Anda di halaman 1dari 19

Implementasi Prinsip Akuntabilitas Publik dan Kaitannya Dengan Reformasi Birokrasi

di Sumatera Barat
YOSERIZAL, KRISMENA TOVALINI
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP Universitas Andalas, Padang;
Jurusan Administrasi Negara STIA Adabiah, Padang.
yose.unand@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan prinsip akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Akuntabilitas publik merupakan prinsip dasar dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan
yang baik dan juga berimplikasi pada prinsip transparansi, efektifitas, efisiensi dan partisipasi. Penelitian ini
menemukan bahwa akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan belum dilaksanakan dengan baik
dengan melihat pada indikator manajemen keuangan, manajemen respons dan kekuatan institusi. Inilah aspek
penting yang harus diperbaiki melalui agenda reformasi birokrasi yang sekarang dilaksanakan pemerintah daerah,
khususnya di tingkat provinsi dan kabupaten. Selain itu, penelitian ini juga menemukan indikator penting yang
dapat membantu pemerintah daerah memperbaiki prinsip akuntabilitas ini adalah kesediaan berubah untuk
menjadi lebih baik. Inilah dasar reformasi birokrasi yang sekarang dilaksanakan. Namun, dalam proses reformasi
birokrasi tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar justru hanya
menguatkan aspek kelembagaan dan pengaturan tanpa melihat kebutuhan masyarakat yang berkembang.
Penelitian ini menyimpulkan pemerintah daerah cenderung menggunakan paradigma administrasi publik lama
ketimbang paradigma manajemen publik baru.

Kata kunci: akuntabilitas, reformasi birokrasi dan manajemen publik baru.

Abstract

This study aims to investigate the implementation of the principle of public accountability in local governance.
Public accountability is a basic principle in the implementation of good governance and also has implications for
the principle of transparency, effectiveness, efficiency and participation. This study found that public
accountability in governance has not been implemented properly by looking at the indicators of financial
management, response management and the strength of the institution. These factors are important aspects that
should be improved through bureaucratic reform agenda in which has been implemented by local government,
especially at provincial and district levels. In addition, the study also found the degree of willingness of local
governments to change for the better system can improve the accountability principlea. This is the basis of
bureaucratic reform is now implemented. However, in the process of bureaucratic reform which was conducted
by the West Sumatra Provincial Government and the Regency of Tanah Datar only strengthen the institutional
aspects and settings but ignore the expectations of the community. This study concluded local governments tend
to use the old paradigm of public administration rather than new public management paradigm.
Key Words: accountability, bureaucracy reform, new public management.

17
I. PENDAHULUAN begitu, untuk melaksanakan governance ini
dalam pemerintahan sehari-hari bukanlah
Sejak dilaksanakannya otonomi hal yang mudah. Selain masalah
daerah, perhatian sarjana kepada pemahaman konsep governance dan
pelaksanaan fungsi pemerintahan semakin pelaksanaannya, pemerintah daerah juga
menguat. Ini sangat beralasan karena dasar menghadapi masalah ketersediaan
pertimbangan pelaksanaan otonomi daerah infrastruktur politik yang mendukung, dan
ini yang dikaitkan dengan bagaimana ketidakpercayaan pemerintah pusat
mendekatkan pelayanan publik dan terhadap kemampuan pemerintah daerah
pemberdayaan masyarakat. Begitu juga melaksanakan fungsi pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan daerah terkait terutama dalam memberikan pelayanan
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kepada masyarakat.
masyarakat. Akibatnya, pelaksanaan Misalnya, Daly (1996) menemukan
otonomi daerah ini berimplikasi pada adanya sikap ketidakpercayaan pemerintah
besarnya kewenangan daerah dalam pusat kepada pemerintah daerah
melaksanakan urusan pemerintahan yang melaksanakan fungsinya memberikan
ada. Besarnya kewenangan ini juga pelayanan kesehatan sehingga akuntabilitas
berhubungan dengan pertanggungjawaban pelayanan kepada publik tidak dapat
pemerintah kepada masyarakat. dilaksanakan. Dengan kata lain, tidak
Sehubungan dengan itu, artikel ini akuntabelnya pelayanan kesehatan di
menjelaskan dua aspek penting yang Inggris karena pemerintah pusat belum
menjadi fokus pembahasan, yaitu melibatkan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pertanggungjawaban kepada menyelenggarakan pelayanan kesehatan
publik atau yang dikenal dengan tersebut sehingga akuntabilitas dalam
akuntabilitas dan evaluasi terkait dengan pelayanan kesehatan tersebut tidak
proses reformasi birokrasi yang tercapai. Padahal menurut Daly (1996:58),
dilaksanakan pemerintah daerah di provinsi “[l]ocal democratic governance could be
Sumatera Barat. achieved by giving local authorities the
responsibility for the commissioning of
II. TINJAUAN TEORI health services and this is something for
which a number people have argued.”
Governance adalah kata yang selalu Akuntabilitas pemerintahan daerah
menjadi perbincangan hangat di kalangan menyelenggarakan pelayanan publik ini
sarjana, terutama sejak dikeluarkannya juga berkaitan dengan komitmen elitnya
Washington Consensus pada tahun 1989. untuk menguatkan demokrasi lokal.
Sejak itu, governance sering dijadikan Menurut Wampler (2004) keberhasilan tiga
salah satu indikator dalam mengukur kota di Brazil, yaitu Sao Paulo, Recife, dan
praktik demokrasi di negara berkembang Porto Alegre dalam melaksanakan
(Demmers et.al., 2004). Ini cukup beralasan akuntabilitas dalam penyusunan anggaran
karena prinsip-prinsip yang dikandungnya pemerintahan daerah adalah karena adanya
memang mendukung pelaksanaan komitmen elite memberi ruang kepada
demokrasi, terutama terkait dengan penglibatan masyarakat dalam
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
penyelenggaran pemerintahan. Walaupun Implikasinya adalah masyarakat dapat

22
melembagakan partisipasinya membantu institusional kelemahan dalam pelaksanaan
pemerintah menyusun, melaksanakan dan New Public Management. Lebih jauh Dent
menilai fungsi pelayanan publik sesuai & Barry (2004:11) menjelaskan aktor sosial
dengan kepentingan masyarakat. Seperti dapat mengarahkan pelaksanaan NPM
yang ditulis Wampler (2004:95): kepada “the process of adapting to
“participatory institutions increase demands for efficiency, effectiveness and
citizens' access to government and accountability are turned from political
encourage public debate, both of which rhetoric to organisational practice.”
intensify pres-sure on municipal Jadi, jelas terdapat kaitan yang erat
administrations to implement policy antara pelaksanaan New Public
projects selected by citizens.” Walaupun Management ini dengan konsep
begitu, partisipasi masyarakat yang governance, khususnya akuntabilitas
dijelaskan Wampler di atas juga belum penyelenggaraan pemerintahan kepada
mengaitkannya dengan pelaksanaan NPM. masyarakat. Dalam konteks ini,
Helden & Jansen dalam New public pelaksanaan new public management oleh
management in Dutch local government pemerintah daerah tidak hanya mendorong
(2003) melihat sistem sosiobudaya juga meningkatnya kualitas pelayanan publik
mempengaruhi pelaksanaan NPM. kepada masyarakat, tetapi juga sesuai
Menurut mereka masih kuatnya budaya dengan kebutuhan mereka. Selain itu, rasa
demokrasi konsensus dalam tanggungjawab pemerintah daerah semakin
penyelenggaraan New Public Management meningkat seiring dengan keterlibatan
ini menyebabkan ambiguitas dan masyarakat dalam penyelenggaraan
munculnya banyak penafsiran dalam pemerintahan daerah. Pertanyaannya,
pelaksanaannya sehingga ia berdampak bagaimana praktik New Public
kepada praktik akuntabilitas pemerintahan Management di Indonesia? Apakah
itu sendiri. “However, the need for akuntabilitas pemerintah daerah juga sudah
compromise in consensual democracies dapat diwujudkan, terutama dalam
may not only moderate NPM, but might penyelenggaraan otonomi daerah?
also make them multi-interpretable and Tidak banyak sarjana di Indonesia
ambiguous” (Helden & Jansen 2003:80). yang menyinggung masalah new public
Lalu bagaimana mengatasi kelemahan management dalam studi yang
tersebut? dilakukanya, khususnya yang berkaitan
Secara konsep NPM memiliki dengan akuntabilitas dalam
kelebihan dalam memperkuat akuntabilitas, penyelenggaraan pemerintahan daerah.
namun pelaksanaannya mempunyai Misalnya, Hidayat dalam bukunya
kelemahan. Dan, agar pelaksanaannya Reformasi administrasi: kajian komparatif
menjadi efektif, maka harus dicarikan pemerintahan tiga presiden (2007) sama
solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut. sekali tidak menyinggung aspek ini.
Dent & Barry (2004) mengajukan solusi Hidayat lebih memfokuskan pembahasan
yang menarik, yaitu menguatkan kembali terkait dengan reformasi dalam
peran aktor sosial dalam mengawasi penyelenggaraan pemerintahan secara
pelaksanaan New Public Management. makro. Ini dapat dilihat dari
Menurut mereka, keterlibatan aktor sosial pembahasannya yang mengaitkan “tekanan
ini sekaligus membantu perubahan secara politik” yang dihadapi tiga presiden dalam

