PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan
kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan yang harus
didapatkannya dengan belajar, dan semuanya
tersusun
dalam
kehidupan
teknologi,
nilai-nilai,
norma
dan
sanctions,
lambang/simbol
dengan
ini
adalah
C.
Kluckholn
(1953;
507-523
dalam
mampu untuk bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM
sebenarnya. Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai menerapkan visi
kewirausahaannya sehingga mereka mampu membawa perusahaanya tumbuh dan
berkembang serta memperoleh profitabilitas yang meningkat.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh
sekelompok masyarakat maupun keluarga. Usaha kecil dan menengah itu salah
satunya adalah industry kerajinan gerabah yang ada di daerah istimewa Yogyakarta.
Keberadaan industri kerajinan gerabah telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah
in dan salah satu komoditi unggulan, yang dikenal tidak saja karena mutu yang
tinnggi, desain yang variatuf, dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekonomi
yang tinggi. Salah satu kunci keberhasilan usaha kerajinan ini yang mampu
memasarkan produknya tidak saja terbatas pada pasar local seperti Jakarta, Surabaya
dan Bali, tetapi juga pasar ekspor Australia, Kanada, Jepang Belanda dan Amerika
Serikat dengan total ekspor yang mencapai US$ 140 juta per tahun.
Dalam pengembangan usaha kecil menengah salah satunya gerabah di
Indonesia sangat penting untuk dilakukan karena mengingat fungsi social ekonomi
politiknya yang strategis. Potensi usaha kecil dan menengah di Indonesia saat ini
sekitar 99,9% dari seluruh jumlah unit usaha yang ada dan melihat besarnya jumlah
pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka gerakan
kasongan layak mendapat perhatian dan meningkatnya daya beli masyarakat
memperbesar tingkat permintaan dan meningkatnya pertumbuhan investasi.
Tambunan (2000), meyatakan bahwa masalah
lemahnya manajemen,
Penelitian seputar kerajinan gerabah antara lain dilakukan oleh Sri Susilo
(2005) dan Dedy Handrmurt Jahyo dkk (2007). Penelitian ini kini berlanjut oleh
2
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Yayasan Perguruan Islam Maros
(YAPIM) dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang Plus (2011) yang menitik beratkan
penelitian mereka pada mutu barang, Harga Jual dan Pelayanan pada kasongan bantul
Yogyakarta.
Pangsa pasar produk keramik yang ada di desa Kasongan hampir delapan
puluh persen luar negeri, antara lain ke Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Amerika
Serikat, dan Belanda. Dalam perkembangannya desa Kasongan, yang dulu menjadi
tempat produksi, kini berkembang menjadi tempat pemasaran setelah berdiri kios
-kios. Para pengrajin kasongan mampu meningkatkan taraf hidup mereka dengan
memproduksi bahan mentah menjadi sebuah hasil karya yang bernilai. Dengan
kreativitas dan inovatif yang mereka miliki, para pengrajin mampu melakukan
perubahan bentuk yang lebih bervariasi dan menarik dengan harga yang bervariatif
pula.
Tidak hanya gerabah yang menjadi pasaran warga kasongan, mulai dari
gerabah, bambu, batik kayu hingga topeng. Dan semua kerajinan tersebut
intinya terbagi menjadi 3 kategori jenis produk kerajinan, yaitu kerajinan
aksesories, home interior, dan koleksi kerajinan antik. Motif yang ditonjolkan pada
umumnya berupa guci, dengan motif bunga mawar, buah buahan, alam, dan masih
banyak lagi. Berburu gerabah dan keramik di kasongan, terdapat guci aneka
pot, furniture, meja kursi, pernak pernik, mebel hingga kebutuhan interior yang
akan menjadikan rumah lebih menawan, elegant, dan tentu lebih cantik.
Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin tajamnya
persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran menjadi semakin sangat penting
bagi
setiap
perusahaan. Keberhasilan
suatu
perusahaan
ditentukan oleh
konsumen
merupakan
peluang
besar
yang
ketat. Untuk
memenangkan
persaingan,
perusahaan
harus
selalu
untuk
memenuhi
kepuasan
dan
3
keinginan konsumen yang selalu berkembang dan berubah adalah faktor yang
penting. Konsumen bersedia membeli suatu produk kalau memang sesuai kebutuhan
dan keinginan pembeli yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan harus
menentukan cara yang tepat bagi pengembangan produk yang dihasilkan.
Strategi pengembangan produk merupakan upaya yang dilaksanakan oleh
perusahaan dalam menciptakan dan menyempurnakan produk yang dipasarkannya.
Salah satu strategi yang dapat dipilih perusahaan adalah upaya terencana untuk
melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan produk secara terus menerus
dan berkesinambungan. Hal ini selain untuk mengatasi persaingan juga untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan, karena untuk dapat
bertahan
hidup,
didalamnya.
Atribut
produk
merupakan
unsur-unsur
produk yang
strategi produk perlu mengetahui kelemahan dan kekuatan (faktor internal) yang
dimiliki, serta ancaman dan peluang (faktor eksternal) yang dihadapi. Analisis
ini didasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki
serta secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman
yang
dihadapi. Strategi yang dihasilkan dari analisis ini diharapkan mampu memuaskan
konsumen dan menguntungkan perusahaan.
Untuk
dapat
menciptakan
permintaan
atas
produk
dan
kemudian,
adalah
kegiatan
untuk
menyampaikan
informasi,
membujuk
dan
untuk
B. Identifikasi Masalah
Dari hal - hal yang diuraikan di atas maka dapat di identifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Semakin ketatnya persaingan antara pengrajin gerabah dalam merebut pasar.
2. Kurangnya desain dan inovasi baru pada produk gerabah.
5
dalam
dalam
menciptakan
dan
menyempurnakan
produk
yang
E. Tujuan Laporan
Tujuan yang akan dicapai melalui laporan ini adalah untuk mengetahui:
1. Mendeskripsikan produk yang ditawarkan oleh perusahaan Gerabah di desa
Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2. Strategi produk yang dilakukan oleh para pengusaha Gerabah di desa
Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.
6
bagi
penulis
untuk
mendefinisikan
masalah,
hasil
laporan
ini
dapat
bermanfaat
dalam
menambah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uraian Umum
Usaha kerajinan merupakan usaha yang telah lama ditekuni dan menjadi usaha
turun temurun bagi masyarakat Indonesia. Barang-barang hasil produk kerajinan
7
Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman,
warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini
diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh
penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka.
Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka
memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada,
kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu
mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang
keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang
mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang
memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini.
Seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengepal-ngepal tanah yang
tidak pecah disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan
anak-anak dan perabot dapur saja. Namun karena ketekunan dan tradisi yang turun
temurun, kasongan akhirnya menjadi Desa yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971 1972 Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup
pesat, Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan
Desa wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar
pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain
kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang
membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi
yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid
Keramik sekitar tahun 1980an.
Kasongan adalah tempat industri Gerabah terkenal di Yogyakarta, serta segala
jenis baik patung, peralatan makan, asessories, dan berbagai macam jenis lainnya
terbuat dari tanah liat.Desa Wisata Gerabah "Kasongan" terletak di Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan, sekitar 4 kilometer ke arah utara Kota Bantul. Desa wisata ini
memproduksi peralatan rumah tangga seperti piring, mangkuk, guci, dan lain
sebagainya yang terbuat dari tanah liat. Pengunjung tidak hanya dapat berbelanja,
tetapi juga dapat menikmati secara langsung proses pembuatan gerabah sambil
bertanya jawab dengan pengrajin.
Kerajinan Kasongan umumnya adalah Guci dengan berbagai motif (burung
merak, naga, bunga mawar, batik, kaligrafi, dll), pot berbagai ukuran dari kecil hingga
setinggi orang dewasa, souvenir, hiasan dinding, lukisan, pigura, perabot lain seperti
9
meja, kursi, dipan, dll. Tetapi sekarang variasi kerajinan kasongan sudah banyak
seperti : bunga tiruan dari daun pisang serta biji-bijian, perabot dari bambu, patung
dari batu atau kayu, miniatur sepeda atau miniatur becak, topeng batik, gorden, tas,
dll. Kerajinan Kasongan ini banyak yang berkualitas bagus dan berkualitas eksport,
sehingga banyak dikirim ke Amerika dan Eropa. Desa Kasongan yang terkenal
dengan kerajinan kasongan ini sangat ramai jika musim liburan.
C. Sejarah Gerabah
Dalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah sangat terkenal. Namun, orang
awam pun mengenalnya dari sisi yang lain. Berbegai benda yang dihasilkan oleh para
pengrajin, seperti gentong, pasu, pot bunga, mangkok, cobek, kendi, dan sebagainya,
serta seringnya diadakan pameran, menandakan benda ini cukup populer di mata
masyarakat.
Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukkan barang pecah belah yang
terbuat dari tanah liat. Selain dengan sebutan di atas, ada pula sebagian orang
menyebutnya
dengan
tembikar
dan
sebagian
lagi
keramik
lokal,
untuk
10
Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa
foodgathering (mengumpulkan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara
nomaden, senantiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam
corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah
merupakan benda yang ringan dan mudah dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga
merupakan benda yang kuat, paling tidak lebih kuat daripada yang dibuat dari bahan
lain, seperti kayu, bambu atau kulit binatang.
Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat terdapat
di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat bisa
menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan tetapi mengenai proses
penemuan gerabah itu sendiri, belum satu orang pun bisa menguraikannya secara
ilmiah. Barangkali bisa diuraikan begini. Pada waktu itu beberapa orang sedang
membakar hasil buruannya. Kebetulan pembakaran itu dilakukan di atas tanah yang
tergolong jenis tanah liat. Setelah selesai membakar daging itu, mereka mendapatkan
tanah di bawahnya berubah menjadi keras. Dari sinilah muncul gagasan untuk
membuat suatu wadah dari tanah liat yang dibakar.
Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama,
meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama.
Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan efek lain dari
penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum mengenal api tentulah
mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan demikian, tafsiran bahwa gerabah mula
pertama dikenal pada masa neolitik dapat diterima, sebab penemuan dan domestikasi
api baru dikenal pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.
Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup dalam
corak berburu dan mengumpulkan makanan. Usaha mengumpulkan makanan berarti
membutuhkan sesuatu untuk wadah makanan tersebut. Dalam hal ini wadah yang
paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa ke mana saja. Dan ini
sesuai dengan corak hidup nomaden. Karena itulah gerabah memiliki arti yang
penting bagi manusia, sehingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus
semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat
efektifitas setinggi gerabah.
11
periuk,
cawan,
pedupaan,
kendi,
tempayan,
piring,
dan
cobek.
Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara bendabenda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat
besar manfaatnya, karena gerabah merupakan alat penunjuk yang baik dari
kebudayaan yang berbeda. Beberapa kereweng yang dapat dikenali tipenya bisa
digunakan untuk menanggali benda-benda lain yang ditemukan di sekitarnya dan
dapat pula digunakan untuk menentukan hubungannya dengan kebudayaan lain.
Selain itu gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama sekali, terlebih lagi kalau
tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang telah berusia puluhan ribu tahun
pun masih bisa dikenal.
D. Pengertian Gerabah
Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas
bahannya. Namun masyarakat ada yang mengartikan terpisah antara gerabah dan
keramik,
karena
benda-benda
keramik
adalah
benda-benda
pecah
belah
permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci,
tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat
dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut
dapat ditinjau dari beberapa sumber berikut ini :
Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a 1995, kata
keramik berasal dari bahasa Yunanai (greeak) keramikos menunjuk pada
pengertian gerabah; Keramos menunjuk pada pengertian tanah liat. Keramikos
12
terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara
permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Usia
keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan
menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan
keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat
dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi.
Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya
terkenal dengan teori keranjang. Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah
Keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak
bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah
terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah
liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan
ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar berupa
relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20)
Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa bendabenda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan benda keramik,
walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini.
Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian dari bendabenda keramik.
Di Indonesia istilah gerabah juga dikenal dengan keramik tradisional sebagai
hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara
turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri
pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B.,
1979:9).
Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini
adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk
menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan
ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah
bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu)
berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan
sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted
from Camptons Interactive Encyclopedia dalam Pottery and Porcelain,
Copyright 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana dari tanah
liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut :
13
The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest arts in the
world.
2. Ukuran Gerabah
Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :
a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 150 cm, seperti guci,
patung;
b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti tempayan, kuali,
peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bunga
c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang hiasan dan
souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.
Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga pengiriman
barang (pesanan), tanpa dilakukan pengujian kualitas atau mutu secara khusus.
Pengawasan dilakukan langsung oleh pemilik usaha, dengan tujuan untuk menjaga
kualitas atau mutu produk serta sarana dalam upaya membimbing pekerja untuk
meningkatkan dan memotivasi kreativitas serta semangat kerja. Selain pemilik usaha,
peninjauan secara berkala juga dilakukan oleh Departemen Perindustrian melalui
petugas UPT Perindustrian Kasongan yang diberi wewenang sebagai lembaga bantuan
teknis instansi dalam kegiatan proses produksi gerabah di Kasongan.
Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan campuran bahan baku
utama, proses penjemuran dan pembakaran. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kerja tersebut yang harus diperhatikan dari pengrajin karena akan menentukan
kualitas gerabah yang dihasilkan. Apabila pengawasan kurang dilakukan pada proses
ini maka keramik yang dihasilkan akan bermutu rendah dan mudah rusak.
Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan campuran bahan baku utama yang
harus dalam keadaan lembab.
Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau cacat maka
semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap produk tersebut selama kondisi
memungkinkan untuk diperbaiki. Tetapi jika kerusakan atau cacat produk dianggap
berat, maka produk tersebut tidak akan dipasarkan.
15
profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan
menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai
pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.
2. Sasaran Volume
Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi
penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum
profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan
mengahasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di
bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu
prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan
daripada laba jangka pendek.
3. Strategi Penentuan Harga Jual
Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual
produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai
persediaan, dan harga persaingan.
a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi
Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan
mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan
menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus
mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan
diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah
strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang
berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat
mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi
mengalami penurunan.
b. Penentuan Harga Berdasarkan Suplay Persediaan
Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus
mengurangi persediaan.
c. Penentuan Harga Berdasarkan Harga Pesaing
Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:
1) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang
lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan
penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan
17
Mutu Barang
Pelayanan
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pikir
J. Hipotesis
Dari masalah yang telah dikemukakan diatas maka hipotesisnya adalah
Harga Jual, Mutu Barang (Kualitas), dan Pelayanan mempengaruhi Volume penjualan
gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta.
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bertempat di Yogyakarta tepatnya Desa Kasongan, Bangunjiwo
Kabupaten Bantul Yogyakarta pada kerajinan gerabah kasongan milik Bapak Kasto
Widodo(37 tahun). Bapak Kasto yang sudah menggeluti bisnis kerajinan gerabah
selama 10 tahun ini sudah sangat piawai dalam membuat gerabah, terbukti dalam
sehari beliau dapat membuat 5-7 buah gerabah dengan bermacam bentuk sesuai
dengan pesanan konsumen. Dengan waktu penelitian selama 2 jam dan subjek
penelitian adalah UD. Sari Siti Keramik milik Bapak Kasto Widodo sebagai nara
sumber.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin sekaligus pemilik toko
yang berada di Kasongan Bantul Yogyakarta.
2. Sampel
Dengan pertimbangan beberapa hal, yaitu banyaknya jumlah populasi
penelitian, data atau objek penelitian, sehingga menyebabkan terlalu sempitnya
tingkat pengamatan peneliti terhadap data ataupun objek penelitian dan terbatasnya
waktu yang tersedia, maka peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 1 orang
pengrajin sekaligus pemilik toko.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan dengan asumsi
penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis menggunakan dua metode
pengumpulan data yaitu :
1. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian langsung
ke objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta yang terjadi pada
objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan. Pada penelitian lapangan
ini penulis menggunakan dua teknik penelitian yaitu :
20
21
22
23
6. Tahap Finishing
Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses
pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya
memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain,
dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kesimpulan yang telah penulis kemukakan berdasarkan data-data yang
telah penulis sajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerabah adalah alat yang terbuat
24
dari tanah liat yang masih tradisional dan berfungsi sebagai alat bantu kehidupan
manusia dan dapat juga digunakan sebagai penghias ruangan serta untuk interior
rumah.
Gerabah ternyata tidak hanya berupa alat-alat dapur seperti cobek atau kendi
tetapi juga berupa vas bunga, celengan, asbak dan aneka macam bentuk yang terbuat
dari tanah liat. Dalam pembuatan gerabah dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu
Persiapan tanah liat, Proses pembentukan, Penjemuran, Pembakaran, Pengambilan
tanah liat dan Penyempurnaan.
Dan dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan gerabah dari zaman dahulu
sampai zaman sekarang telah mengalami perubahan, seperti gerabah pada zaman
dahulu hanya sebagai alat bantu rumah tangga sekarang gerabah dapat juga digunakan
sebagai penghias taman atau sebagai interior rumah. Dan untuk mengantisipasi agar
produk-produk tersebut tidak kalah dengan produk modern, corak dan disain gerabah
tersebut harus lebih menarik dan harus ada perubahan yang lebih baik.
B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat-alat tradisional dalam negeri
terutama gerabah, agar produk gerabah tetap dilestarikan dan dikenal oleh
masyarakat luas.
2. Seharusnya para perajin gerabah lebih mengembangkan dan meningkatkan
kualitas produknya sehingga produk-produk dalam negeri dapat digunakan
sebagaimana kita menggunakan produk yang modern.
3. Pemerintah seharusnya memberi tempat yang layak pada para perajin, agar
produk-produk
mereka
tetap
bertahan
di
zaman
modern
ini.
25