Anda di halaman 1dari 10

Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

RELASI POLITIK DAN ADMINISTRASI


DALAM KEPEGAWAIAN DAERAH

Oleh :
M.R. Khairul Muluk

Abstract
Relation in Politic and administration can be explained in two aspects: local government value and Personnel. Relation in
first aspect is represented in debates between structural efficiency and local democracy model. Relation in second aspect
is represented in struggle between value-free and value-laden approach. These relations put into continuum rather than
dichtomy between politic and administration because both of them are viewed as complementary rather competition.

Keyword: local government model, local government personnel, structural effeciency model, local democracy model,
value-laden approach, value-free approach.

PENDAHULUAN terkenal bureaucratic polity (1980).


Selanjutnya tulisan ini berusaha
Praktek dan teori administrasi publik memaparkan betapa pergulatan administrasi
senantiasa berkutat dengan perdebatan antara publik dan politik juga merambah ranah
penekanan pada aspek politik pada suatu masa, pemerintahan dan kepegawaian daerah.
kemudian bergeser pada penguatan aspek Pergulatan tersebut menyentuh ranah nilai
administrasi dengan mengurangi intervensi karena merupakan batu pondasi dari ranah
politik untuk kemudian selalu berupaya pada lain yang lebih praktis. Tulisan ini sengaja
upaya pencapaian titik keseimbangan antara memilih dua aspek tersebut untuk memberikan
pengaruh politik dan administrasi. Persoalan contoh bahwa sebenarnya relasi politik
ini senantiasa menjadi isu yang tak berakhir dan administrasi merambah postur besar
bagi administrasi publik dalam semua sektor administrasi publik dengan segala aspeknya.
di setiap masa. Terkadang posisi politik begitu
dominan mempengaruhi nilai dan institusi
administrasi publik dan terkadang administrasi RELASI DALAM NILAI DASAR
publik mampu menjauhkan dominasi politik PEMERINTAHAN DAERAH
meskipun tak mampu menghilangkannya
sama sekali, bahkan dalam masa tertentu Sejak awal munculnya kebijakan
(terutama dalam masa pemerintahan Orde desentralisasi (decentralisatie wet 1903)
Baru) pernah terjadi ketika birokrasi justru termasuk sejak proklamasi kemerdekaan
yang lebih menguasai institusi politik. Hal Republik Indonesia, kebijakan desentralisasi
tersebut misalnya dapat disimak dari kajian telah mengalami beberapa kali perubahan
Karl D. Jackson dalam konsepnya yang sangat yang ditandai dengan pasang surutnya nilai

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 1


VOL. 3, No.1, Juni 2009

dasar desentralisasi yang dianut. Perubahan kontinum, penerapan model efisiensi struktural
kebijakan desentralisasi ini menandai pula mengandung kadar yang berbeda antar negara
arah pendulum yang seringkali berubah antara namun umumnya tidak pula mengabaikan
structural efficiency model dan local democracy pertimbangan demokrasi lokal. Jika kadar
model. Sejak masa tersebut, pemerintahan efisiensi strukturalnya tinggi maka kadar
daerah di Indonesia dapat dibagi ke dalam demokrasi lokalnya rendah demikian pula jika
enam putaran dilihat dari sudut pandang nilai kadar efisiensi strukturalnya rendah maka
yang hendak diwujudkan. Putaran pertama dari kadar demokrasi lokalnya tinggi. Hal ini terjadi
tahun 1903 sampai 1922 menuju nilai efisiensi. karena pada dasarnya pertimbangan efisiensi
Putaran kedua dalam kurun waktu 1922 sampai dan efektivitas pemerintahan merupakan
1942 menuju nilai efisiensi dan partisipasi. sebuah keharusan yang harus dipenuhi oleh
Kurun waktu ini menunjukkan posisi pendulum setiap negara di dunia karena keterbatasan
yang berada di tengah continuum antara nilai sumber daya pemerintah untuk memenuhi
efisiensi dan partisipasi. Putaran ketiga dalam seluruh kebutuhan masyarakat. Pertimbangan
masa 1945-1959 menuju demokrasi atau demokrasi lokal juga mendesak diberlakukan
kedaulatan rakyat. Putaran keempat berada karena kebutuhan pelibatan masyarakat dalam
dalam masa 1959-1974 menuju stabilitas pemerintahan daerah menjadi kecenderungan
dan efisiensi pemerintahan. Putaran kelima kuat di hampir semua negara di dunia ini. Teori
yang berada dalam kurun waktu 1974-1999 kontinum untuk model demokrasi lokal dan
menuju efisiensi dan efektivitas pelayanan efisiensi struktural memberi jawaban akan
publik dan pembangunan. Putaran keenam pertempuran pendapat yang mendikotomi ke
terjadi sejak masa reformasi 1999 yang dua model tersebut.
menekankan partisipasi dan demokrasi menuju Penerapan model demokrasi lokal
kebe-ragaman dalam penyelenggaraan peme- mengandung arti bahwa penyelenggaraan
rintahan daerah (lihat Hoessein, 1995). desentralisasi dan otonomi daerah menuntut
Pergeseran model pemerintahan adanya partisipasi dan kemandirian masya-
daerah dari model efisiensi struktural ke rakat local (daerah) tanpa mengabaikan prinsip
arah model demokrasi lokal dan sebaliknya persatuan negara bangsa. Partisipasi dan
merupakan kenis-cayaan dalam organisasi kemandirian disini adalah berkaitan dengan
negara bangsa yang hubungannya bersifat kemampuan penyelenggaraan pemerintahan
kontinum. Meski pada dasarnya secara dan pembangunan atas prakarsa sendiri yang
ekstrim model demokrasi lokal menjauhi berdampak pada peningkatan kesejahteraan
prinsip efisiensi namun dalam praktek tetap masyarakat. Otonomi daerah merupakan
mengakomodasi prinsip demokrasi lokal wewenang untuk mengatur urusan peme-
dengan kadar yang berbeda-beda. Demikian rintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa
pula dengan model efisiensi struktural yang sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
ekstrim akan menjauhi prinsip demokrasi setempat. Dengan demikian desentralisasi
dalam pemerintahan daerah meskipun dalam sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat
praktek seringkali pula mengakomodasi setempat untuk memecahkan berbagai
pertimbangan efisiensi dan efektivitas masalah dan pem-berian layanan yang bersifat
pemerintahan daerah. dalam pandangan lokalitas demi kesejahteraan masyarakat
2 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula kebutuhan untuk mampu menggerakkan


disebut otonomisasi. Otonomi daerah diberikan seluruh aparat pemerintahan pada tujuan
kepada masyarakat dan bukan kepada Kepala yang sama secara efisien dan didasarkan
Daerah atau Pemerintah Daerah. pula pada kemudahan pemerintah pusat untuk
Desentralisasi pada dasarnya meng-gerakkan seluruh potensi daerah dalam
merupakan sebuah keniscayaan bagi kerangka pencapaian tujuan pemerintahan
penyelenggaraan pemerintahan demokratis dan pembangunan. Berdasarkan model ini,
di negara sebesar Indonesia. Kebijakan model pemerintahan daerah serta hubungan
desentralisasi melahirkan pemerintahan pusat dan daerah diformulasikan dengan
daerah yang memiliki political variety untuk men-dasarkan diri pada prinsip efisiensi dan
menyalurkan local voice dan local choice. efektivitas.
Desentralisasi dimaksudkan sebagai instrumen Pada umumnya ciri yang melekat
yang mampu mengakomodasi aspirasi dalam local democracy model antara lain
masyarakat yang tergolong majemuk dengan sebagai berikut. Pertama, jumlah dan
kondisi dan potensi yang beragam pula. ragam urusan yang didesentralisasi adalah
Namun demikian, perlu pula diwaspadai sangat besar dan diserahkan dengan cara
bersama kemungkinan dampak negatif general competence principle. Kedua, kontrol
desentralisasi yang tak terkendali seperti pemerintah pusat terhadap pemerintahan
munculnya “republik kecil”, “raja kecil”, dan daerah lebih mencerminkan kebebasan
KKN sebagai akibat lemahnya kontrol pusat daerah untuk mengambil keputusan karena
terhadap daerah. Jika dampak negatif terjadi digunakannya kontrol yang bersifat represif.
maka bukannya kemaslahatan yang diperoleh Artinya daerah dapat mengambil keputusan
namun kemudharatan kolektif yang dinikmati. dan menerapkannya tanpa persetujuan
Tentu hal ini akan mengurangi kemampuan pemerintah pusat terlebih dahulu. Jika di
negara untuk mencapai tujuan dasarnya. kemudian hari kebijakan tersebut dianggap
Desentralisasi tidak berarti me- bermasalah, pemerintah pusat dapat mem-
nanggalkan sentralisasi karena pada dasarnya batalkan kebijakan tersebut. Ketiga, keuangan
desentralisasi dan sentralisasi berada dalam daerah yang menyangkut dua hal, yakni
suatu garis kontinuum. Desentralisasi dan kemampuan keuangan daerah yang sebagian
sentralisasi pada dasarnya tidak saling besar berasal dari kapasitas fiskal daerah itu
meniadakan namun saling melengkapi sebagai sendiri sehingga kemandirian fiskal daerah
suatu konfigurasi yang bermanfaat dalam lebih terjamin dan ketergantungan pada
pencapaian tujuan-tujuan pemerintahan. pemerintah pusat melemah. Daerah juga
Oleh karena itulah dapat dipahami bahwa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
penerapan desentralisasi secara tepat dalam mengurus sendiri keuangan daerahnya.
pengertiannya yang luas mampu memenuhi Keempat, kepegawaian daerah dikelola
tujuan pemerintahan. Dalam kondisi seperti dengan prinsip pemisahan (separated) antara
inilah model efisiensi struktural dibutuhkan. pegawai pemerintah pusat dan pegawai
Model tersebut mengedepankan nilai-nilai pemerintah daerah. Daerah memiliki pegawai
utama efisiensi dan efektivitas pemerintahan. sendiri yang terpisah dengan pengelolaan
Nilai-nilai tersebut didasarkan pada pandangan kepegawaian nasional sehingga pengelolaan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 3
VOL. 3, No.1, Juni 2009

