ABSTRAK
banyak peningkatan akan fasilitas ruang publik yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas masyarakat seiring berjalannya waktu.Salah satu contohnya
yaitu ruang terbuka alun-alun yang dari segi fungsi dapat berdampak terhadap
kebutuhan lingkungan dan sosial. Salah satu contoh yaitu Dominasi kegiatan PKL
yang telah mempengaruhi perubahan kualitas serta citra ruang terbuka kota pada
alun-alun kota yogyakarta, adanya perbedaan aktivitas pengunjung yang cukup
dominan dibeberapa area memungkinkan adanya pengaruh tertentu.namun sejauh
manakah keterkaitan antara PKL tersebut terhadap kualitas dan citra ruang publik
kawasan? pada penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan
dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur jurnal
penelitian terdahulu.
PENDAHULUAN
STUDI PUSTAKA
PKL
PKL adalah orang yang menawarkan barang atau jasa untuk dijual kepada umum
tanpa memiliki struktur yang dibangun secara permanen tetapi dengan struktur statis
sementara atau kios bergerak (atau head-load). Pedagang kaki lima bisa diam dan
menempati ruang di trotoar atau area publik/pribadi lainnya, atau bisa bergerak, dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil membawa barang dagangan mereka
dengan gerobak dorong atau dalam sepeda atau keranjang di kepala mereka,atau bisa
menjual barang dagangan mereka di bus yang bergerak. Pemerintah India telah
menggunakan istilah 'penjual perkotaan' yang mencakup pedagang dan penyedia
layanan, baik yang tidak bergerak maupun yang bergerak, dan menggabungkan semua
istilah khusus lokal/wilayah yang digunakan untuk menggambarkan mereka, seperti,
jajanan, pheriwalla, rehri- patri walla, jalan setapak dukandar, pedagang kaki lima,
dan lainnya.
Akhir-akhir ini definisi PKL sudah sangat terkenal di Indonesia, terkenalnya PKL bisa
berarti positif atau negatif. Dalam arti positif, PKL telah memberikan kesempatan
kerja dan mempekerjakan banyak orang yang menganggur. Pengangguran semacam
itu orang sudah berusaha kreatif menjadi wirausahawan, menggunakan keuangan
mereka sendiri modal atau tanpa modal finansial. Merekatidak takut berjuang untuk
hidup. PKL punya telah membantu konsumen karena mereka dapat menemukan
barang dan jasa atau hanya hadiah yang sangat cepat ketika mereka melewati daerah
tersebut. PKL kebanyakan jual banyak kemudahan produk sejak konsumen
membelinya berkaitan dengan ketertarikan emosionalmereka misalnya mereka akan
membeli barang tersebut karena mereka menyukainya. Harga barang PKL biasanya
cukup tinggi harga di awal, tetapi konsumen akan menawar semurah mungkin, maka
mereka memiliki mencapai kesepakatan harga. Akhirnya, kedua belah pihak baik
penjual atau pembeli akan mendapatkan keuntungan mereka sendiri sesuai. (Alma,
2006). Dalam arti negatif,PKL telah mengabaikan ketertiban lingkungan, keamanan
dan keamanan,kebersihan, dan kebisingan jelas. Ini menjelaskan ketika ada banyak
PKL maka a gangguan lingkungan, kebisingan dan banyak sampah akan terjadi.
Dalam hal ini, pendidikan disiplin ilmu, regulasi harus diterapkan secara terus
menerus mengacu pada perencanaan yang baik dan Eksekusi total untuk
mengorganisir mereka harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, bukan secara
sporadis eksekusi. Eksekusi sporadis akan membahayakan banyak warga negara kita.
Menerapkan pelaksanaandisiplin secara terus menerus akan dapat mencerdaskan PKL
sekaligus menyelesaikan masalah. Kita harus mengakui bahwa PKL tidak akan pernah
datangdan berakhir, tetapi mereka akan di mana-mana seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, tentu saja mereka lakukan bisnis seperti itu karena kebutuhan
mereka jelas (Alma, 2006).
Akhir-akhir ini definisi PKL sudah sangat terkenal di Indonesia, terkenalnya PKL bisa
berarti positif atau negatif. Dalam arti positif, PKL telah memberikan kesempatan
kerja dan mempekerjakan banyak orang yang menganggur. Pengangguran semacam
itu orang sudah berusaha kreatif menjadi wirausahawan, menggunakan keuangan
mereka sendiri modal atau tanpa modal finansial. Merekatidak takut berjuang untuk
hidup. PKL punya telah membantu konsumen karena mereka dapat menemukan
barang dan jasa atau hanya hadiah yang sangat cepat ketika mereka melewati daerah
tersebut. PKL kebanyakan jual banyak kemudahan produk sejak konsumen
membelinya berkaitan dengan ketertarikan emosionalmereka misalnya mereka akan
membeli barang tersebut karena mereka menyukainya. Harga barang PKL biasanya
cukup tinggi harga di awal, tetapi konsumen akan menawar semurah mungkin, maka
mereka memiliki mencapai kesepakatan harga. Akhirnya, kedua belah pihak baik
penjual atau pembeli akan mendapatkan keuntungan mereka sendiri sesuai. (Alma,
2006). Dalam arti negatif,PKL telah mengabaikan ketertiban lingkungan, keamanan
dan keamanan,kebersihan, dan kebisingan jelas. Ini menjelaskan ketika ada banyak
PKL maka a gangguan lingkungan, kebisingan dan banyak sampah akan terjadi.
Dalam hal ini, pendidikan disiplin ilmu, regulasi harus diterapkan secara terus
menerus mengacu pada perencanaan yang baik dan Eksekusi total untuk
mengorganisir mereka harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, bukan secara
sporadis eksekusi. Eksekusi sporadis akan membahayakan banyak warga negara kita.
Menerapkan pelaksanaandisiplin secara terus menerus akan dapat mencerdaskan PKL
sekaligus menyelesaikan masalah. Kita harus mengakui bahwa PKL tidak akan pernah
datangdan berakhir, tetapi mereka akan di mana-mana seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, tentu saja mereka lakukan bisnis seperti itu karena kebutuhan
mereka jelas (Alma, 2006).
Ruang Terbuka
Ruang terbuka adalah setiap bagian tanah terbuka yang belum dikembangkan (tidak
memiliki bangunan atau bangunan lain yang dibangun) dan dapat diakses oleh
umum. Ruang terbuka dapat mencakup: Ruang hijau (lahan yang sebagian atau
seluruhnya tertutup oleh rumput, pohon, perdu, atau vegetasi lainnya). Ruang hijau
meliputi taman, kebun masyarakat, dan kuburan. Halaman sekolah Taman bermain
Area tempat duduk umum Plaza umum Kavling kosong Ruang terbukamenyediakan
area rekreasi bagi penghuni dan membantu meningkatkan keindahan dan kualitas
lingkungan lingkungan. Tetapi dengan berbagai situs rekreasi ini muncul berbagai
masalah lingkungan yang sama luasnya. Seperti halnya penggunaan lahan lainnya,
cara taman dikelola dapat memiliki dampak lingkungan yang baik atau buruk, dari
limpasan pestisida, pendangkalan akibat penggunaan jalur pendakian dan penebangan
yang berlebihan, dan perusakan habitat.
PEMBAHASAN
Gambar 1. Lokasi
Penelitian Sumber: Google
Namun seiring perkembangan waktu, banyak PKL yang membuka lapak di alun-alun
Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa alun-alun memiliki daya tarik tersendiri bagi
para PKL sehingga ia memilih tempat ini sebagai tempat mereka membuka lapak
jualan mereka. Hal yang menarik dari alun-alun ini adalah mereka ramai pengunjung
sehingga apabila PKL membuka lapak jualan di daerah sekitar alun-alun maka
kemungkinan besar pakan melariskan dagangan mereka. Selain itu, pemandangan
alun-alun Yogyakarta di malam hari dianggap sangat menyejukkan mata sehingga
alun-alun ini yang semula hanya tempat kosong sekarang mampu menciptakan ruang
karena banyaknya pengunjung dan banyaknya PKL yang mengisi tempat tersebut
sehingga tempat tersebut tidak terlihat kosong seperti dahulu. Untukmenertipkan atau
mengatur tata letak antara lapak dagangan antara PKL yang satudengan PKL yang
lainnya maka diperlukan adanya penataan layout.
Pola aktivitas pengunjung di alun-alun dilakukan dengan memanfaatkan desain
lansekap sehingga tercipta kenyamanan bagi pengunjung yang datang ke sana.
Aktivitas pengungjung di alun-alun diantaranya yaitu bermain, jalan-jalan, bersenda
gurai, berkumpul, duduk santai dan berjualan.
Ruang publik harus bersifat responsif, demokratis dan bermakna. Responsif yang
artinya ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan
luas. Pada Kawasan alun-alun tersebut telah terbagi dalam segmen yang memiliki
karakteristik masing-masing pada setiap segmennya.
