Anda di halaman 1dari 6

MODEL ELITE

PERTEMUAN KE 3
BY HERIZA SYAFANI
PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK

 NEGARA sebagai agen tunggal implementasi fungsi Negara/ Pemerintahan yang bertugas dalam public
service, dalam arti fungsi Negara hanyalah sebagai fasilitator, katalisator yang bertitik tekan pada putting
costumers in driver seat dan tidak lagi merupakan faktor atau aktor utama sebagai driving forces.
 Tuntutan perubahan dari government yang lebih menitik beratkan kepada “otoritas” menjadi  governance
yang menitik beratkan kepada “kompatibilitas” di antara para aktornya, yaitu State (Pemerintah),  Private
(Sektor Swasta) dan Civil Society (Masyarakat Madani).
Apa itu Model Elit ?
 Model Perumusan kebijakan publik yang berkembang dari teori politik elite – massa yang melandaskan diri
pada asumsi bahwa setiap masyarakat terdapat dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan/ elite dan yang
tidak memiliki kekuasaan atau massa.
 Teori Model ini mengembangkan diri bahwa sedemokratis apapun suatu sistem, selalu ada bias dalam
formulasi kebijakan karena pada akhirnya kebijakan – kebijakan yang dilahirkan merupakan preferensi
politik dari para elite – tidak lebih. Perwujudan keinginan – keinginan utama dan nilai – nilai golongan elit
yang berkuasa. Proses Kebijakan Top down.
 Ditandai dengan Sikap massa yang apatis, kerancuan informasi, sehingga massa menjadi pasif dalam hal
menerima kebijakan Negara.
Thomas R. Dye :
Elitisme mempunyai arti bahwa kebijaksanaan Negara tidak begitu banyak mencerminkan keinginan rakyat
tetapi keinginan elit. Hal ini menyebabkan perubahan dan pembaharuan terhadap kebijaksanaan Negara
berjalan lambat dan ditentukan kembali nilai – nilai elit – elit tersebut. Perubahan – perubahan tersebut
dilakukan untuk semata – mata untuk melindungi system dan kedudukan elit.
Gambar MODEL ELIT – MASSA

ELIT
Arah kebijakan

PEJABAT PEMERINTAHAN

Pelaksanaan Kebijakan

MASSA
KARAKTERISTIK MODEL ELIT
1. Masyarakat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kelompok Kecil (Elit) yang memiliki kekuasaan (penguasa)
b. Kelompok Besar (Non Elit/ Massa) yang tak memiliki kekuasaan (dikuasai).
2. Kelompok Elit yang berkuasa tidak memiliki tipe yang sama (berbeda) dengan kelompok Non Elit/ Massa
yang dikuasai karena kelompok elit ditentukan atau dipilih secara istimewa dari golongan masyarakat yang
mempunyai tingkat Sosial – Ekonomi yang tinggi.
3. Perpindahan posisi/ kedudukan dari non elit ke elit harus diusahakan selambat mungkin dan terus menerus
mempertahankan stabilitas dan menghindari pergolakan (revolusi). Hanya non elit yang menerima
konsensus dasar dari golongan elit yang dapat masuk kedalam lingkaran penguasa.
4. Golongan Elit menggunakan konsensus tadi untuk mendukung nilai – nilai dasar dan sistem sosial dan
untuk melindungi sistem tersebut.
5. Kebijakan Negara tidaklah menggambarkan keinginan massa tetapi keinginan elit.
6. Golongan elit yang aktif relative sedikit sekali memperoleh pengaruh dari massa yang apatis/ pasif, akan
tetapi elitlah yang mempengaruhi massa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai