ABSTRAKSI
Pengelolaan bisnis ritel tidak sekedar hanya membuka toko dan mempersiapkan barang-
barang yang lengkap tetapi lebih dari itu. Pengelolaan bisnis ritel harus melihat dan mengikuti
perkembangan teknologi agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing. Keunggulan
yang dimiliki pengusaha ritel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya.
Semakin pesatnya perkembangan retail modern didasarkan pada keinginan Pasaraya Sri
Ratu Pemuda Semarang untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Seseorang membeli
barang atau jasa karena keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Selain itu terdapat kebutuhan
fungsional terkait dengan rutinitas seperti memenuhi kebutuhan keluarga, mencari harga murah,
dan sebagainya. Selain itu, orang membutuhkan hal tersebut untuk memuaskan emosionalnya.
Pada saat ini dalam perilaku pelanggan telah terjadi pergeseran perilaku (perubahan perilaku).
Perilaku orang yang berbelanja dengan terencana menjadi tidak terencana. Orang yang tidak
terencana berfikir pendek dan mencari yang serba instan dan mencari produk yang bisa
memberi keuntungan jangka pendek untuk menyelesaikan masalah yang ada di depan mata
saja.
Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh keunikan desain kemasan produk, kondusivitas
store environment, kualitas display produk terhadap keputusan pembelian impulsif studi pasa
Pasaraya Sri Ratu Pemuda Semarang. Sampel dalam penelitian ini yaitu pelanggan Pasaraya
Sri Ratu Pemuda Semarang dengan usia diatas 18 tahun yang diharapkan mereka faham
atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Jumlah responden sebanyak 120 responden.
Teknik analisis data menggunakan SEM (Structural Equation Model) AMOS 21.0. Model
penelitian yang diajukan dapat diterima dengan asumsi nilai dari standardized residual covariance
tidak ada yang melebihi ± -2,58 atau ± 2,58. Pengukuran terhadap konstruk eksogen dan
endogen di uji menggunakan analisis konfrimatori dan uji kelayakan full model dianalsis
menggunakan SEM dimana nilai dari Goodness of Fit untuk Chi-square 104,652; 0,034;
RMSEA 0,051; GFI 0,903; AGFI 0,854; TLI 0,977; CFI 0,982; NFI 0,931; CMIN/DF 1,308.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang diajukan dapat diterima.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa keunikan desain kemasan produk berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap daya tarik emosional produk, keunikan desain kemasan
produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian impulsif.
kondusivitas store environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya tarik emosional,
kondusivitas store environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
impulsif. kualitas display produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap daya tarik emosional
produk, kualitas display produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan
pembelian impulsif.
Kata Kunci: Keunikan Desain Kemasan Produk, Kondusivitas Store Environment, Daya Tarik
Emosional Produk, Keputusan Pembelian Impulsif.
kebanyakan pada barang-barang yang tidak kualitas yang diharapkan dari tiap komunikasi.
diperlukan. Barang-barang yang dibeli secara Memformulasikan pesan dari suatu produk
tidak terencana (produk impulsif) lebih banyak memerlukan pemecahan atas empat
pada barang yang diinginkan untuk dibeli, dan masalah yaitu apa yang akan dikatakan (isi
kebanyakan dari barang itu tidak diperlukan pesan), bagaimana mengatakannya secara
oleh pelanggan. logis (struktur pesan), bagaimana
mengatakannya secara simbolis (format
Daya Tarik Emosional Produk pesan), dan siapa yang seharusnya
Idealnya pesan yang ditampilkan suatu mengatakannya (sumber pesan).
produk itu harus menarik perhatian (attention), Dalam menentukan isi pesan yang
memperhatikan ketertarikan (interest) baik, manajemen mencari daya tarik, tema,
membangkitkan keinginan (desire), dan ide atau usulan penjualan yang unik. Hal
menggerakan tindakan (action). Dalam ini berarti memformulasikan suatu manfaat,
prakteknya, hanya sedikit produk yang mampu motivasi, identifikasi, atau alasan mengapa
membawa konsumen mulai dari tahap konsumen harus mengingat atau meneliti
kesadaran sampai dengan pembelian, tetapi produk itu. Ada tiga jenis daya tarik, yaitu
kerangka kerja AIDA tersebut menunjukan rasional, emosional dan moral.
Gambar 1
Model Mehrabian-Russell
Hubungan antara Daya Tarik Emosional produk secara impulsif, emosi ini dapat timbul
Produk dengan Keputusan Pembelian karena fitur item, keinginan dari diri konsumen
Impulsif itu sendiri, evaluasi produk dari konsumen
Emosi yang positif dapat mendorong itu sendiri, kepentingan konsumen ketika
seseorang untuk melakukan pembelian suatu berbelanja. Daya tarik emosional produk
memilik efek positif dalam perilaku membeli lingkungan sekitarnya, memiliki keinginan
secara impulsif ketika berbelanja. Konsumen untuk menghargai diri mereka sendiri, dan
dalam keadaan emosi positif cenderung tingkat energi yang lebih tinggi (Rook dan
mengurangi kompleksitas pengambilan Gardner, 1993). Saat berbelanja, emosi di
keputusan dan waktu. Keputusan pembelian dalam toko dapat mempengaruhi niat
impulsif pada produk pakaian dapat seseorang untuk membeli suatu produk yang
memenuhi kebutuhan emosional konsumen dapat dipicu oleh kualitas barang, kepuasan
yang berasal dari interaksi konsumen saat konsumen, dan nilai dari barang tersebut
berbelanja. (value) (Babin, 2001). Konsumen yang
Suasana hati seseorang merupakan sedang mengalami keadaan emosional yang
faktor yang sangat penting untuk konsumen positif juga memiliki keinginan lebih tinggi
dalam mengambil keputusan. Suasana hati untuk melakukan pembelian secara impulsif
yang positif ketika melakukan pembelian dapat (Beatty dan Ferrel, 1998). Hal ini
ditimbulkan dari suasana hati konsumen menunjukkan bahwa konsumen yang
ketika masuk ke dalam toko atau lingkungan membeli suatu produk secara impulsif
toko tersebut. Emosi sangat mempengaruhi ternyata lebih emosional daripada yang
tingkah laku seseorang dalam membeli suatu membeli secara terencana (Weinberg dan
barang termasuk pembelian secara impulsif Gottwald, 1982). Karena pembelian secara
(Beatty dan Ferrell, 1998; Hausman, 2000; impulsif menunjukkan perasaan positif yang
Rook dan Gardner, 1993; Youn and Faber, lebih besar (pleasure, kegembiraan,
2000). Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan) maka konsumen akan
pengaruh emosi positif dapat memperluas cenderung lebih boros dalam berbelanja
ruang lingkup berpikir dapat disimpulkan juga (Donovan dan Rossiter, 1982)
bahwa emosi positif dapat memperluas ruang
lingkup tindakan yang akan diambil Hipotesis 7: Semakin tinggi daya tarik
(Fredrickson, 1998). Fredrickson juga emosional produk maka semakin cepat
mengatakan hal ini dapat meningkatkan keputusan pembelian impulsif.
