NPM : D1D018073
Jurusan : Administrasi Publik
penguji : Dr Djonet Santoso, MA
Buku : Public Policy
Penulis : Dr. Riant Nugroho
RESUME BUKU
C. Manajemen Kebijakan
Manajemen kebijakan publik merupakan media atau aktor penentu yang
memiliki peran dalam setiap permasalahan sosial yang melibatkan organisasi atau
badan (aktor) dalam pengaturan sehingga dalam pelaksanaan tugas guna mencapai
tujuan dengan maksimal dan memenuhi tanggungjawab yang diberikan. Manajemen
publik memiliki tiga dimensi pokok, yaitu perumusan, implementasi, dan
pengendalian.
1. Perumusan Kebijakan
Secara umum dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
a. Munculnya isu kebijakan. Isu kebijakan dapat berupa masalah/kebutuhan/
masyarakat atau negara yang bersifat mendasar, memiliki cangkupan yang
besar dan memerlukan pengaturan pemerintah.
b. Setelah pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk Tim Perumusan
Kebijakan yang terdiri atas pejabat birokraksi terkait dan ahli kebijakan
publik. Tim ini kemudian secara paralel merumuskan :
1) Naskah akademik dan/atau langsung
2) Merumuskan draf nol kebijakan
c. Setelah terbentuk, rumusan draf nol kebijakan didiskusikan bersama forum
publik.
1) Forum publik pertama, yaitu pakar kebijakan dan pakar yang berkenaan
dengan masalah yang terkait (bila perlu diikutsertakan anggota legislatif
yang membidangi bidang tersebut).
2) Setelah itu dilanjutkan dengan forum publik kedua, yaitu dengan instansi
pemerintah di luar lembaga pemerintah yang merumuskan kebijakan
tersebut.
3) Dilanjutkan dengan forum publik ketiga, yaitu para pihak yang terkait
langsung dengan kebijakan atau yang terkena impak langsung
(beneficiaries).
4) Diskusi forum publik keempat yaitu dengan seluruh pihak terkait secara
luas dengan menghadirkan tokoh masyarakat, termasuk lembaga swadaya
masyarakat yang mengurusi isu terkait. Tujuannya untuk membangun
pemahaman publik terhadap rencana munculnya suatu suatu kebijakan.
Dan hasil diskusi dijadikan meteri penyusunan pasal-pasal kebijakan yang
akan dikerjakan Tim Perumus yang disebut Draf 1.
d. Draf 1 didiskusikan dan diverifikasi dalam focused group discussion yang
melibatkan dinas/instansi terkait, para pakar kebijakan, dan pakar dari
permasalahan yang akan diatur.
e. Tim Perumus merumuskan Draf 2 yang merupakan Draf Final dari kebijakan.
f. Draf Final ini kemudian disahkan oleh pejabat berwenang, atau, untuk
kebijakan undang-undang, dibawa ke proses legislasi yang secara perundang-
undang telah diatur.
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan memiliki beberapa fase tahapan, implementasi
kebijakan normalnya memiliki empat fase, yaitu:
a. Sosialisasi yaitu proses memperoleh pengetahuan.
b. Implementasi yaitu bagian dari program yang dilaksanakan sebagai
pencapaian sasaran.
c. Kontrol yaitu proses usaha pengamatan dari pelaksanaan suatu kegiatan.
d. Evaluasi proses menentukan nilai untuk suatu hal berdasarkan acuan tertentu.
3. Pengendalian Kebijakan
Di buku ini, Riant Nugroho, menyatakan pemahamannya adalah “kebijakan
publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan
publik harus dikendalikan. Jadi, daripada saya menggunakan frase evaluasi
kebijakan, saya memilih untuk menggunakan istilah pengendalian kebijakan”.
Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu :
a. Monitoring kebijakan
Monitoring merupakan usaha secara terus menerus untuk memahami
perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek
yang sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk menghindarkan terjadinya
penyimpangan/kesalahan/keterlambatan sehingga dapat diluruskan dan juga :
1) Memastikan proses implementasi sesuai dengan model implementasi
yang sesuai.
2) Memastikan bahwa implementasi kebijakan menuju arah kinerja
kebijakan yang dikehendaki.
b. Evaluasi kebijakan
Kebijakan harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut
adalah evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan di evaluasi dari perumusan
kebijakan, implementasi kebijakan, kinerja kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Keempat komponen tersebut yang menentukan berhasil atau
tidaknya dari kebijakan itu sendiri. Ciri evaluasi kebijakan, yaitu :
1) Tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kinerja
kebijakan.
2) Evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, dan target kebijakan.
3) Prosedur dapat dipertanggungjawabkan secara metodologi.
4) Dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau kebencian.
5) Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan, dan kinerja kebijakan.
c. Pengganjaran kebijakan
Pengganjaran kebijakan publik merupakan penghukuman, dimana
bermakna insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil
dari monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengganjaran
dalam hal ini sangat penting karena sebuah monitoring dan evaluasi yang
telah dilakukan tanpa memberikan sebuah balasan atau ganjaran termasuk
hukuman di dalamnya tidak akan berarti apa-apa.
Kesimpulan : Tugas negara hanya ada, yakni menghasilkan kebijakan publik yang unggul
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hanya dengan kebijakan
yang unggul, dapat dibangun negara yang unggul. Dengan negara yang
unggul, maka Indonesia dapat mengambil peran dan manfaat sebesar
mungkin dari proses globalisasi. Jadi, kebijakan publik adalah levarrage
utama untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana mandat UUD 1945.