Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rona Amelia Putri

NPM : D1D018073
Jurusan : Administrasi Publik
penguji : Dr Djonet Santoso, MA
Buku : Public Policy
Penulis : Dr. Riant Nugroho

RESUME BUKU

A. Dinamika Kebijakan Publik


Negara adalah sebuah entitas politik yang bersifat formal mempunyai minimal
empat komponen utama. Pertama, komponen lembaga-lembaga negara yaitu lembaga
pemerintah atau eksekutif, lembaga perundangan atau legislatif, dan lembaga peradilan
atau yudikatif. Kedua, komponen rakyat sebagai warga negara (citizen) yang
mempunyai hak-hak kewargaan, yaitu hak politik, hukum, ekonomi, sosial, kultural,
komunitarian, sosial, individual, intelektual, dan biologis atau sebutan universalnya
hak asasi manusia (HAM). Ketiga, wilayah yang diakui kedaulatannya. Keempat,
komponen kebijakan publik. Setiap negara dipastikan mempunyai konstitusi, peraturan
perundangan, keputusan kebijakan sebagaoi aturan main hidup bersama. Kebijakan
publik termasuk di dalamnya “Tata Kelola Negara” (governance), yang mengatur
interaksi antara negara dan rakyat.
Dinamika kebijakan publik merupakan bagian alami dan wajar dari kebijakan
publik. Namun, kebijakan publik bukanlah bagian dari politik semata. Jika kebijakan
publik menjadi bagian politik saja, kebijakan publik menjadi bagian dari kekuasaan;
kebijakan publik menjadi bagian dari selera kekuasaan. Maka, yang terjadi adalah
kebijakan penguasan bukan kebijakan publik.
Menurul Carl I. Federick, mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan
tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang
ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kebijakan publik merupakan bagian, atau
interaksi politik, ekonomi, sosial, dan kultural. Bahkan dapat dikatakan bahwa
kebijakan publik adalah melting pot atau hasil sintesis dinamika politik, ekonomi,
sosial, dan kultural tempat kebijakan itu sendiri berada. Kebijkan publik sendiri
memiliki bentuk dinamik tiga dimensi kehidupan setiap negara, yaitu :
1. Dinamika politik, karena kebijakan publik merupakan bentuk paling nyata sistem
politik yang dipilih. Politik demokratis memberikan hasil kebijakan publik yang
berproses secara demokratis dan dibangun untuk kepentingan kehidupan bersama,
bukan orang-seorang atau satu atau beberapa golongan saja.
2. Dimensi hukum, kebijakan publik merupakan fakta hukum dari negara, sehingga
kebijakan publik mengikat seluruh rakyat dan juga seluh penyelenggara negara,
terutama penyelenggara pemerintahan. Fakta ini ditekan karena hukum yang buruk
adalah hukum yang berlaku untuk rakyat dan bukan untuk pembuat atau penegak
hukum.
3. Dimensi manajemen, karena kebijakan publik perlu untuk dirancang atau
direncanakan, dilaksanakan melalui berbagai organisasi dan kelembagaan, dipimpin
oleh pemerintah beserta organisasi eksekutif yang dipimpinnya, yaitu birokrasi,
bersama-sama dengan rakyat, dan untuk mencapai hasil yang optimal, maka
implementasi kebijakan publik harus dikendalikan.
Dinamika kebijakan publik memberikan arah bagi pemahaman kebijakan negara
maju dan terbelakang. Pemahaman yang dikedepankan adalah bahwa negara maju
bukan diukur dari banyaknya kebijakan publik yang dibuat atau dimilikinya, melainkan
dari karakter kebijakan publiknya. Kecenderungan negara, kebijakan publiknya
mengarah pada perlindungan dan kesinambungan sumber daya alam, pemberdayaan,
manajemen, menggerakkan manusia, dan merespons masa depan. Sementara negara
berkembang cenderung mengembangkan kebijakan yang mengektraksi kekayaan alam
secara bersar-besaran, lebih pada kebijakan yang serba melarang daripada
memberdayakan, cenderung mengendalikan, menjaga manusia agar tidak beranjak dari
tempatmya, dan mengutamakan tertib masa lalu dan status quo daripada masa depan.
Adapun bentuk kebijakan publik, yaitu :
1. Kebijakan publik bersifat makro atau umum, atau mendasar, seperti UUD 1945,
UU/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan Peraturan Daerah.
2. Kebijakan publik bersifat messo atau menengah atau penjelas pelaksanaan.
Kebijakan ini berbentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan
Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota.
3. Kebijakan publik bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau
implementasi kebijakan di atasnya. Bentuk kebijakannya adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh aparat publik di bawah menteri, gubernur, bupati, dan walikota.
Tujuan kebijakan publik dapat dibedakan menjadi :
1. Mendistribusikan sekaligus menyerap sumber daya negara kepada masyarakat, yaitu
:
a. Kebijakan absorbtif adalah kebijakan yang menyerap sumber daya, terutama
sumber daya ekonomi dalam masyarakat yang akan dijadikan modal atau biaya
untuk mencapai tujuan bersama.
b. Kebijakan distributif adalah kebijakan yang secara langsung atau tidak langsung
mengalokasikan sumber-sumber daya material ataupun non material ke seluruh
masyarakat.
2. Regulatif versus deregulatif. Kebijakan regulatif bersifat mengatur dan membatasi
seperti kebijakan tarif, kebijakan pengadaan barang dan jasa, kebijakan HAM, dll.
Kebijakan deregulatif bersifat membebaskan, seperti kebijakan penghapusan tarif,
kebijakan pencabutan daftar negatif investasi.
3. Dinamisasi versus stabilisasi. Kebijakan dinamisasi bersifat menggerakkan sumber
daya nasion untuk mencapai kemajuan tertentu yang dikehendaki, misalnya
kebijakan desentralisasi, kebijakan zona industri eksklusif, dll. Kebijakan stabilisasi
bersifat mengerem dinamika yang terlalu cepat agar tidak merusak sistem yang ada
baik sistem politik atau sistem lainnya seperti kebijakan pembatasan transaksi valas,
kebijakan penetapan suku bunga, dan kebijakan keamanan negara.
4. Kebijakan yang memperkuat negara versus memperkuat pasar. Kebijakan yang
memperkuat negara adalah kebijakan yang mendorong lebih besar peran negara
seperti kebijakan tentang pendidikan nasional, sementara kebijakan yang
memperkuat pasar atau publik adalah kebijakan yang mendorong lebih besar peran
publik atau mekanisme pasar daripada peran negara seperti kebijakan privatitisasi
BUMN.
Pemahaman dasar proses kebijakan, yaitu :
1. Isu kebijakan. Isu ini bersifat mendasar, menyangku banyak orang, dan memang
harus diselesaikan. Isu kebijakan terdiri dari problem dan goal. Artinya kebijakan
publik dapat berorientasi pada permasalahan yang muncul pada kehidupan publik,
dan dapat pula berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai pada kehidupan publik.
2. Isu kebijakan ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut.
3. Setelah dirumuskan, kebijakan publik ini kemudian dilaksanakan baik pemerintah
atau masyarakat maupun pemerintah bersama-sama masyarakat.
4. Namun, dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca-pelaksanaan, diperlukan
tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk dinilai apakah kebijakan tersebut
sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan diimplementasikan dengan baik dan
benar pula.
5. Implementasi kebijakan bermuara pada output yang dapat berupa kebijakan itu
sendiri ataupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pemanfaat.
6. Dalam jangka panjang, kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk
dampak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan yang hendai
dicapai dengan kebijakan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tiga kegiatan pokok dalam kebijakan publik,
yaitu perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan dengan
penambahan revisi kebijakan dimana perumusan kembali dari kebijakan.
Tabel Perbandingan Kebijakan Publik
Ideal Menyimpang
1. Menjamin persaingan sehat. 1. Pemberian proteksi dan monopoli tanpa
2. Kepastian hukum. batas jelas.
3. Pajak yang proporsional. 2. Bias hukum.
4. Memberdayakan badan-badan usaha. 3. Pajak daerah yang mengisap kemampuan
5. Pendidikan yang mengacu pada rakyat.
tantangan global. 4. Menjual badan-badan usaha secara obral.
6. Membangun kecakapan berdemokrasi. 5. Penyeragaman pendidikan.
7. Privatisasi dalam bentuk penyebaran 6. Membuka peran demokrasi tanpa batas
kepemilikan BUMN kepada publik yang jelas.
domestik secara adil dan merata. 7. Privatisasi BUMN dalam bentuk
8. Subsidi yang proporsional/sesuai dengan pemindahan monopoli dari negara ke
target subsidi yang dikehendaki. swasta, atau ke asing.
9. Kesempatan yang sama bagi investor 8. Subsidi tanpa batas-batas atau
domestik dan global untuk menguasai penghapusan subsidi secara total.
aset ekonomi produktif nasional. 9. Memprioritaskan investor global untuk
10. Kebijakan yang menjamin penerapan menguasai aset ekonomi produktif
prinsip good governance di setiap nasional.
organisasi. 10. Kebijakan yang memberi hak diskresi
kepada kelompok dalam good
governance.