23
melakukan reformasi administrasi daerah sehingga tidak lagi mencerminkan
pemerintahan, yaitu Habibie, Abdurrahman orientasi pelayanan publik. Ketiga,
Wahid, dan Megawati. Kajian ini jelas tidak lemahnya peran masyarakat sipil dalam
memfokuskan kepada pelaksanaan NPM mengawasi penyelenggaraan pemerintahan
dalam pelaksanaan otonomi daerah. daerah di Sulawesi Utara yang berdampak
Agus Dwiyanto et.al. (2006) kepada lemahnya akuntabilitas pemerintah
melakukan kajian tentang kinerja daerah. Temuan dalam kajian Ratnawati
pelayanan publik di tiga daerah, yaitu ini sifatnya umum dan tidak secara khusus
Sumatera Barat, Yogyakarta, dan Sulawesi mendalami bagaimana bentuk dan
Selatan. Kajian ini samapi pada mekenisme akuntabilitas pemerintah
kesimpulan: masih buruknya kinerja daerah dilaksanakan. Padahal, menurut
pelayanan publik di tiga daerah tersebut Leach & Percy-Smith (2001:103),
walaupun otonomi daerah sudah akuntabilitas ini memiliki empat dimensi
dilaksanakan. Kesimpulan tersebut yang harus dipahami, yaitu (nilai)
menegaskan: “birokrasi publik di Indonesia kebajikan, proses, performa, dan adanya
belum mampu menyelenggarakan kebijakan yang dilaksanakan dengan
pelayanan publik yang efisien, adil, mekanisme tertentu. Lebih jauh mereka
responsif dan akuntabel” (Dwiyanto et.al., menegaskan pentingnya dimensi
2006:252). Walaupun begitu, penelitian akuntabilitas tersebut difokuskan untuk
Dwiyanto ini tidak menegaskan jawaban mengetahui bentuk dan mekanisme
terhadap masalah yang dihadapi birokrasi akuntabilitas pemerintahan. Kelemahan
publik ini; apakah ketidakmampuan ini lain kajian yang dilakukan Ratnawati ini
berkaitan dengan paradigma lama (public adalah untuk menjelaskan pelaksanaan
administration paradigm) yang digunakan akuntabilitas pemerintahan daerah ini perlu
pemerintah daerah? Lalu, relevankah merubahnya terlebih dahulu ke paradigma
paradigma NPM yang digunakan untuk New Public Management. Menurut Stoker
meningkatkan kinerja pelayanan publik (1998) dan Peter & Pierre (1998),
agar lebih responsif, adil, efisien dan akuntabilitas merupakan kata kunci dari
akuntabel? Dengan tidak mengurangi pelaksanaan New Public Management.
kelebihan dalam penelitian Agus Dwiyanto Kekurangan inilah yang akan dilengkapi
et.al, kajian ini berusaha menjawab dengan penelitian ini, terutama
persoalan tersebut. menjelaskan bentuk dan mekanisme
Kajian Tri Ratnawati (2006) akuntabilitas dalam penyelenggaraan
menemukan akuntabilitas pemerintahan pemerintahan daerah.
daerah Provinsi Sulawesi Utara juga Synnerstrom (2007) juga meneliti
bermasalah yang dapat dilihat dari tiga isu tentang reformasi birokrasi di Indonesia
yang bersentuhan dengan pelaksanaan dengan memfokuskan kepada dua aspek,
akuntabilitas pemerintahan daerah tersebut. yaitu pelaksanaan transparansi dan
Pertama, kebijakan pemerintah daerah yang akuntabilitas. Penelitian ini menemukan
belum mencerminkan keberpihakan kepada kompleksnya masalah birokrasi yang
masyarakat, terutamanya yang berkaitan dihadapi di Indonesia, terutama dari segi
dengan retribusi daerah. Kedua, terjadinya struktur institusinya dan kultur pegawai
KKN, inefisiensi dan salah kelola keuangan negeri yang menyebabkan reformasi
publik yang dilakukan oleh pemerintah birokrasi ini sukar dilaksanakan. Namun,

24
menurutnya dengan menguatkan aspek New Public Management-bentuk pelayanan
transparansi dan akuntabilitas ini, maka publik yang ingin diwujudkan pemerintah
birokrasi dapat dikurangi sehingga daeah di Indonesia.
reformasi dapat dilakukan secara bertahap. Dari beberapa kajian di atas dapat
Selain itu, reformasi birokrasi ini dapat disimpulkan masalah kurangnya
dilakukan jika terdapat kekuatan politik pembahasan sarjana mengenai
yang mendorong proses reformasi birokrasi akuntabilitas penyelenggaraan
tersebut. Menurut Synnerstrom: “ a process pemerintahan daerah, terutama ditinjau dari
requires political pressure, management aspek perubahan paradigma
determination, adequate guidance, penyelenggaraan pemerintahan daerah dari
effective coordination and continual- administrasi publik ke new public
follow-up” (2007:176). Penjelasan management. Pada umumnya sarjana di
Synnerstrom ini ada benarnya karena Indonesia masih memfokuskan kajiannya
kompleksnya masalah birokrasi di pada penerapan konsep good governance
Indonesia, maka reformasi tersebut jadi dan kaitannya dengan pelayanan publik.
sulit dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Kecenderungan ini jelas menggambarkan
Walaupun begitu, satu kekurangan kajian masih dominannya paradigma administrasi
Synnerstrom ini adalah pengabaiannya publik dalam kajian sarjana tersebut.
terhadap faktor budaya lokal yang Padahal dalam agenda reformasi
berkembang dalam masyarakat. pemerintahan daerah yang dilaksanakan
Padahal untuk melaksanakan sekarang ini, terutamanya di tingkat lokal
reformasi birokrasi ini, maka faktor ini menunjukkan kecenderungan ke arah new
harus diberi tumpuan jika ingin reformasi public management. Atas alasan itu, maka
birokrasi tersebut berjalan dengan baik. penelitian ini difokuskan kepada aspek
Artinya, reformasi birokrasi harus dimulai akuntabilitas pemerintahan daerah dan
dari tingkat pemerintahan terendah dan reformasi penyelenggaraan pemerintahan
bukan sebaliknya. Sebab, fungsi daerah di Sumatera Barat.
pemerintahan terendah ini terkait langsung
dengan sistem sosiobudaya setempat. Di III. METODE PENELITIAN
sinilah titik permulaan reformasi birokrasi Penelitian ini mengkaji tentang
tersebut harus dilaksanakan. Di samping akuntabilitas dan respons pemerintah
itu, masalah birokrasi juga tidak dapat daerah terkait dengan perubahan paradigma
disamakan, apalagi Indonesia terdiri dari New Public Management dalam reformasi
banyak provinsi yang mempunyai birokrasi yang sedang dilakukan di daerah
pemerintahan daerah dengan ragam budaya Sumatera Barat. Untuk menjawab
yang berbeda. Namun, dalam konteks permasalahan penelitian tersebut, maka
otonomi daerah yang dilaksanakan, penelitian ini menggunakan pendekatan
reformasi birokrasi ini dapat mengacu pada kualitatif dengan menggunakan teknik
paradigma NPM karena tidak menafikan grounded theory. Teknik grounded theory
sistem sosiobudaya yang ada dalam ini sesuai dengan permasalahan yang dikaji
masyarakat. Inilah kekosongan karena ingin mengkonstruksi
pembahasan yang dilakukan oleh konsep/proposisi terkait dengan bentuk dan
Synnerstrom tersebut yang ingin peneliti mekanisme akuntabilitas pemerintah
lengkapi dengan mengaitkannya dengan daerah sesuai dengan arah reformasi

