Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN MENGENAI FUNGSI BIROKRASI PEMERINTAHAN

DI INDONESIA
Muhammad Sawir
muhammadsawir76@yahoo.com

ABSTRAK

Suatu pemerintahan diperlukan karena merupakan konsekuensi logis dari adanya perbedaan etnis,
agama, dan institusi sosial berbagai kelompok masyarakat di suatu Negara. Fungsi pelayanan dan
pengaturan umum dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan perlu di distribusikan
secara sentral dan lokal agar dapat aspiratif, baik terhadap kepentingan nasional maupun terhadap
heterogenitas daerah. Secara fundamental pemberian penyelenggaraan desentralisasi pemerintahan
daerah dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil
guna, yang meliputi pemberian pelayanan, peningkatan kemampuan masyarakat, dan peningkatan
kesejahtraan masyarakat secara keseluruhan.

Kata Kunci : Fungsi Birokrasi, Pelayanan Publik, dan kesejahtraan masyarakat.

I. PENDAHULUAN wewenang dan tanggung jawab pemerintah


Kehadiran pemerintahan dan keberadaan daerah.
pemerintah adalah sesuatu yang urgen bagi proses Urgensi desentralisasi pemerintahan bukan
kehidupan masyarakat. Untuk itu, kehadiran hanya merupakan tuntutan efisiensi administrasi,
pemerintah pada dasarnya untukk mengatur dan melainkan juga tuntutan sosial, ekonomi, dan
melindungi masyarakat warganya agar senantiasa politik. Desentralisasi diartikan sebagai
dalam keadaan aman dan tertib. Secara teori pemerintahan sendiri, atau kekuasaan untuk
dijelaskan bahwa fungsi utama pemerintahan memerintah sendiri. Desentralisasi sebagai
adalah fungsi regulation dan services. Suatu pelimpahan kewenangan dalam urusan
pemerintahan bagaimanapun bentuk dan luasnya kemasyarakatan dari pejabat-pejabat politik ke
tidak akan mampu menyelenggarakan badan-badan pemerintahan yang relative otonom,
pemerintahan secara terpusat terus menerus. atau pemindahan fungsi administrative ke hirarki
Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah yang lebih bawah.
menimbulkan konsekuensi logis bagi penyerahan Desentralisasi menurut Bryant dan White
berbagai urusan pemerintahan Negara kepada (1987) dapat bersifat administratif dan politik.
pemerintah daerah. Desentralisasi administrasitif biasanya disebut
Dalam hubungan itu dikenal suatu konsep dekonsentralisasi yang berarti delegasi wewenang
yang disebut local state government (sarundajang, kepada tingkat-tingkat lokal. Desentralisasi politik
2002). Penyelenggaraan pemerintahan semacam atau devolusi berarti wewenang pembuatan
ini disebabkan karena sangat luasnya dan keputusan dan control tertentu terhadap sumber-
banyaknya urusan pemerintahan. Salah satu ciri sumber daya diberikan pada pejabat-pejabat
yang menonjol dari konsep ini adalah bahwa regional dan lokal. Devolusi disebut desentralisasi
seluruh urusan yang diselenggarakan merupakan politik karena yang diserahkan adalah wewenang
urusan rumah tangga sendiri, dan mengambil mengambil keputusan politik dan
penyelenggaraannya pada dasarnya di biayai dari administrasi (Padilla, 1992).
sumber keuangan sendiri. Pemikiran ini sejalan Rondinelli (1983) desentralisasi memiliki
dengan konsep desentralisasi, yaitu bahwa beberapa keunggulan, antara lain, yaitu :
sebagian kewenangan pemerintah pusat “Kepekaan dan pengetahuan tentang kebutuhan
dilimpahkan kepada pihak lain untuk masyarakat lokal dapat ditingkatkan,
dilaksanakan. Desentarlisasi pada dasarnya memungkinkan lahirnya administrasi yang lebih
mempunyai makna bahwa melalui proses fleksibel dan inovatif, dapat memberikan
desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang kesempatan untuk berpartisipasi dalam
semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pengambilan keputusan”.
pemerintah pusat sebagian diserahkan kepada Keberadaan pemerintah daerah akan
pemerintah daerah untuk menjadi urusan rumah memperbesar akses setiap warga Negara untuk
tangganya sehingga beralih dan menjadi berhubungan langsung dengan pemimpinnya, dan
sebaliknya pemerintah daerah akan memperoleh

208
kesempatan yang luas untuk mengetahui potensi mengajukan dua model yang kontradiktif yang
sumber daya, masalah dan kebutuhan daerahnya. dapat digunakan untuk membuat bagaimana
Dalam perkembangannya, pemerintah daerah pemerintah bisa bekerja dan terstruktur, yaitu:
kemudian dipandang sebagai organisasi 1. Model pluralist-democracy. Model pluralist-
pemerintahan berbasis geografis tertentu yang ada democracy memiliki asumsi sebagai berikut :
dalam suatu Negara tertentu. a. Dalam suatu masyarakat terdapat
Sarundajang (2002) bahwa sebagai suatu banyak sekali kelompok-kelompok
komponen dari suatu Negara berdaulat, kepentingan yang berbeda satu sama
pemerintah daerah berfungsi memberikan lain;
pelayanan publik dalam suatu wilayah tertentu. b. Pemerintah itu harus menawarkan suatu
Selain itu, kewenangan untuk menjalankan fungsi akses dan sarana partisipasi yang sama
pelayanan di distribusikan secara lokal, sejalan kepada kelompok-kelompok
dengan meningkatnya profesionalisme, pelayanan kepentingan tersebut;
yang lebih baik, kepemimpinan, dan administrasi c. Pemerintah harus mempunyai banyak
yang lebih efisien. Pemerintah daerah memiliki pusat-pusat kekuasaan yang menyebar
peran dan fungsi yang sangat penting dalam baik vertikal maupun horizontal untuk
menyatukan masyarakat di suatu daerah tertentu menjamin keseimbangan;
yang berfungsi saling menunjang maupun dalam d. Pemerintahan dan politik itu harus bisa
hubungannya dengan aspirasi warga masyarakat. dipahami sebagai suatu sarana
Pemerintah daerah pada dasarnya merupakan kompetisi diantara kepentingan-
sarana bagi warga masyarakat daerah untuk dapat kepentingan minoritas;
mencapai kesejahteraan hidup. e. Ada probabilitas yang tinggi bahwa
Pemerintahan yang baik akan terus suatu kelompok yang aktif dan
memperkuat legitimasinya dengan cara memberi memiliki legitimasi dalam suatu
aspirasi kepada rakyat tentang bagaimana populasi bisa membuat dirinya
mengejar kemajuan, memberi pelayanan yang mendengar secara efektif terhadap
adil, menyelesaikan konflik kepentingan yang tahapan-tahapan yang krusial dalam
besar serta memberi arahan mengenai cara terbaik proses pembuatan kebijakan;
untuk mempercepat terwujudnya harapan f. Kompetisi diantara institusi pemerintah
masyarakat akan kesejahteraan sosial ekonomi. dan klompok-kelompok kepentingan
Untuk membangun pemerintahan yang baik, bisa menyebabkan terjadinya suatu
maka perlu diprioritaskan pada tiga dimensi yaitu bargaining dan kompromi, serta dapat
dimensi politik, hukum, dan administrasi. Setiap menghasilkan suatu keseimbangan
dimensi harus didekati dengan perspektif sistem kekuasaan dalam masyarakat.
yang mengharuskan terlibatnya komponen- 2. Model administrative efficiency memiliki
komponen kebijakan dan pelaksanaannya (Rasyid, beberapa asumsi, yaitu :
1997). a. Menentang model pluralist democracy
Dimensi politik dalam pemerintahan karena tidak mampu memberikan dasar
mengacu pada landasan pokok bagi kehadiran yang kuat dan cocok terhadap
pemerintahan itu sendiri yang dalam ilmu politik kebijakan publik yang rasional dan
dikenal dengan istilah keabsahan. Dalam konteks bebas nilai;
ini berlaku asumsi bahwa legitimasi ditentukan b. Nilai utama dari proses kebijakan
oleh tingkat penerimaan. Dimensi hukum dari publik adalah efisiensi, yaitu diperoleh
pemerintahan berkenaan dengan jaminan suatu hasil yang terbesar dengan biaya
kepastian hukum kepada semua pihak. Hal ini yang terkecil;
penting karena Negara atau pemerintahan pada c. Birokrat harus pejabat yang
dasarnya adalah sebuah sistem hukum. Dimensi professional, dipilih dan diangkat
administrasi dari pemerintahan juga perlu terus secara kompetitif berdasarkan
dibangun. Karena itu diperlukan administrasi yang kompetensi dengan sistem merit;
baik, organisasi yang efisien, aparatur yang d. Sistem merit ditata dan diorganisasikan
memiliki kompetensi. Serta budaya administrasi secara efektif ke dalam suatu hirarki
yang melayani dan memberdayakan masyarakat. yang memuat spesialisasi fungsi
Membangun pemerintahan yang demokratis dengan pertanggungjawaban dan
merupakan landasan terciptanya tata pemerintahan kewajiban yang jelas;
yang baik. Pemerintahan yang demokratis e. Politik dan administrasi harus bisa
menjalankan proses pemerintahan secara terbuka dipisahkan;
terhadap kritik dan kontrol masyarakat untuk f. Perencanaan merupakan proses
membangun sebuah pemerintahan. Yates (1982) pembuatan keputusan yang baik dan

209
sentralisasi manajemen fiscal 5. Pemerintah daerah tidak hanya sekedar
merupakan hal yang esensial bagi melaksanakan tugas untuk kepentingan di luar
tercapainya kejujuran dan efektivitas; daerahnya. Hal ini dimaksudkanuntuk
g. Kemampuan melakukan koordinasi kepentingan pelayanan masyarakat yang lebih
yang menyeluruh sehingga menjadi luas di daerah itu sendiri;
bagian dari suatu sistem birokrasi 6. Pemerintah daerah harus tanggap, responsive,
publik yang kuat haruslah diletakkan serta memiliki banyak jaringan
kepada eksekutif. organisasidalam turut serta menentukan arah
Model administrative efficiency ini kebijakan pembangunan di daerah. Untuk
nampaknya sebagai model yang ditarik secara merealisasikan itu, maka pemerintah daerah
linier dari birokrasi Weberian dan teori harus fleksibel dan profesional dalam
manajemen, serta tidak memberikan ruang pada memberikan pelayanan.
teori politik, sebagaimana yang terdapat dalam Dewasa ini pemerintah daerah menghadapi
model pluralis. (Thoha, 2003). suatu kecenderungan perkembangan
Pemerintah daerah memiliki kedudukan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai
penting dan strategis dalam rangka mempercepat akibat adanya globalisasi dan otonomi daerah.
perubahan masyarakat melalui peningkatan Menurut Sachroni (1997) ada empat
kemampuan pelayanan yang lebih baik. Dalam kecenderungan perkembangan pemerintahan
hubungan itu, Hoessein (1999) menyatakan bahwa daerah, yaitu :
pemerintah daerah dalam menjalankan fungsinya 1. Reorientasi fungsi pemerintah daerah.
paling tidak memiliki beberapa karakteristik, yaitu Pemerintah daerah harus berusaha untuk
: meningkatkan pendapatan daerah melalui
1. Pemerintah daerah dibentuk dan dipilih berbagai strategi. Kecenderungan lain adalah
berdasarkan proses pemilihan dari daerah itu bahwa pemerintah daerah akan bertindak
sendiri dan bukan hanya penunjukan dari dalam kegiatan promosi untuk menarik
pemerintah pusat. Karena itu pemilihan investasi;
pejabat pemerintah harus didasarkan atas 2. Pemerintah daerah perlu meningkatkan peran
pemilihan secara demokratis dari rakyat di swasta dalam penyelenggaraan kegiatan yang
daerah yang bersangkutan. Selain itu, setiap semula merupakan kewenangan dan
kegiatan yang menyangkut pelayanan kepada dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah.
masyarakat di suatu daerah juga merupakan Dengan demikian, menjadi tugas pemerintah
bagian yang penting dan sangat dibutuhkan daerah untuk dapat merangsang sektor swasta
masyarakat setempat; untuk masuk ke daerahnya dan diharapkan
2. Pemerintah daerah harus memiliki dapat meningkatkan pelayanan umum;
peretanggungjawaban masyarakat. Sebagai 3. Pemerintah daerah harus semakin terbuka
organisasi daerah setempat dan pejabat dalam hubungannya dengan rakyat yang
pemerintah daerah harus bertanggung jawab dilayaninya. Dengan kata lain pemerintah
kepada masyarakat di daerahnya sendiri. daerah akan bertindak sebagaimana
Dengan demikian, ada suatu legitimasi nyata seharusnya, yaitu berfungsi sebagai pelayan
yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan bukan sebagai penguasa;
masyarakat di daerah; 4. Reposisi kelembagaan pemerintah daerah,
3. Pemerintah daerah menghasilkan pendapatan yaitu mengusahakan agar organisasi
dari sekitar pajak. Dalam hubungan ini pemerintah daerah dapat menjadi lebih
pemerintah daerah dapat memungut biaya fleksibel sehingga dapat dengan mudah
pajak yang dikenakan kepada masyarakat di menyesuaikan diri dengan perkembangan
daerahnya sendiri untuk kepentingan keadaan. Hal ini dimaksudkan agar
pemerintahan dan pembangunan daerah. penyelenggaraan pelayanan kepada
Untuk itu, masyarakatlah yang harus dilayani masyarakat semakin baik dan efektif.
oleh pemerintah daerah dan masyarakat juga Dalam penyelenggaraan manajemen
yang berhak untuk turut serta memberikan pemerintahan, perubahan paradigma diperlukan
dukungan pendapatan kepada pemerintah agar pemerintah senantiasa dapat mengakomodasi
daerah; kebutuhan perubahan dalam masyarakat dan
4. Pemerintah daerah sebagai pelayan yang memungkinkan administrasi publik menata
bersifat multidimensional. Pemerintah daerah kembali masyarakat. Kondisi tersebut
dituntut harus dapat secara arif dan bijaksana memerlukan suatu kerangka konseptual yang
untuk dapat melayani dan mengendalikan terstruktur untuk memberdayakan fungsi publik
kepentingan pelayanan masyarakat yang agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan
diinginkan; politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

210
Dengan perubahan paradigma dapat 5. Perubahan dari paradigma yang mengikuti
mendorong tercapainya tata pemerintahan yang tatanan birokrasi Weberian menjadi tatanan
baik, memperbaiki kinerja sektor publik dan birokrasi yang post bureaucratic government.
memperbaiki praktek administrasi yang tidak Atau suatu tatanan administrasi publik yang
sesuai (mal administration). Sejalan dengan berorientasi pada paperwork menjadi tatanan
keinginan untuk melakukan pembaharuan, maka administrasi publik yang paperless (Osborne
perubahan paradigma dalam manajemen dan Gaebler, 1998 dan Thoha, 2003). Tata
pemerintahan berlangsung dengan cepat. birokrasi pemerintah seperti ini mebutuhkan
Perubahan paradigma yang dimaksud kompetensi yang tinggi dalam memahami dan
dikemukakan oleh Thoha (2003), yaitu sebagai menerapkan teknologi informasi dalam
berikut : pengelolaan pemerintahan;
1. Perubahan paradigma dari orientasi sistem 6. Perubahan paradigma dari masyarakat yang
manajemen pemerintahan yang sarwa negara rendah tingkat kepercayaan kepada
menjadi berorientasi pasar, selama ini masyarakat yang tinggi tingkat
manajemen pemerintahan mengikuti kepercayaannya. Paradigma baru yang
paradigma yang lebih mengutamakan menekankan terhadap kepercayaan sehingga
kepentingan negara. Kepentingan negara melahirkan suatu masyarakat yang tinggi
menjadi pertimbangan utama dalam mengatasi tingkat kepercayaan akan mampu membangun
segala macam persoalan yang timbul. birokrasi pemerintahan yang demokratis.
Sekarang ini paradigmanya berubah dan Dalam Undang-Undang tentang
menjadi kebalikan dari sebelumnya, yaitu Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa yang
mengutamakan kepentingan masyarakat. dimaksud Pemerintah daerah adalah Kepala
Orientasi manajemen pemerintahan diarahkan Daerah beserta perangkat daerah otonom yang
pada pasar atau publik. Aspirasi masyarakat lain sebagai badan eksekutif daerah. Selanjutnya
dan kepentingan publik menjadi pertimbangan dalam bagian penjelasan dikemukakan bahwa
utama pemerintah dalam mengatasi berbagai Kepala Daerah disamping sebagai pimpinan
persoalan yang timbul; pemerintahan sekaligus adalah pimpinan daerah
2. Perubahan paradigma dari orientasi lembaga dan pengayom masyarakat. Untuk itu menurut
pemerintahan yang kuat, besar, dan otoritarian Widodo (2002) bahwa: “Pemerintah daerah
menjadi orientasi kepada small dan less sebagai agen pembangunan harus kompetitif,
government, egalitarian dan demokrasi. adaptik, dan responsive dalam memberikan
Pergeseran paradigma ini mengisyaratkan pelayanan publik dalam penyelenggaraan
bahwa kedaulatan rakyat menjadi pemerintahan dan pembangunan daerah. Selain
pertimbangan utama bila menginginkan itu, perlu manajemen organisasi yang lebih
tatanan pemerintahan yang demokratis; berkualitas agar dapat mewujudkan sasaran
3. Perubahan paradigma dari sentralisasi kebijakan otonomi daerah yang luas dan
kekuasaan menjadi desentralisasi bertanggung jawab”.
kewenangan. Selama ini kekuasaan Salah satu faktor penting bagi pemerintah
pemerintah lebih cenderung dilakukan secara daerah dalam menjalankan tanggung jawab
sentral. Sekarang ini kecenderungan yang seefektif mungkin adalah bagaimana membangun
besar dan kemauan yang keras menerapkan kemampuan aparatur dengan semangat
paradigma baru adalah dilakukannya kewirausahaan untuk menghasilkan pelayanan dan
desentralisasi kewenangan. Desentralisasi kebijakan-kebijakan yang berkualitas. Prinsip
kekuasaan pemerintahan merupakan isu paling yang mendasari pemerintahan daerah yang
mengemuka dalam paradigma baru bercorak kewirausahaan (entrepreneurial
manajemen pemerintahan; government), diinspirasi oleh Osborne dan
4. Perubahan manajemen pemerintahan yang Gaebler (dalam Kaloh, 2003), yaitu :
hanya menekankan pada batas-batas dan 1. Pemimpin daerah adalah memimpin,
aturan yang berlaku untuk satu negara tertentu mengarahkan, dan membuat kebijakan. Hal ini
mengalami perubahan kea rah organisasi tanpa dimaksudkan agar pemerintah daearah lebih
batas (boundaryless organization). Sekarang tearah pada upaya mengatur masyarakat kea
ini merupakan era tata manajemen rah nilai-nilai yang proporsional dan relevan
pemerintahan yang cenderung dipengaruhi dengan keberadaan masyarakat;
oleh tata aturan global. Keadaan seperti ini 2. Pemerintah daerah dituntut menciptakan iklim
akan membawa akibat bahwa tata aturan yang persaingan, terutama dalam kegiatan
hanya menekankan pada kepentingan nasional pelayanan sosial, dan yang penting adalah
saja dan kurang menguntungkan dalam bukan pemerintah bersaing dengan swasta,
persaingan global; tetapi persaingan melawan monopoli. Kondisi

211
ini akan mengarah kepada kemandirian dan konsep peradaban yang tinggi melalui
perkembangan pihak swasta yang meliputi penumbuhan nilai demokratisasi, partisipasi,
inovasi untuk pelayanan sosial yang sesuai pemberdayaan, dan efisiensi dalam
dengan kebutuhan serta manajemen pelayanan pengelolaan organisasi pemerintah daerah.
yang praktis dan efisien; Salah satu prinsip mewirausahan birokrasi
3. Pemerintah daerah hendaknya bergeser dari (Osborne dan Gaebler, 1998) adalah setiap
sistem pemerintahan yang digerakkan oleh organisasi pemerintah daerah harus
hukum kepada sistem pemerintahan yang berorientasi pada hasil. Paradigma baru
digerakkan oleh misi. Kebijakan-kebijakan pemerintahan meletakkan masyarakat dalam
pemerintah daerah dalam lingkup mekanisme suatu hubungan kemitraan dengan pemerintah
kegiatannya akan semakin cepat membawa dan dunia usaha. Dengan adanya perubahan
hasil karena arahnya tepat dan obyektif. paradigma tersebut, menurut Kaloh (2003),
Kalaupun perangkat hukum masih pemerintah daerah harus mampu membuat
mendominasi langkah-langkah kebijakan organisasi pemerintah daerah sebagai
pemerintah daerah maka hal itu adalah organism baru yang memilki sifat-sifat
respons atas tindakan-tindakan yang sebagai berikut: struktur pemerintahan yang
digerakkan oleh misi; fleksibel, intensif untuk keberhasilan
4. Pemerintah daerah hendaknya memahami dan mengutamakan kepuasan masyarakat aparatur,
memusatkan perhatian terhadap apa yang transparansi, kompetisi dalam organisasi,
dihasilkan dan bukan memaksimalisasi pemisahan fungsi pengarah dan pelaksana.
masukan yang berorientasi semata-mata pada II. Reformasi Birokrasi di Indonesia
kenaikan anggaran dan lupa untuk Pelaksanaan kebijakan reformasi yang akan
memaksimalkan keluaran. Hal ini di jalankan di Indonesia di arahkan pada upaya-
dimaksudkan agar pemerintah daerah akan upaya pembentukan profil birokrasi yang efisien,
lebih banyak memikirkan hal-hal yang mampu, tanggap dan dinamis terhadap tuntutan-
berorientasi keluaran dan menemukan lebih tuntutan yang ditujukan kepada birokrasi itu
banyak cara yang efisien dan efektif untuk sendiri, baik yang berasal dari lingkup nasioanal,
merealisasikan hasil-hasil yang diharapkan; regionnal dan internasional yang berjalan kearah
5. Pemerintah daerah hendaknya berperilaku good govermance (Reswansyah,2010:148). Good
seperti dunia organisasi dalam mengelola govermance merupakan New Publik Manajemen
dana. Sumber pendapatan digali sedemikian dalam lingkungan pemerintahan. Menurut
rupa sehingga tidak hanya menggantungkan Hoadley (2006:195), bahwa :
pada pajak. Sehubungan dengan itu “Penerapan konsep New Publik
pemerintah daerah harus kreatif menggali Manajemen dalam pembaharuan sistem
sumber-sumber baru yang pontensial untuk administrasi Indonesia karena New
dikembangkan pada manajemen model Publik Manajemen setidaknya atau
swasta; bahkan bisa dikatakan lebih Anglo-Eropa
6. Pemerintah daerah hendaknya mulai bergeser jika dibandingkan birokrasi tradisional
dari mekanisme kerja yang hirarki kepada Weberian”.
mekanisme kerja partisipatif. Hal ini dapat Untuk merespon perubahan dalam tatanan
menimbulkan efesiensi mengingat mekanisme kehidupan administrasi Negara atau birokrasi pada
kerja hirarki cenderung kaku dan lambat awal masa pemerintahan orde baru, berbagai
dalam menyesuaikan dengan cepatnya laju kebijakan yang dibuat dalam penataan birokrasi
perkembangan saat ini. Karena itu pemerintah pemerintahan antara lain merubah sistem dan
daerah perlu menumbuhkan mekanisme kerja struktur birokrasi pemerintahan antara lain
partisipatif dan tim kerja yang memiliki merubah sistem dan struktur birokrasi
kewenangan yang luas. Kedudukan daerah pemerintahan melalui Keputusan Presiden nomor
semakin penting dalam pelaksanaan : 44 dan 45 tahun 1974. Keputusan Presiden itu
desentralisasi pemerintahan, pembangunan, adalah sebagai awal di susunnya struktur
dan pelayanan publik, sehingga dituntut organisasi Departemen Pemerintah. Sistem dan
adanya transparansi dan akuntabilitas dari struktur yang dibuat seragam.
pemerintah daearh. Dengan semakinn Selanjutnya dalam melaksanakan fungsi dan
berkembangnya tuntutan menuju peradaban tugas masing-masing kementrian Negara mulai
yang lebih maju, pemerintah daerah dari sistem penyuusunan, pelaksanaan, dan
diharapkan untuk mengetahui kecenderungan pertanggungjawaban anggaran, sistem rekruitmen
transformasi global yang semakin cepat, pegawai dan pengangkatan pejabat dalam jabatan,
dinamis dan kompetitif. Karena itu pemerintah sistem diklat pegawai, sistem penggajian pegawai,
daerah dituntut menumbuhkan semangat dan sistem pengawasan dan pengaturan-pengaturan