Pada segmen 1 merupakan area PKL dimana terdapat berbagai pedagang kaki lima
yang berjualan disekitaran jalan,tidak jarang mereka memakai Sebagian bahu jalan
sebagai tempat untuk berjualan yang terkadang menyebabkan kemacetan.
Pada segmen 2 merupakan area sepeda rekreasi sebagai sebuah wahana rekreasi
sepeda sangat disenangi keberadaannya di alun alun kidul. Namun penempatan dan
lokasi parkir sepeda ini tidak diatur dengan baik sehingga sering menimbulkan
kemacetan terutama di jam rama yaitu pukul 20.00-22.00
Mereka berpendapat bahwa alun-alun merupakan tempat yang tepat untuk bersantai
sejenak dan menikmati sore hingga menjelang malam. Juga jaraknya yang dekat
dengan pusat kota membuat setiap orang dapat jalan-jalan menuju pusat kota
sebelum atau sesudah mengunjungi alun-alun. Tempat tersebut dianggap nyaman
karena areanya yang teduh dan sejuk karena banyak unsur hijau pepohonan
dibanding area lainnya, juga dari unsur tapaknya permainan jalan setapak yang
menarik membuat pengunjung dapat mengeksplor alun-alun tersebut.
Tabel 1. Hubungan antara seting fisik dan aktivitas pengunjung alun-alun
Tempat Area
Area relaksasi Duduk Pedestrian area sepeda PKL
Duduk √ √ √ √
Isitrahat √ √ √
Berkumpul √ √ √ √
Berfoto √ √ √ √
Makan/minum √ √ √
Jalan santai √ √
Berdasarkan tabel maka dapat disimpulkan bahwa kualitas ruang public alun-alun
kidul Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh aktivitas PKL. Hasil analisis dari aspek
tersebut adalah tingkat responsive kebutuhan (needs) adalah : a). kenyamanan :
pemanfaatan fasilitas terkhususnya pada aktivitas PKL relatif tinggi namun
kenyamanan dalam mengoptimalkan fungsi ruang, aktivitas dan fasilitas didalamnya
belum merepresentasikan fungsi ruang kawasan secara keseluruhan; b). relaksasi :
beraktivitas perorangan dalam memanfaatkan potensi alun-alun sudah mendukung
aktivitas relaksasi; c). akses dan kemudahan pencapaian : pemenuhan dalam
menandai fungsi ruang dalam mendukung pemanfaatannya mudah dikenali secara
jelas oleh pengguna; d). keterkaitan : fungsi ruang dan aktivitas belum
merepresentasikan sosial budaya masyakat, yang mana seyogya perwujudannya
nampak pada perancangan fisik (desain) kawasan; hubungan dengan masyarakat luas
: informasi ruang kawasan merepresentasikan identitas lokasi, kesejarahan dan sosial
budaya masyarakat setempat
Tujuan penataan lay-out adalah agar sesuai dengan ketentuan umum Pembangunan
mengacu pada peningkatan pembangunan ekonomi, distribusi kekayaan untuk
semua warga negara, pembangunan berkelanjutan yang stabil dan dinamis. Prinsip
tata letak adalah tentang menggunakan a lokasi bagi semua orang secara terpadu,
efektif dan efisien, serasi, benar, berkesinambungan berdasarkan kebijakan yang
terbuka, setara, adil dan perlindungan hukum. Nilai tertinggi adalah kontrol
pemerintah terhadap tata ruang, dan terendah adalah relokasi lokasi usaha.
Pengelolaan PKL di Yogyakarta terkait dengan tata kota yang menjadi tanggung
jawab Pemkot Yogyakarta dan tidak ada PKL ruang yang tersedia. Berkaitan
dengan restrukturisasi PKL adalah bagaimana menempatkannya pada posisi yang
dapat diterima tempat yang tidak mengganggu kenyamanan umum tapi Yogyakarta
tidak memilikinya. Yogyakarta tahun 2012 administrasi dinilai mencapai target
mengacu pada mampu menyingkirkan PKL, Padahal, PKL sudah muncul lagi dan
lagi, meski tidak terlalu banyak yang seperti sebelumnya. Pengaturan PKL telah
diatur oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu Perda No.13 Tahun 2005 tentang
Penataan PKL mengacu pada Surat Keputusan Yogyakarta Walikota No.511.23.45-
63 tahun 2010 menjelaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan PKL, namun
penataan PKL perlu ditingkatkan menjadi lebih baik yaitu pelaksanaan Tata Tertib
bagi PKL yang telah melanggar ketentuan, namun tetap saja diluar dugaan PKL.