Abstract
VARIOUS parties regard street vendor activities as being capable of solving eco-
nomic problems undergone by some Indonesian citizens, especially during crisis,
which is shown in rapid development of the numbers of street vendors (PKL/Peda-
gang Kaki Lima) every year. In the city of Solo, problems of PKL that have been
in existence since nine years ago can be overcome. The concept of arrangement
with participative approach pattern and without any forcefulness is proven to be
effective in solving problems of PKL. However, further efforts are needed to handle
emerging post-development problems.
Pendahuluan
T
ulisan ini sebagian besar ber- wawancara dan pengamatan lang-
sumber dari catatan harian sung, yakni dengan melibatkan diri
penulis sebagai Commnuni- (pengamatan terlibat) ke dalam
ty Organizer yang mendampingi kegiatan transaksi yang dilakukan
komunitas marjinal di Kota Solo, PKL di beberapa wilayah konsentrasi
seperti komunitas PKL sejak tahun PKL. Pengamatan terlibat dilakukan
2004. Untuk melihat dampak pe- untuk mendapatkan gambaran me-
nataan PKL yang dilakukan Peme- ngenai ketepatan, kemanfaatan, dan
rintah Kota (Pemkot) Solo, penulis kemampuan konsep penataan PKL
secara khusus ”membaur” dengan yang di lakukan oleh Pemkot Solo
komunitas PKL selama kurang dalam mengembangkan potensi PKL
lebih lima bulan (Februari–Agustus sebagai salah satu aset perekonomian
2008). Strategi dilakukan melalui di Kota Solo.
1)
Peneliti dan pendamping komunitas marjinal di Kota Solo.
2)
Setidaknya dalam dua tahun belakangan ini telah berdiri pusat perbelanjaan, hotel, dan
residensi, seperti Solo Grand Mall, Solo Square dan Hotel Ibis, proses pembangunan
apartemen Solo Paragon, apartemen Solo Center Point, dan apartemen Kusuma Mulia.
3)
Lihat Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1995 Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1, poin c tentang definisi PKL dan poin d tentang tempat usaha.
Joko adalah salah satu dari sekian Selain sebagai katup pengaman di
PKL Monjari yang mengawali usaha- masa krisis, kegiatan sektor informal
nya dengan menjual barang-barang PKL juga mampu menjadi alternatif
pribadi, seperti pakaian, barang elek- pekerjaan di tengah ketidakmam-
tronik, maupun berjualan makanan puan Pemkot Solo menyediakan
dan minuman. Setelah beberapa lapangan pekerjaan bagi masyarakat-
lama, usaha mereka mengalami nya. Bahkan keberadaan PKL ini
perkembangan terutama ketika eko- juga mampu memberikan kontribusi
nomi kembali pulih. Sebagian PKL bagi pendapatan asli daerah (PAD)
mulai menempati pinggiran jalan Kota Solo, meskipun tidak terlalu
protokol dan non protokol di Kota signifikan. Sejak tahun 2002–2007,
Solo. Sebagian lainnya menempati PAD dari PKL memperlihatkan
tempat-tempat publik seperti taman peningkatan dari Rp 120.120.900
kota Manahan dan taman Monumen (2002), menjadi Rp 155.000.000
45 Banjarsari. (2007), seperti yang diperlihatkan
dalam tabel 1.
sukan dari PKL. Dalam hal ini, PKL tentang penataan PKL di Kota
melalui paguyuban atau organisasi Solo.
PKL diharapkan bisa mengaktuali-
sasi diri, melakukan koordinasi, dan Kebijakan Pemkot Solo
menyikapi setiap kebijakan pemkot tentang Penataan PKL
dengan terarah dan terencana Kota mempunyai daya tarik
Keenam, para PKL mempunyai tersendiri bagi masyarakat sekitarnya
kecenderungan bisa menerima ke- untuk mengadu keberuntungan
bijakan Pemkot Solo secara damai dalam memperbaiki kehidupan
setelah melalui proses yang cukup perekonomiannya. Kota Solo yang
partisipatif. Program penataan PKL terletak cukup strategis di wilayah
yang diterapkan Walikota Solo, Ir Karesidenan Surakarta, ibarat madu
Joko Widodo, sejak tahun 2005, yang cukup menggiurkan, sehingga
yang diawali sosialisasi dan pen- dalam beberapa tahun, pertumbuhan
dataan PKL, mendapat respon yang PKL-nya semakin besar dan sulit
cukup positif dari PKL. Meskipun dikontrol. Dalam jangka panjang,
pada awalnya terjadi penolakan-pe- keberadaan PKL yang tak terkontrol
nolakan terhadap rencana tersebut. jumlahnya ini dapat menimbulkan
Namun melalui pendekatan per- masalah bagi warga kota lainnya,
suasif oleh Pemkot, terbukti upaya apalagi jika keberadaan mereka tidak
penataan PKL di Solo cukup sukses, diberdayakan dengan baik.
dengan tanpa kekerasan. Keber- Menyadari hal tersebut, secara
hasilan ini menjadi prestasi tersendiri khusus Pemkot Solo sudah mener-
bagi kinerja Walikota apalagi dengan bitkan Perda Kotamadya Daerah
munculnya tanggapan positif dari Tingkat II Surakarta Nomor 8
berbagai kalangan seperti Pemerin- Tahun 1995 tentang Penataan dan
tah Daerah, akademisi, LSM, swasta Pembinaan Pedagang Kaki Lima.
dari Jawa maupun luar Jawa, bahkan Kebijakan ini ditindaklanjuti den-
peneliti dari manca negara seperti gan berdirinya Kantor PPKL 4 .
Australia dan Jerman. Beberapa di Kantor PPKL Kota Solo adalah
antaranya melakukan studi banding satu-satunya kantor/instansi yang
4)
Pendirian Kantor PPKL didasari Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta dan ditindaklanjuti dengan
Keputusan Walikota No 41 tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Kantor Pengelolaan
Pedagang Kaki Lima.
6. Keinginan dan desakan dari akhir dari strategi pemkot Solo dalam
masyarakat untuk pelaksa- menyikapi persoalan PKL.
naan penataan dan penertib- Konsep penataan PKL juga ber-
an ruang usaha bagi PKL. tujuan menekan pertumbuhan
7. Mendukung program prio- PKL menjadi zero growth. Artinya,
ritas walikota dan wakil wa- setelah program penataan dilakukan,
likota untuk mengembalikan pemerintah tidak menghendaki
Kota Solo sebagai kota yang munculnya PKL baru di Kota Solo.
bersih, sehat, rapi dan indah Sedangkan para PKL yang telah
(Berseri). tercatat dalam data kantor PPKL,
8. Untuk memberikan kepasti- akan ditata di kawasannya masing-
an dan kenyamanan usaha masing, dan sebagian akan dima-
kepada PKL. sukkan ke pasar-pasar tradisional.
9. Untuk mengembalikan ru- Lebih jauh lagi, dalam upaya mem-
ang publik pada peruntukan buktikan keseriusannya membatasi
semula, sehingga terwujud pertumbuhan PKL, Pemkot juga
tata kota yang harmonis. berupaya merevisi Perda PKL No.8
tahun 1995 menjadi Perda PKL
Dengan berbagai pertimbangan No 4 tahun 2008. Saat ini, perda
tersebut, Pemkot Solo merencanakan baru masih dalam tahap perbaikan
penataan PKL dengan menawarkan setelah mendapat masukan dari
beberapa konsep. Penawaran konsep Gubernur Jawa Tengah. Perda baru
ini penting, untuk membuktikan ke- tersebut salah satunya akan meng-
pada para PKL mengenai keseriusan atur tentang kawasan/kantong PKL
pemkot dalam menata kota. Konsep yang ditetapkan oleh walikota, dan
penataan PKL di Kota Solo secara persyaratan menjadi PKL baru yang
garis besar dilakukan dengan dua cukup sulit dipenuhi. Isi rancangan
strategi yaitu membuat kawasan PKL perda, khususnya Bab IV mengatur
dan kantong-kantong PKL (lihat tentang ketentuan izin penempatan,
tulisan Wiyono dalam jurnal ini). syarat-syarat permohonan izin pe-
Jika berbagai strategi tersebut tetap nempatan PKL, dan larangan serta
tidak mampu menata PKL, maka kewajiban yang harus dipatuhi PKL.
Pemkot Solo akan menindaklan- Para PKL baru harus melalui sebuah
jutinya dengan langkah penertiban. prosedur pengurusan surat izin
Langkah ini juga menjadi cara ter- yang cukup berbelit-belit. Mereka
5)
Dalam Pasal 7 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan usaha PKL
pada fasilitas umum yang dikuasai oleh pemerintah kota tanpa memiliki izin penempatan
yang dikeluarkan oleh walikota. Pada ayat (3) butir a dinyatakan bahwa permohonan izin
harus melampirkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Surakarta yang masih berlaku.
Ayat (3) butir c menyatakan surat persetujuan dari pemilik lahan dan/atau bangunan yang
berbatasan langsung dengan rencana lokasi usaha PKL. Ayat (3) butir e.4 dinyatakan
bahwa permohonan harus melampirkan surat pernyataan yang berisi; mengosongkan/
mengembalikan/menyerahkan lokasi usaha PKL kepada pemerintah kota apabila lokasi di
maksud sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pemerintah kota tanpa ganti rugi dalam bentuk apa
pun. Bahkan pada pasal 8 kembali ditegaskan bahwa PKL juga diwajibkan mengosongkan
tempat usaha apabila pemerintah daerah mempunyai kebijakan lain atas lokasi tempat
usaha tanpa meminta ganti rugi. Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa izin penempatan
dapat dicabut apabila PKL tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan yang telah
6)
Pada zaman Belanda, kawasan Monjari adalah daerah elite tempat hunian para bangsawan
Belanda yang dikenal sebagai Villa Park. Ketika perjuangan kemerdekaan, tempat ini
digunakan sebagai ajang pengaturan siasat pertahanan kota oleh Overste Slamet Riyadi.
sebesar Rp 5,9 miliar yang diguna- pendapatan para PKL pasca pe-
kan untuk pinjaman modal dan nataan. Beberapa PKL memang
penambahan barang dagangan mengalami peningkatan omzet
bagi para pedagang pasar. Setiap karena mendapatkan lokasi dan
pedagang bisa mengajukan pinjam- posisi selter/kios yang strategis se-
an dana hingga Rp 5 juta dengan hingga mudah diakses oleh calon
bunga 3 persen. Pinjaman tersebut pembeli. Sedangkan PKL lain
harus dilunasi dalam jangka waktu relatif tidak mengalami perubah-
maksimal dua tahun. an pendapatan karena hanya
sekadar didatangi pelanggan
Serba-serbi Paska tetapnya. PKL yang ditata dengan
Penataan konsep selter artinya mereka tidak
Program penataan yang dilakukan mengalami perpindahan lokasi
Pemkot Solo, sedikit demi sedikit sehingga tetap mudah ditemukan
mulai dirasakan dampaknya baik para pelanggannya. Namun ada
oleh para PKL maupun masyarakat juga beberapa PKL yang mengala-
secara umum. Namun hingga tahun mi penurunan penghasilan, tetapi
2008, program penataan PKL belum masih tetap bisa bertahan untuk
bisa dilakukan menyeluruh. Hal berjualan di tempat semula. Para
ini terkait dengan keberadaan PKL PKL yang mengalami penurunan
yang sebagian besar (92,52%) telah omzet, terkait dengan minimnya
menetap di tempat-tempat tertentu fasilitas pasca penataan, seperti
bahkan secara permanen (Solo Pos, tempat parkir yang belum terse-
19 Juli 2008). Sebagian PKL telah dia khusus sehingga pembeli
menetap dilokasi tertentu karena kesulitan memarkir kendaraan-
strategis untuk aktivitas jual beli. nya, tidak tersedianya penutup
Terdapat beberapa poin penting (tenda atau tirai) di kios-kios
yang perlu diperhatikan pemerin- penjual makanan sehingga pem-
tah pasca pelaksanaan program beli merasa kurang nyaman untuk
penataan, seperti yang diuraikan di makan. Pedagang makanan hanya
bawah ini: diperbolehkan menggunakan
1. Strategi penataan belum sepenuh- payung. Kondisi terburuk dialami
nya menjamin peningkatan beberapa PKL yang terpaksa me-
pendapatan PKL. Hal ini ter- nutup kiosnya karena lokasi yang
bukti dari bervariasinya tingkat kurang strategis.
tidak. Sebagai contoh, kasus sel- tarik dari keberadaan sektor infor-
ter/kios yang ditinggalkan PKL mal PKL di Kota Solo antara lain
karena lokasinya yang kurang adalah:
strategis, ataupun karena desain- 1. PKL telah terbukti mampu men-
nya kurang sesuai dengan karak- jadi katup pengaman sosial se-
teristik dagangan PKL. jak krisis moneter tahun 1997,
5. Penataan PKL melalui tindakan dengan mampu mengurangi
relokasi mendorong muncul- pengangguran dan menyediakan
nya sentra perdagangan baru. lapangan pekerjaan yang cukup
Kawasan Semanggi semakin memadai bagi warga Solo dan
terlihat lebih ramai dan sema- warga di kabupaten-kabupaten
rak setelah dibangunnya pasar sekitarnya.
klithikan Notoharjo. Bahkan 2. PKL menjadi salah satu aset per-
bisa dikatakan, kawasan ini men- ekonomian penting di Kota Solo.
jadi sentra perdagangan karena Keberadaan PKL mampu mem-
selain terdapat pasar klithikan, berikan kontribusi terhadap PAD,
juga ada pasar ayam, pasar besi, sehingga ke depannya keberadaan
dan sub terminal. Pandangan mereka bisa dioptimalkan.
negatif masyarakat di masa lalu 3. Kebijakan penataan PKL yang
terhadap kawasan Semanggi yang dilakukan dengan cara-cara per-
menjadi pusat pelacuran, juga suasif dan melibatkan PKL secara
kian memudar setelah lokalisasi langsung dalam menentukan
tersebut ditutup dan diganti pasar nasibnya, terbukti cukup sukses
klithikan yang mencapai luas 1,2 dilaksanakan tanpa menimbul-
hektar. kan konflik dan kekerasan.
4. Penataan PKL dengan memanfaat-
Kesimpulan kan aset daerah, misalnya memasuk-
Dari pengalaman penataan sek- kan ke pasar tradisional, menjadi
tor informal PKL di Kota Solo, ada salah satu solusi karena keterbatasan
beberapa hal yang bisa dijadikan areal dan penyesuaian dengan Ren-
pembelajaran, terutama untuk Pem- cana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kot Solo, sebagai pertimbangan peng- Kota Solo.
ambilan kebijakan dalam penataan 5. Pembinaan dalam beberapa hal,
sektor informal di masa yang akan misalnya permodalan, pengelola-
datang. Kesimpulan yang dapat di an dagangan yang higienis dan
Daftar Rujukan
Sj Sumarto, Hetifah. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif
dan Partisipasif di Indonesia, Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Handayani, Suci. 2006. Pelibatan Masyarakat Marginal dalam Perencanaan dan
Penganggaran Partisipatif, Kompip Solo.
Ahmad Helmi Fuady, Dati Fatimah, Rinto Andriono,Wahyu W.Basjir.2002. Memahami
Anggaran Publik. IDEA Press.
Syamsul Hadi Thubany, Ismail Amir, Muhimmudin. 2004. Partisipasi Semu Keterlibatan
Warga dalam Pembangunan Desa. Bina Swagiri.
Mubyarto. 2001. Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi. BPFE Yogyakarta.
FPPM. 2004. Prosiding Pertemuan Perencanaan Strategis FPPM 2004 Peta Pengembangan
Partisipasi Masyarakat, FPPM.
Surat Kabar:
Solo Pos, 14 Juli 2008.
Solo Pos, 19 Juli 2008.
Dokumen:
Suci Handayani. 2004-2006 .Catatan lapangan CO.
Suci Handayani. 2004-2006. Notulensi pertemuan.