Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN RITEL MODERN

Dosen pengampu :
Prasmita Dian Wijayati, S.P., M.Si

Disusun oleh:
Anisa Sulistya Ningrum
20024010017
Agribisnis A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2022
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Bisnis ritel merupakan penjualan barang secara eceran pada berbagai
tipe gerai seperti kios, pasar, department store, butik dan lain-lain. Bisnis ritel
di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni ritel
tradisional dan ritel modern.

Ritel tradisional merupakan usaha skala kecil, modal yang kecil, dan
menggunakan sistem pelayanan sederhana tanpa adanya unsur teknologi di
dalamnya. Sedangkan ritel modern merupakan pengembangan dari ritel
tradisional. Format ritel tersebut muncul dan berkembang seiring
perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang
membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja.
Industri perdagangan yang sedang marak di Indonesia yaitu minimarket.
Hampir di setiap sudut kota maupun desa ada minimarket yang dikembangkan
oleh masyarakat secara mandiri atau seorang pengusaha besar (Kembara., dkk
2013).

Adanya isu dimana terjadi pergeseran pola belanja masyarakat dari


ritel tradisional ke ritel modern dinilai akan mendorong terciptanya perubahan
penguasaan pangsa pasar ritel dari pasar tradisional ke arah pasar modern. Jika
dilihat dari segi harga dan kualitas yang ditawarkan antara kedua ritel hampir
sama. Demikian pula jika dilihat dari letak lokasi, toko kelontong lebih
strategis karena dekat dengan pembeli. Lokasi merupakan faktor yang sangat
penting dalam bauran pemasaran ritel. Lokasi perusahaan yang tepat akan
memberikan keunggulan dalam bersaing dan memberikan kemudahan bagi
perusahaan itu sendiri, sehingga akan memberikan dampak positif bagi
perkembangan perusahaan. Lokasi juga akan mempengaruhi jumlah dan jenis
konsumen yang akan tertarik untuk datang ke lokasi yang strategis, mudah
dijangkau, serta kapasitas lahan parkir yang cukup memadai bagi konsumen.
Pada umumnya konsumen akan memilih toko yang paling dekat agar dapat
menghemat waktu dan tenaga.

Kondisi ritel tradisional saat ini sedang dalam keadaan yang


mengkhawatirkan dengan berbagai persoalan yang ada di dalamnya, baik
secara internal maupun eksternal. Permasalahan internal yang sering dijumpai
yaitu modal, kondisi bangunan yang cenderung kurang nyaman dengan
minimnya pencahayaan dan penataan barang yang terkesan sembarangan.
Sementara itu, persoalan eksternal yang terjadi yaitu pesatnya pertumbuhan
ritel modern dapat mengancam keberlangsungan hidup ritel tradisional.
Kehadiran ritel modern telah menyudutkan keberadaan ritel tradisional di
perkotaan.

Indonesia tercatat menempati peringkat ketiga pasar retail terbaik di


Asia. Kondisi seperti ini mengharuskan setiap perusahaan yang bergerak
dibidang modern ritel untuk senantiasa melakukan berbagai strategi agar dapat
merebut hati konsumen. Sebab meskipun produk yang ditawarkan lengkap dan
bervariasi, bila konsumen tidak merasa puas dengan pelayanan, harga, dan
fasilitas yang ditawarkan maka konsumen akan beralih kepada pesaing.
Kepuasan atau kesenangan yang tinggi akan menyebabkan konsumen
berperilaku positif, terjadinya kelekatan emosional terhadap merek, dan juga
preferensi rasional sehingga hasilnya adalah kesetiaan (loyalitas) konsumen
yang tinggi (Noor, 2020).
II. PEMBAHASAN

II.1. Komunikasi untuk mengembangkan merek dan membangun


kesetiaan pelanggan

Merek merupakan hal penting untuk membedakan diri dari pesaing.


Jika suatu produk atau jasa itu mempunyai merek, maka produk atau jasa
tersebut akan dengan mudah dibedakan dengan pesaing. Adanya merek yang
kuat maka akan menciptakan loyalitas konsumen yang tinggi. Pemasar perlu
memperhatikan bagaimana strategi komunikasi yang tepat untuk dapat
membangun mereknya di mata konsumen. Terdapat tiga tujuan dari
komunikasi pemasaran yaitu untuk menginformasikan, membujuk (persuasif),
dan mengingatkan konsumen.

Salah satu dari bauran komunikasi pemasaran adalah periklanan. Saat


ini perkembangan periklanan semakin pesat dengan melalui berbagai macam
media seperti televisi, radio, media cetak bahkan melalui dunia maya. Iklan
merupakan salah satu alat promosi yang dipilih oleh pemasar. Iklan memang
dimaksudkan untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
konsumen. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka iklan harus dikemas
dengan baik agar konsumen memberikan respons seperti yang diharapkan.

Merek juga menjadi alat komunikasi antara perusahaan dengan


konsumennya. Melalui merek maka konsumen mengungkapkan kesadarannya,
identitasnya, dan pilihannya. Merek kemudian muncul sebagai objek budaya
dan ideologi konsumennya. Keterikatan konsumen dengan merek tidak selalu
lagi dalam perspektif manajerial (ekonomi) semata tetapi juga melibatkan
aspek emosional. Hal yang harus diperhatikan para pemasar adalah bagaimana
mengkomunikasikan merek ini melalui strategi komunikasi pemasaran yang
tepat. Untuk melindungi merek, maka perlu kesadaran dari pihak pemasar
maupun konsumen. Pemasar hendaknya tidak membuat barang-barang dengan
merek palsu, sebaliknya juga konsumen juga jangan mau membeli barang-
barang dengan merek palsu.

Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap


suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap
merek sepanjang waktu. Loyalitas merek diekspresikan dalam enam bentuk
kondisi, antara lain: bias (nonrandom), mengandung respons keperilakuan
(behavioral response), lintas waktu (overtime), dilakukan oleh suatu unit
pengambil keputusan, dilakukan dalam konteks keanekaragaman merek, dan
merupakan fungsi proses psikologis. Keenam bentuk kondisi atau kriteria ini
dipandang perlu dan mencukupi untuk melakukan pendefinisian loyalitas
merek (Krussel, 2013).

II.2. Sarana komunikasi bisnis ritel

Menurut Christine Whidya Utami dalam “Strategi Manajemen Ritel”


(2008, p.114 - 118) , sarana dalam komunikasi ritel yaitu :

1) Iklan

Iklan merupakam urutan pertama dan berperan prima diantara semua alat
dalam Promotion mix khususnya bagi peritel besar. Perikalanan biasanya
dipilih untuk diimplementasikan oleh ritel dengan beberapa tujuan, yaitu :

- Memberikan informasi, yaitu memberitahukan adanya produk baru, adanya


program sales Promotion maupun adanya layanan baru, bahkan untuk
memperbaiki kesalahpahaman atau untuk membangun citra perusahaan.

- Membujuk, yaitu untuk membangun rasa suka pelanggan terhadap ritel,


membujuk untuk mengunjungi gerai, membujuk untuk membeli dan
mengkonsumsi produk baru.
- Mengingatkan, yaitu menggugah kesadaran atau ingatan pelanggan tentang
sesuatu yang positif dari ritel.

2) Promosi penjualan

Promosi penjualan adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong


terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan. Secara umum
promosi penjualan dijalankan oleh ritel dengan beberapa tujuan yaitu
mempertahankan minat pelanggan untuk tetap berbelanja pada ritel tersebut.

3) Publikasi

Publikasi adalah komunikasi yang membangun citra positif bagi peritel di


mata publik. Unsur publisitas antara lain konferensi pers, ceramah, media
relations, press release, dan unsur terakhirnya adalah sponsorship, melalui
kegiatan charity dan event tertentu misalnya bazaar, event management.

4) Suasana Toko (Store Atmosphere)

Suasana toko adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur,
layout, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, aroma yang
secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen.

5) Web site

Ritel dapat meningkatkan komunikasi dengan pelanggan melalui keberadaan


web site. Ritel menggunakan web site untuk membangun citra merek dan
menginformasikan berbagai hal kepada pelanggan seperti lokasi toko, event-
event khusus yang dijalankan, ketersediaan barang dagangan.

6) Personal selling

Personal selling adalah upaya penjualan yang dilakukan oleh para karyawan di
gerai ritel kepada calon pembeli.

II.3. Metode berkomunikasi dengan pelanggan


Metode berasal dari bahasa yunani (methodos) yang merupakan
kombinasi dari kata (meta) melalui dan (hodos) jalan, yang dapat diartikan
sebagai rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang
sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Dalam
komunikasi penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
dilakukan dengan berbagai macam cara (metode) yang ditempuh, hal tersebut
tergantung pada tingkatan-tingkatan pengetahuan, pendidikan, sosial, budaya,
dan latar belakang atau cara yang efektif yang dapat digunakan agar pesan
yang akan disampaikan dapat mengenai sasaran.

Customers Relationship Management adalah sebuah konsep tentang


bagaimana berinteraksi perusahaan dengan konsumen, klien, dan prospek
penjualan. Ini melibatkan penggunaan teknologi ataupun dengan media sosial
untuk mengatur, mengotomatisasi, dan sinkronisasi proses bisnis. Customers
Relationship Management(CRM) adalah sebuah strategi yang berfokus pada
penciptaan kepuasan pelanggan dan hubungan jangka panjang dengan
mengintegrasikan beberapa area fungsional perusahaan untuk meraih
keunggulan. Faktor yang mempengaruhi Customers Relationship Management
yaitu ada empat faktor yang mempengaruhi Customer Relationship
Management (CRM), antara lain keuntungan bersama, komitmen, kebenaran
dan komunikasi. Indikator Customers Relationship Management (CRM)
adalah antara lain :

a. Dicapainya efisiensi.

b. Mutu pelayanan.

c. Kepuasan pelanggan.

d. Tersedianya data atau pengetahuan mengenai perilaku pelanggan.

Semakin baik implementasi CRM dalam suatu unit usaha, maka


berdampak positif dalam loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan atau dengan
kata lain loyalitas konsumen lebih banyak dikaitkan dengan perilaku
(behavior) dari pada dengan sikap. Konsumen loyal adalah seseorang yang
melakukan aktivitas membeli atau jasa yang memenuhi kriteria sebagai
berikut: melakukan pembelian ulang secara berkala, membeli produk lain
yang ditawarkan produsen yang sama, merekomendasikan produk atau jasa
tersebut kepada orang lain.

Oleh karena itu aplikasi CRM memungkinkan perusahaan untuk


mendayagunakan informasi dari semua titik kotak dengan pelanggan, apakah
itu via web, call center, atau media sosial maupun lewat staf pemasaran dan
pelayanan di lapangan. Semakin baik program yang digunakan dalam
Customers Relationship Management maka semakin baik pula loyalitas dan
kepuasan pelanggan yang di dapat.

II.4. Merencanakan proses komunikasi ritel

Merencanakan proses komunikasi dalam bisnis ritel merupakan hal


yang sangat penting terlebih dengan semakin banyaknya informasi yang bisa
didapatkan oleh target market ritel maupun gencarnya persaingan dalam bisnis
ritel. Citra yang salah tentang ritel akan sangat memengaruhi respons
pelanggan terhadap sema strategi dan implementasi strategi yang dijalankan
oleh ritel. Untuk itu dibutuhkan komunikasi yang tepat bagi pelanggan dengan
target pasar yang tepat pula. Strategi komunikasi yang efektif akan
membutuhkan perencanaan yang komprehensif dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Langkah pertama: menetapkan tujuan

Tujuan keseluruhan ritel adalah menciptakan laba dan penjualan jangka


pendek maupun laba jangka panjang. Sedangkan tujuan komunikasi adalah
tujuan-tujuan spesifik yang terkait dengan efek bauran komunikasi riel
terhadap proses pembuatan keputusan pelanggan. Agar implementasi dan
evaluasi efektivitas suatu program komunikasi dapat dicapai maka tujuan
harus dinyatakan secara jelas dalam artian kuantitatif. Beberapa hal yang
menjadi pertentangan dan sumber konflik antar tujuan komunikasi dan
pendekatan-pendekatan yang dipakai oleh vendor dan ritel adalah:

• Tujuan jangka panjang dihadapkan dengan tujuan jangka pendek.


• Produk dihadapkan dengan lokasi.
• Cakupan geografis.
• Keluasan barang dagangan yang ditawarkan.

2. Langkah kedua: menetapkan anggaran komunikasi

Ini adalah langkah kedua dalam mengembangkan program komunikasi


ritel. Terdapat beberapa metode dalam menetapkan anggaran komunikasi
yaitu:

 Metode analisis marginal

Metodenya yang secara ekonomis dan tepat adalah metode analisis


marginal. Metode analisis marginal adalah metode yang didasarkan pada
prinsip ekonomi bahwa perusahaan harus meningkatkan pengeluaran
(untuk) komanikasi selama biaya tambahan yang dikeluarkan menciptakan
lebih banyak manfaat berupa penjualan tambahan. Analisis ini sulit
dilakukan jika manajer tak mengetahui hubungan antara beban tau biaya
komunikasi dan penjualan.

 Metode tujuan dan tugas

Pelang Metode yang lain dalam menetapkan anggaran komunikasi adalah


metode tujuan dan tugas. Metode tujuan dan tugas adalah menentukan
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu dalam
mencapai tujuan komunikasi. Langkah-langkah yang harus diambil dalam
metode tujuan dan tugas adalah: 1) menentukan tujuan komunikasi dan
menentukan tugas-tugas yang perlu, serta 2) baya-biaya yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas tersebut.

 Metode biaya historis

Metode ini menggunakan aktivitas komunikasi dan penjualan di masa lalu


untuk menentukan anggaran komunikasi sekarang.

 Metode penganggaran terjangkau


Metode penganggaran terjangkau (affordable) di implementasikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: meramalkan penjualan dan beban biaya,
(tidak termasuk beban biaya komunikasi selama periode penganggaran),
perbedaan antara ramalan penjualan dan beban biaya plus laba yang
dikehendaki dianggarkan untuk bauran komunikasi (menetap kan
anggaran komunikasi dengan menentukan berapa uang yang tersedia
setelah biaya operasional dan laba dianggarkan). Problem dengan metode
penganggaran adalah adanya asumsi-asumsi bahwa beban komunikasi tak
merangsang laba dan penjualan.

 Metode persentase dari penjualan

Metode persentase dari penjualan adalah metode yang menetapkan beban


atau biaya komunikasi sebagai suatu persentase tetap dari ramalan
penjualan. Kendala yang dihadapi dengan metode ini adalah adanya
asumsi terhadap persentase yang sama yang dipakai di masa lampau, atau
dipakai oleh pesaing, dan dinilai mash tepat bagi ritel tersebut. Sedangkan
keunggulan metode persentase dari penjualan dan metode terjangkau
untuk menentukan anggaran komunikasi adalah bahwa ritel tak akan
mengeluarkan biaya melebihi rata-rata (mean-nya).

 Metode kesepadanan kompetitif

Metode kesepadanan kompetitif (competitive parity) merupakan metode


anggaran komunikasi yang ditetapkan sehingga pangsa beban komunikasi
riel itu sama dengan pangsa pasarnya. Metode ini tak memungkinkan ritel
untuk mengeksploitasi peluang unik atau permasalahan yang dijumpainya
dalam suatu pasar.

3. Langkah ketiga: alokasi anggaran promosi

Alokasi anggaran promosi adalah langkah ketiga dalam proses


perencanaan komunikasi. Keputusan alokasi ini lebih penting daripada
keputusan tentang penetaparn jumlah yang dikeluarkan atau dibelanjakan
pada komunikasi. Keputusan ini harus menggunakanprinsip analisis
marginal. Ritel harus mengalokasikan anggaran pada bidang-bidang atau
area yang akan menghasilkan return atau penghasilan terbesar.

4. Langkah keempat: mengimplementasikan dan mengevaluasi program


komunikasi

Mengimplementasikan dan mengevaluasi program komunikasi


adalah tahap final dalam pengembangan suatu program komunikasi ritel.
Banyak peluang promosi penjualan yang diadakan ole ritel dan diprakarsai
oleh vendor. Untuk mengevaluasi promosi dagang, ritel harus
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

 Realisasi margin untuk promosi.


 Biaya persediaan tambahan yang dibawa dan disimpan karena
pembelian lebih daripada jumlah normal.
 Potensi peningkatan penjualan dari barang dagangan yang
dipromosikan.
 Potensi kerugian yang diderita ketika pelanggan beralih pada
barang dagangan yang dipromosikan, dari merek privat yang lebih
menguntungkan.
 Penjualan tambahan yang dibuat untuk pelanggan yang tertarik ke
toko itu oleh promosi.
II.5. Kerja sama komunikasi ritel dengan vendor

Sebuah Manufacture yang besar tidak akan lepas dari hubungan


kerjasama yang baik antara pihak supplier, manufacture, dan distributor.
Supplier akan berperan dalam mengirimkan bahan baku (input) yang
kemudian akan diproses oleh manufacture sehingga menjadi barang yang
memiliki nilai lebih (output), dan dilanjutkan dengan pendistribusian output
kepada end customer (Novita, 2017). Peritel merupakan distributor paling
akhir karena langsung berhadapan dengan konsumen sebagai pemakai akhir.
Peritel membeli produk dari perusahaan manufaktur atau distributor besar dan
menjualnya kembali kepada konsumen. Peritel bekerjasama erat dengan para
pemasok dan distributor.
Pemasok umumnya berasal dari perusahaan manufaktur dan
distributor. Implementasi suatu program iklan akan melibatkan aktivitas
pengembangan pesan, pemilihan media penyampaian pesan, dan penentuan
frekuensi dan maupun sat atau waktu iklan tersebut ditayangkan (timing).
Sebagian besar pesan iklan ritel punya usia singkat dan dirancang untuk
memiliki dampak segera. Ritel memperoleh bantuan dalam pengembangan
kampanye iklan dari vendor dari hubungan kerja sama, agen iklan, dan
perusahaan media. Iklan kooperatif (co-op) adalah suatu program yang
diadakan oleh vendor. Vendor membayar sebagai iklan ritel. Tetapi vendor
menentukan beberapa syarat tau kondisi untuk iklan. Program in sering kali
untuk mendukung usaha vendor untuk menghalangi riel agar tidak mendiskon
produk vendor itu. Beberapa kelemahan program ini adalah :

 Konflik kepentingan antara vendor dan ritle atas iklan itu bisa mengurangi
efektivitas iklan it bagi ritel.
 Iklan yang dikembangkan oleh vendor ini bisa dipakai oleh beberapa ritel
(mencantumkan nama atau alamat mereka), sehingga mengabulkan
perbedaan antara ritel- ritel tersebut.
 Pembatasan yang ditempatkan ole vendor atas iklan dapat mengurangi
efektivitasnya bagi ritel.

Ritel dan vendor bisa juga bekerja sama sebagai mitra dalam program
pemasaran. media iklan menawarkan jasa kepada riel lokal yang bekisar dari
perencanaan program iklan hingga perencanaan iklan. Perusahaan media
melakukan riset pasar atas khalayak mereka dan bisa memberi informasi
tentang pola berbelanja di area lokal itu (Rinaldo, 2012).

II.6. Memilih media paling tepat untuk iklan

Iklan merupakan saluran media massa berbayar yang ditujukan kepada


konsumen dengan menggunakan saluran komunikasi non personal seperti
surat kabar, televisi, radio, direct mail dan internet. atau media lainnya. Iklan
sebagai suatu bentuk dari jenis komunikasi massa cetak, elektronik ataupun
komunikasi langsung yang dibayar dan didesain khusus untuk pelanggan antar
bisnis (business to business). Banyak tujuan komunikasi dan penjualan yang
dapat dicapai oleh periklanan. Tujuan periklanan dapat digolongkan
berdasarkan sasarannya yaitu apakah untuk menginformasikan, membujuk,
atau mengingatkan. Periklanan informatif diadakan secara besar-besaran pada
tahap awal suatu jenis produk, tujuannya adalah untuk membentuk permintaan
pertama. Periklanan persuasif penting untuk dilakukan dalam tahap
persaingan, tujuannya adalah membentuk permintaan selektif atas suatu merek
tertentu. Beberapa periklanan persuasif telah beralih ke jenis periklanan
perbandingan (comparative advertising), yang membuat perbandingan
eksplisit antara atribut-atribut dari dua merek atau lebih merek. Iklan
pengingat sangat penting untuk produk yang sudah mapan. Iklan penguat
(reinforcement advertising) bertujuan untuk meyakinkan pembeli yang sudah
ada (Soliha, 2014). Beberapa media yang menjadi pilihan bagi ritel:

1. Surat kabar
Surat kabar adalah media yang efektif pada penargetan ritel. Surat
kabar juga menawarkan respons cepat dan secara efektif
menyampaikan informasi detail. Namun,usia iklan surat kabar
relatif pendek, sedangkan iklan majalah berusia lebih lama dengan
biaya yang lebih besar

2. Surat langsung

Ritel melayani penggunaan yang dihimpun pada terminal pos


untuk promosi penjualan kepada pelanggan tertentu dengan
memakai surat langsung. ritel menargetkan pelanggan sesuai
dengan kebutuhan konsumen atau sesuai umur. Salah satu ritel
yang aktif melakukan surat langsung adalah makro.

2. Televisi
Iklan yang ditayangkan melalui media televisi dapat ditayangkan di
jaringan nasional atau stasiun lokal. keunggulan iklan televisi
adalah pada mutu reproduksi yang tinggi dan komunikasi melalui
gambar sekaligus suara. Biaya produksi iklan di televisi lumayan
mahal. Berhubung iklan di televisi sangat mahal, maka ritel akan
memilih kejadian seperti menjelang hari raya idul fitri, natal, dan
hari besar lainnya.

4. Radio

Dengan iklan radio, person dapat ditargetkan pada suatu segmen


pasar. Radio pendengar biasanya memberlakukan siaran radio
sebagai latar belakang atau bisa dikatakan didengar oleh target
pemasaran.

5. Internet

Keunggulan memakai iklan di internet untuk berkomunikasi


dengan pelanggan yaitu spanduk iklan dan program terafiliasi
untuk menciptakan kesadaran, web untuk memberi informasi
tentang barang dagangan dan peristiwa tertentu, dan membangun
kesadaran pelanggan bahwa telah menyampaikan informasi kepada
pelanggan

II.7. Menentukan frekuensi dan ketetapan waktu iklan

Iklan yang memiliki cakupan media yang luas dan semakin tinggi
frekuensi tayangan akan memungkinkan penonton semakin sering menerima
informasi iklan dan merasakan impresi iklan tersebut. Seperti iklan televisi
dapat menjangkau khalayak sasaran dengan strategi efek pengulangan positif
yang dimilikinya, dimana pengulangan suatu pesan iklan dapat dengan mudah
diingat, apalagi hampir seluruh keluarga di era modern ini memiliki televisi
sebagai sasaran hiburan.

Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan memungkinkan pemirsa


semakin sering menerima informasi dari iklan tersebut. Akan tetapi suatu
frekuensi penayangan iklan yang tinggi bila tidak didukung dengan waktu
yang tepat akan terasa sia-sia, karena iklan tidak akan menjangkau segmen
pasar yang tepat. Biaya periklanan, karakteristik khalayak dan kesesuaian
pemrograman sangat bervariasi pada jam-jam tertentu di suatu hari, terutama
pada hari libur setiap akhir pekan.
Keputusan dalam memilih media periklanan juga perlu adanya seleksi
dari perusahaan dalam memilih media periklanan mana yang sesuai dengan
konteks atau produk. Dalam memutuskan pemilihan media iklan salah satu
langkahnya yaitu menentukan jangkauan, frekuensi, dan dampak serta
menentukan waktu penayangan yang tepat. (Aloysius Rinaldo, 2012)

Menentukan jangkauan, frekuensi dan dampak Untuk menyeleksi


media, pemasang iklan harus menentukan jangkauan dan frekuensi apa saja
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan iklan.

a) Jangkauan adalah ukuran persentase manusia dalam pasar target


yang tercakup (memperhatikan/melihat/mendengar) kampanye iklan selama
suatu periode waktu yang ditentukan.

b) Frekuensi adalah ukuran berapa banyak orang rata-rata dalam pasar


target terekspos pada pesan.

c) Pemasang iklan juga harus memutuskan dampak media yang


diinginkannya, nilai kualitatif paparan pesan pada medium tertentu. Pada
umumnya, semakin luas jangkauan, semakin tingginya frekuensi, dan semakin
besarnya dampak yang dicari pemasang iklan, semakin tinggi pula anggaran
periklanan yang harus dibuat. Pengiklan juga harus menentukan bagaimana
menjadwal iklan selama rentang waktu setahun. Ada beberapa pola iklan
dalam memasang iklan, antara lain :

a) Berkesinambungan (continous) berarti melakukan penjadwalan yang


merata selama periode.

b) Berdenyut (pulsing) berarti membuat penjadwalan iklan secara tidak


merata di sepanjang suatu periode, ide baiknya adalah mengiklankan besar-
besaran untuk suatu periode waktu yang singkat demi membangun kesadaran
(awareness) yang berlangsung terus sampai periode iklan selanjutnya (Ambar,
2013).
III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Bisnis ritel merupakan penjualan barang secara eceran pada berbagai


tipe gerai seperti kios, pasar, department store, butik dan lain-lain. Bisnis ritel
di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni ritel
tradisional dan ritel modern.

Merek merupakan hal penting untuk membedakan diri dari pesaing.


Jika suatu produk atau jasa itu mempunyai merek, maka produk atau jasa
tersebut akan dengan mudah dibedakan dengan pesaing. Adanya merek yang
kuat maka akan menciptakan loyalitas konsumen yang tinggi. Terdapat tiga
tujuan dari komunikasi pemasaran yaitu untuk menginformasikan, membujuk
(persuasif), dan mengingatkan konsumen. Merencanakan proses komunikasi
dalam bisnis ritel merupakan hal yang sangat penting terlebih dengan semakin
banyaknya informasi yang bisa didapatkan oleh target market ritel maupun
gencarnya persaingan dalam bisnis ritel. Citra yang salah tentang ritel akan
sangat memengaruhi respons pelanggan terhadap sema strategi dan
implementasi strategi yang dijalankan oleh ritel. Untuk itu dibutuhkan
komunikasi yang tepat bagi pelanggan dengan target pasar yang tepat pula.

Customers Relationship Management(CRM) adalah sebuah strategi


yang berfokus pada penciptaan kepuasan pelanggan dan hubungan jangka
panjang dengan mengintegrasikan beberapa area fungsional perusahaan untuk
meraih keunggulan. Semakin baik program yang digunakan dalam Customers
Relationship Management maka semakin baik pula loyalitas dan kepuasan
pelanggan yang di dapat.

DAFTAR PUSTAKA
Aloysius Rinaldo, S. (2012). STUDI OBSERVASI KONTEN IKLAN
BERDASARKAN DURASI DAN JAM TAYANG PRIME TIME. In
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ambar, L. (2013). IKLAN YANG EFEKTIF SEBAGAI STRATEGI


KOMUNIKASI PEMASARAN Ambar Lukitaningsih Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Dan
Kewirausahaan, 13(2), 116–129.
https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Ekonomi/article/view/670

Dewi Suci, R. (2017). Analisis Iklan Hijab Zoya Versi Laudya Chyntia Bella Di
Televisi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Kembara, S., Suharyono, & Wilopo. (2013). PENGARUH RETAIL


COMMUNICATION MIX TERHADAP BRAND AWARENES. Jurnal
Administrasi Bisnis, 1(1), 151–160.

Krussell, J. G. H., & Paramita, E. L. (2016). Komunikasi Pemasaran Terpadu Dan


Ekuitas Merek Alfamart. Benefit: Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 27.
https://doi.org/10.23917/benefit.v1i1.2363Noor, M. H. (2020). Metode
Komunikasi Media Sosial Dalam Meningkatkan Customers Relationship
Management Di Plasa Telkom Digital Banjarmasin. Repository UNISKA,
1–8. http://eprints.uniska-bjm.ac.id/3579/

Soliha, E. (2014). Membangun Merek melalui Strategi Komunikasi Pemasaran.


Marketing Communication, 1–13. www.unisbank.ac.id

Anda mungkin juga menyukai