B. Analisis Kebijakan Publik


Analisis kebijakan publik adalah teori yang berasal dari pengalaman terbaik, dan
bukan diawali dari temuan, kajian akademik, atau penelitian ilmiah. Dengan demikian,
pengembangan teori analisis kebijakan publik di masa mendatang akan semakin
ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan yang terjadi di lingkungan administrasi
publik.
1. Analisis Kebijakan Versi William N. Dunn
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut :
a. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada
agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk
dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk
ke agenda kebijakan para perumus kabijakan.
b. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options)
yang ada.
Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk
dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
Dalam tahap ini masing-masing aktor akan bersaing dan berusaha untuk
mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
c. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau putusan peradilan.
d. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika
program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-
badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan
yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang
memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.
Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing.
Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana
(implementors), namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh para
pelaksana.
e. Tahap evaluasi kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih
dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria
yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah
dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.
2. Analisis Kebijakan Versi Weimer-Vining
Kedua penulis mengemukakan bahwa kerangka konseptual analisis kebijakan
terdiri dari langkah-langkah mendiagnosis masalah, mengidentifikasi alternatif
kebijakan yang mungkin, menilai efisien kebijakan-dikaitkan dengan melakukan
perhitungan cost benefit dari kebijakan. Kedua penulis mengangkat pendekatan
model “rasionalis” dalam analisis kebijakan yang mempunyai bagian-bagian, yaitu
:
a. Mendefinisikan permasalah (define the problem)
b. Menetapkan kriteria evaluasi (establish evaluation criteria)
c. Mengidentifikasi alternatif kebijakan (identifiy alternative policies)
d. Memaparkan alternatif-alternatif dan memilih salah satu (display alternatives
and select among them)
e. Memonitor dan mengevaluasi manfaat (monitor and evaluated policy
outcomes)
Proses analisis kebijakan terdiri dari dua tahap utama yaitu analisis masalah
dan analisis solusi.
a. Understanding the problem, yang mencakup kegiatan :
1) Receiving the problem: assesing symptoms.
2) Framing the problem: analyzing market and government failure.
3) Modeling the problem: identifying policy variables.
b. Choosing and explaining relevant goals and constraints.
c. Selection a solution method
Ketiga langkah diatas disebut Problems Analysis, yang dilanjutkan dengan
Solution Analysis, yaitu :
d. Choosing evaluation criteria.
e. Specifiying policy alternatives.
f. Evaluating: predicting impacts of alternatives and valuing the in terms of
criteria
g. Recommending actions.
Pada proses analisis, secara paralel dilakukan pekerjaan pengumpulan
informasi yang disebut identifiying and organizing relevant data, theories, and
fact for assessing problem and predicting consequences of current and alternative
policies. Pengumpulan informasi memberikan kontribusi baik pada analisis
permasalahan maupun analisis solusi. Setelah dilakukan analisis solusi, dilakukan
langkah komunikasi yang disebut conveying useful advice to clients. Perlu menjadi
perhatian pada langkah framing, dimana Weimer dan Vining menyarankan metode
framing yang berfokus pada dua kemungkinan akar masalah, apakah government
failure atau market failure.

C. Manajemen Kebijakan
Manajemen kebijakan publik merupakan media atau aktor penentu yang
memiliki peran dalam setiap permasalahan sosial yang melibatkan organisasi atau
badan (aktor) dalam pengaturan sehingga dalam pelaksanaan tugas guna mencapai
tujuan dengan maksimal dan memenuhi tanggungjawab yang diberikan. Manajemen
publik memiliki tiga dimensi pokok, yaitu perumusan, implementasi, dan
pengendalian.
1. Perumusan Kebijakan
Secara umum dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
a. Munculnya isu kebijakan. Isu kebijakan dapat berupa masalah/kebutuhan/
masyarakat atau negara yang bersifat mendasar, memiliki cangkupan yang
besar dan memerlukan pengaturan pemerintah.
b. Setelah pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk Tim Perumusan
Kebijakan yang terdiri atas pejabat birokraksi terkait dan ahli kebijakan
publik. Tim ini kemudian secara paralel merumuskan :
1) Naskah akademik dan/atau langsung
2) Merumuskan draf nol kebijakan
c. Setelah terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum
publik.
1) Forum publik pertama, yaitu pakar kebijakan dan pakar yang berkenaan
dengan masalah yang terkait (bila perlu diikutsertakan anggota legislatif
yang membidangi bidang tersebut).
2) Setelah itu dilanjutkan dengan forum publik kedua, yaitu dengan instansi
pemerintah di luar lembaga pemerintah yang merumuskan kebijakan
tersebut.
3) Dilanjutkan dengan forum publik ketiga, yaitu para pihak yang terkait
langsung dengan kebijakan atau yang terkena impak langsung
(beneficiaries).
4) Diskusi forum publik keempat yaitu dengan seluruh pihak terkait secara
luas dengan menghadirkan tokoh masyarakat, termasuk lembaga swadaya
masyarakat yang mengurusi isu terkait. Tujuannya untuk membangun
pemahaman publik terhadap rencana munculnya suatu suatu kebijakan.
Dan hasil diskusi dijadikan meteri penyusunan pasal-pasal kebijakan yang
akan dikerjakan Tim Perumus yang disebut Draf 1.
d. Draf 1 didiskusikan dan diverifikasi dalam focused group discussion yang
melibatkan dinas/instansi terkait, para pakar kebijakan, dan pakar dari
permasalahan yang akan diatur.
e. Tim Perumus merumuskan Draf 2 yang merupakan Draf Final dari kebijakan.
f. Draf Final ini kemudian disahkan oleh pejabat berwenang, atau, untuk
kebijakan undang-undang, dibawa ke proses legislasi yang secara perundang-
undang telah diatur.

2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan memiliki beberapa fase tahapan, implementasi
kebijakan normalnya memiliki empat fase, yaitu:
a. Sosialisasi yaitu proses memperoleh pengetahuan.
b. Implementasi yaitu bagian dari program yang dilaksanakan sebagai
pencapaian sasaran.
c. Kontrol yaitu proses usaha pengamatan dari pelaksanaan suatu kegiatan.
d. Evaluasi proses menentukan nilai untuk suatu hal berdasarkan acuan tertentu.
3. Pengendalian Kebijakan
Di buku ini, Riant Nugroho, menyatakan pemahamannya adalah “kebijakan
publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan
publik harus dikendalikan. Jadi, daripada saya menggunakan frase evaluasi
kebijakan, saya memilih untuk menggunakan istilah pengendalian kebijakan”.
Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu :
a. Monitoring kebijakan
Monitoring merupakan usaha secara terus menerus untuk memahami
perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek
yang sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk menghindarkan terjadinya
penyimpangan/kesalahan/keterlambatan sehingga dapat diluruskan dan juga :
1) Memastikan proses implementasi sesuai dengan model implementasi
yang sesuai.
2) Memastikan bahwa implementasi kebijakan menuju arah kinerja
kebijakan yang dikehendaki.
b. Evaluasi kebijakan
Kebijakan harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut
adalah evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan di evaluasi dari perumusan
kebijakan, implementasi kebijakan, kinerja kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Keempat komponen tersebut yang menentukan berhasil atau
tidaknya dari kebijakan itu sendiri. Ciri evaluasi kebijakan, yaitu :
1) Tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kinerja
kebijakan.
2) Evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, dan target kebijakan.
3) Prosedur dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi.
4) Dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau kebencian.
5) Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan, dan kinerja kebijakan.
c. Pengganjaran kebijakan
Pengganjaran kebijakan publik merupakan penghukuman, dimana
bermakna insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil
dari monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengganjaran
dalam hal ini sangat penting karena sebuah monitoring dan evaluasi yang
telah dilakukan tanpa memberikan sebuah balasan atau ganjaran termasuk
hukuman di dalamnya tidak akan berarti apa-apa.

Setiap evaluasi kebijakan menghasilkan kesimpulan, apakah kebijakan akan


dilanjutkan atau dihentikan. Proses revisi kebijakan, yaitu :
a. Munculnya isu kebijakan yang memerlukan evaluasi kebijakan.
b. Menangkap isu kebijakan dan membentuk Tim Evaluasi Kebijakan yang
merangkap Tim Revisi Kebijakan.
c. Proses evaluasi kebijakan.
d. Proses Revisi Kebijakan/Penyusunan Draf 0.
e. Forum Publik I (para pakar kebijakan dan pakar yang berkenaan dengan
masalah yang terkait).
f. Forum Publik II (instansi pemerintah di luar lembaga pemerintahan yang
merumuskan kebijakan tersebut).
g. Forum Publik III (beneficiaries).
h. Forum Publik IV (seluruh pihak terkait secara luas: tokoh-tokoh masyarakat,
LSM, asosiasi usaha terkait).
i. Perumusan Draf 1.
j. Diskusi FGD Draf 1 dilaksanakan.
k. Perumusan Draf 2 (Draf Final).
l. Pengesahan (untuk kebijakan yang bukan Undang-Undang) atau proses
Legislasi (untuk kebijakan Undang-Undang).

Kesimpulan : Tugas negara hanya ada, yakni menghasilkan kebijakan publik yang unggul
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hanya dengan kebijakan
yang unggul, dapat dibangun negara yang unggul. Dengan negara yang
unggul, maka Indonesia dapat mengambil peran dan manfaat sebesar
mungkin dari proses globalisasi. Jadi, kebijakan publik adalah levarrage
utama untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana mandat UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai