Anda di halaman 1dari 19

Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk UKM Palembang

(Studi Kasus Produk Baju Batik Khas Palembang)

Retno Budi Lestari*)

Dosen STIE Multi Data Palembang, Program Studi Manajemen


Jl. Rajawali No. 14 Palembang Telp. 0711- 376400
Web site : www.stie-mdp.ac.id

Abstract : This article aims to analyze consumer buying behavior of Palembang batik clothes. The
benefits of this articles is providing information to batik clothes producer in Palembang about
Consumer buying behavior in order to develop their product. Data collection method used is accidental
sampling amounted to 96 respondents. it can be conluded that consumer buying behavior of Palembang
batik clothes is limited buying behavior. Most respondents perceive Palembang batik clothes still lack of
design, line product and promotion activities. The suggestion for marketers or batik clothing
manufacturers is to innovate on batik clothes design and follow the fashion trends in accordance with the
intended market segment.

Keywords : consumer behavior, consumer decision making, palembang batik

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumen pada keputusan pembelian baju
batik khas Palembang. Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi bagi produsen batik tentang perilaku konsumen untuk pengembangan produk. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling
berjumlah 96 responden. Dari hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan proses keputusan pembelian
baju batik merupakan perilaku pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making).
Sebagian responden mempersepsikan produk baju batik Palembang masih kurang jika dilihat
dari segi keragaman model , keragaman produk dan kegiatan promosinya. Maka sebagai saran
bagi pemasar atau produsen baju batik agar terus melakukan inovasi pada model baju dan
mengikuti tren mode sesuai dengan segmen pasar yang dituju.

Kata kunci : perilaku konsumen, keputusan pembelian konsumen, batik palembang

1. PENDAHULUAN

Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sektor yang memiliki


kontribusi penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menurut data Kementrian
Negara Koperasi dan UMKM jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 57,89
juta pada tahun 2014 dan akan terus meningkat pada tahun 2015. Penyerapan tenaga
kerja UMKM mencapai 101,72 juta orang, atau berkontribusi sebesar 97 persen
terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Lestari, 2015) . Sejumlah UKM
menghasilkan produk yang bersumber dari warisan budaya daerah, karena Indonesia
merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu yang menjadi
ciri khas dan dapat dikatakan identitas bangsa adalah batik. Batik telah ditetapkan
sebagai warisan budaya atau the oral and intangible heritage of humanity asli
Indonesia oleh UNESCO sejak tanggal 2 Oktober 2009. Indonesia kaya akan
keragaman kain batik. Setiap propinsi di Indonesia memiliki kekhasan batik masing-
masing. Produk batik yang paling banyak dijumpai adalah baju batik. Produk batik
sebagai subsektor ekonomi kreatif mampu menstimulasi pertumbuhan UKM dan
memberikan kontribusi sebesar 20-30 persen dari Produk Domestik Bruto
(www.kemenperin.go.id). Selama tahun 2012, ekspor batik mencapai USD 278 juta,
kemudian pada periode Januari sampai Maret 2013, ekspor batik mencapai USD 50,07
juta, telah mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun 2012 sebesar USD
42,26 juta (Anas, 2015).
Kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Asean Economic Community
(AEC) 2015 menjadi peluang sekaligus tantangan bagi produk UKM Indonesia.
Demikian halnya dengan produk batik Indonesia, maka dengan ditetapkannya AEC
2015 Indonesia saat ini diserbu oleh batik impor dan setiap tahun terus meningkat.
Impor tekstil dan produk tekstil batik dan motif batik sampai dengan kuartal I tahun
2015 sudah meningkat sebesar 24,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2014
(Triwijanarko, 2015). Dengan melihat fakta di atas, maka Indonesia harus
meningkatkan daya saing produk di tingkat global. Menurut World Economic forum
peringkat daya saing Indonesia tahun 2014 adalah menempati peringkat 34. Tingkat
daya saing masih berada di bawah negara ASEAN lain yaitu Thailand yang berada di
peringkat 31 dan Malaysia di peringkat 20. Indeks daya saing global (global
competitiveness index ditentukan dari 12 indikator yaitu Institutions, infrastructure,
macroeconomic environment, health and primary education, higher education and
training, goods market efficiency, labor market efficiency, financial market
development, technological readiness, market size, business sophistication dan
innovation (weforum.org)
Kota Palembang kaya akan warisan budaya leluhur. Sebagian besar UKM
bersumber dari warisan budaya diantaranya yang sangat terkenal adalah kain songket.
Disamping kain tenun songket yang merupakan ciri khas Palembang terdapat beragam
produk batik khas Palembang yang tidak kalah terkenal. Batik motif khas Palembang
agak berbeda dengan motif batik dari propinsi lain. Kain batik Palembang lebih
menonjolkan warna-warna cerah dengan kombinasi motif songket. Batik Palembang
dipasarkan dalam bentuk kain meteran ataupun dibuat pakaian jadi seperti kemeja ,
blouse dan busana muslim untuk wanita. Para perajin batik di Palembang mulai
mengembangkan produk batik karena akhir-akhir ini cukup diminati bukan hanya
wisatawan nusantara tapi juga mancanegara (www.ciputranews.com).
Dibalik kontribusinya terhadap perekonomian, UMKM masih menghadapi
beberapa permasalahan penting. Kendala pemasaran merupakan kendala yang cukup
besar disamping permasalahan utama yaitu kesulitan permodalan (Lestari, 2015).
Kegiatan pemasaran dimulai dengan menentukan produk yang akan dipasarkan,
menetapkan harga, menentukan saluran distribusi dan merancang kegiatan promosi
yang tepat. Sebelum menentukan produk batik, maka pengusaha batik Palembang
harus melihat bagaimana selera, konsumen, dan tren fashion yang sedang populer di
masyarakat. Seiring dengan persaingan yang semakin intensif dalam produk batik baik
dalam maupun luar negeri, maka pelaku usaha batik Palembang harus mengantisipasi
dengan melakukan inovasi produk, harga, saluran distribusi maupun promosinya. Batik
Palembang harus terus dikembangkan agar motifnya semakin beragam dan lebih baik
lagi kualitasnya sehingga akan digemari masyarakat maupun wisatawan asing Maka
dari itu diperlukan pemahaman yang mendalam tentang perilaku konsumen batik
Palembang. Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk
melakukan riset tentang “Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk UKM
Palembang (studi kasus produk baju batik khas Palembang)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku keputusan
pembelian konsumen produk batik Palembang. Dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi bagi pelaku usaha UKM batik tentang perilaku pembelian
konsumen produk batik Palembang. Selain itu dapat memperoleh masukan untuk
inovasi bagi produk batik kedepannya sehingga mampu memberikan value yang
unggul bagi pelanggan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Menurut American Marketing Association (AMA) pemasaran adalah suatu


fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,mengkomunikasikan
dan memberikan nilai (value) kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku
kepentingannya (Kotler dan Keller, 2009). Pemasaran berfokus pada pencapaian
tujuan pelanggan dan perusahaan. Pemasaran berkaitan dengan pemahaman
kebutuhan konsumen, pengembangan produk, dan jasa, menetapkan harga yang
efisien, mengkomunikasikan produk dan jasa, menghantarkan produk dan jasa serta
memberikan kepuasan saat proses pembelian maupun pasca pembelian. Pemasaran
merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan (Haghshenas et al,
2013).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti pemasaran berawal dari
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan untuk memberikan value yang unggul
sampai dengan menjalin hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan. Nilai
bagi pelanggan (customer value) adalah perbedaan antara apa yang didapatkan oleh
pelanggan dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk mendapatkan produk
maupun jasa (Kotler dan Keller, 2009). Value secara sederhana dapat diartikan
sebagai pertukaran (trade off) . Menurut Dodds et al 1991 dalam Choi dan Lim
(2013) dalam studi –studi selanjutnya untuk menganalisis value yang dipersepsikan
konsumen sebaiknya tidak hanya membandingkan antara harga dan kualitas saja,
tetapi lebih banyak faktor atau bersifat multidimensional.

2.2 Perilaku Konsumen

Peter dan Olson (2013) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai dinamika


interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana manusia
melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan. Perilaku Konsumen adalah
perilaku yang diperagakan oleh konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang/tidak
menggunakan lagi produk dan jasa, yang mereka harapkan dapat memuaskan
kebutuhannya (Kanuk, 2009 ). Kotler (2009) mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa,ide, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Dari definisi perilaku konsumen di atas, maka terdapat beberapa karakteristik
perilaku konsumen. Pertama, perilaku konsumen bersifat dinamis karena
pemikiran, perasaan dan tindakan individu konsumen sebagai target dan masyarakat
luas selalu berubah. Hal tersebut disebabkan karena perkembangan internet telah
mengubah cara orang untuk memperoleh informasi terkait produk dan layanan.
Kedua, perilaku konsumen melibatkan interkasi dan ketiga perilaku konsumen
melibatkan pertukaran antar manusia, artinya seseorang memberikan sesuatu yang
bernilai kepada lainnya dan menerima sesuatu sebagai imbalannya (Peter dan
Olson, 2013)
Model Perilaku Konsumen merupakan model respon dan rangsangan yang
bertujuan untuk memahami perilaku konsumen (Kotler dan Keller, 2009) . Model
Perilaku konsumen dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Psikologi
Konsumen
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Rangsangan Rangsangan Memori
Pemasaran Lain
Produk dan Ekonomi
Proses Keputusan
Jasa Teknologi Keputusan
Pembelian
Harga Politik Pembelian
Pengenalan masalah
Distribusi Budaya Karaktersitik Pilihan Produk
Pencarian Informasi
Komunikasi Konsumen Pilihan Merek
Evaluasi alternative
Budaya Keputusan Pembelian Pilihan Penyalur
Sosial Perilaku Jumlah Pembelian
Pribadi Pascapembelian Waktu Pembelian
Metode Pembayaran

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen

Rangsangan pemasaran dan lingkungan memasuki kesadaran konsumen dan


sekelompok proses psikologis digabungkan dengan karakteristik konsumen tertentu
menghasilkan proses pengambilan keputusan dan keputusan akhir pembelian.

2.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah


proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu
diantaranya (Peter dan Olson, 2013). Model umum penyelesaian masalah
konsumen dapat dijelaskan pada gambar 2 berikut (Kotler dan Keller, 2009).

Pengealan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku


masalah Informasi Alternatif Pembelian Pascapembelian
Gambar 2. Model Lima Tahap Proses Pembelian Konsumen

1 Pengenalan masalah, Proses pembelian dimulai ketika pembeli


menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan
internal atau eksternal. Pemasar harus mengidentifikasi keadaan yang
memicu kebutuhan tertentu.
2 Pencarian informasi, sumber informasi utama konsumen dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga
dan rekan. Sumber komersial yaitu iklan, situs web, wiraniaga, penyalur,
kemasan dan tampilan serta sumber eksperimental yaitu penanganan,
pemeriksaan, penggunaan produk.
3 Evaluasi alternatif, konsumen akan mengevaluasi produk yang dibeli
menggunakan beberapa kriteria atribut produk sesuai dengan
karakteristik individu, sikap dan keyakinannya.
4 Keputusan pembelian, tahap dimana konsumen melakukan pembelian.
Konsumen tidak harus menggunakan satu jenis pilihan saja, terkadang
konsumen menerapkan strategi keputusan bertahap dengna dua pilihan
atau lebih.
5 Perilaku Pascapembelian, perilaku pasca pembelian meliputi kepuasan
pasca pembelian, tindakan pascapembelian dan penggunaan pasca
pembelian.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Pembelian

Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen dipengaruhi oleh


faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor budaya seperti faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.
Faktor budaya mempengaruhi perilaku pembelian konsumen sehingga
para pemasar harus fokus untuk melihat segmentasi berdasarkan
kebutuhan dan kebutuhan mereka.
2. Faktor sosial, seperti kelompok, keluarga serta peran dan status sosial
konsumen. Keputusan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh
siapa yang berinteraksi dengan individu konsumen apakah suami/istri,
teman, keluarga atau rekan kerja.
3. Faktor Pribadi, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor Psikologis, pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat
faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran serta
keyakinan dan sikap.

Keempat faktor di atas dapat dikategorikan menjadi faktor internal dan


eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor psikologis dan faktor pribadi
sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor budaya dan faktor sosial
(Khaniwale, 2015).

3. METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh
orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya. Data primer dalam penelitian ini menggunakan
penyebaran kuesioner kepada responden yang telah melakukan
pembelian baju batik khas Palembang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dkumpulkan dari sumber-sumber yang
telah tersedia. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari artikel
maupun jurnal yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan responden berhubungan
dengan proses keputusan pembelian batik khas Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian diterik kesipulannta (Sugiyono,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang telah
membeli baju batik khas Palembang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013).
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling
dengan metode accidental sampling. Metode accidental sampling adalah
teknik penarikan sampel dengan mengambil responden sebagai sampel
secara kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel bila sesuai dengan sumber data dengan
kriteria utama adalah sudah membeli baju batik khas Palembang.
Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti, maka
penulis menentukan jumlah sampel dengan rumus sebagai berikut :
(Marianti dan Istiharini, 2013) :

Z / 2
n  (0.25)( )2

Dimana :
n = jumlah sampel
Z α/2 = nilai didapat dari tabel normal atas tingkat keyakinan
ε = kesalahan penarikan sampel

Tingkat keyakinan (level of significance) adalah 95%, maka nilai Z α/2


adalah 1.96. Kesalahan penarikan sampel adalah 10%. Maka dengan
menggunakan rumus di atas, jumlah sampel adalah sebagai berikut :

1.96 2
n  (0.25)( ) = 96.04
0.1

Dari hasil perhitungan , maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 96.04


atau dibulatkan menjadi 96 responden.

3.4 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
sehingga akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai perilaku dalam
keputusan pembelian konsumen untuk produk baju batik Palembang.

4. PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Konsumen

Responden baju batik yang berjumlah 96 orang kemudian dievaluasi


berdasarkan karakteristik demografis seperti jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan pengeluaran dalam satu bulan.

Tabel 4.1 Keragaman Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Laki-Laki 42 43.75
Perempuan 54 56.25
Total 96 100

Pada tabel 4.1 di atas, jumlah responden laki-laki dan perempuan cukup
berimbang. Responden laki-laki berjumlah 42 orang atau 43.75% sedangkan
responden perempuan berjumlah 54 orang atau sebesar 56.25%. Jumlah
responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki tetapi
perbedaannya kecil, sehingga dalam menentukan strategi pemasarannya harus
memperhatikan kebutuhan dan keinginan dua segmen pasar ini, yaitu preferensi
baju batik dari segmen wanita maupun pria.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Keragaman Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Frekuensi Persentase


Pendidikan (orang) (%)
SMP 4 4.17
SMA 44 45.83
D3 8 8.33
S1 22 22.92
Pascasarjana 18 18.75
Total 96 100 Dari tabel
4.2 dapat dijelaskan bahwa responden yang terbanyak adalah berpendidikan
SMA sebanyak 45.83% , kemudian Sarjana sebesar 22.92% dan pascasarjana
sebanyak 18.75%, sedangkan sisanya sebesar 4.17% berpendidikan SMP.
Dengan demikian konsumen baju batik lebih merata dilihat dari latar belakang
pendidikannya. Konsumen cukup berpengetahuan dan selektif dalam memilih
produk disesuaikan dengan citra dirinya. Pemasar atau produsen batik harus
lebih inovatif dalam mengembangkan produknya disesuaikan dengan
pendidikan dan pekerjaan responden.

Tabel 4.3 Keragaman Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Pelajar/Mahasiswa 22 22.92
Pengawai Negeri 16 16.67
Karyawan Swasta 49 51.04
Ibu rumah Tangga 3 2.13
Wiraswasta 6 6.25
Total 96 100

Keragaman responden berdasarkan pekerjaan adalah sebanyak 49 orang


atau 51.04% konsumen bekerja sebagai karyawan swasta, kemudian sebanyak
22 orang atau 22.92% adalah pelajar/mahasiswa sisanya adalah pegawai negeri,
ibu rumah tangga dan wiraswasta. Sebagai produsen batik/pemasar harus
memahami kebutuhan dan keinginan konsumen mahasiswa dan karyawan
swasta. Pada umumnya mereka berusia muda sehingga pemasar harus lebih
inovatif untuk merancang model baju batik yang disesuaikan dengan usia, dan
aktivitas konsumen.

Tabel 4.4 Keragaman Responden Berdasarkan Pengeluaran/bulan

Tingkat Frekuensi (orang) Persentase


Pengeluaran (%)
< 1.000.000 26 27.08
1.000.000 s/d 3.000.000 31 32.29
3.000.000 s/d 4.000.000 21 21.89
>4.000.000 18 18.75
Total 96 100

Jika dikategorikan berdasarkan tingkat pengeluaran, maka tingkat pengeluaran


responden yang terbanyak adalah pada kisaran 1.000.000 s/d 3.000.000 yaitu
sebanyak 31 responden , kemudian urutan kedua adalah tingkat pengeluaran
<1.000.000 sebanyak 26 responden. Tingkat pengeluaran tersebut berkorelasi
dengan jenis pekerjaan. Responden pelajar/mahasiswa memiliki tingkat
pengeluaran rata-rata < 1.000.000. Produsen batik dalam penetapan harganya,
perlu mempertimbankan lini produk dengan harga yang terjangkau untuk
segmen ini.

4.2 Proses Keputusan Pembelian Baju Batik

4.2.1 Pengenalan Masalah


Proses keputusan pembelian baju batik khas Palembang dimulai dengan
pengenalan masalah. Masalah dipersepsikan oleh konsumen karena adanya
perbedaan kondisi aktual dengan yang diharapkan. Pertanyaan yang diajukan
kepada responden adalah jenis baju batik yang dibeli, tingkat pentingnya untuk
membeli baju batik, alasan pembelian dan kebutuhan membeli baju batik.

Tabel 4.5 Sebaran Responden Jenis Baju batik yang dibeli

Jenis Baju Frekuensi (orang) Persentase


Batik Yang dibeli (%)
Kemeja 56 58.33
Blouse 25 26.04
Baju Gamis 13 13.54
Lainnya 2 2.08
Total 96 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat jenis baju batik yang dibeli terakhir kali oleh
responden adalah kemeja yaitu sebanyak 56 responden atau 58,33%, kemudian
sebanyak 25 responden atau 26.04% membeli blouse. Baju kemeja dalam
survey ini paling banyak dibeli responden, hal ini bisa dianalisis bahwa
keputusan pembelian kemeja bisa dilakukan oleh perempuan/istri untuk suami
dikarenakan jumlah responden perempuan lebih banyak dibanding pria.
Tabel 4.6 Sebaran Responden Menurut tingkat pentingnya membeli baju
batik
Tingkat Frekuensi (orang) Persentase
Penting (%)
Sangat penting 21 21.88
Penting 55 57.29
Biasa saja 19 19.79
Tidak penting 1 1.04
Total 96 100

Menurut persepsi sebagian konsumen yaitu sebanyak 55 responden atau sebesar


57,29% pembelian baju batik merupakan hal yang penting, sebanyak 21
responden atau sebesar 21.88% menjawab sangat penting dan sebesar 19,79%
menjawab biasa saja serta hanya satu orang responden yang menjawab tidak
penting. Hal tersebut berarti bagi sebagian besar responden menganggap
pembelian baju batik Palembang sudah merupakan kebutuhan.

Tabel 4.7 Sebaran Responden berdasarkan alasan pembelian

Alasan Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Kebutuhan 66 68.75
Mendapat pengaruh orang lain 3 3.13
Mengikuti tren 22 22.92
Lainnya 5 5.21
Total 96 100

Berdasarkan alasan pembeliannya, sebanyak 66 responden atau sebear 68.75%


menjawab sebagai kebutuhan, kemudian sebanyak 22 responden atau sebesar
22.92% menjawab mengikuti tren, 3 responden menjawab mendapat pengaruh
dari orang lain, dan sebanyak 5 responden memiliki alasan lain yaitu untuk
melestarikan budaya asli Palembang. Maka jika dihubungkan dengan jawaban
pertanyaan sebelumnya,dapat disimpulkan bahwa pembelian baju batik
Palembang memang merupakan sebuah kebutuhan.

Tabel 4.8 Sebaran Responden menurut Munculnya Kebutuhan Pembelian


Kebutuhan Frekuensi (orang) Persentase
(%)
Saat akan menghadiri hajatan 62 64.58
Dipakai bekerja 25 26.04
Acara santai 8 8.33
Lainnya 1 1.04
Total 96 100
Jika dianalisis saat kapan merasa perlu untuk membeli baju batik,maka paling
banyak responden menjawab saat akan menghadiri hajatan yaitu sebanyak 62
responden atau sebanyak 64.58%. Pemilihan baju batik untuk ke acara resmi
seperti hajatan bisa menjadi dorongan untuk memenuhi kebutuhan status/gengsi
bagi konsumen. Maka pemasar/produsen dapat menciptakan model baju batik
yang lebih inovatif ditargetkan untuk berbagai acara hajatan.

4.2.2 Pencarian Informasi


Tahap proses pembelian konsumen selanjutnya adalah
pencarian informasi. Sumber informasi utama dibagi menjadi
sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik dan
eksperimental. Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber-sumber ini
bervariasi dengan kategori produk dan karakteristik pembeli.
Pertanyaan yang diajukan pada responden adalah sumber informasi
dan jenis informasi yang paling dicari.

Tabel 4.9 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi


Sumber Informasi Frekuensi (orang) Persentase
(%)
Media Cetak 9 9.38
Keluarga 37 38.54
Internet/Media Sosial 41 42.71
Lainnya 9 9.38
Total 96 100

Berdasarkan sebaran responden dari sumber informasi, maka responden


memperoleh informasi tentang baju batik bersumber dari media sosial yaitu
sebanyak 41 responden atau sebanyak 42.71%, kemudian sumber keluarga
sebanyak 37 responden atau 38.54%, sumber media cetak sebanyak 9 orang
atau sebesar 9.38% dan sumber lainnya yaitu dari teman dan rekan kerja
sebanyak 9 orang responden atau sebesar 9.38%. Dengan era keterbukaan
informasi saat ini, konsumen memiliki kekuatan untuk memperoleh berbagai
informasi baju batik terutama dari internet. Maka pemasar/produsen baju batik
dapat memanfaatkan media sosial sebagai media untuk mengkomunikasikan
produknya. Pemasar pun dapat membandingkan produknya baik dari segi
model, harga dari produsen lainnya, sehingga dapat menciptakan produk yang
lebih inovatif.

Tabel 4.10 Sebaran Responden berdasarkan Informasi yang paling dicari

Jenis informasi Frekuensi (orang) Persentase


Yang paling dicari (%)
Ragam/jenis baju batik 53 55.21
Harga 8 8.33
Model Baju 35 36.46
Lainnya 0 0
Total 96 100

Berdasarkan jenis informasi yang paling dicari, maka ragam/jenis baju batik
merupakan jenis informasi yang paling banyak dipilih responden yaitu sebanyak
53 responden atau 55.21%. Informasi model baju batik dipilih 35 responden
atau sebesar 36.46%, sedangkan 8 responden atau sebesar 8.33% memilih
informasi harga. Dari jawaban responden di atas, maka pemasar/produsen baju
batik perlu melakukan diversifikasi baju batik agar lebih banyak jenisnya dan
model yang lebih inovatif agar lebih menarik konsumen.

4.2.3 Evaluasi alternatif

Pada tahap ini, konsumen menggunakan informasi untuk melakukan


evauasi pilihan-pilihan alternatif. Pertanyaan yang diajukan kepada
responden adalah pertimbangan memilih baju batik, tempat pembelian baju
batik dan alasan memilih tempat pembelian.

Tabel 4.11 Sebaran Responden berdasarkan pertimbangan memilih


baju batik

Pertimbangan Frekuensi (orang) Persentase


(%)
Ragam/jenis baju batik 32 33.33
Harga 28 29.17
Model Baju 32 33.33
Lainnya 4 4.17
Total 96 100

Berdasarkan pertimbangan memilih baju batik, maka sebanyak 32 responden


atau 33.33% mempertimbangkan ragam/jenis baju batik ketika akan melakukan
pembelian, sebanyak 28 repsonden atau 29.17% mempertimbangkan harga, 32
responden mempertimbangkan model baju dan faktor lainnya sebanyak 4
responden. Dari jawaban responden menunjukkan jika ketika melakukan
pembelian baju batik, konsumen mempertimbangkan ragam baju dan model
baju terlebvih dahulu dibandingkan dengan harga. Sehingga pemasar/produsen
baju batik harus meningkatkan kemampuan bersaing dalam model baju dan
ragam yang lebih inovatif.
Tabel 4.12 Sebaran Responden berdasarkan Tempat Pembelian Baju
Batik
Tempat Frekuensi (orang) Persentase
Pembelian (%)
Mall 23 23.96
Pasar Tradisional 49 51.04
Toko Souvenir khas 21 21.88
Palembang
Toko Online 3 3.125
Total 96 100

Dalam melakukan proses pembelian, sebanyak 49 responden


atau sebesar 51.04% memilih membeli di pasar tradisional, sebanyak 23
responden memilih membeli di mall, sebanyak 21 repsonden atau 21.88%
membeli di toko souvenir khas Palembang dan hanya 3 responden yang
memilih membeli melalui online. Dengan memperhatikan sebaran jawaban
responden, maka pasar tradisional masih menjadi pusat penjualan baju batik
dan pilihan tempat membeli bagi konsumen. Pengembangan pasar
tradisional sebagai pusat kerajinan khas Palembang dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat makin perlu ditingkatkan. Produk yang ditawarkan di
pasar tradisional bukan hanya ditujukan untuk konsumen/ wisatawan
domestik namun juga bagi wisatawan mancanegara.

Tabel 4.12 Sebaran Responden berdasarkan Alasan memilih tempat


Pembelian Baju Batik

Alasan Frekuensi (orang) Persentase


(%)
Pelayanan 26 27.08
Harga 27 28.13
Kelengkapan Produk 35 36.46
Model baju 8 8.33
Lainnya 0 0
Total 96 100

Alasan yang dipilih responden dalam memilih tempat pembelian adalah karena
kelengkapan produk yaitu sebanyak 35 responden atau 36.46%, alasan
berikutnya adalah harga sebanyak 27 responden atau 28.13%. Sedangkan 26
responden mempertimbangkan faktor pelayanan dan sisanya sebanyak 8
responden atau 8.33% mempertimbangkan model baju.
4.2.4 Keputusan Pembelian

Tahap keputusan pembelian merupakan tahap terakhir proses


pengambilan keputusan konsumen. Pada tahap ini konsumen akan membeli
alternatif yang dipilih berdasarkan preferensi dan pengruh situasional.
Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah pihak yang mempengaruhi
keputusan pembelian, perencanaan pembelian dan waktu pembelian.

Tabel 4.13 Sebaran Responden berdasarkan pihak yang paling


mempengaruhi pada saat pembelian

Pihak Yang Paling Frekuensi Persentase


Mempengaruhi (orang) (%)
Teman 28 29.17
Keluarga 46 51.04
Penjual 17 17.71
Lainnya 5 5.21
Total 96 100

Pada proses keputusan pembelian baju batik, keluarga memberikan


pengaruh pada 46 responden atau sebear 51.04%, kemudian sebanyak 28
responden atau 29.17% menjawab teman sebagai pihak yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Sebanyak 17 responden atau 17.71%
menjawab penjual yang paling mempengaruhi keputusan sedangkan sisanya
5 responden menjawab rekan kerja yang paling mempengaruhi.

Tabel 4.14 Sebaran Responden berdasarkan perencanaan pembelian

Perencanaan Pembelian Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Ya 70 72.92
Tidak 26 27.08
Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.14, sebanyak 70 responden atau 79.92%


melakukan pembelian baju batik karena sudah direncanakan, sedangkan
sebanyak 26 responden atau 27.08% melakukan pembelian secara mendadak
atau tidak direncanakan. Proses keputusan pembelian baju batik Palembang
merupakan keputusan pembelian yang telah direncanakan sebelumnya.
Tabel 4.15 Sebaran Responden berdasarkan Waktu Pembelian

Perencanaan Pembelian Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Hari libur 68 70.83
Hari Kerja 2 2.08
Hari Libur dan Hari Kerja 24 25
Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.15 waktu yang paling banyak dipilih oleh responden untuk
melakukan pembelian baju batik adalah pada saat hari libur yaitu sebanyak 68
responden atau 70.83%. Sebanyak 24 responden memilih waktu pembelian
lebih fleksibel yaitu pada hari libur dan hari kerja, serta hanya 2 responden yang
menjawab melakukan pembelian hanya pada hari kerja.

4.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen akan melakukan evaluasi berkaitan dengan


rasa puas atau tidak puas terhadap atribut produk. Tugas pemasar tidak
hanya berakhir sampai dengan tahap pembelian, namun perlu melakukan
evaluasi kepuasan konsumen.

Tabel 4.15 Sebaran Responden berdasarkan tingkat kepuasan

Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase


(orang) (%)
Sangat Puas 60 62.5
Biasa saja 36 37.5
Tidak Puas 0 0
Total 96 100

Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sebanyak 60 responden atau 62.5% merasa
sangat puas dengan produk baju batik yang dibeli dengan alasan karena
merupakan produk khas Palembang. Sebanyak 36 responden atau 37.5%
merasa biasa saja dengan produk baju batik Palembang. Hal tersebut
dikarenakan model baju yang tersedia kurang menarik dan monoton. Saran yang
diberikan oleh responden, menunjukkan lebih dari 50% responden memberikan
saran agar model baju lebih inovatif, corak atau motif batik juga harus lebih
kreatif, mengikuti perkembangan jaman dan memperbanyak model baju untuk
segmen remaja. Sebagian responden lain menyarankan untuk menetapkan
harga yang terjangkau serta kualitas produk lebih ditingkatkan lagi.
Berdasarkan hasil analisis data deskriptif di atas, maka proses keputusan
pembelian baju batik merupakan perilaku pengambilan keputusan yang terbatas
(limited decision making). Dalam pengambilan keputusan terbatas, banyak
usaha penyelesaian masalah mulai dari rendah hingga moderat. Jika
dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara luas, pengambilan
keputusan terbatas meliputi lebih sedikit pencarian informasi, lebih sedikit
alternatif pilihan yang dipertimbangkan dan membutuhkan sedikit proses
integrasi ( Peter dan Olson, 2013). Pada proses keputusan pembelian baju batik,
konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk,
seperti model atau desain baju, harga dan pelayanan. Pencarian informasi
tambahan tentang baju batik melalui berbagai sumber dan media sebagai
penyesuaian. Berbeda dengan pegambilan keputusan rutin, perilaku pemilihan
bersifat rutin atau terbiasa. Perilaku pembelian secara rutin terjadi relatif
otomatis dengan proses kognitif yang sedikit atau tidak terlihat sama sekali
(Peter dan Olson, 2013). Pengambilan keputusan rutin banyak dilakukan pada
pembelian barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman.
Pembelian baju batik merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi
pada saat akan menghadiri acara hajatan maupun dipakai bekerja. Sebelum
melakukan pembelian, konsumen akan melakukan pencarian informasi terlebih
dahulu melalui berbagai sumber informasi seperti media cetak, media online.
Keputusan pembelian baju batik merupakan keputusan pembelian yang
direncanakan dan sebagian konsumen melakukan pembelian pada hari libur.
Baju batik khas Palembang merupakan salah satu industri kreatif sebagai daya
tarik wisata kota Palembang. Namun dari hasil kuesioner dapat disimpulkan
bahwa masih sekitar 37.5% responden mempersepsikan produk baju batik
masih biasa saja baik dari kualitas kain, model, keragaman produk dan promosi
masih kurang. Maka sebagai saran bagi pemasar atau produsen baju batik agar
terus melakukan inovasi pada model baju dan mengikuti tren mode, segmen
pasar yang dituju. Media sosial seperti facebook dapat menjadi media yang
efektif bagi pemasar untuk mempromosikan produknya sekaligus sebagai media
untuk berinteraksi dengan pelanggan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku konsumen dalam pembelian baju batik khas Palembang


merupakan pembelian yang direncanakan. Keputusan pembelian baju batik
adalah keputusan pembelian yang terbatas. Pada proses keputusan pembelian
terbatas, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori
produk. Pencarian informasi tambahan melalui berbagai sumber dan media
sebagai penyesuaian.
Sebagian responden masih mempersepsikan produk baju batik masih
kurang jika dilihat dari kualitas kain, model, keragaman produk dan promosi.
Maka sebagai saran bagi pemasar atau produsen baju batik agar terus
melakukan inovasi pada model bajudan mengikuti tren mode, segmen pasar
yang dituju. Media sosial seperti facebook dapat menjadi media yang efektif
bagi pemasar untuk mempromosikan produknya sekaligus sebagai media untuk
berinteraksi dengan pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2015. The Global Competitiveness Report 2014-2015. Online.


http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2014-
2015/rankings/

Anonim. 2015. Perajin Pakaian Tradisional Palembang Optimalkan


Pengembangan Batik. Online http://www.ciputranews.com/riil/perajin-
pakaian-tradisional-palembang-optimalkan-pengembangan-batik
Azwar Anas, Abdullah. 2015. Memajukan Batik, Memajukan Bangsa.
https://www.selasar.com/kreatif/memajukan-batik-memajukan-bangsa

Choi, Eun Jung, Soo Hyun Kim. 2013. The Study of The Impact of Perceived
Quality and value of Social Enterprises on Customer satisfaction .
International Journal of Smart Home Vol 7 . No 1 Januari 2013. Online
www.sersc.org/journals/IJSH/vol7_no1.../22.pdf
Haghshenas, Leila et al. 2013. Review Consumer Behavior And Factors
Affecting On Purchasing Decision. Singaporean Journal of Business
Economics And Management Studies. Vol1 No10. Online
http://www.singaporeanjbem.com/pdfs/SG_VOL_1_%2810%29/4.pdf
Khaniwale, Manali. 2015. Consumer Buying Behavior. International Journal of
Innovation and Scientific Research Vol 14 No 2 . Online www.issr-
journals.org/links/papers.php

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid I.
Erlangga, Jakarta

Lestari, Lies Permana. 2015. Menjembatani UMKM Dengan Perbankan.


Majalah marketers Edisi Februari 2015
Merry Marianti, Maria dan Istiharini.2013. Analisis Karakteristik dan Perilaku
Konsumen Tenun Songket Palembang. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan, online
journal.unpar.ac.id/index.php/Sosial/article/download/754/738

Peter, Paul J, Jerry C. Olson. 2013. Perilaku Konsumen & Strategi


Pemasaran.Salemba Empat, Jakarta

Schiffman, Leon G , Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi


ketujuh. Penerbit Indeks, Jakarta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung

Triwijanarko, Ramadhan. 2015. Ironis, Batik Indonesia “Digempur” Batik


Impor. Online marketers.com edisi Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai