Anda di halaman 1dari 14

Kajian peran PKL terhadap suasana ruang terbuka publik

(studi kasus alun-alun Yogyakarta)

Jurusan Arsitektur, FTSP, Universitas Islam Indonesia


Putri Handayani (19512160)
Email : 19512160@students.uii.ac.id

ABSTRAK

banyak peningkatan akan fasilitas ruang publik yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas masyarakat seiring berjalannya waktu.Salah satu contohnya
yaitu ruang terbuka alun-alun yang dari segi fungsi dapat berdampak terhadap
kebutuhan lingkungan dan sosial. Salah satu contoh yaitu Dominasi kegiatan PKL
yang telah mempengaruhi perubahan kualitas serta citra ruang terbuka kota pada
alun-alun kota yogyakarta, adanya perbedaan aktivitas pengunjung yang cukup
dominan dibeberapa area memungkinkan adanya pengaruh tertentu.namun sejauh
manakah keterkaitan antara PKL tersebut terhadap kualitas dan citra ruang publik
kawasan? pada penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan
dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur jurnal
penelitian terdahulu.

PENDAHULUAN

Krisis ketenagakerjaan merupakan gejala yang melekat pada krisis ekonomi


nasional. Ekonomi Krisis terjadi karena efek yang tidak seimbang antara sektor
moneter dan riil, yaitu fenomena cut-off terjadi antara aliran moneter dan aliran
barang atau jasa. NS Fenomena ketidakseimbangan dipicu oleh spekulasi kegiatan
usaha yang kondisi ekonomi gelembung dunia. Organisasi Buruh Internasional
(ILO) di Amerika Serikat Nation Development (1998) memperkirakan bahwa
populasi kota-kota di negara berkembang akan meningkat menjadi 82,5 juta pada
akhir tahun 1980, pada tahun 2025 dapat mencapai 1,7 miliar orang, berdasarkan
pertambahan penduduk, maka harus ada 228 juta lapangan pekerjaan baru siap.
Sektor informal memberikan banyak lapangan kerja baru, oleh karena itu kebijakan
tentang suatu pengembangan harus diberikan kepada perusahaan yang sedang
mengembangkan dan kewirausahaan untuk sektor informal. Memiliki banyak kota
telah menciptakan masalah besar di kota-kota karena mereka tidak bisa
mendapatkan pekerjaan dengan mudah mencerminkan sejumlah besar orang yang
menganggur. Jumlah pengangguran di kota lebih tinggi daripada di desa. Ini telah
terjadi karena harapan mereka untuk menemukan kehidupan yang lebih baik di kota
tetapi mereka tidak memiliki cukup kualifikasi untuk mendapatkan pekerjaan.
Banyaknya masyarakat perkotaan yang belum mendapatkan pekerjaan berdampak
pada a banyak pengangguran di kota, hanya 30,51% yang bekerja di sektor formal
dan sisanya 68,49% bekerja di sektor informal sebanyak 42 juta unit.
Perkembangan kota metropolitan seperti Jakarta telah memberikan efek domino
bagi lingkungan. Masyarakat/perkotaan yang memiliki keterampilan yang baik
dapat bekerja di sektor formal dan memberikan dampak positif bagi perkembangan
dan kemakmuran masyarakat. Orang-orang yang memiliki standar keterampilan
yang rendah telah bekerja di sektor informal seperti PKL (warung umum) yang
belum memberikan kontribusi apapun nilai tambah bagi kota tetapi merusak
keindahan kota dan menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Tidak mudah untuk mengelola PKL. Program penanganan PKL sebagian akan
membuat baru masalah, tetapi melindungi PKL dapat membuat mereka bergantung
padanya dan menghilangkan swadaya masyarakat mekanisme yang termasuk dalam
kategori buruk. PKL bukan hanya sumber daya pemerintah kabupaten pendapatan
tetapi juga sebagai sumber masalah karena manajemen bisnis yang terbatas, rendah
pendidikan, ketidakpedulian terhadap kebersihan, pemanfaatan tempat umum yang
bukan untuk PKL, lalu lintas selai. Permasalahan tersebut berdampak pada kinerja
PKL itu sendiri. Faktor yang sama memiliki mempengaruhi PKL, sebagai berikut:
a) Sangat sulit untuk menemukan tempat bagi PKL yang berada di sesuai dengan
tata kota sehingga mereka telah menggunakan fasilitas umum. B) pemerintah
dukungan penyediaan lokasi PKL masih belum signifikan. C) bahan baku dan
bahan penolong masih belum dapat diandalkan, d) kompetensi dan keterampilan

tenaga kerja belum berkembang. E) Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan


UMKM belum dilakukan secara komprehensif. F) Upaya untuk meningkatkan
usahanya banyak menemui kendala seperti sulitnya mendapatkan kebutuhan modal
finansial yang mencerminkan ketidakpuasan PKL. Selanjutnya, masalah PKL harus
harus ditangani secara tepat yang mempertimbangkan sudut pandang yang
bervariasi atau holistik untuk memperolehnya saling menguntungkan.
METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian


dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi literatur jurnal penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul jurnal.

STUDI PUSTAKA
PKL
PKL adalah orang yang menawarkan barang atau jasa untuk dijual kepada umum
tanpa memiliki struktur yang dibangun secara permanen tetapi dengan struktur statis
sementara atau kios bergerak (atau head-load). Pedagang kaki lima bisa diam dan
menempati ruang di trotoar atau area publik/pribadi lainnya, atau bisa bergerak, dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil membawa barang dagangan mereka
dengan gerobak dorong atau dalam sepeda atau keranjang di kepala mereka,atau bisa
menjual barang dagangan mereka di bus yang bergerak. Pemerintah India telah
menggunakan istilah 'penjual perkotaan' yang mencakup pedagang dan penyedia
layanan, baik yang tidak bergerak maupun yang bergerak, dan menggabungkan semua
istilah khusus lokal/wilayah yang digunakan untuk menggambarkan mereka, seperti,
jajanan, pheriwalla, rehri- patri walla, jalan setapak dukandar, pedagang kaki lima,
dan lainnya.

Akhir-akhir ini definisi PKL sudah sangat terkenal di Indonesia, terkenalnya PKL bisa
berarti positif atau negatif. Dalam arti positif, PKL telah memberikan kesempatan
kerja dan mempekerjakan banyak orang yang menganggur. Pengangguran semacam
itu orang sudah berusaha kreatif menjadi wirausahawan, menggunakan keuangan
mereka sendiri modal atau tanpa modal finansial. Merekatidak takut berjuang untuk
hidup. PKL punya telah membantu konsumen karena mereka dapat menemukan
barang dan jasa atau hanya hadiah yang sangat cepat ketika mereka melewati daerah
tersebut. PKL kebanyakan jual banyak kemudahan produk sejak konsumen
membelinya berkaitan dengan ketertarikan emosionalmereka misalnya mereka akan
membeli barang tersebut karena mereka menyukainya. Harga barang PKL biasanya
cukup tinggi harga di awal, tetapi konsumen akan menawar semurah mungkin, maka
mereka memiliki mencapai kesepakatan harga. Akhirnya, kedua belah pihak baik
penjual atau pembeli akan mendapatkan keuntungan mereka sendiri sesuai. (Alma,
2006). Dalam arti negatif,PKL telah mengabaikan ketertiban lingkungan, keamanan
dan keamanan,kebersihan, dan kebisingan jelas. Ini menjelaskan ketika ada banyak
PKL maka a gangguan lingkungan, kebisingan dan banyak sampah akan terjadi.
Dalam hal ini, pendidikan disiplin ilmu, regulasi harus diterapkan secara terus
menerus mengacu pada perencanaan yang baik dan Eksekusi total untuk
mengorganisir mereka harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, bukan secara
sporadis eksekusi. Eksekusi sporadis akan membahayakan banyak warga negara kita.
Menerapkan pelaksanaandisiplin secara terus menerus akan dapat mencerdaskan PKL
sekaligus menyelesaikan masalah. Kita harus mengakui bahwa PKL tidak akan pernah
datangdan berakhir, tetapi mereka akan di mana-mana seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, tentu saja mereka lakukan bisnis seperti itu karena kebutuhan
mereka jelas (Alma, 2006).

Akhir-akhir ini definisi PKL sudah sangat terkenal di Indonesia, terkenalnya PKL bisa
berarti positif atau negatif. Dalam arti positif, PKL telah memberikan kesempatan
kerja dan mempekerjakan banyak orang yang menganggur. Pengangguran semacam
itu orang sudah berusaha kreatif menjadi wirausahawan, menggunakan keuangan
mereka sendiri modal atau tanpa modal finansial. Merekatidak takut berjuang untuk
hidup. PKL punya telah membantu konsumen karena mereka dapat menemukan
barang dan jasa atau hanya hadiah yang sangat cepat ketika mereka melewati daerah
tersebut. PKL kebanyakan jual banyak kemudahan produk sejak konsumen
membelinya berkaitan dengan ketertarikan emosionalmereka misalnya mereka akan
membeli barang tersebut karena mereka menyukainya. Harga barang PKL biasanya
cukup tinggi harga di awal, tetapi konsumen akan menawar semurah mungkin, maka
mereka memiliki mencapai kesepakatan harga. Akhirnya, kedua belah pihak baik
penjual atau pembeli akan mendapatkan keuntungan mereka sendiri sesuai. (Alma,
2006). Dalam arti negatif,PKL telah mengabaikan ketertiban lingkungan, keamanan
dan keamanan,kebersihan, dan kebisingan jelas. Ini menjelaskan ketika ada banyak
PKL maka a gangguan lingkungan, kebisingan dan banyak sampah akan terjadi.
Dalam hal ini, pendidikan disiplin ilmu, regulasi harus diterapkan secara terus
menerus mengacu pada perencanaan yang baik dan Eksekusi total untuk
mengorganisir mereka harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, bukan secara
sporadis eksekusi. Eksekusi sporadis akan membahayakan banyak warga negara kita.
Menerapkan pelaksanaandisiplin secara terus menerus akan dapat mencerdaskan PKL
sekaligus menyelesaikan masalah. Kita harus mengakui bahwa PKL tidak akan pernah
datangdan berakhir, tetapi mereka akan di mana-mana seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, tentu saja mereka lakukan bisnis seperti itu karena kebutuhan
mereka jelas (Alma, 2006).

Ruang Terbuka

Ruang terbuka adalah setiap bagian tanah terbuka yang belum dikembangkan (tidak
memiliki bangunan atau bangunan lain yang dibangun) dan dapat diakses oleh
umum. Ruang terbuka dapat mencakup: Ruang hijau (lahan yang sebagian atau
seluruhnya tertutup oleh rumput, pohon, perdu, atau vegetasi lainnya). Ruang hijau
meliputi taman, kebun masyarakat, dan kuburan. Halaman sekolah Taman bermain
Area tempat duduk umum Plaza umum Kavling kosong Ruang terbukamenyediakan
area rekreasi bagi penghuni dan membantu meningkatkan keindahan dan kualitas
lingkungan lingkungan. Tetapi dengan berbagai situs rekreasi ini muncul berbagai
masalah lingkungan yang sama luasnya. Seperti halnya penggunaan lahan lainnya,
cara taman dikelola dapat memiliki dampak lingkungan yang baik atau buruk, dari
limpasan pestisida, pendangkalan akibat penggunaan jalur pendakian dan penebangan
yang berlebihan, dan perusakan habitat.

PEMBAHASAN

alun-alun Yogyakarta adalah tempat yang seharusnya digunakan sebagai kegiatan


aktivitas bagi orang-orang yang ingin mengunjungi alun-alun atau dengan kata lain
tempat ini cocok digunakan sebagai tempat wisata.

Gambar 1. Lokasi
Penelitian Sumber: Google

Namun seiring perkembangan waktu, banyak PKL yang membuka lapak di alun-alun
Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa alun-alun memiliki daya tarik tersendiri bagi
para PKL sehingga ia memilih tempat ini sebagai tempat mereka membuka lapak
jualan mereka. Hal yang menarik dari alun-alun ini adalah mereka ramai pengunjung
sehingga apabila PKL membuka lapak jualan di daerah sekitar alun-alun maka
kemungkinan besar pakan melariskan dagangan mereka. Selain itu, pemandangan
alun-alun Yogyakarta di malam hari dianggap sangat menyejukkan mata sehingga
alun-alun ini yang semula hanya tempat kosong sekarang mampu menciptakan ruang
karena banyaknya pengunjung dan banyaknya PKL yang mengisi tempat tersebut
sehingga tempat tersebut tidak terlihat kosong seperti dahulu. Untukmenertipkan atau
mengatur tata letak antara lapak dagangan antara PKL yang satudengan PKL yang
lainnya maka diperlukan adanya penataan layout.
Pola aktivitas pengunjung di alun-alun dilakukan dengan memanfaatkan desain
lansekap sehingga tercipta kenyamanan bagi pengunjung yang datang ke sana.
Aktivitas pengungjung di alun-alun diantaranya yaitu bermain, jalan-jalan, bersenda
gurai, berkumpul, duduk santai dan berjualan.

Ruang publik harus bersifat responsif, demokratis dan bermakna. Responsif yang
artinya ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan
luas. Pada Kawasan alun-alun tersebut telah terbagi dalam segmen yang memiliki
karakteristik masing-masing pada setiap segmennya.

Pada segmen 1 merupakan area PKL dimana terdapat berbagai pedagang kaki lima
yang berjualan disekitaran jalan,tidak jarang mereka memakai Sebagian bahu jalan
sebagai tempat untuk berjualan yang terkadang menyebabkan kemacetan.

Pada segmen 2 merupakan area sepeda rekreasi sebagai sebuah wahana rekreasi
sepeda sangat disenangi keberadaannya di alun alun kidul. Namun penempatan dan
lokasi parkir sepeda ini tidak diatur dengan baik sehingga sering menimbulkan
kemacetan terutama di jam rama yaitu pukul 20.00-22.00

Segmen 3 merupakan area relaksasi di sekitaran ringin kembar yang merupakan


situs budaya,area ini biasa dijadikan tempat relaksasi,bercengkrama,dll. Lalu
pedestrian yang digunakan tidak sebagaimana mestinya seperti dijadikan
lapak,dipenuhi sampah dan perkiran kendaraan. Hal I ni mengganggu para pejalan
kaki. Ketidakberadaan sarana bagi difabel juga bagi masalah eksisting yang muncul.
Data analisis dilengkapi juga dengan hasil diskusi dengan orang yang cukup sering
mengunjungi alun-alun. Berikut merupakan pertanyaan yang diajukan:

Berikut merupakan pertanyaan yang diajukan:


1. Seberapa sering datang ke alun-alun?
2. Apa tujuan Anda mengunjungi tempat tersebut?
3. Mengapa tertarik mengunjungi alun alun?
4. Fasilitas apa yang membuat Anda nyaman disana?
5. Menuurut anda,apakah keberadaan pkl sangat penting di alun-alun
6. Apakah anda nyaman dengan keberadaan pedagang kaki lima yang memenuhi
bahu jalan?

Berdasarkan hasil wawancara terhadap orang sekitar mendapatkan kesimpulan


bahwa Mereka kesana dengan tujuan melepas penat dari kesibukan yang ada,ada
juga yang datang untuk bercengkrama dengan teman lalu ada juga yang kesana
untuk membeli jualan para pedagang kaki lima. Dalam sebulan bisa mengunjungi
alun-alun hingga 2-3 kali. Aktivitas yang sering dilakukan secara garis besar adalah
sekedar duduk santai, mengobrol, menikmati makanan cepat saji dan foto-foto.

Mereka berpendapat bahwa alun-alun merupakan tempat yang tepat untuk bersantai
sejenak dan menikmati sore hingga menjelang malam. Juga jaraknya yang dekat
dengan pusat kota membuat setiap orang dapat jalan-jalan menuju pusat kota
sebelum atau sesudah mengunjungi alun-alun. Tempat tersebut dianggap nyaman
karena areanya yang teduh dan sejuk karena banyak unsur hijau pepohonan
dibanding area lainnya, juga dari unsur tapaknya permainan jalan setapak yang
menarik membuat pengunjung dapat mengeksplor alun-alun tersebut.
Tabel 1. Hubungan antara seting fisik dan aktivitas pengunjung alun-alun
Tempat Area
Area relaksasi Duduk Pedestrian area sepeda PKL

Duduk √ √ √ √
Isitrahat √ √ √
Berkumpul √ √ √ √
Berfoto √ √ √ √
Makan/minum √ √ √
Jalan santai √ √

Sumber: Analisis Pribadi, 2021


Tabel 1. Hubungan Aktivitas PKL terhadap tolak ukur ruang yang berkualitas

Aspek Kriteria aspek Hubungan aktivitas PKL terhadap


pembentuk kualitas tolak ukur ruang yang berkualitas
ruang public alun-alun
kenyamanan - Kondisi lingkungan - Intensitas panas yang relatif tinggi
- Pemanfaatan fasilitas sehingga pemanfaatan ruang untuk
yang tersedia aktivitas PKL lebih dominan
- Kenyamanan dalam berlangsung pada sore hingga malam
interaksi sosial hari;
- Fasilitas yang tersedia tidak
digunakan sesuai fungsinya. Fasilitas
PKL memenuhi bahu jalan
- Ruang gerak dibatasi aktivitas PKL
yang menyebar sehingga
menyebabkan seakan-akan fungsi
ruang tertentu menjadi fungsi yang
mendukung aktivitas PKL;
- Kenyamanan visual terganggu oleh
tata letak dan kondisi kumuh PKL; -
Kenyamanan beraktivitas pada
aktivitas kelompok di fasilitas PKL
yang tersedia (cafetaria);
- Kesulitan pengguna memanfaatkan
lahan parkir
Relaksasi - Aktivitas relaksasi - Aktivitas berelaksasi nampak bisa
seperti mencari diakses di alun-alun kidul ini
ketenangan, - Potensi view untuk mendukung
- Pemanfaatan fasilitas kegiatan relaksasi terhalangi oleh
dalam aktivitas kondiri fasilitas PKL yang tidak
relaksasi tertata
Akses dan - Sirkulasi pengguna - Jalur sirkulasi dalam menelusuri
kemudahan dan kendaraan ruang-ruang fungsi secara fisik relatif
pencapaian - Penanda/simbol akses tidak dibatasi tetapi aktivitas yang
menuju fungsi ruang terbentuk memicu munculnya
pembatasan. Misalnya pedestrian
dijadikan area PKL; simbol/penanda
tidak memberikan informasi secara
visual karena tata letak, arah,
orientasi tidak terorganisasi dengan
baik, dan kondisi fisik penanda rusak
mengakibatkan kesulitan pergerakan
- Akses menuju lahan parkir
dimanfaatkan aktivitas PKL.
Sehingga memicu kemacetan karena
pengguna memanfaatkan badan jalan
sebagai alternatif memarkir
kendaraan
Keterkaitan - Hubungan fungsi - Keterkaitan ruang dan fungsi yang
ruang terhadap sosial berkonsep nampak terlihat pada
budaya masyarakat ruang fungsi PKL yang dibuat lebih
- Hubungan desain aktraktif berupa aktivitas kuliner
fungsi ruang satu dengan didukung fasilitas dan
dengan fungsi ruang tatanan elemen penghias berwarna
lain yang mendukung aktivitas pemuda/i.
- Keterkaitan perwujudan desain
berbeda antara suatu fungsi dan
fungsi lain. Disisi lain, kondisi
fasilitas PKL yang cenderung tidak
memadai memunculkan kesan visual
yang kumuh dan tidak beraturan
. Hubungan Informasi terhadap asal - Hubungan dengan masyarakat luas
dengan mula pembentukan nampak sebagian besar aktivitas PKL
masyarakat ruang adalah masyarakat yang bermukim di
luas wilayah alun-alun. Aktivitas PKL
semakin bertambah menyebabkan
ruang tersebut dijadikan salah satu
aktivitas ekonomi yang paling
berkembang saat ini.

Berdasarkan tabel maka dapat disimpulkan bahwa kualitas ruang public alun-alun
kidul Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh aktivitas PKL. Hasil analisis dari aspek
tersebut adalah tingkat responsive kebutuhan (needs) adalah : a). kenyamanan :
pemanfaatan fasilitas terkhususnya pada aktivitas PKL relatif tinggi namun
kenyamanan dalam mengoptimalkan fungsi ruang, aktivitas dan fasilitas didalamnya
belum merepresentasikan fungsi ruang kawasan secara keseluruhan; b). relaksasi :
beraktivitas perorangan dalam memanfaatkan potensi alun-alun sudah mendukung
aktivitas relaksasi; c). akses dan kemudahan pencapaian : pemenuhan dalam
menandai fungsi ruang dalam mendukung pemanfaatannya mudah dikenali secara
jelas oleh pengguna; d). keterkaitan : fungsi ruang dan aktivitas belum
merepresentasikan sosial budaya masyakat, yang mana seyogya perwujudannya
nampak pada perancangan fisik (desain) kawasan; hubungan dengan masyarakat luas
: informasi ruang kawasan merepresentasikan identitas lokasi, kesejarahan dan sosial
budaya masyarakat setempat
Tujuan penataan lay-out adalah agar sesuai dengan ketentuan umum Pembangunan
mengacu pada peningkatan pembangunan ekonomi, distribusi kekayaan untuk
semua warga negara, pembangunan berkelanjutan yang stabil dan dinamis. Prinsip
tata letak adalah tentang menggunakan a lokasi bagi semua orang secara terpadu,
efektif dan efisien, serasi, benar, berkesinambungan berdasarkan kebijakan yang
terbuka, setara, adil dan perlindungan hukum. Nilai tertinggi adalah kontrol
pemerintah terhadap tata ruang, dan terendah adalah relokasi lokasi usaha.
Pengelolaan PKL di Yogyakarta terkait dengan tata kota yang menjadi tanggung
jawab Pemkot Yogyakarta dan tidak ada PKL ruang yang tersedia. Berkaitan
dengan restrukturisasi PKL adalah bagaimana menempatkannya pada posisi yang
dapat diterima tempat yang tidak mengganggu kenyamanan umum tapi Yogyakarta
tidak memilikinya. Yogyakarta tahun 2012 administrasi dinilai mencapai target
mengacu pada mampu menyingkirkan PKL, Padahal, PKL sudah muncul lagi dan
lagi, meski tidak terlalu banyak yang seperti sebelumnya. Pengaturan PKL telah
diatur oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu Perda No.13 Tahun 2005 tentang
Penataan PKL mengacu pada Surat Keputusan Yogyakarta Walikota No.511.23.45-
63 tahun 2010 menjelaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan PKL, namun
penataan PKL perlu ditingkatkan menjadi lebih baik yaitu pelaksanaan Tata Tertib
bagi PKL yang telah melanggar ketentuan, namun tetap saja diluar dugaan PKL.

Peneliti menyimpulkan bahwa 95% tingkat kepercayaan faktor lingkungan jelas


mempengaruhi kinerja PKL. PKL dianggap melanggar aturan karena telah
melakukan aktivitasnya melintasi batas wilayah terlarang yang diatur dalam Perda.
Masalah telah muncul karena regulator telah memutuskan untuk membuat peraturan
tanpa mempertimbangkan orang-orang yang akan menderita karena peraturan
terkait. Setelah peraturan tersebut ditetapkan maka semua rakyat harus menaatinya,
kondisi ini bisa membuat perlawanan rakyat terancam karena kebijakan ini. Faktor
Ketertiban Umum atas pelanggaran nilai ketertiban umum adalah yang tertinggi,
namun yang terendah adalah restrukturisasi kegiatan perdagangan PKL. PKL
kebijakan penataan ulang adalah menertibkan PKL, dan tindakan ini tidak selalu
menyita barang-barang PKL sebagaimana mestinya. Setelah PKL berada di area
yang diizinkan, pihak berwenang akan menyarankan mereka untuk tidak
memperbesar barang dagangan mereka di luar batas ruang. Untuk PKL yang
melanggar Perda akan direlokasi pada waktu yang telah ditentukan tempat, dan
barangnya disita tetapi dapat diambil kembali atau barangnya disita tetapi tidak
dapat diambil kembali.
KESIMPULAN

Keberadaan warung-warung umum telah mempengaruhi perekonomian dan memberikan


dampak positif maupun kelebihan negatif. Evaluasi mengenai aspek lingkungan yang
berkaitan dengan pengawasan terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan. Evaluasi
dari aspek lay out cukup rendah namun masih dalam kategori baik. Evaluasi tertinggi
adalah tentang ketertiban hukum penguatan terhadap pelanggaran tata ruang dan yang
paling rendah adalah tentang relokasi tempat usaha ,hal itu terjadi karena kebijakan
relokasi atau penataan lapak belum memenuhi harapan PKL.

Anda mungkin juga menyukai