25
birokrasi yang menggunakan paradigma Begitu juga konteks sosial yang melibatkan
new public management. Konstruksi komponen warga negara dan masyarakat
konsep/proposisi ini sangat sesuai dengan sipil yang terkait dengan sistem nilai dan
teknik ini karena grounded theory kepercayaan yang dibutuhkan untuk
menumpukan kepada kedalaman data yang memperkuat perilaku sosial dalam proses
dicari, terutama yang terkait dengan pola, pembuatan keputusan bersama. Dengan
konsep, ciri dan dimensi dari fenomena melihat kepada konteks pelaksanaan
yang diamati (Strauss & Corbin, 1998). governance ini, maka governance dapat
dikaitkan dengan kemampuan negara atau
pemerintah melayani masyarakat; juga
IV. HASIL PENELITIAN DAN sebagai mekanisme ketika masyarakat
PEMBAHASAN melaksanakan fungsinya melalui
penggunaan sumberdaya dan aturan yang
Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan
ada dalam proses berpemerintahan
Pemerintahan Daerah di Sumatera
(Przeworski et al., 1999).
Barat
Lalu apa kaitannya dengan
Akuntabilitas adalah satu prinsip pelaksanaan Good Governance dalam
yang menjadi dasar pelaksanaan fungsi penyelenggaraan urusan pemerintahan?
pemerintahan tidak hanya di tingkat Pelaksanaan Good Governance dalam
nasional, tapi juga lokal. Pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan di
prinsip akuntabilitas ini sebenarnya tidak daerah di era otonomi daerah ini ternyata
berjalan sendiri, namun dihubungkan juga tidaklah menjadi bagian pemerintah daerah.
dengan prinsip yang lain seperti prinsip Dari aspek lain, agar pelaksanaan urusan
transparansi, efektifitas dan efisiensi, pemerintahan ini menjadi optimal, maka
partisipasi masyarakat, persamaan, pemerintah daerah juga berusaha
responsivitas, pelaksanaan aturan hukum, melibatkan komponen lain seperti swasta
konsensus bersama dan visi strategis dan masyarakat. Oleh karena, praktik good
(UNDP, 1997). Keseluruhan prinisp governance ini terkait dengan
tersebut dikenal dengan kepemerintahan penyelenggaraan fungsi dan kewenangan
yang baik (good governance). Governance pemerintahan yang otonom, maka
memiliki pengertian yang luas sesuai pelaksanaannya dapat dilihat dalam
dengan konteks pelaksanaannya. Misalnya, pelaksanaan otonomi daerah. Kenyataan
politik dan publik, ekonomi dan sosial. ini sesuai dengan prinsip desentralisasi
Dalam konteks politik ini melibatkan tiga yang dilaksanakan, seperti yang dinyatakan
komponen penting, yaitu negara, Rondinelli & Cheema (1983), tidak hanya
pemerintah dan masyarakat dalam menjadi urusan pemerintah daerah, tapi
mengorganisasikan dan mengurus masalah juga melibatkan pihak swasta dan
mereka yang saling berkaitan. Sementara masyarakat sipil. Merujuk pada penjelasan
itu, dalam konteks ekonomi melibatkan ini, jelas praktik otonomi daerah sesuai
komponen sektor swasta yang terkait dengan implementasi prinsip good
dengan kebijakan untuk governance.
mengorganisasikan untuk menghasilkan Salah satu prinsip penting dalam
dan mendistribusikan barang dan jasa. pelaksanaan good governance ini adalah
akuntabilitas. Prinsip akuntabilitas ini

26
mendapat sorotan karena pemerintah belum melakukan tanggung jawabnya. Misalnya,
optimal melaksanakannya. Walaupun tanggungjawab kepada masyarakat dalam
begitu, pelaksanaan otonomi daerah juga melaksanakan fungsi dan kewenangannya
menyertakan prinsip lain, namun mengkaji yang menjadi bagian dari tanggung jawab
prinsip akuntabilitas jelas berimplikasi moral mereka. Begitu juga secara
pada prinsip lain seperti efektifitas, konstitusi, tanggung jawab yang ingin
efisiensi dan partisipasi. Mengapa diwujudkan dalam menyelenggarakan
demikian? Akuntabilitas berkaitan dengan fungsi pemerintahan adalah dalam rangka
tanggung jawab pemerintah daerah dalam menguatkan legitimasi para pelaksana dan
melaksanakan fungsinya kepada pembuat kebijakan publik (Turner & Mark,
masyarakat. Apalagi ketika terjadi 1997:107-110).
pergeseran paradigma pelayanan publik Pertanyaannya sekarang,
dari Old Public Administration ke New bagaimana prinsip akuntabilitas ini
Public Management (selanjutnya menuju dilaksanakan di Sumatera Barat?
New Public Service), maka tanggung jawab Bagaimana kaitannya dengan reformasi
sosial pemerintah mulai berkurang. 1 birokrasi yang sedang berlangsung? Dalam
Padahal esensi keberadaan pemerintah ini konteks ini pemerintah daerah menyadari
adalah memberikan pelayanan publik yang perlunya menguatkan prinsip akuntabilitas
maksimal kepada masyarakat. Karena ini yang dilaksanakan melalui proses
kehadiran pemerintah dalam masyarakat reformasi birokrasi. Agenda reformasi
adalah bagian dari tanggungjawab birokrasi menjadi bagian dalam Rencana
sesungguhnya kepada masyarakat. Oleh Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
karenanya, seperti apa akuntabilitas pada masa kepemimpinan Gubernur Irwan
pemerintah daerah ini dalam melaksanakan Prayitno, yaitu 2011-2015. Bahkan sesuai
fungsi dan kewenangannya perlu dengan komitmen Gubernur, reformasi
dijelaskan, terutama dalam upaya birokrasi menjadi satu di antara agenda
pemerintah daerah di Sumatera Barat. utama yang menjadi prioritasnya. 2 Agenda
Apalagi jika dikaitkan dengan proses ini menjadi tugas penting yang harus
reformasi birokrasi. Dalam konteks ini, dituntaskan oleh Gubernur tidak hanya di
akuntabilitas merupakan bentuk konsistensi wilayah kewenangannya, tapi juga untuk
administrator publik untuk mengikuti seluruh pemerintah kabupaten/kota di
aturan dalam melaksanakan fungsi Sumatera Barat. Karenanya komitmen
birokrasi. Dengan melaksanakan tugas terhadap reformasi birokrasi ini
mengacu pada aturan ini, maka secara tidak ditunjukkan dengan terbitnya Peraturan
langsung administrator publik ini telah Gubernur No. 24/2011 tentang pedoman

1
Salah satu aspek penting dalam paradigma new diperoleh masyarakat karena swasta yang jelas
publik management ini adalah fungsi pelayanan berorientasi pada keuntungan mendahulukan
yang diserahkan kepada swasta untuk mereka yang mampu membayar untuk pelayanan
memaksimalkan capaian dari fungsi tersebut. Hal yang mereka sediakan. Inilah kritikan terhadap
ini terkait dengan keterbatasan yang ada pada paradigma ini yang dianggap lebih berpihak pada
pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. kapitalisme dengan meninggalkan unsur sosialnya.
Sementara pemerintah hanya berfungsi sebagai Selanjutnya lihat Denhart & Denhart (2004).
pengatur bagaimana barang dan jasa itu disebarkan 2
Lihat http://padangekspres.co.id/?news =
ke masyarakat oleh pihak swasta sesuai dengan berita&id=10 628/mental belum berubah
mekanisme pasar. Kecenderungan ini jelas program Irwan-MK terhambat birokrasi. (2
berdampak pada pemerataan pelayanan yang September 2011).

27
pelaksanaan reformasi birokrasi Akuntabilitas dalam
pemerintah provinsi Sumatera Barat tahun penyelenggaraan pemerintahan terkait
2011-2015. Salah satu pertimbangan dengan tanggungjawab yang dilakukan
(konsideran) diterbitkannya Pergub ini pemerintah daerah dalam melaksanakan
adalah “…untuk mewujudkan tata- tugas dan fungsinya; sejauhmana
pemerintahan yang baik dan bersih serta pemerintah daerah melaksanakan tugas dan
meningkatkan profesionalisme aparatur fungsinya itu sesuai dengan kepentingan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.” masyarakat. Ini sangat beralasan karena
Tentunya, ini sejalan dengan harapan institusi pemerintah adalah organisasi
masyarakat yang menginginkan birokrasi publik yang kehadirannya terkait dengan
yang profesional karena selama ini kemunculan masyarakat. Kenyataan ini
birokrasi pemerintah daerah memang menegaskan bahwa tugas pemerintah
bermasalah. adalah untuk melindungi bahkan menjamin
Seperti yang diakui oleh Asrul, hak individu warga negara secara ekonomi,
Asisten I Bidang Pemerintahan Sekretaris sosio budaya dan politik. Inilah yang
Daerah Provinsi Sumatera Barat bahwa menjadi nature law atau prinsip moral yang
masalah birokrasi di Sumatera Barat menjadi dasar penyelengaraan
memang menjadi hambatan tersendiri pemerintahan yang diungkap Locke (1632-
dalam penyelenggaraan fungsi 1704).
pemerintahan di daerah ini. Ini tidak saja Sehubungan dengan ini, pemerintah
menyangkut efektifitas dan efisiensi Provinsi Sumatera Barat menyadari
penyelenggaraan fungsi birokrasi pentingnya makna akuntabilitas dalam
pemerintah daerah provinsi, tapi juga daya penyelenggaraan pemerintahan daerah
responsnya (responsiveness) terhadap tersebut. Seperti yang dinyatakan Asrul,
kebutuhan masyarakat. “Dengan jumlah asisten I bidang pemerintahan sekretariat
pegawai yang hampir mencapai 9.000 daerah pemerintah Provinsi Sumatera Barat
orang tentunya ini tidak efektif bagi yang menjelaskan bahwa prinsip
pengelolaan birokrasi, terutama dalam akuntabilitas adalah satu prinsip yang diacu
melaksanakan fungsinya. Apalagi dalam dalam menjalankan tugas pemerintahan. 4
konteks otonomi daerah, kewenangan Karenanya akuntabilitas yang menjadi
daerah provinsi sebagai daerah otonom pemicu pelaksanaan prinsip lain. Dalam
memang terbatas.”3 Hanya ada satu pilihan konsepnya, akuntabilitas ini mencakup dua
rasional yang dapat dilakukan oleh hal, yaitu tanggungjawab yang
pemerintah provinsi adalah dengan dilaksanakan oleh pemerintah sebagai
mereformasi birokrasi dengan cara institusi publik-termasuk tugas yang
menguatkan prinsip tata kelola dilaksanakannya dan kealpaan dalam
pemerintahan yang baik. Dengan cara ini, melaksanakan tugas-tugas sebagai institusi
prinsip akuntabilitas lebih mudah publik tersebut dapat dikenakan sanksi.
diwujudkan karena aparatur pemerintah Akuntabilitas dalam konteks pelaksanaan
menjadi lebih profesional dalam tugas dan fungsi pemerintahan termasuk ke
melaksanakan fungsi dan kewenangannya. dalam akuntabilitas vertikal. Artinya,

3 4
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 Wawancara yang dilakukan pada tanggal 7
Agustus 2011 di Padang. Agustus 2011 di Padang.

28
pemerintah bertanggungjawab kepada penyelenggaraan pelayanan publik,
masyarakat yang melegitimasi manajemen publik baru ini menjadi pilihan
pembentukan pemerintah tersebut. Oleh dan banyak dilaksanakan di negara
karena itu, dalam konteks inilah pemerintah berkembang. Memang dalam implementasi
harus mempertanggungjawabkan kebijakan paradigma ini di Indonesia, khususnya di
dan pelaksanaannya kepada masyarakat. Sumatera Barat terdapat keterlibatan swasta
Walaupun pemerintah menyadari disamping masyarakat. Namun,
adanya tanggung jawab yang harus dipikul keterlibatan swasta dan masyarakat ini
kepada masyarakat, namun dalam tidak begitu signifikan karena terbatasnya
praktiknya sering terjadi pelanggaran. akses dua sektor ini pada proses pembuatan
Misalnya, kebijakan yang dibuat kebijakan publik. Ini karena dominannya
adakalanya tidak sesuai dengan kepentingan pemerintah dalam proses
kepentingan masyarakat. Bahkan kebijakan sehingga mengurangi peran
pemerintah cenderung untuk swasta dan masyarakat dalam proses
memaksakannya. Ini dapat dilihat dalam tersebut. Dari segi lain, terbatasnya akses
pelaksanaan Musyawarah Perencanaan masyarakat ini karena tidak terbentuknya
Pembangunan (Musrenbang) yang kelas menengah yang bersungguh-sungguh
cenderung merealisasikan program untuk memperjuangkan aspirasi
pemerintah berbanding yang diusulkan oleh masyarakat sekaligus memperkuat peran
masyarakat. Musrenbang hanya menjadi mereka terlibat dalam sektor publik.
kegiatan untuk melegitimasi program Akibatnya yang terjadi hanyalah dominasi
pemerintah seolah-olah muncul dari dua pilar penting dalam penyelenggaraan
masyarakat. Jelas, gejala ini bukanlah suatu pemerintahan, yaitu pemerintah dan swasta.
bentuk akuntabilitas kepada masyarakat. Realita ini banyak ditemukan di beberapa
Selain itu, kelemahan praktik akuntabilitas kabupaten di Sumatera Barat.
pemerintah daerah ini juga terkait dengan Misalnya, kabupaten Tanah Datar
lambatnya respons pemerintah dalam yang memang dalam melaksanakan prinsip
menanggapi kebutuhan masyarakat. akuntabilitas yang selalu mengacu kepada
Apalagi realita ini sangat bertolak belakang tiga pilar good governance, khususnya
dengan hak otonomi yang diberikan kepada masyarakat. Pemerintah kabupaten ini
daerah. Contohnya dalam pembangunan menyadari bahwa tanggung jawab publik
infrastruktur dasar seperti jalan, pasar dan yang harus dilaksanakan karena ini bagian
sebagainya yang tidak dapat dinikmati penting yang tidak dapat diketepikan.
masyarakat dengan baik. Kesadaran pada prinsip ini menempatkan
Lalu apa kaitan akuntabilitas ini Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu
dengan implementasi paradigma new kabupaten terbaik dalam penyelenggaraan
public management? Menurut Stoker good governance di Indonesia pada tahun
(1998) dan Peter & Pierre (1998), 2009.5 Walaupun begitu, pada tahun 2010
akuntabilitas merupakan kata kunci dari yang lalu kabupaten ini tidak lagi
pelaksanaan New Public Management. mendapatkan penghargaan dari aspek
Sebagai sebuah paradigma dalam akuntabilitas kinerja yang dievaluasi oleh

5
Wawancara dengan Plt Sekretaris Daerah
Kabupaten Tanah Datar pada 8 Agustus 2011.

29
pemerintah pusat.6 Tentunya, ini juga dengan kaedah e-procurement yang
menimbulkan pertanyaan, mengapa menjadi mode di pemerintah daerah. LPSE
prestasi ini turun? di Tanah Datar ini bertujuan “…untuk
Menurut Muzwar M, asisten II meningkatkan persaingan usaha yang sehat,
sekretaris kabupaten bidang administrasi memperbaiki tingkat efisiensi proses
dan keuangan menegaskan turunnya pengadaan, meningkatkan transparansi dan
prestasi ini terkait dengan banyak faktor akuntabilitas, mendukung proses
seperti komitmen Satuan Kerja Perangkat monitoring dan audit serta memenuhi
Daerah (SKPD) untuk menyelesaikan kebutuhan akses informasi yang [sic] real
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi time.”8 Dengan adanya mode kerja seperti
Pemerintahan (LAKIP) yang tidak tepat ini juga berdampak pada perbaikan
waktu, keterbatasan sumberdaya dalam akuntabilitas kinerja sesuai dengan
mengeksekusi program sesuai dengan kepentingan masyarakat.
sasaran strategis (outcome) dan target yang Aspek lain yang dilakukan
ditetapkan serta ketersediaan sumberdaya pemerintah kabupaten Tanah Datar dalam
pendukung sarana dan prasarana dan meningkatkan akuntabilitas kinerja
keuangan.7 Mengacu pada realita ini agar pemerintahan yang juga bagian dari upaya
masalah ini dapat diatasi, maka usaha perbaikan paradigma lama dan berusaha
mereformasi birokrasi di kabupaten ini menuju paradigma manajemen publik baru
menjadi strategi penting untuk adalah meningkatkan kualitas pelayanan
dilaksanakan. publik. Program pemerintah daerah yang
Salah satu kebijakan progresif maju penting dalam meningkatkan akuntabilitas
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten kinerja ini adalah dengan meningkatkan
Tanah Datar sebagai bagian dari proses komitmen pegawai terkait dengan
reformasi birokrasi dan upaya pelayanan prima. Menurut Nusirwan,
meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja kepala bagian tata usaha Kantor Pelayanan
adalah dengan membentuk Layanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tanah Datar
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dalam pengadaan barang dan jasa di sesuai dengan kepentingan masyarakat,
lingkungan pemerintah daerah. Ini maka pemerintah kabupaten Tanah Datar
merupakan gambaran dilaksanakannya menyiapkan sarana dan prasarana agar
debirokratisasi dan deregulasi terhadap masyarakat dapat menikmati pelayanan
praktik pemerintahan. LPSE ini dikenal prima ini. Inilah bentuk tanggungjawab

6
Dari publikasi yang disampaikan Kementerian Asin dan Kota Dumai. Tidak satu pun
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tahun 2010 kabupaten/kota yang mendapat peringkat paling
capaian akuntabilitas kinerja pemerintah daerah baik dari Sumatera Barat. Ini jelas merupakan
baru mencapai 16, 27 persen dari 20 persen yang tantangan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
ditargetkan. Akuntabilitas kinerja yang paling baik pemerintah daerah di Sumatera Barat.
hanya diperoleh oleh 9 provinsi dari 29 provinsi
7
yang dinilai, yaitu Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Wawancara yang dilakukan pada tanggal 8
DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Agustus 2011 di Batusangkar.
8
Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Nusa http://www.tanahdatar.go.id/index.php?option=co
Tenggara Barat dan Jawa Barat. Sementara, 5 m_content&view=article&id=1178:pemerintah-
kabupaten/kota yang mendapat peringkat paling kabupaten-tanah-datar-terapkan-
baik adalah Kota Sukabumi, Kabupaten Batang lpse&catid=52:berita&Itemid=77 diakses pada 2
Hari, Kabupaten Sleman, Kabupaten Musi Banyu September 2011

30
yang diberikan kepada masyarakat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten Tanah Datar.9 (APBD) yang tidak mudah diakses oleh
Merujuk pada kenyataan ini, masyarakat awam. Padahal akuntabilitas
sebenarnya terdapat hubungan langsung penyelenggaraan pemerintahan tersebut
antara usaha meningkatkan akuntabilitas tidak hanya menyangkut penyelenggaraan
publik dengan proses reformasi birokrasi fungsi dan kewenangan pemerintah saja,
yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah tapi juga pembiayaan terhadap fungsi dan
daerah saat ini. Misalnya, ini dapat dilihat kewenangan tersebut. Namun, untuk
dari beberapa indikator berikut yang beberapa kasus seperti Pemerintah Kota
menjadi tolak ukur proses reformasi Padang Panjang transparansi dalam
birokrasi tersebut. Pertama, aspek penting pengelolaan keuangan ini sudah
yang menjadi indikator akuntabilitas ini dilaksanakan dengan cara menampilkan
adalah diketahuinya standar kinerja dan APBD di ruang publik sehingga lebih
prosedur baku oleh masyarakat (SK). mudah diketahui masyarakat. Namun,
Sebab, dengan diketahuinya indikator ini dalam banyak hal, pemerintah daerah di
oleh masyarakat, maka mereka dapat Sumatera Barat belum banyak
mengukur kinerja birokrasi pemerintah melakukannya dengan baik.
daerah. Jelas sebagai organisasi modern, Ketiga, praktik manajemen respons
birokrasi pemerintah daerah sudah (MR) adalah bagian penting dari bentuk
memiliki standar kinerja yang dibuat oleh akuntabilitas pemerintah daerah kepada
pemerintah yang diikuti dengan prosedur masyarakat. Manajemen respons belum
baku dalam pelaksanaan fungsi dan berjalan dengan baik karena pemerintah
kewenangan yang ada pada birokrasi cenderung berorientasi kepada dirinya
pemerintah. Misalnya, pemerintah sendiri. Ini dapat dilihat dari banyaknya
menerbitkan standard pelayanan minimal aspirasi masyarakat, misalnya, dalam
dalam melakukan pelayanan publik adalah pengusulan kegiatan pembangunan melalui
bukti adanya prosedur baku dalam mekanisme Musyawarah Perencanaan
melaksanakan fungsinya. Ini sudah banyak Pembangunan (Musrenbang) dipelbagai
dilakukan oleh pemerintah daerah, tingkatan pemerintahan. Justru yang terjadi
walaupun pelaksanaanya belum optimal. pemerintah daerah melaksanakan program
Kedua, adalah yang terkait dengan dan kegiatan pembangunan di luar apa yang
manajemen keuangan yang baik (MK), diusulkan masyarakat dalam Musrenbang.
yaitu pengelolaan keuangan yang Jadi, kegiatan Musrenbang hanya menjadi
transparan dan efisien. Dalam realitanya, proses pemberian legitimasi kegiatan dan
masalah transparansi dan efisiensi program pembangunan yang disusun oleh
manajemen keuangan ini sulit ditemukan. Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD).
Faktanya, pemerintah daerah tidak mudah Inilah fakta penting yang terjadi dalam
memberikan informasi terkait dengan melihat akuntabilitas publik yang
anggaran pembangunan yang dikelolanya. dilaksanakan oleh pemerintah daerah di
Salah satu contohnya adalah informasi Sumatera Barat.
tentang dana alokasi yang disediakan dalam

9
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 8
Agustus 2011 di Batusangkar

31
Aspek keempat yang juga harus membantu pelaksanaan fungsi dan
dilihat dalam menjelaskan akuntabilitas kewenangan pemerintahan ini menjadi
dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan ini penting. Memang dalam perundang-
adalah kualitas sumber daya manusia undangan juga diatur tentang keberadaan
(KSDM). Dalam aspek tertentu, sumber staf ahli bagi kepala daerah, namun
daya aparatur pemerintah sudah mulai kebanyakan staf ahli yang dilantik tersebut
membaik, namun ini di tingkat pemerintah adalah mereka yang tidak mendapatkan
provinsi dan kabupaten. Namun, jika dilihat “job” dalam pemerintahan atau yang sering
lebih jauh lagi, khususnya di tingkat juga diistilahkan sebagai “pejabat yang
kelurahan dan nagari, maka dapat diketahui diparkir”. Padahal keberadaan staf ahli
potret sumber daya manusia aparatur dalam sangat menentukan kualitas
arti yang sesungguhnya ketika penyelenggaraan pemerintahan daerah.
melaksanakan fungsi pemerintahan. Misalnya, di tingkat provinsi, keberadaan
Misalnya, di Kabupaten Tanah Datar, staf ahli tidak begitu berfungsi dengan baik
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di karena banyak faktor seperti perbedaan
tingkat nagari jauh dari apa yang ideologi politik, jarak senioritas,
diharapkan. Fungsi pelayanan publik kemampuan yang rendah dan sebagainya.
belum dapat dilaksanakan dengan baik Padahal akuntabilitas publik sangat
karena keterbatasan sumber daya manusia dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah
di tingkat pemerintah daerah. Apalagi daerah memaksimalkan kekuatan institusi
dalam konteks birokrasi modern yang yang dimilikinya ini. Tidak banyak
sudah masuk ke dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya di tingkat
pemerintahan terendah, maka apa yang pemerintahan provinsi dan kabupaten
terjadi di nagari justru jauh dari penilaian Tanah Datar memanfaatkan kekuatan
memuaskan. Sementara di kota, sumber institusi ini melaksanakan fungsi dan
daya aparatur yang bekerja di kelurahan kewenangannya dengan baik.
juga menjadi bagian penting dalam Variabel berikutnya dalam menilai
pelaksanaan fungsi pelayanan publik. akuntabilitas pemerintah daerah ini adalah
Sebagai basis pemberian pelayanan kepada konsistensi kebijakan dan kelanjutan
masyarakat, pemerintah kelurahan belum rencana (Kons). Kesimpulan umum yang
didukung oleh sumber daya yang memadai. dapat disampaikan disini adalah rendahnya
Tentu dengan keadaan ini akuntabilitas konsistensi pemerintah daerah
publik yang diharapkan sulit dilaksanakan. melaksanakan kebijakan yang sudah
Kelima, terkait dengan kekuatan dibuatnya. Misalnya, kebanyakan Perda
institusi (KI). Gambaran kekuatan institusi yang dibuat sangat lambat direspon oleh
ini dapat dilihat ketersediaan tenaga ahli kepala daerah dalam bentuk peraturan yang
yang dapat membantu implementasi lebih operasional sifatnya. Malah dalam
kebijakan dalam masyarakat. Ketersediaan banyak kasus, peraturan tersebut didiamkan
pakar juga terkait dengan upaya pemerintah sehingga menjadi tidak efektif. Misalnya,
daerah mengendalikan proses perubahan kelanjutan tentang implementasi Perda
politik yang dilakukan masyarakat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Perubahan ini berimplikasi pada kebijakan (RPJM) yang masih menuai kritik dari
publik yang dibuat oleh pemerintah daerah.
Karenanya keberadaan pakar dalam

32
banyak kalangan.10 Aspek lain yang juga dapat dilihat banyaknya keluhan
perlu disorot adalah kelanjutan rencana masyarakat yang mengatakan aparatur
kebijakan yang terkait dengan visi dan misi pemerintah daerah tidak sungguh-sungguh
organisasi yang berorientasi kepada melayani mereka dalam hal urusan publik.
kepuasan masyarakat. Fakta yang dilihat, Padahal prinsip akuntabilitas juga dinilai
implementasi visi dan misi dari SKPD yang dari sikap profesionalitas aparatur ini.
ada masih jauh dari harapan masyarakat. Variabel lain yang juga menjadi
Tentunya ini mengurangi makna indikator akuntabilitas dilaksanakan
akuntabilitas yang dilaksanakan. dengan baik adalah kesediaan menerapkan
Variabel ketujuh dalam menilai standar baru dalam pelaksanaan
akuntabilitas pemerintah daerah ini adalah akuntabilitas publik (sedia). Artinya,
bentuk hubungan ke masyarakat yang pemerintah daerah memiliki sikap sukarela
dilakukan (Humas). Hubungan ke mengubah bentuk dan mekanisme
masyarakat ini terkait dengan perlindungan akuntabilitas yang disesuaikan dengan
dan jaminan yang diberikan pemerintah kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
terhadap ketersediaan layanan publik yang Hal inilah yang mendorong munculnya
diberikan baik oleh pemerintah maupun kebijakan tentang reformasi birokrasi.
swasta. Dalam aspek ini, hubugan ke Terkait dengan ini, gerakan reformasi
masyarakat ini belum optimal dilaksanakan birokrasi yang menjadi agenda penting
apalagi dengan adanya keterlibatan pihak pemerintah daerah, khususnya Pemerintah
swasta. Namun demikian, sebagai asas Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten
umum dalam pelaksanaan pelayanan Tanah Datar telah membuktikan adanya
publik, pemerintah daerah di Sumatera keinginan perubahan tersebut. Dengan kata
Barat ini sudah berjalan walaupun dalam lain, pelaksanaan akuntabilitas ini masih
beberapa kondisi perlu ditingkatkan, menjadi kendala bagi pemerintah daerah
terutamanya di tingkat provinsi. sehingga untuk memperbaikinya
Variabel lain yang tidak diperlukan sejumlah langkah strategis dan
kalahpentingnya adalah peningkatan salah satunya adalah reformasi birokrasi.
profesionalisme aparatur pemerintah Jadi dapat disimpulkan bahwa
(Prof). Wujud nyata dari bentuk delapan variabel di atas masih belum
akuntabilitas ini adalah munculnya sikap semuanya dapat dilaksanakan dengan baik.
profesional aparatur pemerintah dalam Jika dibuatkan skalanya 1-10, maka posisi
melaksanakan fungsi dan kewenangannya. pelaksanaan prinsip akuntabilitas
Memang dalam pelaksanaan tugas pokok pemerintah daerah tersebut dapat
dan fungsi tersebut, aparatur pemerintah digambarkan ke dalam gambar 1 di bawah
daerah dibekali dengan kode etik yang ini.
menjadi acuannya. Namun dalam banyak
hal, sikap dan perilaku mereka sebagai
pelayan masyarakat justru tidak
mencerminkan sikap yang profesional. Ini

10
Teguh. 2011. Menggugat Perda RPJM Sumbar.
Lihat http://harianhaluan.com/index.
php?option=com diakses pada 10 Oktober 2011.

33
Gambar 1: Rentang variabel dalam menilai direalisasikan. Paling tidak ini dapat dilihat
akuntabilitas pemerintah daerah dari Indeks Pembangunan Manusia
Indonesia yang semakin turun seperti data
yang dipublikasikan oleh UNDP tahun
Sedia
2011 yang lalu.11 Pencapaian tujuan
Prof otonomi daerah ini tentu sangat
Huma dipengaruhi oleh peran birokrasi dalam
s melaksanakan hak otonominya. Max
Kons
Weber dalam karyanya The Theory of
0 2 4 6 8 10 Social Economic Organization (1964) juga
membicarakan tentang otoritas legal
rasional yang dikenal dengan birokrasi.
Weber menjelaskan bagaimana birokrasi
Merujuk pada gambar di atas
dirancang, termasuk adanya pembagian
variabel yang mendapat angka tertinggi
pekerjaan yang terspesialisasi menurut
dari pelaksanaan akuntabilitas publik ini
keahlian individu yang ada dalam birokrasi
adalah kesediaan untuk melakukan
tersebut. Selain itu, Weber juga
reformasi birokrasi dari aparatur
menjelaskan tentang karakter birokrasi dan
pemerintah daerah, khususnya pemerintah
sistem rekrutmen yang ideal agar birokrasi
provinsi dan pemerintah kabupaten Tanah
dapat melaksanakan fungsi dengan baik.
Datar. Sementara, variabel terendah yang
Kecenderungan inilah yang berusaha
belum dapat dilaksanakan oleh pemerintah
dikonkritkan oleh pemerintah daerah agar
daerah adalah variabel manajemen
tujuan otonomi daerah dapat dilaksanakan.
keuangan dan pemanfaatan kekuatan
Kebijakan pemerintah provinsi
institusi. Ini berarti pemerintah daerah
Sumatera Barat yang tertuang dalam
memprioritaskan variabel ini menjadi
Pergub No.24/2011. Seperti yang
bagian penting dalam proses reformasi
ditegaskan bahwa reformasi birokrasi ini
birokrasi yang dilaksanakan.
bertujuan untuk “[…]
membangun/membentuk sosok aparatur
Reformasi Birokrasi dan Paradigma
daerah yang berintegritas dan berkinerja
Manajemen Publik Baru Dalam
tinggi sehingga mampu memberikan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
pelayanan prima kepada masyarakat guna
di Sumatera Barat
mewujudkan kesejahteraan dan
Reformasi birokrasi pemerintah kemakmuran masyarakat Sumatera Barat”
daerah dilakukan karena sistem (lihat Lampiran Pergub, 2011:18).
penyelenggaraan pemerintahan yang ada Karenanya untuk mencapai tujuan di atas,
tidak berjalan maksimal. Apalagi sejak pemerintah provinsi Sumatera Barat
otonomi daerah dilaksanakan pencapaian menjabarkan ke dalam empat tujuan khusus
tujuan otonomi daerah belum juga dapat yang menjadi masalah dalam praktik
birokrasi di daerah Sumatera Barat.
11
Dalam publikasi tersebut kedudukan Indonesia penggunaan anggaran yang tidak berkualitas.
menempati peringkat 124 turun dari sebelumnya Artinya, anggaran yang sudah meningkat belum
menduduki peringkat 108 tahun 2010. Salah satu dapat digunakan dengan baik oleh pemerintah
penyebab dari turunnya angka IPM ini adalah (Kompas, 9/11).

34
Penjabaran tujuan ini mencakup upaya kelembagaan. Upaya mereformasi
pemerintah provinsi untuk mewujudkan birokrasi dalam aspek ini mengacu pada
birokrasi yang bersih dan bebas dari Peraturan Pemerintah No.38/2007 tentang
korupsi, kolusi dan nepotisme, birokrasi pembagian urusan pemerintahan antara
yang efisisen, efektif dan produktif, pemerintah, pemerintah provinsi dan
birokrasi yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah kabupaten/kota. Selain
dan birokrasi yang melayani masyarakat. itu, pemerintah provinsi juga merujuk
Apakah kebijakan ini dapat menjadi kepada PP No.41/2007 tentang organisasi
katalisator proses reformasi kebijakan perangkat daerah untuk menata unit-unit
publik di Sumatera Barat? Jika dilihat dari pemerintahannya. Penataan organisasi
semangat yang dibahas dalam Pergub yang dilakukan pemerintah provinsi
tersebut terdapat usaha yang serius berdasarkan Perda yang dibuat dengan
pemerintah provinsi Sumatera Barat dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
mereformasi birokrasi sehingga menjadi (DPRD). Misalnya, Perda No.2/2008
institusi yang lebih efektif. Hal ini secara tentang pembentukan organisasi dan tata
tegas dapat dilihat dari konsideran Pergub kerja sekretariat daerah dan sekretariat
tersebut yang menyebutkan keinginan DPRD Provinsi Sumatera Barat. Perda ini
pemerintah untuk mewujudkan tata juga diikuti dengan diterbitkannya Perda
pemerintahan yang baik dan bersih serta yang lain yang bertujuan untuk menata
meningkatkan profesionalitas aparatur organisasi perangkat daerah. Hingga saat
dalam penyelenggaraan pemerintahan. ini berdasarkan Perda No.3/2004 dan Perda
Karenanya Pergub ini dijadikan pedoman No.4/2008 pemeritah Provinsi Sumatera
pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut. Barat memiliki 16 dinas, 11 badan dan 1
Sejalan dengan itu, Kepala Biro Organisasi kantor penghubung.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Namun, apakah penataan organisasi
Mudrika menjelaskan: perangkat daerah ini membantu pemerintah
daerah mewujudkan tujuan reformasi
“Proses reformasi birokrasi yang birokrasi? Secara teori, reformasi birokrasi
dilaksanakan ini baru pada tahapan awal juga dimulai dengan mengatur kembali
karenanya pelaksanaan pada tahun awal organisasi birokrasi sehingga menjadi lebih
pelaksanaannya diarahkan pada
efektif. Lebih jauh reformasi birokrasi ini
penyusunan pedoman dan pembentukan
tim pengarah serta sosialisasi kepada mencakup empat aspek yang mendasar,
seluruh aparat birokrasi yang ada di yaitu aspek yang terkait dengan reformasi
lingkungan pemerintah daerah. Ini administrasi, mendorong munculnya
dimaksudkan agar reformasi birokrasi yang inovasi, proses mengantisipasi perubahan
dilakukan memiliki arah yang jelas dan yang berlangsung cepat dalam organisasi
dasar hukum yang kuat.”12 baik aspek internal maupun eksternal, dan
memperbaiki kinerja pelayanan publik
Jika dipahami ada beberapa aspek
(Turner & Hulme, 1997:106).
yang menjadi perhatian dalam Pergub ini
Jika dikaitkan konsep tersebut,
dalam melaksanakan reformasi birokrasi
fenomena ini juga ditemukan dalam proses
ini. Pertama yang terkait dengan aspek

12
Wawancara yang dilakukan pada 18 Oktober 2011
di Koantor Bappeda Provinsi Sumatera Barat.

35
reformasi birokrasi yang dilakukan kelembagaan birokrasi. Malangnya,
pemerintah daerah di Sumatera Barat. penguatan aspek kelembagaan birokrasi ini
Reformasi birokrasi adalah bagian penting bertujuan untuk “mendayung” dan bukan
dari usahanya melakukan perubahan untuk untuk “mengarahkan” masyarakat. Seperti
mewujudkan pemerintahan yang lebih yang dijelaskan Osborne & Gaebler (1992),
demokratis dan berorientasi pada keberhasilan pemerintah melaksanakan
kepentingan masyarakat. Namun, jika perannya dalam masyarakat bergantung
dikaji lebih dalam lagi, reformasi birokrasi pada upaya pemerintah menata kembali
yang dilaksanakan ini bermula karena fungsi yang menjadi organisasi yang lebih
belum akuntabelnya pemerintah daerah mengarahkan dan bukan mendayung agar
dalam melaksanakan fungsi dan organisasi ini ingin menjadi lebih efektif
wewenangnya. Ini dapat dilihat di dan efisien. Dengan demikian, pemerintah
kabupaten Tanah Datar; Pemerintah daerah dapat lebih inovatif dalam melaksanakan
belum sepenuhnya melaksanakan program fungsi dan kewenangan tersebut. NPM
dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan terobosan yang dilakukan untuk
masyarakat. Dalam banyak hal, pemerintah menggerakkan pemerintah yang kehilangan
kabupaten Tanah Datar cenderung berpijak “tenaga” dalam memberikan pelayanan
kepada Arah Kebijakan Umum (AKU) kepada publik. Menurut mereka cara yang
anggaran pembangunan. Sementara, proses paling praktis adalah dengan melakukan
mendiseminasikan AKU tersebut tidak privatisasi terhadap fungsi pemerintahan
optimal sehingga masyarakat tidak yang ada.
mengetahuinya. Akibatnya partisipasi Namun, dalam banyak aspek NPM
masyarakat tidak berkembang dan menghilangkan substansi pemerintah
berdampak pada proses pembangunan yang sebagai organisasi sosial yang harus
dilaksanakan, kenyataan ini malah melindungi masyarakat. NPM yang
dijadikan dasar oleh pemerintah daerah cenderung berorientasi pada manajemen
menolak kegiatan pembangunan yang sektor swasta justru memberi keuntungan
diusulkan masyarakat. Inilah yang kepada berkembangnya praktik kapitalis
mestinya menjadi pertimbangan yang sedikit banyaknya bertentangan
pemerintah daerah untuk memperbaiki dengan fungsi pemerintahan itu sendiri.
kinerjanya melalui reformasi birokrasi. Faktanya dalam proses reformasi birokrasi
Bagaimana kaitan proses reformasi di Sumatera Barat, NPM tidaklah menjadi
birokrasi di Sumatera Barat dengan orientasi utama aparatur pemerintah daerah
paradigma manajemen publik baru yang yang digunakan. Justru paradigma
cenderung dirujuk oleh aparat pemerintah administrasi publik lama (old public
daerah? Jika dipahami lebih jauh, administration) yang cenderung menjadi
reformasi birokrasi yang dilakukan oleh pilihan. Fakta ini dapat dilihat dari
pemerintah daerah di Sumatera Barat fenomena reformasi birokrasi yang dapat
tidaklah sepenuhnya menggunakan diidentifikasi sebagai berikut. Pertama,
paradigma manajemen publik baru (new merujuk pada Pergub Sumatera Barat
public management). Ini dapat dilihat dari No.24/2011, reformasi birokrasi yang
arah kebijakan pemerintah daerah yang dilakukan oleh pemerintah provinsi justru
masih memfokuskan reformasi birokrasi mengutamakan perbaikan secara struktural
dari aspek peraturan dan memperkuat seperti memperbaiki fungsi kelembagaan

