BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Kegiatan pemenuhan kebutuhan pelanggan demi mendapatkan suatu
keuntungan dapat dikatakan sebagai pemasaran. Tujuan utama dari pemasaran
adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior serta
mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Selain itu,
dalam bisnis kita sudah sangat mengenal istilah pemasaran atau marketing.
Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinikan pemasaran sebagai berikut
pemasaranadalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan,mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelolahubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan
parapemilik sahamnya (Kotler, 2012:6), pemasaran adalah“Suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu dankelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan denganmenciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilaidengan pihak lain.”
Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti berikut : kebutuhan
(needs),keinginan (wants), dan permintaan (demands) ; produk (barang, jasa
dangagasan); nilai, biaya dan kepuasan ; pertukaran dan transaksi ; hubungan
danjaringan ; pasar ; serta pemasar dan prospek.
Sedangkan menurut J Stanton (2009:7), pemasaran adalah”suatu sistem
total dari kegiatan bisnis yang dirancang untukmerencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikanbarang-barang yang dapat memuaskan
keinginan dan jasa kepadakonsumen-konsumen saat ini maupun konsumen
potensial.”
Menurut Stanton (2005) dalam Priansa (2017:3) menyatakan bahwa
pemasaran adalah suatu sistem total dan kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-
barang yang memuaskaan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini
maupun konsumen potensial.
9
2.1.3 Ritel
2.1.3.1 Pengertian Ritel
Usaha retail banyak bermunculan sebagai akibat tuntutan gaya hidup
(perilaku) masyarakat yang mulai berubah. Perubahan yang dimaksud adalah
semula para konsumen kurang memperhatikan kemudahan atau efisiensi dalam
berbelanja. Dan sekarang para konsumen menginginkan berbelanja secara praktis
tidak banyak membutuhkan banyak waktu misalnya kemudahan memperolah
berbagai macam produk dalam satu tempat, tempat berbelanja yang nyaman, dan
lokasi yang mudah dicapai.
Menurut Utami (2008:2) ritel adalah sekelompok kegiatan yang menjual
atau menambahkan nilai barang dan jasa pada konsumen akhir untuk digunakan
secara pribadi, keluarga, atau rumah tangga.
Menurut Tjiptono (2017:52) retailing merupakan semua kegiatan
penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis.
Menurut Foster (2008:34) Penualan eceran merupakan salah satu rantai
saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam penyampaian barang
atau jasa kepada konsumen akhir.
Dari beberapa definisi retailing tersebut, dapat disimpulkan bahwa
retailing adalah segala sesuatu yang mencakup kegiatan penjualan barang atau
jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan yang sifatnya pribadi, keluarga,
atau rumah tangga bukan bisnis, tanpa ada perjanjian sebelumnya. Dalam
12
2.1.5 Promosi
Pengertian Promosi Menurut Kotler ( 2012 : 93) :Promosi merupakan
keaktifan yang mengonsumsi kegunaan produk danmenyakinkan konsumen untuk
membelinya.Berdasarkan pengertian di atas menerangkan bahwa konsumen baru
akanmembeli produk yang ditawarkan memiliki keunggulan maupun kegunaan
yangtidak dimiliki oleh produk pesaing. Kegiatan promosi dapat dilakukan
dengancara langsung atau melalui media komunikasi massa. Kegiatan ini dapat
dilakukandengan berdasarkan pada tujuan promosi sehingga dapat membantu
perusahaandalam mencapai tujuan yang dikehendakinya. Secara garis besar tujuan
yangdikehendaki dapat dibagi 2, yaitu:
1. Tujuan jangka pendek.
Misalnya : berusaha untuk meningkatkan volume penjualan
sertamemperkenalkan produk kepada masyarakat.
2. Tujuan jangka panjang.
Misalnya : diharapkan dapat menciptakan nama baik perusahaan
sertamemberikan pelayanan kepada konsumen dan menciptakan reputasi
tinggidisuatu perusahaan.
Menurut Swastha dan Irawan ( 2010:321), tujuan promosi adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Tingkah Laku
Orang yang melakukan komunikasi mempunyai beberapa alasan antaralain
mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan informasi,
17
4. Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan untuk mempertahankan
merek
produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di salam
siklus kehidupan produk. Ini berarti pula perusahaan berusaha untuk paling tidak
mempertahankan pembeli yang ada.
akan diterima maka konsumen akan cenderung untuk membeli produk tersebut.
Chapman dan Wahlers (1999) dalam Sutanto (2010:5) mengemukakan bahwa
minat membeli didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk membeli suatu
produk.Konsumen akan memutuskan produk yang akan dibeli berdasarkan
persepsinya terhadap produk tersebut berkaitan dengan kemampuan produk
tersebut dalam memenuhi kebutuhannya. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh
nilai tambah suatu produk, dimana biaya yang dikeluarkan seimbang dengan
keuntungan yang akan diperoleh (Grewal, et al, 1998, dalam Sutanto, 2010:5)
Perilaku adalah tindakan spesifik yang secara langsung dapat dilihat dan diamati.
Perilaku Pembelian adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
seseorang dalam pembelian dan penggunaan produk. Sutanto (2010:5)
menjelaskan bahwa perilaku pembelian adalah kegiatan-kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Pengambilan keputusan oleh konsumen
akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Cara membedakan empat tipe
perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan di antara merek, yaitu:
1. Buying Behavior (Perilaku Membeli yang Rumit).
Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan tinggi dalam
pembelian. Perilaku ini menyingkapkan adanya perbedaan-perbedaan yang
jelas di antara setiap konsumen. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu
membeli produk-produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, berisiko
dan dapat mencerminkan diri pembelinya. Biasanya konsumen tidak tahu
terlalu banyak tentang kategori produk dan harus belajar untuk
mengetahuinya.
2. Dissonance Reducing Buying Behavior (Perilaku Membeli untuk
Mengurangi Ketidakcocokan).
Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen
menyadari hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek. Perilaku
membeli ini terjadi untuk pembelian produk mahal, tidak sering dilakukan,
25
berisiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak
terlihat.Pembeli biasanya mempunyai respons terhadap harga atau yang
memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang
mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
3. Habitual Buying Behavior (Perilaku Membeli Berdasarkan Kebiasaan).
Dalam hal ini, konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan,
bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek.Konsumen memilih produk
secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena sudah mengenal
produk tersebut.Setelah membeli, konsumen tidak mengevaluasi kembali
mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat
dengan produk.
4. Variety Seeking Buying Behavior (Perilaku Pembeli yang Mencari
Keragaman).
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat
perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan
mencari keragaman dan bukan kepuasan. Perilaku demikian biasannya
terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen
sering mencoba merek-merek baru.
Sebelum sampai pada keputusan pembelian, konsumen umumnya
melakukan beberapa tahapan yang harus dilalui, lazimnya disebut dengan istilah
tahapan proses minat beli konsumen. Menurut Kottler dan Amstrong (2010:32),
konsumen melalui lima tahap proses keputusan pembelian, yaitu:
1. Pengenalan kebutuhan (Recognitionof the need)
Pada tahap Pengenalan kebutuhan (Recognitionof the need) pengenalan
kebutuhan, konsumen merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang
nyata dengan keadaan yang diinginkan untuk dapat dipenuhi, sehingga
melahirkan kebutuhan. Kebutuhan seseorang dapat berasal dari stimuli
intern atau dorongan dari dirinya sendiri juga dapat berasal dari stimuli
ekstern.
Pada kondisi ini konsumen merasakan adanya kebutuhan yang ingin dapat
dipenuhi, sehingga memotivasi konsumen untuk mencari informasi.
26
minat beli konsumen, kualitas produk yang baik dimana saja dan memberikan
kualitas baik menawarkan harga yang terjangkau disemua kalangan yang saat ini
sangat dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen.
2.1.8.4 Pengaruh Store Atmosphere terhadap Impulse Buying
Atmosfer toko adalah suasana yang terncana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli. Atmosfer toko
menyebabkan atau mempengaruhi Pembelian tidak terencana (Impulse Buying).
Menurut Gilbert (2003:129) dalam Foster (2008:61) menjelaksan bahwa
Atmosphere toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah
direncanakan, atmosphere toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap
perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus
yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.
sehingga apabila actual price yang dibayar konsumen berkurang maka jumlah dari
persepsi pengorbanan juga akan berkurang. (Chapman dan Wahlers, 1999,
dalam Sutanto, 2010:5).
Judul Judul
No Peneliti, Peneliti, Persamaan Perbedaan
Nama
Nama
Peneliti dan
Peneliti
Tahun
dan Tahun
Penelitian
Penelitian
Sekarang
Terdahulu
buying BuyingMatos Store
(studi kasus Malang. Atmosphere
pada Prayoga, 2. Variabel Y
konsumen 2019 ssama yaitu
lottemart Impulse
wholesale Buying
semarang) 3. Jenis
Amsani, Penelitian
2016 Kuantitatif
4. Teknik
Pengumpulan
data
menggunaka
43
n kuisioner
3 Pengaruh Pengaruh 1. Terdapat dua 1. Objek Penelitian
potongan Potongan variabel x 2. Teknik
manado Penelitian
Dalihade, Kuantitatif
4. Teknik
2017
Pengumpulan
data
menggunaka
n kuisioner
4 Pengaruh Pengaruh 1. Terdapat dua 1 Objek
discount dan Potongan variabel x Penelitian
elemen- Harga dan yang diteliti 2 Teknik
elemen Store Pengambilan
Judul
Judul
Peneliti,
Peneliti,
Nama
No Nama Persamaan Perbedaan
Peneliti Peneliti dan
dan Tahun
44
Penelitian Tahun
Terdahulu Penelitian
Sekarang
store Atmosphere sama, yaitu data menggunkan
atmosphere terhadap Potongan wawancara
terhadap Impulse Harga dan
impulse Buying di Store
buying Matos Atmosphere
(studi kasus Malang. 2. Variabel Y
pada Prayoga, ssama yaitu
H1
Potongan Harga
(X1)
Impuse Buying
(Y)
H3
Store Atmosphere
(X2)
H2
46
2.5 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2016:64) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiric.
Berdasarkan gambar konseptual diatas, adapun yang menjadi hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Diduga variabel Potongan Harga berpengaruh secara parsial terhadap
impulse buying di Matos Malang.
H2 : Diduga variabel Store Atmosphere berpengaruh secara parsial
terhadap impulse buying di Matos Malang.
H3 : Diduga variabel Potongan Harga dan Store Atmosphere berpengaruh
secara simultan atau bersama-sama terhadap impulse buying di Matos
Malang.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini data sekunder yang dimaksud yaitu data-data penelitian
diperoleh dari perpustakaan, laporan dan jurnal penelitian terdahulu. Data
sekunder juga dapat diperoleh dari literatur dan buku yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti.
3.5 Definisi Operasional dan Jabaran Variabel
3.5.1 Definisi Operasional
Suatu variabel yang sudah di tentukan untuk diteliti, selanjutnya membuat
definisi operasional guna untuk menentukan item – item.
Menurut Sangadji & Sopiah (2010:133), Definisi Operasional adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan atau konstrak dengan cara
memberikan arti atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur kostrak atau variabel.
3.5.2 Jabaran Variabel
Sebelum membuat kuesioner harus ditentukan terlebih dahulu variabel –
variabel yang akan diteliti.
Menurut Nazir (2003) dalam Sangadji & Sopiah (2010:133),
mendefiniskan variabel sebagai berikut : dalam ilmu-ilmu natura, variabel –
variabel yang digunakan umumnya nyata dapat dimengerti, diraba, dan dapat
dilihat, sehingga kurang menimbulkan keraguan akan maknanya. Di lain pihak,
varibel atau konstrak yang dibangun dalam ilmu sosial memerlukan defines yang
jelas supaya tidak terdapat keragu-raguan dan dapat memperjelas arti untuk
membuat variabel atau konstrak dapat digunakan secara operasonal.
3.7.2 Uji F
Menurut Sanusi (2014: 137) “uji F adalah uji seluruh koefisien regresi
secara serempak.” Menurut Sanusi (2014: 138) uji F dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
a. H0 = 0 artinya diduga tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan
secara simultan.
b. H1 ≠ 0 artinya diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan secara
simultan.
2. Menghitung nilai F dengan menggunakan SPSS for Windows.
3. Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel yang tersedia pada α tertentu,
misalnya 1%; df = k,n – (k + 1).
57
58
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/25606/20/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
59
LAMPIRAN KUISIONER
PETUNJUK
No Pertanyaan Penilaian
SS S N TS STS
1 Apakah pengaruh
potongan harga bisa
membantu konsumen
2 Diskon mampu
mempengaruhi minat
pembeli
4 Lingkungan
mempangaruhi daya
beli
Lingkungan tidak
5 mempanguruhi daya
beli
6 Promosi bisa
mempengaruhi daya
tarik konsumen
tarik konsumen