212
lainnya diatur secara sentral. Selain organisasi Dengan posisi birokrasi itu bukan saja
Departemen di Pusat, pengaturan pemerintahan di mempunyai akses yang kuat untuk membuat
daerah sampai ke desa diatur dengan sistem kebijakan yang tepat secara teknis, tetapi juga
penyeregaman yaitu undang-undang nomor 5 menumbuhkan dukungan yang kuat dari
tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan masyarakat dan dunia usaha untuk memperbaiki
daerah dan undang-undang nomor 5 tahun 1979 kinerja para birokrasinya dengan memposisikan
tentang pemerintahan desa. diri sebagai pelaksana yang netral. Oleh karena
Setelah masa pemerintahan orde baru itu, menurut Rigs (1964:260), pegawai pemerintah
berakhir yang di pelopori oleh mahasiswa pada merupakan instrumen yang mempunyai
tahun 1998 dikenal dengan sebutan masa kepentinagan tertentu dalam mekanisme birokrasi,
reformasi. Pada masa itu sistem administrasi jadi dia sekedar menjadi pelaksana, ia tidak perlu
penyelenggraan Negara mengalami perubahan tahu ataupun menanyakan karena arah tujuan
paradigma dari paradigma sentralisasi berubah politik atasannya.
menjadi desentralisasi. Dalam konteks yang lain praktek
Salah satu bukti perubahan itu ditandai pemerintahan di Indonesia menurut Thoha (2003),
dengan di keluarkannya kebijakan otonomi daerah sistem birokrasi yang menjadi pilar pelayanan
dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan publik menghadapi masalah yang sangat
Negara. Kebijakan penyelenggaraan pemerintahan fundamental. Pertama sebagai fakta sejarah
itu melahirkan undang-undang nomor 22 tahun bangsa sistem administrasi yang sekarang
1999 tentang pemerintahan daerah dan kemudian diterapkan adalah peninggalan kolonila yang juga
diganti dengan undang-undang nomor 32 tahun memiliki dasar-dasar hukum dan kepentingan
2004 dan pada tahun 2008 dilakukan revisi kolonial. Struktur, norma, nilai dan regulasi yang
menjadi undang-undang nomor 12 tahun 2008 ada berorientasi pada pemenuhan kepentingan
merupakan kebijakan untuk melakukan reformasi penguasa dari pada pemenuhan hak sipil warga
birokrasi. Negara (Prasojo dan Kurniawan, 2003:3).
Visi reformsi birokrasi adalah terwujudnya Selanjutnya menurut Mustopodidjaja
aparatur Negara yang professional dan (2003:9) reformasi birokrasi yang terjadi di
pemerintahan yang baik (Good Govermance). Indonesia pada dasarnya di rancang sebagai
Tolok ukur kepemerintahan yang baik menurut birokrasi yang rasional dengan pendekatan
UNDP adalah pelayanan publikyang efesien, struktural (tradisi Weberian). Pendekatan
peradilan yang handal dan aparatur pemerintah Weberian dalam penataan kelembangaan yang
yang bertanggungjawab kepada publiknya berlansung dalam pendayagunaan aparatur Negara
(Rewansyah, 2010:139). hingga dewasa ini, secara klasik menegaskan
Penyelenggaraan administrasi Negara pentingnya rasionalitas yang menciptakan
dengan lahirnya undang-undang tersebut fungsi efisiensi, efektivitas, dan produktivitas melalui
pelayanan publik dapat dilakukan dengan penuh pembagian kerja hirarki dan horizontal yang
perhatian untuk merespon kepentingan seimbang, diukur dengan rasio antara volume atau
masyarakat di setiap daerah, karena segala bentuk beban tugas dengan jumlah sumber daya, disertai
yang berkaitan dengan penyusunan dan tata kerja yang formalistik dan pengawasan yang
pelaksanaan program pembangunan, dan ketat.
pertanggunjawaban anggaran, sistem rekruitmen Dalam kaitannya dengan grand design
pegawai dan pengangkatan pejabat dalam jabatan, reformasi birokrasi melelui peraturan pemerintah
sistem diklat pegawai yang selama ini RI nomor 81 tahun 2010 yang bertujuan untuk
tersentralisasi pada pemerintah pusat diberikan menciptakan birokrasi pemerintah yang
kewenangan kepada daerah untuk mengelolahnya. professional dengan sumber daya manusia
Artinya terjadi desentralisasi kekuasaan aparatur yang di dukung oleh sistem rekruitmen
administrasi Negara yang selama ini dan promosi jabatan yang berbasis kompetensi,
pengolahannya berada di pusat diserahkan kepada transparan, dan mampu mendorong mobilitas
pemerintah daerah. aparatur antar daerah, antar pusat, dan antar pusat
Masalah utama administrasi Negara yang dengan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk
menjadi perhatian para penulis tradisional ialah jaminan kesejahteraan yang sepadam.
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kebijakan Selain itu dalam reformasi birokrasi juga
(Rigs, 1964:280), Birokrasi sebagai pelaksana bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah
kebijakan merupakan salah satu faktor dan aktor yang professional dengan karakteristik adatif,
utama yang turut berperan dalam kepemerintahan berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih
yang baik (Good Govermance) (Mustopadidjaja, dari KKN, mampu melayani publik, netral,
2003). sejahtra, berdedikasi, dan menjunjung nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur Negara.

213
Manajemen kepegawaian mendefinisikan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah
ada tiga keahlian yang mendasar dalam di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak akhir
manajemen yaitu keahlian teknis, personal, dan tahun 2006 yang dilakukan melalui pilot project di
konseptual. Keahlian teknis (technical skill) Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung, dan
meliputi kemampuan untuk menerapkan Badan Pemeriksa Keuangan. Sejak itu,
pengetahuan atau keahlian khusus. Keahlian dikembangkan konsep dan kebijakan Reformasi
personal kemampuan untuk bekerja sama, Birokrasi yang komprehensif yang ditetapkan
memahami, dan memotivasi orang lain, baik dengan Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010
secara individual maupun dalam kelompok. tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
Keahlian konseptual yaitu kemampuan mental 2025, dan Permenpan No. 20 Tahun 2010 tentang
untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi- Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Selain
situasi (Robins dan Judge, 2007:8) itu, diterbitkan pula 9 (sembilan) Pedoman dalam
Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang rangka pelaksanaan reformasi birokrasi yang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ditetapkan dengan Peraturan Menteri
2005-2025 mengamanatkan bahwa pembangunan Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan)
aparatur negara dilakukan melalui reformasi No. 7 sampai dengan No. 15 yang meliputi
birokrasi untuk mendukung keberhasilan pedoman tentang Pengajuan dokumen usulan
pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud sampai dengan mekanisme persetujuan
komitmen nasional untuk melakukan reformasi pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan
birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi kinerja.
birokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi Pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-
prioritas utama dalam Perpres Nomor 5 Tahun masing instansi pemerintah dilakukan berdasarkan
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka kebijakan/program/kegiatan yang telah digariskan
Menengah Nasional 2010–2014. Makna reformasi dalam Grand Design Reformasi Birokrasi dan
birokrasi adalah : Perubahan besar dalam Road Map reformasi Birokrasi, serta berbagai
paradigma dan tata kelola pemerintahan pedoman pelaksanaannya. Selanjutnya,
Indonesia, pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia pelaksanaan reformasi birokrasi memerlukan
dalam menghadapi tantangan abad ke-21. sistem monitoring dan evaluasi yang solid dan
Berkaitan dengan ribuan proses tumpang kredibel dan dapat mencerminkan suatu sistem
tindih antar fungsi-fungsi pemerintahan, pengukuran yang objektif, dan pengguna dapat
melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan menerima dan menindaklanjuti hasil dari sistem
anggaran yang tidak sedikit. Upaya menata ulang tersebut.
proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga Dalam rangka itu, ditetapkan Permenpan No.
terendah dan melakukan terobosan baru dengan 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri
langkah-langkah bertahap, konkrit, realistis, Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, dan untuk
sungguh-sungguh, berfikir di luar operasionalisasinya ditetapkan Permenpan No. 31
kebiasaan/rutinitas yang ada, dan dengan upaya Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian
luar biasa. Upaya merevisi dan membangun Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara
berbagai regulasi, memodernkan berbagai Online. Pedoman dan Petunjuk Teknis Penilaian
kebijakan dan praktek manajemen pemerintah Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi (PMPRB) tersebut merupakan acuan bagi instansi
instansi pemerintah dengan paradigma dan peran pemerintah untuk melakukan penilaian upaya
baru. pencapaian program Reformasi Birokrasi sejalan
Atas dasar makna tersebut, pelaksanaan dengan pencapaian sasaran, indikator dan target
reformasi birokrasi diharapkan dapat : nasional. PMPRB mengkaitkan penilaian atas
Mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap output dan outcome pelaksanaan program
penyalahgunaan kewenangan publik oleh pejabat reformasi birokrasi di instansi pemerintah, serta
di instansi yang bersangkutan; Menjadikan negara pencapaian Indikator Kinerja Utama masing-
yang memiliki birokrasi yang bersih, mampu, dan masing instansi pemerintah dengan indikator
melayani; Meningkatkan mutu pelayanan kepada keberhasilan reformasi birokrasi secara nasional.
masyarakat; Meningkatkan mutu perumusan dan Sistem Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
pelaksanaan kebijakan/program instansi; Birokrasi (PMPRB), berperan sangat penting
Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam dalam mengetahui dan menilai serta mengawal
pelaksanaan semua segi tugas organisasi; pencapaian reformasi birokrasi sebagaimana
Menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif, diharapkan.
proaktif, dan efektif dalam menghadapi III. Ruang Lingkup Kerja Birokrasi
globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan Max Weber meyakini bahwa birokrasi
strategis. adalah hal yang semakin penting. Birokrasi

