan sebagai pisau

analisis ialah teoriutilitas. Penbahasan serta hasil analisis terhadap masing-masing

rumusan masalah akan menghasilkan kesimpulan serta saran sebagaimana

diuraikan dalam bagan berikut:

PRINSIP DEKLARATIF PADA HAK CIPTA FOTOGRAFI


JURNALISTIK MELALUI MEDIA INTERNET

1. Apa dasar 2. Apa bentuk 3. Apa kriteria prinsip


pertimbangan deklaratif pada hak
perlindungan hukum
cipta fotografi
kewajiban prinsip terhadap pencipta atas jurnalistik melalui
deklaratif pada hak pelanggaran fotografi media internet dimasa
cipta fotografi jurnalistik ? yang akan datang ?
jurnalistik melalui
media internet

Pendekatan Perundang-
undangan Pendekatan Perundang- Pendekatan Perundang-
Pendekatan Konseptual undangan undangan
Pendekatan Historis Pendekatan Konseptual Pendekatan Konseptual

Teori Ultilitas Teori Perlindungan Teori Ultilitas


Teori Perlindungan Hukum
Hukum

Kesimpulan

Saran
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 73

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Dasar Pertimbangan Kewajiban Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta

Fotografi Jurnalistik Melalui Media Internet.

4.1.1 Tujuan dan Fungsi Kewajiban Prinsip Deklaratif Dibidang Hak

Cipta Fotografi Jurnalstik

Tujuan hukum secara umum adalah menegakkan ketertiban umum dan

keadilan. 110 Merujuk pada pendapat tersebut maka tujuan hukum dalam hukum

perdata khususnya di bidang hak cipta untuk mendapatkan perlindungan hukum

dan kepastian hukum atas pemanfaatan dibidang hak cipta. Berkaitan dengan hak

cipta kepastian hukum atas pemanfaatan hak cipta ialah untuk mendapatkan hak

ekonomi yang diperuntukan oleh pencipta, ciptaan mempunyai nilai ekonomis

berdasarkan Pasal 8 UUHC 2014 Menyebutkan Hak eksklusif pencipta atau

pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaannya

merupakan penjelasan dari hak ekonomi “

Tujuan hukum dibidang hak cipta untuk mendapatkan perlindungan

khusunya bagi pencipta sudah diatur pada Pasal 40 ayat 1 huruf (k) UUHC 2014

menguraikan yang pada intinya dalam bentuk karya fotografi berhak untuk

mendapatkan pelindungan hukum

Fungsi hukum secara umum, menurut Soerjono Soekanto adalah memberi

pedoman pada masyarakat tentang bagaimana mereka harus bersikap dan

110
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung ; PT. Citra Aditya
Bakti 2002), h1m 14

52
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 74

bertingkah laku, menjaga keutuhan masyarakat, memberikan pegangan pada


111
masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial. Berkaitan mengenai

pembahasan dalam penelitian ini fungsi hukum dalam hak cipta yaitu untuk

memberikan manfaat secara penuh terhadap pencipta khusunya fotografi jurnalis,

dari manfaat itu seorang jurnalis akan mendapatkan manfaat dari ciptaan yaitu

berupa manfaat secara ekonomi dari hasil ciptaannya tersebut

Berdasarkan teori yang di kemukan oleh Jeremy Betham mengenai teori

utilitarisme, pada prinsip ini dalam memberikan kebahagiaan hendaknya pada

suatu perundang-undangan itu selalu meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan

utama hukum . Teori ini bertujuan mewujudkan yang sesuai dengan daya guna

untuk selalu memberikan kemanfaatan kepada masyarakat banyak 112

Merujuk pada pendapat tersebut diatas bahwa jurnalis masih belum

mendapatkan kemanfaatan dari ciptaannya yaitu hak ekonomi yang biasa

dikaitkan dengan honor atau upah. banyak sekali jurnalis yang tidak mengerti

tentang aturan mengenai hak ekonomi ciptaan. Salah satu contoh yang terjadi

pada prakteknya ialah seorang jurnalis Inews, jurnalis mencari berita untuk

disampaikan kepada khalayak agar mengetahui informasi yang diberikan oleh

jurnalis dengan media foto sebagai pelengkap isi berita tersebut, namun yang

terjadi setelah berita telah sampai kepada masyarakat, jurnalis yang sebagai

pencipta tidak mendapatkan manfaat dari hasil ciptaanya dalam artian jurnalis

Inews memberikan berita ke kantor tempat jurnalis berkerja, tetapi media lain juga

111
SoerjonoSoekanto,KesadaranHukumdanKepatuhanHukum,(Jakarta Rajawali1982),
hlm 9
112
Satjipto Rahardjo, Op Cit, hlm 48
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 75

menggunakan karya tersebut tanpa memberikan hak ekonomi kepada jurnalis,

yaitu berupa upah atau honor dikarenakan jurnalis kurang mengetahui bahwa hak

ekonomi telah diatur.113

Berkaitan dengan mengenai pembahasan dasar pertimbangan kewajiban

prinsip deklaratif, didalam risalah sidang pembentukan Rancangan UUHC 2014

tidak menjelaskan mengenai kewajiban prinsip deklaratif, didalam rapat hanya

banyak membicarakan mengenai perlindungan, jangka waktu perlindungan,

royalti, managemen kolektif, hak ekonomi dan hak moral untuk pencipta. Tidak

ada penjelasan mengenai definisi mengenai prinsip deklaratif.

Agus Sarjono menyampaikan pendapat dalam sidang mengenai

“pengumuman dan pendistribusian doktrin itu yang disebut pengumuman itu ada

2 katagori, pertama, pengumuman dalam arti making available for public.

Artinya, orang bisa beli, orang bisa menikmati ciptaan. Itu biasanya dalam bentuk

distribusi dalam bentuk penjualan, dalam bentuk penyewaan. Itu termasuk dalam

katagori pengumuman, katagori kedua adalah bergantung kepada bentuk-bentuk

ciptaannya yaitu kalau misalnya karya ciptanya bentuknya musik maka salah satu

bentuk pengumuman adalah performing atau memperdengarkan kalau itu musik.

Kalau itu lukisan, mendisplay. Kalau itu 3 dimensi patung, itu memajang, ya

display juga. Jadi 2 katagori itu belum jelas di dalam RUU, padahal implikasinya

sangat luas. Mengapa? Karena di dalam Undang-Undang atau di dalam doktrin

113
Surya Adiningrat, Hak Cipta Fotografi, (Semarang ; Paramita 2013), hlm 56
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 76

hak cipta itu ada pihak-pihak yang memang menjadi pemegang hak pengumuman

dalam arti distribusi dalam arti pengumuman itu berbeda.”114

Menurut Rachmadi Usman, perlindungan hak cipta karya fotografi

jurnalitik yang diberikan langsung otomatis setelah ciptaan berbentuk secara utuh

dan nyata. Perlindungan langsung harus diwujudkan dan dituangkan dengan

pemberian hak eksklusif dan menjalakan prinsip deklaratif. 115 Pencipta harus

mengutamakan pengumuman awal agar khalayak mengetahui bahwa ciptaan

tersebut sudah dipublikasikan, tidak mewajibkan untuk mendaftarkan ciptaan.

Sedangkan pada prinsip deklaratif adalah pencatatan ketidak harusan pada hak

cipta,akan tetapi pencipta tetap memiliki perlindungan langsung ketika ciptaan

selesai dibuat dan berbentuk nyata, tanpa seizin pencipta maka orang lain tidak

bisa mengontrol ciptaannya. 116 Dasar utama pertimbangan pada prinsip deklaratif

hak cipta diantaranya:117

1. Dasar orisinalitas (Original). Bentuk ciptaan yang mempunyai dasar

orisinalitas dalam bentuk alat bukti secara factual apabila terjadi sengketa

HKI dan harus benar-benar terpenuhi.

2. Dasar pada bentuk hak cipta secara fisik atau nyata (Phisycal Form).

Merupakan bentuk jadi dan sudah tertuang dalam bentuk nyata.

114
Risalah Undang – Undang Nomor 28 ahun 2014 Tentang Hak cipta, disampaikan
digedung DPR RI, Jakarta, 13 Februari 2014, hlm 5
115
Rachmadi Usman, Hukum, Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia, (Bandung ; PT Alumni 2003), hlm 13
116
Ibid, hlm 20
117
Eddy Damain, Hukum Hak Cipta, ( Bandung; PT Alumni 2014), hlm 146
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 77

3. Diwujudkan atau diumumkan. Merupakan bentuk yang telah diwujudkan dan

diumumkan pada media yang dapat dibaca, didengar, atau dilihat serta dapat

dinikmati oleh masyarakat luas

4. Jangka Waktu (Term Duration). Merupakan bentuk perlindungan yang

diberikan oleh undang-undang.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia juga harus menyelenggarakan

pencatatan ciptaan, dan dapat dipahami bahwa pada fungsi pencatatan hak cipta

dimaksudkan kepada pencipta untuk memudahkan pada pembuktian bila terjadi

sengketa mengenai HKI. Terkait pencipta dalam hal pencatatkan hasil ciptaannya

akan mendapatkan surat pencatatan dari Dirjen HKI maka sudah dapat digunakan

sebagai bukti awal pada kepemilikan suatu karya cipta. Pada saat pencatatan tidak

melahirkan perlindungan pada hak cipta, akan tetapi melalui pencatatanlah akan

mempermudah bagi orang yang inginmencatatkan dan membuktikan penciptalah

sebagai pemegang hak cipta.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 78

4.1.2 Penggunaan Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta Fotografi Jurnalistik

Melalui Media Internet Merupakan Hak Moral

Hak moral yang berprinsip pada identitaas diri manusia yang terpancar

pada karya ciptaannya berpijak pada pendapat Georg Wilhelm Friedrich Hegel.118

Hak moral merupakan bentuk jati diribagian dari jiwa penciptanya sehingga hanya

dapat pencipta yang hanya berhak untuk mengubah ciptaannya dan menentukan

untuk dipublikasikan kepada umum. 119 Hak moral yang kemudian diberikan

kepada pencipta atas ciptaannya melahirkan doktrin droit d’auteur yang

mengandung beberapa hak, yaitu:120

1. Droit paternite de, hak ini selamanya akan melekat pada diri pencipta

meskipun sudah dialihkan dan pencipta sudah meninggal.dunia

2. Droit divulgatio de n, merupakan pencipta mempunyai hak untuk hak untuk

mempublikasikan dan mengumumkan ciptaannya kepada khalayak.

3. Droit respect de I’ouevre I’integrity de au, merupakan hak apabila ciptaannya

dilanngar dan berhak untuk mendapatkan ganti rugi,.

4. Droit de retrait et de repentir, pencipta mempunyai hak untuk mengambil

kembali ciptaannya

Terkait pada pengakuan terhadap hak moral maka bentuk konsepnya ialah

penghargaan penghormatan dan kekaguman. 121 Terkait dengan hak moral yang

118
Etty S Suhardo, Implikasi Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Bagi Pengguna Hak
Cipta, (Semarang ; Fakultas Hukum Universitas Semarang, 2003) hlm 7
119
Ibid, hlm 12
120
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung; PT
Alumni 2007), hlm 67
121
Ibid, hlm 68
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 79

bertujuan mempertahankan identitas diri pencipta rangka mempertahankan

keutuhan dan keaslian dari ciptaannya. 122

Berkaitan mengenai pembasan ini hak moral jurnalis yang dipublikasikan

di media internet mempunyai hak moral yaitu untuk mencantumkan identitas dari

pencipta atau pemgang hak cipta, hak moral dari jurnalis sangatlah penting maka

dari itu penting hak moral jurnalis untuk mendapatkan perlindungan dari plagiat,

karena sangatlah mudah untuk mengambil data di media internet dengan

mengcopy – paste file tersebut sangat merugikan jurnalis apabila hak moral tidak

dicantumkan identitas jurnalis. Terkait dengan kasus yang terjadi khusunya

dibidang jurnalis sesama rekan jurnalis banyak sekali terjadi plagiat dalam

mengambil berita dikarenakan sangat lah mudah untuk memindahkan, perbuatan

plagiat sesama jurnalis merupakan perbuatan melanggar hukum disamping itu

plagiat juga bertentangan dengan kode etik jurnalis didalam pasal 15 ayat 2 huruf

(b) Undang – Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers yang

menjelasakanbyang pada intinya pelaksaaan kode etik jurnalis harus benar – benar

dijalankan agar dalam menjalakan profesinya jurnalis tidak berhadapan dengan

bentuk pelanggaran hukum.

Terkait hak moral yang mempunyai sifat manunggal hak cipta dengan

penciptanya, tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap suatu

karya cipta selain oelh pencipta, baik itu mengenai isi judul, dan lain –lain, terkait

demikian hanya dapat dilakukan orang lain apabila mendapatkan izin dari

pencipta atau ahli waris jika pencipta sudah meninggal dunia. Pencipta atau ahli

122
Ibid, hlm 69
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 80

warisnya saja yang mempunyai hak unuk mengandakan perubahan – perubahan

pada ciptaan – ciptaanya.

Akibat pelanggaran yang terjadi dan dilakukan oleh pihak yang tidak

bertanggung jawab tersebut tidak hanya mematikan kreatifitas pencipta, namun

juga merugikan jurnalis, hak moral jurnalis yang dilanggar maka akibat dari

pelanggaran tersebut jurnalis berhak untuk meminta kerugian atas ciptaannya.

Sebagai contoh yang terjadi, jurnalis Inews yang meliput berita dengan

menggunakan media kamera untuk berkarya saat meliput terjadinya letusan

Gunung kelud di kabupaten kediri dengan jarak 5 km dari puncak gunung

kelud. 123 Kemudian diunggah oleh jurnalis lain tanpa sepengetahuan dan ijin dari

pencipta dan tidak mencantumkan identitas pencipta merupakan pelanggaran hak

mora sekaligus merugikan jurnalis. Permasalah akibat melanggar hak moral

termasuk dalam pembajakan hak cipta ini sudah diatur dalam pasal 1 angka 23

UUHC 2014 menjelaskan

Pembajakanpada hak ciptamerupakan bentuk penggandaan hak


atau cipta dan hak terkait yang dilakukan secara tidak sah dan
pada pendistribusiannya diperuntukan untuk memperoleh manfaat
dari ciptaannya

Terkait akibat hukum yang tejadi ialah pencipta dapat mengajukan

gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas pelanggaran hak cipta. Pada

UUHC 2014 , telah diaturtentang penegakan hukumhak cipta yang menetapkan

perbuatan apa saj yang disebut sebagai tindak pidanahak cipta dan hak terkait.

tuntutan hak keperdataann yang dapat ddiajukan daalam berntuk gugatan ke

123
Dikutip dari www.Inews.com/pelanggaranhakciptafotografijurnalistik Diakses pada
tanggal 08 November 2017, pukul 13.00 Wib.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 81

pengadilan niaga ataupun beentukbentuk tindakan hukum lainnya yang bertujuan

untuk mencegaah berlanjautnya suaatu pelanggaran hak ciptaa.Terkait dengan

ketentuan pidaana akibat melakukan pelanggaran hak ekonomi dan hak moral

sudah diatur dalam UUHC 2014 dalam bab XVII dalam Pasal 112 ayat (1)

mejelasakan ;

Bahwa siapapunyang dengan sengaja tanpa hakmelakukan


pelanggaran terhadapHak Cipta dikenakansanksi pidanapenjara
palinglama 2 (dua) tahun dan/ataudenda paling banyak Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

Berdasarkan uraian diatas akibat hukum apabila melanggar hak moral

pencipta bahwa ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak cipta

dengan segala aspeknya sudah cukup memadai dan mendukung perlindungan hak

cipta. Namun demikian meskipun ketentuan hukum telah cukup memadai untuk

memberikan perlindungan terhadap hak cipta, sebagaimana telah disebutkan

masih ada saja hambatan yang sering menghadang dalam upaya penegakan

hukum tersebut sehingga perlu ada solusi atau pemecahan terhadap hambatan

tersebut.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 82

4.2 Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas Pelanggaran

Fotografi Jurnalistik

Plagiat karya fotografi jurnalistik tidak lagi berada di ranah kode etik

jurnalistik. pelnggara pada penjiplakan fotografi jurnalistik yang dilakukan oleh

jurnalis sudah memasuki ranah hukum untuk diselesaikan. Salah contoh kasus

yang terjadi karya fotgrafi jurnalis Inews dijiplak secara keseluruhan oleh jurnalis

lain dignakan tanpa menyebutkan sumber berita dan nama jurnalis sebagai

pemilik karya. Jurnalis Inews memotret fenomena saat terjadinya letusan gunung

kelud di Kediri dengan jarak 5 Km dari puncak gunung. 124 Permasalahan hukum

yang sedang dihadapi adalah ketika terkait dengan publikasi dan penyampaian

pada masyarakat memalui media online, sangatlah mudah didunia yang modern

ini khususnya dalam hal dunia jurnalistik. 125

Pelanggaran atas hak cipta foto, khususnya karya foto jurnalisitik ada

beberapa faktor di antaranya sikap ketidaktahuan masyarakat dan kurang

menghargai sebuah karya cipta, keinginan untuk memperoleh keuntungan

ekonomis dengan cara cepat dan mudah, sikap dan tindakan aparat penegak

hukum dalam menghadapi pelanggaran hak cipta masih krang maksimal. Selain

itu pelanggaran atas hak cipta fotgrafi jurnalistik saat ini mudah terjadi seiring

dengan era globalisasi yakni perkembangan teknologi yang menyebabkan

124
Dikutip dari www.Inews.com/pelanggaranhakciptafotografijurnalistik Diakses pada
tanggal 08 November 2017, pukul 13.00 Wib.
125
Suyud, Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, (Jakarta; Novindo Pustaka
Mandiri 2003) hlm 37. 62
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 83

semakin mudahnya seseorang untuk mengakses karya cipta dalam bentuk file

melalui digital.126

Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan perlindungan hukum pada

pemanfaatan teknologi informasi, media dan komunikasi agar dapat berkembang

secara optimal. Terkait pada bentuk perlindungan hukum suatu perlindungan yang

diberikan terhadap subyek-subyek hukum melalui Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. 127

Perlindungan hukum secara preventif memberikan keberatan dan

pendapatanya untuk berkesempatansebelum sesuatu putusan pemerintahan

mendapat bentuk tetap perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah

terjadinya sengketa. Perlindungan hukum secara reprensif merupakan tindakan

pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak dan bersikap hati – hati

dalam mengambil suatu keputusan. Perlindungan hukum secara repsensif

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. 128

Berkaitan dengan perlindungan hukum secara preventif dalam hukum

hak cipta merupakan suatu upaya yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran

pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar

suatu tidak terjadi, upaya tersebut merupakan pencegahan pelanggaran merupakan

126
Ibid, hlm 40
127
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya ; PT
Bina Ilmu 1987), hlm 1
128
Ibid, hlm 2
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 84

upaya awal dalam menanggulangi sengketa hak cipta, upaya pada menanggulangi

sengeketa meliputi langkah penindakan.129

1. Kesejahteraan rakyat untuk meningkatkan dan mengurangi pengangguran,

yang dengan otomatis akan mengurangi kejahatan.

2. Sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan harus segara diperbaiki

3. Meingkatkan kesadaran dan penyuluhan hukum untuk memeratakan bentuk

perlindungan hukum

4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk

lebih meningkatkan tindakan represif maupun preventif.

5. Meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para pelaksana

penegak hukum

Berkaitan dengan peraturan mengenai bentuk perlindungan secara

preventif terkait KUHPerdata sudah mengatur untuk mencegah perbuatan

melawan hukum yaitu didalam Pasal 1365 KUH Perdata yang pada inintinya

mengatur tentang perbuatan yang melawan hukum dan memegang peranan

penting pada hak cipta. Pengaturan terhadap pelanggaran hak cipta tidak hanya

diatur dalamUUHC, tetapi juga diatur dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang selanjutnya disebut

UU ITE. Dalam Pasal 25 UU ITE menjelasakan :

Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik lainya yang


disusun menjadi karya intelektual,melalui situs internet, dan atau
karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai hak

129
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 85

kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-


undangan".

Pelanggaran terhadap hak tersebut ditegaskan pada Pasal 32 ayat (1) Jo. Pasal 48

ayat (1) UU ITE dengan sanksi pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah). Terkait

bentuk perlindungan hukum secara preventif bagi seseorang yang melakukan

pelanggaran karya cipta foto jurnalisitik yang melalui media internet, selain dapat

dijerat dengan ancaman pidana sebagaimana disebutkan dalam UUHC juga dapat

dikenai sanksi pidana sebagaimana disebutkan dalam ketentuan UU ITE.

Berkaitan pada keberadaan Undang - Undang tersebut di atas agar supaya

dapat memberikan perlindungan hukum yang memadai atas masalah terhadap

karya cipta fotografi jurnalisitik yang digunakan tanpa hak, bahwa perlindungan

yang diberikan oleh Undang - Undang terhadap hak cipta adalah untuk

menstimulir atau merangsang aktivitas para pencipta agar terus mencipta dan

lebih kreatif Berkaitan pada permasalahan perlindungan hukum terhadap pencipta

pelanggaran fotografi jurnalistik, pada rangka terhadap perlindungan hak cipta,

ternyata belum mencapai hasil yang diharapkan. Pada realitanya pelanggaran hak

cipta masih terus berlangsung bahkan dapat dilihat dan dirasakan pada kehidupan

kita sehari-hari, dampak dari pelanggaran tersebut antara lain ;130

1. Merusakan tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi, hukum, dan sosial

budaya

130
Hanafi, Tindak Pidana Hak Cipta dalam Problematika Penegakkan Hukumnya.
dalam Insane Budi Maulana, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual ,( Yogyakarta ; Yayasan
Klinik HAKI 2011), hlm 189
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 86

2. Mengakibatkan lesunya hasrat berkarya pada bidang ilmu seni alam bentuk

pengetahuan, sastra.

3. Pajak penghasilan yang seharusnya dibayar oleh pencipta atau pemegang hak

cipta berdampak pada berkurangnya penghasilan atau pemasukan negara

berupa

Perlindungan hukum secara reprensif merupakan tindakan pemerintahan

yang didasarkan pada kebebasan bertindak dan bersikap kehati – hatian

mengambil suatu tindakan atau keputusan. Bentuk perlindungan hukum secara


131
repsensif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. berkaitan dengan

pembahasan ini dalam bentuk perlindungan hukum karya cipta fotografi

jurnalistik melalui media internet, secara represif sudah diatur dalam Bab XIV

Pasal 95 – 99 UUHC 2014

Perlindungan pada ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi yang dapat

dilihat, dan dibaca,maupun didengarkan dan sebagainya. Hak cipta tidak

melindungi ciptaan yang masih berupa ide. Terkait ciptaan yang dapat dilindungi,

maka ciptaan itu harus berbentuk nyata dalam bentuk yang khas dan bersifat

pribadi, sejak saat itulah ciptaan sudah dilindungi. Pencipta juga memiliki hak

moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk pada keuntungan yang dihasilkan

oleh keintelektualannya, dikarena pencipta telah memperkaya masyarakat melalui

ciptaanya, pencipta memiliki hak untuk mendapatkan imbalan yang sepadan

dengan nilai sumbangannya. Jadi dapat disimpulkan hak cipta memiliki hak

eksklusif atas suatu karya pencipta

131
Ibid, hlm 190
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 87

Hak cipta merupakan suatu bentuk pengakuan yang universal pada hak

setiap individu terhadap kepentingan yang perlu diberikan perlindungan baik yang

bersifat moral maupun yang bersifat ekonomia. Karya ciptaan sangat memberikan

kepuasan batin dan juga memliki manfaat ekonomi dari ciptaan.Terkait dengan

pembahasan dalam bab ini bahwasanya karya cipta fotografi juga salah satu

bentuk karya cipta sebagai hak cipta yang perlu mendapatkan perlindungan

hukum yang memadai. Walaupun secara spesifik tidak disebutkan mengenai

perlindungan karya fotografi dalam undang-undang hak cipta, namun bisa dikaji

berdasarkan pasal-pasal yang ada. Karya fotografi merupakan ciptaan yang

dilindungi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 40 ayat 1 huruf (K) UUHC

2014 yang pada intinya menjelasakan ciptaan dalam bidang fotograi mendapatkan

perlindungan :

Dalam Pasal 59 ayat (1) UUHC 2014 menjelaskan masa pelindungan hak

cipta atas ciptaan sebagai berikut :

(a) KaryaFotografi,
(b) Potret,
(c) KaryaSinematografi,
(d) PermainanVideo,
(e) ProgramKomputer,
(f) Perwajahankarya tulis,
(g) Terjemahan,tafsir,saduran bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikas dan karyalain dari hasil transformasi,
(h) Terjemahan, adaptasi,aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budayatradisional,
(i) Komplikasiciptaan atau data, baik alamformat yang dapat
dibacadengan programkomputer ata media lain,
(j) Komplikasi ekspresibudaya tradisionalelama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
Berlakuselam50(lima puluh) Tahuejak pertama kali
diumumkan.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 88

Perlindungan tersebut diberikan kepada pencipta, pemegang hak cipta,

perlindungan hukum tersebut untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat

bahwa karya fotografi dilindungi oleh hukum, sehingga seorang tidak dapat

melakukan penggunaan karya tersebut tanpa persetujuan pencipta.

Fotografi jurnalistik yang merupakan sebuah perkerjaan dalam dunia

pemberitaan. fotografi jurnalistik masuk pada kategori pemberitaan dalam suatu

media yang berbentuk gambar atau foto. foto jurnalistik merupakan foto yang

empunyai nilai berita, dan mempunyai fungsinya adalah untuk melengkapi teks

berita pada media cetak maupun media online. 132 Permasalahan mengenai

fotografi jurnalistik ciptaan akan menyentuh berbagai aspek teknologi. Aspek

yang sangat terpenting jika dihubungkan dengan perlindungan bagi karya

intelektual adalah aspek hukum. Terkait Hukum diharapkan mampu untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan hak cipta

fotografi jurnalistik. 133

Melindungi hak moral pencipta melalui media internet sudah diatur

didalam Pasal 7 UUHC 2014.

Berdassarkan uraian diatas apabila dikaitakan dengan teori perlindungan

hukum yang dinyatakan Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo,

menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan

abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran

ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara

132
Assegaf, Dja’far,, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek Kewartawanan,
(Jakarta ; Ghalia Indonesia 2009), hlm 37
133
Ibid, hlm 53
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 89

internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum

dan moral. 134

Fitzgerald saat menjelaskan teori perlindungan hukum, dalam Dyah

Octorina Susanti, menguraikan bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat, dengan cara

membatasi berbagai kepentingan tersebut, karena pada suatu perlindungan

terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi


135
kepentingan di lain pihak. Perlindungan hukum melihat tahapan yakni

perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan

hukum yang diberikan yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat

dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.136

Terkait perlindungan hukum ialah untuk memberikan pengayoman terhada

(HAM) yang sanagatn dirugikan orang lain dan atau perlindungan itu di berikan

kepada masyarakat supaya dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum. 137 Terkait perlindungan merupakan suatu perlindungan yang diberikan

kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, baik itu yang

bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif, baik yang secara

134
R.Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika 1992), hlm 24.
135
Dyah Ochtorina Susanti, Bahan ajar mata kuliah Teori Hukum, disampaikan di
(Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Kediri), hlm. 8
136
Ibid,
137
Ibid, hlm 55
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 90

tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum,

perlindungan hukum meliputi 2 hal yaitu :138

1. Perlindungan hukum secara preventif, merupakn bentuk perlindungan

hukum kepada rakyat untuk diberikan kesempatan mengajukan keberatan

atau pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah.

2. Perlindungan secara hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum di

ditujukan dalam penyelesian sengketa.

Berikut merupakan bentuk perlindungan secara preventif dan represif yang

seharunya dilakukan oleh pemerintah, baik penegak hukum dalam kaitanya

dengan hak cipta fotografi jurnalistik melalui media internet ;

Tabel 2 Bentuk secara preventif dan represif

No Secara Preventif Secara Represif

1. Meningkatkan penyuluhan 1. Tujuan dari bentuk perlindungan


hukum hak cipta untuk secara Represif ini adalah
memeratakan kesadaran hukum menyelesaikan sengketa
rakyat padaPenyelesaian sengketahak
2. Pencipta untuk lebih sadar ciiptadapatdilakukan melalui
mengenai pencatatan hasil alternatif penyelesaian sengketa,
ciptaan arbitrase,atau pengadilan dalam hal
3. Menyadari bahwa akan adanya iniyangberwenangialangpengadilan
suatu kebutuhan-kebutuhan niaga.
untukmengembangkandorongan- 2. Sanksipidana dalam bentuk
dorongan sosial atau tekanan pelanggaran hak cipta ini diatur
sosial dan tekanan ekonomi yang dalam pasal 122 UUHC2014
dapatmempengaruhitingkah laku tentang Hak Cipta ; Setiap Orang
seseorang kearahperbuatan jahat. yang dengan tanpa hak melakukan
Perlindungan untuk masyarakat perbuatan sebagaimana dimaksud
4. untuk mencapai kesejahteraan dalamPasal 7 ayat(3) dan/atau
khusunya dibidang hak cipta Pasal 52 untuk Penggunaan Secara
Komersial, dipidana dengan pidana
penjara paling lama2 (dua) tahun
138
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, ( Bandung ; Citra Aditya Bakti 2009), hlm
41
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 91

dan/atau pidana denda paling


banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
Sumber : Bernard Nainggolan, Komentar Undang – Undang Hak Cipta, (Bandung ; PT Alumni
2016) hlm 203
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 92

4.3. Kriteria Prinsip Deklaratif Pada Hak Cipta Fotografi Jurnalistik

Melalui Media Internet Di Masa Yang Akan Datang

4.3.1 Sistem Prinsip Deklaratif Dalam Hak Cipta

Pengaturan hak cipta di Indonesia telah diatur pada masa penjajahan

Belanda. Pengaturan tersebut dibuktikan dengan adanya Auteurswet pada tahun

1912, yang kemudian digantikan dengan UUHC 1982 tentang Hak Cipta. Pada

perkembangannya, UUHC 1982 mengalami perubahan, sehingga pada tahun 2002

pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta muncul, yaitu UUHC 2002. Seiring

perkembangan zaman, maka Undang-Undang tentang Hak Cipta perlu

diperbaharui lagi yang dikenal dengan UUHC 2014 tentang Hak Cipta. 139 Pada

ruang lingkup internasional, salah satu contoh negara yang telah mengatur

mengenai pemberian perlindungan atas hak cipta ialah USA (Amerika Serikat)

yang terdapat dalam US Copyright Law 1976. Pengaturan mengenai pemberian

perlindungan atas hak cipta oleh USA (Amerika Serikat) yang tertuang dalam 17

U.S.C. § 101- 1101 (US Copyright Act) akan dibandingkan dengan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014. Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan

pengaturan mengenai hak cipta di Indonesia.140

139
Syarifin dan Pipin, Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Bandung ;
Pustaka Bani Quraisy 2004) hlm 90
140
Adya Paramita Prabandari, Komparasi Pengaturan Hak Cipta Di Indonesia Dan
Amerika Serikat, (Semaranng ;Nomor 2, Vol 2 Tahun Fakultas Hukum, Universitas diponegoro
2009), hlm 170
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 74

Tabel 3 Perbandingan Pengaturan Hak Cipta Di Indonesia Dengan Amerika Serikat

PERSAMAAN PERBEDAAN
1. Hak eksklusif dan hak ekonomi sama sama diakui 1. Indonesia memberikan hak moral kepada seluruh bentuk
oleh negara ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Sedangkan Amerika
2. Hak cipta melekat pada suatu hasil ciptaan merupakan hanya memberikan hak moral kepada visual works (ciptaan
hak moral, sehingga pencatatan hak cipta bukan visual)
kewajiban. Aturan tersebut diakui dan diatur baik di 2. Pada bagian hak cipta khusunya program komputer
Indonesia maupun di USA (Amerika Serikat) merupakan bentuk hak cipta di Indonesia. Sedangkan pa
Amerika Serikat tidak menempatkan sebagai hak cipta tetapi
dengan paten
3. Di indonesia masa berlaku hak cipta memiliki masa berlaku
seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun berdasarkan
pemegang hak ciptanya (berlaku 50 tahun soejak pertama kali
diumumkan apabila hak cipta tersebut dipegang oleh badan
hukum dan berlakutanpa batas waktuapabila hak cipta
tersebutdipegangoleh negara). Seedangkan Amerika Serikat,
masa berlaku hak ciptanya tergantung terhadap tanggal
pembuatannya ciptaan yang tidak dipiublikasikan namun
dibuat sebelum tahun 1978 mas berlakunya seumur hidup
pencipta ditambah 70 tahun; ciptaan yang dipublikasikan
dipublikasikan antara tahun 1923-1963 memiliki masa
berlaku selama 28 tahun dengan catatan harus memperbaharui
untuk masa 67 tahun, jika hak tersebut tidak dilakukan maka
akan tergolong ke dalam public domain; ciptaan yang
dipublikasikan antara tahun 1964-1977 memiliki masa
berlaku selama 95 tahun; ciptaan yang dibuat pada tahun
1978 dan setelahnya memiliki masa berlaku seumur hidup
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 75

pencipta ditambah 70 tahun untuk pencipta tunggal, berlaku


95 tahun sejak dipublikasikan atau 120 tahun sejak
pembuatan untuk pencipta anonim atau pencipta dalam
bentuk perusahaan).
Sumber : Adya Paramita Prabandari, Komparasi Pengaturan Hak Cipta Di Indonesia Dan Amerika Serikat, (Semaranng ;Nomor 2, Vol 2 Tahun
Fakultas Hukum, Universitas diponegoro 2009), hlm 171
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 81

Pergeseran aturan tentang hak cipta di indonesia pada konsiderans

menimbang UUHC 2014 dinyatakan beberapa hal yang dapat dipandang

sebagai latar belakang lahirnya undang – undang yang baru ini ;

1. Hak cipta adalah kekayaan intelektual dalam aspek ilmu pengetahuan,

seni, serta sastra yang memiliki fungsi penting dalam hal mendukung

pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum seperti yang

telah diamanatkan oleh UUD 1945;

2. Perkembangan pada ilmu pengetahuan, dan atau teknologi, serta seni,

dan atau sastra, sudah sangat pesat sehingga memerlukan peningkatan

pelindungan dan atau jaminan kepastian hukum utnuk pencipta dan

atau, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait;

3. Indonesia sudah menjadi anggota perjanjian internasional pada hak cipta

dan hak terkait. implementasi lebih lanjut pada hukum nasional supaya

pencipta dapat berkreasi;

4. UUHC 2002 tentang hak cipta sudah tidak lagi sesuai dengan

perkembangan hukum pada saat ini serta kebutuhan masyarakat

sehingga perlu digantinya dengan Undang - Undang yang baru;

5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang - Undang tentang

Hak Cipta.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 82

Jika dilihat penjelasan umum dari UUHC 2014 terdapat uraian

menarik mengenai urgensi pada hak cipta dikaitkan dengan perekonomian.

Pada penjelasan umum dapat dikatakan bahwapada ekonomikreatif menjadi

andalan bagi Indonesia. Dan berbagai negara lainya, mengingat pada hak

cipta menjadi basis terpenting pada ekonomi kreatif nasional, dengan UUHC

yang memenuhi unsur pada perlindungan pengembangan ekonomi kreatif,

sangat diharapkan menjadi kontribusi pada sektor hak cipta dan hak terkait

bagi perekonomian negara indonesia supaya menajdi optimal

Langkah DPR – RI menganganti UUHC 2002 dengan UUHC 2014

merupakan upaya yang sunguh – sunguh dari negara untuk melindungi hak

ekonomi dan hak moral serta pemilik hak terkait sebagi unsur pada

pembangunan ekonomi negara. Agar motivasi para pencipta dan secara

nasional akan menjadi berdampak luas pada runtuhnya kreativitas makro

pada bangsa Indonesia, bercemin pada negara maju lainya terkait

perlindungan yang sangat memadai terhadap hak cipta telah berhasil

membawapertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan danataumemberi

kontribusi nyata bagiperekonomian dan kesejahteraan rakyatnya.

Point penting yang perlu penulis garis bawahi dari uraian konsiderans

UUHC 2014 dan penjelasan umumnya diatas ,

1. Hak cipta mempunyai peranan yang sanat strategis dalam mendukung

pembangunan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum sebagai

yang diamatkab oleh UUD 1945.


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 83

2. Hak cipta menjadi basis terpenting pada ekonomi kreatif nasional. Pada

UUHC 2014, telah memnuhi unsur terhadap perlindungan dan atau

penngembangan ekonomikreatif, sangat diharpkan untuk

kontribusisektor pada hak cipta atau hak terkait dapat lebihoptimal

dalam perekonomian negara

Banyak negara telah membuktikan, seperti negara Eropa Barat,

Amerika, Jepang, dan Korea bahwa kreativitas masyarakat yang berbuah

pada meningkatnya produk – produk intelektual khususnya hak cipta telah

mendorong pertumbuhan perekonomian negara dan pada giliranya

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengenai hal ini sudah

tidak terbantahkan lagi bahwa ekonomi kretaif dari berbagai negara untuk

meningkatkan pendapatan nasional141

Karakter yang khas dalam prinsip deklaratif ini menagunut asas first

to use) yang berarti pendaftaran bukan merupakan keharusan. Sifat yang ada

dalam sistem deklaratif dalam hak cipta menuntut ialah pentingnya

pengumuman dalam ciptaan, pengumuman ciptaan adalah wujud nyata dari

pencipta sebagai salah satu cara melindungi ciptaan dari tindakan-tindakan

yang merugikan pencipta baik dari segi materil maupun immaterial. 142

Pemanfaatan ciptaan dapat dilakukan oleh orang lain atas seizing pencipta,

141
Bernard Nainggolan, Op Cit, hlm 30
142
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi IV, Cetakan ke-1, (Bandung; PT Alumni
2014), hlm 35
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 84

sifat dari prinsip deklaratif hak cipta terbagi atas pengumuman dan

memperbanyak yang dapat dijelaskan sebagai berikut :143

1) Peranan pada publikasi dan atau pengumuman, pada UUHC 2014

menjelaskan pembacaan, serta penyiaran, termasuk pameran, pada

ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau cetak

dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau

dilihat orang lain. Pada UUHC 2014 dikemukakan bahwa untuk karya

cipta mulai terhitung perlindungannyasejakciptaannyatersebut

diumumkaandanatau dipublikasiakan. terkait perlindungan mempunyai

batas pada waktu setelah diumumkan, dari batas waktu yang ditentukan

tersebut maka karya cipta dapat dimiliki masyarakat (public domaind).

Terkait karya yang sudah telah habis masa perlindungannya maka dapat

digunakan oleh masyarakat dengan maksud agar lebih lagi mendorong

terciptanya sebuah karya cipta yang baru,. Saat mengumumkannya karya

ciptaannya orang dapat mengetahui adanya karya ciptaantelah terbit,

Terkait pada pencipta sangat membanutu mengetahui sejak kapan

ciptaaannya dilindungi aakan tetaapi juga harus dipublikasikan agar dapat

memberikaan manfaat bagi maasyarakat baanyak yang kelak

menggunakan karya ciptaannya tersebut.

2) Memperbanyak karya ciptaa merupakan suatu penggandaan dan juga

dapat dikatakan sebagi proses, dan atau perbuat untuk menjalankan

penggandaan cara menggandakan salinan karya ciptaan.

143
Ibid, hlm 45
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 85
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
81

Tabel 4 Pergeseran Peraturan Hak Cipta Di Indonesia

Undang – Undang Undang – Undang Nomor 7 Undang – Undang Undang – Undang Undang – Undang
Nomor 6 Tahun 1982 Tahun 1987 tentang Hak Nomor 12 Tahun 1997 Nomor 19 Tahun 2002 Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta Cipta tentang Hak Cipta tentang Hak Cipta tentang Hak Cipta
1) Tidak ada aturan 1) Hukuman atas kejahatan 1) Adanya aturan 1) Pasal 29 ayat (1) 1) Pasal 16 ayat (1)
mengenai Hak hak cipta diperberat Pasal mengenai hak masa berlaku hak bahwa hak cipta
ekonomi dan Hak 41 ayat (1) hukuman penyewaan diatur cipta selama hidup dapat diwakafkan
terkait pidana 7 tahun penjara dalam Pasal 2 dan ditambah 2) Masa berlaku hak
2) Masa berlaku dan denda Rp 2) Masa berlaku hak menjadi 50 tahun cipta dibagi 2 yaitu
selama 25 tahun 100.000.000 (seratus juta cipta selama hidup setelah pencipta hak moral dan hak
3) Tidak ada aturan rupiah) ditambah 50 tahun meninggal ekonomi
mengenai teknologi 2) Masaberlakuhak setelah pencipta 2) Pasal 49 ayat (1) dan 3) Pasal 57 ayat (1)
infomatika ciptaterhadappenciptasela meninggal dunia. ayat (2) dipidana berlaku tanpa batas
4) Pasal 49 ayat (1) ma hidup ditambah 50 3) Pasal 42 ayat (2) penjara paling untuk hak moral
ancaman hukuman tahun setelah meninggal mengatur mengenai singkat 1 bulan dan 4) Pasal 58 ayat (1)
pidana pembajakan dunia pengadilan yang denda paling sedikit untuk hak ekonomi
paling lama 3 tahun 3) Adanya aturan Lisensi berwenang. Rp. 1.000.000,00 berlaku selama
denda Rp 4) Program komputer 4) Pasal 27 ayat (1) (satu juta rupiah ) pencipta hidup dan
5.000.000,00( lima menjadi sebagai karya mengenai dan denda pidana terus berlangsung
juta rupiah) cipta dan masa berlaku perlindungan penjara paling lama 7 selama 70 tahun
5) Delik aduan 25 tahun komputer sebagai tahun atau denda setelah pencipta
5) Delik biasa karya cipta dan paling banyak Rp. meninggal dunia
masa berlaku 5.000.000.000,00 5) Adanya aturan
samapi 50 tahun (lima milyar rupiah ) mengenai lembaga
5) Delik biasa 3) Tidak ada aturan management kolektif
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
82

mengenai 6) Pasal 112


management kolektif menentukan pidana
4) Delik biasa penjara selam 2
tahun dan denda
paling banyak Rp.
300.000.000.00 (tiga
ratus juta rupiah )
7) Pasal 16 ayat (3)
menyatakan bahwa
hak cipta dapat
dijadikan sebagai
objek jaminan
fidusia.
8) Delik aduan
Sumber : Bernard Nainggolan, komentar Undang – Undang Hak Cipta, (Bandung ; PT Alumni 2016) hlm 03 - 27
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 52

Seorang pengakses internet dianggap melanggar hak cipta fotografi

jika pengakses tersebut mendownload isi dari situs yang dibukanya dan

kemudian menyimpannya ke dalam hard disc komputernya. namun,

dapatkan perbuatan si pengakses dikatagorikan sebagai pelanggaran hak

cipta fotografi jurnalistik? Kasus ini dapat dijelaskan bahwa hak cipta secara

otomatis. Akan tetapi dengan mendownload apabila menyebutkan

sumbernya dan tidak menjual atau memperbanyak untuk tindakan komersil

tidak di katakana sebagai pelanggaran, karena pelanggaran hak cipta

hanyalah delik aduan yang apabila penciptanya menggugat baru dapat

dikatakan pelanggaran. Perlindungan hak cipta fotografi jurnalistik berlaku

selama pencipta hidup dan terus berlangsung selama 70 tahun setelah

pencipta meninggal dunia yang tertuang dalam Pasal 58 huruf I dalam UUHC

2014

Prinsip deklaratif tidak dapat memberikan kepastian hukum bagi pencipta.

Pencipta yang dapat juga disebut sebagai pewarta atau jurnalis akan kesulitan

dalam membuktikan bahwa ciptaan tersebut adalah hasil karyanya jika ciptaan itu

tidak didaftarkan. Terkait hal terjadinya sengketa terhadap pelanggaran hak cipta,

jurnalis tidak memiliki bukti yang kuat yang menyatakan bahwa hak cipta itu
119
adalah miliknya. Melalui media internet ciptaan dapat diubah dan

disebarluaskan dengan sangat mudah, pencipta atau jurnalis atau pemegang hak

cipta akan kesulitan dalam mencegah dilanggarnya hak cipta mereka, apabila

ciptaan tidak didaftarkan penegak hukum maupun masyarakat akan sulit

119
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Edisi
revisi, ( Jakarta ; Raja Grafindo Persada 1997), hlm 19
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 53

membantu dalam melacak akan terjadinya pelanggaran hak cipta yang terjadi di

internet, karena penegak hukum maupun masyarakat tidak mengetahui bahwa

ciptaan itu ada.120

Terkait pada perlindungan karya cipta yang diberikan otomatis setelah

ciptaan tersebut berbentuk nyata. Maka perlindungan langsung sudah diberkan

wujud pad pemberian pada hak eksklusif dan atau pada penerapan prinsip

deklaratif. 121 Hak eksklusi adalah diperuntukan pada pencipta, sehingga tidak ada

pihak lain lagi yang dapat meemanfaatkan hak pencipta tanpa seizin pencipta.122

Pada prinsipdeeklaratif adalah suatu penerapan yang tidak mengharuskan adanya

pencatatanketidakharusan.123 Akan tetapai walaupun pencipta tidak mencatatkan

karya ciptaannya, maka pencipta tetap memiliki perlindungan secara langsung

ketika karya ciptaan selesai dibuat, yakni hak untuk mengontrol agar tidak ada

lagi seorang pun yang memanfaatkan haknya tanpa seizin pencipta.124

Terkait pada perlindungan hak cipta yang diberikan secara otomatis.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia juga dapa menyelenggarakan pencatatan

ciptaan. Terkait fungsi pencatatan ciptaan agar supaya untuk memudahkan dalam

hal pembuktian apabila terjadi suatu sengketa hak cipta. Pada pencipta yang

melakukan pencatatan karya ciptanya dan mendapatkan surat pencatatan karya

ciptaan maka surat tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal kepemilikan suatu

ciptaan. Meskipun pada pencatatan tidak melahirkan perlindungan hak cipta,

120
Ibid, hlm 30
121
Bernard Nainggolan, Op Cit, hlm 41
122
Ibid, hlm42
123
Ibid, hlm43
124
Ibid, hlm45
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 54

namun melalui pencatatan akan sanngat mempermudah bagi orang untuk

membuktikan bahwa dirinyalah merupakan pemegang hak cipta.125

Terkaitan pada halpembuktian karya cipta tidaklah mudah, jika pada

kenyataannya setipa seorang yang tidak mampu dalam hal pembuktian maka yang

dapat dianggap sebagai pencipta adalah orang lain, surat pencatatan karya ciptaan

dapat menunjukkan seseorang yang dianggap sebagai pencipta, namun dapat

diketahuai bahwa perlindungan terhadap karya cipata hak cipta tidak didasarkan

pada pencatatan, persoalannya ialah bagaimana kekuatan pada perlindungan

langsung, yang secaranyatanya diberikan pada pencipta ketika ciptaannya

berbentuk nyata.

Kriteria prinsip deklaratif hak cipta fotografi jurnalistik melalui media

internet suatu perbuatan yang dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta.

Apabila perbuatan tersebut melanggar hak khusus dari pencipta atau pemegang

hak cipta, yaitu: 126

1. Memperbanyak karya cipta lagu baik secara tradisional maupun online, baik

untuk kepentingan pribadi tanpa ada unsur komersil maupun bertujuan untuk

diperdagangkan.

2. Memanfaatkan karya cipta fotografi jurnalistik dari hasil download ilegal untuk

keperluan pribadi.

125
Gold dan Paul, Hak Cipta : Dahulu, Kini Dan Esok, (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia
1997), hlm 32
126
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan hukum pada Hak Cipta dan atau Lembaga
Manajemen Kolektif, (Bandung;PT alumni201), hlm 28
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 55

3. Menyiarkan, memamerkan atau memposting karya cipta fotografi jurnalistik di

situs - situs internet pribadi seperti blog yang bertujuan untuk meningkatkan

jumlah pengunjung blog pribadi tersebut.

Terkait pada perlindungan karya cipta bukan hanya sekedar terkait hak

eksklusif akan tetapi juga memberikan rasa aman bagi pencipta dan dapat

mengontrol karya ciptaan dan bagaimana pun dalam hal pencatatan ciptaan tidak

boleh melanggar prinsip perlindungan langsung.

4.3.2 Prinsip Deklaratif Hak Alami Pencipta

Pada perlindungan langsung terdapat dalam Pasal 1 Angka 1 UUHC 2014,

pada intinya untuk menuntut menjalakan prinsip deklaratif, Pada penerapan

UUHC 2014 prinsip perlindungan secara otomatis pada dan tidak terlepas pada

peraturan pada hak cipta pada masa Blanda yaitu Auteurs Wet (S.1912.600).127.

Pada saat itulah Belanda langsung memperbaharui undang-undang hak ciptanya

untuk yang lebih baik dan kemudian lahirlah aturan mengenai Auteurs Wet

(S.1912.600).Setelah pemberlakuan pada peraturan ini, Belanda mengikatkan diri

pada Konvensi Bern Tahun 1886 pada tanggal 1 April 11913 dan sebagai negara

jajahan Belanda, pada Indonesia dan diikutsertakan pada konvensi sebagaimana

diumumkan dalam Staatsblad 7997 Tahun 194. Hingga pada saat ini Indonesia

masih tergabung dalam Konvensi Bern khususnya yang berkenaan dengan hak

terkususnya cipta.128

127
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, Undang-
Undang Hak Cipta 2002 dan Perlindungannya Terhadap Buku Serta Perjanjian, (Bandung;
Alumni 2002), hlm 92
128
Ibid, hlm 102
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 56

Negara yang berada didalam Bern Convention harus dan mempunyai

kewajiban untuk menerapkan 3 prinsip dasar pada peraturan HKI, Sebagai bentuk

dari prinsip dasar yakni prinsip perlindungan langsung. 129 Pada setiap pencipta.

prinsip ini berprinsip pada falsafah Perancis yang erat dengan ciri khas pada civil

law tradition pada perlindungankarya hak cipta, bahwa pengakuan terhadap

ciptaan maka hak cipta telah lahir saat dimumkan pertama kali. 130 Pada prinsip

lansung ini berkaitan dengan doktrin hak moral pada Perancis karena sama lahir

pada aliran hukum alam. Peraturan mengenai hak moral pada hukum hak cipta

Perancis menjelaskan: Article 657-298 of 11 French Law No. March 1957.

Peraturan tersebut menyebutkan bahwa:131

1) Hak yang harus tetap dicantumkan nama pencipta sebagai identitas;

2) Hak untuk menjaga keutuhan karya ciptaan,

Kedua hal tersebut juga tercantum pada Bern Convention 1886 pada Article 6

bis, yang menjelaskan:132

1. Independently, the author shall have the right to claim


action in work, authorship action in relation to, the relation
to, the said of the work of the author’s economic rights and
the object to any distortion, mutilation or other modification
of, or other derogatory which would be prejudicial to his
honor or reputation.
2. The rights granted expiry the economic at lest until the, and
shall be after at the moment the author in accordance the
preceding paragraph may provide that some of these rights
may, after exercisable by the person or institution authorized
rights to where protection is claimed. death of the author of
all the rights set out in his death, cease to be

129
Ibid, hlm 103
130
Muhammad Ikhsan Lubis, Copyleft Dalam perspektif Hukum Islam Dan Kaitannya
Terhadap Perkembangan Copyright (Hak Cipta) Pada Masyarakat Islam Indonesia, (Tesis,
Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara 2011), hlm. 48-50.
131
Ibid, hlm 51
132
Ibid,
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 57

maintained.“However those countries whose legislation, act,


does not provide for the protection with the preceding
paragraph shall, after his death, be maintained, by the
legislation of the county of their ratification of or accession
to this the

Pada intinya Pasal 6 Berne Convention yang penulis mengartikan bahwa

hak moral pencipta tidak dapat diperuntukan oleh orang lain dalam artian bahwa

hak moral pencipta berhak untuk kepemilikan karyanya dan dapat mengajukan

keberatan pada perubahan yang dilakukan oleh orang lain,

4.3.3 Penyelenggaran Pencatatan Ciptaan Pada Hak Cipta

Pada pencatatan hak cipta dan HKI yaitu dengan pencatatan konstitutif

dandeklaratif. pencatatan konstitutif merupakan bentuk pencatatan ciptaan yang

mempunyai fungsimelahirkan hak cipta atas ciptaan krya hak cipta. 133 Terkait

pendaftaran hak cipta lahir setelah pencipta melakukanpencatatan memiliki

kekuatan.pencatatan pada istem ini merupakan pencatatan secara defacto dande

jurediakui sebagai pencipta dan atau orang yang berhak pada hak cipta

didaftarkan. Pada sistem deklaratif, pendaftaran ciptaanmerupakanketidak harusan

dan tidaklah melahirkanhak cipta atas ciptaan tersebut.134

Terkait pada perlindungan yang diwujudkan terlebih dahulu maka

cperlindungan hak cipta itu lahir. Pada pencatatan ciptaan bukanlah sesuatu yang

mutlak dilaksanakan, pada pemerintah dalam hal ini Dirjen HKI tetap

133
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, (Bandung
; Citra Aditya Bakti 2012) hlm 186-187
134
Ibid, h1m 90
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 58

menyelenggarakan pencatatan ciptaan. 135 Isi,arti,maksuddan atau bentuk dari

ciptaanyang tercatat padadaftar umum ciptaan tidak menjadi tanggung jawab

Menteri yang bertugasmenyelenggarakan pencatatanciptaan,dalam artian tetap

melekat pada pencipta atau pemegang hak ciptanya. 136

Terkait pada permohonan pencatatan ini dapat dilakukan oleh :137

1) Seorang atau lebih bersama – sama datang ke kantor Dirjen HKI untk

melakukan pendaftaran denagn prosedur yang ada;

2) Permohonan yang dilakukan oleh badan hukum maka haru melampirkan akta

pendirian badan hukum yang disahkan oleh pejabat yang berwenang

Salanjutnya dirjen HKI melakukan pemeriksaan pada berkas yang diajukan

dalam permohonan lalu setelah pemeriksaan berkas tesbut akan dilakukan

investigasi tehadap ciptaan. Terkait pada investigasi dirjen HKI akan melakukan

tindakan akan menerima atau menolak permohoan dengan alasan tertera dikarenak

Dirjen HKI mempunyai hak untuk menolak dan menerima 138

1) Setelah Menteri menerima berkas permohonan maka pertama akan

menerbitkan surat tanda permohonan. Dan selanjutnya mencatat pada daftar

umum ciptaan yang memuat nama pemohono. Selanjutnya menteri akan

menerbitkan keputusan terkait pada permohonan ciptaan layak dan tidak

layaknya suatu ciptaan

2) Menteri secara tertulis berhak menolak permohonan disertai alasan.

135
Widjaja Gunawan, Lisensi, Seri Hukum, Bisnis, ( Jakarta ; Raja Grafindo Persada
2001) hlm 31
136
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta – Musik atau lagu, Cetakan I, ( Jakarta; Universitas
Indonesia / UI – Press 2003), hlm 19
137
Ibid, hlm 29
138
Ibid, hlm 30
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 59

Terkait pada Pencatatan ciptaan berguna untuk memudahkan sebagai awal

pembuktian apabila terjadi sengketa.139pada saat pencatatan ciptaan yang tertuang

dalam daftar umum ciptaan maka orang tersebut dapat dikatan sebagai pencipta.

Akan tetapi apabila terjadi sengketa mengenai hak cipta, daftar ciptaan pada daftar

umum ciptaan bukan merupakan bentuk alat bukti sebagai pencipta hanya saja

sebagai lagkah awal untuk membenarkan suatau ciptaa. Apabila orang lain dapat

membuktikan hasil ciptaan tersebut maka penghapusan pada daftar umum ciptaan

akan dilakukan dalam daftar umum ciptaan tersebutakan gugur, setelah dapat

dibutikan di dalam pengadilan.140

Saat seorang yang mengakui ciptaannya sengakan orang lain sudah

mendaftarkannya di dirjen HKI maka selama didalam pengadilan orang tersebut

bisa mempertahankan hasip ciptaanya maka hakim akan memutuskan bahwa

ciptaa tersebut miliknya, apabila tidak bisa dibuktikan dengan kendala yang

seperti melihat tanggal pembuatan , media yang digunakan dan lain- lain maka

chakim kan memutuskan bahwa ciptaan tersebut masih milik orang lain yang

pertama kali mendaftarkannya.Terkait pada bentuk perlindungan langsung maka

prinsip deklaratif ini mempunyai kelemahan yang sangat merugikan pencipta

Pengabaian terhadap prinsip deklaratif yang menuntu pentingnya publikasi pertam

kali ini dapat mencederai hak dari pencipt,sebab prinsip deklaratif tidak secara

maksimal memberikan perlindungan. 141

139
Achmad Zen Umar Purba, Op Cit, hlm 126
140
Ibid,
141
Ibid, hlm 130
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 97

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab – bab sebelumnya, dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut ;

1. Dasar pertimbangan dalam risalah sidang terhadap prinsip deklaratif pada hak

cipta yakni setelah ciptaan dalam bentuk nyata dan diumumkan tanpa harus

melalui mekanisme pencatatan ciptaan, ciptaan harus orisinal, ciptaan harus

diwujudkan, perlindungan hak cipta tidak perlu formalitas tertentu. terkait

pertimbangan tersebut, yakni perlindungan diberikan tanpa formalitas

tertentu, terkait pertimbangan kewajiban prinsip deklaratif dalam hak cipta

tidak didasarkan pada pencatatan. Terkait pencatatan tidak dapat menentukan

siapa penciptanya, tetapi hanya dapat berfungsi sebagai sangkaan awal

suapaya prinsip deklaratif dapat diterapkan maka harus didorong adanya

peranan publikasi dan pengumuman serta penilaian terhadap orisinalitas

sebuah karya ciptafotografi jurnalistik

2. Perundang-undangan Indonesia yang lebih spesifi yaitu UUHC telah

memberikan perlindungan hukum terhadap pencipta atau pemegang Hak

Cipta atas karya fotografi jurnalistik, dengan berlakunyaUUHC. Perlindungan

hak cipta atas karya fotografi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu

dengan secara preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa. KUHPerdata sudah mengatur untuk mencegah perbuatan melawan

