Anda di halaman 1dari 70

http://jurnal.utu.ac.

id/ekombis/article/view/2882/1805

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran sektor industri di Indonesia sangat berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat. Selain membantu dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi juga menambah luas lapangan usaha dan kesempatan kerja.

Pengembangan dan pembaharuan pada sektor tersebut sangat membantu dalam

memerangi tingkat kemiskinan dan pengangguran yang berdampak di Indonesia.

Industri dapat diartikan0sebagai0suatu0aktivitas0dalam0lingkup ekonomi

yang mampu menghasilkan produk berupa0barang0atau0jasa serta mampu

menggerakkan roda perekonomian0dalam masyarakat. Di0Indonesia banyak

berkembang beberapa industri dan tergolong masuk ke dalam industri besar,

sedang, kecil dan rumah tangga. Industri besar yang menampung banyak pekerja

dan berdaya saing tinggi serta memiliki tingkat investasi yang memadai dari

berbagai pihak. Industri kecil menjadi wadah usaha bagi masyarakat dan juga

menduduki peran strategis dalam pembangunan ekonomi berskala mikro.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) perusahaan atau usaha industri

adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dan

bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

tertentu dan mempunyai catatan administrasi yang berkaitan dengan produksi dan

struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha

tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri terbagi dalam 4 (empat)

1
2

golongan. Pertama, industri besar yang mempunyai sekitar >100 tenaga kerja.

Kedua, industri sedang yang mempunyai 20-99 tenaga kerja. Ketiga, industri kecil
3

yang mempunyai 5-19 tenaga kerja. Keempat, industri rumah tangga yang

mempunyai 1-4 tenaga kerja. Disamping itu juga perbedaan yang signifikan

terdapat pada omzet tahunan, kekayaan aset, pembinaan usaha serta pajak yang

dikenakan.

Pengembangan sektor industri tidak terlepas dari peran dan usaha

pemerintah yang dalam hal ini lebih menekankan pada sektor industri kecil

masyarakat dengan melakukan pembinaan dan mendukung penuh terhadap

pelaku-pelaku usaha mandiri. Melalui ini juga diharapkan mampu memajukan dan

membangun kehidupan masyarakat dan bangkit dari keterpurukan kemiskinan

atau keterbatasan kebutuhan ekonomi yang dimiliki. Pilihan dalam menjalankan

suatu industri juga merupakan suatu langkah kongkrit guna melahirkan solusi

yang tepat oleh masyarakat dalam berkreatifitas dan menciptakan nilai produksi

dengan model-model atau barang yang bernuansa seni, unik, eksotis, motif dan

kreasi, baik berupa makanan ataupun benda (Sukirno, 2011). Sektor industri di

masyarakat lebih dikenal dengan sebutan UMKM (Usaha Mikro dan Kecil

Menengah) dan IKM (Industri Kecil Menengah).

UMKM merupakan representatif dari kegiatan kemandirian ekonomi

rakyat. Saat ini, UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah

maupun pendapatan Negara Indonesia. Sumber penting dalam penciptaan

lapangan kerja dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi masyarakat di

pedesaan. Disamping itu peran UMKM semakin penting yaitu sebagai salah satu

sumber devisa ekspor non-migas Indonesia (Tambunan, 2002).

Menurut data Dinas Koperasi, UMKM & Tenaga Kerja Kota Palu UMKM

Tahun 2019 tersebar di 8 kecamatan yang terdiri dari 47 kelurahan di Kota Palu.
4

Jumlah UMKM di Kota Palu sebanyak 5.568. Jumlah sebaran UMKM paling

banyak terdapat di Kecamatan Palu Barat sebanyak 1374 dan sebaran UMKM

paling sedikit terdapat di Kecamatan Palu Timur sebanyak 242. Industri Kecil dan

Menengah (IKM) juga tidak ketinggalan eksis di kalangan masyarakat. Merujuk

pada data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (UPT Metrologi) Kota Palu

bahwa dari beberapa kerajinan yang di pilih masyarakat, cabang industri kerajinan

YTDL (yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain) memiliki peminat paling

tinggi.

Berangkat dari uraian di atas terkait UMKM dan IKM, jika kita lebih

masuk kedalam dunia industri akan kita temukan pelaku usaha kreatif yang

memilih membangun usaha sendiri dengan peralatan seadanya dengan tingkat

kreatifitas yang lebih maksimal dilakukan di rumah sendiri yang biasa disebut

dengan industri rumah tangga atau home industry.

Seiring berjalannya waktu serta selalu menyesuaikan dengan zaman,

secara dinamis para pelaku usaha senantiasa mengeluarkan ide-ide kreatif dan

melakukan pembaharuan serta inovasi terhadap produk yang ditawarkan. Olehnya

para pelaku usaha mampu menopang kehidupan ekonomi mereka sendiri. Industri

usaha rumah tangga atau home industry terus mengeluarkan produk yang

memunculkan tren baru sebagai pemenuhan permintaan pasar dikalangan

masyarakat umum, terkusus golongan remaja milenial seperti saat ini.

Konsep home industry juga termasuk peluang bisnis mandiri serta sebagai

satu badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum. Home industry lebih

menjerumus kepada industri rumahan yang mengangkat tema seputar olahan

rumah tangga yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.


5

Berbagai macam home industry yang mulai merajai pasar online atupun

offline dalam kurun waktu belakangan ini menghasilkan olahan rumah tangga

dalam bentuk makanan, barang bahkan jasa. Semisal produk yang ditawarkan

berupa makanan mencakup olahan makanan ringan dan makanan berat lauk

pendamping nasi dan jajanan sejenisnya. Jasa yang ditawarkan dalam usaha home

industry berupa jasa pelayanan cuci kendaraan, cuci pakaian (laundry), jasa

penulisan, jasa pengeditan brosur/video serta masih banyak jasa yang berkembang

yang dibangun mandiri oleh pelaku usaha perorangan atau kelompok. Penawaran

produk barang pada tingkat home industry juga sangat menarik perhatian. Dari

barang rumah tangga, kantor, sekolah serta barang yang diperlukan sebagai

pemenuhan selera dan permintaan pasar pada suatu peristiwa yang memberikan

kesan tertentu. Apresiasi terhadap hal tersebut dianggap penting untuk sebagian

orang, sehingga membuat pelaku usaha atau orang-orang yang mempunyai jiwa

kreatif dan memiliki jiwa entrepreneurship tersebut dapat membuka usaha

kerajinan yang bernilai tinggi serta dapat memenuhi permintaan pasar.

Industri rumah tangga atau lebih spesifik kepada home industry ini mampu

memberikan satu kepuasan pada konsumen yang menginginkan satu momen

berharga tersebut dapat dikenang dengan indah dan mempunyai nilai estetik di

dalamnya. Apresiasi tersebut berupa kerajinan tangan yang dibentuk sedemikian

rupa menjadi satu produk yang bernilai jual yang dapat memenuhi keinginan

konsumen. Dalam beberapa tahun terakhir momen berharga seperti ulang tahun,

perayaan hari penting serta yang paling mencolok adalah momen dikalangan

mahasiswa perguruan tinggi pada saat mahasiswa tersebut berhasil melakukan

ujian (seminar proposal/seminar hasil/skripsi) dengan sukses dan lancar.


6

Penulis melihat bahwa semakin maraknya perayaan pada momen tersebut

juga memunculkan satu kesempatan pasar dan mempunyai satu aktivitas produksi

yang menguntungkan. Penjualan produk tersebut semakin memperlihatkan

nilainya dengan munculnya berbagai macam bentuk, warna dan kemasan. Produk

buket bunga artifisial (palsu atau tidak alami) pada industri rumah tangga atau

home industry ini dapat memberi kepuasan terhadap konsumen untuk diberikan

kepada seseorang terkasih. Dalam aktivitas produksi yang dilakukan dengan

buatan tangan (home industry) tersebut menjadikan satu peluang usaha dan

menjadi satu diantara sumber pendapatan. Usaha buket bunga artifisial yang

tersebar di wilayah Kota Palu menyediakan jenis dan cara penyajian yang

beragam serta memiliki nilai jual yang fleksibel tergantung ukuran, bahan, proses

dan tingkat kesulitan dari pembuatan buket tersebut.

Berdasar pada sosial media (instagram) menyajikan data dimana terdapat

40 usaha buket bunga yang tersebar di Kota Palu namun data tersebut nantinya

akan diolah berdasarkan fokus produk yang hendak diteliti. Buket bunga artifisial

sendiri merupakan produk kerajinan hasil rangkaian tangan dari barang setengah

jadi menjadi barang jadi yang siap diperjual belikan. Usaha tersebut menciptakan

peluang bisnis yang menjanjikan jika ditekuni dengan baik. Perbandingan usaha

buket bunga di Kota Palu masih tergolong baru dan jauh dibawah dibanding usaha

buket bunga artifisial yang tersebar di kota besar lainnya di Indonesia. Produksi

buket bunga yang masih minim dan persaingan pasar yang kuat mengikuti tren

zaman membuat para pemilik home industry tersebut memutar otak untuk

menanggulangi faktor pemicu penghambat perkembangan usaha mereka dengan

selalu membuat inovasi karya yang terbaru serta meningkatkan faktor pendukung
7

mereka dengan penjualan yang kreatif dengan memuat konten-konten menarik di

bagian pemasarannya.

Usaha buket bunga artifisial terkesan sederhana namun cukup menguras

tenaga untuk dijalankan, dari penyesuaian mode terkini lahirlah banyak varian

model buket bunga terbaru yang membuat para pelaku usaha tersebut harus

memikirkan cara meredam persaingan dan menarik konsumen sebanyak-

banyaknya. Pemilik usaha buket bunga ini harus mengetahui benar perencanaan

pendanaan yang dikeluarkan untuk memproduksi satu karya hasil kreatifitas

tersebut menjadi barang bernilai dan mampu menghasilkan keuntungan dengan

meningkatkan faktor-faktor pendukung perkembangan usaha mereka serta

meminimkan resiko kerugian dalam faktor penghambat perkembangan usaha

tersebut dengan baik. Olehnya penulis terdorong untuk melakukan penelitian pada

fokus masalah yang telah dijabarkan sebelumnya dengan mengangkat judul

penelitian “Analisis Pendapatan Home Industry Buket Bunga di Kota Palu”.

Melalui judul penelitian tersebut penulis berharap mampu mengetahui dan

menganalisis kinerja dari usaha tersebut dengan pertimbangan fokus pada

produksi, penerimaan dan pendapatan serta mengetahui faktor-faktor yang

menjadi penunjang keberhasilan dan penghambat pada home industry tersebut.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa besar biaya produksi, penerimaan dan pendapatan pada home

industry buket bunga di Kota Palu?


8

2. Faktor-faktor apa yang mendukung perkembangan home industry buket

bunga di Kota Palu?

3. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat perkembangan home industry

buket bunga di Kota Palu?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak di capai ialah:

1. Mengetahui dan menganalisis besarnya biaya produksi, penerimaan dan

pendapatan home industry buket bunga di Kota Palu.

2. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor pendukung perkembangan

home industry buket bunga di Kota Palu.

3. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penghambat perkembangan

home industry buket bunga di Kota Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka hasil

penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi pembaca sebagai satu diantara sumber ilmu pengetahuan di bidang

industri serta referensi bagi peneliti lain terkhusus home industry atau

industri rumah tangga, selain itu sebagai bahan perbandingan antara teori

yang telah didapat saat perkuliahan dengan realitas yang ada.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsi pemikiran bagi

pengusaha yang bergerak dalam bidang industri, terkhusus industri rumah

tangga atau home industry serta mengenalkan produk buket bunga bagi

khalayak umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau acuan berupa teori-teori dan temuan-temuan para

peneliti terdahulu sangat penting bagi peneliti untuk digunakan sebagai bahan

pertimbangan, data pendukung, gambaran penjelasan serta pembelajaran pada

penelitian kali ini. Beberapa penelitian yang terkait dengan bahasan pada

penelitian ini telah dirangkum dan diuraikan sebagai berikut.

Januarwati (2014) dalam penelitiannya tentang analisis strategi bisnis

usaha mikro kecil menengah Toko Bunga “Cindy” di Jl. Kayoon Utara No. 12

Gentengkali-Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis strategi bisnis yang digunakan oleh Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) Toko Bunga “Cindy” yang berlokasi di Jl. Kayoon Utara No.12,

Kecamatan Gentengkali-Surabaya dalam mengembangkan usahanya yang

meliputi pemasaran, produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan

keuangan. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif

deskriptif guna menggambarkan realita sosial yang kompleks dengan menerapkan

konsep-konsep teori yang ada serta menggunakan teknik pengambilan data secara

purposive sampling menggunakan data primer hasil wawancara mendalam (in-

depth interview). Setelah melakukan penelitian menggunakan teknik analisis

SWOT, penelitian ini menunjukkan bahwa hasil strategi bisnis Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang diamati memberi kesimpulan dalam 4 strategi dalam

merintis usahanya. Strategi produksi penjualan produk yang siap jual dan

9
10

berdasarkan pesanan, strategi keuangan yang memiliki modal berdasarkan

tabungan pribadi sebanyak Rp.5.000.000,- dengan keuntungan per bulan sekitar

Rp.45.000.000,- namun belum memiliki pencatatan yang teratur, strategi

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang memiliki 10 (sepuluh) orang

karyawan terdiri dari 7 (tujuh) laki-laki dan 3 (tiga) perempuan dengan upah

Rp.75.000,-/hari, strategi pemasaran yang hanya bermodalkan konsumen datang

langsung ke toko dengan pemilihan tempat yang strategis namun tidak

mempunyai saluran distribusi, selain itu strategi pemasaran Toko Bunga “Cindy”

mengutamakan kualitas produk dan model rangkaian yang bervariasi.

Widyaningsih (2014) dalam penelitiannya tentang analisis usaha rangkaian

bunga (studi kasus pada Florist Kalisari Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis biaya, penerimaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan di Florist Kalisari Semarang. Penelitian ini memilih metode analisis

data deskriptif dengan teknik analisis regresi berganda serta menggunakan metode

pengambian sampel data dengan teknik pengambilan sampel secara acak

(purposive sampling) dan mengumpulkan datanya dengan cara observasi dan

wawancara langsung ke 31 sampel pengusaha rangkaian bunga di Kalisari Kota

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penerimaan

usaha rangkaian bunga sebesar Rp.24.720.000,- dengan jumlah rata-rata total

biaya sebesar Rp.21.112.140,-/bulan Februari. Dari rata-rata biaya tersebut

diperoleh penerimaan bersih sebesar Rp.3.607.860,- pada kios dengan luas rata-

rata 32,20 m2. Dari penggunaan faktor produksi tersebut diperoleh rata-rata

produksi rangkaian bunga sebanyak 181 unit. Penggunaan bunga dan persediaan

bunga yang paling banyak adalah bunga Mawar, kemudian Krisan, sedangkan
11

untuk daun yang banyak adalah leather leaf dan daun mangkokan. Hasil analisis

regresi menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel, biaya penyusutan alat dan

investasi berpengaruh nyata positif terhadap penerimaan bersih usaha rangkaian

bunga sedangkan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata negatif.

Tololiu (2016) dalam penelitiannya terkait analisis nilai tambah bunga

potong krisan pada Ningsih Florist di Kota Tomohon. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis nilai tambah bunga potong krisan pada Ningsih Florist di

Kota Tomohon. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini secara

deskriptif kuantitatif dengan sumber data primer hasil observasi dan wawancara

serta data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan usaha

Ningsih Florist setiap bulannya rata-rata menghabiskan ±5.148 tangkai bunga

krisan dengan penerimaan mencapai Rp.66.040.000,-. Usaha rangkaian bunga

krisan pada Ningsih Florist secara keseluruhan dapat memperoleh keuntungan

dan layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah, dalam

satu kali produksi pada bulan April 2015 diperoleh nilai tambah bruto sebesar

Rp.16.729.984,- nilai tambah netto Rp.16.683.734,- nilai tambah per bahan baku

Rp.3.249,-/tgk. Sementara nilai tambah yang dimiliki setiap item rangkaian bunga

yaitu bunga korsase memiliki nilai tambah Rp.4.424/item, bunga tangan

Rp.212.249/item, bunga meja Rp.914/item, bunga krans Rp.8.615/item, dan bunga

papan Rp.115.140/item.

Tipaka (2017) dalam penelitiannya tentang analisis pengendalian

persediaan bahan baku bunga krans pada usaha bunga plastik dengan

menggunakan metode economic order quantity dan metode economic production

quantity. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah pemesanan ekonomis


12

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan produksi optimal

menggunakan metode Economic Produciton Quantity (EPQ) serta menentukan

total persediaan minimum menurut EOQ dan EPQ. Metode analisis yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan

sumber memilih sumber data primer sebagai fokus utama pada penelitian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemesanan ekonomis menurut metode EOQ untuk

masing-masing jenis bunga K5, K6 dan K10 yaitu 205,88 lusin, 220,09 lusin dan

266,96 lusin dengan biaya optimal semua jenis bunga sebesar Rp.125.476.400,-.

Sedangkan produksi optimal menurut metode EPQ untuk jenis bunga K5, K6 dan

K10 masing-masing sebesar 206,16 lusin, 220,4 lusin dan 267,32 lusin dengan

biaya optimal untuk semua jenis bunga sebesar Rp.125.336.630,-.

Lismayeni (2020) dalam penelitiannya terkait analisis peluang dan prospek

pengembangan usaha Handbouquetflow di Desa Meunasah Papeun Kecamatan

Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peluang usaha yang dapat diraih usaha handbouquetflow di Desa

Meunasah Papeun, serta kekuatan usaha, tantangan dan ancaman yang dihadapi

dalam prospek pengembangan usaha handbouquetflow di Desa Meunasah Papeun

Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Metode analisis yang

digunakan adalah analisis secara deskriptif menggunakan analisis SWOT dan

untuk menganalisis prospek pengembangan bisnis tersebut menggunakan analisis

tren linier periodik. Data penelitian menggunakan data primer hasil observasi dan

wawancara kepada pemilik dan konsumen usaha handbouquetflow langsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang dan kekuatan handbouquetflow di

Desa Meunasah Papeun ditentukan oleh kebutuhan, pertumbuhan penduduk dan


13

peningkatan pendapatan masyarakat, penjualan praktis dengan pemasaran online,

peningkatan permintaan dan harga yang terjangkau. Sedangkan kelemahan dan

ancaman yang dihadapi usaha ini adalah kurangnya pemasaran jaringan seperti

promosi, keterbatasan dana, meningkatnya persaingan usaha sejenis, dll.

Sementara itu, prospek pengembangan usaha handbouquetflow di Desa Meunasah

Papeun Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar yang terus

meningkat dari hasil perhitungan trend linier periodik yang menjelaskan dalam

lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan penjualan produk pada usaha ini.
Tabel 2.1
Matriks Review Penelitian Terdahulu Yang Terkait Fokus Penelitian
Metode
No Nama Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
Analisis
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Januarwati, Rita, Analisis Strategi Analisis Penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil strategi bisnis Usaha Mikro
Poernomo (2014) Bisnis Usaha Mikro Kualitatif Kecil Menengah (UMKM) yang diamati memberi kesimpulan dalam 4
Kecil Menengah Toko Deskriptif strategi dalam merintis usahanya. Strategi produksi penjualan produk yang
Bunga “Cindy” Di Jl. siap jual dan berdasarkan pesanan, strategi keuangan yang memiliki modal
Kayoon Utara No. 12 berdasarkan tabungan pribadi sebanyak Rp. 5.000.000,- dengan keuntungan
Gentengkali-Surabaya per bulan sekitar Rp. 45.000.000,- namun belum memiliki pencatatan yang
teratur, strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang memiliki
10 (sepuluh) orang karyawan terdiri dari 7 (tujuh) laki-laki dan 3 (tiga)
perempuan dengan upah Rp.75.000/hari, strategi pemasaran yang hanya
bermodalkan konsumen datang langsung ke toko dengan pemilihan tempat
yang strategis namun tidak mempunyai saluran distribusi, selain itu strategi
pemasaran Toko Bunga “Cindy” mengutamakan kualitas produk dan model
rangkaian yang bervariasi.

2 Widyaningsih, Analisis Usaha Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penerimaan usaha
dkk (2014) Rangkaian Bunga Deskriptif rangkaian bunga sebesar Rp.24.720.000,- dan jumlah rata-rata total biaya
(Studi Kasus Pada sebesar Rp.21.112.140,-/bulan Februari. Penerimaan bersih sebesar
Florist Kalisari Rp.3.607.860,- pada kios dengan luas rata-rata 32,20 m2. Dari penggunaan
Semarang) faktor produksi tersebut diperoleh rata-rata produksi rangkaian bunga
sebanyak 181 unit. Penggunaan bunga dan persediaan bunga yang paling
banyak adalah bunga Mawar, kemudian Krisan, sedangkan untuk daun yang
banyak adalah leather leaf, dan daun mangkokan. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel, biaya penyusutan alat dan
investasi berpengaruh nyata positif terhadap penerimaan bersih usaha
rangkaian bunga sedangkan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata negatif.

14
(1) (2) (3) (4) (5)
3 Tololiu, dkk Analisis Nilai Tambah Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan usaha Ningsih Florist
(2016) Bunga Potong Krisan Deskriptif setiap bulannya rata-rata menghabiskan ±5.148 tangkai bunga krisan dengan
Pada Ningsih Florist Kuantitatif penerimaan mencapai Rp.66.040.000,-. Usaha rangkaian bunga krisan pada
Di Kota Tomohon Ningsih Florist secara keseluruhan dapat memperoleh keuntungan dan layak
untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis nilai tambah, dalam satu
kali produksi pada bulan April 2015 diperoleh nilai tambah bruto sebesar
Rp.16.729.984,- nilai tambah netto Rp.16.683.734,- nilai tambah per bahan
baku Rp.3.249,-/tgk. Sementara nilai tambah yang dimiliki setiap item
rangkaian bunga yaitu bunga korsase memiliki nilai tambah Rp.4.424/item,
bunga tangan Rp.212.249/item, bunga meja Rp.914/item, bunga krans
Rp.8.615/item, dan bunga papan Rp.115.140/item.

4 Tipaka, dkk Analisis Pengendalian Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemesanan ekonomis menurut metode
(2017) Persediaan Bahan Deskriptif EOQ untuk masing-masing jenis bunga K5, K6 dan K10 yaitu 205,88 lusin,
Baku Bunga Krans Kuantitatif 220,09 lusin dan 266,96 lusin dengan biaya optimal semua jenis bunga
Pada Usaha Bunga sebesar Rp.125.476.400,-. Sedangkan produksi optimal menurut metode
Plastik Dengan EPQ untuk jenis bunga K5, K6 dan K10 masing-masing sebesar 206,16
Menggunakan Metode lusin, 220,4 lusin dan 267,32 lusin dengan biaya optimal untuk semua jenis
Economic Order bunga sebesar Rp.125.336.630,-.
Quantity Dan Metode
Economic Production
Quantity

15
(1) (2) (3) (4) (5)
5 Lismayeni, dkk Analisis Peluang Dan Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang dan kekuatan
(2020) Prospek Deskriptif Handbouquetflow di Desa Meunasah Papeun ditentukan oleh kebutuhan,
Pengembangan Usaha pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, penjualan
Handbouquetflow Di praktis dengan pemasaran online, peningkatan permintaan dan harga yang
Desa Meunasah terjangkau. Sedangkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi usaha ini
Papeun Kecamatan adalah kurangnya pemasaran jaringan seperti promosi, keterbatasan dana,
Krueng Barona Jaya meningkatnya persaingan usaha sejenis, dll. Sementara itu, prospek
Kabupaten Aceh Besar pengembangan usaha Handbouquetflow di Desa Meunasah Papeun
Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar yang terus
meningkat dari hasil perhitungan trend linier eriodic yang menjelaskan
dalam lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan penjualan produk pada
usaha ini.
Sumber: Januarwati, Rita, Poernomo (2014); Widyaningsih, dkk (2014); Tololiu, dkk (2016); Tipaka, dkk (2017); Lismayeni, dkk
(2020).

16
17

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Industri

Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari terkait kegiatan

produksi, distribusi menuju konsumen dalam transaksi diantara banyak orang.

Dapat pula dikatakan ekonomi sebagai bidang kajian dalam menaikkan taraf

kesejahteraan hidup masyarakat dalam proses kegiatan transaksi dan dalam bentuk

pengolahan barang sehingga dapat bernilai dan menjadikannya sumber

pendapatan.

Menurut Wikipedia ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku

manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi

adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas

dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Menjadi tugas sebagian

masyarakat agar mampu menyajikan satu bentuk pemuas kebutuhan bagi

masyarakat lainnya dengan mengolah sumber daya alam menjadi bahan konsumsi

atau bahan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Bidang ekonomi melebar menjadi

beberapa cabang sektor dalam memenuhi kebutuhan manusia lainnya, satu

diantaranya ialah cabang sektor industri.

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian

bahwa industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

baku dan memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang

yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri merupakan cabang kegiatan

ekonomi, sebuah perusahaan atau badan usaha sejenisnya dimana tempat

seseorang bekerja. Disamping itu industri juga dikenal sebagai kegiatan ekonomi
18

yang melakukan kegiatan mengubah bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang

jadi ataupun setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi

barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi dengan mesin

ataupun dengan tangan.

Menurut Sukirno (2006) industri merupakan suatu unit kesatuan produk

yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakkan kegiatan untuk

mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang

(produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir).

Menurut Kartasapoetra (1987) bahwa industri merupakan kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi

atau barang jadi menjadi barang yang bernilai tinggi, selaras dengan hal tersebut

industri diyakini sebagai proses kegiatan yang mengolah barang dengan

menggunakan sarana dan peralatan semisal mesin. Proses tersebut diperuntukkan

guna menambah nilai barang yang diolah dari bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi menjadi barang jadi yang siap dikonsumsi oleh masyarakat.

Menurut Lendo (2014) bahwa industri dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa macam. Seperti industri yang berdasarkan bahan baku yang terdiri dari

industri ekstraktif, industri nonekstraktif dan industri fisilitatif. Kemudian industri

yang berdasarkan tenaga kerja yaitu industri rumah tangga, industri kecil, industri

sedang dan industri besar. Merujuk pada pendapat para ahli tersebut penelitian ini

memilih untuk membicarakan secara detail pada industri yang berdasarkan tenaga

kerja. Industri kecil terkhusus industri rumahan (home industry) dalam bentuk

kerajinan tangan.
19

2.2.2 Home Industry

Home industry merupakan usaha produksi barang oleh perusahaan kecil

sebab jenis kegiatan ekonomi tersebut dipusatkan di rumah. Home industry

(industri rumahan) atau industri rumah tangga adalah suatu unit usaha yang tidak

berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang

anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja sebanyak empat orang atau

kurang, dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah

jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya dengan

tujuan untuk dijual atau ditukar dengan barang lain dan ada satu orang anggota

keluarga yang menanggung resiko (Suratiyah, 1991).

Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008) ada beberapa hal yang mampu

memberikan kesenangan disamping profit dalam menjalankan bisnis rumahan,

diantaranya ialah memiliki banyak waktu luang bersama keluarga yang mampu

menjadi partner diskusi terkait bisnis yang direncanakan, membutuhkan modal

yang relatif kecil serta efektivitas dalam bekerja dapat ditentukan sendiri, dapat

dikatakan pekerjaan yang dilakukan dapat dikerjakan kapan saja sesuai waktu

yang ditentukan. Menjalani bisnis rumahan juga bisa diartikan sebagai proses

menanam aset kepada keluarga, jika bisnis tersebut berhasil dan terus

menumbuhkan inovasi-inovasi terbarukan dan menyesuaikan zaman tentu mampu

menopang segala kebutuhan primer dan sekunder bagi diri sendiri dan keluarga.

Memulai bisnis rumahan juga mampu menjadi ladang pelajaran hidup bagi

pemilik usaha sebab tidak menutup kemungkinan keadaan akan memaksa

pemimpin dalam bisnis tersebut harus mampu menjadi orang yang dewasa,

kreatif, bertanggung jawab dan berani mengambil keputusan dan melawan


20

tantangan zaman. Diperlukan keahlian khusus dan kreatifitas tidak terbatas untuk

membuka usaha yang dapat dikerjakan di rumah.

Beberapa fungsi home industry menurut Suryana (2006) adalah guna

memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha,

meningkatkan efisiensi ekonomi dalam penyerapan sumber daya yang ada serta

sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional dan alat pemerataan

pendapatan karena jumlahnya tersebar di perkotaan maupun pedesaan.

Kebermanfaatan adanya home industry juga mampu memberikan lapangan

pekerjaan, tambahan pendapatan serta mampu memproduksi barang-barang

keperluan penduduk setempat daerah sekitarnya secara efisien dan murah

dibanding industri besar.

2.2.3 Buket Bunga

Rangkaian bunga atau kerap dikenal dengan sebutan buket bunga ialah

kumpulan dari beberapa jenis bunga dan dedaunan yang disusun dalam bentuk

yang kreatif. Keberadaannya diperlukan pada saat perayaan tertentu yang mampu

menjadi simbol atas kesan yang diberikan kepada pemberi buket bunga.

Menurut Wikipedia buket bunga adalah kumpulan bunga dalam susunan

kreatif. Karangan bunga dapat diatur untuk dekorasi rumah atau bangunan umum,

atau dapat digenggam. Karangan bunga sering diberikan untuk acara-acara khusus

seperti ulang tahun, peringatan, pemakaman ataupun pernikahan. Rangkaian

bunga telah dikenal jauh pada masa periode klasik dengan banyak ditandai dengan

peninggalan nenek moyang kita yang mengagumi keindahan bunga, dijadikan

sebagai dekorasi ataupun mengolahnya menjadi wewangian. Pada periode Mesir

Tahun 2800–28 SM mereka menggunakan karangan bunga sebagai persembahan


21

terakhir untuk menghormati keluarga sanak saudara yang telah meninggal dunia.

Pada periode Yunani Tahun 600-46 SM mereka menggunakan karangan bunga

sebagai penghargaan dan penghormatan untuk atlet, penyair, pemimpin, tentara

dan pahlawan.

Menurut Wikipedia bahwa praktik kuno masih bertahan hingga saat ini,

misalnya Ikebana yaitu seni merangkai bunga dari Jepang dan ditemukannya buku

tertua tentang merangkai bunga berbahasa Jepang sejak Tahun 1445. Merangkai

bunga dikenal sebagai bentuk seni yang dibawa ke Jepang oleh para biksu

Buddha, yang mempelajarinya selama di Tiongkok. Di Tiongkok kuno kegiatan

merangkai bunga berkembang menjadi bentuk seni yang sangat halus,

berdasarkan prinsip bahwa hidup itu suci, termasuk kehidupan tumbuhan, olehnya

bunga adalah persembahan ritual tradisional di kalangan umat Buddha.

Rangkaian bunga tersebut dikenal dengan sebutan floral design, yaitu seni

yang menggunakan material floral seperti bunga, daun, batang, ranting hingga

akar untuk menciptakan komposisi yang indah dan seimbang dengan pengaturan

yang dirancang dengan menggabungkan beberapa unsur seperti garis, bentuk,

warna dan terus memperhatikan proporsi dari setiap karya yang dibuat. Floral

design memiliki beberapa style contohnya seperti american style, jerman style,

europe style, ikebana style, dan lain-lain yang masing-masing memiliki ciri

khususnya. Selain rangkaian bunga, floral designer juga membuat flower to wear

yaitu seperti corsage, boutonnieres, flowers crown, bouquet, dll.

Industri rumah tangga terkhusus usaha buket bunga di Kota Palu mulai

banyak beroperaso. Produk yang ditawarkan beragam dengan berbagai inovasi

setelahya membuat persaingan pasar dikalangan wirausahaan ini semakin ketat.


22

Home industry buket bunga tidak hanya menjamur di Kota Palu saja, namun

diberbagai kota di Indonesia. Pemasaran yang dilakukan secara daring membuat

produk buket bunga ini semakin dikenal banyak orang.

2.2.4 Teori Biaya Produksi

Biaya merupakan proses pengorbanan sumber daya dalam menjalankan

sebuah bisnis. Biaya produksi dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran yang

dilakukan perusahaan untuk memenuhi faktor-faktor produksi dan bahan baku

guna menghasilkan produk yang diinginkan.

Menurut Bustami (2009) bahwa biaya atau cost adalah pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Selaras dengan hal

tersebut juga menurut Winardi (1992) biaya merupakan nilai-nilai yang

dikorbankan yang bermanfaat secara ekonomis. Suatu barang atau jasa diproduksi

pada suatu perusahaan tentu memiliki faktor-faktor yang terkait satu dan yang

lainnya. Artinya nilai suatu produk tergantung pada nilai faktor produksi yang

dikorbankan dalam proses produksinya. Keterkaitan tersebut antara nilai produk

(output) dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi kerap disebut

sebagai fungsi produksi. Secara matematis dapat diuraikan sebagai berikut:

Q = f (K,L,R,T)
Keterangan:
Q = Output (Quantitas/Jumlah Produksi)
K = Modal
L = Tenaga Kerja
R = Kekayaan Alam
T = Teknologi

Fungsi produksi yang disusun dalam persamaan secara matematis diatas

dapat dijabarkan bahwa barang atau jasa yang dihasilkan (Q) merupakan akibat
23

dari masukan (K,L,R,T) yang di proses untuk menghasilkan suatu barang produk

atau jasa yang diinginkan.

2.2.4.1 Unsur Biaya Produksi

Unsur biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi

beberapa faktor produksi dalam menjalankan sebuah bisnis. Diantaranya sebagai

berikut:

a. Biaya bahan baku langsung, yaitu biaya yang digunakan untuk

mendapatkan bahan baku pembuatan sebuah produk.

b. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan atas

produktivitas dari tenaga kerja yang telah mengubah dan mengonversi

bahan baku menjadi sebuah produk.

c. Biaya overhead pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan

baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, tetapi membantu dalam

mengubah bahan baku menjadi produk jadi dan siap dipasarkan.

2.2.4.2 Jenis Biaya Produksi

Terdapat dua jenis biaya produksi menurut periode produksi, adapun

rinciannya sebagai berikut:

1. Biaya Produksi Jangka Pendek


Biaya jangka pendek merupakan periode dimana minimal satu jenis

faktor produksinya adalah faktor produksi tetap (fixed input). Dengan

demikian di dalam jangka pendek ada biaya yang harus dikeluarkan untuk

faktor produksi tetap (Fixed Cost atau FC) dan ada biaya yang harus

dikeluarkan untuk faktor produksi variabel (Variable Cost atau VC).

Adapun beberapa istilah dalam teori biaya produksi yaitu sebagai berikut:
24

a. Biaya Tetap (Fixed Cost atau FC)


Biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu dengan jumlah yang

tetap dan tidak tergantung pada hasil produksi.

b. Biaya Variabel (Variable Cost atau VC)


Biaya yang dikeluarkan dengan besaran yang dapat berubah-ubah

sesuai dengan hasil produksi. Berdasarkan hasil observasi ditentukan FC

dan VC pada suatu home industry buket bunga di Kota Palu yang berfokus

pada satu produk buket bunga artifisial, diantaranya:

Tabel 2.2
Daftar FC dan VC
No Biaya Tetap (FC) Biaya Variabel (VC)
1 Gunting Batang/Kawat Bunga Palsu/Bunga Artifisial
2 Gunting Kertas Tangkai/Daun Artifisial (Pelengkap)
3 Pisau Selotip Perekat Bunga
4 Tang Kertas Bunga/Wrapping
5 Stapler Busa Bunga/Gabus
6 Pistol Lem Tembak Pita
7 Kawat Selotip
8 Handphone Isian Stapler
9 Laptop Isian Lem Tembak
10 Print Parfum
11 Tinta Print Sedotan
12 - Data/Jaringan
13 - Label Nama (name tag)
Sumber: Hasil Observasi, 2021
c. Biaya Total (Total Cost atau TC)
Biaya total adalah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang

digunakan dalam suatu perusahaan untuk menghasilkan produk dalam satu

periode tertentu. Biaya total diperoleh dari total biaya tetap ditambah total

biaya variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC=TFC +TVC
25

Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya Total)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

d. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost atau AFC)


Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan pada satu unit output.

Biaya tetap rata-rata diperoleh dari hasil bagi antara total biaya tetap dan

jumlah barang yang dihasilkan, dapat dirumuskan sebagai berikut:

TFC
AFC=
Q
Keterangan:
AFC = Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata-Rata)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
Q = Quantity (Jumlah output yang dihasilkan dari
penggunaan sejumlah total biaya tetap tertentu)

Besar kecilnya AFC tergantung dari jumlah barang yang

dihasilkan. Jika barang yang dihasilkan semakin banyak, maka AFC akan

semakin kurang (berbanding terbalik). Hal ini juga menggambarkan bahwa

pada unit produksi yang banyak AFC akan terlihat besar, sedangkan pada

unit produksi yang banyak AFC akan kecil jumlahnya.

e. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost atau AVC)


Biaya variabel yang dibebankan kepada setiap unit produk yang

dihasilkan. Biaya variabel rata-rata diperoleh dari hasil bagi antara total

biaya variabel dan kuantitas barang yang dihasilkan, kemudian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TVC
AVC=
Q

Keterangan:
26

AVC = Average Variable Cost (Biaya Variabel Rata-Rata)


TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
Q = Quantity (Kuantitas produk yang dihasilkan)

f. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost atau ATC)


Biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan untuk menghasilkan

suatu output tertentu. Biaya total rata-rata dapat diperoleh dengan beberapa

cara, yaitu membagi antara biaya total dan kuantitas produk yang

dihasilkan (ATC=TC/Q) dan menambah antara biaya tetap rata-rata dan

biaya variabel rata-rata (ATC=AFC+AVC). Adapun rumus tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

TC
ATC= =AFC + AVC
Q
Keterangan:
ATC = Average Total Cost (Biaya Total Rata-Rata)
TC = Total Cost (Biaya Total)
Q = Quantity (Kuantitas/Jumlah Produksi)
AFC = Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata-Rata)
AVC = Average Variable Cost (Biaya Variabel Rata-Rata)

2. Biaya Produksi Jangka Panjang


Sebuah perusahaan dalam menangani masalah terkait biaya produksi

jangka panjang akan berbicara konsep yang dimana semua biaya yang dikeluarkan

akan dianggap sebagai biaya variabel (variable cost). Disamping itu juga

perusahaan dapat menambah semua biaya dalam faktor-faktor produksi yang

digunakan perusahaan dalam menghasilkan suatu produk atau jasa. Olehnya

dalam biaya produksi jangka panjang tidak lagi dibedakan antara biaya tetap dan

biaya yang berubah. Adapun biaya yang termasuk kedalam biaya produksi jangka

panjang diantaranya biaya total (TC), biaya variabel (VC), biaya rata-rata (AC)

dan biaya marginal (MC).


27

Adapun biaya yang relevan dalam biaya produksi jangka panjang dapat

diuraikan sebagai berikut:

A. Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (Long-run Average Cost / LAC)


Biaya rata-rata jangka panjang merupakan biaya rata-rata yang

paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perubahan

merubah kapasitas produksinya. Biaya rata-rata jangka panjang dapat

diperoleh dari membagi biaya total jangka panjang dengan jumlah output

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

LTC
LAC =
Q
Keterangan:
LAC = Biaya Rata-Rata Jangka Panjang
LTC = Biaya Total Jangka Panjang
Q = Jumlah Output

B. Biaya Marginal Jangka Panjang (Long-run Marginal Cost atau LMC)


Biaya marginal jangka panjang merupakan biaya tambahan akibat

penambahan produksi sebanyak satu unit. Biaya total jangka panjang sama

dengan biaya variabel jangka panjang. Biaya marginal jangka panjang

dapat dirumuskan sebagai berikut:

ΔLTC
LMC=
ΔQ

Keterangan:
LMC = Biaya Marginal Jangka Panjang
ΔLTC = Perubahan Biaya Total Jangka Panjang
ΔQ = Perubahan Jumlah Output

C. Biaya Total Jangka Panjang (Long-run Total Cost atau LTC)


Biaya total jangka panjang merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi seluruh output atau telah dianggap sebagai biaya

variabel. Seperti dituliskan sebelumnya bahwa biaya total jangka panjang


28

sama dengan biaya variabel jangka panjang yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

LTC = LVC
Keterangan:
LTC = Biaya Total Jangka Panjang
LVC = Biaya Variabel Jangka Panjang

2.2.4.3 Faktor-Faktor Produksi

1. Modal

Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk

melakukan proses produksi. Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai

pengaruh kuat dalam mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal

merupakan pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung

pada proses produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu

mendorong kenaikan produktivitas dan output (Umar, 2000).

Menurut Mankiw (2011) bahwa para ekonom menggunakan istilah modal

atau capital untuk mengacu pada stok berbagai peralatan dan struktur yang

digunakan dalam proses produksi. Artinya, modal ekonomi mencerminkan

akumulasi barang yang dihasilkan di masa lalu yang sedang digunakan pada saat

ini memproduksi barang dan jasa yang baru. Modal antara lain peralatan, mesin,

angkutan, gedung dan bahan baku.

Modal dapat digolongkan beberapa macam, diantaranya modal yang

berdasarkan sumbernya, berdasarkan kepemilikannya, berdasarkan sifatnya,

berdasarkan wujudnya dan berdasarkan bentuknya. Adapun untuk modal yang

berdasarkan sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu modal sendiri dan modal asing.

Modal sendiri ialah modal yang bersumber dari perusahaan sendiri, sedangkan
29

modal asing bersumber dari luar perusahaan. Kemudian modal yang berdasarkan

kepemilikannya terbagi lagi menjadi modal individu dan modal masyarakat.

Modal individu ialah modal yang bersumber dari perorangan dan hasilnya

menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya, sedangkan modal masyarakat

bersumber dari banyak orang dan untuk kepentingan orang banyak. Selanjutnya

modal yang berdasarkan sifatnya, terbagi menjadi modal tetap dan lancar. Modal

tetap adalah modal yang dapat digunakan lebih dari satu kali masa produksi

sedangkan modal lancar berarti modal yang habis dalam satu kali proses produksi.

Terdapat modal yang berdasarkan wujudnya yaitu modal konkret dan abstrak,

artinya modal konkret yaitu modal yang jelas wujudnya dan dapat dilihat semisal

gedung, mesin dan peralatan, sedangkan modal abstrak ialah modal yang tidak

terlihat namun kegunaannya dapat dirasakan semisal nama baik perusahaan,

keahlian karyawan dan hak cipta. Terakhir adalah modal yang berdasarkan

bentuknya yaitu uang sebagai modal berupa dana dan barang sebagai modal

berupa alat yang dapat digunakan dalam proses produksi.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menjadi poin penting dalam menjalankan bisnis, apakah itu

dalam bentuk memenuhi faktor produksi dalam membuat suatu produk bahkan

sebuah perusahaan baik besar maupun kecil dapat membuka lapangan pekerjaan

dan meredam permasalahan pendapatan dan pengangguran di wilayahnya.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

mendefinisikan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pekerja atau buruh


30

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

Sedang menurut para ahli berpendapat bahwa tenaga kerja diartikan

sebagai penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa, jika tidak ada permintaan

terhadap mereka dan jika mereka dalam aktivitas tersebut (Subri, 2003).

Menurut Anwar (1985) bahwa yang dimaksud tenaga kerja ialah seluruh

penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Sedang

Simanjuntak (1985) mengartikan tenaga kerja lebih luas, yaitu mencakup

penduduk yang sudah atau belum bekerja dan atau sedang mencari pekerjaan.

Tenaga kerja yang dimaksud juga mencakup hal-hal dalam melakukan kegiatan

lainnya seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Dapat disimpulkan untuk

beberapa pendapat ahli dan keterangan atas Undang-Undang ketenagakerjaan

tersebut bahwa tenaga kerja ialah penduduk usia muda dan tua yang telah

memenuhi kriteria sebagai tenaga kerja dengan usia yang telah ditetapkan (15-64

tahun) karena pada rentang waktu tersebut manusia telah matang dalam tubuh

serta pikiran dan dapat mempelajari keahlian-keahlian yang mampu membuat

dirinya bernilai.

3. Bahan Baku

Bahan baku dalam penelitian ini berupa bunga/daun/batang artifisial

(tidak alami/buatan/plastik), kain flanel dan beberapa bahan baku tambahan

lainnya guna menunjang produksi kerajinan tangan buket bunga ini. Jika harga

bahan baku meningkat, maka perusahaan biasanya akan mengurangi jumlah

produksi yang dihasilkan untuk menekan biaya produksi dan perusahaan juga
31

dapat memutuskan untuk meningkatkan harga jual output yang dihasilkan. Akan

tetapi jika harga jual meningkat, maka permintaan akan output akan menurun dan

produksi pun ikut menurun.

4. Lama Usaha

Lama usaha merupakan suatu penentu dari pendapatan yang diterima

sebab semakin lama seorang pelaku usaha menjalani bisnisnya maka akan

meningkat pula pengetahuannya mengenai perilaku konsumen dan perilaku pasar,

sederhananya dapat menimba ilmu terkait pengalaman selama menekuni bisnis

tersebut, akhinya mampu berencana kedepan dengan baik dan dapat mendulang

kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik.

Lamanya usaha juga berdampak baik pada pelaku usaha sebab mempunyai

peluang untuk meningkatkan konsumen lebih banyak dari waktu ke waktu, secara

tidak langsung mampu memberikan penerimaan yang lebih tinggi serta

mempunyai efisiensi perusahaan yang baik. Lamanya usaha dapat mempengaruhi

tingkat pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan

mempengaruhi produktivitasnya (kemampuan profesionalitasnya/keahliannya),

sehingga dapat menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih

kecil dari pada hasil penjualan. Semakin lama menekuni bidang usaha

perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun

perilaku konsumen (Sukirno, 1994).

Soekartawi (1993) menyatakan bahwa semakin lamanya pengalaman

berarti maka lebih terampil dan mempunyai pengetahuan tentang probabilitas

yang mungkin terjadi sebagai konsekuensi atas keputusan yang diambil. Semakin

tingginya pengalaman usaha memungkinkan para pelaku usaha tersebut semakin


32

mampu mengambil tindakan-tindakan yang mengandung resiko yang dapat

diperhitungkan dalam keputusan-keputusan bisnisnya, sehingga resiko-resiko

yang kurang menguntungkan dapat diantisipasi sebelumnya.

2.2.5 Teori Penerimaan dan Pendapatan

1. Penerimaan

Dalam sebuah perusahaan tentu diketahui terdapat sebuah proses yang

dilakukan produsen untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Selanjutnya

produk atau jasa ini akan menjadi jumlah kuantitas produksi dan akan dipasarkan

kemudian menghasilkan penerimaan bagi seorang produsen.

Penerimaan merupakan nilai dari seluruh produksi, baik hasil yang

dikonsumsi sendiri maupun diberikan kepada orang lain sebagi upah juga

termasuk yang digunakan dalam produksi berikutnya (Mubyarto, 1985). Menurut

Boediono (1990) penerimaan merupakan produsen dari hasil penjualan outputnya.

Penerimaan merupakan seluruh pemasukan yang diterima dari kegiatan

yang meghasilkan uang tanpa dikurangi dengan total biaya produksi yang

dikeluarkan. Tingkat penerimaan industri kecil atau home industry pada buket

bunga di Kota Palu berhubungan erat pada jumlah produksi yang dihasilkan.

Apabila permintaan buket bunga meningkat maka tingkat penerimaan yang

diterima akan meningkat, demikian sebaliknya jika permintaan buket bunga

menurun maka tingkat penerimaan yang diterima seorang produsen buket bunga

tersebut akan menurun.Untuk mengetahui suatu penerimaan dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

TR = P.Q
33

Keterangan:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Kuantitas/Jumlah Produksi)

Selain itu terdapat penerimaan rata-rata (average revenue) atau AR untuk

penjualan produk per unit. Penerimaan rata-rata dapat diperoleh dengan

penerimaan total dibagi dengan jumlah produksi, selanjutnya dapat dirumuskan

sebagai berikut:

TR
AR=
Q
Keterangan:
AR = Average Revenue (Penerimaan Rata-Rata)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
Q = Quantity (Kuantitas/Jumlah Produksi)

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai bals jasa

dalam proses produksi. Balas jasa tersebut dapat berupa upah, bunga, sewa,

maupun laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses

produksi (Sudremi, 2007).

Pendapatan merupakan jumlah pengahasilan yang diperoleh dari hasil

kerja dengan ketetapan waktu tertentu. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001)

kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang

menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu. Demikian pendapatan menjadi kacamata

posisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa

jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga dan terbagi dalam tiga

kelompok pendapatan, yaitu pendapatan rendah, pendapatan menengah dan

pendapatan tinggi. Pembagian tersebut berkaitan dengan status, pendidikan dan


34

keterampilan serta jenis pekerjaan seseorang namun sifatnya sangat relatif

(Endang dan Rintar, 2008).

Menurut Sukirno (2005) mengemukakan bahwa pendapatan usaha

merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan

dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan

yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran

penghasilan dari suatu periode yang berasal dari penyediaan faktor-faktor

produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan modal) masing-masing dalam

bentuk sewa, upah dan bunga secara berurutan. Masih menurut Sukirno (1983)

bahwa pendapatan bernilai untuk seluruh barang atau jasa yang diproduksi pada

periode waktu 1 (satu) tahun tertentu, jadi untuk memperoleh pendapatan suatu

perusahaan harus melakukan produksi dan menghasilkan produk atau jasa yang

bernilai.

Pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi

dengan pengeluaran dan biaya-biaya.

2. Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi

dengan pengeluaran dan biaya-biaya.

Pendapatan diperoleh dari hasil proses produksi, dimana dalam proses

produksi tersebut diartikan sebagai tanda balas jasa buruh, balas jasa kepemilikan

(bunga dan sewa atas barang-barang modal) serta hasil jasa keahlian (Winardi,

1992). Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa untuk memperoleh

pendapatan, seseorang terlebih dahulu menyediakan atau menyerahkan barang

atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain guna mendapati imbalan atau balas
35

jasa yang telah diupayakan sebelumnya. Untuk dapat mengetahui pendapatan bisa

menggunakan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC
Keterangan:
π = Pendapatan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Biaya Total)

2.2.6 Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Industri

Industri dalam pengelolaannya membutuhkan beberapa faktor pendukung

yang mampu membuat industri ataupun bisnis tersebut dapat berjalan dengan

baik. Faktor-faktor pendukung oleh seorang wirausaha sangat penting diutamakan

sebab menjadi tangga utama untuk mencapai keberhasilan pada usaha tersebut.

Menurut Kuncoro (2008) faktor pendorong kewirausahaan terbagi atas

faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kecakapan pribadi yang

menyangkut persoalan bagaimana mengelola diri, olehnya dalam pengelolaan

tersebut terbagi atas tiga unsur penting, yaitu pertama ialah kesadaran diri yang

menyangkut kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi, kedua ialah

pengaturan diri yang menyangkut tentang pengelolaan emosi serta desakan-

desakan yang merusak dalam memelihara norma kejujuran dan integritas serta

bertanggung jawab atas kinerja pribadi dan mudah menerima atau terbuka

terhadap gagasan pendekatan informasi-informasi terbaru, dan yang terakhir ialah

motivasi yang menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik,

komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin.

Sedangkan pada faktor ekternal yaitu kecakapan sosial yang menyangkut

persoalan memahami dan menangani suatu hubungan secara sosial, terbagi atas

dua unsur penting, yaitu pertama ialah empati yang menyangkut kemampuan
36

memahami atas perspektif orang lain, mampu mengantisipasi dan mengenali

kebutuhan pelanggan dalam keberagaman pergaulan dan perkembangan. Kedua

ialah keterampilan sosial yang menyangkut taktik atau strategi untuk meyakinkan

orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan serta mampu

membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, bernegosiasi dan mengatasi

silang pendapat untuk tujuan bersama dalam menciptakan sinergi kelompok demi

kepentingan bersama.

Secara umum faktor-faktor pendukung pada perkembangan industri atau

berwirausaha dapat terbagi dalam beberapa faktor:

1. Faktor manusia, merupakan faktor utama dan penentu dalam merintis

bisnis. Tanpa manusia yang menggerakan niat dan komitmen bekerja

usaha tersebut akan menjadi angan-angan semata.

2. Faktor keuangan, merupakan faktor penunjang dan pendukung

keberhasilan dalam merintis dan mengembangkan usaha.

3. Faktor organisasi, merupakan faktor yang berkaitan pengelolaan sumber

daya manusia yang bergabung dalam perusahaan tersebut, sehingga orang-

orang yang bekerja pada industri perusahaan tersebut dapat bekerja secara

berdaya dan berhasil untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Faktor perencanaan, merupakan faktor penting guna menentukan dan

merumuskan tujuan perusahaan yang ingin dicapai.

5. Faktor pengelolaan usaha, merupakan faktor yang membantu tercapainya

tujuan perusahaan dengan mencakup banyak hal seperti pengelolaan dana,

pelaksanaan produksi, pengawasan dan pengendaliannya.


37

6. Faktor pemasaran, merupakan faktor yang sangat penting untuk diterapkan

suatu perusahaan bagaimana menawarkan barang dan jasa kepada

konsumen secara cepat dan tepat.

7. Faktor administrasi, merupakan faktor pendamping dalam urusan catatan

dan dokumen-dokumen penting dalam sebuah perusahaan.

2.2.7 Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Industri

Faktor penghambat merupakan faktor yang bersifat menghambat jalannya

suatu kegiatan dan menjadi pengaruh atas hal-hal pengganggu untuk

menghentikan suatu tujuan tertentu. Faktor penghambat dalam dunia industri

bisnis dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

berupa kecakapan seorang wirausahawan dalam mengelola usahanya juga faktor

eksternal dalam ketidaksiapan seorang wirausaha dalam memperhatikan serta

menjalani tantang zaman dan mode dikalangan masyarakat.

Menurut Zimmerer (1996) bahwa ada beberapa faktor penghambat yang

menyebabkan seorang wirausaha gagal dalam menjalankan bisnisnya, antara lain:

1. Tidak berkompeten dalam hal manajerial, merupakan faktor yang menjadi

penghambat seorang wirausaha yang tidak mampu menguasai pengelolaan

bisnisnya sendiri.

2. Kurang berpengalaman, inilah faktor penghambat utama dalam

menjalankan sebuah bisnis oleh seorang wirausaha, ketidakmampuan

dalam memvisualisasikan usaha, mengkoordinasi, mengelola SDM

maupun mengintegrasikan operasi perusahaan.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan, ketidakmampuan dalam

memelihara aliran kas serta pencatatan pengeluaran dan pemasukan akan


38

menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan aliran dana kas

perusahaan tidak lancar/cacat.

4. Gagal dalam perencanaan, merupakan faktor yang krusial. Sebab

perencanaan merupakan awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam

perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan

kedepannya.

5. Lokasi yang kurang memadai, faktor penentu dalam keberhasilan usaha,

dimana jika lokasi tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar

beroperasi sebab kurang efisien.

6. Kurangnya pengawasan peralatan, dimana faktor pengawasan dalam

peralatan proses produksi penting untuk diperhatikan, sebab jika

pengawasannya kurang akan berdampak negatif bagi perusahaan, seperti

penggunaan peralatan (fasilitas) perusahaan secara tidak efisien dan tidak

efektif.

7. Sikap yang kurang bersungguh-sungguh dalam berusaha, faktor yang

tertanam pada diri seorang wirausaha yang sangat berakibat fatal jika tidak

ada niat dan kemauan keras untuk berkomitmen dalam menjalankan usaha.

Dengan sikap setengah hati kemungkinan terjadinya gagal dalam

berwirausaha sangat besar.

Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi, merupakan faktor

dimana wirausahawan kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan dalam

mengeluarkan produk tertentu. Keberanian dalam mengadakan perubahan dan

mampu membuat peralihan setiap waktu, sederhanya mampu membuat solusi atas

permasalahan tantangan jaman yang sedang dihadapi.


39

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur ataupun garis besar penelitian yang

digunakan seorang peneliti untuk menggiring suatu bahasan menemukan jalan

keluarnya. Pada kerangka pemikiran ini berisi gambaran atau skema penelitian

yang akan dilakukan berdasarkan hasil masa pembelajaran peneliti dalam masa

studi dan beberapa referensi yang peneliti ambil dari karya tulis yang terkait pada

pokok pembahasan.

Produk kerajinan buket bunga merupakan produk seni yang

menguntungkan. Merangkai bunga dengan beberapa model dan tipe sangat

menarik konsumen. Dengan melihat perkembangan zaman dan mode masa kini,

suatu perayaan dan kesan dibutuhkan pada saat seseorang berhasil mencapai

target dan sebagai penghargaan dan penghormatan. Penulis melihat bahwa

semakin maraknya tradisi tersebut juga memunculkan satu kesempatan pasar dan

mempunyai satu aktivitas produksi yang menguntungkan. Penjualan produk

tersebut semakin memperlihatkan nilainya dengan munculnya berbagai macam

bentuk, warna dan kemasan serta memunculkan persaingan pasar. Buket bunga

menjadi satu produk yang dapat memberi kepuasan terhadap konsumen untuk

diberikan kepada seseorang yang dianggap penting. Dalam aktivitas produksi

yang dilakukan home industry tersebut menjadikan satu peluang usaha dan

menjadi satu diantara sumber pendapatan.

Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui

pengembangan dan kinerja dari pekerjaan produk tersebut. Terlebih lagi peneliti

belum menemukan suatu studi kasus yang mengangkat permasalah diatas. Peneliti

menggunakan analisis pendapatan dengan menganalisis produksi beserta faktor-


40

faktor produksi lainnya serta menghitung penerimaan dan biaya lainnya hingga

dapat menentukan pendapatan total dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mendukung ataupun menghambat perkembangan home industry buket bunga di

Kota Palu.

Biaya Produksi
(FC;VC;TC)

Biaya Produksi,
Penerimaan
Penerimaan Dan
(TR=P.Q)
Pendapatan

Pendapatan
Home Industry
(π = TR–TC)
Buket Bunga

Faktor-Faktor
Pendukung
Perkembangan Industri Penerapan/Mengadaptasi Dari
Metode SWOT, Hanya Untuk
Sampai Mengetahui Fenomena
Dari Faktor Pendukung Dan
Faktor-Faktor Penghambat
Penghambat
Perkembangan Industri

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang telah ditetapkan oleh penulis yaitu

“Analisis Pendapatan Home Industry Buket Bunga di Kota Palu” maka penulis

memilih tipe penelitian deskriptif. Menurut Nazir (1988) bahwa metode deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Berdasarkan pengertian

dan tujuan tersebut sekiranya penulis berupaya untuk mengetahui dan

menguraikan beberapa masalah terkait penelitian yang diangkat serta mengetahui

hasil dan ulasan dari beberapa faktor produksi pada home industry buket bunga di

Kota Palu.

3.2 Lokasi/Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini berada di Kota Palu, Provinsi Sulawesi

Tengah. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena produk buket bunga di

Kota Palu sendiri masih terkesan baru namun sudah banyak menyita perhatian di

masyarakat dan akhirnya banyak pelaku usaha melirik produk tersebut untuk

dikembangkan, kemudian produk yang ditawari dominan kepada buket bunga

artifisial atau buket bunga berbahan plastik karena cuaca ekstrem di Kota Palu

kurang mendukung untuk penanaman bunga yang biasanya dipakai untuk

rangkaian buket bunga pada umumnya. Objek penelitian ini adalah

41
42

home industry buket bunga. Alasan peneliti memilih objek tersebut dikarenakan

belum ada penelitian yang mengambil sampel tersebut serta menjadi wadah untuk

peneliti dalam mengetahui dan menganalisis perkembangan usaha tersebut di Kota

Palu.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data


a. Data Kuantitatif yaitu berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan

dengan bilangan atau bentuk angka, sedangkan data kualitatif atau data

deskriptif yang biasanya dinyatakan dalam bentuk verbal, simbol atau

gambar. Menurut Sugiyono (2013) data kuantitatif merupakan data berupa

angka atau hasil. Adapun data kuantitatif pada penelitian ini adalah biaya

produksi berupa biaya tetap, biaya variabel, biaya total, penerimaan,

pendapatan dan lain sebagainya.

b. Menurut Sugiyono (2015) data kualitatif berbentuk kata, skema dan

gambar. Data kualitatif penelitian ini berupa nama dan alamat objek

penelitian. Adapun data kualitatif pada penelitian ini adalah hasil observasi

dan wawancara dalam bentuk faktor-faktor pendukung dan penghambat

dalam usaha home industry buket bunga.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data pada penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder

yang berasal dari sumber yang terpercaya, diantaranya ialah:

1. Data Primer yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara serta

kuesioner secara langsung dilokasi penelitian dengan pemilik usaha home

industry buket bunga di Kota Palu.


43

2. Data Sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi instansi terkait,

diantaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (UPT Metrologi) Kota

Palu dan Dinas Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja Kota Palu serta artikel

resmi terkait pokok pembahasan.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Menurut Kuncoro (2003) bahwa populasi adalah kelompok elemen yang

lengkap, biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik

untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Berkenaan dengan hal

tersebut penulis menjadikan 40 usaha yang menawarkan berbagai jenis buket di

Kota Palu sebagai populasi pada penelitian ini. Dari 40 usaha tersebut tidak hanya

menawarkan satu jenis produk buket saja, adapun produk yang ditawarkan seperti

buket bunga asli, buket bunga artifisial/palsu, buket bunga flanel, buket snack

(makanan kecil), buket coklat, buket hijab, buket uang, buket boneka yang

dipadupadankan bersama model buket yang sebelumnya dan masih banyak model

buket yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari mengikuti tren.

3.4.2 Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitin ini adalah

Non-Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan

ialah purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan tidak berdasarkan random atau acak, daerah atau strata, melainkan

berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu

(Arikunto, 2006). Dari populasi sebanyak 40 usaha buket yang tersebar di Kota

Palu, melalui pertimbangan yang akan berfokus pada penelitian produk buket

bunga artifisial yang sekaligus menjadi produk yang banyak diminati oleh
44

pengusaha buket di wilayah Kota Palu. Adapun hasil survei lapangan sebelumnya,

terdapat 28 usaha yang menawarkan produk buket bunga artifisial. Kemudian

menjadikan 28 usaha buket tersebut menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi

lapangan atau data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini diperoleh dari hasil

turun lapangan peneliti dengan menggunakan beberapa teknik. Adapun beberapa

teknik yang dapat digunakan terurai sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu metode pengambilan data dengan melakukan pengamatan

terlebih dahulu secara langsung melihat kondisi subjek yang akan atau

sedang diteliti, kemudian melakukan pencatatan terhadap apa yang sedang

atau telah diamati.

b. Angket (Kuesioner), yaitu metode pengambilan data dengan membagikan

atau mengedarkan sejumlah daftar pertanyaan dan pernyataan terstruktur

kepada responden terpilih untuk diisi. Teknik ini memiliki kelebihan

dengan tingkat konsisten dan shahihan butirnya.

c. Wawancara, yaitu metode pengambilan data dengan melakukan interaksi

langsung seperti tanya jawab bersama responden terkait informasi pada

penelitian ini.

d. Dokumentasi yaitu pelengkap pada metode pengambilan data terkait bukti

lapangan pada saat membagikan angket (kuesioner) dan sesi wawancara

bersama responden serta dokumen-dokumen terkait dengan penelitian.

3.6 Metode Analisis Data


45

Metode analisis data dalam rumusan pertanyaan penelitian terkait besaran

biaya produksi, penerimaan hingga pendapatan dapat digunakan alat analisis

sebagai berikut:

1. Biaya Produksi

Menurut Yogi (2006) untuk menghitung biaya total dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC....................................................(1)
Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya Total)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

2. Penerimaan
Menurut Yogi (2006) untuk menghitung penerimaan dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P x Q..........................................................(2)
Keterangan:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
P = Price (Harga)
Q = Quantity (Kuantitas/ Jumlah Produksi)

3. Pendapatan
Menurut Yogi (2006) untuk menghitung pendapatan dapat

dihitumg menggunakan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC........................................................(3)
Keterangan:
π = Pendapatan
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Biaya Total)
46

Metode analisis data dalam rumusan pertanyaan penelitian terkait faktor

pendukung dan penghambat perkembangan home industry buket bunga di Kota

Palu yaitu menerapkan serta mengadaptasi dari metode SWOT (Strengths,

Weakness, Oppurtunities and Threats). Mengapa demikian diputuskan mengambil

inspirasi kerja analisis SWOT, karena pada penelitian ini hanya sampai kepada

mengetahui fenomena dari faktor perkembangan dan penghambat dari usaha buket

bunga tersebut, tidak sampai kepada cara perhitungan yang sebenarnya dalam

teknik analisis SWOT.

3.7 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel dalam kinerja analisisnya.

Adapun untuk pengertian variabel tersebut dijelaskan secara ringkas sebagai

berikut:

1. Home industry adalah usaha dirumah atau tempat tinggal yang merangkap

sebagai tempat usaha, pusat produksi, administrasi dan pemasaran

sekaligus secara bersamaan.

2. Buket bunga adalah kumpulan bunga, daun, ranting ataupun sejenisnya

yang disusun secara kreatif.

3. Buket bunga artifisial atau bunga plastik (bukan bunga segar/hidup

melainkan bunga buatan) adalah kumpulan bunga, daun, ranting ataupun

sejenisnya yang umumnya berbahan dasar polyester, latex, sutra dan

plastik yang disusun secara kreatif.

4. Pendapatan adalah jumlah pengahasilan yang diperoleh dari hasil kerja

dengan ketetapan waktu tertentu dan hasil dari perhitungan total biaya

dikurangi penerimaan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per bulan.


47

5. Penerimaan (R) adalah seluruh pemasukan yang diterima dari kegiatan

yang menghasilkan uang atau penghasilan dari perhitungan harga produk

dikalikan dengan jumlah produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per

bulan.

6. Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap

(variabe) produk yang dihasilkan dalam satu periode produksi per/unit

tertentu dinyatakan dalam rupiah (Rp) per bulan.

7. Faktor pendukung usaha adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan perkembangan usaha tersebut.

8. Faktor penghambat usaha adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

kegagalan usaha tersebut.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Palu
4.1.1.1 Geografis Kota Palu

Secara umum dalam penggambaran letak geografis sebuah wilayah dapat

dilihat dari gambaran asli di bumi atau posisinya yang digambarkan dalam bola

bumi untuk dibandingkan dengan posisi wilayah lain yang saling berbatasan.

Ketika membahas letak geografis suatu wilayah tentu tidak akan jauh dari

permasalahan dalam lingkup astronomis, geologis, fisiografis dan sosial budaya

pada wilayah tersebut.

Dijuluki Kota Teluk dan sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Kota

Palu memiliki luas 395,06 km2 dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Donggala di sebelah Utara, Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala di sebelah

Timur, Kabupaten Sigi disebelah Selatan dan Kabupaten Sigi dan Donggala di

sebelah barat.

Pada Tahun 2020, wilayah administrasi Kota Palu terdiri dari 8 wilayah

kecamatan dan 46 wilayah kelurahan, yaitu Kecamatan Mantikulore (206,80 km 2),

Kecamatan Tawaeli (59,75 km2), Kecamatan Ulujadi (40,25 km2), Kecamatan

Palu Utara (29,94 km2), Kecamatan Palu Selatan (27,38 km2), Kecamatan Tatanga

(14,95 km2), Kecamatan Palu Barat (8,28 km 2) dan Kecamatan Palu Timur (7,71

km2). Tabel 4.1 menyajikan luas daerah dan jumlah pulau menurut kecamatan di

Kota Palu pada Tahun 2020, dapat dilihat sebagai berikut:

48
49

Tabel 4.1
Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kota Palu
Tahun 2020
Ibukota Persentase Terhadap
Luas 1
Kecamatan Kecamatan Luas Kota
No Total Area 1
Subdistrict Capital of Percentage to
(km2/sq.km)
Subdistric Subdistrict’s Area (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Palu Barat Lere 8,28 2,10
2 Tatanga Pengawu 14,95 3,78
3 Ulujadi Tipo 40,25 10,19
4 Palu Selatan Birobuli Selatan 27,38 6,93
5 Palu Timur Besusu Barat 7,71 1,95
6 Mantikulore Talise 206,80 52,35
7 Palu Utara Mamboro 29,94 7,58
8 Tawaeli Lambara 59,75 15,12
Kota Palu 395,06 100,00
Sumber: Kota Palu Dalam Angka (Palu Municipality in Figures) 2021

Pada Gambar 4.2 peta wilayah kecamatan di Kota Palu pada Tahun 2020,

dapat dilihat sebagai berikut:

10 home industry
buket bunga

1 home industry 10 home industry


buket bunga buket bunga

2 home industry 5 home industry


buket bunga buket bunga

Sumber: Kota Palu Dalam Angka (Palu Municipality in Figures) 2021


Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Palu
50

4.1.1.2 Penduduk

Berdasarkan data publikasi BPS dalam Kota Palu Dalam Angka 2021,

tercatat jumlah penduduk Kota Palu Tahun 2020 mencapai 373.218 jiwa. Terbagi

atas jenis kelamin laki-laki 187.389 jiwa dan jenis kelamin perempuan 185.829

jiwa. Jumlah penduduk tersebut terbagi ke dalam 6 kecamatan dalam Kota Palu,

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Palu Tahun 2020
N Jumlah Jumlah Penduduk
Kecamatan
o Kelurahan (Jiwa)
(1) (2) (3) (4)
1 Palu Barat 6 46.435
2 Tatanga 7 52.580
3 Ulujadi 6 35.055
4 Palu Selatan 5 72.059
5 Palu Timur 5 43.318
6 Mantikulore 8 76.745
7 Palu Utara 5 24.458
8 Tawaeli 5 22.568
Kota Palu 47 373.218
Sumber: Kota Palu Dalam Angka (Palu Municipality in Figures) 2021

4.1.2 Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu

Usaha buket bunga sendiri masih tergolong usaha baru di Kota Palu.

Masyarakat banyak menyebutnya dengan toko bunga atau sejenisnya, cenderung

sama namun berbeda dalam penjualan produknya. Jika toko bunga hanya

menawarkan bunga dan peralatan bunga hias lainnya, industri kecil ini mampu

menawarkan lebih dari pada bunga dan membuat inovasi menjadi produk yang

bertambah nilainya. Usaha rumah tangga yang masuk kedalam industri rumahan

atau rumah tangga ini juga termasuk industri yang cukup menghasilkan, hasil

yang didapatkan berbanding lurus jika ditekuni dengan niat yang baik dan
51

tentunya kerja keras serta kreativitas tinggi untuk membuat dan merangkai produk

setengah jadi menjadi produk jadi yang bernilai dan menghasilkan.

Industri buket bunga di Kota Palu seluruhnya masih dalam pengawasan

mandiri, artinya belum terdaftar oleh pihak pemerintah yang menaungi industri-

industri di Kota Palu seperti industri besar, menengah, sedang dan kecil atau

industri rumah tangga. Transaksi yang dilakukan oleh para pemilik usaha juga

cenderung daring (online) menggunakan aplikasi di smartphone yang bisa diakses

siapa pun, kapan pun dan dimana pun.

4.1.3 Karakteristik Responden

4.1.3.1 Jenis Kelamin dan Umur Responden

Jenis kelamin umumya tidak menentukan sukses tidaknya kita menjalani

aktivitas sehari-hari. Namun tidak menutup kemungkinan, personaliti seseorang

apakah laki-laki ataupun perempuan mempunyai perbedaan yang tidak dimiliki

oleh satu sama lain. Namun beberapa kasus juga menjadikan jenis kelamin

sebagai satu faktor yang menentukan kinerja dari seseorang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hampir sepenuhnya pemilik

usaha buket bunga ini berjenis kelamin perempuan. Seperti yang diketahui

bersama, inovasi dalam pembuatan produk buket bunga ini membutuhkan

keterampilan dan kreatifitas yang tinggi. Sifat feminim dari seorang perempuan

cenderung kepada hal-hal yang indah, menganut estetika dan nilai-nilai dari suatu

produk yang dihasilkan.

Disamping jenis kelamin yang cenderung menentukan hasil kerja individu

dari suatu keterampilan dan kreatifitas yang dihasilkan, umur yang produktif atau

muda juga berpengaruh penting dalam berkegiatan sehari-hari maupun dalam hal
52

pekerjaan. Semakin matang umur seseorang akan dianggap mampu melakukan

hal-hal baru, tentunya hal-hal tersebut dapat menghasilkan output bagi dirinya

sendiri maupun orang lain. Seseorang yang memiliki umur lebih muda cenderung

akan memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat daripada mereka yang telah

berusia lanjut. Umur juga merupakan modal dasar dalam kehidupan, dalam

banyak jenis pekerjaan standar usia menjadi syarat penerimaan dan menjadi batas

bagi seseorang untuk bekerja. Dalam penelitian ini, umur responden berkisar dari

20 – 35 tahun. Berikut klasifikasi jenis kelamin dan umur responden yang telah

dirangkum, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3
Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Responden Home Industry
Buket Bunga di Kota Palu.
Jumlah (Orang) Persentase
No Umur (Tahun)
L P (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 20 – 25 1 20 75
2 26 – 30 0 6 21,43
3 31 - 35 0 1 3,57
Jumlah 1 27 100
Sumber: Lampiran 6, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa persentase umur terbanyak berkisar di antara

20–25 tahun dengan nilai 75 persen sebanyak 21 orang, kemudian selanjutnya 6

orang berkisar di umur 26–30 tahun dengan nilai 21,43 persen dan 1 orang

berkisar di antara umur 31–35 tahun dengan persentase sebanyak 3,57 persen

sehingga mencukupi total dari 28 sampel adalah 100 persen. Diantara 28 sampel,

terdapat perbandingan yang cukup signifikan dari jenis kelamin yang di dominasi

oleh perempuan, dengan perbandingan 27:1 untuk perempuan adalah 27 orang

dan 1 orang laki-laki.


53

Generasi anak muda saat ini lebih banyak memilih untuk bebas berkespresi

dalam menyalurkan kreatifitasnya menjadi hal yang produktif dan mampu

menghasilkan pendapatan mandiri.

4.1.3.2 Tingkat Pendidikan Responden

Dalam perkembangan dunia usaha industri, sebuah tingkat pendidikan

bukanlah prioritas utama. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin bahwa

seseorang akan menjadi sukses dan berhasil, banyak dari mereka mengandalkan

keterampilan, ketekunan, keyakinan dan mempertanggung jawabkan hal tersebut

dengan konsistensi hingga menjadikan mereka sukses tanpa menduduki

pendidikan yang tinggi. Namun hal tersebut bukan pula menjadikan kita untuk

tidak berusaha mengambil kesempatan jika diberi rezeki untuk memperoleh

pendidikan yang tingi.

Jika pendidikan menjadi jembatan untuk seseorang memperoleh

kesempatan belajar yang lebih, baik dalam kelas-kelas atau bahkan mampu

membaca kondisi dan kesempatan yang bermanfaat baginya, jelas hal tersebut

adalah suatu anugerah yang patut disyukuri.

Penelitian ini menambah jawaban atas hal tersebut, dimana sebagian

pemilik usaha buket bunga artifisial di Kota Palu adalah orang-orang yang masih

dalam usia produktif, yaitu lulusan SMA/SMK sederajat, sedang dalam masa studi

perkuliahan, telah menyelesaikan studi perkuliahan, hingga mereka yang fokus

dalam dunia usaha ini namun telah berganti status atau menikah. Berikut disajikan

dalam bentuk tabel data yang didapatkan selama penelitian berlangsung, dapat

dilihat sebagai berikut:


54

Tabel 4.4
Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Home Industry
Buket Bunga di Kota Palu
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Terakhir (Orang) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Tamat SMA/SMK/Sederajat 10 35,71
2 Tamat Diploma III 1 3,58
3 Sarjana (S1/S2) 17 60,71
Jumlah 28 100
Sumber: Lampiran 6, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa tingkat pendidikan terakhir responden di

dominasi oleh mereka yang telah menyelesaikan studi perkuliahan, yaitu sebanyak

17 orang dengan persentase 60,71 persen, menyelesaikan tingkat pendidikan

SMA/SMK/Sederajat yaitu 10 orang dengan persentase 35,71 persen dan tamat

Diploma 1 orang dengan 3,58 persen. Termasuk mereka yang sedang dalam tahap

studi perkuliahan masuk kedalam tingkat pendidikan terakhir di kolom tamat

SMA/SMK/sederajat.

4.1.3.3 Tenaga Kerja dan Lama Usaha Home Industry Buket Bunga
di Kota Palu
Tenaga kerja dalam sebuah industri kecil rumah tangga berkisar dari 1–4

orang. Namun pada faktanya sendiri bahwa dari hasil penelitian yang telah

dilakukan selama beberapa bulan terakhir, sedikit dari banyaknya pemilik usaha

buket bunga di Kota Palu memproduksi sendiri produk buket bunga tersebut.

Biasanya suatu usaha masih belum memikirkan adanya tenaga kerja yang berlebih

karena dirasa masih sanggup untuk mengaturnya secara mandiri. Selanjutnya

disajikan data berupa tenaga kerja home industry buket bunga di Kota Palu, dapat

dilihat sebagai berikut:


55

Tabel 4.5
Karakteristik Tenaga Kerja Home Industry Buket Bunga di Kota Palu
Tenaga Kerja Jumlah Persentase
No
(Orang) (Usaha) (%)
(1) (5) (6) (7)
1 0–1 24 85,71
2 2–3 3 10,71
3 4–5 1 3,58
Jumlah 28 100
Sumber: Lampiran 7, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa usaha yang mempunyai tenaga kerja dari 0-

1 pekerja sebanyak 24 usaha dengan persentase 85,71 persen, kemudian sebanyak

3 usaha yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 2-3 orang dengan persentase

10,71 persen dan 1 usaha yang mempunyai 4-5 tenaga kerja dengan persentase

sebanyak 3,58 persen.

Tabel 4.6
Karakteristik Lama Usaha Home Industry Buket Bunga di Kota Palu
Lama Usaha Jumlah Persentase
No.
(Tahun) (Usaha) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 1–2 20 71,43
2 3–4 5 17,86
3 5–6 3 10,71
Jumlah 28 100
Sumber: Lampiran 7, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa usaha buket bunga di Kota Palu masih

tergolong usaha baru, dilihat dari rata-rata lama usaha ialah yang terbanyak ada 20

usaha yang berada di kisaran 1-2 tahun dengan persentase 71,43 persen.

Kemudian 5 usaha telah beroperasi selama 3–4 tahun dengan persentase 17,86

persen, serta 3 usaha yang cukup lama bertahan di 5–6 tahun dengan persentase

10,71 persen.
56

4.1.3.4 Modal Usaha Home Industry Buket Bunga di Kota Palu

Modal merupakan satu diantara banyaknya hal penting jika ingin memulai

usaha. Modal berpengaruh kuat dalam hal produktivitas dan output yang

dihasilkan, bisa diantaranya berupa peralatan, bahan baku dan lain sebagainya.

Berikut data penelitian modal responden yang telah dihimpun dalam sebuah tabel,

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.7
Modal Usaha Home Industry Buket Bunga di Kota Palu
Modal Usaha Jumlah Persentase
No
(Rp) (Usaha) (%)
(1) (2) (3) (4)
1 100.000 - 599.000 4 14,29
2 600.000 - 1.099.000 9 32,14
3 1.100.000 - 1.599.000 4 14,29
4 1.600.000 - 2.099.000 2 7,14
5 2.100.000 - 2.599.000 3 10,71
6 2.600.000 - keatas 6 21,43
Jumlah 28 100
Sumber: Lampiran 7, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa modal usaha yang mendominasi dari ke 28

sampel yaitu yang memiliki modal usaha sebesar Rp.600.000–Rp.1.099.000 yaitu

sebanyak 9 usaha dengan persentase 32,14 persen. Modal usaha yang paling

terkecil yaitu sebesar Rp.100.000–Rp.599.000 sebanyak 4 usaha dengan 14,29

persen dan modal usaha yang paling terbesar dimulai dari Rp.2.600.000 sampai

keatas sebanyak 6 usaha dengan persentase 21,43 persen.

4.1.4 Analisis Pendapatan Home Industry Buket Bunga di Kota Palu

Analisis pendapatan dalam penelitian ini guna mengetahui besarnya

pendapatan home industry buket bunga di Kota Palu yaitu fokus utamanya adalah

produk buket bunga artifisial atau bunga palsu. Proses menganalisis pendapatan

dalam penelitian ini diawali dengan menetapkan biaya-biaya yang terpakai pada
57

saat masa produksi, baik biaya yang bersifat tetap maupun bersifat variabel.

Selanjutnya penerimaan yang dihasilkan dari perhitungan jumlah produksi dengan

kurun waktu yang ditentukan dikalikan dengan harga yang telah ditetapkan,

sehingga menghasilkan penerimaan yang kemudian dikurangi dengan total biaya

produksi menghasilkan nilai pendapatan yang sebenarnya dari kegiatan ekonomi

tersebut.

4.1.4.1 Biaya Tetap Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu

Biaya tetap atau fixed cost (FC) biaya yang dikeluarkan pada periode

tertentu dengan jumlah yang tetap dan tidak tergantung pada hasil produksi,

disamping itu biaya tetap juga terpakai sebagai pembiayaan faktor-faktor produksi

yang bersifat tetap. Komponen biaya tetap home industry buket bunga di Kota

Palu terdiri dari biaya penyusutan alat dan sewa bangunan. TFC (Total Fixed

Cost) atau total biaya tetap home industry buket bunga di Kota Palu merupakan

penjumlahan dari biaya penyusutan alat dan biaya sewa bangunan selama satu

periode produksi (satu bulan) dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8
Komponen Biaya Tetap Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
(Rupiah Perbulan)
No Komponen Biaya Tetap Jumlah (Rp)
(1) (2) (3)
1 Penyusutan Alat 34.448.421
2 Sewa Bangunan 18.516.667
Jumlah 52.965.088
Sumber: Lampiran 8, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa komponen biaya tetap home industry buket

bunga di Kota Palu berdasarkan hasil penelitian terdiri dari penyusutan alat

sebesar Rp.34.448.421,- ditambahkan dengan biaya sewa bangunan sebesar

Rp.18.516.667,- dalam satu periode produksi (satu bulan). Total biaya tetap pada
58

home industry buket bunga di Kota Palu dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai

berikut:

Tabel 4.9
Total Biaya Tetap Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
(Rupiah Perbulan)
Jumlah Q TFC
Interval Q
Usaha (Unit) (Rp)
(1) (2) (3) (4)
20 – 49 15 525 18.744.587
50 – 79 7 489 16.201.001
80 – 109 2 200 5.942.250
110 – 129 2 240 5.437.583
130 – 159 2 290 6.639.667
Jumlah 28 1.744 52.965.088
Rata-Rata 1 62 1.891.610
Sumber: Lampiran13, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa total biaya tetap (TFC) pada 28 responden

home industry buket bunga di Kota Palu sebesar Rp.52.965.088,- dengan rata-rata

biaya tetap setiap industri sebesar Rp.1.891.610,- dimana komponen penyusutan

alat menjadi sumber biaya tetap terbesar yaitu Rp.34.448.421,- kemudian biaya

sewa bangunan sebesar Rp.18.516.667,-.

4.1.4.2 Biaya Variabel Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu

Biaya variabel atau variable cost (VC) adalah biaya yang dikeluarkan

dengan besaran yang dapat berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Komponen biaya variabel home industry buket bunga di Kota Palu

terdiri dari biaya listrik, biaya belanja bunga artifisial, biaya alat dan bahan

pelengkap, biaya upah atau gaji pegawai. TVC (Total Variable Cost) atau total

biaya variabel home industry buket bunga di Kota Palu merupakan penjumlahan

dari biaya listrik, biaya belanja bunga artifisial, biaya alat dan bahan pelengkap,

biaya upah selama satu periode produksi (satu bulan) dapat dilihat pada Tabel

4.10 sebagai berikut:


59

Tabel 4.10
Komponen Biaya Variabel Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
(Rupiah Perbulan)
No Komponen Biaya Variabel Jumlah (Rp)
(1) (2) (3)
1 Biaya Listrik 1.400.000
2 Biaya Belanja Bunga Artifisial 24.650.000
3 Biaya Alat & Bahan Pelengkap 31.850.000
4 Biaya Upah Tenaga Kerja 23.500.000
Jumlah 81.400.000
Sumber: Lampiran 9, Data Diolah Kembali (2021)

Pada Tabel 4.10 bahwa komponen biaya variable pada 28 responden home

industry buket bunga di Kota Palu terdiri dari biaya listrik sebesar Rp.1.400.000,-,

biaya belanja bunga artifisial sebesar Rp.24.650.000,-, biaya alat dan bahan

pelengkap sebesar Rp.31.850.000,- dan biaya upah tenaga kerja sebesar

Rp.23.500.000,- dalam satu periode produksi (satu bulan). Total biaya variabel

(TVC) pada home industry buket bunga di Kota Palu dapat dilihat pada Tabel 4.11

sebagai berikut:

Tabel 4.11
Total Biaya Variabel Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
(Rupiah Perbulan)
Jumlah Q TVC
Interval Q
Usaha (Unit) (Rp)
(1) (2) (3) (4)
20 - 49 15 525 20.450.000
50 - 79 7 489 21.550.000
80 - 109 2 200 8.400.000
110 - 129 2 240 11.900.000
130 - 159 2 290 19.100.000
Jumlah 28 1.744 81.400.000
Rata-Rata 1 62 2.907.143
Sumber: Lampiran 13, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa total biaya variabel (TVC) pada 28

responden home industry buket bunga di Kota Palu sebesar Rp.81.400.000,-

dengan rata-rata biaya variabel setiap industri sebesar Rp.2.907.143,- dimana


60

komponen biaya alat dan bahan pelengkap menjadi sumber biaya variable terbesar

yaitu Rp.31.850.000,- kemudian biaya belanja bunga artifisial sebesar

Rp.24.650.000,- biaya upah tenaga kerja sebesar Rp.23.500.000,- dan biaya listrik

sebesar Rp.1.400.000,-

4.1.4.3 Biaya Total Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu

Biaya Total atau total cost (TC) merupakan total biaya keseluruhan yang

dikeluarkan oleh pemilik usaha baik biaya tetap maupun biaya variabel selama

satu periode produksi. Komponen biaya total home industry buket bunga di Kota

Palu terdiri dari total biaya tetap (TFC) dan total biaya variabel (TVC). TC (Total

Cost) atau biaya total home industry buket bunga di Kota Palu merupakan

penjumlahan dari TFC dan TVC selama satu periode produksi (satu bulan) dapat

dilihat pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12
Biaya Total Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
(Rupiah Perbulan)
Interval Jumlah Q TFC TVC TC
Q Usaha (Unit) (Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
20 - 49 15 525 18.744.587 20.450.000 39.194.587
50 - 79 7 489 16.201.001 21.550.000 37.751.001
80 - 109 2 200 5.942.250 8.400.000 14.342.250
110 - 129 2 240 5.437.583 11.900.000 17.337.583
130 - 159 2 290 6.639.667 19.100.000 25.739.667
Jumlah 28 1.744 52.965.088 81.400.000 134.365.088
Rata-Rata 1 62 1.891.610 2.907.143 4.798.753
Sumber: Lampiran 13, Data Diolah Kembali (2021)

Berdasarkan Tabel 4.13 bahwa biaya yang dikeluarkan pada home

industry buket bunga di Kota Palu terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap sebesar

Rp.52.965.088 dan biaya variabel sebesar Rp.81.400.000,-. Biaya total yang

diperoleh home industry buket bunga di Kota Palu setelah ditambah biaya tetap
61

(fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost) yaitu sebesar Rp.134.365.088 dalam

satu periode produksi (satu bulan) dengan nilai biaya rata-rata yang dikeluarkan

oleh masing-masing home industry buket bunga di Kota Palu sebanyak 28 usaha

yaitu sebesar Rp.4.798.753,- per bulan. Hasil yang diperoleh tersebut berasal dari

total komponen masing-masing biaya yang dikeluarkan industri dibagi dengan

banyaknya responden home industry buket bunga di Kota Palu.

4.1.4.4 Penerimaan dan Pendapatan Home Industry Buket Bunga


di Kota Palu

Penerimaan merupakan hasil yang diterima oleh seseorang ataupun

kelompok atas kegiatan ekonomi menghasilkan output berupa barang ataupun

jasa. Kegiatan ekonomi tersebut diharapkan mampu memberikan timbal balik

yang sepadan atau lebih tinggi dari apa yang telah di keluarkan, sederhananya

pengembalian yang dimaksud ialah sejumlah penerimaan yang besar kecilnya

ditentukan oleh jumlah produksi yang telah terselesaikan.

Penerimaan dihasilkan melalui proses perkalian antara jumlah atau produk

yang berhasil terjual dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan hal tersebut, dari 28 responden tercatat total jumlah produksi buket

bunga artifisial di Kota Palu yaitu sebanyak 1.744 unit/bulan, dengan harga yang

berbeda-beda menyesuaikan ukuran tiap produk yang ditawarkan oleh pemilik

usaha tersebut. Total penerimaan pada 28 home industry buket bunga di Kota Palu

dengan jumlah produksi sebanyak 1.744 unit adalah sebesar Rp.178.575.000,-

dengan rata-rata penerimaan tiap industri sebesar Rp.6.377.679,-. (lampiran 13)

Pendapatan bersih merupakan pendapatan atau keuntungan pemilik usaha

setelah hasil penerimaan atau pendapatan kotor diterima dilanjutkan dengan


62

pengurangan atas biaya-biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel).

Pendapatan pada 28 responden home industry buket bunga di Kota Palu dapat

dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13
Penerimaan dan Pendapatan Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu
Dalam Satu Periode Produksi (Rupiah Perbulan)
Jumlah Q TC TR π
Interval Q
Usaha (Unit) (Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
20 - 49 15 525 39.194.587 46.985.000 7.790.413
50 - 79 7 489 37.751.001 50.335.000 12.583.999
80 - 109 2 200 14.342.250 19.110.000 4.767.750
110 - 129 2 240 17.337.583 25.000.000 7.662.417
130 - 159 2 290 25.739.667 37.145.000 11.405.333
134.365.08
Jumlah 28 1744 178.575.000 44.209.912
8
Rata-Rata 1 62 4.798.753 6.377.679 1.578.925
Sumber: Lampiran 13, Data Diolah Kembali (2021)
Berdasarkan pada Tabel 4.13 bahwa total pendapatan atau keuntungan

pada 28 responden home industry buket bunga di Kota Palu dengan jumlah

produksi bunga artifisial sebanyak 1.744 unit adalah sebesar Rp.44.209.912,-

dengan rata-rata keuntungan tiap industri sebesar Rp.1.578.925,- per bulan.

Pendapatan tertinggi diperoleh Tracy Florist yaitu sebesar Rp.7.543.333,

Pendapatan tersebut tidak langsung menghasilkan nominal sebesar itu tanpa

adanya kerja keras dan konsistensi serta inovasi yang dilakukan terus menerus

mengikuti tren dan zaman. Pengelolaan produksi dari segi perencanaan serta

administrasi yang dilakukan secara kompak dan tim yang berkualitas menjadikan

Tracy Florist sebagai satu diantara pilihan tempat buket bunga terbaik di Kota

Palu. Pendapatan terendah dimiliki oleh Bevallig Floral Atelier Palu yaitu sebesar

Rp.200.333,-. Keuntungan tersebut didapatkan karena kurangnya rasa tanggung

jawab yang dimiliki, sebab dalam kurun waktu terakhir Bevallig Floral Atelier
63

Palu membatasi permintaan konsumen dalam pembuatan buket bunga artifisial

karena sulitnya membagi waktu antara urusan pribadi dan akademik dengan

pengelolaan usaha buket bunga tersebut.

4.1.4.5 Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Home Industry Buket


Bunga Di Kota Palu

Dunia usaha dengan segala kemungkinan dapat terjadi, entah

kemungkinan terburuknya adalah gulung tikar atau kemungkinan usaha tersebut

dapat panjang umur dan menghasilkan keuntungan yang besar. Kemungkinan

tersebut dapat terjadi dikarenakan faktor-faktor pendukung ataupun penghambat

bagi usaha tersebut. Faktor-faktor pendukung dan penghambat sangat penting

dalam dunia usaha untuk diketahui pemilik usaha agar dapat mengantisipasi

ataupun meningkatkan faktor tersebut menjadi sebuah keuntungan usaha.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap ke 28 responden

home industry buket bunga di Kota Palu, terkhusus pada buket bunga artifisial

atau bunga palsu, faktor pendukung utama bagi pemilik usaha yaitu dorongan

serta dukungan dari pihak keluarga (support system). Tidak bisa dipungkiri peran

keluarga adalah hal terpenting dalam hidup ini, entah dalam kepentingan usaha,

pendidikan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu faktor terpenting

selanjutnya yaitu sifat konsistensi ataupun tanggung jawab dari pemilik usaha

yang sejatinya mampu membuat diri sendiri menjadi lebih telaten dalam membuat

ataupun merangkai buket bunga lebih bagus lagi, dengan menjadikan sosial media

menjadi tempat belajar untuk mencari inspirasi terkait model buket bunga seperti

apalagi yang membuat konsumen tertarik terhadap produk yang mereka tawarkan.
64

Demikian faktor pendukung selanjutnya, dari beberapa responden yang

mengatakan bahwa mereka yang mempunyai kawasan strategis, entah rumah atau

setelahnya mereka menyewa tempat untuk menawarkan produk mereka, pemilik

tersebut mampu meraup keuntungan lebih dibanding yang lain. Kawasan tersebut

bisa area dekat kampus ataupun tempat yang biasa dilalui pengguna jalan seperti

menyewa tempat atau toko di pinggir jalan. Namun faktor yang lebih

menguntungkan bagi mereka diantaranya adalah kemudahan mereka dalam

mengakses sosial media, karena menjadi tempat memasarkan produk dan

transaksi dengan konsumen. Terakhir faktor-faktor seperti kegiatan administrasi,

pengelolaan keuangan serta perencanaan yang menjadi hal utama dalam kegiatan

berusaha semua pemilik usaha buket bunga tersebut.

4.1.4.6 Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Home Industry Buket


Bunga Di Kota Palu

Berdasarkan hasil penelitian pada 28 responden home industry buket

bunga di Kota Palu, faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi pemilik usaha

buket bunga adalah ketersediaan bahan baku seperti bunga artifisial, kertas

wrapping, serta bahan-bahan lainnya yang masih kurang siap di Kota Palu.

Banyak dari mereka yang akhirnya membeli bahan-bahan tersebut di luar kota

Palu menggunakan aplikasi penjualan daring (shopee atau tokopedia) karena lebih

murah dan selalu siap. Kemudian faktor penghambat lainnya adalah seringnya

konsumen yang membatalkan pesanannya secara sepihak, penghambat ini dialami

oleh semua pemilik usaha buket bunga tanpa terkecuali.


65

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Home Industry Buket Bunga Di Kota Palu

Istilah home industry atau usaha dirumah adalah tempat tinggal yang

merangkap tempat usaha, baik itu berupa usaha jasa, kantor hingga perdagangan.

Semula pelaku home industry yang memiliki desain ini adalah kalangan

enterpreneur dan profesional, yang sekarang mulai meluas pada kalangan umum,

untuk memiliki lokasi yang strategis dan tempat berkembangnya usaha jenis

rumahan ini tidak terlepas dari berkembangnya virus enterpreneur/kewirausahaan

yang berperan membuka pola pikir kedepan masyarakat bahwa rumah bukan

hanya sebagai tempat tinggal namun dapat digunakan juga sebagai tempat

mencari penghasilan (Kuncoro, 2009).

Berdasarkan hasil dari penelitian selama lebih kurang dua bulan lamanya

dengan memfokuskan buket bunga artifisial sebagai produk utama yang diteliti.

Proses pembuatan atau merakit buket bunga artifisial umumnya cenderung sulit,

sebab bagaimana seorang produsen mampu menggabungkan warna bunga dan

kertasnya, serta item-item yang dirasa mampu menjadikan buket tersebut indah

dipandang. Buket bunga artifisial juga terkadang di padu padankan dengan

beberapa aksesoris pelengkap seperti catatan kecil, pita, boneka dan masih banyak

lagi. Satu buah buket bunga ukuran kecil dan menengah dapat diselesaikan kurang

dari satu jam, namun jika ukuran besar dan tingkat kesulitannya juga tinggi

mampu melebihi ukuran waktu tersebut.

Penjualan buket bunga artifisial semakin memperlihatkan nilainya hari

demi hari dengan munculnya berbagai macam bentuk, warna dan kemasan.

Produk buket bunga artifisial (palsu atau tidak alami) pada industri rumah tangga
66

atau home industry ini dapat memberi kepuasan terhadap konsumen untuk

diberikan kepada seseorang terkasih. Dalam aktivitas produksi yang dilakukan

dengan buatan tangan (home industry) tersebut menjadikan satu peluang usaha

dan menjadi satu diantara sumber pendapatan.

4.2.2 Penerimaan dan Pendapatan Home Industry Buket Bunga


di Kota Palu

Berdasarkan penelitian pada 28 responden home industry buket bunga di

Kota Palu bahwa usaha buket bunga artifisial ini cukup menguntungkan. Sebab

terkhusus untuk permintaan konsumen pada kalangan mahasiswa tidak akan

berhenti, karena tiap harinya perguruan tinggi mampu meluluskan mahasiswa(i)

dengan proses ujian seminar proposal, seminar hasil dan skripsi. Momentum

inilah yang banyak membuat kesempatan untuk menghasilkan pendapatan bagi

para pelaku usaha buket bunga artifisial di Kota Palu.

Total penerimaan yang diperoleh 28 pemilik home industry buket bunga

artifisial di Kota Palu sebesar Rp.178.575.000,- dengan rata-rata penerimaan tiap

industri sebesar Rp.6.377.679,- sedangkan rata-rata penerimaan per unit sebesar

Rp.96.678,-. Total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh 28 pemilik home

industry buket bunga di Kota Palu sebesar Rp.44.209.912,- dengan rata-rata

pendapatan tiap industri sebesar Rp.1.578.925,- sedangkan rata-rata pendapatan

per unit sebesar Rp.20.666,- (lampiran 13).

Penerimaan dan pendapatan tertinggi diperoleh Tracy Florist sebesar

Rp.26.250.000,- dan Rp.7.543.333,-. Penerimaan terendah diperoleh TND

Bouquet Palu sebesar Rp.2.400.000 dan pendapatan terendah diperoleh Bevallig

Floral Atelier Palu sebesar Rp.200.333,-. Penerimaan serta pendapatan yang telah
67

didapatkan dihitung berdasarkan periode produksi dengan waktu yang telah

ditentukan selama satu bulan, jadi untuk hasil penerimaan dan pendapatan diatas

adalah total penerimaan dan pendapatan yang didapatkan pemilik usaha selama

satu bulan.

4.2.3 Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Home Industry Buket


Bunga di Kota Palu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 28 responden home

industry buket bunga di Kota Palu bahwa faktor-faktor pendukung bagi pemilik

usaha meliputi dukungan dari orang-orang terdekat (keluarga), konsistensi

terhadap produk yang dijual, tanggung jawab atas usaha yang telah dilakukan dari

awal sampai akhir, kawasan rumah atau tempat yang strategis, kemudahan dalam

mengakses sosial media sebagai wadah pemasaran dan transaksi dengan

konsumen, kegiatan administrasi, pengelolaan keuangan serta perencanaan yang

dikuasai oleh pemilik usaha tersebut.

4.2.4 Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Home Industry Buket


Bunga di Kota Palu

Berdasarkan penelitian sebelumnya dari 28 responden home industry buket

bunga di Kota Palu faktor-faktor penghambat bagi pemilik usaha meliputi

ketersediaan bahan baku utama yakni bunga artifisial dan bahan pelengkap

diantaranya kertas bunga (wrapping), busa bunga, pita, dsb yang masih kurang

siap di Kota Palu, kemudian faktor tidak terduga yang menjadi penghambat dalam

perkembangan home industry buket bunga di Kota Palu ialah sikap konsumen

yang sering membatalkan pemesanan produk secara sepihak ataupun tanpa kabar

sama sekali menjadikan penghambat usaha yang kadang membuat pemilik merasa
68

rugi, namun belajar dari hal tersebut, produk yang telah jadi akan dijual kembali

dengan harga yang lebih murah.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden pemilik

usaha home industry buket bunga di Kota Palu dapat diambil kesimpulan, sebagai

berikut :

1. Total biaya produksi pada 28 responden dengan jumlah produksi sebanyak

1.744 unit buket bunga artifisial selama satu bulan adalah sebesar

Rp.134.365.088,- menghasilkan penerimaan sebesar Rp.178.575.000,-

serta diperoleh pendapatan bersih (keuntungan) sebesar Rp.44.209.912,-.

2. Faktor pendukung usaha meliputi dukungan keluarga, kawasan atau

tempat yang strategis, kemudahan jaringan mengakses sosial media.

3. Faktor penghambat usaha meliputi ketersediaan bahan baku dan pelengkap

yang belum memadai di Kota Palu serta konsumen yang membatalkan

pemesanan produk secara sepihak atau tanpa kabar sama sekali.

5.2 Saran

Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini:

1. Sebagai bahan masukan terhadap pemerintah daerah agar mampu

memfasilitasi usaha ini kiranya dapat dimasukkan ke dinas terkait dalam

kelompok usaha rumah tangga, serta kepada pemilik usaha dalam

penggunaan biaya produksi dapat dioptimalkan secara efisien dan efektif,

agar pendapatan yang diperoleh nantinya mampu ditingkatkan lagi atau


107

seimbang dengan biaya yang dikeluarkan dan tingkatkan kembali

kreatifitas dalam pemasaran produk di sosial media.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk

mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan

selanjutya.

Anda mungkin juga menyukai