Anda di halaman 1dari 18

YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL MAYJEN SUNGKONO

UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO


FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN: B 4995/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2017
S1 AKUNTANSI : TERAKREDITASI
Jln. Irian Jaya 04 Mojokerto Telp. ( 0321 ) 334055 Faks. (0321)

Nama : Ahmad Fajar Romadloni Mata Kuliah : Seminar Manajemen

NIM : 2017051012 Tanggal : 12 Februari 2021

Semester :7A

1. Latar belakang masalah adalah bagian I dari BAB Pendahuluan. Didalam bagian ini

dikemukakan BAB Pendahuluan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan baik

kesenjangan teoritik (Gap Researc) maupun kesenjangan praktis (Gap Fenomena) yang melatar

belakangi masalah yang diteliti. Didalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas

teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun

pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan

demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.

2.) Saat ini globalisasi telah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia,

baik dampak positif maupun dampak negatif. Globalisasi telah berlangsung pada semua sisi

kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan ideologi.

Dampak globalisasi yang sangat signifikan adalah pola hidup masyarakat Indonesia. Akibat

adanya globalisasi muncul pasar kapitalis yang mana mampu menaklukkan masyarakat modern

saat ini seperti perusahaan-perusahaan es krim. Dengan adanya produk es krim mampu merubah

pola konsumen dan pasar menyediakan sarana pembelanjaan masyarakat modern. Hali ini

mendorong masyarakat untuk membeli es krim.

Industri es krim di indonesia kini masih terus berpeluang untuk meningkatkan


pertumbuhannya karena terus mengalami peningkatan dalam konsumsi perkapita seiring

dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan dan minuman yang sehat.

Di zaman modern ini, es krim telah merambah di semua lapisan masyarakat, kaya atau

miskin, tua atau muda, mulai dari orang dewasa hingga generasi muda dan pelajar.

Persaingan bisnis ini membuat perusahaan melakukan berbagai cara untuk menarik

konsumen terhadap produk mereka. Syarat agar suatu perusahaan dapat sukses dalam

persaingan tersebut adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan dapat

menyampaikan produk yang diinginkan oleh konsumen sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh konsumen tersebut. Di samping itu saat ini pihak konsumen lebih rasional

dan lebih cermat dalam melakukan pembelian serta mengumpulkan informasi mengenai

suatu produk yang akan dibelinya.

Layaknya sebuah peperangan, persaingan bisnis juga menuntun keberadaan senjata

yang unggul. Bentuknya bisa berupa produk yang berkualitas, strategi distribusi yang

tepat, keberagaman produk atau penerapan harga yang menarik konsumen. Harga

merupakan instrumen pemasaran yang paling fleksibel dan mudah dimainkan dibanding

instrumen pemasaran yang lain. Hal ini berarti ada titik lemah dan titik kuat yang

dimilikinya.

Aice merupakan perusahaan lisensi dari Singapura dan memiliki tim yang berpengalaman 20

tahun di industri eskrim. Aice datang ke Indonesia dan mendirikan pabrik es krim pertamanya PT

Alpen Food Industri yang menerima sertifikasi tingkat A- Level Halal salah satu merek dari industri

es krim yang terpilih sebagai 10 makanan paling viral 2016 di Indonesia adalah Aice tidak hanya

itu Aice juga memenangkan “Excellent Brand Award 2017” dengan nilai tertinggi dari industri es
krim. Aice juga terpilih menjadi merek es krim pilihan Asia Games di Jakarta. Es krim Aice terbuat

dari puree buah asli, seperti buah mangga, durian, melon, dan stroberi. Rasa es krim Aice yang

sangat beragam membuat es krim Aice mampu bersaing secara kompetitif dengan pemain lama

industri es krim. Es krim Aice memiliki 35 varian rasa yang sangat memanjakan lidah konsumen.

Distributor Aice menggandeng supermarket atau minimarket yang ada di kota sebagai

prioritas mitra penjualan. Justru toko-toko kelontong dan warung-warung kecil yang

lokasinya strategis berada di pemukiman padat penduduk atau dekat dengan sekolah.

Demikian konsumen bisa lebih dekat untuk mendapatkan produknya. Terlebih Distributor

Aice juga memakai sistem jual putus pada setiap penjualan produk es krimnya. Artinya,

berkewajiban membayar produk es krim yang laku terjual. Dibandingkan harga produk

sejenis yang ditawarkan oleh produsen lain, harga yang ditawarkan Aice untuk setiap

produknya sangat kompetitif. Semboyan Aice, “Have An Aice Day”, menggambarkan

Aice yang ingin menghadirkan es krim bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

termasuk kelas menengah-kebawah, yang kurang mampu. Aice memilih untuk lebih fokus

memilih jalur distribusi general trade yang menyasar pasar tradisional dan toko kelontong

untuk memperluas jangkauan pasar.

Dengan dorongan pertumbuhan ekonomi kelas menengah dan perubahan gaya hidup yang

sangat pesat membuat kinerja industri Aice mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan

tersebut mendorong perusahaan industri es krim berkompetisi untuk meraih pangsa pasarnya yang

menawarkan keberagaman produk untuk memenuhi kepuasan konsumen. Persaingan industri es

krim menyebabkan beragamnya perusahaan es krim lain di Indonesia dengan berbagai variasi,

merek, kemasan, serta kualitas produknya. Salah satu yang penting yaitu strategi pemasaran yang

dilakukan perusahaan Aice.


Perusahaan es krim yang semakin banyak di Indonesia menyebabkan semakin

ketatnya persaingan dalam bisnis oleh karena itu perusahaan es krim berlomba-lomba

untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas dalam menciptakan produk baru agar dapat

menarik perhatian konsumen. Perusahaan akan tetap menjaga kualitas produknya agar

tetap menjadi yang terbaik dan dapat memuaskan kebutuhan konsumennya.

3.) Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apakah kesan harga berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.

2. Apakah kesan kualitas berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.

3. Apakah kesan ekuitas merek berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor

Aice?.

4. Apakah variasi produk berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.

5. Apakah kualitas produk berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.

6. Apakah kesan harga, kesan kualitas, ekuitas merek, variasi produk dan kualitas produk

berpengaruh secara parsial terhadap minat beli di Distributor Aice?.

4.) Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan harga terhadap minat beli di Distributor

Aice.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan kualitas produk terhadap minat beli di

Distributor Aice.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli di Distributor

Aice.

4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh variasi produk terhadap minat beli di

Distributor Aice.

5. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kualitas produk terhadap minat beli di

Distributor Aice.

6. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kesan harga, kesan kualitas produk, ekuitas

merek, variasi produk dan kualitas produk secara simultan terhadap minat beli di Distributor

Aice.

5.) Landasan Teori

2.1.1 Kesan Harga

2.1.1.1 Definisi Kesan Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2010) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas

suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan konsumen atas manfaat-manfaat

karena memiliki atau menggunakan produk dan jasa tertentu. Cockril dan Goode (2010)

menyatakan bahwa persepsi harga merupakan faktor psikologis dari berbagai segi yang

mempunyai pengaruh yang penting dalam reaksi konsumen kepada harga. Karena itulah persepsi

harga menjadi alasan mengapa seseorang membuat keputusan untuk membeli.

Kotler dan Keller (2009) persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk

memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran

dunia yang memiliki arti. Salah satu sektor-sektor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan

adalah harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk persepsi produk
tersebut berkualitas. Sementara itu, harga rendah dapat membentuk persepsi pembeli tidak percaya

pada penjual karna meragukan kualitas produk atau pelayanannya.

2.1.1.2 Dimensi Kesan Harga

Pada kondisi saat ini harga menjadi acuan bagi konsumen untuk membeli suatu produk.

Menurut Kotler dan Armstrong (2012) didalam variabel harga terdapat beberapa unsur kegiatan

utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran.

Menurut Kotler dan Armstong (2008), ada empat indikator yang mencirikan harga, yaitu:

1. Keterjangkauan harga.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk dan layanan.

3. Daya saing harga.

4. Kesesuaian harga dengan manfaat.

5. Harga Diskon.

2.1.2 Kesan Kualitas

2.1.2.2 Definisi Kesan Kualitas

Reppi (2015) persepsi kualitas adalah persepsi terhadap kualitas atau keunggulan suatu

produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain. Persepsi

kualitas juga dapat mempangaruhi kreputuan pembelian. Menurut Farizi dan Syaefulah (2013)

persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah aktifitas

yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata.

Ada pengaruh positif secara langsung antara persepsi kualitas dengan keputusan pembelian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah suatu usaha untuk memenuhi

atau melebihi harapan konsumen, dimana suatu produk tesebut memiliki kualitas yang sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah

karena selera atau harapan konsumen pada suatu produk yang berubah.

2.1.2.3 Dimensi Kesan Kualitas

Menurut Sweeney (2001) menyatakan beberapa indikator persepsi kualitas produk yaitu :

1. Kualitas yang konsisten.

2. Produknya baik.

3. Jarang terjadi kecacatan produk.

4. Memenuhi standart kualitas yang ditentukan.

5. Kinerja yang konsisten.

2.1.3 Ekuitas Merek

2.1.3.1 Definisi Ekuitas Merek

Ekuitas merek atau brand equity adalah kekuatan dari suatu merek. Dengan merek yang

kuat sebuah perusahaan bisa mengelola aset-aset mereka dengan baik, meningkatkan arus kas,

meluaskan pangsa pasar, menentukan harga premium, membatasi biaya promosi, peningkatan

penjualan, menjaga stabilitas dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Menurut persektif

konsumen, ekuitas merek adalah sebuah respon atau tanggapan dari konsumen terhadap suatu

produk. Kotler dan Keller (2009) pengertian ekuitas merek (brand equity) menurut Kotler dan

Keller adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin

dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga

harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek untuk perusahaan.
Ekuitas merek menurut Kotler dan Keller (2013) adalah nilai tambah yang diberikan pada

produk dan jasa yang tercermin melalui cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam

hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek

bagi perusahaan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus saling

berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek.

2.1.3.2 Dimensi Ekuitas Merek

Namun yang paling umum digunakan adalah pendapat Aaker (1997) yaitu bahwa terdapat

lima indikator atau dimensi utama pada ekuitas merek yaitu :

1. Loyalitas merek.

2. Kesadaran merek.

3. Kualitas yang dirasakan.

4. Asosiasi merek.

5. Aset merek lain.

2.1.4 Variasi Produk

2.1.4.1 Definisi Variasi Produk

Variasi produk atau keberagaman produk bukan hal baru dalam dunia pemasaran, dimana

strategi ini banyak digunakan oleh praktisi-praktisi pemasaran didalam aktivitas peluncuran

produknya. Menurut Philip Kotler (2009) variasi produk sebagai ahli tersendiri dalam suatu merek

atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau cirri-ciri. Atau

variasi produk merupakan jenis atau macam produk yang tersedia Spark dan Legault (2005).

Variasi produk merupakan suatu proses menciptakan suatu produk yang beragam baik dari ukuran,

harga maupun tampilannya, perusahaan perlu mengembangkan variasi produk secara


berkesinambungan seiring dengan perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen yang senantiasa

berubah.

Menurut Philip Kotler (2009) variasi produk sebagai ahli tersendiri dalam suatu merek atau

lini produk sebagai lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga penampilan atau

ciri-ciri. Sedangkan menurut Mikel P.Groover (2010) menyatakan bahwa variasi produk dapat

diartikan sebagai produk yang memiliki desain atau jenis yang berbeda dan diproduksi oleh sebuah

pabrik, perbedaan produk mencakup perbedaan bentuk dan ukuran.

2.1.4.2 Dimensi Variasi Produk

Kotler dan Keller (2008) terdiri dari :

1. Ukuran.

2. Harga.

3. Tampilan.

4. Ketersediaan Produk.

2.1.5 Kualitas Produk

2.1.5.1 Definisi Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan

apabila menginginkan produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Adanya hubungan timbal

balik antara perusahaan dengan konsumen akan memberikan peluang untuk mengetahui dan

memahami apa yang menjadi kebutuhan dan harapan yang ada pada persepsi konsumen. Maka,

perusahaan penyedia produk dapat memberikan kinerja yang baik untuk mencapai kepuasan

konsumen melalui cara memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimalisir

pengalaman yang kurang menyenangkan konsumen dalam mengkonsumsi produk. Menurut

Schiffman dan Kanuk (2007) kualitas produk adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memberikan identitas atau ciri pada setiap produknya sehingga konsumen dapat mengenali produk

tersebut.

2.1.5.2 Dimensi Kualitas Produk

Garvin (1988) memiliki mengusulkan delapan kontribusi atau dimensi berikut:

1) Kinerja : operasi utama produk ciri.

2) Fitur : fitur tambahan atau 'bel dan peluit produk.

3) Kesesuaian : sejauh mana desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang

ditetapkan.

4) Reliabilitas : probabilitas suatu produk akan beroperasi dengan benar selama jangka waktu

tertentu di bawah yang disebutkan kondisi penggunaan.

5) Daya tahan : jumlah penggunaan yang didapat pelanggan produk sebelum memburuk secara

fisik atau sampai penggantian lebih disukai.

