Semester :7A
1. Latar belakang masalah adalah bagian I dari BAB Pendahuluan. Didalam bagian ini
dikemukakan BAB Pendahuluan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan baik
kesenjangan teoritik (Gap Researc) maupun kesenjangan praktis (Gap Fenomena) yang melatar
belakangi masalah yang diteliti. Didalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas
pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan
demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.
2.) Saat ini globalisasi telah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia,
baik dampak positif maupun dampak negatif. Globalisasi telah berlangsung pada semua sisi
kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan ideologi.
Dampak globalisasi yang sangat signifikan adalah pola hidup masyarakat Indonesia. Akibat
adanya globalisasi muncul pasar kapitalis yang mana mampu menaklukkan masyarakat modern
saat ini seperti perusahaan-perusahaan es krim. Dengan adanya produk es krim mampu merubah
pola konsumen dan pasar menyediakan sarana pembelanjaan masyarakat modern. Hali ini
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan dan minuman yang sehat.
Di zaman modern ini, es krim telah merambah di semua lapisan masyarakat, kaya atau
miskin, tua atau muda, mulai dari orang dewasa hingga generasi muda dan pelajar.
Persaingan bisnis ini membuat perusahaan melakukan berbagai cara untuk menarik
konsumen terhadap produk mereka. Syarat agar suatu perusahaan dapat sukses dalam
mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan dapat
menyampaikan produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh konsumen tersebut. Di samping itu saat ini pihak konsumen lebih rasional
dan lebih cermat dalam melakukan pembelian serta mengumpulkan informasi mengenai
yang unggul. Bentuknya bisa berupa produk yang berkualitas, strategi distribusi yang
tepat, keberagaman produk atau penerapan harga yang menarik konsumen. Harga
merupakan instrumen pemasaran yang paling fleksibel dan mudah dimainkan dibanding
instrumen pemasaran yang lain. Hal ini berarti ada titik lemah dan titik kuat yang
dimilikinya.
Aice merupakan perusahaan lisensi dari Singapura dan memiliki tim yang berpengalaman 20
tahun di industri eskrim. Aice datang ke Indonesia dan mendirikan pabrik es krim pertamanya PT
Alpen Food Industri yang menerima sertifikasi tingkat A- Level Halal salah satu merek dari industri
es krim yang terpilih sebagai 10 makanan paling viral 2016 di Indonesia adalah Aice tidak hanya
itu Aice juga memenangkan “Excellent Brand Award 2017” dengan nilai tertinggi dari industri es
krim. Aice juga terpilih menjadi merek es krim pilihan Asia Games di Jakarta. Es krim Aice terbuat
dari puree buah asli, seperti buah mangga, durian, melon, dan stroberi. Rasa es krim Aice yang
sangat beragam membuat es krim Aice mampu bersaing secara kompetitif dengan pemain lama
industri es krim. Es krim Aice memiliki 35 varian rasa yang sangat memanjakan lidah konsumen.
Distributor Aice menggandeng supermarket atau minimarket yang ada di kota sebagai
prioritas mitra penjualan. Justru toko-toko kelontong dan warung-warung kecil yang
lokasinya strategis berada di pemukiman padat penduduk atau dekat dengan sekolah.
Demikian konsumen bisa lebih dekat untuk mendapatkan produknya. Terlebih Distributor
Aice juga memakai sistem jual putus pada setiap penjualan produk es krimnya. Artinya,
berkewajiban membayar produk es krim yang laku terjual. Dibandingkan harga produk
sejenis yang ditawarkan oleh produsen lain, harga yang ditawarkan Aice untuk setiap
Aice yang ingin menghadirkan es krim bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia,
termasuk kelas menengah-kebawah, yang kurang mampu. Aice memilih untuk lebih fokus
memilih jalur distribusi general trade yang menyasar pasar tradisional dan toko kelontong
Dengan dorongan pertumbuhan ekonomi kelas menengah dan perubahan gaya hidup yang
sangat pesat membuat kinerja industri Aice mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan
tersebut mendorong perusahaan industri es krim berkompetisi untuk meraih pangsa pasarnya yang
krim menyebabkan beragamnya perusahaan es krim lain di Indonesia dengan berbagai variasi,
merek, kemasan, serta kualitas produknya. Salah satu yang penting yaitu strategi pemasaran yang
ketatnya persaingan dalam bisnis oleh karena itu perusahaan es krim berlomba-lomba
untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas dalam menciptakan produk baru agar dapat
menarik perhatian konsumen. Perusahaan akan tetap menjaga kualitas produknya agar
3.) Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah kesan harga berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.
2. Apakah kesan kualitas berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.
3. Apakah kesan ekuitas merek berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor
Aice?.
4. Apakah variasi produk berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.
5. Apakah kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.
6. Apakah kesan harga, kesan kualitas, ekuitas merek, variasi produk dan kualitas produk
4.) Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan harga terhadap minat beli di Distributor
Aice.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan kualitas produk terhadap minat beli di
Distributor Aice.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli di Distributor
Aice.
4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh variasi produk terhadap minat beli di
Distributor Aice.
5. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kualitas produk terhadap minat beli di
Distributor Aice.
6. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan harga, kesan kualitas produk, ekuitas
merek, variasi produk dan kualitas produk secara simultan terhadap minat beli di Distributor
Aice.
Menurut Kotler dan Armstrong (2010) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas
suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan konsumen atas manfaat-manfaat
karena memiliki atau menggunakan produk dan jasa tertentu. Cockril dan Goode (2010)
menyatakan bahwa persepsi harga merupakan faktor psikologis dari berbagai segi yang
mempunyai pengaruh yang penting dalam reaksi konsumen kepada harga. Karena itulah persepsi
Kotler dan Keller (2009) persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk
dunia yang memiliki arti. Salah satu sektor-sektor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan
adalah harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk persepsi produk
tersebut berkualitas. Sementara itu, harga rendah dapat membentuk persepsi pembeli tidak percaya
Pada kondisi saat ini harga menjadi acuan bagi konsumen untuk membeli suatu produk.
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) didalam variabel harga terdapat beberapa unsur kegiatan
utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran.
Menurut Kotler dan Armstong (2008), ada empat indikator yang mencirikan harga, yaitu:
1. Keterjangkauan harga.
5. Harga Diskon.
Reppi (2015) persepsi kualitas adalah persepsi terhadap kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain. Persepsi
kualitas juga dapat mempangaruhi kreputuan pembelian. Menurut Farizi dan Syaefulah (2013)
persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah aktifitas
yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata.
Ada pengaruh positif secara langsung antara persepsi kualitas dengan keputusan pembelian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi
atau melebihi harapan konsumen, dimana suatu produk tesebut memiliki kualitas yang sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah
karena selera atau harapan konsumen pada suatu produk yang berubah.
Menurut Sweeney (2001) menyatakan beberapa indikator persepsi kualitas produk yaitu :
2. Produknya baik.
Ekuitas merek atau brand equity adalah kekuatan dari suatu merek. Dengan merek yang
kuat sebuah perusahaan bisa mengelola aset-aset mereka dengan baik, meningkatkan arus kas,
meluaskan pangsa pasar, menentukan harga premium, membatasi biaya promosi, peningkatan
konsumen, ekuitas merek adalah sebuah respon atau tanggapan dari konsumen terhadap suatu
produk. Kotler dan Keller (2009) pengertian ekuitas merek (brand equity) menurut Kotler dan
Keller adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin
dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga
harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek untuk perusahaan.
Ekuitas merek menurut Kotler dan Keller (2013) adalah nilai tambah yang diberikan pada
produk dan jasa yang tercermin melalui cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek
bagi perusahaan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus saling
Namun yang paling umum digunakan adalah pendapat Aaker (1997) yaitu bahwa terdapat
1. Loyalitas merek.
2. Kesadaran merek.
4. Asosiasi merek.
Variasi produk atau keberagaman produk bukan hal baru dalam dunia pemasaran, dimana
strategi ini banyak digunakan oleh praktisi-praktisi pemasaran didalam aktivitas peluncuran
produknya. Menurut Philip Kotler (2009) variasi produk sebagai ahli tersendiri dalam suatu merek
atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau cirri-ciri. Atau
variasi produk merupakan jenis atau macam produk yang tersedia Spark dan Legault (2005).
Variasi produk merupakan suatu proses menciptakan suatu produk yang beragam baik dari ukuran,
berubah.
Menurut Philip Kotler (2009) variasi produk sebagai ahli tersendiri dalam suatu merek atau
lini produk sebagai lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga penampilan atau
ciri-ciri. Sedangkan menurut Mikel P.Groover (2010) menyatakan bahwa variasi produk dapat
diartikan sebagai produk yang memiliki desain atau jenis yang berbeda dan diproduksi oleh sebuah
1. Ukuran.
2. Harga.
3. Tampilan.
4. Ketersediaan Produk.
Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan
apabila menginginkan produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Adanya hubungan timbal
balik antara perusahaan dengan konsumen akan memberikan peluang untuk mengetahui dan
memahami apa yang menjadi kebutuhan dan harapan yang ada pada persepsi konsumen. Maka,
perusahaan penyedia produk dapat memberikan kinerja yang baik untuk mencapai kepuasan
Schiffman dan Kanuk (2007) kualitas produk adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memberikan identitas atau ciri pada setiap produknya sehingga konsumen dapat mengenali produk
tersebut.
3) Kesesuaian : sejauh mana desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang
ditetapkan.
4) Reliabilitas : probabilitas suatu produk akan beroperasi dengan benar selama jangka waktu
5) Daya tahan : jumlah penggunaan yang didapat pelanggan produk sebelum memburuk secara
8) Kualitas yang dirasakan pelanggan : persepsi pelanggan tentang kualitas produk berdasarkan
reputasi perusahaan.
Menurut Kotler dan Keller (2009) minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul
sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginana seseorang untuk melakukan
pembelian. Menurut Assael (2002), terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen,
yaitu:
1. Lingkungan, lingkungan disekitar dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam pemilihan
Sedangkan menurut Abdurachman (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat
1. Faktor kualitas, merupakan atribut produk yang dipertimbangkan dari segi manfaat fisiknya.
2. Faktor brand/merek, merupakan atribut yang memberikan manfaat non material, yaitu
kepuasan emosional.
4. Faktor harga, pengorbanan riel dan materiel yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh
5. Faktor ketersediaan barang, merupakan sejauh mana sikap konsumen terhadap ketersediaan
6. Faktor acuan, merupakan pengaruh dari luar yang ikut memberikan rangsangan bagi konsumen
dalam memilih produk, sehingga dapat pula dipakai sebagai media promosi.
Menurut Lamb (2001) salah satu cara mengembangkan minat beli adalah melalui promosi yakni
komunikasi yang menginformasikan kepada calon pembeli sebuah atau sesuatu pendapatan atau
Menurut Schiffman dan Kanuk (2013) terdapat beberapa indikator untuk mengukur minat
beli, yaitu :
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk
dijawab secara tertulis oleh responden. Untuk melihat sikap responden dalam merespon
pertanyaan atau pernyataan digunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang didasarkan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.
No Keterangan Skor
2 Sangat Setuju 7
3 Setuju 6
4 Cukup Setuju 5
5 Kurang Setuju 4
6 Tidak Setuju 3
Sekali
Tabel 3.2
Dapat dilihat dari tabel 3.2 bahwa tingkatan skor memiliki nilai masing-masing yang
3.4.1.2 Dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.4.1.3 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan langsung.
Peneliti melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian untuk diamati menggunakan
pancaindra. Peneliti diposisikan sebagai pengamat atau orang luar. Dalam mengumpulkan data
menggunakan observasi, peneliti dapat menggunakan catatan maupun rekaman. Observasi dapat
bersifat partisipatoris, yaitu ketika peneliti turut bergabung dan melakukan aktivitas bersama objek
pengamatannya.
Teknik pengumpulan data yang juga banyak dilakukan adalah studi pustaka. Studi pustaka
mengumpulkan data yang relevan dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber kredibel
Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen sarung di Jawa Timur) , Jurnal Universitas
pp.347–357.
Aaker, David. 2001. Marketing Research, Seventh Edition. USA: John Wiley & Sons, Ind.
Assael, H. 2002. Consumer Behavior and Marketing Action. Fourth Edition. Boston: PWS-Kent
Publishing Company.
Charles Lamb, W.et.al. 2001. Pemasaran. Edisi Pertama, Salemba Empat: Jakarta.
Cockrill, Antje., Mark M.H. Goode. 2010. Perceived Price And Price Decay In the DVD Marke.
Farizi, Hadyan dan Syaefullah, MM,Akt. 2013. Pengaruh Persepsi Kegunaan Persepsi
Kemudahan, Persepsi Resiko dan Kepercayaan terhadap Minat Menggunaan Internet Banking”.
Garvin, D.A. (1988) Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge. The Free Press,
New York.
Aydın Burç, Gökhan. October 2015. Effect of Consumer-Based Brand Equity on Purchase
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta:
GP Press.
Keller, L.L. (1993). Conceptualising, measuring and managing customer based brand equity.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Kotler & Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid . Edisi Ke 13. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip & Garry Armstrong. 2010. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1 dan 2 Edisi Kedua
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Erlangga
: Jakarta.
Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga.
Li-Yan Chen. 2016. An Empirical Study of the Effect of Perceived Price on Purchase Intention
Evidence from Low-Cost Carriers. International Journal of Business and Social Science Vol.
Trinh, Giang Trinh. et al.2009. Do product variants appeal to different segments of buyers within
a category. Journal of Product & Brand Management. Volume 18 Number 2. 2009. 95–10.
Gujarati, D.N.,2012, Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C., Salemba
Nagle, T.T and Hogan, J. 2006.The Strategy And Tactics Of Pricing, A Guide To Growing More
Asshidin, Nor Hazlin Nor,et all. Perceived quality and emotional value that influence consumer’s
purchase intention towards American and local products. 2212-5671 © 2016 Published by
Elsevier B.V. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license
Rai,Pratibha Rai And Om Jee Gupta. 2019. Measuring the Mediating Effect of Utilitarian Motive
in the Relationship of Product Quality, Product Price with Consumer Purchase Intention.
Reppi, J. M., Tumbel, A., & Jorie, R. J. 2015. Analisis pengaruh persepsi kualitas, motivasi dan
sikap konsumen terhadap keputusan pembelian ponsel iphone pada pusat perbelanjaan itc
manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15 (5). Hal 828-838. Diunduh dari
http://scholar.google.co.id.
Santoso, Singgih. 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah dipahami.
Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Zoelkifli
Schiffman, l.G. dan Kanuk, Leslie L. 2013. Consumer Behavior. 8th edition. New Jersey: Prentice
Hall.
Spark, Richard E. And D, Legault. 2005. A Definition of Quality for Total Customer.
William J. Stanton. 2004. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh Jilid Kesatu. Jakarta: Erlangga.
konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka
berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara
KESAN KUALITAS
PRODUK (X2)
MINAT PEMBELI (Y)
EKUITAS MEREK (X3)
KUALITAS PRODUK
(X5)
Berdasarkan dengan penelitian sebelumnya bahwa kesan harga (X1), kesan kualitas (X2),
ekuitas merek (X3), variasi produk (X4) dan kualitas produk (X5) berpengaruh secara signifikan