perilaku konsumen yang sebenarnya maupun
Keunikan Desain Kemasan Produk
intensi yang dapat ditimbulkan karena emosi
positif tersebut. Menurut Nilsson dan Ostrom (2005)
“Packaging as a Brand Communication
Konsumen yang berada di dalam
Vehicle” mengatakan bahwa variabel desain
tingkat emosional yang positif akan lebih
kemasan terdiri dari 3 dimensi: desain grafis
mengurangi kompleksitas dalam memilih
(graphic design), desain struktur (structure
suatu produk dan lebih singkat dalam
design) dan informasi produk (product
menentukan keputusan pembelian (Isen,
information). Grafis dan struktur desain
1984). Selain itu, jika dibandingkan dengan
masing-masing memiliki subdimensi
emosi negatif, konsumen dengan emosi
mereka sendiri, dimensi desain grafis
positif menunjukkan dorongan yang lebih
adalah visual hiasan di permukaan
besar dalam membeli karena memiliki
kemasan.
perasaan yang tidak dibatasi oleh keadaan
Gambar 2
Frame of Reference Nilson dan Ostrom (2005)
menimbulkan pengaruh psikologis sebagai itu kemasan harus mampu menciptakan daya
misal untuk membangkitkan selera tarik emosional terhadap konsumen, kemasan
konsumen terhadap produk, yang menarik mampu mencerminkan prinsip
mengembangkan asosiasi tertentu terhadap persepsi manusia dan penggunanya, untuk
produknya, untuk menciptakan suatu citra menimbulkan daya tarik kemasan harus
dimana digunakan untuk menggambarkan menyenangkan baik dari jarak dekat maupun
keadaan produknya, untuk memastikan jauh, disamping itu kemasan harus mudah
keterbatasan bacaan yang maksimum dikenali konsumen tanpa pengamatan yang
misalnya penggunaan warna kontral mendalam, serta mampu menunjukkan
menonjolkan sesuatu, untuk mendorong identitas diri dan tidak bercampur dengan
tindakan dibandingkan dengan kemasan produk lain di atas rak. Daya tarik ini yang
yang polos, pemberian warna dapat pada akhirnya mampu menarik perhatian
memberikan dampak lebih. konsumen sehingga menimbulkan emosi
positif yang pada akhirnya akan menciptkan
Hipotesis 1: semakin tinggi keunikan desain keputusan pembelian impulsif.
kemasan produk maka semakin tinggi daya
tarik emosional produk. Hipotesis 2: semakin tinggi keunikan desain
kemasan produk maka semakin cepat
keputusan pembelian impulsif.
Hubungan antara Kompetensi Desain
Produk dengan Keputusan Pembelian
Impulsif Kondusivitas Store environment
Kemasan merupakan salah satu Store environment merupakan unsur
solusi untuk menarik perhatian konsumen yang penting dalam retailing mengingat bahwa
karena berhadapan langsung dengan 70% dari pembelian ternyata merupakan
konsumen. Seiring dengan berkembangnya impulse buying atau pembelian yang tidak
jaman dan meningkatnya persaingan, fungsi direncanakan (Dune dan Lusch, 2005).
kemasan yang dulunya hanya sebagai wadah Melalui elemen-elemen yang ada yang ada
atau pelindung berubah menjadi alat jual yang di dalam store environment, retailing dapat
memberikan dan menciptakan citra kepada menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu
produk yang dijualnya. Kemasan merupakan atau mengerakkan pelanggan untuk membeli
satu bagian dari desain komunikasi visual lebih banyak barang diluar yang mereka
yang menuntut banyak pertimbangan dalam rencanakan. Store environment yang
proses pembuatannya karena selain dirancang dengan baik dan sesuai dengan
mempertimbangkan faktor estetis dan target pasar yang ditetapkan akan dapat
fungsionalnya. menciptakan emosi-emosi yang kondusif
Tindakan konsumen ditempat untuk berbelanja.
penjualan akan diarahkan pada sejumlah Lingkungan toko (Store environment)
pertimbangan antara lain apa yang mereka menurut Peter dan Olson (2000) lingkungan
lihat, atraksi visual yang dapat dilihta, citra yang relatif tertutup yang dapat menimbulkan
yang diciptakan oleh apa yang terlihat. Untuk dampak berarti pada afeksi, kognisi dan
perilaku konsumen. Tiga bidang utama ruang lorong, penempatan dan bentuk peraga,
pendesainan lingkungan toko yang efektif: warna, pencahayaan, musik, aroma dan
lokasi toko, tata letak toko dan rangsangan temperatur (Engel, et al (2008). Menurut
dalam toko. Menurut Lindquist (1974) “store Baker, et al (2002) “store environment yaitu:
environment meliputi: merchandise, service, design factors, social factors, and ambient
clientele, physical facilities, convenience, factors”. Baker, et al (2002) menjelaskan
promotion, store atmosphere, institutional bahwa “design factor yaitu hal-hal yang
factor and post-transaction satisfaction”. dirasakan yang akan menciptakan kesan yang
Boerden (1977) “store environment meliputi: berbeda-beda pada setiap konsumen. Elemen-
price, quality selection, atmosphere, location, Elemen dari design factor yaitu mengenai
parking and sales person”. arsitektur, warna, dekorasi, tata letak, tata
Store environment terdiri dari produk (display) dan tanda-tanda (petunjuk
berberapa elemen yaitu: tata ruang toko, produk, harga dan papan petunjuk discount)”.
Gambar 3
Layout Toko
“Design cues include stimuli that exist Hubungan antara Kondusivitaas Store
at the forefont of consumers awareness, such environment dengan Daya Tarik
as architecture, colour, and materials” (Xu, Emosional Produk
2007). Xu (2007) berpendapat “ambient factor Ketika kondisi arousal konsumen
cues refer to the backround characteristic of secara positif, pembeli cenderung
a store, such as temperature, lighting, noise, menghabiskan lebih banyak waktu di retail
music, and ambient cent”. Ambient mengacuh dan menyebabkan pembelian yang
pada suhu (temperatur), pencahayaan, meningkat. Jika lingkungan tidak
kebisingan, musik, dan aroma. Xu (2007) menyenangkan dan mengesankan
mengatakan: “Social cues refer to conditions konsumen secara negatif, maka pembeli
related to the number, type and behaviour of mungkin akan menghabiskan lebih sedikit
customers and employees, and similar waktu di retail sehingga hanya melakukan
characteristics”, Menurut Bitner, social factor sedikit pembelian. Penciptaan suasana
ini kepada para pelanggan dan karyawan dilihat (athmospherics) lingkungan toko melalui
dari banyaknya, jenis dan perilaku. komunikasi visual, pencahayaan, warna,
Lingkungan (environment) adalah musik dan wangi-wangian untuk menciptakan
semua karakteristik fisik dan sosial dari dunia respon emosional, persepsi pelanggan dan
eksternal konsumen, termasuk di dalamnya mempengaruhi pelanggan dalam
objek fisik (produk dan toko), hubungan meningkatkan kemungkinan membeli barang.
keruangan (lokasi toko dan produk di toko), Baker (2002) menyatakan bahwa
dan perilaku sosial orang lain (siapa yang tenaga penjualan memiliki peranan penting
berada di sekitar dan apa yang mereka dalam mempengaruhi mood dan keinginan,
lakukan). Lingkungan dapat dianalisis dalam juga respon pelanggan. Tenaga penjual dapat
dua tingkat, makro dan mikro (Peter dan mempengaruhi persepsi waktu/usaha (time/
Olson, 2000). Pemasar menentukan tingkat effort) dan psikologis yang pelangan
analisis lingkungan mana yang relevan bagi korbankan, sebagai contoh tenaga penjual
suatu permasalahan pemasaran dan yang membantu mencarikan barang
kemudian mendesain strategi penelitian dan kebutuhan dengan ramah ataupun
pemasaran yang tepat. Pada dasarnya, memberikan pelayanan yang cepat akan
sebuah retailer mempunyai dua hal yang memberikan pengaruh positif bagi pelanggan.
dapat ditawarkan kepada konsumen, yaitu Sedangkan buruknya pelayanan tenaga
produknya dan cara menampilkan produk penjualan toko, seperti kurang ramah dalam
tersebut hingga terlihat menarik. Cara menyampaikan informasi produk sehingga
penampilan produk yang ditawarkan oleh toko pelangan menjadi kehilangan keinginan untuk
itulah yang kemudian disebut store berbelanja. Variasi produk yang ditawarkan
environment. Store environment yang baik dan daya tarik promosi dalam toko dapat
adalah lingkungan toko yang dapat menarik pelanggan untuk berkunjung, karena
menghadirkan kenyamanan bagi para pelanggan dapat membandingkan produk-
pengunjungnya serta mampu merangsang produk yang paling tepat untuk memenuhi
mereka untuk menghabiskan waktu untuk kebutuhan. Menurut Jones dan Reynolds
berbelanja di toko tersebut. (2006) bahwa pelanggan akan semakin tertarik
pada sebuah toko, jika kategori produk yang merasa lebih nyaman untuk berlama-lama
tersedia sangat dibutuhkan oleh pelanggan di toko yang pada gilirannya memicu
tersebut. Pembelian impulsif disebabkan oleh keputusan pembelian impulsif.
reaksi emosional yang dilakukan di lokasi Menurut hasil penelitian Yingjiao Xu,
belanja dan dibeli bukan karena teringat, saran 2007 store environment meliputi:
atau kebiasaan. · Ambient (suasana) dimana merujuk
pada karakteristik latarbelakang retail
Hipotesis 3: Semakin baik kondusivitas store seperti suhu, pencahayaan,
environment maka semakin tinggi daya tarik kebisingan, musik, dan aroma.
emosional produk. · Design (desain) meliputi rangsangan
Hubungan antara Kondusivitas Store yang ada dibawah kesadaran
Environment dengan Keputusan konsumen seperti arsitektur, warna
Pembelian Impulsif dan bahan.
Ketika seorang berbelanja didorong · Employee (karyawan) bagaimana
untuk membeli sesuatu di retail, salah satu karyawan dapat berinteraksi dengan
dari dua proses yang berbeda dapat terjadi: para pembeli, karyawan yang sopan,
membeli tidak terencana (unplanned buying) ramah, mempunyai pengetahuan
dapat terjadi ketika seseorang tidak familiar yang cukup mengenai produk yang
dengan layout retail atau mungkin berada di dijual.