pegawai beragam antar daerah sesuai dengan Penggunaan dua nilai dasar ini
kondisi dan potensi daerah masing-masing. dalam praktek bisa bervariasi sesuai dengan
Kelima. Politik kepartaian memungkinkan kebutuhan, masalah, dan aspirasi yang
muncul partai-partai politik lokal sehingga senantiasa berkembang dinamis berdasarkan
corak, aspirasi, dan pilihan-pilihan lokal lebih karakteristik zaman dan masyarakat tertentu.
kuat terartikulasi dalam proses politik lokal. Dalam pemerintahan daerah, penggunaan
Sementara itu, ciri yang melekat nilai dasar tersebut jelas akan mempengaruhi
dalam structural efficiency model antara seluruh dimensi pemerintahan daerah termasuk
lain dijelaskan berikut ini. Pertama adalah penataan daerah, penataan organisasi
Jumlah dan ragam urusan yang diserahkan dan kelembagaan, manajemen keuangan
ke daerah disesuaikan benar dengan potensi daerah, maupun administrasi kepegawaian
nyata daerah dan diberikan secara berhati- daerah. Untuk dimensi yang terakhir, pilihan
hati dengan cara ultra vires doctrine. Kedua antara integrated sytem dengan separated
adalah kontrol pemerintah pusat kepada central and local government personnel
pemerin-tahan daerah yang bersifat preventif. system maupun unified system merupakan
Dalam hal ini, daerah baru dapat menerapkan pilihan kebijakan nasional dalam sistem
kebijakan yang diambil setelah mendapat nasional kepegawaian negara. Selanjutnya,
persetujuan pemerintah pusat. Kontrol seperti dua pendekatan tersebut juga tetap akan
ini lebih efisien dalam mengendalikan daerah mempengaruhi administrasi kepegawaian
dan memudahkan pusat untuk membangun daerah meskipun juga dipengaruhi kuat oleh
irama yang senada di seluruh negeri. Ketiga sistem pemerintahan di masing-masing daerah.
adalah menyangkut keuangan daerah ketika Sistem pemerintahan tersebut pada dasarnya
ketergantungan daerah kepada pusat sangat merupakan administrasi publik pada tingkat
tinggi serta daerah memiliki kewenangan lokal. Bahasan berikut akan dipusatkan pada
yang terbatas dalam mengatur dan mengurus pengaruh berbagai pendekatan administrasi
keuangan daerahnya. Keempat adalah penge- publik yang menunjukkan adanya relasi politik
lolaan kepegawaian yang bersifat terintegrasi dan administrasi terhadap kepegawaian
(integrated) antara pegawai pemerintah pusat daerah.
dan pegawai pemerintah daerah. Pengelolaan
yang menyatu ini menyebabkan pegawai dapat
ditempatkan dimana saja dan digerakkan RELASI POLITIK DAN ADMINIS-TRASI
kemana saja oleh pemerintah pusat sesuai DALAM KEPEGAWAIAN DAERAH
kebutuhan pembangunan dan pemerintahan.
Kelima adalah menyangkut politik kepartaian
yang mencerminkan pengendalian partai politik Dalam bidang studi administrasi
secara nasional. Politik lokal diwarnai oleh publik, menurut Rosenbloom (1989) setidak-
partai politik yang merupakan kepanjangan tidaknya terdapat tiga pendekatan utama
tangan partai politik nasional. Aspirasi lokal yang bisa didiskusikan, yaitu pendekatan
sebenarnya tetap dapat diakomodasi dalam manajerial, politik, dan legal. Masing-masing
hal ini namun tetap berada dalam koridor pendekatan tersebut menekankan nilai,
kepentingan nasional. susunan organisasi, pandangan individual, dan

4 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

orientasi intelektual yang berbeda satu sama sumber daya manusia sektor publik ini sebagai
lain. Oleh karena itu, administrator publik bisa bidang yang gersang dan tandus bagi studi-
jadi lebih memainkan peran sebagai manajer, studi teoritis. Bahkan ada anggapan dari
atau pembuat kebijakan, atau pelaksana sebagian Guru Besar tersebut yang melihat
regulasi konstitusional bergantung pada bidang ilmu ini sebagai ‘ilmu tukang’ yang
pendekatan mana yang lebih di-tekankannya. hanya mengajarkan mahasiswa untuk menjadi
Hal yang sama rupanya terjadi pula pada tukang-tukang dalam pekerjaannya karena
bidang kepegawaian, yang mana selama tidak membutuhkan analisis yang tajam dan
puluhan tahun di Indonesia lebih berorientasi mendalam. Hal ini terjadi karena bidang
pada pendekatan legal. Jadi, disadari atau kepegawaian dianggap sebagai kegiatan
tidak studi kepegawaian dalam kerangka judul administratif rutin belaka sehingga para peneliti
administrasi kepegawaian daerah umumnya bidang ini akhirnya cenderung untuk mencari
telah terjebak hanya pada satu pendekatan solusi rutin atas permasalahan-permasalahan
saja. dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Hal yang sama sebenarnya terjadi tidak Pendekatan legal-formal yang diakibatkan
hanya di Indonesia saja, di Amerika Serikat persoalan pertama akhirnya merambah pada
jauh-jauh hari juga mengalami persoalan persoalan ke dua ini sehingga menyebabkan
serupa. Klingner & Nalbandian (1985) telah pengelolaan sumber daya manusia menjadi
menunjukkan masalah tersebut sebagai bagian yang tidak lagi menantang secara
masalah berat yang dihadapi oleh studi-studi akademis karena telah dibatasi oleh koridor
kepegawaian daerah. Berbagai faktor telah normatif yang telah ditetapkan. Pengembangan
mendukung kurang berkembang-nya studi dan suatu teori dalam bidang tertentu mem-
teori kepegawaian negara. butuhkan perhatian dari sejumlah variabel yang
Pertama, terlalu banyak bagian dari berfluktuasi dan menantang. Jika fluktuasi dan
administrasi kepegawaian di atur oleh Undang- ruang lingkup variabel yang dikembangkan
Undang, Peraturan, dan berbagai jenis regulasi dibatasi maka akibatnya adalah reduksi atas
lainnya yang pada awalnya dimaksudkan kemungkinan alternatif dan fluktuasi variabel
untuk membatasi adanya penyimpangan dan yang bisa dikembangkan sehingga bidang
intervensi politik dalam manajemen sumber tersebut tidak lagi menggairahkan.
daya manusia di sektor pemerintahan. Asumsi Dua persoalan di atas akhirnya
yang mendasari timbulnya faktor ini adalah merembet pada persoalan ketiga, yaitu
upaya mencegah patronase politik terhadap berkembangnya pemikiran one best way
administrasi publik sehingga efisiensi dan dalam praktisi dan pemerhati administrasi
ketidakberpihakan birokrasi lebih bisa dijamin. kepe-gawaian daerah. Mereka hanya berpikir
Akan tetapi pada kenyataannya ketidaknetralan bahwa hanya ada satu cara terbaik saja dalam
birokrasi di Indonesia justru bukan disebabkan menjalankan administrasi kepegawaian serta
oleh sekian banyak peraturan kepegawaian, menyusun solusi atas problem yang timbul
melainkan sistem dan budaya politik yang di lapangan. Mereka tidak lagi berpikir untuk
berlaku sehingga birokrasi justru menjadi memiliki alternatif lain atau mengkritisi solusi
kekuatan politik yang dominan (Jackson, 1980). yang telah ada. Akibatnya adalah matinya
Kedua, Para Guru Besar administrasi diskusi-diskusi yang menantang di arena
publik seringkali memandang pengelolaan
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 5
VOL. 3, No.1, Juni 2009

praktisi yang akhirnya berpengaruh juga atau runtutan aktivitas. Jika satu aktivitas
di arena akademisi. Mereka memandang selesai maka tiba saatnya untuk melakukan
administrasi kepegawaian sebagai se- aktivitas berikutnya, demikian seterusnya.
kumpulan teknik administratif yang sudah Konsekuensinya terletak pada pemahaman
pakem dan diyakini kebenarannya untuk yang sifatnya kronologis antara fungsi yang
berlaku dimanapun dan kapanpun sesuai satu dengan fungsi lainnya, sehingga kurang
dengan masa berlakunya peraturan yang menyadari bahwa setiap fungsi tersebut
meregulasinya. Semuanya bersifat rutin mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dan tersedia. Perubahan dan kondisi yang antara fungsi yang satu dengan yang lain.
berbeda antar ruang dan waktu telah diabaikan, Keterkaitan tersebut tidak sesederhana
termasuk kelemahan dan ancaman dari suatu hubungan sequential seperti di atas. Selain
praktek tertentu tidak lagi diperhitungkan. itu, setiap aktivitas atau fungsi tersebut tidaklah
Semuanya berjalan dengan baik karena berdiri sendiri dan bebas memilih teknik yang
hanya ada satu jalan atau cara terbaik. terbaik tanpa memandang kesesuaiannya
Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, dengan fungsi-fungsi lainnya. Persoalan
seriusnya justru terletak pada bagaimana
karena administrator kepegawaian tidak lagi
menyesuaikan berbagai fungsi tersebut satu
mengembangkan kreativitas dan inovasi yang
sama lain secara bersama-sama.
memadai untuk menyesuaikan persoalan yang
Kedua, Pendekatan legalistik telah
muncul dengan berbagai alternatif solusi yang
memberikan teknik tertentu pada fungsi-fungsi
dimungkinkan.
tertentu dijalani dan diaplikasikan pada suatu
Dalam bagian sebelumnya telah organisasi sehingga sebagai konsekuensi
dijelaskan bahwa pendekatan legalistik telah logisnya adalah menyebabkan para pengelola
berkembang begitu dalam pada administrasi personalia secara implisit mengabaikan
kepegawaian daerah. Pendekatan ini dimensi nilai dalam keputusan dan penerapan
menimbulkan akibat-akibat serius bagi kurang kebijakan kepegawaian. Selain itu, mereka juga
ber-kembangnya kajian sumber daya manusia akan mendukung pendapat bahwa manajemen
di bidang administrasi publik. Selain itu, personalia atau admi-nistrasi kepegawaian
terjadi pula beberapa konsekuensi praktis itu merupakan penerapan teknik-teknik
yang dialami oleh para praktisi kepegawaian, manajemen yang bebas nilai. Jelas asumsi ini
akademisi, bahkan para pegawai itu sendiri merupakan kebalikan dari lingkungan politik
baik yang secara langsung mereka sadari yang sarat nilai dimana sebenarnya para
maupun tidak. Setidak-tidaknya ada tiga praktisi administrasi kepegawaian daerah
konsekuensi logis tersebut yang diungkapkan men-jalankan tugasnya. Sebenarnya terdapat
oleh Klingner & Nalbandian (1985). banyak variasi pilihan kebijakan di bidang
Pertama, berkaitan dengan materi personalia yang mempunyai dampak yang
atau fungsi yang ada dalam pengelolaan per- berbeda bagi para pegawai maupun bagi publik
sonalia, mulai dari perencanaan, rekrutmen, di luar itu yang berkompetisi memperebutkan
seleksi dan penempatan, penggajian, penilaian sumber daya langka, yaitu pekerjaan sebagai
prestasi kerja, pendidikan dan pelatihan, sanksi pegawai pemerintahan. Pilihan kebijakan
dan disiplin, sampai pada pemisahan. Berbagai tersebut sesungguhnya memperlihatkan
fungsi tadi lebih dipahami sebagai sequence kepada kita bahwa pikiran one best way
atau satu cara terbaik di bidang administrasi
6 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

kepegawaian tidaklah tepat. ini, menempatkan para pengelola personalia


Sebagai contoh, dapat dike-mukakan pada ketiadaan pilihan untuk memberikan
dalam aktivitas rekrutmen dan seleksi pegawai jawaban-jawaban yang memadai atas terus
negeri sipil. Dalam menentukan siapa yang berkembangnya persoalan-persoalan di bidang
akan direkrut dan siapa yang akan lolos personalia publik. Pendekatan tersebut juga
seleksi pastilah dihadapkan pada berbagai menghambat minat akademisi terhadap bidang
pilihan kebijakan seperti akan mendahulukan studi personalia publik ini karena kurangnya
pertimbangan merit, atau pertimbangan politis variasi yang ditimbulkan akibat pembatasan
sehingga mereka yang dianggap terlibat atau yang dipaksakan terhadap faktor-faktor
sanak kadang dari yang terlibat G 30 S/PKI yang perlu dipertimbangkan sebagai input,
tidak dapat direkrut, atau pertimbangan isu lalu keterbatasan terhadap alternatif teknik
gender, atau pertimbangan isu daerah, atau dan keputusan yang bisa diambil, sekaligus
pertimbangan lain-lainya. Pilihan pertimbangan mempersempit analisis terhadap dampak yang
tersebut dapat menentukan teknik seleksi dihasilkan oleh pilihan kebijakan tersebut.
yang akan diterapkan dan menentukan pilihan Ketiga, Berbagai kelemahan pen-
tentang siapa dan berapa banyak yang harus dekatan yang terjadi saat ini juga membawa
diterima. Pikiran yang mendasarkan diri pada konsekuensi serius atas kurangnya perhatian
one best way tentu hanya akan melakukan terhadap dampak kumulatif penggunaan teknik-
pertimbangan sempit saja sebagaimana yang teknik administrasi kepegawaian negara bagi
dituntut oleh ketentuan dan regulasi yang para pegawai itu sendiri. Meskipun terdapat
sudah ada. Padahal jika regulasi tersebut banyak sekali sumbangsih pengetahuan
benar-benar diterapkan mungkin akan menjadi perilaku organisasi dalam teori administrasi
persoalan politik yang serius. Katakanlah publik, akan tetapi terjadi sedikit sekali transfer
jika yang diterima sebagaimana ketentuan pengetahuan tersebut ke dalam praktek
yang ada harus mempertimbangkan aspek administrasi kepegawaian daerah. Para
merit maka siapa yang berkemampuan dan pengelola kepegawaian, termasuk pimpinan
mempunyai nilai seleksi yang terbaik haruslah di instansi pemerintahan kurang menghargai
diterima meskipun sama sekali tidak ada putera dan memperhitungkan dampak kumulatif
daerah yang lolos seleksi. Secara politis tentu keputusan kepegawaian yang diambil terhadap
hal tersebut akan menjadi komoditas empuk aspirasi dan sikap pegawai.
untuk melontarkan isu terjadinya penjajahan Sebagai contoh, dapat diungkapkan
di daerah tersebut. betapa job description didesain sedemikian
Contoh di atas sebenarnya mem- rupa sehingga hanya mempertimbangkan
buktikan kepada kita bahwa administrasi kebutuhan organisasi pada saat ia disusun.
kepegawaian daerah merupakan praktek sarat Ia tidak disusun dengan mempertimbangkan
nilai (value laden) bukan bebas nilai (value kemungkinan perubahan pada masa-
free) sehingga memiliki banyak alternatif pilihan masa sesudahnya, bahkan para pengelola
kebijakan kepegawaian yang mempunyai kepegawaian di Indonesia cenderung untuk
dampak serius bagi pilihan teknik administrasi enggan menyusunnya dan membeberkannya
kepegawaian yang bisa diterapkan dan secara transparan kepada pegawai. Tentu hal
dikembangkan. Pendekatan yang ada saat ini membawa dampak dimana pegawai justru
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 7
VOL. 3, No.1, Juni 2009

tidak mampu mengukur prestasi kerjanya yang dapat dipandang sebagai dominan dalam
sendiri, bahkan ada kecenderungan ia juga administrasi publik. Pandangan demikian
tidak mampu mengenali apa sebenarnya tentu merupakan pendekatan atau paradigma
tugas pokoknya. Pada kondisi seperti ini tentu tersendiri dalam memandang administrasi
yang dirugikan adalah si pegawai itu sendiri publik pada umumnya sehingga mempengaruhi
dan bahkan organisasi secara keseluruhan. pula pendekatan terhadap aspek-aspek yang
Meskipun Santoso (1993) menyebutkan ada terkandung di dalamnya, termasuk dalam
motif kekuasaan dibalik praktek tersebut, akan administrasi kepegawaian.
tetapi yang terpenting contoh ini menunjukkan Keaneka-ragaman nilai ini memang
betapa para pengelola kepegawaian tidaklah sepatutnya dipahami jika kita kembali
begitu peduli atas dampak praktek dan menengok aksioma pertama administrasi, yaitu
keputusan kepegawaian yang diambilnya bahwa suatu organisasi tidak beroperasi dalam
terhadap pegawai. ruang hampa (Starling, 1998). Selanjutnya
Sebagai proses yang sarat nilai Starling mengungkapkan bahwa administrasi
maka diperlukan pendekatan alternatif dalam publik paling tidak beroperasi dalam atmosfer
memandang administrasi kepegawaian politik, hukum, dan sosio-teknis, termasuk
negara, yaitu dengan melihatnya juga berbagai macam lembaga yang terkait dalam
sebagai interaksi politik dan administrasi kehidupan bernegara. Administrator publik
sebagaimana diungkapkan oleh Klingner & harus memiliki pengetahuan yang memadai
Nalbandian (1985). Relasi tersebut dapat dilihat terhadap institusi dan proses politik serta
dalam empat nilai dominan yang mewarnai hukum. Bahkan pengetahuan saja sebenarnya
administrasi kepegawaian negara dan bukan tidaklah memadai karena administrator publik
sekedar dipandang sebagai kumpulan teknik seyogyanya juga memiliki political skill and
kepegawaian belaka yang bebas nilai. Dua ahli management. Beragam kemampuan yang
tersebut mengungkapkan bahwa empat nilai harus dimiliki di antaranya adalah kemampuan
tersebut mencakup administrative efficiency menganalisa dan menginterpretasikan
(efisiensi administrasi), individual rights kecenderungan ekonomi, sosial, dan
(hak-hak individu), political respon-siveness politik; ke-mampuan untuk menganalisa
(responsi politik), dan social equity (keadilan konsekuensi tindakan-tindakan administratif;
sosial). Nilai ini kiranya setara dengan nilai- dan ke-mampuan untuk memperjuangkan dan
nilai yang dimaksudkan oleh Rosenbloom mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan;
(1989) yang mana administrative efficiency serta kemampuan untuk berhubungan dengan
merupakan nilai dasar managerial approach, berbagai instansi terkait baik publik, swasta
dan individual rights merupakan nilai utama dari maupun organisasi non pemerintah.
legal approach, serta political responsiveness Untuk itu, berbagai nilai dan pen-
& social equity merupakan nilai-nilai yang dekatan tersebut penting dikaji dan diper-
terkandung dalam political approach. timbangkan karena nilai inilah yang mem-
Ilmuwan-ilmuwan tersebut sepakat bentuk dan mempengaruhi perkembangan
bahwa dalam administrasi publik, nilai-nilai dan dan penggunaan teknik-teknik administrasi
pendekatan-pendekatan tersebut berinteraksi kepegawaian. Tidak seperti halnya admi-nistrasi
satu sama lain sehingga tidak ada satu nilaipun kepegawaian dalam organisasi profit-making-
8 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal kebijakan dan Manajemen PNS

oriented yang sangat menekankan pada Ability) yang dapat menghasilkan pegawai
nilai efisiensi administrasi atau pendekatan yang memiliki kemampuan terbaik dengan
manajerial, dan tidak seperti apa yang mengabaikan faktor-faktor subyektif seperti
dimaksudkan dalam administrasi kepegawaian suku, jenis kelamin, keturunan, alumni, agama
negara yang menekankan pada pendekatan dan lain sebagainya. Akan tetapi jika nilai yang
legal, maka pendekatan ini memandang bahwa dijadikan dasar adalah social equity maka
seluruh nilai tersebut berinteraksi satu sama teknik seleksi yang dipergunakan adalah teknik
lain dalam administrasi kepegawaian negara. yang mampu mengakomodasi nilai tersebut
Hal ini disebabkan oleh lingkungan kerja dan (misalnya seleksi administrasi dikombinasi
ruang lingkup personalia publik merupakan dengan teknik wawancara) sehingga pegawai
bidang yang seringkali bergejolak karena yang terpilih akan lebih memper-timbangkan
interaksi dari nilai-nilai yang berubah pada proporsi jenis kelamin, suku atau asal daerah,
setiap fungsi utama kepegawaian. keturunan dan isu lain sebagainya secara
Fungsi-fungsi utama administrasi seimbang.
kepegawaian yang dijalankan oleh instansi- Dari contoh tersebut dapat dipahami
instansi pemerintahan agar karyawannya bahwa nilai-nilai yang mendasari dapat
bekerja secara kompeten dalam suasana mempengaruhi jenis teknik tertentu dalam
kerja yang memuaskan adalah: (a) pengadaan fungsi kepegawaian tertentu. Bahkan nilai juga
pegawai; (b) alokasi pekerjaan; (c) pemberian mampu mempengaruhi keputusan-keputusan
imbalan; (d) pengembangan kompetensi; kepegawaian yang akan diambil. Dalam setiap
(e) termasuk pula pemeliharaan hubungan fungsi yang dijalankan terdapat interaksi nilai
kerja. Oleh karena itu, yang terpenting bagi dan bahkan bisa berkembang menjadi konflik
pemerhati masalah (termasuk mahasiswa) nilai jika terdapat perbedaan nilai dari berbagai
administrasi kepegawaian daerah adalah tidak pihak yang terlibat dalam pengambilan
hanya pemahaman atas fungsi-fungsi tersebut kebijakan kepegawaian.
termasuk teknik-teknik yang ada di dalamnya, Contoh di atas juga menunjukkan
akan tetapi mencakup pula apresiasi terhadap kepada kita bahwa fungsi dan teknik
nilai-nilai yang mendasari fungsi dan teknik kepegawaian bukanlah hal yang bebas nilai
tersebut serta interaksi atau bahkan konflik (value free) akan tetapi justru sarat nilai
antar nilai yang terjadi dalam aplikasi fungsi (value laden). Juga menunjukkan betapa nilai
tersebut. Interaksi atau konflik nilai ini bisa tertentu tidak berlaku universal, kapan saja,
mempengaruhi pemilihan alternatif teknik yang dimana saja, oleh siapa saja, dan kepada
akan dipergunakan dalam situasi tertentu. siapa saja. Dengan demikian menjadi suatu
Sebagai misal, pengisian jabatan hal yang menarik untuk dikaji bagaimana nilai-
publik yang sedang lowong bisa mem- nilai tersebut berinteraksi dalam fungsi-fungsi
pengaruhi pemilihan teknik seleksi yang akan utama manajemen personali publik.
dipergunakan. Jika nilai yang mendasarinya Pendekatan nilai ini dianggap sangat
adalah efisiensi administrasi maka teknik membantu berbagai pihak yang terlibat dalam
seleksi yang dipergunakan adalah berbagai aktivitas kepegawaian dalam menjawab
teknik (misalnya SKA test yang menguji berbagai persoalan mendasar yang timbul dari
pegawai pada aspek Skill, Knowledge, and pendekatan terdahulu. Bagi para akademisi,
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 9
VOL. 3, No.1, Juni 2009