36
dan organisasi. Tentunya implikasi dari di daerah, kebijakan reformasi birokrasi ini
kebijakan reformasi birokrasi ini juga juga menjadi prioritas. Ini tercermin dalam
berimbas pada meningkatnya pembiayaan agenda kepala daerah yang dapat dilihat
termasuk insentif dalam pembentukan dalam Rencana Pembangunan Jangka
struktur baru tersebut. Misalnya, Menengah (RPJM) yang disusun di awal
pemerintah provinsi Sumatera Barat pemerintahan yang baru terbentuk. Di
membentuk SKPD baru, yaitu dinas Sumatera Barat, agenda reformasi birokrasi
pemuda dan olahraga-pemekaran dari dinas ini mendapat perhatian khusus bagi setiap
pendidikan sebelumnya. kepala daerah yang menjabat, khususnya
Kedua, tidak disentuhnya aspek gubernur provinsi Sumatera Barat dan
kultur dalam proses reformasi birokrasi Bupati Tanah Datar. Ini dapat dilihat dalam
yang dilakukan sehingga membawa agenda pokok dalam pelaksanaan
dampak pada sikap dan perilaku aparat pembangunan mereka, khususnya
pemerintah yang melaksanakan fungsi pelaksanaan akuntabilitas publik dan
birokrasi. Apalagi dalam konteks tertentu, reformasi birokrasi.
sikap dan perilaku inilah yang menjadi Artikel ini menemukan bahwa
dasar inovasi dalam pelaksanaan fungsi akuntabilitas penyelenggaraan
birokrasi itu. Malangnya, hal ini tidaklah pemerintahan pada dua daerah di atas
menjadi prioritas Pergub tersebut. Ketiga, belum dilaksanakan sesuai dengan konsep
dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yang semestinya. Akuntabilitas terkait
yang direncanakan oleh pemerintah dengan kegiatan pemerintah daerah dalam
provinsi dan juga pemerintah melaksanakan fungsi dan kewenangannya
kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat sesuai dengan kepentingan masyarakat.
malah berorientasi pada aspek prosedur an Artinya, masyarakatlah yang menjadi dasar
sich dan belum menyentuh aspek subtansi. pelaksanaan fungsi dan kewenangan
Misalnya, ini dapat dilihat dari penekanan pemerintah daerah tersebut. Dengan
prosedur peraturan dengan memfokuskan demikian, seluruh aktivitas dan
pada aspek pengawasan dalam proses implikasinya harus diketahui oleh
reformasi birokrasi tanpa melihat pejabaran masyarakat, dan dalam beberapa hal
kebutuhan reformasi birokrasi seperti apa masyarakat semestinya dapat mengevaluasi
yang sesuai dengan perkembangan sejauhmana akuntabilitas itu bisa
masyarakat. dilaksanakan. Faktanya, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Tanah
V. PENUTUP Datar belum dapat melaksanakannya
karena kendala yang dihadapinya. Tidak
Pelaksanaan prinsip auntabilitas
mengherankan jika akuntabilitas publik
publik seringkali dikaitkan dengan agenda
dalam penyelenggaraan pemerintahan
reformasi birokrasi di Indonesia. Realita ini
daerah ini rendah karena penguasaan
diperkuat dijadikannya agenda reformasi
konsep akuntabilitas dan implikasinya juga
birokrasi menjadi prioritas utama
masih rendah.
pemimpin negara saat ini. Tidak terkecuali

37
DAFTAR PUSTAKA

Daly, G. B.J. 1996. Public accountability in today’s health service. Local Government
Studies, 22(2):52-63.

Demmers, J., Jilberto, A.E.F & Hogenboom, B. 2004. Good governance and democracy in a
world of neoliberal regimes. In Jolle Demers, Alex E Fernandez Jilberto & Barbara
Hogenboom (Eds.). Good governance in the era of global neoliberalisation: conflict
and depolitisation in Latin America, Eastern Europe, Asia and Africa, hal. 1-37.
London: Routledge.

Denhardt, J. V & Denhardt, R.B. 2004. The new public service: serving, not steering. New
York: M.E. Sharpe.

Dent, M & Barry, J. 2004. New public management and profession in UK: reconfiguring
control?. In Mike Dent, John Chandler & Jim Barry (Eds.). Questioning new public
management, hal. 7-22. England: Ashgate Publishing.

Dwiyanto, A., Partini, Ratminto, Wicaksono, B., Tamtiari, W., Kusumasari, B. & Nuh, M.
2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Helden, G.J.V & Jansen, P. 2003. New public management in Dutch local government. Local
Government Studies, 29(2):68-88.

Hidayat, L.M. 2007. Reformasi Administrasi: Kajian Comparatif Pemerintahan Tiga


Presiden. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leach, R. & Percy-Smith. 2001. Local governance in Britain. Hampshire, UK: Palgrave.

Osborne, D. & Gaebler, T. 1992. Reinventing government. Reading, MA: Adisson-Wesley.


Peters, B. G. & Pierre, J. 1998. Governance without government? rethinking pu blic
administration. Journal of Public Administration Research and Theory, 8(2): 223-
243.

Przeworski, A., Stokes, S.C & Manin, B (Eds.). 1999. Democracy, accountability, and
representation. New York: Cambridge University Press.

Ratnawati, T. 2006. Potret pemerintahan lokal di Indonesia di masa perubahan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Rondinelli, D. A., & Cheema, G. S. 1983. Implementing decentralization policies: an


introduction. Dlm. G. S. Cheema & D. A. Rondinelli (pnyt.), Decentralization and
development: policy implementation in developing countries, hlm. 9-34, London:
Sage Publication.
Stoker, G. 1998 Governance as theory: five propositions. International Social Science
Journal, 50(1): 17-28.

38
Strauss, A.L. & Corbin, J. 1998. Basics of qualitative research techniques and procedures for
developing grounded theory. USA: Sage Pub.

Synnerstrom, S. 2007. The civil service: towards efficiency, effectiveness and honesty. In
Ross H. McLeod & Andrew MacIntyre (Eds). Indonesia democracy and the promise
of good governance, 159-177. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.

Turner & Mark, 1997. Governance, administration and development: making the state work.
Basingstoke: Macmillan Press.

UNDP. 1997. Governance for sustainable human development. UNDP Policy Paper. New
York: UNDP.

Wampler,B. 2004. Expanding accountability through participatory institutions: mayors,


citizens, and budgeting in three Brazilian municipalities. Latin American Politics and
Society, 46(2): 73-99.

Weber, M. 1964. The Theory of Social Economic Organization. Terj. A. M. Henderson &
T. Parsons. New York: Free Press.

39

Anda mungkin juga menyukai