6) Kemudahan Servis : kecepatan, kompetensi, dan kesopanan perbaikan

7) Estetika : bagaimana suatu produk menarik panca indera kita.

8) Kualitas yang dirasakan pelanggan : persepsi pelanggan tentang kualitas produk berdasarkan

reputasi perusahaan.

2.1.6 Minat Beli

2.1.6.1 Definisi Minat Beli

Menurut Kotler dan Keller (2009) minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul

sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginana seseorang untuk melakukan

pembelian. Menurut Assael (2002), terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen,

yaitu:
1. Lingkungan, lingkungan disekitar dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam pemilihan

suatu produk tertentu.

2. Stimulus pemasaran, pemasaran berupaya menstimulus konsumen sehingga dapat menarik

minat beli konsumen.

Sedangkan menurut Abdurachman (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat

beli, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor kualitas, merupakan atribut produk yang dipertimbangkan dari segi manfaat fisiknya.

2. Faktor brand/merek, merupakan atribut yang memberikan manfaat non material, yaitu

kepuasan emosional.

3. Faktor kemasan, atribut produk berupa pembungkus daripada produk utamanya.

4. Faktor harga, pengorbanan riel dan materiel yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh

atau memiliki produk.

5. Faktor ketersediaan barang, merupakan sejauh mana sikap konsumen terhadap ketersediaan

produk yang ada.

6. Faktor acuan, merupakan pengaruh dari luar yang ikut memberikan rangsangan bagi konsumen

dalam memilih produk, sehingga dapat pula dipakai sebagai media promosi.

Menurut Lamb (2001) salah satu cara mengembangkan minat beli adalah melalui promosi yakni

komunikasi yang menginformasikan kepada calon pembeli sebuah atau sesuatu pendapatan atau

memperoleh suatu respon.

2.1.6.2 Dimensi Minat Beli

Menurut Schiffman dan Kanuk (2013) terdapat beberapa indikator untuk mengukur minat

beli, yaitu :

1. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk.


2. Ingin mengetahui produk.

3. Mempertimbangkan untuk membeli.

4. Ingin memiliki produk.

6.) distributor aice mojosari Mojokerto.

7.) Teknik Pengumpulan Data

3.4.2.1 Kuesioner (angket)

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk

dijawab secara tertulis oleh responden. Untuk melihat sikap responden dalam merespon

pertanyaan atau pernyataan digunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang didasarkan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.

No Keterangan Skor

1 Sangat Setuju Sekali 8

2 Sangat Setuju 7

3 Setuju 6

4 Cukup Setuju 5

5 Kurang Setuju 4

6 Tidak Setuju 3

7 Sangat Tidak Setuju 2


8 Sangat Tidak Setuju 1

Sekali

Tabel 3.2

Nilai Skala Likert

Dapat dilihat dari tabel 3.2 bahwa tingkatan skor memiliki nilai masing-masing yang

tertinggi yaitu 8 dan yang terendah 1.

3.4.1.2 Dokumentasi

Mengumpulkan dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.4.1.3 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan langsung.

Peneliti melakukan pengamatan di tempat terhadap objek penelitian untuk diamati menggunakan

pancaindra. Peneliti diposisikan sebagai pengamat atau orang luar. Dalam mengumpulkan data

menggunakan observasi, peneliti dapat menggunakan catatan maupun rekaman. Observasi dapat

bersifat partisipatoris, yaitu ketika peneliti turut bergabung dan melakukan aktivitas bersama objek

pengamatannya.

3.4.1.4 Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data yang juga banyak dilakukan adalah studi pustaka. Studi pustaka

mengumpulkan data yang relevan dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber kredibel

lainnya yang terkait dengan topik penelitian.

8.) DAFTAR PUSTAKA


Abdurachman. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli

Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen sarung di Jawa Timur) , Jurnal Universitas

Kristen Petra Surabaya.

Aaker, J. L. 1997. Dimensions of Brand Personality. Journal of Marketing Research, 34(3),

pp.347–357.

Aaker, David. 2001. Marketing Research, Seventh Edition. USA: John Wiley & Sons, Ind.

Assael, H. 2002. Consumer Behavior and Marketing Action. Fourth Edition. Boston: PWS-Kent

Publishing Company.

Charles Lamb, W.et.al. 2001. Pemasaran. Edisi Pertama, Salemba Empat: Jakarta.

Cockrill, Antje., Mark M.H. Goode. 2010. Perceived Price And Price Decay In the DVD Marke.

The Journal of Product And Brand Management, 19 (5).

Farizi, Hadyan dan Syaefullah, MM,Akt. 2013. Pengaruh Persepsi Kegunaan Persepsi

Kemudahan, Persepsi Resiko dan Kepercayaan terhadap Minat Menggunaan Internet Banking”.

Jurnal Akuntansi Universitas Brawijaya Malang. Vol 2,No 1.

Garvin, D.A. (1988) Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge. The Free Press,

New York.

Aydın Burç, Gökhan. October 2015. Effect of Consumer-Based Brand Equity on Purchase

Intention: Considering Socioeconomic Status and Gender as Moderating Effects,

Article in Journal of Euromarketing.


Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta:

GP Press.

Keller, L.L. (1993). Conceptualising, measuring and managing customer based brand equity.

Journal of Marketing. (57) 1:1-22.

Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Kotler & Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid . Edisi Ke 13. Jakarta : Erlangga.

Kotler, Philip & Garry Armstrong. 2010. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1 dan 2 Edisi Kedua

Belas. Jakarta : Erlangga

Kotler, Philip, dan Gary Armstrong 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Erlangga

: Jakarta.

Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga.

Li-Yan Chen. 2016. An Empirical Study of the Effect of Perceived Price on Purchase Intention

Evidence from Low-Cost Carriers. International Journal of Business and Social Science Vol.

7, No. 4; April 2016.

Trinh, Giang Trinh. et al.2009. Do product variants appeal to different segments of buyers within

a category. Journal of Product & Brand Management. Volume 18 Number 2. 2009. 95–10.
Gujarati, D.N.,2012, Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C., Salemba

Empat, buku 2, Edisi 5, Jakarta.

Groover P, Mikel. 2010. Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials, Process,and

systems 4th Edition. London: John Wiley Sons, Inc.

Nagle, T.T and Hogan, J. 2006.The Strategy And Tactics Of Pricing, A Guide To Growing More

Profitably Prentice Hall.

Asshidin, Nor Hazlin Nor,et all. Perceived quality and emotional value that influence consumer’s

purchase intention towards American and local products. 2212-5671 © 2016 Published by

Elsevier B.V. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license

(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/). Peer-reviewed under responsibility of

University Tenaga Nasional doi: 10.1016/S2212-5671(16)00078-2.

Rai,Pratibha Rai And Om Jee Gupta. 2019. Measuring the Mediating Effect of Utilitarian Motive

in the Relationship of Product Quality, Product Price with Consumer Purchase Intention.

International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878,

Volume-8 Issue-2S10, September 2019.

Reppi, J. M., Tumbel, A., & Jorie, R. J. 2015. Analisis pengaruh persepsi kualitas, motivasi dan

sikap konsumen terhadap keputusan pembelian ponsel iphone pada pusat perbelanjaan itc

manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 15 (5). Hal 828-838. Diunduh dari

http://scholar.google.co.id.

Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso, Singgih. 2000. Latihan SPSS Statistik Parmetik. Gramedia, Jakarta.


Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat, Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Santoso, Singgih. 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Sugiyono. (997. Metodologi Penelitian Administrasi. Yogjakarta: CV Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah dipahami.

Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Sunyoto, Danang. 2016. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama.

Schifman Kanuk. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Zoelkifli

Kasip. Jakarta: Indeks.

Schiffman, l.G. dan Kanuk, Leslie L. 2013. Consumer Behavior. 8th edition. New Jersey: Prentice

Hall.

Spark, Richard E. And D, Legault. 2005. A Definition of Quality for Total Customer.

Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia.

William J. Stanton. 2004. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh Jilid Kesatu. Jakarta: Erlangga.

Sweeney, J. And Soutar, G. 2001. “Consumer perceived value: the development

of a multiple item scale”. Journal of Retailing, Vol. 77, pp. 203-205.

9.) kerangka konseptual.


Iskandar (2008) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, kerangka

konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka

mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan

tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang

berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara

empiris. Sehubung dengan penelitian sebelumnya maka kerangka konseptual penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut :

KESAN HARGA (X1)

KESAN KUALITAS
PRODUK (X2)
MINAT PEMBELI (Y)
EKUITAS MEREK (X3)

VARIAN PRODUK (X4)

KUALITAS PRODUK
(X5)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Peneliti

Sumber diolah oleh peneliti

Berdasarkan dengan penelitian sebelumnya bahwa kesan harga (X1), kesan kualitas (X2),

ekuitas merek (X3), variasi produk (X4) dan kualitas produk (X5) berpengaruh secara signifikan

terhadap minat beli (Y).

Anda mungkin juga menyukai