Anda di halaman 1dari 2

Nama : Apryan Alfito Rizqi

NIM : 21652011012
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pemerintahan
Program studi/Fakultas : Ilmu Pemerintahan / FISIP
Semester :1

1. Model Elit

Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk piramida, dimana
masyarakat berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal
birokrasi pembuat kebijakan publik (dalam hal ini pemerintah) berada ditengah – tengah antara
masyarakat dan elit.

Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu
kebijakan yang seharusnya menjadi agenda politik di tingkat atas. Sementara
birokrat/administrator hanya menjadi mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas
ke bawah. Elit politik selalu ingin mempertahankan status quo, maka kebijakannya menjadi
konservatif. Perubahan kebijakan bersifat trial and error yang hanya mengubah atau
memperbaiki kebijakan sebelumnya.

Contoh kasus :

Salah satu kasus dari model elit yaitu kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk mengetas
atau mengurangi kemiskinan, yang di sebut Bantuan Langsung Tunai atau BLT. Kebijakan ini
bisa dikatakan kebijakan yang trial & eror, karena dalam kenyataan penerapannya kebijakan ini
tidak mempengaruhi apa – apa. Uang yang harusnya diterima oleh masyarakat yang kurang
mampu justru dipotong di sana – sini oleh berbagai oknum dan berbagai alasan. Oleh karena itu
kelanjutan kebijakan ini tidak diteruskan.

.Model Kelompok

Pada model ini pemerintah membuat kebijakan karena adanya tekanan dari berbagai kelompok.
Kebijakan publik merupakan hasil perimbangan (equilibrium) dari berbagai tekanan kepada
pemerintah, dari berbagai kelompok kepentingan. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu
kelompok kepentingan ditentukan oleh jumla anggotanya, harta kekayaannya, kekuatan, dan
kebaikan organisasi, kepemimpinan, hubungannya yang erat dengan pembuat keputusan, kohesi
intern para anggotanya.

Contoh kasus :

Pemerintah kabupaten kebumen, melalui bupati KH. M.Nashirudin Al Mansyur menyatakan


status “qou”, yakni kembali pada keadaan semula atas permasalahan tanah dinas penelitian
pengembangan (Dislitbang) TNI AD dengan Masyarakat wilayah Urut Sewu Kebumen. Artinya
penggunaan lahan untuk kegiatan dilaksanakan seperti sebelum ada permasalahan.”TNI dapat
melaksanakan latihan seperti sedia kala. Sedangkan para petani melaksanakan kegiatan bercocok
tanam,” selanjutnya penyelesaian permasalahan tanah selanjutnya akan diadakan peninjauan
dilapangan oleh TNI, Pemerintah Daerah, serta masyarakat. Hal itu dalam rangka penentuan
batas kepemilikan tanah (suara merdeka).

2. Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari
rakyatnya dalam kerangka NKRI, sedangkan dekonsentrasi adalah sebuah kegiatan penyerahan
berbagai urusan dari pemerintah pusat kepada badan-badan lain.
Contoh:
Desentralisasi, Presiden memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat.
Dekonsentrasi, di Jakarta akan diadakan ajang balap Formula-E, dan Presiden melimpahkan
wewenang ke Gubernur DKI Jakarta

3. Birokrasi di Kabupaten Malang saya rasa masih cenderung mengarah ke politisasi birokrasi,
karena pada prakteknya birokrat di Kabupaten Malang kebanyakan memiliki unsur kenalan yang
bisa saja mampu memperkuat basis perekonomian penguasa negara agar bisa secara efektif
mengendalikan warga masyarakat serta tidak mencerminkan peran birokrasi sabagai abdi negara
dan masyarakat sebagai public servant.

Anda mungkin juga menyukai