Anda di halaman 1dari 10

KOTA

SIBOLGA
IDENTIFIKASI BENTUK DAN POLA SPASIAL KOTA

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kota selalu bertumbuh serta berkembang sesuai aktifitas masyarakat yang ada pada kota
tersebut. Namun perkembangkan kota juga tidak terlepas dari kehidupan sosial, ekonomi,
budaya dan politik yang melatar belakanginya. Budaya merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan images dari citra kota dapat berubah. Masyarakat kota dengan latar belakang
tertentu dari pola hidup tradisional hingga modern mempengaruhi perubahan dalam bentukan
kota.
Keberadaan kota tidak lepas dari sejarah awal perkembangan, kondisi saat ini, serta wajah
kota di masa yang akan datang. Perkembangan kota sangat berkaitan dengan fungsi waktu, hal
ini mengingatkan kita pada masalampau yaitu aspek kesejarahan memegang peranan yang
sangat penting dalam membentuk morfologi kota (Mumford,1967). Bentuk kota bukan hanya
sekedar produk, tetapi jugamerupakan proses akumulasi menifestasi fisik dari kehidupan non
fisik, yang dipengaruhi olehsistem nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa
pembentukannya (Danisworo,1989).
Kota di Indonesia mempunyai kecenderungan menghilangkan ciri karakter historis
peninggalan zaman Hindu-Budha dan memunculkan “ketunggal-rupaan” arsitektur kota
(Budiarjo,1984). Hal ini disebabkan oleh diabaikannya aspek kesejarahan pembentukan kota
sehingga kesinambungan sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat pengendalian
perkembangan yang kurang memperhatikan aspek morfologi kawasan.
Dahulu kota-kota bekas kolonialisme akan membentuk sesuai dengan sifat kolonial yang
masuk apabila dahulu kolonial yang masuk dengan kepentingan menyebarkan agama maka
bentuk-bentuk kota yang ada akan ditemukan banyak candi-candi atau tempat ibadah seperti
masjid dan gereja. Namun jika kolonial yang masuk dengan kepentingan melakukan
perdagangan maka bentuk kota akan menjalar kearah pelabuhan atau banyak bangunan-
bangunan di dekat pesisir karena menyedian atau sarana pengirimanan barang dilakukan di
sekitar pesisir.

2
Kota Sibolga pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, pada abad sembilan belas
didirikan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang, karena Bandar di Pulau Poncan Ketek
dianggap tidak akan dapat berkembang. Disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak
memungkinkan menjadi Kota Pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar
muat barang tetapi juga akan berkembang sebagai Kota Perdagangan. Akhirnya Bandar Pulau
Poncan Ketek mati bahkan bekas-bekasnya pun tidak terlihat saat ini. Sebaliknya Bandar Baru
yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi Kota Pelabuhan dan Perdagangan.
Namun dari apa yang terjadi bentuk-bentuk kota justru terbentuk akibat aktivitas aktif yang
terjadi di Kota Sibolga.

b. Tujuan dan Sasaran


Tujaun penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan serta menganalisis
perubahan bentuk kota akibat aktivitas atau sejarah yang ada pada Kota Sibolga. Sedangkan
sasaran penulisan makalah ini untuk mengatahui aktifitas-aktifitas pembentuk kota dapat
membawa pengaruh dalam aspek sosial, ekonomi, serta politik yang ada.

c. Manfaat
Manfaat makalah ini untuk meningkatkan aktivitas-aktivitas pembentuk kota yang
membawah pengaruh positif dalam berbagai aspek salah satunya ekonomi.

d. Batasan
Makalah ini mempunyai batasan pembahasan tentang mulai dari sejarah kolonial yang
mempengaruhi bentuk Kota Sibolga, Identifikasi pola morfologi yang ada dan analisa
morfologin sesuai bentuk dan sejarah Kota Sibolga.

3
BAB II
TINJAUAN PUSAKA

Suatu kota dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya akan mengalami perkembangan
atau perubahan dari waktu ke waktu. Aktivitas sosial, ekonomi, bahkan politik di suatu kota
dapat mempengaruhi bentuk dan struktur kota yang ada dan sudah lama terbentuk. Aktivitas-
aktivitas yang dilakukan tersebut pasti membutuhkan lahan. Jika suatu kota dibangun tanpa
perencanaan yang baik maka penggunaan lahan tersebut secara langsung akan mengakibatkan
bentuk dan struktur kota yang baru, dan ini akan berpengaruh pula pada aspek lain di dalam
kota tersebut.
Pemahaman terhadap bentuk dan struktur kota dapat digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik suatu kota yang dapat membantu memperlancar jalannya proses perencanaan
kota dalam rangka mencari solusi permasalahan kota. Dalam tulisan ini akan dipaparkan
ringkasan literatur mengenai definisi, bentuk dan struktur kota dengan harapan bahwa arti
penting yang berkaitan dengan perencanaan kota akan dapat mudah dipahami. Bentuk kota
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota, selain bentuk
terdapat pola kota. Pola suatu kota dapat menggambarkan arah perkembangan dan bentuk
fisik (morfologi) kota. Adapun ekspresi keruangan morfologi kota secara umum dapat dibagi
menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14).
Dalam hal ini Kota Sibolga masuk dalam berbentuk Branch (cabang) karena cabang-cabang
yang terpusat pada jalan jalur utama pusat itu menjadi lokasi perdagangan .Sedang pola Kota
Sibolga adalah Radio konsentris (Ring Radial).

a. Pola Kota Radio konsentris (Ring Radial)


Bentuk kota ini memiliki pusat di tengah kota dengan tujuan agar dapat melayani
daerah sekitarnya dari segala arah. Pola ini biasanya diterapkan pada kota-kota
kerajaan. Ciri khas utama teori ini adalah adanya kecenderungan, dalam perkembangan
tiap daerah dalam cenderung memperluas dan masuk daerah berikutnya (sebelah
luarnya). Prosesnya mengikuti sebuah urutan-urutan yang dikenal sebagai rangkaian
invasi (invasion succesion). Cepatnya proses ini tergantung pada laju pertumbuhan
ekonomi kota dan perkembangan penduduk.

b. Realisasi Pola Radio Konsentris pada Kota Sibolga


Kota Sibolga pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia Kota Sibolga menjadi
ibukota Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi
beberapa “Luka atau Bupati”. Hal ini sedikit mencomtoh dari kehidupan kerajaan. Disisi
lain perkembangan ekonomi dalam perdagangan sangat berpengaruh pada Kota Sibolga
akibat keberadaan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi
Kota Pelabuhan dan Perdagangan

4
BAB III
METODE PENELITIAN

a. Data dan Sumber data


Data yang ada dalam penulisan makalah ini merupakan deskripsi bentuk dan pola kota
yang merupakan penjabaran dari kota yang bersifat ekonomi dan berbasis kepelabuhan
serta perdangan sebagian besar merupakan penjabaran dari bentu kota tidak kompak
(Yunus , 2000: 14), yaitu bentuk cabang dan berpola radio konsentris.

b. Metode Analisis
- Diachronic reading (loecky and vermeulen)
Penggunaan analisis ini karena periode perubahan periode kota yang ada
mempengaruhi bentuk kota, pengaruh serta dinamika aspek fisik yang ada,
perubahan kota yang terjadi merupakan ciri morfologi kota serta perubahan yang
ada membawa pada kemajuan kota di setiap aspeknya.
- Synchronic reading (loeckx and vermeulen)
Penggunaan analisis karena perlunya pertimbangan dan pemamntauan terhadap
aspek sosial, ekonomi dan politik, mengetahui kronologi kejadi tepat pengaruh
perubanan terjadi, pendeskripsian perubahan bentuk kota sesuai gambar yang ada,
mengertahui perubahan lambat yang berpengaruh pada kestabilan serta
mengetahui beberapa aktivitas yang mengakibatkan perubahan.

5
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran umum wilayah


Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Jaraknya lebih kurang 344 km dari
Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota ini berada pada sisi pantai Teluk
Tapian Nauli menghadap ke arah lautan Hindia. Bentuk Kota memanjang dari Utara ke
Selatan mengikuti garis pantai. Sebelah Timur terdiri dari gunung dan sebelah Barat
adalah lautan. Lebar kota yaitu jarak dari garis pantai ke pegunungan sangat sempit
hanya lebih kurang 500 meter sedangkan panjangnya adalah 8.520 km. Karena
sempitnya daratan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akhirnya banyak
tepian pantai yang ditimbun manjadi daratan untuk dijadikan lahan pemukiman.

Wilayah pemerintahan Kodya Sibolga seluas 1077,00 Ha yang terdiri dari 889,16 Ha
(82,5 %) daratan, 187,84 Ha (17,44 %) daratan Kepulauan dan 2.171,6 Ha lautan.
Daratan kepulauan yang termasuk dalam kawasan Sibolga yaitu Pulau Panjang, Pulau
Sarudik, Pulau Poncan Gadang (Besar), dan Pulau Poncan Ketek (Ketek). Melihat kondisi
geografis kota Sibolga yang mempunyai lautan yang luas tersebut, dapat dipastikan
bahwa mayoritas mata pencaharian dari penduduk Sibolga adalah nelayan. Di samping
itu, mata pencaharian dari penduduk kota Sibolga adalah pertanian. Sementara itu,
sungai-sungai yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga antara lain, Sungai Aek Doras,
Sungai Sihopo-hopo, Sungai Muara Baiyon, dan Sungai Aek Horsik. Pelabuhan Kota Sibolga
cukup ramai disinggahi kapal-kapal yang akan menuju pulau Nias. Hal tersebut juga sedikit
banyak mempengaruhi banyaknya masyarakat dari luar Kota Sibolga yang datang merantau ke
daerah ini.

b. Analisis bentuk Kota Sibolga


Sibolga merupakan sebuah kota bahari yang terletak di pantai barat Sumatera. Dahulu,
Sibolga hanyalah sebuah dusun kecil yang berada di pinggir sungai Aek Doras. Tetapi seiring

6
perjalanan waktu, Sibolga tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Adapun
hasil bumi yang diperdagangkan meliputi, karet, kopi, kemenyan, rotan, rempah-rempah
dan komoditi lainnya. Barang-barang perdagangan ini berasal dari Sibolga maupun dari
daerah di sekitarnya. Wilayah ini merupakan suatu tempat yang sering dikunjungi oleh para
pelaut yang datang dari dalam maupun luar pulau Sumatera untuk melakukan perdagangan.
Jelasnya Sibolga merupakan sebuah kota pelabuhan.

Perdagangan yang terjadi di wilayah Sibolga tidak hanya dengan orang-orang yang
berasal dari wilayah Sibolga atau luar wilayah Sumatera, akan tetapi juga dengan bangsa
asing yang datang ke Sibolga. Perdagangan itu semakin berkembang dan ramai dengan
singgahnya kapal-kapal asing dari Eropa, di antaranya, Portugis, Inggris, Tiongkok, Siam, dan
Birma untuk membeli rempah-rempah dan komoditas pertanian lainnya. Ini yang
menjelaskan bentuk kota Sibolga yang bergerak sesuai dengan aktivitas perdagangan yang
ada. Hal ini yang membawa perkembangan yang besar dalam segi ekonomi kepada Kota
Sibolga. Morfologi tersebut sudah terbentuk sejak kolonial belanda yang memulai aktifitas
kepelabuhanan dan perdagangan yang sampai saat ini terus berkembang.

Aktifitas yang tertatanam tersebut juga berkembang sesuai dengan aspek yang ada
dimana dalam bidang sosial dengan membangun komunikasi dengan kota atau bahkan
Negara lain dengan melakukan interakdi dalam perdagangan sekaligus meningkatkan
pendekatan sosial, dalam bidang ekonomi merupakan pendapata masyarakat Sibolga
sendiri dimana mata pencarian warga sebagain besar bergantung pada aktivitas perdaganan
yang dilakukan, dan terakhir pada aspek politki menandakan Kota Sibolga pernah menjadi
ibukota Keresidenan Tapanuli pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia di bawah
pimpinan seorang Residen.

c. Identifikasi Pola Morfologi


Bentuk Kota Sibolga sendiri itu bercabang menuju ke jalan pusat. Hal ini terjadi katena
perdagangan yang dilakukan menjalatr mulai dari arah pelabuhan sampai ke bagian pusat

7
kota membentuk cabang-cabang yang berpusat akibat akitifitas aktif yang dilakukan oleh
masyarakat merupakan bagian dari pergerakan bentuk kota sedemikian rupa.

Peta Kota Sibolga terupdate :

Sumber :https://search.yahoo.com/search;_ylt=AwrTcXWEev9Z_qkAww6JzbkF?p=peta+tata+guna

8
BAB V
KESIMPULAN

Bentuk dan pola Morfologi Kota Sibolga sebenarnya sangat dipengaruhi oleh
aktivitas-aktivitas kegiatan yang ada pada Kota Sibolga sendiri dimana ada aktivitas
kepelabuhanan dan perdaganagan yang terjadi mengakibatkan a bentuk kota tersebut
akan membentuk sesuai kebutuhan yang ada pada kota tersebut. Baik dengan sejarah
maupun bentuk fisik juga menjadi faktor-faktor penting dalam terbentuknya pola dan
bentuk morfologi Kota Sibolga sesuai analisis yang ada.

9
Daftar Pustaka :
1. Gandewa Divo. 2005. SIBOLGA NAULI Dalam Aneka Pesona dan Peluang Investasi,
Sibolga. Hal 15
2. Amandus Jong Tallo, 2014. Identifikasi Pola Morfologi Kota Kecamatan Klojen,
Malang. vol. 25, no. 3, hlm. 213-227
3. Arief652. 2011. Geomorfologi Sumatera.
(https://arif652.wordpress.com/2011/01/05/geomorfologi-sumatera/), diakses 28
Oktober 2017)
4. Budiharjo, Eko. (1984) Arsitektur dan Kota di Indonesia, Bandung: Alumni
5. Markus, Zahnd. (1999) Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.
6. Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Kota Sibolga.
(2017http://www.sibolgakota.go.id/index.php/profil/sejarah-kota), diakses 3
November 2017
7. Jelekokeblog . 2014. Ekologi Kota. (http://jelekoke.blogspot.co.id/2014/03/teori-
konsetris-dan-teori-sektor-dalam.html), diakeses 3 November 2017

10

Anda mungkin juga menyukai