Anda di halaman 1dari 10

KONSEP MODEL KEBIJAKAN PUBLIK

Model digunakan karena adanya eksistensi masalah publik yang kompleks. Model = pengganti kenyataan.
Model adalah representasi sederhana mengenai aspek – aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah
yang disusun untuk tujuan tertentu.
Model kebijakan dinyatakan dalam bentuj konsep/teori, diagram, grafik atau persamaan matematis.

KARAKTERISTIK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK


 Sederhana dan jelas.
 Ketepatan identifikasi aspek penting problem kebijakan (precise).
 Menolong untuk pengkomunikasian (communicable)
 Usaha langsung untuk memahami kebijakan publik secara lebih baik (manageble)
 Memberika penjelasan dan memprediksi konsekuensi
BENTUK – BENTUK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK
1. Model kelembagaan
2. Model kelompok
3. Model elit
4. Model rasional
5. Model incremental
6. Model sistem

1.Model Kelembagaan
Dalam proses pembuatan kebijakan model ini masih merupajan model tradisional, dimana fokus model ini
terletak pada struktur organisasi pemerintahan. Jadi yang sangat berpengaruh di dalam model ini hanyalah
lembaga-lembaga pemerintah dari tingkat pusat atau daerah, sedang. Adapun aktor eksternal pada model
ini seperti media massa, kelompok think-thank (LSM, Kelompok budayawan, kelompok mahasiswa,
cendikiawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain,) serta masyarakat hanya berfungsi
memberikan pengaruh dalam batas kewenangannya. Jadi kebijakan yang telah dibuat akan dijalankan
dahulu oleh aktor internal, yaitu lembaga-lembaga pemerintahan tersebut.
Contoh kasus :
Di kota salatiga, belasan pedagang ayam yang biasa mangkal di jalan taman pahlawan sekitar eks
pertokoan hasil, mendatangi komisi II DPRD kota salatiga, pertemuan tersebut dalam rangka audiensi dan
dihadiri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM yang mana dinas tersebutlah yang
mengurusi aktivitas pedagang di pasar. Para pedagang mengungkapkan keluh kesahnya kegiatan
berjualan di tempat mereka mangkal dengan menangantongi perizinan usaha, sementara aktivitas mereka
tidak diakui secara sah oleh dinas terkait. Para pedagang tersebut meminta agar tetap dapat berjualan di
pinggir jalan Taman Pahlawan dekat eks pertokoan hasil, karena memiliki izin usaha. Namun permintaan
pedagang tersebut tidak disetujui oleh Disperindagkop, sebab pasar sudah ditata berdasarkan lokasi jenis
dagangan, yang mana kebijakan pemerintah setempat telah membangun pasar – pasar tersebut untuk
pedagang ayam, daging, dan lain sebagainya, di daerah pasar raya.

2.Model Kelompok
Pada model ini pemerintah membuat kebijakan karena adanya tekanan dari berbagai kelompok. Kebijakan
publik merupakan hasil perimbangan (equilibrium) dari berbagai tekanan kepada pemerintah, dari berbagai
kelompok kepentngan. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu kelompok kepentingan ditentukan oleh
jumla anggotanya, harta kekayaannya, kekuatan, dan kebaikan organisasi, kepemimpinan, hubungannya
yang erat dengan pembuat keputusan, kohesi intern para anggotanya.
Contoh kasus :
Pemerintah kabupaten kebumen, melalui bupati KH. M.Nashirudin Al Mansyur menyatakan status “qou”,
yakni kembali pada keadaan semula atas permasalahan tanah dinas penelitian pengembangan (Dislitbang)
TNI AD dengan Masyarakat wilayah Urut Sewu Kebumen. Artinya penggunaan lahan untuk kegiatan
dilaksanakan seperti sebelum ada permasalahan.”TNI dapat melaksanakan latihan seperti sedia kala.
Sedangkan para petani melaksanakan kegiatan bercocok tanam,” selanjutnya penyelesaian permasalahan
tanah selanjutnya akan diadakan peninjauan dilapangan oleh TNI, Pemerintah Daerah, serta masyarakat.
Hal itu dalam rangka penentuan batas kepemilikan tanah (suara merdeka).

3.Model Elit
Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk piramida, dimana masyarakat berada
pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik
(dalam hal ini pemerintah) berada ditengah – tengah antara masyarakat dan elit.
Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu kebijakan
yang seharusnya menjadi agenda politik di tingkat atas. Sementara birokrat/administrator hanya menjadi
mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah. Elit politik selalu ingin mempertahankan
status quo, maka kebijakannya menjadi konservatif. Perubahan kebijakan bersifat trial and error yang
hanya mengubah atau memperbaiki kebijakan sebelumnya.
Contoh kasus :
Salah satu kasus dari model elit yaitu kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk mengetas atau
mengurangi kemiskinan, yang di sebut Bantuan Langsung Tunai atau BLT. Kebijakan ini bisa dikatakan
kebijakan yang trial & eror, karena dalam kenyataan penerapannya kebijakan ini tidak mempengaruhi apa
– apa. Uang yang harusnya diterima oleh masyarakat yang kurang mampu justru dipotong di sana – sini
oleh berbagai oknum dan berbagai alasan. Oleh karena itu kelanjutan kebijakan ini tidak diteruskan.

4.Model Rasional
Model rasional adalah model yang mana di dalam pengambilan keputusan melalui prosedurnya akan
mengajak pada pilihan alternatif yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan, yang ditekankan
pada penerapan rasionalisme dan positifisme.
Contoh kasus :
Pada saat bulan puasa tahun 2009 kemarin harga gula pasir di pasar jawa tengah, khususnya di semarang
melambung tinggi, dengan melihat kondisi tersebut maka pemerintah provinsi jawa tengah melakukan
kebijakan untuk melakukan “operasi pasar”, sehingga memberikan alternatif kepada masyarakat yang
merasa dirugikan atas kenaikan harga tersebut untuk membeli gula pasir di pasar yang disediakan pemprov
tersebut, tentu saja masyarakat sangat merasakan dampak dari kebijakan tersebut,karena perbedaan yang
signifikan antara harga gula pasir di pasar milik pemprov dan di pasar – pasar.

5.Model Incremental
Model incremental adalah pembuatan kebijakan yang melalui proses politisi dimana didalamnya ada tawar
menawar dan kompromi untuk kepentingan para pembuat keputusan sendiri.
Incrementalism :
 Menilai alternatif secara tidak komprehensif tapi memusatkan perhatian hanya pada kebijakan yang
berbeda secara inkremental.
 Hanya sejumlah kecil alternatif kebijakan yang dipertimbangkan.
 Setiap alternatif kebijakan, hanya sejumlah kecil konsekuensi akibat – akibat kebijakan yang terbatas saja
yang dinilai.
 Setiap masalah yang menantang pembuat kebijakan secara terus menerus diredenifisikan.
Contoh kasus :
Pemerintah berencana menaikkan gaji presiden, menteri, dan para pejabat negara pada tahun 2001.
Kebijakan ini diberlakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan kinerja para pejabat negara. Melalui
Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara instrumen yang akan dijadikan dasar untuk
mengatur kenaikan gaji tersebut telah disiapkan. Namun penentuan besarnya nominal gaji akan ditentukan
oleh Departemen Keuangan, adapun beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar kenaikan gaji presiden,
menteri, dan para pejabat negara yakni, kenaikan gaji berkala yang sudah sejak lama tidak diberikan
kepada presiden dan pejabat negara. Sejak lima tahun lalu, gaji presiden dan pejabat negara tidak pernah
mengalami kenaikan padahal kebutuhan semakin meningkat, selain itu kenaikan juga dipertimbangkan dari
kinerja masing – msing pejabat negara. Karena itu kemneg telah menyusun pedoman berdasarkan kinerja.