214
memiliki seperngkat karakteristik seperti yang dilakukan oleh para pejabat. Sungguh pun
ketepatan, kesinambungan, disiplin, kekerasan, jarang dikatakan bahwa dengan membedakan
yang menjadikannya sebagai teknis merupakan antara kekuasaan dan otoritas akan menuju kepada
bentuk organisasi yang paling memuaskan, baik suatu kesimpulan penting bahwa pejabat-pejabat
bagi para pemegang otoritas maupun bagi semua yang dipilih sesungguhnya bukanlah birokrasi itu
kelompok kepentingan yang lain. “Perkembangan sendiri, namun Weber tampaknya benar-benar
bentuk-bentuk organisasi modern di semua bidang meyakini bahwa birokrasi dapat dianalisis tanpa
(Negara, gereja, tentara, partai ekonomi, harus berprasangka kepada isu tentang demokrasi.
kelompok-kelompok kepentinagn, perkumpulan- Bila Gournay (1996) menyajikan aliran pemikiran
perkumpulan suka rela, badan-badan, donator atau yang menyebut birokrasi dan demokrasi sebagai
bentuk lainnya) secara sederhana identik dengan sistem pemerintahan yang berlawanan tetapi
perkembangan dan peningkatan yang secara eksklusif saling membutuhkan, maka
berkesinambungan tentang administrasi birokrasi” analisis Weber dimaksudkan untuk menunjutkan
Menurut Weber (dalam Shapiro, 2005:46), bahwa, secara konseptual sifat khusus
mengemukakan bahwa : “Birokrasi tidak dapat administrasi modern dan pengawasan aparat
dihindari, sebagai aspek-aspek birokrasi rasional, Negara modern adalah hal yang berbeda.
sebagai bagian dari proses rasionalisasi, birokrasi Nugroho Dwijowiyoto (2001) menyatakan di
rasional juga berkecenderungan untuk Indonesia, birokrasi yang diutamakan adalah
memisahkan manusia dari alat-alat produksi, dan masukan dan proses, bukan hasil. Karenanya,
cenderung menumbuhkan formalisme dalam yang selalu diperhatikan oleh para pelaku
organisasi pada umumnya”.’ birokrasi adalah jangan sampai ada sisa anggaran
Proses ini dengan sikap tidak acuh yang pada akhir tahun buku. Birokrasi tidak pernah
pesimistik. Disamping karena tidak adanya butir menyadari bahwa ada perubahan besar di dunia.
istilah yang ia ciptakan untuk itu, memang tidak Di mana semua hal harus mengacu kepada pasar,
hanya menaruh perhatian padanya, sementara itu bisnis harus mengacu kepada permintaan pasar,
gejala keruwetan (red tape) dan inefesiensi dianggap berhasil dalam kompetisi harus mampu
birokratik telah begitu ditekuni. Birokratisme melayani pasar.
yang sering digunakan untuk menunjuk Development adalah perkembangan yang
penyalahgunaan birokrasi oleh Weber hanya tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota
digunakan satu dua kali tanpa sesuatu arti, kecuali masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini
sebagai sifat khusus dari kegiatan birokrasi. akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat. Dengan
Weber merasa tidak memerlukan istilah itu, demikian maka perubahan masyarakat dijadikan
karena dengan mengartikan staf administratif sebagai peningkatan martabat manusia, sehingga
birokratis dan tugas-tugasnya menurut istilah hakekatnya perubahan masyarakat berkait erat
organisasi tatkala ia membicarakan birokrasi, dengan kemajuan masyarakat. Dilihat dari aspek
maka kegiatan para birokrat sudah tercakup perkembangan masyarakat tersebut
didalamnya. Weber lupa menguji inefisiensi maka terjadilah keseimbangan antara tuntutan
administrasi modern sebagai isu pokok yang perlu ekonomi, politik, sosial dan hukum,
diperdebatkan. keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
Sekalipun Weber kurang membicarakan konsensus antara prinsip-prinsip dalam
tema inefisiensi, pada sisi lainnya Weber lebih masyarakat Susanto (2003:185).
memperhatikan masalah kekuasaan birokrasi. Birokrasi sejak masa orde lama hingga saat
Membicarakan birokrasi berarti membicarakan ini belum dapat dikategorikan sebagai birokrasi
pertumbuhan kekuasaan dari para pejabat. yang berubah secara total. Masih ada aroma
Pertama, penting untuk dicatat bahwa hal ini nuansa otoriternya. Menurut Afan Gaffar
bukan semata-mata merupakan persoalan definisi (2005:232) Birokrasi pasca kemerdekaan
birokratisasi. Birokrat mensyaratkan kekuasaan, mengalami proses politisasi. Sekalipun jumlahnya
ini merupakan suatu pernyataan empiris. Sumber- tidak terlampau besar, aparat pemerintah bukanlah
sumber kekuasaan ini dapat dilihat dalam sebuah organisasi yang menyatu karena sudah
pengetahuan khusus tentang disiplin yang esensial terkapling-kapling kedalam partai-partai politik
bagi administrasi dunia modern, yakni ekonomi yang bersaing dengan intensif guna memperoleh
atau hukum. Kedua, karena tugas-tugasnya, ia dukungan. Hal itu berjalan terus sampai masa
banyak sekali informasi kongkrit, yang pemerintahan demokrasi terpimpin. Arah gerak
kebanyakan cenderung secara artificial (buatan) birokrasi masih mengalami polarisasi yang sangat
dibatasi oleh gagasan-gagasan tentang kerahasiaan tajam dengan mengikuti arus polarisasi politik
dan kemampuan. masyarakat.
Walaupun yakin bahwa biroratisasi harus Bintoro Tjokroamidjojo (1984) menyatakan
ada, dan bahwa pada birokrat memiliki kekuasaan bahwa birokrasi dimaksudkan untuk

215
mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang senat dan parlemen. Weber menganggap
harus dilakukan oleh banyak orang. Dengan bahwa kolegalitas akan selalu memiliki
demikian sebenarnya tujuan dari adanya birokrasi bagian penting yang berperan membatasi
adalah agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan birokrasi. Akan tetapi, hal itu menjadi tidak
cepat dan terorganisir. Bagaimana suatu pekerjaan terlalu menguntungkan bila dilihat dari
yang banyak jumlahnya harus diselesaikan oleh kecepatan pengambilan keputusan dan
banyak orang sehingga tidak terjadi tumpang pengurangan tanggung jawab. Ini artinya,
tindih di dalam penyelesaiannya, itulah yang bahwa tatkala berhadapan dengan prinsip
sebenarnya menjadi tugas dari birokrasi. monokratik, dimanapun juga prinsip
Walaupun sistem konsep telah begitu kolegalitas akan berkurang.
berkembang jauh, barangkali keliru untuk 2. Pemisahan Kekuasaan. Birokrasi mencakup
menyimpulkan bahwa Weber tidak tertarik pada pembagian tugas dalam lingkup fungsi yang
persoalan tradisional tentang hubungan antara secara relatif berbeda. Pemisahan kekuasaan
birokrasi dan demokrasi. Perbaikan analisa yang berarti pembagian tanggung jawab terhadap
dilakukannya tidak dimaksudkan untuk fungsi yang sama antara dua badan atau lebih.
mengesampingkan masalah tersebut. Bahkan Untuk mencapai suatu keputusan,
sebaliknya, perhatiannya terhadap masalah bagaimanapun, memerlukan kompromi
tersebut merupakan dorongan penting terhadap diantara badan-badan semacam itu.
birokrasi. Kekuasaan atau pemerintahan yang Sebagaimana ditunjukkan oleh Weber,
dilakukan oleh pejabat adalah konsep yang benar- perlunya aspek kompromi tersebut bisa
benar dibedakan dari birokrasi. ditemui, misalnya, pada kesepakatan tentang
Menurut Weber, Bearntenheeschaft adalah anggaran yang dalam sejarahnya perlu
sesuatu yang menakutkan di luar birokrasi, dan itu dicapai antara Raja dan Parlemen Inggris.
telah terjadi dalam bentuk yang paling Weber menganggap sistem seperti itu secara
mengerikan tatkala Jerman berada di bawah interen bersifat tidak stabil. Salah satu
kekuasaan Bismarck. Ia menilai bahwa Bismarck diantara otoritas itupun dibatasi agar
telah melemahkan Jerman karena membiarkan diperoleh keunggulan.
para pejabat menggunakan kedudukannya secara 3. Administrasi Amatir. Apabila suatu
semena-mena dalam negara. Hasilnya adalah pemerintahan tidak mengkaji para pegawai
negara yang lemah secara politik, yang memiliki administrative, maka pemerintahan seperti itu
kelas-kelas non-birokratik yang tertekang. akan menjadi tergantung pada orang-orang
Pokok permasalahan yang diajukan Weber yang memiliki sumber-sumber yang
ialah, bagaimana mencegah kecenderungan yang memungkinkan mereka menghabiskan waktu
melekat dalam birokrasi, yakni akumulasi dalam kegiatan tak berpendapatan. Orang-
kekuasaan dari suatu kedudukan yang mengontrol orang seperti itupun harus memiliki
kebijakan dan tindakan organisasi yang harus penghargaan publik yang memadai untuk
dilayaninya. Atas pokok persoalan tersebut, meraih kepercayaan umum. Sistem seperti ini
Weber mempertimbangkan sejumlah besar tidak dapat diukur berdasarkan tuntutan akan
mekanisme untuk membatasi lingkup sistem- keahlian yang diperlukan oleh masyarakat
sistem otoritas pada umumnya dan birokrasi pada modern. Dan sepanjang para amatir dibantu
khususnya, mekanisme tersebut di para professional, maka yang tersebut terakhir
kelompokkannya menjadi lima kategori pokok, itulah yang sebenarnya selalu membuat
yaitu : keputusan.
1. Kolegalitas. Perhatian Weber yang tercurah 4. Demokrasi Langsung. Ada beberapa kiat
pada konsep kolegalitas memberi bukti yang untuk memastikan bahwa para pejabat
berguna bahwa keseluruhan gagasannya dibimbing langsung oleh, dan dapat
tentang birokrasi dipengaruhi oleh teori bertanggung jawab kepada suatu majelis.
administrasi Jerman abad ke-19. Baginya, Masa jabatan yang singkat, pemilihan oleh
birokrasi dalam arti bahwa masing-masing sedikit orang, kemungkinan adanya recall,
tahapan hirarki jabatan seseorang, dan hanya semuanya dimaksudkan untuk melayani
satu orang memiliki tanggung jawab untuk tujuan tersebut. Hanya di dalam organisasi
mengambil suatu keputusan. Seandainya kecil, seperti dalam beberapa bentuk
benar bahwa segera setelah orang lain terlibat pemerintahan lokal, terdapat metode yang
dalam keputusan itu, maka sejak itu prinsip layak bagi administrasi tersebut. Di sini juga
kolegial terlaksana. Weber membedakan 12 dibutuhkan orang-orang yang berkeahlian
bentuk kolegalitas, diantara yang termasuk sebagai pembuat keputusan.
dalam susunan semacam itu adalah seperti 5. Representasi (Perwakilan). Klaim Seorang
Konsulat Romawi, Kabinet Inggris, berbagai pemimpin untuk mewakili penganutnya

