Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENDAPATAN USAHA HOME INDUSTRI TAPE KETAN

(PEUYEUM) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI


MASYARAKAT DI KELURAHAN CIGUGUR KABUPATEN
KUNINGAN

PROPOSAL SKRIPSI

Dosen Pengampu : Zainal Arifin, SE.,M.Si

Oleh :
Feby Dea Suryani 201610180311264

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan usaha industri di Indonesia tidak lepas dari persaingan bisnis, dari
persaingan tersebut banyak variasi untuk mencapai keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen didalam menjalani kegiatan
bisnis mereka yang mana memiliki barang/jasa yang bisa meningkatkan nilai produksi serta
bermanfaat dalam perkembangan usaha industrinya. Pembangunan untuk tujuan industri juga
menjadi sumber yang dapat meningkatkan pendapatan, akan tetapi hal itu harus didukung
pula oleh ketersediaan sumber daya ekonomi, baik sumber daya alam, sumber daya manusia,
maupun sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung
yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif maka pengembangan dalam
kegiatan industripun mengalami kesulitan dalam miningkatkan pendapatannya.

Pembentukan Usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh
seseorang atau kelompok dengan tujuan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Sehingga melalui usaha industri
diharapkan bisa memajukan dan 2 membangun kehidupan masyarakat dari kemiskinan atau
terbatasnya kebutuhan ekonomi yang dimiliki. Karena usaha industri juga merupakan suatu
langkah sebagai solusi yang tepat untuk digunakan oleh masyarakat dalam berkreatifitas dan
menciptakan nilai produksi dengan model-model atau barang yang bernuansa seni, unik,
eksotis, motif dan kreasi, baik berupa makanan ataupun benda (Sukirno 2011, h. 37).

Meninjau perkembangan industri disuatu daerah seperti Kuningan juga masih banyak
industri yang berkembang seperti industri Tape Ketan (Peuyeum) yang dikelola oleh industri
kecil atau unit kegiatan rumah tangga yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan
ekonominya. Kuningan merupakan Kabupaten yang ada di bagian Provinsi Jawa Barat,
sektor industri Tape Ketannya sudah lama berkembang, dimana perkembangan usaha tersebut
sudah banyak masyarakat mengenal produk-produk yang telah dipasarkan. Berdasarkan data
dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kuningan, jumlah perajin tape ketan hingga Juni
2012, yang telah memiliki izin usaha resmi dan merk dagang, sedikitnya berjumlah 35 unit
usaha, yang tersebar di daerah Cibereum, Tarikolot, Sindangagung, dan Cigugur.
Salah satu sentra pembuatan tape ketan (peuyeum) berada di desa yang terletak di
Keluruhan Cigugur, dikenal sebagai desa pengrajin tape khas Kabupaten Kuningan. Ada dua
pengrajin tape yang paling terkenal, yakni Sari Asih dan Pamella. Bisa dikatakan, mereka
adalah pengrajin tape pionir. Produksi tape itu sendiri kebanyakan dikelola dengan pola
industri rumah tangga.

Peuyeum (atau disebut juga Tape) Ketan Kuningan merupakan makanan tradisional
khas Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Peuyeum Ketan Kuningan terbuat dari beras ketan
putih yang difermentasikan dan dibungkus dengan daun jambu air. Karena rasanya yang
segar dan manis, oleh-oleh khas ini biasa disantap sebagai makanan penutup. Peuyeum Ketan
Kuningan juga dikenal dengan pengemasan produknya yang unik, yaitu dengan
menggunakan ember. Selain itu Tape Kuningan punya kekhasan sendiri. Membuatnya pun
tak sembarangan. Alat bakarnya pun tak bisa pakai kompor gas, harus pakai kayu bakar, agar
rasa tetap terjaga dan dengan memakai pembungkus dari daun jambu air, rasa serta wangi
tape akan tetap terjaga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pendapatan usaha home industri Tape Ketan
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh
sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “Analisis pendapatan usaha home
industri tape ketan (peuyeum) terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan
Cigugur Kabupaten Kuningan” pendapatan usaha home industri dipilih karena pendapatan
tersebut akan membawa kemajuan bagi pengusaha dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di
sekitarnya.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian dari permasalahan ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis pendapatan usaha home industri Tape Ketan
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan
1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan diatas, adapun manfaat
penelitian ini menambah pengetahuan dan informasi tentang pendapatan usaha home industri
tape ketan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Cigugur Kabupaten
Kuningan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Peran

Menurut Soekanto (2012: 212), peranan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia sedang menjalankan suatu peranan. Menurut Suhardono (1994: 15),
peran adalah seperangkat patokan yang membatasi apa perilaku yang semestinya dilakukan
oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi tertentu. Seperangkat patokan tersebut
digunakan agar seseorang berperilaku sesuai dengan kedudukannya. Menurut Sari, (2009:
106), Peran adalah sebuah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu di dalam
masyarakat meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap seseorang. Hal ini
merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

2.1.2 Definisi Industri

Menurut Dumairy (1996: 227) istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri
berarti himpunan perusahaan-perusahaan yang sejenis, misalnya industri kosmetika hal ini
berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik. Kedua, industri merupakan
suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif seperti mengolah bahan
mentah menjadi barang jadi maupun setengah jadi. Kegiatan pengolahan tersebut dapat
bersifat masinal, elektrikal, bahkan manual.

Ginting (2009: 26), menyatakan bahwa industry merupakan suatu usaha atau kegiatan
pengolahan bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi sehingga memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil dari suatu industry tidak hanya berupa
barang, namun juga makanan dan jasa.

Menurut Dumairy (1996: 232-233), industri dapat digolongkan menurut pendekatan


besar kecilnya skala usaha yang dilakukan dan besar kecilnya kekayaan yang dimiliki.
Berdasarkan pendekatan besar kecilnya skala usaha dibagi mendai 4 lapisan, yaitu:

1) Industri besar: berpekerja 100 orang atau lebih.

2) Industri sedang: berpekerja antara 20 sampai 99 orang.

3) Industri kecil: berpekerja antara 5 sampai 19 orang, dan


4) Industri/kerajinan rumah tangga: berpekerja < 5 orang.

Sedangkan penggolongan industri menurut besar kecilnya kekayaan yang dimiliki,


yaitu:

1) Perusahaan besar: perusahaan yang memiliki aset (tidak termasuk nilai tanah dan
bangunan) ≥ 600 juta.

2) Perusahaan kecil: perusahaan yang memiliki aset (tidak termasuk nilai tanah dan
bangunan) ≤ 600 juta.

2.1.3 Peran Industri Kecil

Pengertian Industri Kecil

Industri kecil mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Walaupun seperti itu ada
beberapa tolak ukur untuk mengetahui seperti apa yang disebut sebagai industri kecil.
Menurut Nitisusastro (2012: 37), tolak ukur yang lazim digunakan antara lain jumlah
kekayaan seperti uang tunai, persediaan, tanah, mesin untuk produksi dan sumber daya lain
yang dimiliki. Selanjutnya ada jumlah besarnya penyertaan yang dianggap sebagai modal
kerja. Untuk indikator lainnya adalah jumlah total penjualan dalam setahun dan jumlah
pekerja yang dipekerjakan.

Menurut Wie (1992: 100), industri kecil merupakan industri yang mempunyai aset
tidak lebih dari 600 juta. Populasi industri kecil terkonsentrasi di suatu lokasi tertentu yang
merupakan sentra-sentra produksi.

Marbun (1996: 2), memaparkan bahwa industri kecil adalah industri yang belum
dikelola secara atau lewat manajemen modern. Adapun jumlah penjualan atau omset pertahun
terkadang kurang jelas karena tergantung situasi dan kondisi.

Menurut Anoraga (2002: 226), industri kecil mempunyai peran penting dalam
penyerapan tenaga kerja, penggerak roda perekonomian dan pelayanan masyarakat. Hal
tersebut memungkinkan mengingat karakteristik dari usaha kecil tersebut yang tahan terhadap
krisis ekonomi karena usaha kecil dijalankan dengan ketergantungan yang rendah terhadap
pendanaan sektor moneter dan keberadaannya yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Maka
dari itu keberadaan usaha kecil mempunyai peranan yang penting dan strategis terhadap
pembangunan struktur ekonomi nasional sehingga industri kecil perlu dikembangkan.

Menurut Malik (2015: 167), industri kecil mempunyai posisi yang strategis dalam
pembangunan pedesaan. Hal ini dikarenakan industri kecil dapat menghubungkan antara
aktivitas sektor pertanian dan non pertanian dan industri kecil juga dapat menciptakan
multiplier effect terhadap munculnya kegiatankegiatan non pertanian yang lain seperti jasa,
dan perdagangan sehingga industri kecil dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di
perdesaan.

Menurut Rejekiningsih (2002: 125), industri kecil mempunyai peran yaitu industri
kecil mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan mampu berkontribusi teradap PDRB
suatu daerah. Peran industri kecil tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran
dan setengah penganggur

2.1.4 Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat

Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Maftuh (1995: 34), kondisi sosial ekonomi adalah kondisi seseorang dalam
masyarakat dilihat dari segi pendapatan dan kekayaannya. Hal tersebut membuktikan bahwa
faktor ekonomi dominan dalam menentukan status sosial di masyarakat selain faktor-faktor
lain yang ada.

Menurut Kusnadi (1993: 6), sosial ekonomi merupakan kondisi kependudukan yang
ada tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat konsumsi, perumahan,
dan lingkungan masyarakat. Menurut Sumardi (1982: 21), kondisi sosial ekonomi adalah
suatu kedudukan yang diatur secara sosial sehingga hal tersebut menempatkan seseorang
pada posisi tertentu di dalam masyarakat, adanya pemberian posisi tersebut disertai pula
dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh pembawa status.

Menurut Melly G. Tan dalam Koentjaraningrat (1981:35), kondisi sosial ekonomi


seseorang mencakup 3 faktor yaitu, dilihat dari pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan,
sehingga dengan melihat ketiga aspek tersebut masyarakat dapat digolongkan ke dalam
kedudu kan social ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.

Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi interaksi sosial,
pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, dan pendapatan ekonomi yang akan dijelaskan
sebagai berikut:

a. Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain baik itu hubungan antar individu, antar kelompok
maupun antar individu dan kelompok (Wualansari, 2009). Dalam berinteraksi bisa
terjadi hubungan positif dan negatif. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi
saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu
pihak atau keduanya (bermusuhan). Interaksi sosial dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif. Interaksi sosial bersifat asosiatif
akan mengarah pada bentuk penyatuan dan terdiri atas beberapa hal berikut ini :

1) Kerja sama (cooperation), terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa


mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

2) Akomodasi, yaitu proses penyesuaian antara individu dengan individu,


individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna
mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan.

3) Asimilasi, yaitu proses yang ditandai adanya usaha mengurangi perbedaan


yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat
serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya
tujuan bersama

4) Akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok


masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga
lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.

Sedangkan interaksi sosial disosiatif mengarah pada bentuk pemisahan dan terbagi dalam tiga
bentuk sebagai berikut:

1) Persaingan/kompetisi, adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan


atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil
secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak
lawannya.

2) Kontravensi, adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan


dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan seperti
perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi, dan
intimidasi yang ditunjukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan
atau konflik.

3) Konflik, adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat


tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang
pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai
tersebut.

2.1.5 Pendapatan Ekonomi

Dampak pembangunan pada aspek sosial ekonomi yang lain adalah ekonomi rumah
tangga yang salah satunya meliputi tingkat pendapatan. Setelah berkembangnya industri
tingkat pendapatan meningkat. Menurut Sukirno (2011) pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu,
baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Dalam suatu perusahaan pendapatan yang
diberikan kepada karyawan tidak hanya gaji pokok, namun berdasarkan kebijakan dan
strategi pengupahan masing-masing. Perusahaan dapat pula memberikan pendapatan lain
seperti tunjangan, bonus dan sebagainya. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan dan papan. Besar kecilnya pendapatan
seseorang akan mempengaruhi gaya hidup serta tingkat konsumsi masyarakat. Biasanya
pengeluaran konsumsi meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan, begitupun sebaliknya
jika pendapatan turun maka pengeluaran konsumsi akan menurun.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud


mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan secara mendalam tentang peran usaha
home industri tape ketan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Cigugur,
Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada manusia dalam wawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong 2005, h.
3). Metode kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang bersifat luwes, tidak terlalu rinci,
tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-
perubahan yang lebih mendasar, menarik dan unik yang bermakna ketika proses penelitian
berjalan (Bungin 2007, h. 39) atau metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati sesuai dengan realita yang di dapat dilapangan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Bulan Januari 2020. Lokasi penelitian berada di
Kelurahan, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pengrajin tape dan juga penjual produk olahan tape
ketan di Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan. Objek penelitian ini adalah peran usaha
home industri tape ketan terhadap kondisi sosial ekonomi serta perubahan sosial yang terjadi
di masyarakat Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan..

3.4 Sumber Data

Sumber data merupakan subjek data tersebut diperoleh. Ada dua jenis data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data Primer Dalam penelitian ini, sumber primer diperoleh melalui wawancara dan
observasi dengan pengrajin tape dan juga penjual produk olahan tape ketan di
Kabupaten Kuningan.
b. Data Sekunder ini berupa data mengenai arsip jumlah buruh, foto-foto, aktivitas
masyarakat yang menjadi pengrajin tape dan juga menjual produk olahan tape ketan
di Kabupaten Kuningan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif ini sebagai
berikut:

a. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah teknik pengumpulan data di mana seorang peneliti


melakukan pengamatan pada masyarakat atau rumah tangga keluarga yang menjadi
objeknya (Bungin 2003, h. 190). Observasi (pengamatan) dilakukan kepada objek
penelitian, Dalam konteks penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap para
pengrajin tape untuk mengetahui peran industri tape ketan terhadap kondisi sosial
ekonomi serta perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Kelurahan Cigugur
Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan akibat adanya usaha home industri tape
ketan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancara dalam satu waktu (Moleong 2005,
h. 180). Wawancara ini dilakukan kepada para pengrajin tape untuk mengetahui
tentang peran usaha home indsutri tape ketan terhadap kondisi sosial ekonomi serta
perubahan sosial yang terjadi di Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan akibat adanya usaha home industri tape ketan.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi berbentuk foto-foto, catatan-catatan, dan data-data


berbentuk tulisan tentang peran usaha home industri tape ketan terhadap kondisi
sosial ekonomi serta perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Kelurahan Cigugur
Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan akibat adanya home industri tape ketan.
DAFTAR PUSTAKA

Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nitisusastro, M. (2012). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta.

Nurdin, M. K. (2013), Dampak Home Industri Tahu Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa (Penelitian di Kelurahan Babakan Kecamatan Ciparay Kota
Bandung).Skripsi tidak diterbitkan. UIN Sunan Gunung Jati: Bandung. Diakses pada
8 januari 2017

Marbun. (1996). Manajemen Perusahaan Kecil, Edisi Pertama. Jakarta: Binaman


Pressindo.Nawawi, H. (1991). Metode penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Rejekiningsih, T. W. (2004). Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam


Perekonomian Provinsi Jawa Tengah. eJournal Dinamika Pembangunan. (Volume 1,
Nomor 2) Hlm. 125-136 Versi Elektronik. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/11714142.pdf pada 24 Maret 2017 08.00Siswoyo,
D. dkk. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Alwin. 2003. Analisis Pengaruh Kawasan Industri Medan Terhadap Lingkungan Sosial
Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus : Kelurahan Mabar dan Titi Papan
Kecamatan Medan Deli). Tesis. Medan : Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

https://fahmina.or.id/tape-ketan-kuningan-panganan-rakyat-hingga-usaha-kuliner-
menjanjikan/

Anda mungkin juga menyukai