6.Model Sistem
Pendekatan sistem diperkenalkan oleh David Easton yang melakukan analogi dengan sistem biologi.
Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara organisme dengan lingkungannya, yang
akhirnya menciptakan kelangsungan dan perubahan hidup yang relatif stabil. Ini kemudian dianalogikan
dengan kehidupan sistem politik.
Model ini didasarkan pada konsep – konsep kekuatan – kekuatan lingkungan, sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan, geografis, dan sebagainya yang ada disekitarnya. Kebijakan publik merupakan hasil (output)
dari sistem politik. Kebijakan model ini juga melihat dari tuntutan – tuntutan, dukungan, masukan yang
selanjutnya diubah menjadi kebijakan punlik yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat. Intinya sistem
politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
Contoh kasus :
Setelah batik mendapat sertifikat dari UNESCO sebagai wa
risan budaya Indonesia, kini pemerintah membuat kebijakan untuk mendaftarkan angklung ke UNESCO
agar alat musik khas daerah tersebut tidak diklaim oleh pihak lain. Melalui taha
p verifikasi akan terbukti bahwa angklung sangat berperan dalam kelangsungan suku bangsa khususnya
di Indonesia, jika lolos verifikasi, UNESCO akan mengeluarkan sertifikat dan angklung akan diakui sebagai
warisan asli budaya asli Indonesia. Kesenian dan kebudayaan jawa barat yang berbahan dasar bambu
tengah dihadapkan pada percepatan dunia industri yang membutuhkan inovasi dan kreativitas. Sepanjang
2008, angklung juga berfungsi sebagai alat promosi budaya dengan berbagai inovasi dalam seni
pertunjukkan. Angklung telah menjadi salah satu kekuatan diplomasi budaya serta komunikasi nonverbal
lintas sektoral yang cukup efektif. Bermain musik bambu juga bermain dengan menggunakan rasa, yang
menimbulkan kepekaan dan solidaritas yang menciptakan harmoni sehingga perlu ditanamkan di kalangan
generasi pelajar Indonesia. Dengan begitu sangat pantaslah pemerintah mengambil kebijakan untuk
mendaftarkan angklung sebagai salah satu warisan buday
a asli Indonesia, yang mana bangsa ini memiliki solidaritas dan kepekaan yang tinggi.
Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagaimana tercantum dalam Pasal 162
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kesehatan Lingkungan diselenggarakan
melalui upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian, yang dilakukan terhadap lingkungan
Permukiman, Tempat Kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang
sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat
diperlukan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan, dan pengaturan yang
mengharuskan penyelenggaraan upaya Kesehatan Lingkungan yang meliputi Penyehatan, Pengamanan,
dan Pengendalian faktor risiko lingkungan, termasuk pengaturan tentang proses pengolahan limbah.
Dalam penetapan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan perlu
kecermatan terhadap media lingkungan, yaitu media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara
komponen lingkungan dengan kandungan bahan atau agen yang berpotensi menimbulkan bahaya
terhadap kesehatan, gangguan kesehatan, atau penyakit pada manusia. Media lingkungan yang dimaksud
adalah air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit.
MODEL MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa tahun belakangan ini, dimana persoalan-persoalan yang dihadapi
pemerintah sedemikiankompleks akibat krisis multidimensional, maka bagaimanapun keadaan ini
sudah barang tentu membutuhkan perhatian yang besar dan penanganan pemerintah yang cepat
namun juga akurat agar persoalan-persoalan yang begitu kompleks dan berat yang dihadapi oleh
pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi seperti ini pada akhirnya menempatkan pemerintah dan
lembaga tinggi Negara lainnya berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit.Kebijakan yang
diambil tersebut terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari krisis, tetapi
dapat juga terjadi sebaliknya, yakni malah mendelegitimasi pemerintah itu sendiri.
Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul diperlukan pengambilan
kebijakan yang tepat, sehingga kebijakan tersebut tidak menimbulkan permasalahan
baru. Pengambilan suatu kebijakan tentunya memerlukan analisis yang cukup jeli, dengan
menggunakan berbagai model serta pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang akan
dipecahkan.
Untuk bisa mengambil kebijakan yang sesuai dengan permasalahan yang ada, dipandang
sangat perlu bagi pengambil kebijakan untuk mengerti serta memahami berbagai model dan
pendekatan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kebijakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Model?
2. Bagaimana Manfaat dari Model?
3. Bagaimana Model Analisis Kebijakan Publik dari Sudut Proses, sudut hasil dan dari sudut
dampak?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian model


Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari
suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu.Seperti halnya masalah-masalah
kebijakan yang merupakan bangunan mental yang berdasarkan pada konseptualisasi dan
spesifikasi elemen-elemen kondisi masalah, model-model kebijakan merupakan rekonstruksi
artificial dari realitas dalam wilayah yang merentang dari energi dan lingkungan sampai ke
kemiskinan, kesejahteraan dan kejahatan.
Model kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik atau persamaan
matematika. Mereka dapat digunakan tidak hanya untuk menerangkan, menjelaskan dan
memprediksikan elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk memperbaikinya
dengan merekomendasikan serangkain tindakan untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.
Model adalah wakil ideal dari situasi-situasi dunia nyata.Model adalah menyederhanakan
dari realitas yang diwakili. Model dapat dibedakan atas model fisik dan model abstrak. Model fisik
adalah reproduksi ukuran kecil dari benda atau objek fisik.Model pesawat terbang, model pakaian,
model rumah dibuat untuk menggambarkan bentuk asli dari benda yang ingin digambarkannya.
Model abstrak adalah penyederhanaan fenonema sosial atau konsep-konsep tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan teoritis, simbol-simbol, gambar atau rumusan-
rumusan matematis mengenai fenomena yang dideskripsikannya.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai analisis kebijakan,
Beberapa diantaranya yang relevan di bawah ini:
Ericson (1970) dalam tulisannya, “..Public Policy analysis is a future-oriented inquiry into
the optimum means of achieving a given set of social objectives” (penyelidikan yang berorientasi
kedepan dengan menggunakan sarana yang optimal untuk mencapai serangkaian tujuan sisial yang
diinginkan).
Dror (1971) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai “an approach and methodologyfor
design and indentification of preferable alternatives in respect to complex policy issues” (suatu
pendekatan dan metodelogi untuk mendesain dan menemukan alternatif-alternatif yang
dikehendaki berkenaan dengan sejumlah isu yang kompleks).
Sedangkan Kent (1971) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai “..that kind of
systematic, disciplined, analytical, scholarly, creative study whose primary motivation is to
produce well-supported recommendations for action dealing with concrete political
problems”(sejenis studi yang sistematis, berdisiplin, analitis, cerdas, dan kreatif yang di lakukan
dengan maksud untuk menghasilkan rekomendasi yang andal berupa tindakan-tindakan dalam
memecahkan masalah-masalah politik yang konkret).
Dalam lingkar tradisi akademis pemikiran studi-studi kebijakan, terutama yang berkaitan
dengan analisis kebijakan public, sudah lama dkenal adanya berbagai pendekatan (approaches)
yang dikembangkan oleh para pakar/teoritisi kebijakan public. Pendekatan-pendekatan itu,
masing-masing tentu dengan segala kebutuhan dengan kekurangannya, dimaksudkan untuk dapat
memotret dan memahami fenomena kebijakan atau problema kebijakan tertentu. Oleh karena itu,
kalau kita membahas analisis kebijakan, sedikit banyak yang kita bicarakan itu sebenarnya adalah
beragam cara yang dilakukan oleh para pakar kebijakan, baik secara individual atau secara
kolektif, dalam aktifitas yang disebut sebagai analisis kebijakan (policy analysis) tertentu yang di
anggapnya paling sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Meski demikian, dalam realita sehari-hari mengingat kompleksnya masalah-masalah
kebijakan kita akan sulit menemukan seorang analis yang seratus persen murni, memiliki visinya
sempurna mengenai pendekatan yang benar-benar pas untuk segala macam persoalan.

2.2 Fungsi Model Kebijakan


Fungsi utama model adalah untuk mempermudah kita menerangkan suatu benda atau
konsep. Dalam beberapa kasus, model dapat didasarkan suatu teori, tetapi model juga dapat
dipakai untuk menguji atau menjelaskan hipotesis sebagai bagian dari proses perumusan teori.
Untuk mempermudah dalam menjelaskan gedung, pasar, pemerintah, partisipasi, atau
kesejahteraan tentunya diperlukan model, benda dan konsep di atas tidak mungkin kita bawa
kemana-mana.Kita hanya dapat membawa benda dan konsep tersebut dalam bentuk model. Oleh
karena itu, model memiliki fungsi :
a. Membantu kita untuk memperoleh pemahaman tentang peroperasinya sistem alamiah atau system
buatan manusia. Model membantu kita menjelaskan sistem apa, dan bagaimana sistem tersebut
beroperasi.
b. Membantu kita dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah elemen-elemen tertentu
yang relevan dengan permasalahan.
c. Membantu kita memperjelas hubungan antara elemen-elemen tersebut.
d. Membantu kita dalam merumuskan kesimpulan dan hipotesis mengenai hakekat hubungan antar
elemen.
e. model digunakan untuk menyederhanakan dan memudahkan dalam upaya membandingkan
fenomena administrasi publik. Misalnya: kita menggunakan model-model implementasi kebijakan
untuk membandingkan program yang sama dalam lokasi yang berbeda.
f. Model digunakan sebagai hasil dari upaya membangdingkan , seperti layaknya model yang lain,
penggunaan model ini untuk memudahkan penyampian dan penyederhanaan. Model ini contohnya
digunakan untuk menjelaskan sistem administrasi publik di negara berkembang, jika dibandingkan
dengansistem administrasi publik di negara maju. Jika di negara maju masalah dapat dipusatkan
maka di negara-negara berkembang masalah-masalah administrasi publik cenderung menyebar
dan kompleks.

2.3 Model-model Analisis Kebijakan Publik


Maksud dibuatnya model menurut Wahab (2008:72), “adalah untuk membantu pekerjaan
mereka (analis) dalam memahami dan memvisualisasikan realita kebiajakan publik yang
kompleks”. Menurut Wahab (2008:72), “dengan berbekalkan model-model dan tipologi-tipologi
itulah maka analis kebijakan publik (public polcy anayst) akan dipermudah tugasnya dalam
upayanya memahami bagamana proses perumusan atau proses implementasi kebijakan publik itu.
Henry dalam Islamy (2007:36) mengelompokkan dua tipologi dalam analisis
model kebijakan, yaitu (1) kebijakan publik dianalisa dari sudut proses; (2) kebijakan publik
dianalisa dianalisa dari sudut hasil dan akibat (efek)nya. Selanjutnya Dye dalam Wahab (2008:77),
membagi model analisis kebijakan publik ke dalam 6 buah model, yaitu : model kelembagaan,
model kelompok, model elit, model rasional, model inkremental dan model sistem. Menurut henry
dalam Islamy (2007:36), Tipologi yang termasuk ke dalam kelompok penganalisisan dari sudut
proses adalah.
1. Model kelembagaan
Dari sudut pandang model kelembagaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh warga
negara, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok pada umumya terkonsentrasi dan
tertuju pada lembaga-lembaga pemerintah. Kebijakan publik menurut model kelembagaan ini
ditetapkan, disahkan, dilaksanakan dan dipaksakan pemberlakuannya oleh lembaga-lembaga
pemerintah tersebut.
Dengan perkataan lain, menurut model ini terdapat hubunan yang erat antara kebijakan
publik dan lembag-lembaga pemerintah. Kebijakan apapun tidak akan menjadi kebijakan publik
kalau ia tidak diterima, diimplementasikan dan dipaksakan pemberlakuannya oleh lembaga-
lembaga pemerintah.
Model kelembagaan biasanya dipakai untuk menelaah proses perumusan/ pembuatan
kebijakan publik, namun sebetulnya dapat pula dimanfaatkan untuk menelaah implementasi
kebijakan publik, model ini dipakai untuk menjelaskan kondisi aktual dan potensial dri lemabaga-
lemabag pemerintah, dan menganalisis kenapa satu persoalan yang sama kadangkala harus
diorganisasikan dan diatur oleh beberapa lemabaga.
2. Model kelompok
Model ini berangkat dari suatu anggapan bahwa interaksi antar kelompok dalam
masyarakat adalah pusat perhatian dari politik. Individu-individu yang memiliki latar belakang
kepentingan yang sama biasanya akan bergabung baik secara formal maupun informal untuk
mendesakan kepentingan-kepentingannya pada pemerintah. Dalam model ini, perilaku individu
akan mempunyai makna politik kalau mereka bertindak sebagai bagian atas nama kepentingan
kelompok.
Dari sudut pandang model kelompok, perilaku individu akan mempunyai makna politik
kalau mereka bertindak sebagai bagian dari kelompok atau atas nama kepentingan kelompok.
Kelompok dapat diibaratkan sebagai sebuah jembatan politik penting yang menghubungkan antara
individu dengan pemerintah, karena politik tidak lain adalah perjuangan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok untuk emmpengaruhi kebijakan publik. Sebagai alat bantu analisis, model
kelompok ini selain dapat dipergunakan untuk meganalisis proses pembuatan kebijakan publik
juga dapat dipergunakan untuk menganalisis proses implementasinya.
Kelompok dipandang sebagai jembatan yang penting antara individu dan pemerintah,
karena politik pada dasarnya adalah perjuangan-perjuangan yang dilakukan kelompok untuk
mempengaruhi kebijakan publik. Dari sudut pandang model ini sistem politik mempunyai tugas
untuk mengelola konflik yang timbul dalam perjuanagan antar kelompok tersebut, dengan cara :
a. Menetapkan aturan permainan dalam perjuangan kelompok;
b. Mengatur kompromi-kompromi dan menyeimbangkan kepentingan;
c. Memberlakukan kompromi yang telah dicapai dalam bentuk kebijakan publik;
d. Memaksakan kompromi tersebut.
Model pluralis/kelompok lebih menitik beratkan bahwa kebijakan publik terbentuk dari
pengaruh sub-sistem yang berada dalam sistem demokrasi. Dalam model ini adalah gagasan yang
sifatnya lebih parsitipatif dan berbasis komunitas dalam perumusan kebijakan atau pengambilan
kebijakan.[1][4] Padangan Pluralis menurut Robert Dahl dan David Truman, menguraikan sebagai
berikut :
a. Kekuasaan merupakan atribut individu dalam hubungannya dengan individu-individu yang lain
dalam proses pembuatan keputusan.
b. Hubungan –hubungan kekuasaan tidak perlu tetap berlangsung, hubungan-hubungan kekuasaan
lebih dibentuk untuk keputusan-keputusan khusus. Setelah keputusan tersebut dibuat maka
hubungan-hubungan kekuasaan tersebut tidak akan nampak, hubungan ini akan digantikan oleh
seperangkat hubungan kekuasaan yang berbeda ketika keputusan selanjutnya hendak dibuat.
c. Tidak ada pembedaan yang tetap antara elit dan massa. Individu-individu yang berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan dalam suatu wakt tidak dibutuhkan oleh individu yang sama yang
berpartisipasi dalam waktu yang lain.
d. Kepemimpinan bersifat cair dan mempunyai mobilitas yang tinggi.
e. Terdapat banyak pusat kekuasaan diantara komunitas. Tidak ada kelompok tunggal yang
mendominasi pembuatan keputusan untuk semua masalah kebijakan.
f. Kompetisi dapat dianggap berada diantara pemimpin. Kebijakan publik lebih lanjut dipandang
merefleksikan tawar menawar atau kompromi yang dicapai diantara kompetisi pemimpin politik.
Dalam model ini kebijakan publik pada dasarnya mencerminkan keseimbangan yang
tercapai dalam perjuangan antar kelompok pada suatu waktu tertentu dan kebijakan publik
mencerminkan kesimbangan setelah pihak-pihak atau kelompok-kelompok tertentu berhasil
mengarahkan kebijakan publik ke arah yang menguntungkan mereka.Besar kecilnya pengaruh
kelompok-kelompok tersebut ditentukan oleh jumlah, kekayaan, kekuatan organisasi,
kepemimpinan, akses terhadap pembuat keputusan dan kohesi dalam kelompok.
3. Model rasional
Dalam model ini konsep rasionalitas sama dengan konsep efisiensi. Oleh karena itu dapat
diaktakan bahwa suatu kebijaksanaan yang sangat efisien, dimana rasio antara nilai yang dicapai
dan nilai yang dikorbankannya adalah positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif-
alternatif yang lain, Islamy (2000:50). Dalam setiap organisasi tentu terdapat sejumlah cara untuk
pencapaian tujuan, dan pada saat dihadapkan dengan kebutuhan untuk membuat suatu pilihan
diantara berbagai alternatif, maka pembuat keputusan yang rasional (rational decision-
maker)harus memilih alternatif yang dirasanya paling tepat guna mecapai hasil
akhir (outcome) yang diinginkan.
Model rasional komprehensif ini menekankan pada pembuatan keputusan yang rasional
dengan bermodalkan pada komprehensivitas informasi dan keahlian pembuat keputusan. Dalam
model ini suatu kebijakan yang rasional adalah suatu kebijakan yang sangat efisien, dimana rasio
antara nilai yang dicapai dengan nilai yang dikorbankan adalah positif dan lebih tinggi
dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain.
Dalam model ini para pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang rasional, harus :
a. Mengetahui semua nilai-nilai utama yang ada dalam masyarakat.
b. Mengatahui semua alternatif kebijakan yang tersedia.
c. Mengetahui semua konsekuensi dari setiap alternatif kebijakan.
d. Memperhitungkan rasio antara tujuan dan nilai sosial yang dikorbankan bagi setiap alternatif
kebijakan.
Model ini terdiri dari elemen sebagai berikut :
a. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu. Masalah ini dapat dipisahkan
dengan masalah yang lain atau paling tidak masalah tersebut dapat dipandang bermakna bila
dibandingkan dengan masalah yang lain.
b. Tujuan, nilai atau sasaran yang mengarahkan pembuat keputusan dijelaskan dan disusun menurut
arti pentingnya.
c. Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.
d. Konsekunsi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari setiap pemilihan alternatif diteliti.
e. Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatif lain.
Pembuat keputusan memil;iki alternatif beserta konsekuensi yang memaksimalkan pencapaian
tujuan, nilai atau sasaran yang hendak dicapai.
Namun ada krikit terhadap model rasional komprehensif, yaitu :
a. Para pembuat keputusan tidak dihadapkan pada masalah-masalah yang konkrit dan
jelas. Sehingga seringkali para pembuat keputusan gagal mendefinisikan masalah dengan jelas,
akibatnya keputusan yang dihasilkan untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak tepat.
b. Tidak realitis dalam tuntutan yang dibuat oleh para pembuat keputusan. Menurut model ini
pembuat keputusan akan mempunyai cukup informasi mengenai alternatif yang digunakan untuk
menanggulangi masalah. Pada kenyataannya para pembuat keputusan seringkali dihadapkan oleh
waktu yang tidak memadai karena desakan masalah yang membutuhkan penanganan sesegera
mungkin.
c. Para pembuat keputusan publik biasanya dihadapkan dengan situasi konflik daripada kesepakatan
nilai. Sementara nilai-nilai yang bertentangan tersebut tidak mudah diperbandingkan atau diukur
bobotnya.
d. Pada kenyataannya bahwa para pembuat keputusan tidak mempunyai motivasi untuk menetapkan
keputusan-keputusan berdasarkan tujuan masyarakat, sebaliknya mereka mencoba
memaksimalkan ganjaran-ganjaran mereka sendiri.
e. Para pembuat keputusan mempunyai kebutuhan, hambatan dan kekurangan sehingga
menyebabkan mereka tidak dapat mengambil keputusan atas dasar rasionalitas yang tinggi.
f. Investasi yang besar dalam program dan kebijakan menyebabkan pembuat keputusan tidak
mempertimbangkan lagi alternatif yang telah ditetapkan oleh keputusan sebelumnya.
g. Terdapat banyak hambatan dalam mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk
mengetahui semua kemungkinan alternatif dan konsekuensi dari masing-masing alternatif.
4. Model inkremental
Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa lampau, dengan hanya melakukan
perubahan-perubahan seperlunya. Pendekatan ini diambil ketika pengambil kebijakan berhadapan
dengan keterbatasan waktu, ketersediaan informasi dan kecukupan dana untuk melakukan evaluasi
kebijakan secara komprehensif.
Model ini lebih bersifat deskritif dalam pengertian, model ini menggambarkan secara
aktual cara-cara yang dipakai para penjabat dalam membuat keputusan. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mempelajari model penambahan, yakni :
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis empirik terhadap tindakan dibutuhkan.
b. Para pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif untuk menanggulangi
masalah yang dihadapi dan alternatif hanya berada secara marginal dengan kebijakan yang sudah
ada.
c. Untuk setiap alternatif, pembuat keputusan hanya mengevaluasi beberapa konsekuensi yang
dianggap penting saja.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dibatasi kembali secara berkesinambungan.
e. Tidak ada keputusan tunggal atau penyelesaian masalah yang dianggap paling “tepat”.
f. Pembuatan keputusan secara inkremental pada dasarnya merupakan remedial dan diarahkan lebih
