Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENELITIAN ILMIAH KOTA JAKARTA SELATAN

NAMA:
1.MAHADIA FITRA KUSUMA
2. NASHITA NAZWA MARSHANDA

3. NIKITA LUCREZIA
4.SARAH AULIA
5. SINATRIO SETO WAHYUDI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepadatan penduduk DKI Jakarta semakin meningkat dan kebutuhan terhadap
perumahan semakin bertambah, sementara itu ketersediaan lahan semakin berkurang.
Mahalnya harga tanah untuk membangun rumah horizontal dikota Jakarta, membuat
penduduk yang berpenghasilan rendah dan menengah terpaksa membeli rumah di luar kota
Jakarta. Bersamaan dengan itu, pemukiman kumuh (slum area) masih menjaDI salah satu
permasalahan yang menghantui Jakarta. Hal ini tentunya menuntut perhatian lebih serius
dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat sendiri. Salah satu usaha pemerintah untuk
mengatasi semakin berkurangnya lahan pemukiman dan mengatasi kekumuhan
pemukiman adalah memindahkan masyarakat yang ada di Senayan ke ke kawasan tebet
dahuluTebet diperuntukkan bagi masyarakat yang digusur dari kawasan Senayan tetapi
tanah mereka diperjual belikan ke golongan ekonomi atas. Oleh karena itu, masyarakat
miskin mulai kembali mencari lahan sekitar untuk dijadikantempat tinggal dan inilah
contoh kasus penyalagunaan lahan milik negara. Akan tetapi, pemindahan penduduk
seperti ini tidak dipikirkan dampaknya bagi wilayah tempat tinggal baru mereka.
Berdasarkan dengan adanya segala permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Jakarta,
maka peneliti ingin meneliti dan menemukan sejauh mana implementasi kebijakan
pemerintah DKI Jakarta dalam merelokasi daerah tebet berkaitan dengan upaya mengatasi
dampak kemacetan dan mengurangi keramean di daerah tebet jakarta selatan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah DKI Jakarta merelokasi pemukiman
daerah tebet?
2. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan implementasi kebijakan
merelokasi pemukiman di daerah tebet?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana implemantasi kebijakan pemrintah DKI Jakarta
merelokasi pemukiman di daerah tebet jakarta selatan .
2. Untuk mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
implementasi kebijakan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis:
Untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang bagaimana implemintasi kebijakan
dalam merelokasi tempat tinggal warga tebet. Penelitian ini berkaitan dengan mata
kuliah yang pernah ditempuh atau wajib ditempuh mahasiswa yaitu mata kuliah
“Kebijakan Pub k”
2. Manfaat Praktis:
a. Manfaat bagi instansi terkait: diharapkan mampu menjadi acuan atau rekomendasi
kepada instansi maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan dalam
merelokasi tempat tinggal warga Tebet jaksel yang dilakukan oleh Pemprov DKI
Jakarta.
b. Manfaat bagi pemerintah daerah: diharapkan kepada pemerintah daerah Jakarta
Selatan agar ke depannya lebih memperhatikan warga yang melakukan pemindahan
atau urbanisasi, pendataan baik dari catatan sipil maupun kelurahan harus sesuai
agar tidak terdapat kekeliruan, serta menegakan segala atruan sesuai dengan arah
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
BAB 2
PEMBAHASAN
Jakarta Selatan adalah nama sebuah Kota Administrasi di bagian selatan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Pusat Pemerintahannya berada di Kebayoran Baru. Jakarta Selatan adalah salah
satu dari lima Kota Administrasi di DKI Jakarta. Di sebelah Utara, Jakarta Selatan berbatasan
dengan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Di sebelah Timur berbatasan dengan Jakarta Timur. Di
sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok, dan sebelah Barat dengan Kota Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan.
Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah administrasi di bawah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Selatan terletak pada 106o22’42’’ Bujur Timur (BT)
sampai dengan 106o58’18’’ BT, dan 5o19’12’’ Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan mencapai 141,37 Km² atau mencapai 21,29 % dari luas total
wilayah Provinsi DKI Jakarta. Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki perbatasan
sebelah utara dengan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Di sebelah timur berbatasan dengan
Jakarta Timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok, dan sebelah Barat dengan
KabupatenTanggerang (Ciputat dan Ciledug).
Pada 2021, pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan dibagi ke dalam 10
Kecamatan, yaitu Jagakarsa (24,87 Km²), Pasar Minggu (21,69 Km²), Cilandak (18,16 Km²),
Pesanggrahan (12,76 Km²), Kebayoran Lama (16,72 Km²), Kebayoran Baru (12,93 Km²),
Mampang Prapatan (20.586 Km²), Pancoran (20.828 Km²), Tebet (9,03 Km²) dan Setiabudi
(8,85 Km²). Jumlah penduduk Kota Administrasi Jakarta Selatan pada 2021 adalah sebanyak
2.379.683 jiwa dengan perbandingan 1.191.213 berjenis kelamin perempuan dan sebanyak
1.888.470 laki-laki. Kepadatan penduduk di wilayah ini adalah sebanyak 16.865,17 jiwa/km².
Kota Administrasi Jakarta Selatan mempunyai obyek wisata yang cukup terkenal yaitu
Taman Margasatwa Ragunan. Selain kebun binatang, ada juga Situ Babakan yang sampai saat
ini baru berfungsi sebagai badan irigasi, pemancingan, berenang dan tempat berperahu. Jakarta
Selatan juga menjadi salah satu kawasan bisnis terbesar di Jakarta, salah satunya adalah
Kawasan SCBD (Sudirman Central Business District). Beginilah suasana lanskap kehidupan di
Selatan Jakarta yang terlihat dari ketinggian. Jumlah kepadatan penduduk disana mencapai
angka 15.318,68 jiwa/km2
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN SAAT INI MEMILIKI JUMLAH
PENDUDUK MENCAPAI 2.164.070 JIWA.
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan sidak meninjau kemacetan di
perempatan Fatmawati, Jakarta Selatan (Jaksel) kemarin. Anies ingin menjadikan perempatan
Fatmawati sebagai contoh kawasan yang mesti dilakukan perbaikan.
Pantauan detikcom di lokasi, Jumat (23/9/2022), pukul 20.28 WIB lalu lintas di perempatan
Fatmawati terpantau macet. Terjadi penumpukan kendaraan di depan gedung bank Capital
menuju arah RS Fatmawati saat lampu merah. Penumpukan kendaraan itu terjadi lantaran
kendaraan yang menuju arah RS Fatmawati berhenti hingga ke pinggir bahu jalan. Hal itu
menyebabkan kendaraan yang ingin belok menuju arah KP Rambutan, PS Rebo dan Ragunan
tak bisa melintas. Adu klakson antar pengendara yang tidak bisa melaju untuk belok ke arah
KP Rambutan terjadi lantaran jalanan terhalang kendaraan lain. Para pemotor pun kemudian
maju dan memberikan ruang bagi kendaraan yang ingin berbelok setelah kendaraan lain
membunyikan klaksonnya. Kemacetan di perempatan Fatmawati tepatnya di depan gedung
bank Capital tampak terurai saat lampu hijau. Kendaraan tampak melintas menuju arah RS
Fatmawati dan belok ke arah KP Rambutan dengan lancar saat lampu lalu lintas berwarna hijau.
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan sidak meninjau kemacetan di
perempatan Fatmawati, Jakarta Selatan (Jaksel) kemarin. Anies ingin menjadikan perempatan
Fatmawati sebagai contoh kawasan yang mesti dilakukan perbaikan. Pantauan detikcom di
lokasi, Jumat (23/9/2022), pukul 20.28 WIB lalu lintas di perempatan Fatmawati terpantau
macet. Terjadi penumpukan kendaraan di depan gedung bank Capital menuju arah RS
Fatmawati saat lampu merah. Penumpukan kendaraan itu terjadi lantaran kendaraan yang
menuju arah RS Fatmawati berhenti hingga ke pinggir bahu jalan. Hal itu menyebabkan
kendaraan yang ingin belok menuju arah KP Rambutan, PS Rebo dan Ragunan tak bisa
melintas.
Adu klakson antar pengendara yang tidak bisa melaju untuk belok ke arah KP Rambutan
terjadi lantaran jalanan terhalang kendaraan lain. Para pemotor pun kemudian maju dan
memberikan ruang bagi kendaraan yang ingin berbelok setelah kendaraan lain membunyikan
klaksonnya.
Kemacetan di perempatan Fatmawati tepatnya di depan gedung bank Capital tampak
terurai saat lampu hijau. Kendaraan tampak melintas menuju arah RS Fatmawati dan belok ke
arah KP Rambutan dengan lancar saat lampu lalu lintas berwarna hijau

DKI Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia dan merupakan kota dengan penduduk
paling padat di Indonesia. Pada sensus penduduk tahun 2010 Jumlah penduduk Kota Jakarta
sudah mencapai 9,6 juta orang. Jumlah tersebut dapat diuraikan dari beberapa kota yang ada di
Jakarta. Banyaknya jumlah penduduk DKI Jakarta tidak sebanding dengan luas DKI Jakarta.
Berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 Tahun 2007, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri
dari daratan seluas 662,33 km² termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu danlautan
seluas 6.977,5 km². Itu artinya dalam luas wilayah di Jakarta, setiap satu kilomerternya
ditempati sekitar 15,432.85 jiwa. Padahal menurut kepala BPS provinsi Jawa Barat, batas ideal
kepadatan penduduk dalam setiap satu kilometer persegi ditempati oleh 1.000 orang atau 40
orang per hektar. Kepadatan penduduk yang diluar batas ideal ini menyebabkan minimnya
ketersediaan lahan untuk membangun tempat tinggal yang pada akhirnya menyebabkan
munculnya pemukiman.

Menurut Danang, data jumlah penduduk tahun ini masih belum final. "Belum
diolah. Harus dilakukan beberapa tahapan lagi, yaitu receiving (menerima)
dan batching (mencocokkan)," katanya. Pekan depan BPS akan melakukan validasi.
Proses ini dilakukan untuk mencocokkan data yang didapat agar data tidak tercatat
lebih dari satu kali.
Soal sensus di apartemen, pihaknya mengaku sudah melakukan usaha maksimal.
"Akhirnya kami bisa masuk, tapi dikawal," tutur Danang. Pihaknya pun mengklaim
dapat melakukan pencacahan jiwa di apartemen di seluruh Jakarta Selatan.

Sementara itu, berdasar data BPS, jumlah penduduk miskin belum banyak
berubah, yakni dari 11.377 jiwa pada 2005, lalu turun menjadi 10.061 pada 2008.
Data ini bertahan hingga tahun ini. Sedangkan penerima beras miskin berkurang
hingga 600 Kepala Keluarga tahun ini.

Danang memperkirakan, berkurangnya keluarga miskin ini berkaitan dengan angka


inflasi yang pada 2007 mencapai 6,03 lalu naik pada 2008 menjadi 11,11.

Jakarta Selatan adalah salah satu wilayah administratif ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang dipimpin oleh seorang walikota. Terdiri dari 10
kecamatan, yaitu kecamatan Setia Budi, Tebet, Mampang Prapatan, Kebayoran Baru,
Kebayoran Lama, Cilandak, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Pancoran, dan Jagakarsa.
Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Id.3/I/I/66 tanggal 12
Agustus 1966. Keputusan tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 September 1966.

Anda mungkin juga menyukai