216
bukanlah sesuatu yang baru. Para pemimpin, IV. Wewenang Birokrasi
baik pemimpin karismatik maupun pemimpin Wewenang adalah kekuasaan, namun
tradisional, memiliki klaim seperti itu. Hal kekuasaan tidak selalu berupa kewenangan, kedua
yang baru di negara modern adalah kehadiran bentuk ini dibedakan dalam bentuk keabsahannya.
badan-badan perwakilan kolegial, yang Kewenangan merupakan kekuasaan yang
anggota-anggotanya dipilih melalui memiliki keabsahan (legitimate power),
pemungutan suara dan bebas membuat sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki
keputusan, serta memegang otoritas bersama- keabsahan. Apabila kekuasaan politik dirumuskan
sama dengan orang-orang yang telah memilih sebagai kemampuan menggunakan sumber-
mereka. Sistem seperti itu tidak dapat sumber untuk mempengaruhi proses pembuatan
dijelaskan, kecuali dalam kaitannya dengan dan pelaksanaan keputusan politik, maka
beroperasinya partai-partai politik. Mereka kewenangan merupakan hak moral untuk
yang menjadi birokrat, tetapi melalui membuat dan melaksanakan keputusan politik.
perantaraan seperti inilah yang oleh Weber Dalam hal ini, hak moral yang sesuai dengan
dilihat memiliki kemungkinan terbesar untuk nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk
mengawasi birokrasi. peraturan dalam pembuatan perundang-undangan.
Weber memandang parlemen bebas di Wewenang merupakan hak berkuasa yang
negara modern sebagai komponen vital untuk ditetapkan dalam struktur organisasi sosial, guna
mewujudkan kepentingan-kepentingan kelompok kebijakan yang diperlukan. Dalam hal ini,
yang berbeda yang dilahirkan ekonomi menurut Max Weber wewenang dibagi menjadi
kapitalistis. Melalui sistem kepartaian tersebut, tiga macam;
kelompok-kelompok kepentingan dapat 1. Wewenang kharismatis, merupakan
menemukan para pemimpin di majelis. Dan dalam wewenang yang dimiliki oleh seseorang
perjuangan di parlemen, manusia yang benar- karena kharisma kepribadiaanya. Wewenang
benar berkualitas dan yang layak memimpin kharismatis dapat berkurang atau hilang jika
dunia, dapat ditemukan. Weber berpendapat orang yang bersangkutan melakukan kesalahan
Jerman tidak menyadari bahwa Parlemen Inggris fatal. Juga hilang pandangan atau faham
berperan sebagai ajang latihan bagi para warga masyarakat itu berubah;
pemimpin politik. Patut dihormati antusiasme 2. Wewenang tradisional, merupakan
Weber terhadap sistem perwakilan, lebih-lebih wewenang yang bersumber dari tradisi
pada keyakinannya bahwa kejayaan suatu bangsa masyarakatnya yang berbentuk kerajaan.
lebih bergantung pada ditemukannya pemimpin Wewenang itu melembaga dan dinyakini
yang memiliki kemampuan ketimbang pada hal memberi manfaat ketentraman bagi warga;
apapun yang berkenaan dengan nilai-nilai 3. Wewenang rasional/legal, merupakan
demokrasi. wewenang yang berlandaskan sistem yang
Kesimpulan ini diperkuat oleh kenyataan berlaku. Dalam masyarakat demokratis
bahwa Weber tidak memandang birokrasi partai- kedudukan wewenang berupa sistem
partai politik sebagai suatu pemerintahan birokrasi dan ditetapkan jangka
perwakilan. Sebaliknya, dengan adanya waktu terbatas (periode). Gunanya untuk
kompleksitas administrasi partai modern, maka mencegah peluang yang berkuasa
berarti bahwa para pemimpin partai menyalahgunakan kekuasaannya, sekaligus
dipersyaratkan mempunyai pengetahuan pokok menjamin kepentingan masyarakat atas
tentang teknik-teknik administrasi modern kewenangan legal tersebut.
sebelum mereka memasuki jabatan yang tinggi. Ketiga macam wewenang tersebut ada dalam
Pemimpin partai bukanlah penggemar tanpa masyarakat, namun dalam masyarakat demokratis
keahlian, tetapi harus dapat menjalankan selalu lebih menonjol wewenang legal/rasional.
pengawasan yang benar-benar terhadap Sebaliknya di daerah pendalaman sering lebih
administrasi negara. Selanjutnya, mesin partai dominan yang kharismatis, terutama dalam masa
modern menuntut disiplin dan bersifat rutin. Dari proses perubahan sosial. Untuk menjamin
segi ini, hal tersebut membantu pemberantasan pelaksanaan wewenang diperlukan sistem
bahaya-bahaya penghasutan rakyat. penghubung antara pemimpin dengan warga yang
Mosca (1969), analisis birokrasi Weber dipimpinnya. Alat penghubung yang teratur itu
cenderung membela kesetiaan terhadap disebut birokrasi, yakni organisasi yang bersifat
pemerintahan perwakilan. Hal itu memang bukan hirarki (bertingkah-tingkah) secara rasional (Blau
demokrasi yang ideal, akan tetapi demokrasi yang Peter, M : 2000). Pendapat lain menurut
ideal dapat diharapkan di bawah kondisi-kondisi Kerebungu (2008 : 142), ada tiga wewenang yaitu
masyarakat yang rasional dan modern, dan :
terarah.

217
1. Wewenang tradisional yang didasarkan atas Oleh sebab itu birokrasi paling sedikit
tradisi; mencakup lima unsur, yaitu: organisasi,
2. Wewenang karismatik yang didasarkan pada pengerahan tenaga, sifatnya teratur,
ciri kepribadian pemimpin; berkesinambungan terus-menerus dan sampai
3. Wewenang rasional yang didasarkan pada mencapai tujuan. Sosiologi menyoroti birokrasi
prinsip the right man on right place sebagai pengertian yang netral, terlepas dari
(menempatkan orang sesuai dengan akibat-akibat buruk yang menyebabkan bahwa
kompetensinya). birokrasi tersebut menyimpang dari tujuannya
Tujuan birokrasi agar pelaksanaan kekuasaan semula, yaitu melancarkan pemerintah (Syarbaini,
secara administrasi menjadi lancar sesuai dengan 2009).
kehendak pemimpin atau warga masyarakat, Albrow (1996), jenjang wewenang birokrasi
namun ada juga pemegang wewenang tertentu dari suatu birokrasi, walaupun sangat diperlukan
yang memanfaatkan peranan kekuasaannya demi dalam mengadakan koordinasi, seringkali
keuntungan pribadi sehingga dirasakan menghasilkan rasa tidak puas serta sikap apatis
menghambat dan merugikan masyarakat. Dalam yang mendalam di kalangan eselon-eselon
hal ini perlu adanya ketentuan resmi tentang bawahan. Hal ini tentunya menghalangi
kewenangan menurut hukum dan administrasi identifikasi dengan tujuan-tujuan organisasi dan
secara terbuka/transparan agar setiap orang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan secara
mengontrol pelaksanaanya (Syarbaini, 2009). efektif, kecuali jika suatu metode koordinasi
Selanjutnya birokrasi adalah suatu prosedur yang berjenjang atau hirarki dikembangkan untuk
efektif dan efesien yang didasari oleh teori dan mengurangi sesedikit mungkin akaibat-akibat
aturan yang berlaku serta memiliki spesialisasi yang sangat berbahaya bagi motivasi kerja
menurut tujuan yang telah ditetapkan oleh merupakan analisis mengenai wewenang
organisasi/institusi. (Rahman, 2007 : 169). birokratis serta dilema-dilema yang
Blau Peter, M (1987), pembagian kekuasaan ditimbulkannya.
yang hirarki adalah urutan vertikal dari kepala, Tjokroamidjojo (dalam Rahman 2007 : 171 –
wakil, seketaris, dan seterusnya sampai ke 172) mengemukakan ciri-ciri utama struktur
pegawai terendah. Hal itu merupakan saluran birokrasi dalam tipe idealnya adalah:
perintah dari atas ke bawah sekaligus membawa 1. Prinsip Pembagian Kerja. Kegiatan-kegiatan
keinginan dan inspirasi dari bawah ke atas. regular yang diperlukan untuk mencapai
Disamping peraturan formal harus ada disiplin tujuan-tujuan organisasi dibagi dalam cara-cara
yang menjamin ketaatan yang berorientasi pada tertentu sebagai tugas-tugas jabatan. Dengan
misi organisasi. Inilah yang menjamin birokrasi adanya prinsip pembagian kerja yang jelas ini
tidak boleh menyimpang dari dasar/azas dimungkinkan pelaksanaan pekerjaan oleh
kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Ciri- tenaga-tenaga spesialisasi dalam setiap jabatan,
ciri birokrasi dan cara terlaksananya adalah sehingga pekerjaan akan dapat dilaksanakan
sebagai berikut: dengan tanggungjawab penuh dan efektif.
1. Adanya ketentuan yang tegas dan resmi 2. Struktur Hierarkis. Pengorganisasian jabatan-
mengenai kewenangan yang didasarkan kepada jabatan mengikuti prinsip hierarkis, yaitu
peraturan umum, yaitu ketentuan hukum dan jabatan yang lebih rendah berada di bawah
administrasi; pengawasan atau pimpinan dari jabatan yang
2. Prinsip tingkatan (hierarchy) dan derajat lebih atas. Pejabat yang lebih rendah
wewenang merupakan sistem yang tegas kedudukannya harus
perihal hubungan atasan dengan bawahan mempertanggungjawabkan setiap
(super and subordination) dimana tedapat keputusannya kepada pejabat atasannya.
pengawasaan terhadap bawahan oleh 3. Aturan dan Prosedur. Pelaksanaan kegiatan
atasannya; didasarkan pada suatu sistem peraturan yang
3. Ketatalaksanaan suatu birokrasi yang modern konsisten. Sistem standar tersebut
didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dimaksudkan untuk menjamin adanya
(files) yang disusun dan dipelihara aslinya atau keseragaman pelaksanaan setiap tugas dan
salinannya; kegiatan tanpa melihat pada jumlah orang yang
4. Pelaksanaan birokrasi dalam bidang tertentu terlibat di dalamnya.
memerlukan latihan dan keahlian yang khusus 4. Prinsip Netral. Pejabat yang ideal dalam suatu
dari para petugas; birokrasi melaksanakan kewajiban dalam
5. Bila birokrasi telah berkembang dengan semangat formil non pribadi (formalistic
penuh, maka dalam kegiatan-kegiatannya impersonality), artinya tanpa perasaan simpati
meminta kemampuan bekerja yang maksimal atau tidak simpati. Dalam prinsip ini, seorang
dari pelaksana-pelaksananya . pejabat dalam menjalankan tugas jabatannya

218
terlepas dari pandangan yang bersifat pribadi. kepala seksi di mana para pegawai diberi
Dengan menghilangkan pertimbangan yang kebebasan bekerja menurut tugasnya dan cara
bersifat pribadi dalam urusan jabatan, berarti mereka masing-masing. Menurut Blau Peter,M
suatu pra kondisi untuk bersikap tidak (1987:88), konsep wewenang pertama; wewenang
memihak dan juga untuk efesiensi. dikaitkan kepada hubungan antara orang-orang
5. Penempatan Didasarkan Atas Karier. dan bukan melambangkan individu; Kedua,
Penempatan kerja seorang pegawai didasarkan wewenang melibatkan pemberlakuan kontrol
pada kualfikasi teknis dan dilindungi terhadap sosial yang bertumpu pada kerelaan pegawai
pemberhentian sewenang-wenang. Dalam suatu dengan pengarahan-pengarahan tertentu dari
organisasi birokrasi penempatan kerja seorang pimpinan. Pimpinan tidak perlu memaksa atau
pegawai didasarkan atas karier. Ada sistem membujuk pegawai dalam rangka mempengaruhi
promosi, entah atas dasar senioritas atau mereka, sebab mereka telah menerima sebagai
prestasi atau kedua-duanya. Kebijaksanaan suatu ketentuan prinsip bahwa beberpa tindakan
kepegawaian demikian dimaksudkan untuk mereka harus diatur oleh kebijakan atau peraturan
meningkatkan loyalitas kepada organisasi dan yang ada; ketiga, wewenang adalah suatu pola
tumbuhnya “semangat korps” (esprit de corps) interaksi yang dapat ditinjau dan bukan sebagai
di antara para anggotanya. suatu kedinasan dari hubungan sosial. Wewenang
6. Birokrasi Murni. Pengalaman menunjukkan yang sebenarnya, secara konsekuen belum
bahwa tipe birokrasi yang murni dari suatu diberikan oleh organisasi resmi, namun harus
organisasi administrasi dilihat dari segi teknis diselenggarakan dalam berjalannya interaksi
akan dapat memenuhi efesiensi tingkat tinggi. sosial, walaupun struktur birokratis resmi.
Mekanisme birokrasi yang berkembang 2. Kekuatan suatu sangsi
sepenuhnya akan lebih efesien daripada Beberapa pegawai memiliki kelebihan di
organisasi yang tidak seperti itu atau yang tidak dalam melaksanakan tugasnya yang dinilai
jelas birokrasinya. berhasil oleh pimpinan karena pegawai mampu
Benveniste Guy (1991), salah satu dilemma menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
wewenang birokrasi suatu konflik yaitu antara ada sekalipun permasalahan itu rumit. Wewenang
persyaratan-persyaratan dinas dengan praktek- yang efektif menjadikan sangsi-sangsi di dalam
pratek yang sebenarnya. Secara teoritis, atasan- melaksanakan tugas kesehariannya tidak
atasan birokrasi diharapkan dapat menjalankan diperlukan. Kalau pimpinan memerintahkan
pengawasan yang ketat dan objektif terhadap pegawai sukarela, maka tidak perlu merangsang
bawahan-bawahan. Namun nyatanya, para mereka untuk mematuhinya dengan hadiah-hadiah
pengawas seringkali “ada main” dengan bawahan- atau mengamcam mereka dengan hukuman.
bawahan mereka dan “membiarakan” terjadinya Bahkan dalam kenyataannya, penggunaan sangsi-
pelanggaran-palanggaran terhadap sejumlah sangsi akan menghalangi wewenang. Seorang
aturan disebabkan : pimpinan yang memiliki kebiasaan untuk
1. Kemurahan hati dan wewenang strategis. menggunakan sangsi-sangsi untuk mendukung
Penjelasan psikologis dari kegagalan kepemimpinannya menunjukkan bahwa pimpinan
melaksanakan disiplin yang ketat di antara tidak mengharapkan kepatuhan yang tidak
bawahan-bawahan dapat dilambangkan sebagai memenuhi syarat.
kepemimpinan yang lemah. Beberapa pengawas Wewenang birokrasi bergantung pada
ada yang terlalu murah hati, karena kepribadian kekuatan sangsi tetapi diperlukan oleh
khas bawaan atau yang dapat mencegah mereka ketergantungan yang sering terhadap sangsi di
memberlakukan wewenang mereka atas yang dalam pelaksanaan kegiatan. Bagaimanapu juga,
lainnya dan mempertahankan kepemimpinan yang suatu perbedaan dasar harus diperhatikan antara
efektif. Atasan birokrasi yang nampak murah hati penilaian penampilan kerja pegawai yang
itu semata-mata hanya membebaskan bawahan- periodik, yang dapat di sebut sebagai sangsi yang
bawahannya dan lebih kurang efektif luas, dan sangsi-sangsi khusus yang seringkali
dibandingkan seorang disipliner di dalam dilakukan untuk menjalankan perintah-perintah
mengeluarkan tanggungjawab pengawasannya. tertentu. Karena semua pegawai mengetahui
Namun bagaimanapun juga, bukti empiris bahwa atasan langsung mereka pada interval-
menunjukkan bahwa kejadian kebalikannya interval periodik, maka penilaian ini bukan suatu
seringkali benar. tanda bahwa ia tidak mengharapkan kepatuhan
Seksi-seksi yang diawasi secara ketat, di yang tidak memenuhi syarat ataupun alas an
mana pimpinan memberi instruksi secara ketidaksenangan kepadanya. Sangsi-sangsi yang
terperinci kepada para bawahannya dan seringkali luas yang dilakukan hanya setahun atau beberapa
melakukan pemeriksaan kepada bawahannya, bulan sekali menciptakan ketergantungan pegawai
produktivitas umumnya lebih rendah dari pada kepada pimpinan mereka, akan tetapi tidak secara