banyak kepada perbaikan terhadap ketidaksempurnaan sosial yang nyata sekarang ini daripada
mempromosikan tujuan sosial di masa depan.
Keputusan yang diambil dari model ini hasil kompromi dan kesepakatan bersama antara
banyak partisipan. Dalam kondisi banyaknya partisipan, keputusan akan lebih mudah dicapai bila
persoalan yang disengketakan oleh berbagai kelompok hanya merupakan perubahan terhadap
program yang sudah ada, keadaan sebaliknya jika menyangkut perubahan kebijakan besar yang
menyangkut keuntungan dan kerugian besar. Pembuatan keputusan secara inkrementalisme adalah
penting dalam rangka mengurangi konflik, memelihara stabilitas dan sistem politik itu sendiri.
Dalam pandangan inkrementalis, para pembuat keputusan dalam menunaikan tugasnya
berada dibawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan dengan konsekuensi dari tindakan
mereka di masa depan, maka keputusan inkrementalis dapat mengurangi risiko atau biaya
ketidakpastian itu.
5. Model sistem
Manfaat utama dari model sistem ini ialah kemampuannya untuk
mengkonsepsualisasikan secara sederhana gejala-gejala politik (political phenomena) yang,
dalam kenyataan sebenarnya kerapkali jauh darikompleks. Dengan lebih memfokuskan pada
proses-proses (processes) dan bukannya pada lembaga-lembaga (institutions) atau struktur-
struktur (structures). Model sistem juga bermanfaat dalam mengelompokkan proses
kebijakan(policy process) ke dalam tahapan-tahapan yang berbeda-beda yang masing-masing
tahapan itu dapat pula dianalisis secara lebih terperinci.
Model sistem menurut Paine dan Naumes menggambarkan model pembuatan kebijakan
sebagai interaksi yang terjadi antara lingkungan dengan para pembuat para pembuat kebijakan,
dalam suatu proses yang dinamis. Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembuatan kebijakan
terjadi interaksi yang terbuka dan dinamis antara pembuat kebijakan dengan lingkungannya.
Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan masukan (inputs dan outputs).
Menurut model sistem, kebijakan politik dipandang sebagai tanggapan dari suatau sistem
politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul dari lingkungan yang merupakan kondisi atau
keadaan yang berada di luar batas-batas politik. Kekuatan yang timbul dari lingkungan dan
mempengaruhi sistem politik dipandang sebagai masukan (inputs) bagi sistem politik, sedangkan
hasil-hasil yang dikeluarkan oleh sistem politik yang merupakan tanggapan terhadap tuntutan
tersebut dipandangkan sebagai keluaran (outputs) dari sistem politik. Sistem politik adalah
sekumpulan struktur untuk dan proses yang saling berhubungan yang berfungsi secara otoritatif
untuk mengalokasikan nilai-nilai bagi suatu masyarakat. Hasil-hasil (outputs) dari sistem politik
merupakan alokasi nilai secara otoritatif dari sistem dan alokasi-alokasi ini merupakan kebijakan
publik.
Untuk mengubah tuntutan menjadi hasil-hasil kebijakan, suatu sistem harus mampu
mengatur penyelesaian-penyelesaian pertentangan atau konflik dan memberlakukan penyelesaian
pertentangan atau konflik dan memberlakukan penyelesaian ini pada pihak yang bersangkutan.
Oleh karena itu suatu sistem dibangun berdasarkan elemen yang mendukung sistem tersebut dan
hal ini bergantung pada interaksi antar berbagai sub sistem, maka suatu sistem akan melindungi
dirinya melalui tiga hal, yaitu :
a. Menghasilkan outputs yang secara layak memuaskan;
b. Menyandarkan diri pada ikatan-ikatan yang berakar dalam sistem itu sendiri;
c. Menggunakan atau mengancam untuk menggunakan kekuatan (penggunaan otoritas).
Menurut Thomas R. Dye, dengan teori sistem ini dapat diperoleh petunjuk mengenai:
a. Dimensi-dimensi lingkungan apakah yang menimbulkan tuntutan-tuntutan terhadap sistem politik
?
b. Ciri-ciri sistem politik yang bagaimanakah yang memungkinkannya untuk mengubah tuntutan-
tuntutan menjadi kebijakan publik dan berlangsung terus-menerus ?
c. Dengan cara yang bagaimana masukan-masukan yang bersasal dari lingkungan mempengaruhi
sistem politik?
d. Ciri-ciri sistem politik yang bagaimanakah yang mempengaruhi isi kebijakan publik?
e. Bagaimanakah masukan-masukan yang berasal dari lingkungan mempengaruhi kebijakan publik?
6. Model Elit
Model elit adalah (the ruling elite model) adlaah sebuah model analisis yang
dikembangkan dengan mengacu pada teori elit (elite theory).Kebijakan publik dilihat dari sudut
teori elit selalu dianggap sebagai the result of preference and values of governing elite (cerminan
dari preferensi kehendak dan nilai-nilai yang dianut oleh elit berkuasa). Miliband berpendapat
bahwa negara bukanlah sebuah badan yang netral, melainkan sebuah instrumen untuk dominasi
klas. Dalam masyarakat kapitalis negara pada hakekatnya merupakan instrumen bagi golongan
borjuis untuk mengokohkan dominasinya (secara sosial, ekonomi dan politik) dalam masyarakat,
(Wahab (2008:88). Kelompok elit yang bertugas membuat dan melaksanakan kebijaksanaan
digambarkan dalam model ini sebagai mampu bertindak/berbuat dalam suatu lingkungan yang
ditandai dengan sikap massa yang apatis, kerancuan informasi, sehingga massa menjadi pasif.
Kebijakan publik mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari golongan elit ke golongan masssa.
Kelompok elit yang mempunyai kekuasaaan dan nilai-nilai elit berbeda dengan massa. Dengan
demikian kebijakan publik adalah merupakan perwujudan keinginan-keinginan utama dan nilai-
nilai golongan elit yang berkuasa.
Menurut Islamy (2000:40), Model elit-massa dapat dirumuskan secara singkat sebagai
berukut :

 Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok kecil (golongan elit) yang mempunyai kekuasaan
(penguasa) dan kelompok besar (golongan non-elit) yang tidak punya kekuasaan (diuasai).
Hanya sejumlah kecil orang-orang yang menentukan kebijaksanaan negara, sedangkan massa
(rakyat) tidak ikut menentukan.
 Kelompok elit yang berkuasa tidak mempunyai tipe yang sama (berbeda) dengan kelompok
non-elit yang dikuasai. Karena kelompok elit ditentukan atau dipilih secara istimewa dari
golongan masyarakat yang mempunyai tingkat sosial-ekonomi tinggi.
 Perpindahna posisi/kedudukan dari non-elit ke elit harus diusahakan selamba mungkin dan
terus-menerus untuk mempertahankan stabilitas dan menghindari pergolakan (revolusi).
Hanyala non-elit ynag telah menerima konsensus dasar golongan elit yang dapat masuk ke
dalam lingkaran penguasa.
 Golongan elit menggunakan konsensus tadi untuk mendukung nilai-nilai dasar dan sistem sosial
untuk melindungi sistem tersebut.
 Kebijaksanaan negara tidaklah menggambarkan keinginan massa tetapi keinginan elit.
 Golongan elit yang aktif relatif sedikit sekali memperoleh pengaruh dari massa yang
apatis/pasif. Elitlah yang mempengaruhi masa dan bukan massa yang mempengaruhi elit.
Menurut Islamy (1984:39), kelompok elit yang bertugas membuat dan melaksanakan
kebijaksanaan digambarkan dalam model ini sebagai mampu bertindak/berbuat dalam suatu
lingkungan yang ditandai dengan sikap massa yang apatis, kerancuan informasi, sehingga massa
menjadi pasif. Kebijaksanaan negara mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari golongan elit yang
mempunyai kekuasaan dan nilai-nilai elit berbeda dengan massa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari
suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu.Model adalah wakil ideal dari
situasi-situasi dunia nyata.Model adalah menyederhanakan dari realitas yang diwakili. Model
dapat dibedakan atas model fisik dan model abstrak. Model memiliki fungsi antara lain: Membantu
kita untuk memperoleh pemahaman tentang peroperasinya sistem alamiah atau system buatan
manusia. Model membantu kita menjelaskan sistem apa, dan bagaimana sistem tersebut
beroperasi, membantu kita dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah elemen-elemen
tertentu yang relevan dengan permasalahan, membantu kita memperjelas hubungan antara elemen-
elemen tersebut, membantu kita dalam merumuskan kesimpulan dan hipotesis mengenai hakekat
hubungan antar elemen. Selain fungsi yang di miliki model, model kebijakan juga memiliki jenis
yaitu model pluralis, elitis, sistem, rasional, inskrementalis, dan institusional.

Anda mungkin juga menyukai