sebuah waktu yang mendesak, atau · Crawding (tingkat keramaian) dimana
seseorang mungkin teringat untuk membeli kenyamanan suatu tempat
sesuatu dengan melihatnya di rak retail. menentukan citra suatu retail atau
Sebaliknya, membeli karena dorongan outlet. Retail yang tidak terlalu ramai
(impulse buying) terjadi ketika seseorang disukai oleh beberapa konsumen
merasakan keinginan yang tiba-tiba muncuk karena membuta mereka lebih
dan dia tidak dapat menolak (Solomon, 2007). nyaman pada saat berada di retail
Pembelian tidak direncanakan tersebut. Tapi disisi lain, retail yang
dipengaruhi oleh sifat “impulsivitas” seseorang ramai justru punya market tersendiri,
dan faktor lingkungan toko yang dimediasi karena munculnya anggapan bahwa
oleh emosi positif. Emosi sebelum memasuki keramaian konsumen menandakan
toko dan kenyamanan lingkungan toko yang adanya sesuatu yang spesial dari
mempengaruhi seseorang membeli sesuatu retail tersebut.
di luar yang direncanakan. Pengelolaan toko
menjadi faktor yang membuat seseorang ingin Hipotesis 4: Semakin baik kondusivitas store
berbelanja sebanyak-banyaknya, bahkan environment maka semakin cepat keputusan
semakin baik penampilan toko menjadikan pembelian impulsif.
pembeli memiliki tingkat impulsivitas tinggi.
Pengelolaan lingkungan toko yang pada
Kualitas Display Produk
gilirannya memicu keputusan pembelian
Menurut penelitian Ping liang (2008)
impulsif, karena pengelolaan lingkungan toko
“Realationship Between Consumer
yang baik dan nyaman menjadikan pembeli
Gambar 4
Analisis Full Model
Uji Kelayakan Model-Goodnes Of Fit Test melihat kesesuain model. Adapun hasil
Indeks-indeks kesesuaian model yang pengujian goodnesss of fit pada full model
digunakan adalah seperti halnya pada faktor yang dikembangkan dalam penelitian ini
konfirmatori. Pengujian SEM, ditujukan untuk disajikan sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Pengjujian Kelayakan Model untuk Full Model
Goodness of Fit Nilai yang Nilai yang Keterangan
Index diharapkan diperoleh
X2 chi square Diharapkan lebih 104,652 Baik
statistic (df=80) kecil dari 101,9
Significant ? 0,05 0,034 Marginal
Probability
RMSEA ? 0,08 0,051 Baik
GFI ? 0,90 0,903 Baik
AGFI ? 0,90 0,854 Marginal
TLI ? 0,95 0,977 Baik
CFI ? 0,95 0,982 Baik
NFI ? 0,90 0,931 Baik
CMIN/DF ? 2,00 1,308 Baik
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 2
Hasil Pengujian Normalitas Data
Tabel 3
Statistik Deskriptif untuk Deteksi Outlier Univariat
Tabel 4
Statistik Deskriptif untuk Deteksi Outlier Univariat Tiap Variabel
Uji Outliers dalam penelitian ini observasi lainnya dan muncul dalam bentuk
menggunakan univariat Outliers yang diolah nilai ekstrim, baik untuk sebuat variabel tunggal
dengan menggunakan program SPSS 16, ataupun variabel-variabel kombinasi. Deteksi
hasil yang terlihat dalam tabel diatas bahwa terhadap multivariate outliers dilakukan dengan
semua nilai yang telah distandarisasi dalam memperhatikan nilai chi-squares pada derajat
bentuk Zscore mempunyai rata-rata sama kebebasan (degree of freedom) 15 yaitu jumlah
dengan nol dengan standar deviasi sebesar indikator pada tingkat signifikansi p<0,001. Nilai
satu, seperti yang diteorikan. Dari hasil mahalonabis distance ÷2 (15;0,001) = 37,70.
pengolahan diatas, terlihat bahwa tidak ada Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai
nilai Zscoree” ±3,0 sehingga tidak ditemukan mahalonobis distance yang lebih besar dari
univariate outlier dalam data yang dianalisis. 37,70 adalah multivariate outliers (Ghozali,
2011). Berikut ini hasil output mahalanobis
Evaluasi Outlier Multivariate distance dari program AMOS 21.0 oleh karena
Outlier adalah kondisi observasi dari nilai mahalanobis tidak ada yang diatas 37,70
suatu data yang memiliki karakteristik unik yang maka dapat disimpulkan tidak ada outlier pada
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- data.
Tabel 5
Deteksi Outliers Multivariate
Tabel 6
Regression Weights Untuk Pengujian Hipotesis
Tabel 7
Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Notasi Hipotesis Kesimpulan
H1 Keunikan desain kemasan produk berpengaruh secara Di tolak
positif terhadap daya tarik emosional produk tetapi
tidak signifikan.
H2 Keunikan desain kemasan produk berpengaruh positif Di tolak
terhadap keputusan pembelian impulsif tetapi tidak
signifikan
H3 Kondusivitas store environment berpengaruh positif Di terima
dan signifikan terhadap daya tarik emosional produk
H4 Kondusivitas store environment berpengaruh positif Di terima
dan signifikan terhadap keputusan pembelian impulsif
H5 Kualitas display produk berpengaruh positif dan Di terima
signifikan terhadap daya tarik emosional produk
H6 Kualitas display produk berpengaruh positif terhadap Di tolak
keputusan pembelian impulsif tetapi tidak signifikan
H7 Daya tarik emosional produk berpengaruh positif dan Di terima
signifikan terhadap keputusan pembelian impulsif
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Model pengukuran eksogen dan endogen sebesar 0,387, nilai Critical Ratio pada
telah diuji dengan menggunakan analisis hubungan antara variabel kondusivitas store
konfirmatori. Selanjutnya model pengukuran environment terhadap keputusan pembelian
tersebut dianalisis dengan Structural Equation impulsif sebesar 2,192 dengan Probability
Model (SEM) untuk model pengujian sebesar 0,028. Berdasarkan nilai Critical Ratio
hubungan kausalitas antara variabel-variabel dan Probability dari tujuh hubungan kausalitas
keunikan desain kemasan produk, antar variabel dalam model penelitian ini, maka
kondusivitas store environment, kualitas ke empat hipotesis tersebut dapat digunakan,
display produk, daya tarik emosional produk, sedangkan 3 ditolak.
keputusan pembelian impulsif memenuhi
kriteria Goodness of Fit yaitu chi square Kesimpulan dari Hipotesis Penelitian
=104,652; probability = 0,34; GFI = 0,903;
AGFI = 0,854; CFI = 0,982; TLI = 0,977;
Pengaruh Keunikan Desain Kemasan
RMSEA = 0,051; CMIN/DF = 1,308.
Produk terhadap Daya Tarik Emosional
Berdasarkan hasil analisis data dapat
Produk
disimpulkan bahwa model tersebut dapat
diterima.
Hipotesis 1: semakin tinggi keunikan desain
Dari hasil pengolahan data diperoleh
kemasan produk maka semakin tinggi daya
nilai Critical Ratio pada hubungan antara
tarik emosional produk.
kondusivitas store environment dan daya tarik
emosional produk sebesar 2,977 dengan
Probability sebesar 0,003, sedangkan nilai Dari penelitian yang dilakukan dapat
Critical Ratio pada hubungan antara variabel disimpulkan bahwa hipotesis pertama di tolak.
keunikan desain kemasan produk terhadapt Karena untuk konsumen merasa produk yang
daya tarik emosional produk sebesar 1,308 ditawarkan di Pasaraya Sri Ratu Pemuda
dengan Probability sebesar 0,191, nilai Critical Semarang untuk barang kebutuhan sehari-
Ratio pada hubungan antara variabel kualitas hari sama dengan produk yang di jual di toko-
display produk terhadap daya tarik emosional toko lainnya, tidak ada yang spesial atau
produk sebesar 4,884 dengan Probability spesifik. Tapi disini produk yang ditawarkan
sebesar 0,000, nilai Critical Ratio pada di Pasaraya Sri Ratu Pemuda Semarang
hubungan antara variabel daya tarik emosional sama seperti produk yang ditawarkan di toko-
produk terhadap keputusan pembelian toko lain, konsumen membeli produk atas
impulsif sebesar 2,001 dengan Probability kebutuhan mereka. Suatu produk yang
sebesar 0,045, nilai Critical Ratio pada dikemas unik, menarik, khas akan
hubungan antara variabel keunikan desain menciptakan asosiasi tersendiri di benak
kemasan produk terhadap keputusan konsumen.
pembelian impulsif sebesar 1,357 dengan Padahal dalam beberapa penelitian
Probability sebesar 0,175, nilai Critical Ratio mengatakan bahwa mengenai warna
pada hubungan antara variabel kualitas display kemasan, mengenai bentuk kemasan dan
produk terhadap keputusan pembelian mengenai penulisan manfaat produk pada
impulsif sebesar 0,856 dengan Probability label yang ditempel pada kemasan. warna
kemasan dapat menciptakan daya tarik visual dapat berupa campuran beberapa warna.
sehingga mudah terlihat oleh mata, Pemilihan warna dipengaruhi oleh trend
memudahkan tulisan untuk dibaca, menarik fashion yang ada sekarang, kemungkinan
perhatian, mempengaruhi orang – orang untuk besar konsumen mengganti warna cat rumah
memandangnya dari dekat dan memicu mereka menjadi biru tahun ini dan kemudian
mereka untuk membeli produk tersebut. Sama diganti menjadi hijau pada tahun depan. Untuk
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh produk fashion, warna menjadi hal yang
Usman Ghani dan Yasir Kamal (2010). penting dalam mode yang akan digunakan
Advertising, design toko, dan oleh konsumen. Pemilihan warna yang cocok
packaging dapat mengkomunikasikan arti dari dapt merubah persepsi konsumen terhadap
visual channel melalui warna, ukuran, dan produk tersebut.
style dari produk. Warna mempengaruhi hidup
kita secara langsung, menurut beberapa Pengaruh Keunikan Desain Kemasan
penelitian (Solomon, 2009) warna merah Produk terhadap Keputusan Pembelian
menciptakan rasa senang dan meningkatkan Impulsif
nafsu makan. Warna biru menciptakan
suasana dan perasaan yang lebih santai dan Hipotesis 2: semakin tinggi keunikan desain
nyaman, warna biru juga menciptakan kemasan produk maka semakin cepat
perasaan positif terhadap masa depan. keputusan pembelian impulsif.
Selanjutnya warna hitam memberikan
perasaan bertenaga dan kuat. Oleh karena
itu banyak mobil mewah yang berwarna Dari penelitian yang dilakukan dapat
hitam, yang pada intinya digunakan untuk disimpulkan bahwa hipotesis ke dua di tolak.
meningkatkan perasaan kuat dan mewah Konsumen dihadapkan dengan bermacam-
terhadap produk tersebut. macam pilihan produk dari berbagai
Solomon mengatakan bahwa wanita perusahaan dalam satu tempat, tetapi produk
lebih tertarik dengan warna yang lebih cerah yang ditawarkan sama seperti di toko-toko
dan lebih sensitive terhadap gradasi warna atau supermarket lainnya karena dari satu
dan pattern yang dikarenakan wanita lebih produsen yang sama, kecuali jika Pasaraya
baik 16x dalam melihat warna daripada pria. Sri Ratu Pemuda Semarang membuat private
Umur juga berpengaruh terhadap pemilihan label atau produk sendiri dimana produk
warna produk, dimana konsumen yang lebih tersebut lain daripada yang lain sehingga
tua lebih memilih warna putih atau lebih terang. konsumen merasa produk yang ditawarkan
Pemilihan warna penting dalam penciptaan unik atau khas lebih spesifik berbeda dengan
produk. Pemilihan warna dapat disesuaikan produk yang dijual di toko-toko lainnya.
dengan target dan segmen dari produk, produk Dari hasil penelitian didapatkan
yang memiliki segment yang berbeda kesimpulan yang bertolak belakang dengan
walaupun berjenis sama, harus memiliki penelitian yang dilakukan oleh Usman Ghani
warna yang berbeda pula. Warna juga dapat dan Yasir Kamal (2010) dimana dia
digabungkan satu sama lain, produk tidak mengatakan bahwa tampilan produk
harus memiliki hanya satu jenis warna namun merupakan alasan utama dalam pembelian
semakin tinggi jika dibandingkan dengan saat penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
isyarat lingkungan (musik, warna dan aroma). dilakukan oleh Alireza Karbasivar dan Hasti
Yarahmadi (2011) menunjukkan bahwa
Pengaruh Kondusivitas Store pendekatan promosi (diskon kas) antara
environment terhadap Keputusan penggunaan sampel, serta bentuk atau
Pembelian Impulsif penampilan lingkungan didalam toko (window
display) memiliki peran penting dalam
mendorong konsumen untuk melakukan
Hipotesis 4: Semakin baik kondusivitas store
impulse buying.
environment maka semakin cepat keputusan
pembelian impulsif.
Pengaruh Kualitas Display Produk
terhadap Daya Tarik Emosional Produk
Dari penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ke empat di
terima. Pancaran cahaya yang terang, tempat Hipotesis 5: Semakin baik kualitas display
yang bersih dan musik yang damai produk maka semakin tinggi daya tarik
menimbulkan perasaan senang konsumen, emosional produk.
pengaturan layout rak yang menarik terusus Dari penelitian yang dilakukan dapat
dengan rapi memudahkan akses belanja disimpulkan bahwa hipotesis kelima di terima.
konsumen karena pengaturan jarak layout Penataan produk yang teratur, dekoransi yang
yang tepat membuat konsumen lebih leluasa menarik penataan produk yang menarik
dalam berbelanja. Sedangkan untuk tanda meningkatkan respon positif bagi konsumen
petunjuk produk memudahkan konsumen karena konsumen dapat dengan mudah untuk
dalam mencari produk. Ketika konsumen mengambil produk yang diinginkan letaknya
merasa senang berada di dalam toko karena sesuai dengan pandangan mata konsumen
suasana toko yang nyaman, tentram maka tidak terlalu tinggi atau rendah, kemudian
hal tersebut dapat mendorong pelanggan mudah dilihat oleh konsumen.
untuk melakukan pembelian lebih banyak dan Hasil penelitian ini sesuai dengan
secara tidak langsung hal tersebut dapat penelitian Baker, et al (2002) menjelaskan
meningkatkan keingingan konsumen untuk bahwa design factor yaitu hal-hal yang
melakukan pembelian impulsif atau dirasakan yang akan menciptakan kesan yang
pembelian tanpa di rencanakan (Rook dan berbeda-beda pada setiap konsumen yang
Fisher, 1995). akan mempengaruhi perilaku konsumen.
Dari hasil penelitian ini bertolak Elemen-Elemen dari design factor yaitu
belakang dengan Penelitian yang dilakukan mengenai arsitektur, warna, dekorasi, tata
oleh Mariri Tendai dan Chipunza Crispen letak, tata produk (display) dan tanda-tanda
(2009), menunjukkan bahwa faktor-faktor (petunjuk produk, harga dan papan petunjuk
harga dan kupon lebih memungkinkan discount). Design cues include stimuli that
mempengaruhi impulsive buying dibandingkan exist at the forefont of consumers awareness,
dengan keterlibatan atmosfir efek seperti latar such as architecture, colour, and materials
belakang musik dan aroma. Tetapi hasil (Xu, 2007).
Emosi seseorang atau kondisi psikologis pada Impulsive buying juga disebut sebagai
saat pembelian dapat memiliki dampak besar unplanned buying (pembelian tanpa rencana)
pada apa yang akan dia beli atau bagaimana karena sifatnya yang tiba-tiba dan spontan,
ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat mengabaikan konsekuensi-konsekuensi dari
menikmati atau tidak menikmati sebuah pembelian. Umumnya perilaku impulsive
situasi, dan mereka bisa merasakan buying ini dilakukan sebagai pelampiasan
distimulasi atau tidak. dan terapi karena kelelahan, stress atau
Suasana hati adalah respon emosional depresi, atau karena desakan membeli
yang dihasilkan oleh stimulasi eksternal karena sebuah situasi. Impulsive buying
(Holbrook, 1982), yang pada gilirannya bagi pelakunya menciptakan perasaan
menyebabkan perubahan psikologis dan senang. Katalog Belanja Media Indonesia
respon (Chang, 1991). Jadi, rangsangan (oktober 2011), tertulis bahwa Journal of
lingkungan akan mempengaruhi perilaku Psychology and Marketing menyatakan
pelanggan membeli melalui emosi postif. orang yang berbelanja dengan keadaan
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Peter emosi yang jelek cenderung membeli secara
dan Olson (1999) yang menyimpulkan bahwa impulsif, tujuan membeli barang untuk
kesenangan dan gairah mempengaruhi status menghibur diri.
konsumen dalam kegembiraan berbelanja di
dalam toko, waktu yang digunakan untuk Implikasi Teoritis
melihat-lihat dan mendalami apa yang Implikas teoritis memberikan
ditawarkan sebuah toko, keinginan untuk gambaran atas rujukan-rujukan yang
berbicara dengan para pramuniaga, keinginan dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
untuk membelanjakan lebih banyak lagi uang rujukan mengenai permasalahan,
dari pada yang direncanakan, dan permodelan, hasil-hasil dan agenda
kecenderungan untuk kembali ke toko penelitian terdahulu. Literatur yang
tersebut. menjelaskan tentakan keunikan desain
Lain halnya menurut penelitian dari kemasan produk, kovndusivitas store
yang Budi Raharjo “What is Impulsive environment, kualitas display produk, daya
Buying” (www.jaraktavenue.com) yang tarik emosional produk, keputusan pembelian
mengatakan bahwa orang yang memiliki impulsif telah diperkuat dengan adanya
kecenderungan impulsive buying biasanya konsep teoritis dan dukungan empiris
mengalami dorongan yang sangat kuat untuk mengenai hubungan-hubungan kausalitas
membeli sesuatu dan seringkali dorongan dan variabel-variabel yang
untuk membeli ini tidak bisa dihentikan. mempengaruhinya.
Tabel 8
Implikasi Teoritis
Tabel 9
Implikasi Manajerial
Indikator Indeks Persepsi Pelanggan Saran/Kebijakan
Keunikan Desain Kemasan Produk
X1 = 64,26 Bahwa kemasan produk Sebagai bahan masukan
Bentuk yang ditampilkan sama dan pertimbangan, bila
kemasan produk dengan toko-toko lain karena manajemen Pasaraya Sri
(structure memang yang mendesain Ratu Pemuda Semarang
design) yang kemasan produk itu sendiri mengeluarkan produk yang
menarik adalah produsen, bukan dari lebih spesifik lagi, mungkin
(khas/unik) retailnya itu sendiri kecuali mengeluarkan private label
dia memiliki private label berarti pasaraya
sendiri, dan di Pasaraya Sri menciptakan kemasan
Ratu Pemuda hanya gula saja produk sendiri karena disini
yang memiliki private label. pasaraya hanya pada produk
gula yang menggunakan
private label, dengan begitu
dapat membuat ataupun
menciptakan kemasan
produk yang berbeda
dengan produk lain, unik
atau khas maka konsumen
lebih tertarik karena tidak
ada ditempat lain, jika
produk yang ada dipasaran
mereka sudah sering melihat
di toko-toko manapun jadi
tidak begitu berkesan.
X2 = warna 64,45 Pelanggan berpendapat Dalam hal ini sebagai
kemasan produk bahwa warna produk yang bahan masukan dan
yang menarik dipajangkan biasa saja, sama pertimbangan, manajemen
(kreatif) dengan produk yang dijual di Pasaraya Sri Ratu Pemuda
toko retail lainnya, karena Semarang mampu
yang membuat kemasan baik memutuskan variasi, warna,
dari bentuk warna produk ukuran, kualitas, lebar dan
adalah produsen. kedalaman produk yang
akan dijual dimana dalam
hal ini pengelola toko harus
mampu memilih produk
yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Komposisi warna
produk lebih diperhatikan
lagi agar tampak serasi dan
enak dipandang.
Lebih diperhatikan
untuk kelengkapan jenis
produk, keanekaragaman
merek produk dan
ketersedian produk (produk
jarang ada yang kosong)
X3 = 65,73 Menurut konsumen Dalam hal ini sebagai
Desain mereka membeli produk bahan masukan dan
tampilan nama bukan berdasarkan tampilan pertimbangan bila
produk (design nama produk yang menarik manajemen Pasaraya Sri
grafis) menarik tetapi lebih kepada Ratu Pemuda Semarang
(khas/unik) kepercayaan mereka membeli dapat memperhatikan
produk dengan merek yang keinginan konsumen
diinginkan. sehingga lebih fleksible
dalam pemilihan strategi
dan teknik
mengkomunikasikan produk
maupun mendisplay produk
sehingga tidak
membosankan dan bisa
mengikuti perkembangan
X4 = 64,16 Pelanggan berpendapat Dalam hal ini sebagai
Pancaran cahaya bahwa pancaran cahaya, bahan masukan dan
yang yang musik, kebersihan Pasaraya pertimbangan apabila
terang, bersih, sangat baik, membuat manajemen Pasaraya Sri
musik yang pelanggan betah berlama- Ratu Pemuda Semarang
damai (selaras). lama di dalam toko, baru tetap mempertahankan
masuk sudah terasa nyaman. bahkan terus ditingkatkan
Sudah terbukti dengan tapi masih ada yg kurang
banyaknya penghargaan yang dari sisi penciuman atau
diberikan kepada Pasaraya Sri aroma di dalam toko, karena
Ratu Pemuda Semarang di Pasaraya Sri Ratu
berkaitan dengan kebersihan Pemuda terutama bagian
toko. dasar banyak berjajar
gerobak-gerobak jajanan.
Aromanya tercium campur
aduk dan mengakibatkan
ruangan menjadi kurang
dingin. Sirkulasi udaranya
lebih diperhatikan lagi.
X5 = 62,55 Pengaturan layout rak Dalam hal ini sebagai
Pengaturan yang sesuai memudahkan bahan masukan dan
layout rak yang pelanggan untuk berbelanja, pertimbangan apabila
menarik. pengaturan jarak layout yang manajemen Pasaraya Sri
tepat membuat konsumen Ratu Pemuda Semarang
lebih leluasa dalam mempehatikan teknik atau
berbelanja. strategi yang tepat dalam
mengkomunikasikan dan
mendisplay produk
Produk tersusun rak tersusun rapih dan sesuai, rak tidak ditumpuk,
rapih dan dimana ukuran kemasan yang memudahkan pelanggan
menarik. paling kecil diletakkan pada untuk mengambil barang
rak atas dan ukuran kemasan dan menghindari tumpukan
paling besar diletakkan pada tersebut jatuh yang akan
rak paling bawah. membahayakan pelanggan
saat memilih barang.
Diharapkan manajemen
selalu memperhatikan
keinginan konsumen
sehingga bisa lebih fleksible
dalam pemilihan strategi
dan teknik dalam
mengkomunikasikan produk
maupun mendisplay produk
sehingga tidak
membosankan dan bisa
mengikuti perkembangan
X10 = 67,70 Suasana lingkungan Konsep retail modern
Merasa terkesan yang nyaman dan berbagai dengan kenyaman dan
saat membeli bentuk penyajian barang fasilitasnya sebaiknya tetap
roduk. dagangan pada berbagai dipertahankan kalau perlu
model rak display menjadikan lebih ditingkatkan lagi
suasana toko lebih semarak, sehingga konsumen merasa
menimbulkan daya tarik, betah dan nyaman di dalam
yang pada akhirnya toko, memberikan kesan
pelanggan terdorong untuk baik dan menimbulkan
melakukan pembelian. emosi positif di dalam toko
sehingga mereka tertarik
untuk berbelanja di
Pasaraya Sri Ratu Pemuda
Semarang
X11 = 67,75 Pasaraya Sri Ratu Sebagai bahan masukan
Merasa senang Pemuda Semarang bagi manajemen diusahakan
karena produk memberikan pelayanan, menciptakan lingkungan,
yang ditawarkan kepuasan bagi pelanggan fasilitas, display toko
menarik hati untuk memilih jenis produk semenarik mungkin agar
untuk dibeli. yang diinginkan, konsumen merasa lebih
kenyamanan, keamanan saat nyaman lagi dengan begitu
berbelanja. mereka tidak menjadikan
Display dengan orientasi toko sebagai tempat belanja
merk, rasa (taste), jenis saja tetapi lebih kepada
memudahkan konsumen tempat rekreasi, hiburan dan
mencari dan menemukan sosialisasi dengan
produk yang diinginkan. pelanggan lain, sehingga
memberi keleluasaan bagi
konsumen dalam berbelanja.
baik terhadap daya tarik emosional produk menambah jumlah sampel, karena disini
maupun terhadap keputusan pembelian terdapat probability yang kurang dari 0,05
impulsif. Pada pengolahan data setelah hal tersebut mencerminkan bahwan
dilakukan penghilangan variabel hasilnya sample yang digunakan belum
menjadi lebih baik untuk itu penelitian yang mencerminkan populasi,
dilakukan di dalam retail sebaiknya diteliti 2. Dari uji kelayakan model lebih diperhatikan
lebih ke kelengkapan jenis produk, lagi ataupun bisa menambah jumlah
keanekaragaman merek produk dan indikator atau pun konstruknya sehingga
ketersedian produk (produk jarang ada nilai goodness of fit yang bernilai marginal
yang kosong) hal tersebut membuat dapat ditingkatkan, bisa dengan menguji
konsumen lebih tertarik dan faham akan ulang model penelitian tapi tetap dalam
pertanyaan yang di ajukan, bisa menilai skema keputusan pembelian impulsif
dengan baik. sehingga dapat diperoleh perbandingan
4. Masih sedikitnya antusias atau respon mengenai hasil-hasil dari usaha
dari pelanggan Pasaraya Sri Ratu menciptakan keputusan pembelian yang
Pemuda Semarang dalam mengisi cepat.
kuesioner ini sehingga banyak yang 3. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan
menunda waktu atau tidak langsung dapat memperluas cakupan penelitian
mengisi, dan ada pula yang asal mengisi dengan membandingkan perilaku
tanpa menghiraukan pertanyaan yang berbelanja khususnya pada keputusan
sebenarnya. pembelian antara pria dan wanita.
5. Masih ada beberapa pelanggan yang 4. Dalam membuat pertanyaan kuesioner
kurang faham atas pertanyaan yang diharapkan untuk selanjutnya lebih
diajukan dalam kuesioner untuk itu peneliti sederhana lagi sehingga mudah di fahami
harus aktif menjelaskan point pertanyaan pelanggan baik pertanyaan terbuka
satu persatu dengan wawancara mereka maupun pertanyaan tertutup karena tidak
lebih faham semua pertanyaan yang semua responden memiliki pemahaman
diajukan. yang sama ataupun pendidikan sarjana
6. Untuk pertanyaan terbuka masih ada sehingga faham apa yang peneliti ajukan
responden yang mengosongkannya tidak perlu di jelaskan dengan panjang
ataupun tidak semua bisa mereka jawab lebar.
mungkin karena keterbatasan waktu
ataupun memang sengaja/malas. *****
shopping context”. J Bus Res;58 Mehrabian, Albert dan James A. Russel, 1974.
(5):655–63. “The Basic Emotional Impact of
Environments.” Perceptual and Motor
Marbun, B.N. 2003. Kamus Manajemen.
Skills, 1974 Vol. 38 pp. 283-301
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Martin, C. 1998. “Relationship marketing:
a high-involvement product attribute Michael Morrison, Sarah Gan, Chris Dubelaar,
approach”, Journal of Product & Harmen Oppewal. 2011. In-store
Brand Management”. Vol. 7 No. 1, music and aroma influences on
pp. 6-26. shopper behavior and
satisfaction . Journal of Business
Martin, C.A. dan Turley, L.W. 2004. “Malls
Research, Volume 64, Issue 6, 558-
and consumption motivation: an
564.
exploratory examination of older
Generation Y consumers”. Michon, R., Chebat, J-C. dan Turley, L. W.
International Journal of Retail & 2005. Mall atmospherics: the
Distribution Management, Vol. 32 No. interaction effects of the mall
10, pp. 464-75. environment on shopping behaviour.
Journal of Business Research: vol 58,
Mattila, A.S. dan Enz, C.A. 2002. “The role
576-583
of emotions in service encounters”,
Journal of Service Research, Vol. 4 Mihiæ, Mirela dan Kursan, Ivana. 2010.
No. 4, pp. 268-77. “Assesing The Situational Factors and
Impulsive Buying Behavior: Market
Mattila, Anna S dan Jochen Wirtz. 2001.
Segmentation Approach. University
“Congruency of Scent and Music as
of Economic Split, Matice hrvatske
a Driver of in-Store Evaluations and
Croatioa, Management, Vol. 15, 2010,
Behavior”. Journal of Retailling 77,
2, pp. 47-46.
273-289.
Mohan , Geetha, Bharadhwaj Sivakumaran
Mattila, Anna S. dan Jochen Wirtz. 2008.
dan Piyush Sharma. 2012 . Store
“The role of store environmental
environment’s impact on variety
stimulation and social factors on
seeking behavior . Journal of Retailing
impulse purchasing”. Journal of
and Consumer Services, Volume 19,
Service Marketing, pp.562-567.
419-428.
Mehrabian A. dan Russel J.A., 1974. “An
Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002.
Approach to Environmental
Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Dwi
Psychology”, MIT Press, Cambridge,
Kartini Yahya. Jilid 2. Jakarta: Penerbit
MA.
Erlangga.
Mehrabian, A. and Russell, J.A. (1974), An
Nilsson, Johan dan Ostrom, Tobias. 2005.
Approach to Environmental
Packaging as a Brand Communication
Psychology, assachusetts Institute
Vehicle. Thesis of Lulea University of
of Technology, Cambridge, MA.