PENDAHULUAN
1
bervariasi adanya. Morfologi sendiri dalam artian luas adalah
ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah terbentuknya
pola dan struktur ruang suatu wilayah atau kota serta
perkembangan suatu wilayah atau kota mulai awal terbentuknya
kota tersebut hingga munculnya daerah-daerah hasil ekspansi
kota tersebut. Kota dalam perjalanan sejarahnya telah dan akan
membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk
perubahan sosial-budaya masyarakat yang membentuknya.
Perkembangan dan bentuk kota merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan di dalam melihat suatu kondisi
perkotaan dalam hal ini ditinjau dari perubahan morfologi
kota.
Salah satu pola morfologi yang akan dibahas pada tulisan
ini adalah morfologi kota Jayapura. Kota Jayapura merupakan
kota yang cukup tua dan memiliki perubahan morfologi yang
cukup besar sejak zaman pemerintahan Belanda, sempat dijadikan
basis pertahanan Amerika Serikat pada perang dunia ke-2, namun
bentuk dan kekhasan yang ditinggalkan pada saat zaman Belanda
telah tergerus oleh perubahan sosial – budaya dan diabaikannya
aspek kesejarahan pembentukan kota sehingga kesinambungan
sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat
pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan aspek
morfologi kawasan.
Kota Jayapura terbentuk pada tahun 1910 dengan nama
Hollandia. Berdasarkan besleit (surat keputusan) Gubernur
Hindia Belanda No. 4 tanggal 28 Agustus 1909 kepada Asisten
Residen di Manokwari, diperbantukan satu detasemen yang
terdiri dari 4 perwira dan 80 tentara. Detasemen ini
diperbantukan terutama untuk mengadakan persiapan bagi komisi
pengaturan perbatasan antara Belanda-Jerman yang akan
melakukan tugasnya pada tahun berikutnya. Kota Jayapura pada
fungsi awalnya masuk dalam pemerintahan Belanda yaitu sebagai
wilayah pertahanan militer dan wilayah pemerintahan, sebagian
wilayah lainnya digunakan sebagai permukiman, sarana sosial
dan kesehatan, serta pendidikan. Proses perkembangan morfologi
kota Jayapura melalui proses organis, dimana proses organis
merupakan proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan
2
sendirinya. Proses perubahan morfologi yang terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk
dari tahun 2015 ke 2016 yaitu sebesar 5.296 jiwa yang
menyebabkan jumlah kebutuhan akan lahan meningkat, juga adanya
peningkatan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi selama kurun
waktu 2012 sampai 2016 didominasi oleh sektor konstruksi dan
Real Estate dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar
14,21 persen dan 13,76 persen. Dengan adanya perubahan-
perubahan kenampakan fisik yang terjadi di kota Jayapura
seiring berjalannya waktu, maka penelitian ingin memberikan
gambaran mengenai perubahan pola morfologi kota Jayapura.
Tujuan
Sasaran
3
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1. Ruang Lingkup Materi Penelitian
4
yang lain. Terdapat lima elemen yang dapat dipakai untuk
mengungkapkan citra kota yaitu path, edge, district, node dan
landmark.
Setelah itu melakukan identifikasi dan analisis dari
kondisi kota Jayapura saat ini dan beberapa tahun yang lalu.
Maka dari hasil tersebut akan muncul pola morfologi kota
jayapura saat ini dan proses perubahannya.
5
BAB II
METODE PENELITIAN
6
Dengan maksud menganalisa berdasarkan karakteristik kegiatan-
kegiatan dalam ruang yang mempengaruhi faktor fisik suatu kota
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan dan bentuk-bentuk fisik
lingkungan yang diakibatkan oleh faktor non fisik dari
terbentuknya suatu morfologi kota. Analisa ini dilakukan untuk
mendapatkan suatu keluaran berupa pola morfologi kota Jayapura
ysng dilihat berdasarkan unsur-unsur morfologi kota. Untuk
menemukan keluaran tersebut, maka diperlukan beberapa analisa,
diantaranya analisa figure ground, linkage dan place. Dari ketiga
analisa tersebut maka dapat digunakan untuk menemukan pola
morfologi kota Jayapura, yang dilihat dari elemen pembentuk
morfologi kota dan unsur-unsur morfologi kota.
Tahap-Tahap Penelitian
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Bentuk Data
No. Sasaran Variabel Indikator dan Jenis Sumber
Data
8
1.
1. Penggunaan
Mengidentifikasi
lahan
bentuk pola a. Mencari
2. Pola-pola
morfologi Kota data pada
jalan
Jayapura dinas-
3. Tipe-tipe
brdasarkan dinas
bangunan Observasi
bentuk-bentuk terkait
4. Bentuk Deskriptif lapangan
ekspresi b. Melakukan
keruangan Peta dan Dinas
keruangan dari observasi
kota terkait
morfologi kota c. Melakukan
Jayapura
dan unsur-unsur pencarian
5. Citra Kota
morfologi kota data di
Jayapura
secara umum internet
6. Jumlah
serta citra kota
Penduduk
2. Mengidentifikasi Observasi
morfologi kota lapangan
Jayapura dan Dinas
khususnya terkait
kawasan pusat
kota, yaitu
kecamatan 1. Citra
Jayapura Utara Satelit
a. Melakukan
dan kawasan Kota
pencarian
Abepura yang Jayapura
data di
juga merupakan 2. Citra
internet Gambar
salah satu Satelit
b. Melakukan
kecamatan dengan Kawasan
observasi
berbagai pusat Jayapura
perdagangan Utara dan
barang dan jasa. Kawasan
Yang mana akan Abepura
diambil dari
tahun 2008 ke
tahun 2018
dengan interval
2 tahun.
3. Mengidentifikasi 1. Penggunaan a. Mencari
faktor-faktor lahan data pada
yang 2. Topografi dinas-
mempengaruhi 3. Sosial dinas
Observasi
perkembangan Budaya terkait
Deskriptif lapangan
morfologi Kota b. Melakukan
Peta dan Dinas
Jayapura. observasi
terkait
c. Melakukan
pencarian
data di
internet
Sumber : Penulis 2019
9
Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti
menggunakan data primer dan data sekunder.
Data Primer merupakan data yang diambil langsung
dilapangan melalui pengamatan, sebagai berikut:
1. Wawancara
Sudjana menyatakan bahwa wawancara adalah proses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara
pihak penanya dengan pihak yang ditanya atau penjawab. Pada
penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara terhadap
dinas-dinas terkait.
2. Observasi
Definisi observasi adalah pengamatan, pengawasan,
peninjauan, penyelidikan, riset. Sedangkan menurut Cartwright
& Cartwright seperti yang dikuti Haris Herdiansah
mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat,
mengamati, mencermati serta merekam perilaku secara sistematis
untuk suatu tujuan tertentu. Dalam penelitian ini peneliti
akan mengamati perubahan penggunaan lahan, pola jaringan
jalan, serta tipe-tipe bangunan dan juga pengamatan terhadap
citra kota Jayapura saat ini yang disesuaikan dengan data
sekunder.
3. Dokumentasi
Dokumentasi cara mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan tanskip, buku-buku, surat kabar,
majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumen
tersebut dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Hal ini dilakukan untuk memperkuat
data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.
10
Sedangkan data s3kunder adalah data yang tidak
diambil langsung di lapangan tetapi dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Studi literatur atau mencari bahan pustaka yang
menunjang seperti literatur di perpustakaan, Internet,
Jurnal, dan untuk analisis yang lebih mendekati kondisi
eksisting.
2. Mencari data berupa peta administrasi dan peta lokasi
daerah penilitan yang dapat diambil melalui citra satelit.
11
dengan mengikuti arus lalu lintas utama. Path pada kawasan Kota
Jayapura dapat dilihat dengan jelas yaitu pada jalur-jalur
sirkulasi utama yang menghubungkan setiap kawasan dalam kota
mulai dari Pasir Dua hingga Waena. Path yang mudah dikenali
merupakan path yang sering dilalui oleh masyarakat karena berada
di pusat kota, pusat perdagangan dan pusat pemerintahan. Path
utama di pusat Kota Jayapura adalah Jalan Ahmad Yani, Jalan
Percetakan dan Jalan Sam Ratulangi. Jalan Ahmad Yani dan Jalan
Percetakan mudah dikenali karena merupakan jalan di sepanjang
pusat perdagangan dan jasa. Sedangkan Jalan Sam Ratulangi adalah
jalan yang menuju ke luar kawasan pusat kota. Jalan ini juga
mudah dikenali dengan adanya tanaman pengarah di median jalan
sebagai pemisah jalur yang kuat. Di luar pusat kota jaringan path
yang ada menyesuaikan dengan kondisi topografi, yang mana
merupakan perbukitan. Path utama di kawasan abepura adalah jalan
raya yang menghubungkan kotaraja sampai ke waena.
Gambar 2.1 Jalan Sam Ratulangi, salah satu path utama di pusat
kota Jayapura
12
batas yang menghubungkan dua kawasan seperti pada batas-batas
distrik maupun batas dengan Kabupaten Jayapura dan Keerom.
Selain itu, edge juga dapat berupa batas yang tercipta dari adanya
kondisi topografi, yaitu dari perbedaan antara pegunungan atau
dataran tinggi dengan daerah dataran rendah. Hal ini banyak dijumpai
di Kota Jayapura karena kondisi to-pografinya yang sangat
bervariasi. Edge pada Kota Jayapura juga dapat dilihat pada batas
antara tepi laut dengan daratan.
Edge yang ada di Kota Jayapura juga berupa sungai/kali yaitu Kali
Anafre yang merupakan ba-tas antara Distrik Jayapura Selatan dan
Jayapura Utara, dan Kali Acai yang merupakan batas antara Distrik
Jayapura Selatan dan Abepura. Sedangkan edge yang merupakan
pengakhiran atau pembatas antara Kota Jayapura dengan Kabupaten
Keerom dan Kabupaten Jayapura dapat dilihat berupa tugu yang berada
di perbatasan kedua wilayah tersebut.
14
Karakter tiap komponen ini menjadi masukan dalam analisis bentuk
morfologi kota Jayapura.
Penggunaan Lahan.
Luas Persentase
No Penggunaan Lahan 2
(Km ) (%)
1 RTH Publik 10,97 71
2 Permukiman 3,55 23
3 Perdagangan dan Jasa 0,1 0.6
4 Pertahanan & Keamanan 0,19 1.2
5 Perkantoran 0,29 1.9
6 Industri 0,018 0.1
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
yaitu Ground Plan (pola jalan, blok bangunan), bentuk bangunan (tipe
bangunan) dan utilitas lahan/bangunan. Analisa bentuk kota meliputi:
17
Gambar 3.2 Model Teori Struktural
b. Analisa Linkage
Ada tiga macam cara penghubung, yaitu linkage visual, linkage
struktural, serta linkage bentuk kolektif. Semua bentuk
tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagai
generator kota.
c. Analisa Place
Pada analisa ini akan dibahas mengenai makna sebuah kawasan
sebagai sebuah tempat perkotaan. Analisa Place pada penelitian
ini adalah analisa konteks kota dan citra kota yang terdiri
dari path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), node
(simpul), landmark (tengeran). (Lynch, 1969).
Kevin Lynch (dalam Zahnd, 1999) mengemukakan tentang
gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata
pandangan masyarakatnya, yang dikenal dengan citra kota. Dalam
risetnya, iahbjirrr menemukan betapa penting citra men-tal itu
karena citra yang jelas akan memberikan banyak hal yang sangat
penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk
19
berorientasi den gan mudah dan cepat disertai perasaan
nyaman karena tidak merasa tersesat, identitas yang kuat
terhadap suatu tempat, dan keselarasan hubungan dengan tempat-
tempat yang lain. Terdapat lima elemen yang dapat dipakai
untuk mengungkapkan citra kota yaitu path, edge, district,
node dan land-mark.
Path (jalur) adalah rute-rute sirkulasi yang digunakan
orang untuk melakukan pergerakan secara umum, seperti jalan,
lintasan kereta api, gang-gang utama, dan sebagainya. Path
adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Jika
elemen ini tidak jelas maka kebanyakan orang meragukan citra
kota secara keseluruhan.
Edge (tepian) adalah batas atau pengakhiran antara dua
kawasan dan berfungsi sebagai pemutus linier, seperti pantai,
tembok, sungai, topografi dan sebagainya. Edge memiliki
identitas yang le-bih baik jika kontinuitas tampak jelas
batasannya. Demikian pula fungsi batasannya harus jelas mem-
bagi atau menyatukan.
District adalah sebuah kawasan yang memiliki ciri khas
yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam
batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau mamasu-
kinya. Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampi-lannya dan dapat dilihat
homogen.
Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis
dimana arah atau aktifitasnya saling bertemu dan dapat diubah
ke arah atau aktifitas lain, misalnya persimpangan lalu lin-
tas, taman, square, dan sebagainya. Node memiliki identitas
yang lebih baik jika memiliki bentuk yang jelas (karena mudah
diingat) serta tampilannya berbeda dari lingkungannya (fungsi
maupun bentuknya).
Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk
visual yang menonjol dari kota seperti tugu, menara, gedung
tinggi dan sebagainya. Landmark adalah elemen penting dari
bentuk kota karena membantu orang un-tuk mengorientasikan diri
di dalam kota dan membantuk orang mengenali suatu daerah.
Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya
20
jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari
beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada
perbedaan skala masing-masing landmark.
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA JAYAPURA
21
3°58’0,82” Lintang Selatan dan 137°34’10,6“–141°0’8,22” Bujur
Timur. Batas administrasi kota Jayapura sebagai berikut :
Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2017, tercatat sebanyak 293.690 orang atau
bertambah 1,7 persen dari tahun sebelumnya
22
limitasi, daerah kendala dan daerah Potensi, daerah Limitasi
adalah daerah yang sama sekali tidak dapat dikembangkan atau
diolah karena keterbatasan fisik alami, daerah ini memiliki
kriteria: kemiringan lereng > 40 persen, keasaman tanah pH < 5
atau pH > 7, ketinggian tempat >1500 m dpl, curah hujan > 5000
mm/ tahun, daerah ini tergenang terus. Daerah Kendala adalah
daerah yang sulit dikembangkan karena batasan fisik alami namun
mengembangkannya diperlukan biaya besar dan teknologi yang maju,
dengan kriteria: Kemiringan lereng 15 – 40 persen, keasaman tanah
pH 5,1 - 7, daerah ini tergenang secara periodik. Sementara itu,
daerah potensi adalah daerah yang dapat dikembangkan tanpa ada
hambatan kondisi fisik alami, dengan kriteria: Kemiringan lereng
< 15 persen, keasaman tanah pH netral, curah hujan 2.000-2.500
mm/ tahun, daerah ini tidak tergenang.
Adapun terdapat beberapa titik dengan kelerangan mencapai 40
persen yang sebagian besar berada di Distrik Jayapura Uatara dan
Distrik Muara Tami, daerah dengan posisi paling tinggi di Kota
Jayapura terlihat berada di wilayah Distrik Jayapura Utara yaitu
berkisar antara 1300-1600 di atas permukaan laut.
25
genangan air berada daerah Kelurahan Koya Barat, Kelurahan
Waimhorok, dan Kelurahan Waena
Tahun
No. Distrik
2013 2014 2015 2016 2017
1. Muara Tami 11.869 12.018 12.379 12.626 12.854
2. Abepura 77.570 78.441 80.618 82.090 83.457
3. Heram 42.828 43.300 44.481 45.278 46.019
4. Jayapura Selatan 71.178 72.026 74.112 75.534 76.848
26
5. Jayapura Utara 69.099 69.909 71.900 73.258 74.512
27
Sex Ratio
116
115
114 114
113
112 112
110 110
108
106
2012 2013 2014 2015 2016
29
BAB V
JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
Pada bab ini menguraikan tentang jadwal pelaksanaan tugas akhir melalui tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Hari Bulan
April Mei
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
30
Keterangan Warna :
31
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
32