97
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 98

hukum yaitu didalam Pasal 1365 KUH Perdata sebagai pasal yang mengatur

tentang perbuatan melawan hukum memegang peranan penting dalam hak

cipta. Tekait pelanggaran hak cipta tidak hanya diatur dalamUUHC, tetapi

juga diatur dalam UU ITE. Bentuk Secara represif dengan tujuan untuk

menyelesaikan sengketa hak cipta bentuk perlindungan hukum karya cipta

fotografi jurnalistik melalui media internet, secara represif sudah diatur dalam

Bab XIV Pasal 95 – 99 UUHC 2014

3. Kriteria prinsip deklaratif pada hak cipta fotografi jurnalistik melalui media
internet yaitu sifat dari sistem deklaratif dalam hak cipta menuntut pentingnya

pengumuman dalam ciptaan, pengumuman ciptaan adalah wujud nyata dari

pencipta sebagai salah satu cara melindungi ciptaan dari tindakan-tindakan

yang merugikan pencipta baik dari segi materil maupun immaterial. Karakter

dalam prinsip deklatarif menganut asas first to use bahwa pendaftaran bukan

merupakan keharusan. Pergesaran aturan di Indonesia menganganti UUHC

2002 dengan UUHC 2014 adalah upaya sunguh – sunguh dari negara untuk

melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pemilik hak terkait

sebagi unsur penting dalam pembangunan kreativitas pencipta untuk

berkreasi. Supaya motivasi para pencipta dan secara nasional akan berdampak

luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia,


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 99

5.2 Saran

Bertitik tolak kepada permasalahan yang ada kaitannya dengan

kesimpulan diatas, dapat diberikan saran;

1. Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia seharunya lebih tegas

lagi dalam membuat peraturan di Indonesia, supaya upaya plagiat dapat

diberantas dan upaya tersebut dapat pula dilakukan melalui sosialisasi dan

penyuluhan mengenai hak cipta didalam implementasi UUHC 2014 yang

dilakukan pada semua kalangan terkait khususnya para pencipta karya

fotografi jurnalistik, berkaitan dengan dasar utama pertimbangan kewajiban

dalam prinsip deklaratif khusunya pada pencipta karya fotografi jurnalistik

masih mempunyai keterbatasan untuk menanggulangi pelanggaran hak cipta,

maka dari itu perlindungan dan kepastian hak cipta jurnalistik tidak akan

tercapai dengan maksimal apabila masyarakat masih lemah untuk memahami

sistem prinsip deklaratif ini, seharusnya upaya pencegahan pelanggaran

melalui media internet khususnya mengenai hak cipta ini dengan menitik

beratkan pada edukasi kepada masyarakat tentang mengenai sistem deklaratif

ini, selain itu pencegahan pelanggaran hak cipta fotografi jurnalistik dibidang

teknologi dengan meningkatkan sistem keamanan informasi.

2. Kepada Kementerian Hukum dan Ham khususnya terhadap hak cipta

fotografi jurnalistik mengenai pelaksanaan perlindungan, hak cipta baik itu

perlindungan secara preventif maupun secara represif. Diharapkan dengan

dilakukan sosialisasi ini kedpannya lebih efektif pengetahuan akan sistem


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 100

HKI, khususnya hak cipta dapat diketahui seluruh lapisan masyarakat

khusunya para fotografer.

3. Kepada pencipta seharusnya lebih menyadari akan pentingnya terkait

perlindungan hukum hak cipta sehingga perlu adanya kesadaran dari jurnalis

untuk segera mendaftarkan karya ciptanya ke Dirjen HKI agar dapat

menghindari hal-hal yang terjadi di kemudian hari. Dapat dipahami

diperlukan pula penyuluhan hukum mengenai pemahaman tentang prosedur

pendaftaran secara rinci, mencakup manfaat, proses, persyaratan dalam

pendaftaran hak cipta khususnya karya cipta fotografi jurnalistik yang

dilaksanakan oleh pihak yang berwajib dalam hal ini adalah pihak Dirjen HKI
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 101

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdul Kadir Muhamad, 1999. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektua,.
Bandung : Citra Aditya Bakti

Adami Chazawi, 2007. Tindak Pidana Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI),
Malang: Bayumedia.

Aditiawan rangga dan Bianca,2011. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis,
Jakarta : Dunia Komputer.

Anas Irwan, 2012, Panduan Fotografi Digital, Depok :Kanaya Press

Anwar C, 2002, Pelanggaran Hak Cita dan Perundang-Undangan Terbaru Hak


Cipta Indonesia, Jakarta : Novindo Pustaka Mandiri.

Arif Lutviansori, 2010. Hak Cipta dan Perlindungan Foklor di Indonesia.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Assegaf Dja’far, 2009. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek


Kewartawanan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan


Penanggulangan Kejahatan. Bandung : Citra Aditya Bakti

Budi Agus Riswandi dan Syamsuddin, 2005. Hak Kekayaan Intelektual dan
Budaya Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

C.S.T Kansil,2001, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta : Balai Pustaka

Djamal, 2009. Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia.


Bandung : Pustaka Reka Cipta.

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an efendi, 2014. Penelitian hukum. Jakarta : Sinar
Grafika

Dyah Ochtorina Susanti dan IGN Parikerit Widiatedja, 2011, Asas Keadilan,
konsep dan implementasinya dalam perspektif hukum islam dan hukum
barat, Malang : Bayu Media Publishing

Gatot Supramono, 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Harsono Adisumarto, 1999, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Jakarta :
Akademika Pressindo.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 102

Hanafi, 2000. Tindak Pidana Hak Cipta dalam Problem Penegakan Hukumnya.
Jakarta : Yayasan Klinik HAKI.

Iswi Hariyani, 2010. Prosedur Mengurus HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

I Wayan Parthiana, 2002, Hukum Perjanjian Internasional, Bandung : Mandar


Maju

Jimmy Joses Sembiring, 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa Di Luar


Pengadilan. Jakarta: Visimedia.

J. G. Starke, 1997, Introduction To Internasional,London: Butterworths

Kusumaningrat Hikmat dan Purnama, 2005, Jurnalistik ; Teori Dan Praktik,


Bandung : Remaja Rosdakarya

Kriantono dan Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta :


Kencana Prenada Media

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, 2003. Hak Milik Intelektual (Sejarah


Teori, dan Prakteknya Di Indonesia). Bandung: P.T Citra Aditya Bakti

Muhammad Firmansyah, 2008. Tata Cara Mengurus Haki (Hak atas Kekayaan
Intelektual). Jakarta: Visimedia

Peter Mahmud Marzuki, 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Philipus M Hadjon, 2007. Pengantar Hukum Adminitrasi Indonesia. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

R.Soeroso,1992, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika

Rahmadi Usman, 2003. Hukum Hak atas kekayaan Intelektual. Bandung: P.T
ALUMNI.

Rahardjo Budi, 2005, Keamanan Sistem Informasi Berbasis Internet, Bandung :


PT Indocisc.

Sirikit Syah, 2001, Rambu-Rambu Jurnalistik, Jakarta : Sukma Citra,

Soeprapto Soedjono, 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti


Press.

Soelistyo dan Henry, 2011, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika,
Yogyakarta : Kanisius
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 103

Sophar Maru Hutalalung, 2012. Hak Cipta (Kedudukan dan Peranannya dalam
Pembangunan). Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Suyud Margono, 2003. Hukum dan Perlindungan Hak Cipta. Jakarta: Novindo
Pustaka.

Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Jakarta :
Pustaka Utama Grafiti,

Tim Lindsey, dkk. 2006. Hak Kekayaan Intelektual Sebuah Pengantar. Bandung:
P.T Alumni

B. Karya Ilmiah

Danu Giritono, 2014, Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Lagu Musik Melalui
Internet,Yogyakarta : Tesis Program Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada

Rani Dwi Lestari,2015, Jurnalisme kloning, praktik plagiarisme karya jurnalistik


di kalangan jurnalis Yogyakarta : Tesis Program Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gajah Mada

C. Makalah / Artikel

Adya Paramita Prabandari, 2009, Komparasi Pengaturan Hak Cipta Di Indonesia


Dan Amerika Serikat, Semaranng : Jurnal Fakultas Hukum, Universitas
Diponegoro Vol. Nomor
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember 104

D. Peraturan Perundang – Undangan

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599

Undang – Undang Republik Indonesia 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 Tentang PERS


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 2533

E. INTERNET

Dikutip dari www.Inews.com pelanggaranfotojurnalistik Diakses Pada tanggal 17


November 2017, Pukul 22.49 Wib

Anda mungkin juga menyukai