Kelompok
Kelompok 6
Kelas Kewarganegaraan
EE-8
Perkenalan
Anggota Kelompok Enam
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
k t a d a n d a ta
Fa
Banyak pedagang memanfaatkan trotoar untuk memperdagangkan barangnya. Jika kita
melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, kita pun tau bahwa para pedagang tersebut juga
mempunyai hak untuk mencari sumber penghasilan. Menurut Pasal 106(2) UU LLAJ (Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan), pengendara sepeda motor yang melewati trotoar dapat mengganggu
kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki dapat dihukum penjara maksimal dua bulan atau denda
maksimal 500 ribu. Pasal 275 KUHP mengatur bahwa barang siapa melakukan perbuatan yang
mengakibatkan terganggunya rambu-rambu jalan, marka lajur, rambu lalu lintas, fasilitas pejalan
kaki dan alat pengaman bagi pengguna jalan dapat dipidana dengan pidana penjara satu bulan atau
denda paling banyak Rp 250.000.
Secara lebih khusus, hak pejalan kaki diatur dalam Pasal 131 UU LLAJ yang berbunyi: Pejalan kaki
berhak mendapatkan pelayanan bantuan berupa trotoar, tempat penyeberangan dan fasilitas
lainnya, Pejalan kaki memiliki hak jalan saat menyeberang jalan di persimpangan, Jika tempat-
tempat tersebut di atas belum tersedia, pejalan kaki berhak menyeberang di tempat yang
dipilihnya. (DVR-RI, 2009)
Pembahasan
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan bagian penting dari kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat
Indonesia. Mereka memiliki peran yang signifikan dalam menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Namun, di sisi lain, keberadaan PKL
sering kali menjadi kontroversial karena menimbulkan masalah sosial, ekonomi, Membuat Pot Bunga yang
dan lingkungan
Dari Plastik
kompleks. Salah satu masalah yang seringkali muncul terkait PKL adalah masalah legalitas. Banyak
PKL yang beroperasi tanpa izin, sehingga mereka menjadi rentan terhadap tindakan penggusuran
dan penertiban oleh pihak berwenang. Banyak orang yang memilih menjadi PKL karena modal usaha
yang kecil dan fleksibilitas waktu yang dimilikinya. Selain itu, PKL juga dapat menjadi agen
perubahan yang memperbaiki kualitas lingkungan di sekitarnya dengan memasang tempat sampah,
Membuat Pajangan
memperbaiki saluran air, dan melakukan aksi kebersihan lainnya.
Dari Botol
Di banyak kota besar keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu fenomena kegiatan
perekonomian rakyat menengah kebawah. Munculnya fenomema Pedagang Kaki Lima (PKL) ini diiringi
dengan adanya fenomena penggusuran terhadap para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dilakukan
oleh aparat penegak ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, seakan-akan Pedagang Kaki
Lima (PKL) tidak memiliki hak asasi manusia (HAM) dalam bidang ekonomi sosial dan budaya.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dengan menyediakan lahan yang cukup serta solusi
yang berpihak pada para Pedagang Kaki Lima (PKL). Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) sebagai
pelaku perokonian sector informal sering dipandang melanggar hukum dan menimbulkan kekumuhan
kota. Untuk menata dan mengatur sector ini pemerintah kota harus mengeluarkan kebijakan yang
komperehensif bukan dengan melakukan tindakan yang akan menimbulkan akibat lain yang tidak
menyelesaikan permasalahan perekonomian warganya. Keberadaan PKL yang menempati ruang
publik, menjadikannya target utama kebijakan pemerintah sekaligus target pemerasan beberapa
oknum petugas maupun preman jalanan. Maraknya aksi penertiban, selain membuka ruang praktek
korupsi juga membuka praktek penjualan jasa perlindungan, misalnya dengan membocorkan
informasi mengenai jadwal operasi penertiban. Sehingga PKL dapat terhindar dari operasi
penertiban.
Kesimpulan
Dalam meningkatkan kesejahteraan PKL, maka diberlakukannya beberapa kebijakan, seperti
pembagian zona merah, kuning, dan hijau. Zona merah artinya zona tidak ada PKL, zona kuning
artinya zona yang fleksibel (bisa buka atau tutup berdasarkan waktu dan tempat, zona hijau
artinya zona yang boleh terdapat PKL.
Terdapat beberapa hambatan yang dialami pemerintah dalam menertibkan PKL, diantaranya
masih ada PKL yang berjualan di tempat yang tidak seharusnya, masih ada PKL yang belum
tertib dan paham terkait peraturan atau kebijakan dari pemerintah. Selain itu, kurangnya SDM
dan jumlah personil Satpol PP dan kurangnya sarana dan prasarana.
Beberapa inovasi dikeluarkan oleh pemerintah khususnya kota Bandung untuk menertibkan PKL,
diantaranya diberlakukannya hari tertentu tanpa PKL, dibangunnya Skywalk, dan dilakukannya
pendataan PKL.
Saran
Saran yang bisa penulis berikan perlu sekali untuk pemerintah untuk
lebih menertibkan PKL dan menyediakan adanya lahan parkir bagi
pembeli yang ingin membeli dagangan PKL untuk mengurangi kemacetan.
Selain itu, perlu dilakukannya penataan kembali jumlah PKL dan
menyediakan lahan khusus PKL. Maka dari itu, hal ini akan membuat PKL
lebih sejahtera dan pembeli juga merasa nyaman dalam melakukan
transaksi jual beli serta masyarakat lainnya juga tidak mengalami
kemacetan ataupun tidak merasa terganggu akibat berbagai
permasalahan yang mungkin dapat ditimbulkan dengan adanya PKL.
erima Kasih
T