219
tetap mengamcam kesediaan mereka untuk sebagai dasar dari wewenang yang tidak diketahui
diarahkan oleh permintaan-permintannya, oleh teori-teori oraganisasi tradisional. Wewenang
sebagaimana terjadi pada kebiasaan pemakaian dari para ahli juga menimbulkan pengertian
sangsi-sangsi khusus (termasuk janji-janji ganda, sebab dihadapkan pada sekelompok yang
mendapat nilai baik dan ancaman-ancaman terdiri dari orang yang secara nominal adalah
mendapat nilai buruk). bawahan, tetapi yang mempunyai keahlian khusus
Di dalam beberapa organisasi, terdapat memungkinkan mereka menentang
pimpinan yang terkadang menjadi kambing hitam pertimbangannya. Dengan asumsi bahwa
yang disalahkan atas sangsi-sangsi negatif kehadiran para ahli pada tingkat yang rendah dari
organisasi Karena sikap-sikap para pegawai suatu organisasi menciptakan ketidakpastian di
terhadap pengelola-pengelola dalam posisi yang dalam kerangka garis komando, ada kemungkinan
tinggi jauh lebih sedikit relevansinya untuk bahwa para pimpinan akan terbawa untuk
operasi-operasi yang efektif daripada sikap-sikap menyatakan atau menegaskan wewenang
mereka terhadap atasan-atasan langsung mereka, kedinasan mereka untuk menopang pengendalian
maka pengalihan tempat agresi dirinya terhadap kejenjangan. Namun, cara ini juga memiliki risiko
mereka adalah dalam rangka kepentingan tersendiri, yang bisa saja lebih besar dari segala
organisasi. Meskipun demikian, berbagai keadaan yang hilang dengan mengendorkan asumsi bahwa
dapat mencegah kondidi-kondisi yang ada satu dan hanya satu “alur wewenang”.
memudahkan itu untuk berlangsung di dalam Penolakan untuk melepas prerogatif-
organisasi birokrasi. Pimpinan yang disipliner prerogatif tradisional dan mengakui bahwa
dapat menimbulkan kemarahan bawahan, melalui wewenang berjalan sejajar dengan keahlian
pemakai secara berulang kali sangsi-sangsi dan sebagaimana di dalam menjalankan pekerjaan
dengan cara-cara lain, dan dengan hal tersebut dinas, mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang
melemahkan wewenangnya yang efektif atas tidak dapat diantisipasi. Mungkin pengaruhnya
mereka sebagaimana juga melemahkan motivasi- yang paling mendalam adalah berkembangnya
motivasi untuk menjalankan usaha dalam hubungan-hubungan kekuasaan yang menaungi
pekerjaan mereka. Kenyataan wewenang antara pegawai ahli dengan yang bukan ahli.
terkadang dilaksanakan secara efektif tanpa V. DAFTAR PUSTAKA
mendominasi bawahan atau menurunkan moral Albrow, Martin, 1996. Birokrasi. Terjemahan. M.
mereka, walaupun jarang terjadi, menunjukkan RusliKarim. Tiara Wacana, Yogyakarta.
bahwa keadaan seperti demikian sebenarnya Abdullah ,Syukur. 1991. Budaya Birokrasi di
mungkin dan bukan semata-mata suatu tipe ideal. Indonesia (Profil Budaya Politik), editor
3. Wewenang kedinasan dan wewenang Alfian dan Nazaruddin Sjamsuddin. PT
keahlian. .Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Birokrasi kejenjangan berhubungan dengan Ajis SalimA.D. 2012, Kontrol Dan Akuntabilitas
tingkat wewenang dan kemampuan. Pimpinan Birokrasi Dalam Pelayanan Pendidikan
dianggap lebih ahli daripada bawahan, dan atasan- Dasar Di Kabupaten Alor, Program
atasan, selain memiliki kelebihan-kelebihan Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
pengetahuan teknis dibandingkan dengan siapa Blau, P.M, dan Marshall, W.M. 1996. Birokrasi
saja di dalam organisasi. Keahlian dan wewenang Dalam Masyarakat Modern (edisi II)
kejenjangan tidak dibeda-bedakan melainkan terjemahan Gari R. Jusuf. UI – Pers,
dianggap identik. Kemajuan-kemajuan di dalam Jakarta.
teknologi dan meningkatnya penggunaan ahli ……………………………….., 2000. Birokrasi
khusus di dalam organisasi menyebabkan Dalam Masyarakat Modern, Prestasi
pengelola-pengelola dipaksa untuk menyewa Pistaka, Jakarta.
orang-orang yang mempunyai kemampuan yang Benveniste, Guy, 1991. Birokrasi. Rajawali Pers.
tidak diragukan lagi keahliannya. Jakarta.
Menurut Victor A.Thomson (dalam Blau Beetham David, 1990. Birokrasi. Rajawali Pers.
Peter M :1987), masalah kritis di dalam usaha Jakarta.
memahami pola hubungan di antara para aparatur Carino, 1994.Bureaucracy of Democracy, The
dan staf lainnya di dalam birokrasi, tetapi Dinamics of Exexetive Bureaucracy
analisinya dapat diperluas pada masalah umum Interaction During Governmental
hubungan antara para ahli dan yang bukan ahli di Transition College of Public
dalam suatu tatanan organisasional. Administration. University of The
Penempatan para ahli bersama dengan yang Philippines.
bukan ahli menciptakan suatu potensi untuk Harry I.S. 2012, Pengaruh Budaya Birokrasi
terjadinya konflik, namun yang lebih penting lagi Ewuh-Pakewuh Terhadap Efektivitas
kalau menggunakan kompetensi profesional

220
Sistem Pengendalian Intern, Sekolah Kelurahan. Direktorat Jendral
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah
Knott, Jack H. & Gary J.M, 1998. Reforming Departemen Dalam Negeri, Jakarta.
Bureaucracy: The Politics of Institutional Sarundajang, 2002.Arus Balik Kekuasaan Pusat ke
Choice.New Jersey: Prentice-Hall Inc. Daerah.Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Kaloh, 2003. Kepala Daerah-Pola Kegiatan, Sedarmayanti, 2003, Good Governance
Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah, (Kepemerintahan Yang Baik) dalam
Belajar dari Kekeliruan Negara-negara Rangka Otonomi Daerah Upaya
Lain. Mizan, Bandung. Membangun Organisasi Efektif dan Efisien
Kuntowijoyo. 1994. Demokrasi dan Budaya melalui Strukturisasi dan Pemberdayaan,
Birokrasi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Mandar Maju, Bandung.
Budaya. Thoha, Mifta, 1987, Administrasi Kepegawaian
Kurniawan, Agung, 2005. Transformasi Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pelayanan Publik.Pembaruan, Yogyakarta. ………………,1991. Perfektif Perilaku Birokrasi.
Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Jakarta, Rajawali Press.
Publik, Edisi I. UPP AMP YKPN, …………….. 2002, Perspektif Perilaku
Yogyakarta. Birokrasi.2 jld, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Moenir, H.A.S, 2006. Manajemen Pelayanan Persada.
Umum di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta. Tjokrowinoto, Moeljarto,2001, Birokrasi dalam
Miswar, 2008,Strategi Efisiensi Birokrasi Polemik, Saiful Arif (editor), Yogyakarta,
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Di Kota Pustaka Pelajar.
Lhokseumawe) Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan. Peraturan :
Prasojo, Eko dan Kurniawan, Teguh,
2008.Reformasi Birokrasi dan Good Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 Tentang
Governance : Kasus Best Practices dari Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Sejumlah Daerah di Indonesia. Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Rasyid, Riyas, 1999. Analisis Hubungan Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Pusat dan Daerah.Bina Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010 tentang
Aksara, Jakarta. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
Rahmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen 2025, dan Permenpan No. 20 Tahun 2010
Publik. Pustaka Arif, Jakarta. tentang Road Map Reformasi Birokrasi
………. 2004, Akuntabilitas Birokrasi 2010-2014.
Pemerintahan Daerah Dalam Permenpan No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian
Penyelenggaraan Pelayanan Publik Di Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi,
Kota Makassar, Program Pascasarjana dan untuk operasionalisasinya ditetapkan
Universitas Hasanuddin. Permenpan No. 31 Tahun 2012 tentang
Rewansyah, Asnawi, 2010, Reformasi Birokrasi Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri
Dalam Rangka Good Govermance. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara
Yusaintanas Prima,Jakarta. Online.
Santoso, P.B. 1997. Birokrasi Pemerintah Orde Permenpan No. 7 sampaidengan No. 15yang
Baru : Perspektif Kulturaldan meliputi pedoman tentang Pengajuan
Struktural,Edisi I. Cetakan Ketiga, PT. Raja dokumen usulan sampai dengan mekanisme
Grafindo Persada, Jakarta. persetujuan pelaksanaan reformasi
Sachroni, Oman, 1997. Penguatan Kelembagaan birokrasi dan tunjangan kinerja.
Pemerintahan Desa/Pemerintahan

221

Anda mungkin juga menyukai