1 (2020)
Abstract
This study aims to find out about the Implementation of the DKI Jakarta Governor's Regulation
Regarding the Arrangement and Empowerment of Street Vendors in Setiabudi District, South
Jakarta City. The method used is descriptive and qualitative methods, then the data analysis is
carried out systematically and examines the problem examined. Results of research on
Implementation of DKI Jakarta Governor's Regulation Regarding Structuring and Empowering
Street Vendors in Setiabudi District, South Jakarta City. It can be concluded that the Setiabudi
District has cooperated and coordinated with other agencies or ethnic groups that are involved in
the arrangement of street vendors in order to achieve the objectives of the Governor Regulation
that has been set. Empowering street vendors conducted by Setiabudi District by conducting
coaching activities such as socialization and training conducted by the Setiabudi District KUKMP
Office, the private sector which cooperates with the UMKM Office on how to sell well,
bookkeeping, and others.
Keywords: Implementation, Structuring, Empowerment
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Implementasi Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Pada Kecamatan Setiabudi Kota
Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kualitatif, maka
analisis data yang dilakukan secara sistematik dan menelaah masalah diteliti. Hasil penilitian
Implementasi Peraturan Gubernur DKI Jakarta Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima di Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Selatan. Dapat disimpulkan Kecamatan
Setiabudi melakukan kerja sama serta koordinasi dengan instansi atau suku dinas lain yang
memang dilibatkan dalam hal penataan pedagang kaki lima agar tercapai tujuan dari Peraturan
Gubernur yang sudah ditetapkan. Pemberdayaan pedagang kaki lima yang dilakukan Kecamatan
Setiabudi dengan melakukan kegiatan pembinaan seperti sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan
oleh Dinas KUKMP Kecamatan Setiabudi, pihak swasta yang berkerja sama dengan Dinas
UMKM mengenai bagaimana cara berjualan yang baik, pembukuan, dan lain-lain.
Kata kunci: Implementasi, Penataan, Pemberdayaan
1
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
pengadu nasib dengan tawaran memiliki berbagai macam produk dari pakaian,
penghasilan yang besar. makanan, hingga keperluan rumah
Kuatnya magnet bisnis di DKI Jakarta tangga.
ini mampu memindahkan penduduk dari Pedagang kaki lima atau biasa
desa berurbanisasi ke kota dalam rangka disingkat PKL adalah istilah untuk
beralih profesi. Penduduk yang datang menyebut penjaja dagangan ditambah
ke DKI Jakarta dari pedesaan untuk yang menggunakan gerobak. Istilah itu
mencari kerja, pada umumnya adalah sering ditafsirkan karena jumlah kaki
urban miskin. Namun demikian, mereka pedagangnya ada lima. Lima kaki
merasakan bahwa kesempatan hidup, tersebut adalah dua kaki pedagang
mendapat pekerjaan dan gaji yang lebih ditambah tiga “kaki” gerobak (yang
baik, lebih memungkinkan daripada jika sebenarnya adalah tiga roda atau dua
mereka tetap tinggal di desa. Tekanan roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL
arus penduduk dari desa ke kota setiap juga digunakan untuk pedagang di
tahun yang semakin meningkat, jalanan pada umumnya. Sebenarnya
berdampak pada kurangnya lapangan istilah kaki lima berasal dari masa
pekerjaan yang disediakan di DKI penjajahan kolonial Belanda. Peraturan
Jakarta. pemerintah Belanda pada waktu itu
Urbanisasi yang tinggi di DKI Jakarta menetapkan bahwa setiap jalan raya
berakibat pada ruang fisik kota, yang yang dibangun hendaknya menyediakan
mulanya lahan kosong diperuntukkan sarana untuk pejalan kaki. Lebar luas
untuk ruang terbuka hijau menjadi untuk pejalan adalah lima kaki atau
beralih fungsi sebagai kawasan sekitar satu setengah meter.
pemukiman, perkantoran, dan Menurut Peraturan Gubernur Provinsi
perdagangan. Keadaan yang demikian DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2015
memperburuk keadaan kota, karena tentang Penataan dan Pemberdayaan
tidak seimbangnya antara kebutuhan Pedagang Kaki Lima Pasal 1 Ayat (18),
dengan ketersediaan lahan sehingga menyebutkan Pedagang Kaki Lima yang
pemukiman kota menjadi kumuh, kotor, selanjutnya disingkat PKL adalah pelaku
padat, tidak mengikuti peraturan usaha yang melakukan usaha
pemerintah dalam membangun, dan perdagangan dengan menggunakan
masyarakatnya miskin. sarana usaha bergerak maupun tidak
DKI Jakarta merupakan daerah .bergerak, menggunakan. prasarana kota,
dengan tingkat kemajuan dan perputaran fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan
ekonomi yang tinggi baik dari sektor bangunan milik pemerintah dan/atau
formal maupun informal. Tetapi, dari swasta yang bersifat sementara/tidak
sektor informal yang sangat berpengaruh menetap.
terhadap perputaran ekonomi karena Menurut Peraturan Gubernur Nomor
banyak orang yang datang ke Jakarta 10 Tahun 2015 tentang Penataan dan
untuk mencari pekerjaan tetapi hanya Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima,
memiliki kemampuan yang sangat Peraturan Presiden Republik Indonesia
minim. Pada akhirnya akibat tidak Nomor 125 Tahun 2012 tentang
mendapatkan pekerjaan mereka Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan
menciptakan lapangan pekerjaannya Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan
sendiri yaitu dengan berdagang mulai Menteri Dalam Negeri Republik
dari berdagang menggunakan gerobak Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang
dorong, pikulan, menyewa lapak dan Pedoman Penataan dan Pemberdayaan
lain-lain para pedagang ini menjajahkan Pedagang Kaki Lima dapat disimpulkan
2
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
3
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
4
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
5
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
6
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
7
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
8
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
9
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
10
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
11
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
12
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
13
Public Administration Journal Vol. 4 No. 1 (2020)
14