pendekatan ini mampu menjawab pertanyaan dari efisiensi ke demokrasi?” Pidato


bagaimana bagian-bagian dari administrasi Pengukuhan Guru Besar FISIP UI.
kepegawaian daerah ini berkaitan satu Jakarta (18 November).
sama lain atau dengan kata lain saling mem- Holzer, M. & Callahan, K. 1998. Government
pengaruhi, karena bagian-bagian tersebut at Work. Sage Publications, Inc. :
tidak sekedar linear dari satu bagian ke bagian California.
lainnya. Pendekatan ini memungkinkan para Jackson, K.D. 1980. “Bureaucratic Polity : A
akademisi untuk melihat adanya pilihan-pilihan Theoritical Framework for the Analysis
diantara teknik-teknik personalia dari perspektif of Power and Communication in
teoritis. Indonesia.” dalam Jackson, K.D.
Selain itu, pendekatan multi-value & Pye, L.W. Political Power and
ini diharapkan mampu memberikan dampak Communications in Indonesia.
yang lebih luas bagi peningkatan kinerja University of California Press, Berkeley.
lembaga-lembaga publik. Sebagaimana kita
Klingner, D.E. & Nalbandian, J. 1985. Public
ketahui bahwa selama ini lembaga ini selalu
Personnel Management: Contexts
dikecam sebagai biang keladi dari berbagai
and Strategies. Prentice-Hall, Inc.
persoalan di dalam masyarakat. Dari fungsi
Englemood Cliffs, New Jersey.
yang semestinya dijalani sebagai pelayan
masyarakat, justru masyarakat yang berfungsi Norton, Alan. 1994. International Handbook
sebagai pelayannya. Semua ini, bermula dari of Local and Regional Government:
sumber daya manusia yang ada dalam institusi A Comparative Analysis of Advanced
publik itu sendiri sehingga bila ingin memper- Democracies. Cheltenham: Edwar
baikinya justru harus dimulai dari sumber daya Elgar.
manusia tersebut. Holzer & Callahan (1998) Rosenbloom, D.H. 1989. Public Adminis-
juga telah mengindikasikan hal tersebut dan tration: Understanding Management,
perbaikan terhadap administrasi kepegawaian Politics, and Law in the Public Sector.
di instansi publik akan menjadikan lembaga Second Edition, McGraw-Hill Book
tersebut sebagai problem solver dari berbagai Company.
persoalan di masyarakat yang seakan-akan Santoso, P.B. 1993. Birokrasi Pemerintah
tiada habis-habisnya. Orde Baru: Perspektif Kultural dan
Struktural. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Schwarz, A. 1994. A Nation in Waiting:
DAFTAR PUSTAKA Indonesia in the 1990s. Allen & Unwin
Pty Ltd, Australia.
Smith, Brian C. 1985. Decentralization: the
Territorial Dimension of the State.
Hoessein, Bhenyamin. 1995. “Desentralisasi
London: George Alllen & Unwin.
dan otonomi daerah di negara
Starling, G. 1998. Managing the Public
kesatuan Republik Indonesia: akan
Sector. 5th Edition. Harcourt Brace and
berputarkah roda desentralisasi

10 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai