Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bersaing dalam bidang bisnis di masa sekarang sudah sangatlah rapat,

apalagi di era sekarang bersaing dalam bisnis sudah sangat sulit kalau para

pelaku usaha tidak bisa menciptakan citra positif terhadap kalangan konsumen.

Tanpa adanya inovasi – inovasi yang menarik maka perusahaan itu akan kalah

bersaing dengan perusahaan lainnya yang mempunyai inovasi atau ide gagasan

baru untuk meningkatkan produk yang mereka ciptakan. Saat ini di Indonesia

memiliki banyak sekali pelaku usaha, di bidang industri makanan dan minuman

baik usaha kecil maupun besar. Perusahaan industri makanan dan minuman

tumbuh sebesar 3,68% dari tahun 2022, Dikutip dari data Badan Pusat Statistik

(BPS).

Ketatnya persaingan banyak perusahan yang sudah berdiri dan menjual

produk yang sejenis di bidang industri makanan dan minuman. Dengan adanya

persaingan antar perusahaan, perusahaan kecil maupun besar sekarang

berlomba lomba untuk menguasai pangsa pasar dan menyusun strategi terbaik

untuk menciptakan kualitas produk yang mereka pakai mampu melakukan

persaingan produk dari perusahaan perusahaan lainnya. Dilihat dari fenomena

saat ini konsumen sangat membutuhkan industri yang berdiri di bidang industri

makanan dan minuman, persoalannya pada masa kini konsumen lebih menyukai

makan siap saji. Saat ini diperlukan pemikiran dan pertimbangan dari pihak

konsumen untuk memilih sebuah produk yang akan dikonsumsi. Faktor

konsumen yang perlu diperhatikan saat memutuskan untuk membeli produk

adalah dari kadar produk dan penawaran harga.

1
2

Adapun cara untuk memutuskan pembelian suatu produk adalah dengan

melihat kualitas produk. Apabila kualitas produk itu buruk atau lebih rendah dari

yang lain, keputusan pembelian ini sangat diperlukan oleh konsumen agar

barang yang dibeli tidak mengecewakan. Menurut Kotler and Keller pada

penelitian jurnal Cesarian et.al., (2022) Kualitas produk berkaitan dengan

kemampuan sebuah produk yang memberikan hasil kinerja untuk memenuhi atau

bahkan apa yang diharapkan konsumen. Sebelum melakukan pembelian,

beberapa pembeli akan menilai kualitas produk. Maka dari itu perusahaan

perusahaan sekarang lagi memikirkan ide atau produk baru yang lebih berinovatif

dan berkualitas tinggi, karena konsumen pada era sekarang sudah bisa semakin

kritis menilai manfaat terkait pembelian suatu produk.

Selain kualitas barang, adapun unsur yang mempengaruhi pembelian

produk dalam keputusan ialah harga. Berdasarkan fenomena-fenomena yang

saat ini berlangsung, tidak jarang konsumen langsung membeli suatu barang

tanpa melihat nominal harga terlebih dahulu. Menurut Tjiptono & Chandra dalam

jurnal penelitian Lubis (2018), bahwa konsumen akan membayar dengan

sejumlah uang untuk mendapatkan produk yang disebut harga. Pada kondisi

persaingan yang saat ini berlangsung harga menjadi salah satu faktor terpenting

produk tersebut harganya harus ditetapkan. Karena pasalnya konsumen

memutuskan pembelian rata – rata melihat harganya terlebih dahulu.

Selain kualitas barang dan harga, citra merek ialah variabel yang sama

pentingnya dalam pengambilan keputusan pembelian. Pada suatu produk

keputusan pembelian tidak lepas dari citra merek yang ditawarkan. Cerminan

dari gabungan yang terdapat di pikiran konsumen atau pikiran terhadap merek

disebut citra merek (Kotler dan Keller, 2016). Kotler dan Keller (2016:224), Merek

ialah suatu tanda, desain, simbol, istilah, atau nama, gabungan dari semuanya,

yang digunakan untuk membedakan jasa atau produk suatu penjual atau
3

sekelompok penjual dengan jasa atau produk pesaing. Pada umumnya

konsumen akan membeli suatu produk apabila sudah mengenali merek pada

produk tertentu. Keputusan konsumen akan lebih tinggi dalam membeli produk

yang memiliki merek yang sudah banyak di kenali oleh kalangan masyarakat.

Langkah awal dengan mempunyai niat membeli atau keinginan untuk beli

merupakan keputusan pembelian, namun pembelian yang sesungguhnya

tersebut tidak sesuai dengan keputusan pembelian (Morrisan dalam Setiawan,

2023). Pertimbangan terkait strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan

memiliki hal penting yang diperhatikan dalam keputusan pembelian.

Keberhasilan perusahaan dalam keputusan pembelian untuk mempengaruhi

konsumen selalu didukung dalam mengembangkan citra merek terhadap

konsumen dengan mengembangkan kualitas produk itu sendiri.

Di indonesia sendiri sudah banyak perusahaan yang sudah berdiri di

bidang makanan dan minuman (food & beverages) diantaranya adalah PT.

Indofood Sukses Makmur, PT. Indofood CBP Sukses Makmur, PT. Garudafood

Putra Putri Jaya, PT Diamond Food Indonesia, PT Nippon Indosari Corpindo dan

masih banyak lagi. Perusahaan – perusahaan sekarang sudah mulai

menciptakan produk unggulannya masing masing. Maka dari itu konsumen

dituntut agar dapat memilih atau mempertimbangan produk mana yang

berkualitas dari segi harga hingga citra merek yang sudah dipercayainya. yang

berdiri di tahun 1995 yakni PT Nippon Indosari Corpindo dengan menciptakan

produk andalannya yaitu roti dengan merek “Sari Roti” dan “Sari Kue”. Sekarang

ini, Nippon Indosari Corpindo sudah membuat berbagai jenis roti tawar dan roti

manis dengan merek Sari Roti dan boti, serta mengirimkan kue sifon dengan

merek Sari kue. PT. Tbk. Nippon Indosari Corpindo memiliki salah satu brand roti

yakni Sari Roti, Roti Spesial 6 Potong, Roti Keju, Sandwich Isi Coklat, Cup Cake
4

Sifon Coklat, Roti Isi Krim Coklat, Roti Isi Krim Keju, dan beragam varian produk

lainnya menjadi persembahan Sari Roti.

Perusahaan ini secara konsisten mempertahankan proses produksinya

dengan menjaga kualitas produk yang dimiliki. Tahapan sosialisasi yang

dilakukan secara ahli dengan dibantu oleh para ahli di bidangnya menjadikan

perusahaan ini sebagai makanan favorit masyarakat, mulai dari tahap pemilihan

bahan yang baik hingga tahap penanganannya. Selain itu penjualan produk sari

roti terus meningkat di tiap tahunnya. Dikutip dalam website sariroti.com

penjualan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk pada tahun 2020 hingga 2023 terus

mengalami kenaikan. Pada tahun 2020 perusahaan meraup penjualan Rp. 3.212

miliar dengan laba penjualan Rp. 255 miliar, pada tahun 2021 perusahaan

meraup penjualan Rp. 3.288 miliar dengan laba penjualan Rp. 413 miliar,

dibandingkan dengan 2 tahun terakhir penjualan tahun 2023 lebih meningkat

drastis dengan meraup penjualan Rp. 3.935 miliar dengan laba penjualan Rp.

638 miliar.

Organisasi ini berhasil mencatat perkembangan manfaat yang besar

melalui peningkatan efisiensi dan peningkatan efektivitas, yang juga

meningkatkan produktivitas secara signifikan. Tahun ini ditandai dengan

peluncuran produk klasifikasi lainnya, Sari Kue, serta berkembangnya porsi

bisnis baru untuk olesan coklat dan susu. Perusahaan tetap teguh pada nilai-nilai

inti, yaitu menyediakan produk-produk berkualitas tinggi, halal, terjangkau, dan

mudah diperoleh pelanggan.

Perkembangan transaksi dari Wilayah Barat dan Timur masing-masing

meningkat sebesar 20,7% dan 19,1%. Sementara itu, Focal District yang menjadi

penopang transaksi terbesar pada kuartal pertama tahun 2022 masih mampu

mencatatkan kenaikan sebesar 12,4%. Lebih lanjut, Sari Roti menyatakan


5

profitabilitas dan kinerja keuangan perseroan membaik berkat sejumlah inisiatif

yang bertujuan mengelola proses produksi dan operasional.

Penjualan produk sari roti di Indonesia mengalami kenaikan yang

signifikan. Di daerah kabupaten Sidoarjo, pada tahun 2023 sejak bulan Januari

hingga bulan April, penurunan penjualan terus terjadi pada produk sari roti.

Berikut merupakan grafik penjualan produk sari roti di Sidoarjo dalam 4 bulan

terakhir:
Tabel 1.1
Data Penjualan Sari Roti Di Wilayah Sidoarjo
Bulan Januari – April tahun 2023

Sumber: Sari Roti, 2023

Pada bulan januari penjualan meraup keuntungan sebesar Rp. 513 juta,

pada bulan februari penjualan meraup keuntungan sebesar Rp. 442 juta, pada

bulan maret penjualan meraup keuntungan sebesar Rp. 405 juta, sedangkan di

bulan april mengalami penurun secara signifikan dari bulan januari ke bulan april

dengan selisih keuntungan sebesar Rp. 111 juta, pada bulan april sendiri

penjulan hanya meraup keuntungan sebesar Rp. 402 juta tidak jauh beda

dengan penjualan di bulan sebelumnya.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap produk Sari Roti

khususnya di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan uraian permasalahan yang telah


6

diberikan dan eksplorasi ini di fokuskan mengambil sampel di toko yang terdapat

menjual produk sari roti terutama di toko Indomaret. Bahwasanya volume

penjualan produk Sari Roti di wilayah Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan,

data penjualan produk Sari Roti di wilayah Kabupaten Sidoarjo terus mengalami

penurunan dari Bulan Januari 2023 hingga Bulan April 2023, penyebab dari

turunya penjualan produk tersebut bisa jadi di sebapkan oleh kualitas produk

atau juga harga bisa jadi dari citra merek. Hal sejalan dengan penelitian

Darmawan (2021), dan Pratama & Irwan (2022). Oleh karena itu, dalam ulasan

kali ini, pembuatnya menganalisa unsur-unsur mengenai dampak kualitas citra

merek dan biaya terhadap pilihan pembelian produk Sari Roti di Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan landasan yang sudah dievaluasi, Isu-isu berikut diangkat

dalam tinjauan ini berdasarkan evaluasi:

1. Apakah kualitas barang sampai batas tertentu secara mendasar

mempengaruhi pilihan pembelian barang Sari Roti di Area Sidoarjo?

2. Apakah gambaran merek sampai batas tertentu mempengaruhi pilihan

pembelian produk Sari Roti di Daerah Sidoarjo?

3. Apakah biaya mempengaruhi pilihan pembelian produk Sari Roti di Daerah

Sidoarjo sampai tingkat tertentu?

4. Apakah kualitas barang, gambaran merek dan harga secara bersamaan

mempengaruhi pilihan pembelian barang Sari Roti di Daerah Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Penulis sudah mencapai tujuan mereka mengingat persoalan yang telah

diperiksa. Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui apakah keputusan pembelian masyarakat Kabupaten

Sidoarjo dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas produk Sari Roti.


7

2. Untuk melihat apakah citra merek Sari Roti mempengaruhi signifikan pada

keputusan pembelian konsumen di Kabupaten Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui dan membedah apakah biaya pada tingkat tertentu

mempengaruhi pilihan pembelian produk Sari Roti di Daerah Sidoarjo.

4. untuk melihat apakah produk Sari Roti di Rezim Sidoarjo pada dasarnya

dipengaruhi oleh biaya, gambaran merek, dan kualitas produk pada saat yang

bersamaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan alasan penilaian tersebut, manfaat yang bisa diperoleh dalam

kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Aspek Akademis.

Eksplorasi ini berharap menjadi bahan referensi di perpustakaan dan bisa

berkontribusi khususnya pada perpustakaan STIE MAHARDHIKA dan

dapat memberikan referensi mahasiswa lain atau untuk mahasiswa

tambahan yang memerlukan literatur tambahan untuk mengevaluasi sejauh

mana kualitas produk, citra merek, dan harga mempengaruhi keputusan

pembelian.

2. Aspek Pengembangan Ilmu Pengetahuan.

Eksplorasi ini berharap dapat menambah pemahaman dan informasi dalam

membedah kualitas barang, gambaran merek dan biaya terhadap pilihan

pembelian.

3. Aspek Praktis.

Hasil kasus ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi perusahaan

khususnya PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dalam melakukan

pengecekan kualitas produk, citra merek dan harga serta pembuatan

produk berkualitas lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Manajemen

Dalam semua aspek, manajemen sangatlah penting. Hal ini akan

memudahkan suatu organisasi atau bisnis mencapai tujuan yang direncanakan,

menjaga keseimbangan antara tujuan yang bersaing, serta efektif dan efisien.

Manajemen yang telah ditetapkan sejak awal sangat penting bagi keberhasilan

setiap bisnis atau organisasi. Untuk mencapai tujuan sesuai keinginan, harus

diselenggarakan administrasi yang baik dan terorganisir (Firmansyah, A., &

Ardiansyah, R. 2020).

Manajemen berasal dari kata “to make due” yang artinya mengatur. Artinya

administrasi yaitu suatu siklus dalam perkumpulan atau organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya manajemen akan mempermudah

pekerjaan dan selanjutnya memberikan pembagian kerja sesuai dengan

keterampilan.

Sedangkan pemahaman manajemen ada beberapa sentimen menurut para

ahli sebagai berikut:

Haiman dalam Tuhagana, A., (2022) manajemen ialah kemampuan untuk

mendapatkan sesuatu melalui latihan orang lain dan mengarahkan upaya

perorangan untuk mencapai sesuatu melalui latihan orang lain dan mengatur

upaya perorangan untuk mencapai tujuan yang sesuai.

Menurut George R. Terry, manajemen ialah proses mendapatkan tujuan

yang sudah ditentukan melalui usaha orang lain. (Firmansyah, A., & Ardiansyah,

R. 2020).

8
9

Selain itu, menurut Handoko, manajemen merupakan proses perencanaan,

keorganisasian, pengawasan dan pengarahan kepada usaha anggota dalam

memanfaatkan sumber daya supaya mencapai tujuan organisasi yang sudah

ditentukan. (Firmansyah, A., & Ardiansyah, R. 2020).

James. A.F. Stoner berpendapat bahwa administrasi ialah proses

mengatur, memilah, mengoordinasikan, dan mengarahkan individu dengan

memakai sumber daya yang berbeda untuk mendapatkan tujuan yang

diinginkan. (Handoko, T. H., 2018).

Dari beberapa anggapan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah serangkaian latihan untuk mendapatkan tujuan hierarki yang

sudah ditetapkan sebelumnya dengan sukses dan produktif. Untuk mencapai

tujuan yang dikemukakan, harus ada perancangan, koordinasi, koordinasi dan

pengecekan.

2.1.2 Manajemen pemasaran

Terjadinya manajamen pemasaran ketika salah satu pihak masuk suatu

perdagangan potensial memikirkan cara mencapai reaksi yang diharapkan

terhadap pihak lain. Tujuan organisasi bisa tercapai dengan asumsi bahwa

dalam melaksanakan usahanya dilakukan secara bersama dengan pelaksanaan

showcase yang baik. Kita dapat memaksimalkan potensi perusahaan dan

mencapai tujuan perusahaan dengan melaksanakan manajemen pemasaran

secara efektif. Berikutnya adalah arti dari pemasaran mengenai masalah ini

meurut para ahli:

Menurut Kotler, P., & Keller, K. L. dalam Sumarsid, S., & Paryanti, A. B.

(2022) yang diterjemahkan Bob Sobran, berikut yang dimaksud manajemen

pemasaran: Manajemen pemasaran ialah ilmu memilih target pasar dan

menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan suati terhadap


10

pelanggan yang unggul untuk memperoleh, mempertahankan, dan

mengembangkan basis pelanggan.

Daryanto dalam Sumarsid merekomendasikan manajemen pemasaran. S.,

dan Paryanti, A. B. (2022) adalah interaksi sosial dan administratif dimana orang-

orang dan perkumpulan memperoleh kebutuhan dan keinginannya dengan

membuat, menawarkan dan memperdagangkan hal yang bernilai tinggi antara

satu dengan yang lain.

Manajemen pemasaran sesuai Buchari Alma di Sumarsid. S., dan Paryanti,

A. B. (2022) adalah gerakan membedah, melaksanakan dan mengarahkan

gerakan-gerakan segala jenis (program) untuk memperoleh derajat perdagangan

yang bermanfaat dengan pembeli sasaran agar mencapai tujuan yang bersifat

otoritatif.

Pada beberapa pengertian yang mendasar di atas peneliti sampai dengan

kesimpulan yakni manajemen pemasaran ialah ilmu memilih target pasar,

memperoleh, mempertahankan, dan memperluas pelanggan melalui analisa,

perencanaan, dan program pengendalian agar harapan mencapai tujuan industri.

2.1.3 Bauran pemasaran

Dalam membuat suatu perusahaan sukses, pemasaran memainkan peran

penting. Setiap bisnis harus menggabungkan elemen bauran pemasaran untuk

mengembangkan strategi pemasaran yang efisien agar berhasil. Variabel dapat

ditemukan dalam bauran pemasaran (marketing mix) dan digunakan oleh dunia

usaha untuk membantu mereka mengelola tanggapan dan tanggapan yang

terdapat dalam sasaran sasaran. Dengan gadget ini organisasi dapat

mempengaruhi minat terhadap produknya.

Sistem pemameran memerlukan pilihan dari manajemen sehubungan

dengan komponen campuran periklanan organisasi, untuk menjadi pilihan


11

spesifik dalam bidang penataan barang, penilaian, saluran penyebaran dan

kemajuan.

Menurut Buchari Alma dalam Mamonto et al., (2021) memberikan makna

pada bauran promosi sebagai sebuah sistem untuk bauran pemasaran

(marketing mix), sehingga perpaduan yang terbaik diusahakan untuk

menciptakan hasil yang baik.

Bauran pemasaran, sebagaimana didefinisikan oleh Hasibuan, W. S.

(2022), adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkontrol yang dikombinasikan

oleh suatu bisnis untuk menghasilkan respons yang diinginkan dari target pasar.

Beraneka ragam perangkat periklanan strategis terkontrol ini mencakup Item,

Value, Dissemination dan Advancement yang merupakan inti dari sistem

periklanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perpaduan pemasaran merupakan

serangkaian komponen periklanan yang mencakup produk, nilai, lokasi dan

promosi yang dipadukan secara nyata dan efisien untuk mendapatkan manfaat

yang diinginkan perusahaan.

2.1.4 Kualitas produk

A. Pengertian kualitas produk

Menurut Kotler, P dan Armstrong (2018:249) pengertian kualitas barang

ialah salah satu instrumen penentu posisi bagi pengiklan, dimana kualitas

berdampak pada keterpameran suatu barang, akan hal itu kualitas barang

dikaitkan dengan nilai dan loyalitas konsumen.

Menurut Lesmana, R., dan Ayu, S.D. (2019) sesungguhnya kualitas barang

adalah kondisi yang kuat yang berelasi dengan barang, orang atau pekerjaan

dan iklim untuk bertemu setiap pelanggan.

Menurut Ibrahim, M dan Windarti, T. (2017) bahwa kualitas barang adalah

kesamaan kebutuhan dan keinginan setiap barang dalam spesifikasi barang,


12

kualitas barang ialah kondisi yang berelasi dengan barang, layanan manusia dan

iklim untuk memenuhi asumsi konsumen.

Hal yang dapat diambil dari kesimpulan ini ialah kualitas produk ialah setiap

barang atau jasa yang dilakukan penawaran terhadap pasar dengan tujuan untuk

menarik perhatian, pembelian, penggunaan, atau konsumsi, serta mampu

memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan.

B. Atribut kualitas produk

Menurut Kotler, P dan Armstrong (2018: 272), kredit item ialah peningkatan

suatu item atau administrasi termasuk keuntungan yang akan ditawarkan item

atau administrasi tersebut.

1. Unsur-unsur Atribut Produk

Menurut Kotler, P dan Armstrong (2018: 272), kredit item ialah peningkatan

suatu item atau administrasi termasuk keuntungan yang akan ditawarkan item

atau administrasi tersebut.:

a. KualitCas Produk (product quality)

Salah satu alat positioning yang paling penting bagi pemasar adalah

kualitas produk. Kualitas barang ialah ciri suatu administrasi yang mempengaruhi

kemampuannya untuk dinyatakan atau diterapkan dalam kebutuhan klien.

Kinerja suatu produk atau jasa dipengaruhi langsung oleh kualitas. Oleh karena

itu, nilai dan kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas.

b. Fitur produk

Sorotan Item adalah metode kejam untuk memisahkan item organisasi dari

item pesaing. Dengan menambahkan lebih banyak fitur, bisnis dapat membuat

model dengan tingkat yang lebih tinggi.

c. Gaya dan Desain Produk


13

Gaya hanya mengacu pada visualisasi produk. Konfigurasi lebih dari

sekedar penampilan dangkal. Gambar yang baik tidak hanya memberikan

kontribusi terhadap menampilkan produk namun juga manfaatnya, yang

bertujuan meningkatkan kinerja produk, mengefisiensi biaya produksi, dan

bersaing terhadap keunggulan kompetitif. Desain adalah jantung dari produk.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nembah F. Hartimbul Ginting (2011:95)

dalam Zulaiha, Z., dan Dimyati, L. (2023) mengatakan bahwa kualitas suatu

barang terdiri dari :

a. Mutu Produk

Kualitas barang merupakan alat penentuan posisi pasar yang signifikan.

Kapasitas suatu produk untuk melaksanakan fungsi yang dimaksudkan disebut

kualitas produk. Hal ini menyangkut kekuatan item yang luas, kualitas yang tak

tergoyahkan, keakuratan, kesederhanaan aktivitas, dan ketepatan serta atribut-

atribut terhormat lainnya.

b. Feature Produk

Sorotan adalah alat serius untuk memisahkan item organisasi dari item

pesaing. Sebagai seorang produser, menghadirkan elemen baru yang diperlukan

dan signifikan mungkin merupakan tindakan kejam yang paling efektif.

c. Desain Produk

Configuration is a possible instrument for separating and situating an

organization's items or administrations.

C. Indikator kualitas produk

Berikutnya adalah tanda kualitas barang menurut Kotler dan Keller, (2016:

394) dalam Claudia S., (2020).

1. Form (Bentuk), Struktur, termasuk ukuran, bentuk, variasi, dan tampilan

sebenarnya dari suatu barang.


14

2. Feature (Fitur), adalah kualitas item yang melengkapi elemen dasar item.

3. Keanekaragaman, atau penyesuaian, mengacu pada keragaman varian

produk yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

4. Conformance Quality (Kualitas Kesesuaian), Pembeli berharap kualitas

kesesuaian yang tinggi dan cocok terhadap karakter dan tekad.

5. Waktu pakai produk berharap dalam kondisi normal atau bisa ditekan

diukur dari daya tahannya, yang merupakan kualitas berharga untuk

beberapa produk.

6. Keandalan suatu produk diukur dari seberapa besar kemungkinan produk

tersebut tidak gagal dalam jangka waktu tertentu.

7. Estetika (Keindahan), keagungan suatu barang dan dapat dicirikan

sebagai sifat-sifat bawaan yang ada pada suatu barang.

8. Style (Gaya), aspek ini menggambarkan penampilan dan nuansa barang

tersebut bagi pembeli.

9. Perceived quality (kualitas yang dipersepsikan) bayangan atau harapan

konsumen berdasarkan kualitas sampai dengan keunggulan produk.

2.1.5 Citra merek

A. Pengertian citra merek

Menurut Firmansyah (2019:42) Citra merek merupakan representasi

bagaimana orang memandang merek secara keseluruhan, serta informasi dan

interaksi sebelumnya dengan merek tersebut. Citra merek dihubungkan dengan

mentalitas sebagai keyakinan dan kecenderungan dengan suatu merek.

Menurut Chalil et al., (2020) menyatakan yakni gambaran merek dapat

dicirikan sebagai gambaran pandangan umum terhadap suatu merek yang

dibingkai dari data dan perjumpaan pembeli sebelumnya terhadap suatu merek

tertentu. Sikap, keyakinan, dan preferensi terkait merek tertentu semuanya terkait

dengan citra mereknya.


15

Menurut Sutiyono & Brata (2020) Citra merek suatu produk ialah suatu

bentuk identitas merek yang dapat membantu pembeli membedakannya dengan

penawaran pesaing.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi konsumen terhadap suatu merek,

termasuk apakah merek tersebut baik atau buruk, disebut dengan citra merek.

Sikap, keyakinan, dan preferensi kepada merek tertentu semuanya terkait

dengan citra mereknya. Merek yang efektif dalam memberikan gambaran positif

kepada pelanggan akan mendorong pembeli untuk melakukan pembelian.

B. Fungsi merek

Menurut Rossanty, Y. et al., (2018), benefit merek terdapat tiga bagian,

yakni bagi Masyarakat, konsumen, serta penjual atau produsen.

a. Bagi konsumen

Bagi pelanggan, merek berharga karena menunjukkan kualitas dan sifat

suatu barang atau administrasi. Merek juga berguna untuk membuat pembeli

mengetahui produk baru yang bisa mereka butuhkan.

b. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat Merek bermanfaat untuk lebih meningkatkan kualitas

barang, meningkatkan produktivitas pembeli, dan menciptakan inovasi baru di

mata masyarakat.

c. Bagi penjual

Bagi penjual Dalam praktiknya, Merek mempermudah vendor untuk

mengawasi pesanan, memberikan keamanan yang sah, mengizinkan

pengumpulan pembeli, dan membantu dealer dalam membagi pasar. Selain itu,

keuntungan merek bagi vendor ialah membantu mereka membedakan produk

tertentu yang merupakan pesaing utama mereka.

C. Tujuan pemberian merek


16

Berikut tujuan penggunaan merek tersebut:

1. Sebagai karakter yang berguna sebagai pengatur pasar dalam pemisahan

barang dengan barang pesaing sehingga memudahkan pembeli

mengingatnya saat melakukan pembelian ulang.

2. Perangkat khusus, lebih spesifiknya sebagai item daya tarik

3. untuk menciptakan citra yang menginspirasi pelanggan agar percaya pada

pengendalian kualitas dan tingkat prestise tertentu. Untuk mengendalikan

pasar.

4. Memiliki keunggulan kompetitif akan menghasilkan keuntungan sebagai

berikut bagi merek dengan ekuitas tinggi:

a. Bisa memberikan perlindungan terhadap persaingan biaya yang kejam.

b. Organisasi bisa lebih mudah melakukan memperluas merek karena

produk tersebut memiliki validitas yang besar.

c. Siap membayar dengan biaya lebih besar dibandingkan pesaing karena

pembeli percaya pada kualitas barang.

d. Klien sangat mengharapkan merek yang dimaksud sehingga postur

negosiasi produsen dengan pedagang grosir – klien lebih kuat.

e. Karena tingkat perhatian dan kesetiaan pelanggan pada merek sangat

besar, organisasi dapat menghargai biaya promosi yang lebih kecil.

D. Indikator Citra Merek

Berikut ini merupakan indikator – indikator dari citra merek menurut

Davidson (1998) dalam Larika & Ekowati (2020):

1. Reputasi merek produk (atau "nama baik") mengacu pada status atau

statusnya yang relatif tinggi.

2. Recognition (pengenalan), khususnya tingkat pengakuan suatu merek ke

pelanggan. Apabila suatu merek tidak terkenal maka barang dengan

merek itu dapat ditawarkan dengan harga rendah.


17

3. Affinity (hubungan emosional), relasi dekat dengan rumah yang terjadi

pada merek dan klien. Itu yakni hubungan dekat yang muncul kepada

merek dan pembelinya. Suatu barang dengan merek yang favorit pembeli

bisa lebih mudah dijual dan barang yang dipandang bagus akan memiliki

sikap yang baik. Keberpihakan ini sesuai afiliasi positif yang membuat

pelanggan menyukai suatu barang.

4. Brand Loyalty (kesetiaan merek), seberapa setia pelanggan dalam

memanfaatkan barang dengan merek tertentu.

2.1.6 Harga

A. Pengertian harga

Kotler, P dan Armstrong (2018:308) mengkarakterisasi biaya sebagai

berapa banyak uang tunai yang dibebankan kepada klien untuk suatu layanan

atau administrasi.

Tjiptono (2018:289) menyatakan bahwa pengeluaran merupakan bagian

pokok dari campuran waktu terbatas yang membawa angsuran atau beban

kepada perkumpulan. Dan menurut Buchari Alma, biaya ialah nilai barang yang

dikomunikasikan secara tunai (Mamonto et al., 2021).

Dapat diasumsikan bahwa biaya adalah salah satu faktor penentu klien

dalam memilih pilihan pembelian suatu bantuan atau barang.

B. Fungsi harga

1. Fungsi Pendistribusian Harga

Biaya dapat mengambil sedikit aset. Tingginya harga sumber daya

disebabkan oleh kurangnya sumber daya, sehingga pelanggan hanya membeli

dari mereka yang bersedia dan mampu.


18

2. Fungsi Sinyal Harga

Seringkali, biaya penawaran berubah karena besarnya minat pasar dan

pasokan. Jika demand tinggi, namun pasokan kecil, pasar jelas akan melihat

kenaikan biaya. Misalnya saja, emas adalah aset langka yang sewaktu-waktu

mengalami kenaikan harga yang stabil selama bertahun-tahun sejak permintaan

bertambah. Demikian pula, ketika pasar memiliki produk tertentu yang melimpah

karena minat yang lebih rendah dan persediaan yang lebih banyak, nilainya

secara umum akan turun. Hal ini memungkinkan untuk menghapus kelebihan

produk yang ada.

3. Fungsi Intensif Harga

Pada umumnya, ketika harga suatu barang naik, hal itu disebabkan oleh

permintaan kenaikan. Hal ini memungkinkan penyedia untuk melihat perubahan

pola permintaan klien di pusat komersial. Oleh karena itu, mereka ingin membuat

proposal yang spesifik karena akan produktif.

4. Fungsi Transmisi Harga

Nilai itu sendiri dikenal sebagai data yang harus diteruskan ke semua

kelompok yang terlibat, baik di tempat observasi maupun di tempat lain. Dengan

adanya hal tersebut, produsen dan pelanggan akan dapat memberikan putusan

yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan ada. Misalnya, penawaran dengan

kualitas yang lebih mahal tidak akan sama dengan penawaran yang

menggunakan bahan mentah yang lebih murah.

C. Tujuan penetapan harga

Nilai sendiri dikenal sebagai data yang harus diteruskan ke semua

kelompok yang terlibat, baik di tempat pengamatan atau di tempat lain, secara

pivot. Hal ini akan memberdayakan produsen dan klien untuk mengambil pilihan

sesuai dengan pedoman yang ada dan bersifat material. Misalnya, penawaran
19

dengan kualitas yang lebih mahal akan menjadi unik jika dibandingkan dengan

penawaran yang memakai bahan mentah yang lebih murah.

Menurut Tjiptono. F., (2016: 220) pada hakikatnya ada aneka ragam tujuan

penetapan harga yaitu:

1. Berorientasi laba yaitu masing-masing organisasi pada umumnya memilih

nilai yang dapat menciptakan manfaat paling tinggi.

2. Berpacu pada volume yaitu evaluasi berdasarkan volume.

3. Berpacu pada citra (image) yakni khususnya citra organisasi dapat

dibingkai dengan biaya.

4. Stabilisasi harga yakni Penyesuaian biaya, khususnya penetapan biaya

yang berarti menjaga relasi tetap antara biaya organisasi dan biaya

pimpinan pasar (market leader)

5. Tujuan yang lain adalah untuk menentukan harga yang ditentukan untuk

menghalangi masuknya pesaing, memberikan komitmen pembeli,

mendukung penjualan kembali atau menghindari hambatan pemerintah.

D. Metode penetapan harga

1. Value-based pricing

Prosedur penilaian barang yang pertama dan paling banyak digunakan

adalah memperkirakan berapa yang akan dibayar klien. Untuk situasi ini, penting

untuk menyesuaikan biaya dengan profil klien dan kepribadian pembeli yang

berbeda dan mungkin mengalihkan biaya. Mengingat perbedaan-perbedaan ini.

Bila digunakan dengan tepat, sistem penilaian ini dapat meningkatkan opini dan

keandalan klien bisnis.

2. Cost-plus pricing

Metodologi biaya dan estimasi berpusat pada biaya pengiriman barang

atau administrasi Anda. Penetapan harga markup adalah nama lain untuk taktik

ini. Karena perusahaan yang memakai teknik ini akan memeriksa produk mereka
20

beracuan seberapa besar keuntungan yang ingin mereka peroleh. Untuk

menerapkan strategi ini, penting untuk menambahkan tarif yang tepat pada biaya

pembuatan barang tersebut.

3. Skimming Pricing

Memberikan harga setinggi mungkin untuk suatu produk baru dan

kemudian secara bertahap menurunkannya seiring dengan semakin

berkurangnya popularitas produk tersebut adalah strategi ini. Pada dasarnya,

estimasi ini diselesaikan dengan mengurangi biaya selangkah demi selangkah

dalam jangka panjang.

4. Dynamic Pricing

Sistem penilaian barang ini disebut juga dengan estimasi banjir, evaluasi

permintaan, atau estimasi waktu. Pada dasarnya, ini adalah penilaian yang dapat

disesuaikan dimana biayanya akan bervariasi tergantung pasar dan minat

pembeli.

5. Competition-Based Pricing

Sesuai namanya, penilaian ini adalah persaingan yang disatukan dan

berpusat pada tingkat pasar saat ini untuk produk atau layanan. Dalam situasi ini,

perusahaan tidak menghitung biaya produk atau kepentingan konsumen.

Sebaliknya, bisnis menetapkan harga dengan membandingkannya dengan harga

pesaing.

6. Premium Pricing

Premium pricing strategy ialah sebuah strategi dimana organisasi atau

organisasi membebankan biaya yang berlebihan untuk barang yang mereka

pasarkan. Gunanya untuk menunjukkan brand image atau brand harga diri yang

bernilai tinggi, boros dan premium. Perkiraan ini pada dasarnya berpusat pada

nilai nyata suatu barang, bukan pada nilai sebenarnya atau biaya pembuatan

yang ditimbulkannya.
21

7. High-Low Pricing

Pada skenario ini, bisnis pada awalnya bisa menjual produk menggunakan

harga tinggi sebelum menurunkannya ketika produk tersebut menjadi kurang

relevan. Strategi penetapan harga tinggi-rendah mencakup penjualan dan

diskon. Oleh karena itu, tidak diharapkan bahwa orang-orang tertentu menyebut

prosedur ini dengan menetapkan harga diskon.

8. Project-Based Pricing

Daripada menukar waktu dengan uang, strategi ini membebankan biaya

tetap per proyek. Umumnya yang menggunakan metodologi penilaian barang ini

adalah organisasi yang menyediakan administrasi bisnis, seperti ahli, spesialis,

pekerja proyek, dan lain-lain.

9. Bundle Pricing

Sesuai dengan namanya, estimasi ini dilakukan dengan menawarkan

setidaknya dua produk atau layanan secara bersamaan dengan harga yang

sama. Untuk menjual barang-barang yang dibundel atau administrasi sebagai

fitur dari suatu bundel, atau menjualnya sebagai bagian-bagian bundel dan

barang-barang individual.

E. Indikator Harga

Kotler & Armstrong (2020:303) mengatakan bahwa harga dicirikan oleh empat

indikator:

1. Keterjangkauan Harga

Harga yang dipatok oleh pembuatnya masuk akal bagi pembeli. Biasanya,

satu merek menghasilkan banyak produk dalam kisaran harga yang berbeda-

beda. Dari yang murah hingga yang mahal.

2. Kesesuaian Harga dengan Kualitas Produk

Pembeli sering kali menggunakan harga sebagai penanda sifat barang

yang ingin mereka beli. Pembeli sering kali memilih harga yang mahal antara dua
22

produk karena mereka mengetahui kualitasnya. Pembeli berharap bahwa

semakin mahal harga barang yang ingin mereka beli, semakin baik sifat barang

tersebut.

3. Kesesuaian Harga dengan Manfaat

Pelanggan memilih untuk membayar suatu barang jika benefit yang dilihat

lebih tinggi atau sesuai dengan uang yang dibayar supaya mendapatkannya.

Dengan asumsi bahwa pelanggan merasa manfaat barang tersebut lebih kecil

daripada uang yang dibayar, pembeli akan membayangkan apabila barang

tersebut mahal dan pelanggan akan mempertimbangkan untuk melaksanakan

pembelian berulang.

4. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga

Klien sering kali mengevaluasi dan membedakan harga suatu barang

dengan barang pesaing lainnya. Dalam hal ini, pembeli memeriksa banyak

kelayakan produk sebelum membelinya..

2.1.7 Keputusan pembelian

A. Pengertian keputusan pembelian

Kotler dan Armstrong (2016: 177), mencirikan pilihan pembelian sebagai

berikut: “Perilaku pelanggan ialah penyelidikan terkait bagaimana individu,

kelompok, dan asosiasi membeli, memilih, membuang dan memakai produk,

layanan, pemikiran, atau pertemuan untuk mencukupi kebutuhan mereka dan

kebutuhan" dan itu berarti pilihan pembelian sangat penting bagi perilaku

pembelanja. Studi tentang terkait individu, kelompok, dan asosiasi membeli,

memilih, dan memakai produk, ide, layanan, atau pengalaman untuk mencukupi

kebutuhan mereka dikenal sebagai perilaku konsumen. (Mamonto et al., 2021).


23

Dalam pemeriksaan yang dipimpin oleh Rizan. M.,, dkk., (2017) Evaluasi

pelanggan terhadap berbagai pilihan produk, layanan, dan merek yang tersedia

untuk memilih salah satu merupakan dasar dalam keputusan pembelian mereka.

B. Tahap tahapan keputusan pembelian

Sesuai Kotler dan Keller., (2016). Pembeli akan melalui lima fase interaksi

pilihan pembelian, khususnya:

1. Pengenalan kebutuhan

Pengakuan kebutuhan adalah tahap dimana pembeli mengetahui tentang

suatu masalah atau kebutuhan yang perlu dipenuhi. Pelanggan merasakan

munculnya kontras antara situasi sebenarnya dan situasi yang diinginkannya.

Pada tahap ini juga, pembeli akan memisahkan kebutuhan dan keinginannya.

2. Pencarian informasi

Pencarian data selesai ketika pembeli mengetahui yakni kebutuhan mereka

bisa dicukupi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu barang. Pelanggan

akan berusaha mendapatkan data yang disimpan dalam memorinya dan

mendapatkan data dari luar.

3. Evaluasi alternatif

Penilaian elektif ialah metode yang melibatkan penilaian keputusan barang

dan merek sesuai keinginan pembeli. Pada tahap ini, pelanggan akan

memikirkan berbagai merek pilihan mereka, yang dapat memberikan manfaat

dan memiliki pilihan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

4. Keputusan pembelian

Setelah melalui tahapan yang berbeda, pembeli akan memutuskan

disposisi mereka dan menentukan pilihan apakah akan membeli. Dengan asumsi

mereka memutuskan untuk membeli, pembeli akan dihadapkan pada beberapa


24

pilihan dinamis lainnya. Mulai dari barang dan merek, hingga penentuan jumlah

dan musim pengadaan.

5. Perilaku pasca pembelian

Siklus pilihan pembelian terakhir ini menggambarkan apakah suatu barang

atau organisasi dapat membuat pembeli setia. Hal ini harus terlihat dari perilaku

pelanggan pasca pembelian. Misalnya, puas atau tidaknya pembeli pada produk

yang sudah dibeli dan apakah pelanggan akan mengulangi pembelian tambahan

atau tidak.

C. Faktor faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

Engel dkk. dalam D. Moralisa, (2020) mengungkapkan yakni perilaku

pelanggan dalam memilih pembelian akan berpengaruh terhadap tiga elemen

mendasar, yaitu sosial, sosial dan mental.

Budaya atau subkultur akan berdampak pada faktor budaya konsumen.

Paguyuban atau afiliasi daerah setempat harus mempunyai budaya, dan dampak

sosial terhadap pilihan pembelian yang berbeda-beda, pada unsur ramah pilihan

membeli dapat dipengaruhi oleh tempat kerja, keluarga dan keadaan keuangan,

sedangkan pada faktor mental, keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh

kenyamanan dari dalam diri.

Begitu pula dengan tahapan dalam melakukan pembelian atau biasanya

disebut pilihan pembelian pembelanja akan berpengaruh dalam banyak elemen,

dalam mengambil keputusan tersebut seorang pelanggan akan lebih dulu

didorong terhadap rangsangan pasar atau market stimuli seperti produk, harga,

promosi, serta distribusi.

D. Indikator Keputusan Pembelian

Berikut ini merupakan indikator–indikator dari keputusan pembelian

menurut Kotler & Keller dalam Larika & Ekowati (2020):


25

1. Keandalan dalam suatu produk, kualitas produk yang baik dapat

membangun relasi pembeli agar dapat membantu kepuasan pelanggan.

2. Kecenderungan dalam membeli barang, kecenderungan mengulangi

sesuatu secara terus-menerus pada transaksi barang yang sama.

3. Memberikan usulan terhadap orang lain, ialah memberi seseorang atau

lebih sesuatu yang bisa diandalkan, bisa juga diartikan

merekomendasikan, mempersilahkan bergabung, mengajukan semacam

permohonan.

4. Make rehash buys, maksud dari rehash buys adalah orang membeli

barang atau jasa dan memilih untuk mengulangi lagi, kemudian

pembelian berikutnya dan seterusnya disebut berulang kali membeli.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ialah upaya peneliti untuk menggali inspirasi baru dan

mencari perbandingan serta sebagai tolak ukur dalam menyusun sebuah

penelitian dengan tujuan menunjukkan kebasahan dari penelitian. Berikut teori

yang dipakai mengenai pengaruh

a. Rifky Budi Setiawan, (2023)

Penelitian yang dipimpin oleh Rifky Budi Setiawan (2023), Diary of

Sociologies, dengan subjek pengujian “Pekerjaan Nilai, Kualitas Barang dan

Gambaran Merek Dalam Pemilihan Pembelian Sepatu Diadora di Game Station

Medan Marelan” dengan contoh lengkap sebanyak 86 responden dengan

menyebarkan survei kepada responden, informasi yang diambil memanfaatkan

informasi penting dan informasi pilihan. Prosedur pemeriksaan informasi

menggunakan berbagai pemeriksaan relaps langsung dengan hasil eksplorasi

menunjukkan bahwa faktor biaya, kualitas barang dan gambaran merek sampai

taraf tertentu atau sekaligus berperan dalam mempengaruhi pilihan pembelian

secara pasti dan esensial. Perbedaan pemeriksaan ini dengan eksplorasi masa
26

lalu terletak pada objek pemeriksaannya. Sementara itu, sejauh ini, keduanya

memanfaatkan faktor ketergantungan biaya, kualitas barang dan gambaran

merek serta pilihan pembelian faktor bebas. Instrumen pemeriksaan informasi

yang digunakan sama-sama menggunakan SPSS dengan prosedur pemeriksaan

kekambuhan langsung yang berbeda.

b. Khori Nadila & Osly Usman, (2020)

Tujuan dari penelitian terhadap 200 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Citra Merek Terkait

Keputusan Pembelian” adalah agar mengetahui apakah Kualitas Produk, Harga,

dan Citra Merek berpengaruh terkait Keputusan Pembelian. Metode survei yang

dipakai adalah pendekatan kausal. Prosedur pengumpulan informasi

menggunakan strategi penulisan dan jajak pendapat. Strategi pemeriksaan

informasi menggunakan alat SPSS 22.0 dan AMOS 22.0 dengan investigasi

kondisi dasar (SEM). Konsekuensi dari eksplorasi menunjukkan bahwa variabel

biaya mempunyai basic worth compensation (CR) sebesar 2,219 > 1,96 dan p-

worth sebesar 0,027 > 0,05 sehingga berpengaruh pada pilihan pembelian,

variabel brand picture mempunyai basic Proportion (CR) worth sebesar 4,639 >

1,96 dan p-worth 0,000 < 0,05, maka berpengaruh secara bermakna pada pilihan

pembelian, dan variabel kualitas barang mempunyai proporsi dasar (CR) bernilai

3,130 > 1,96 dan p-worth 0,002 < 0,05, maka dipastikan dan dampak yang luar

biasa pada pilihan pembelian.

Perbedaan antara eksplorasi ini dan pemeriksaan masa lalu terletak pada

lamanya waktu eksplorasi, objek penelitian, pengujian penelitian, dan perangkat

logika yang dipakai. Pemeriksaan ini hanya memakai alat SPSS 26. Persamaan

antara eksplorasi ini dan pengujian sebelumnya terletak pada setiap faktor yang

digunakan, khususnya variabel dependen Kualitas Barang, Nilai, Gambaran

Merek dan variabel otonom Pilihan Beli.


27

c. Ivan Reinaldo & Stefani Chandra, (2020)

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kualitas Barang, Gambaran Merek, dan

Biaya Pada Pilihan Pembelian Pada CV Sarana Berkat Pekanbaru” memiliki

tujuan yakni mengetahui pengaruh kualitas barang, gambaran merek dan biaya

terhadap pilihan pembelian salep tangan dan badan Aulia di CV Sarana Berkat

Pekanbaru. Informasi yang dipakai merupakan informasi penting yang

didapatkan melalui survei dan ditangani menggunakan SPSS 21.0. Jumlah

pengujian sebanyak 150 responden yang dipilih melalui pemeriksaan tidak

terencana. Regresi linier berganda ialah metode yang berguna untuk

menganalisa data. Hasil pemeriksaan memberitahukan bahwa sampai taraf

tertentu faktor kualitas barang, gambaran merek dan biaya secara nyata

mempengaruhi pilihan pembelian melalui pengujian spekulasi setengah jalan

atau uji t. Perbedaan antara peninjauan ini dengan ujian-ujian sebelumnya dapat

dilihat pada perpanjangan jangka waktu penelaahan, objek pemeriksaan, dan

jumlah ujian ujian. Alat analisis SPSS memakai teknik analisis regresi linier

berganda menjadi pembeda kasus ini dengan penelitian sebelumnya. Syarat

lainnya ialah setiap faktor yang digunakan, khususnya variabel dependen

Kualitas Barang, Nilai, Gambaran Merek dan variabel otonom Pilihan Pembelian.

d. Agunawan Andis, M. Risal, dan Halim Usman, (2019)

Penelitian berjudul “Pengaruh Kualitas Barang, Biaya dan Kemajuan Terkait

Pilihan Beli Item Ponsel Samsung di Toko Centro Palopo” menggunakan strategi

kuantitatif dengan prosedur pengujian non-likelihood atau pemeriksaan non-

irregular dengan metode pemeriksaan purposive terhadap 100 orang yang

membeli item Ponsel Samsung. Teknik pemeriksaan informasi dilakukan dengan

menggunakan tes penjelasan faktual dan tes spekulasi (penyelidikan relaps lurus

yang berbeda). Hasil penelusuran menunjukkan bahwa sedikit atau banyak faktor

kualitas barang, harga dan pengembangan mempengaruhi pilihan membeli HP


28

Samsung. Tahun penelitian, objek penelitian, jumlah sampel, dan salah satu

variabel terikat semuanya berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Dalam eksplorasi kali ini, X2 adalah Brand Picture, padahal pada pengujian

sebelumnya adalah Advancement. Persamaan eksplorasi ini dengan

pemeriksaan sebelumnya terletak pada alat pemeriksaan, khususnya SPSS

dengan berbagai metode pemeriksaan kambuh langsung, kondisi yang berbeda

merupakan faktor yang bergantung pada Kualitas Barang dan Biaya, serta faktor

bebas Pilihan Beli.

e. Desy Irana Dewi Lubis & Rahmat Hidayat, (2019)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek dan Biaya Terhadap Pilihan

Pembelian di Sekolah Ilmu Eksekutif Sukma Medan” dengan tes eksplorasi

terhadap 144 siswa pada tahun 2013-2015, pengujiannya menggunakan

pengujian tidak teratur. Pengujian informasi menggunakan uji Many Direct

Relapse, pengujian spekulasi memakai uji koefisien jaminan (R2), uji tidak

lengkap (uji t), dan uji bersamaan (uji F), sedangkan penanganan informasi

memakai SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat tertentu

variabel gambaran merek tidak mempengaruhi pilihan pembelian, sedangkan

variabel biaya mempengaruhi pilihan pembelian. Sementara itu, gambaran merek

dan faktor biaya sangat mempengaruhi pilihan pembelian. Perbedaan

pemeriksaan ini dengan eksplorasi masa lalu terletak pada lamanya waktu

pemeriksaan, objek penelitian, jumlah tes, dan jumlah faktor lingkungan yang

digunakan. Pada eksplorasi sebelumnya hanya digunakan 2 faktor lingkungan

yaitu gambaran merek dan biaya, sedangkan pada pengujian kali ini digunakan 3

faktor lingkungan. Perbandingan antara pemeriksaan ini dengan eksplorasi

sebelumnya terletak pada prosedur investigasi yang digunakan, yaitu perbedaan

langsung dengan alat SPSS. Kesamaan lainnya adalah sama - sama memakai
29

variabel independen keputusan pembelian selain variabel dependen citra merek

dan harga.

f. Bayu Bagus Prayitno & Nurul Widyawati, (2019)

Penelitian terarah yang diberi judul “The Impact of Item Quality, Value, Brand

Picture, and Verbal exchange on Yamaha R15 Buying Choices” menggunakan

jenis penelitian dekat kausal (causal relativeexploration) dengan populasi dalam

penelitian ini adalah individu-individu dari klub penjelajah Yamaha R15 di wilayah

tersebut. Surabaya (YR15ci_sby) dan prosedur pemeriksaannya menggunakan

strategi pengujian kritis. Mengingat strategi pengujian kritis, diperoleh contoh 100

responden. Kuis dan metode analisa data regresi linier berganda dipakai untuk

mengumpulkan data. Hasil kasus menginfokan yakni harga mempunyai hal

positif yang meningkat terkait keputusan pembelian, citra merek mempunyai

pengaruh positif yang dapat diabaikan terkait keputusan pembelian, dan promosi

dari mulut ke mulut mempunyai pengaruh positif yang dapat diabaikan terkait

keputusan pembelian. Perbedaan antara tinjauan ini dan pemeriksaan

sebelumnya terletak pada lamanya waktu eksplorasi, objek pemeriksaan, jumlah

pengujian, dan jumlah faktor lingkungan yang digunakan. Pada pemeriksaan

sebelumnya menggunakan 4 faktor lingkungan yaitu kualitas barang, biaya,

gambaran merek dan verbal, sedangkan pada konsentrasi ini hanya

menggunakan 3 faktor lingkungan tanpa menyertakan faktor pertukaran verbal.

Perbandingan antara pemeriksaan ini dengan eksplorasi sebelumnya terletak

pada prosedur investigasi yang digunakan, yaitu perbedaan langsung dengan

alat SPSS. Perbandingan lainnya adalah keduanya memanfaatkan variabel yang

bergantung pada kualitas barang, gambaran merek dan biaya, serta pilihan

pembelian faktor bebas.


30

2.3. Kerangka Konseptual

The reasonable structure is utilized to guarantee that scientists and those

assessing research recommendations will break down the issue with the right

idea (likening the exploration and discernment stages), which is exceptionally

helpful in getting an extensive comprehension of the issue being considered

(Raihan, 2017). The conceptual framework for this study is depicted in the

following figure:

Keterangan

X1 : Kualitas Produk

X2 : Citra Merek

X3 : Harga

Y : Keputusan Pembelian

2.4. Hipotesis

Hal dasar yang ada pada rumusan masalah, hasil kasus terdahulu, dan yang

sudah dijelaskan terkait kerangka konseptual, jadi hipotesis yang diperoleh

diajukan sebagai berikut:


31

H1 : Diduga variabel kualitas produk secara parsial berpengaruh tinggi terkait

Keputusan Pembelian produk sari roti di Sidoarjo

Variabel kualitas barang diperkirakan mempengaruhi pilihan pembelian produk

sari roti di Sidoarjo.

H2 : Diduga variabel citra merek secara parsial mempengaruhai signifikan terkait

Keputusan Pembelian produk sari roti di Sidoarjo.

H3 : Diduga variabel harga secara parsial mempengaruhi signifikan terkait

Keputusan Pembelian produk sari roti di Sidoarjo.

H4 : Diduga variabel kualitas produk, citra merek dan harga secara simultan

mempengaruhi signifikan terkait keputusan pembelian produk sari roti di Sidoarjo.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis eksplorasi yang dipakai dalam penelitian ini ialah penelitian kausal

kooperatif yang bertujuan memahami relasi sebab akibat antar faktor dengan

metodologi kuantitatif. Sugiyono (2019:11) pernah mengatakan teknik eksplorasi

kuantitatif ialah suatu strategi pemeriksaan berdasarkan cara berpikir positivisme,

dipakai untuk mengetahui populasi atau tes tertentu, mengumpulkan informasi,

memakai instrumen penelitian, memecah informasi yang bersifat kuantitatif atau

terukur di alam bertekad untuk diujikan dalam spekulasi yang dilakukan. Dalam

penelitian ini berencana untuk menentukan hubungan sebab akibat antara faktor

bebas kualitas barang, gambaran merek dan biaya. Pada variabel dependen

yakni untuk menentukan pilihan pembelian pelanggan secara spesifik pada item

jus roti di Sidoarjo.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah suatu kategori yang dapat

disimpulkan terdiri dari: obyek atau subyek yang memiliki ciri-ciri dan ciri-ciri

tertentu yang akan ditinjau oleh para ahli dan dari situlah akan dibuat sasaran.

Subyek kasus ini hanya mencakup pembeli yang membeli produk sari roti.

khususnya di toko Indomaret sub kawasan Sidoarjo dan populasi spesifiknya

tidak jelas dan jumlahnya sewaktu-waktu berubah.

3.2.2 Sampel

Keteladanan sangat penting agar kuantitas dan kualitas ditentukan oleh

masyarakat dapat dinilai dari masyarakat sehingga keteladanan harus benar-

32
33

benar dapat didelegasikan (Sugiyono, 2017). Pencipta menggunakan metode

pemulihan

contoh ini adalah pengujian kemungkinan dengan tipe pemeriksaan tidak

beraturan. Sugiyono menegaskan (2017:82) menegaskan bahwa pengujian tidak

teratur adalah penentuan anggota tes dari masyarakat secara sewenang-wenang

atau tanpa memikirkan pembagian segmen. Sesuai Riyanto dan Hermawan

(2020: 13-14) Rumus Lemeshow juga bisa dipaki untuk menghitung jumlah

sampel pada populasi yang jumlahnya tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Jumlah populasi konsumen Sari Roti yang ada di kecamatan Sidoarjo tidak

diketahui jumlahnya secara pasti dan akan berubah-ubah seiring waktu,

sehingga dalam pengambilan sampel dengan mengaplikasikan rumus Lemeshow

dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel yang diperiksa

Z = Nilai standar (1,96)

P = proporsi yang tidak diketahui = 0,5

d = Presisi absolut digunakan (0,1)

Dengan persamaan Lemeshow, jumlah dasar tes yang dilakukan ditentukan

sebagai berikut:
34

Dari estimasi di atas, ukuran contoh dasar adalah 96,04. Jadi dari itu,

sampel dalam kasus ini dikumpulkan ada 96 responden mengingat contoh

ukuran sampel tidak di bawah sampel minimum yang ditentukan oleh resep

Lemeshow.

3.3 Definisi Operasional Variabel

Arti fungsional suatu variabel berarti bagaimana suatu variabel

diperkirakan. Variabel Operasional Sugiyono Tahun 2017 : 102), variabel

merupakan salah satu bagian atau poin yang mempunyai ragam tertentu yang

tidak ditentukan oleh para ilmuwan untuk dieksplorasi dan berakhir ditarik. Faktor

sendiri terdiri dari dua macam, yang pertama ialah faktor bebas, yaitu variabel

yang mempengaruhi alasan terjadinya perubahan. Variabel yang dipengaruhi

oleh variabel otonom dan bergantung pada faktor-faktor yang berbeda disebut

variabel ketergantungan kedua.

Pada tinjauan ini terdapat 4 faktor yang diestimasi, yakni kualitas barang

(X1), citra merek (X2) dan nilai (X3) sebagai faktor bebas dan keputusan

pembelian (Y) sebagai variabel ketergantungan.


35

Sumber: Diolah Penulis, 2023


36

3.4 Sumber dan Pengumpulan Data

Sumber informasi penting dan tambahan merupakan sumber informasi

yang digunakan dalam tinjauan ini. Seperti yang ditunjukkan oleh Sugiyono

(2017) strategi pengumpulan data dipisahkan menjadi dua, yaitu:

A. Data primer

Sumber data mendasar ialah sumber data yang didapat langsung dari data

responden atau langsung dari sumbernya. Informasi penting berasal dari

persepsi, pertemuan, dan jajak pendapat saat survei disebarluaskan kepada

responden. Informasi penting diperoleh dari responden khususnya pembeli yang

membeli produk sari roti di wilayah Daerah Sidoarjo dengan contoh ukuran 96

responden.

B. Data sekunder

Informasi opsional ialah sumber data yang dapat diperoleh di situs otoritas

objek eksplorasi atau di buku, jurnal, atau artikel yang ada hubungannya dengan

subjek penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti ialah dari

dokumen perusahaan yang tersedia di web resmi Sariroti.com. termasuk juga

tentang visi, misi, struktur organisasi, dan uraian tugas organisasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Investigasi ini memakai metodologi mengumpulkan data dengan

memanfaatkan persepsi, pertemuan, dan survei. Sugiyono menegaskan

(2017:224) Karena memperoleh data yang relevan merupakan tujuan utama

penelitian, maka pada saat itu, strategi pengumpulan informasi merupakan

langkah yang paling penting.

3.5.1 Observasi

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih spesifik dari

pengamatannya dengan menggunakan metode observasi, karena untuk


37

memecahkan masalah dan ingin mengetahui informasi yang lebih akurat. Seperti

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2018) Persepsi merupakan strategi

pengumpulan informasi untuk memperhatikan cara berperilaku manusia, siklus

kerja, dan kekhasan sehari-hari, serta responden. Penelitian ini dilakukan

langsung di lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya pembeli produk

sari roti.

3.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan oleh penulis karena ingin mengetahui landasan yang

menjadi dasar informan atau sumber dalam menafsirkan peristiwa dan kejadian.

Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono, (2017:317) teknik pertemuan adalah

pertemuan antara dua individu untuk saling mengkaji informasi dan sudut

pandang untuk menjadikan penting suatu hal tertentu. Pertemuan yang dipimpin

oleh pembuatnya bertujuan untuk mengetahui tujuan pembeli yang membeli

produk sari roti.

3.5.3 Kuesioner

Untuk menghindari konsumen bingung dengan pertanyaan saat melakukan

wawancara, peneliti mengembangkan instrumen penelitian atau kuesioner untuk

menyatukan berbagai informasi terkait respon konsumen. Menurut Sugiyono

(2017:142), survei adalah strategi pengumpulan informasi yang mencakup

pengajuan anggota untuk menanggapi pertanyaan atau rekaman umpan balik.

Instrumen tes atau penilaian sentimen masyarakat menggunakan alat ukur skala

likert. Menurut Sugiyono (2017: ), skala Likert: 93) dapat dipakai untuk mengukur

mentalitas, sudut pandang, dan kesan individu atau kelompok terhadap

kekhasan sosial. Eksplorasi ini menyesuaikan atau mengambil survei dari

pemeriksaan masa lalu yang memasukkan penanda-penanda variabel yang


38

diambil dari spekulasi-spekulasi penting. Para ahli menggunakan tingkat skala

Likert sebagai berikut:

3.6 Analisis Data

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian

A. Uji Validitas

Sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2018:51), mengatakan yakni uji

keaslian dipakai untuk mengukur keabsahan atau keabsahan suatu suara.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2017:267), hal ini menunjukkan

tingkat ketepatan antara informasi yang diperoleh ilmuwan dengan informasi

yang benar-benar terjadi pada suatu benda. Jika pernyataan atau pertanyaan

pada suatu jajak pendapat dapat dengan tepat menggambarkan faktor-faktor

yang disurvei dalam survei tersebut, maka jajak pendapat tersebut dianggap

penting. Berikutnya adalah standar pengujian legitimasi :

1) Dalam hal nilai rhitung positif dan rhitung < rtable maka hal yang ditanyakan

adalah substantial pada signifikan 0,05 (5%).

2) JIka nilai rhitung negatif dan rhitung < rtable maka hal yang ditanyakan tidak

sah.

3) rhitung harus terlihat di bagian koneksi absolut yang diperbaiki.

B. Uji Reliabilitas
39

Sebagaimana ditunjukkan oleh Sugiyono (2017:267), uji ketergantungan

mengukur sejauh mana estimasi yang dibuat dengan item serupa menghasilkan

informasi serupa. Kualitas yang tidak tergoyahkan berarti sejauh mana estimasi

pengujian jangka panjang tetap stabil setelah pengujian berulang, sehingga

hasilnya akan sangat mirip. Penelitian dipandang dapat diandalkan jika

memberikan hasil yang stabil terhadap estimasi serupa. Hal ini tidak dapat

diandalkan dengan asumsi bahwa estimasi yang diulang memberikan hasil yang

berbeda-beda.

Tes kualitas yang teguh dapat dievaluasi dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang melalui penilaian legitimasi. Dengan memanfaatkan

program SPSS 24.0 for Windows, faktor-faktor tersebut dinyatakan lengkap

dengan aturan-aturan yang menyertainya:

1) Pernyataan dikatakan reliabel jika r-alpha bernilai positif dan lebih

tinggi dari r-tabel.

2) Jika r-alpha bernilai negatif dan lebih kecil dari r-tabel, maka

klarifikasinya patut dipertanyakan.

3) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka termasuk kuat

4) Tidak solid jika nilai Cronbach’s Alpha kurang dari 0,6.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2018: 137) uji hipotetis biasa

merupakan tahap dasar yang digunakan sebelum berbagai penilaian

kemunduran langsung. Tes ini dilakukan untuk memberikan keyakinan sehingga

koefisien relaps tidak berprasangka buruk dan stabil serta memiliki ketepatan

dalam penilaian.

A. Uji Normalitas
40

Ghozali (2018:33) mengatakan yakni uji ordinaritas dipakai untuk

menginfokan apakah suatu faktor independen, variabel dependen, atau

keduanya memiliki distribusi yang khas atau aneh dalam suatu model relaps. Uji

kewajaran ini dilakukan secara terukur dengan menggunakan instrumen

investigasi One Sample Kolomogorov-Smirnov, yaitu pengaturan yang

mengasumsikan tingkat kepentingan diatas 5% atau 0,05. Uji kewajaran dapat

diselesaikan dengan menggunakan diagram histogram dan plot kemungkinan

tipikal yang menggunakan standar. Jika data diedarkan sepanjang garis dan

mengikuti garis miring, maka model kemunduran sesuai dugaan sensibilitas.

Model yang kambuh tidak memenuhi anggapan biasa dengan asumsi informasi

yang beredar melenceng atau tidak bergerak seperti itu.

B. Uji multikolinearitas

Tujuan dari uji multikolinearitas ialah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antar faktor independen dalam model relaps. Seperti yang ditunjukkan

oleh Ghozali (2017:36) resistensi memperkirakan sejauh mana ketidakkekalan

faktor bebas yang dipilih tidak diperhitungkan oleh faktor otonom lainnya.

Dengan membandingkan nilai toleransi maka dilakukan uji multikolinearitas, dan

nilai VIF (variance inflasi faktor) digunakan untuk menunjukkan nilai

multikolinearitas. Jika skala resiliensi < 0,10 dan VIF > 10, maka salah satu faktor

bebas mempunyai hubungan yang sangat tinggi dengan faktor bebas lainnya

(terjadi multikolinearitas).

C. Uji Heteroskedastisitas

Sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali, (2018) Uji Heteroskedastisitas

mempunyai tujuan untuk menguji apakah terdapat ketidakrataan kontras (variasi)

yang dimulai dari satu wawasan yang tersisa kemudian ke wawasan berikutnya.

Homoskedastisitas adalah bila perubahan residunya sama, dan

heteroskedastisitas adalah bila tidak ada perubahan yang sama.


41

Diagram sebar antara nilai yang tersisa (SRESID) dan kualitas variabel

terkait (ZPRED) digunakan untuk menguji heteroskedastisitas, dengan nilai yang

diantisipasi menangani hub X dan kualitas yang tersisa menangani hub Y. Dapat

beralasan bahwa heteroskedastisitas tidak terjadi dengan asumsi contohnya

jelas dan fokusnya ditempatkan secara sembarangan di atas dan di bawah nilai 0

pada poros Y. Heteroskedastisitas ini hanya bisa terwujud jika titik-titik tersebut

tersusun dalam pola tertentu.

3.7 Analisis Regresi Linear Berganda

Seperti yang ditunjukkan oleh Ghozali (2018:95), arah dan besarnya

dampak faktor bebas terhadap variabel dependen diselesaikan dengan

menggunakan investigasi straight relapse yang berbeda. Banyak investigasi

relaps lurus digunakan untuk menguji bagian-bagian model struktur ilmiah

sampai batas tertentu. Tes ini digunakan sebagai penyelidikan untuk mengetahui

segala sesuatu yang berhubungan dengan model ilmiah. Harga, citra merek, dan

kualitas produk ialah variabel independen yang digunakan. Kondisi yang

digunakan dalam berbagai pemeriksaan kambuhan langsung adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian sebagai variabel dependen

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1 = Kualitas produk

X2 = Citra merek

X3 = Harga

e = error item
42

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji t

Seperti yang diungkapkan oleh Ghozali, (2018) uji t melihatkan apakah

satu faktor bebas mempengaruhi variabel dependen dengan mengharapkan

faktor yang berbeda konsisten. Standar untuk memilih pada tes terukur yaitu:

a. Jika sig > 0,05 berarti H1 ditiadakan dan H0 diakui. Hal ini menyimpulkan

bahwa faktor bebas pada dasarnya tidak mempengaruhi variabel

ketergantungan.

b. H1 didapatkan dan H0 ditolak jika sig kurang dari 0,05. Hal ini melihatkan

yakni variabel dependen agak mempengaruhi terkait variabel otonom.

3.7.1 Uji F

Sesuai Ghozali, (2018) uji sinkron (uji F) melihatkan apakah setiap variabel

otonom yang terdapat dalam pengujian ini mempengaruhi variabel reliabel.

Kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan mengenai tes simultan

yaitu:

a. Apabila F hitung < F tabel dan signifikansi > 0,05, jadi dalam sehari-

hari variabel independent mempengaruhi terkait variabel dependen

b. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel dan tingkat kepentingannya

kurang dari 0,05, maka variabel dependen umumnya tidak

terpengaruh oleh faktor independen.

3.9 Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien jaminan (R2) ingin mengukur kapasitas variabel X

(elemen otonom) dalam mempengaruhi variabel Y (variabel bawahan) (Ghozali,

2018). Uji ini diharapkan dapat menentukan derajat kepastian terbaik pada

pemeriksaan relaps yang dinyatakan dengan koefisien jaminan. Nilai koefisien

jaminan berada pada lingkup ketiadaan dan satu. Semakin kecil nilainya (R2)
43

menunjukkan bahwa kemampuan faktor bebas semakin terbatas dalam

menentukan keragaman alam. Koefisien jaminan untuk informasi rangkaian

waktu biasanya tinggi, karena besarnya variasi persepsi individu; Data silang

biasanya memiliki nilai yang relatif rendah.

Nilai R2 harus terlihat pada tabel outline model. Koefisien jaminan dimulai

dari 0 < R2 < 1, dimana :

1) Apabila R2 = 0 berarti model relaps yang dibuat kurang eksak untuk

mengantisipasi variabel Y..

2) Jika R2 = 1, berarti variabel Y dapat dengan tepat diramalkan

menggunakan model regresi yang dibuat.


BAB IV

ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek eksplorasi yang sedang dalam pemeriksaan ini ialah PT Indosari

Corpindo Tbk. (Sari Roti), dengan data utama terhadap penyebaran kuesioner

dan data sekunder dari website resmi PT Nippon Indosari Corporindo Tbk

mengenai profil Perusahaan secara umum, visi dan misi, serta struktur

organisasi. Objek eksplorasi yang ada pada penelitian ini ialah PT Indosari

Corpindo Tbk. (Sari Roti), dengan data utama dari penyebaran kuesioner dan

data sekunder dari situs resmi PT Nippon Indosari Corporindo Tbk yang

berkaitan dengan profil Perusahaan secara umum, visi dan misi, serta struktur

organisasi.

4.1.1 Profil Umum PT Nippon Indosari Corporindo (Sari Roti)

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk adalah satu dari sekian organisasi roti

terbesar dengan merek Sari Roti di Indonesia. Sarti Roti didirikan tahun 1995

sebagai suatu organisasi ventura asing dengan nama PT Nippon Indosari

Enterprise. Industri ini berkembang pesat, ditandai dengan naiknya minat

pembeli. Perseroan telah menambah dua lini produksi roti manis dan roti tawar di

tahun 2001 untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sesuai dengan

diresmikannya pabrik pengolahan lainnya di Pasuruan, Jawa Timur, yang dimulai

di tahun 2005. Pada tahun 2008, Sari Roti mengepakan sayap usahanya dengan

membangun industri pengolahan ketiga di Cikarang, Jawa Barat.

Pada 28 Juni 2010, organisasi tersebut sudah menyelesaikan penawaran

umum pertama dan menuliskan porsinya di Perdagangan Efek Indonesia (BEI).

Bisnis toko roti organisasi semakin berkembang, sehingga organisasi semakin

dinamis dalam membangun pabrik baru di berbagai wilayah, seperti

44
45

pengembangan tiga lini produksi sekaligus di Semarang, Medan, dan Cikarang.

di tahun 2011, serta pengembangan dua pabrik di Palembang dan Makassar.

Di tahun 2006, organisasi tersebut mampu meraih pengesahan HACCP

(Peril Examination Basic Control Point), yaitu deklarasi jaminan penanganan

makanan, dijadikan bukti pengabdian organisasi dalam fokus pada standar 3H

(Halal, Sehat, Bersih) di setiap negara. Barang Sari Roti. Produk Sari Roti juga

sudah mendaftar di Badan BPOM Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)

telah memberi izin Halal. Sari Roti berhasil meraih beberapa penghargaan

berbeda antara lain Top Brands dari tahun 2009 sampai 2011, Top Brand for

Youngsters dari tahun 2009 sampai 2012 Promoting Grants 2010, Indonesia

Unique Brands 2010, Financial backer Honor 2012, hibah dari Forbes Asia dan

banyak penghargaan yang lain.

Adapun produk Sari Roti antara lain Roti Tawar Spesial 6 Slices, Chiffon

Cup Cake Coklat, Roti Tawar Keju, Roti Isi Krim Coklat, Sandwich Isi Coklat,

Chiffon Cup Cake Strawberry, Chiffon Cup Cake Pandan, Roti Isi Mix Fruit,

Sandwich Isi Krim Peanut, Roti Isi Krim Coklat Vanilla, Roti Isi Krim Keju, dan

masih banyak produk yang lain.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

PT Nippon Indonesia Corporindo memiliki mimpi “Terus mengembangkan

dan mengimbangi posisinya sebagai perusahaan pastry kitchen yang besar di

Indonesia melewati akses pasar yang luas dan mendalam dengan

memanfaatkan jaringan pengangkutan untuk memperluas jangkuan pembeli di

penjuru Indonesia.” bertujuan untuk memproduksi dan mendistribusikan berbagai

macam barang halal, berkualitas tinggi, higienis, dan harga terjangkau untuk

pelanggan se Indonesia.
46

Gambar 4.1 Logo Sari Roti


Sumber: Sariroti.com
4.1.3 Struktur Organisasi PT Nippon Indosari Corporindo (Sari Roti)

Dalam menjalankan kegiatan dan fungsinya, suatu lembaga atau

organisasi memerlukan suatu struktur yang mencakup berbagai pekerjaan dan

kewajiban dari setiap jabatan. Berikutnya adalah pembangunan otoritatif PT

Nippon Indosari Corporindo:

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sari Roti


Sumber: Sariroti.com
Berikut gambaran kewajiban masing-masing situasi dalam konstruksi

hierarki PT Nippon Indosari Corporindo:

1) Board of Commissioners

Bertanggung jawab mengawasi atas pengurusan perseroan kepada Direksi

dan memberikan saran-saran terhadap Direksi untuk kepentingan Perseroan.

2) President Director

Kewajiban utama Direktorat adalah menangani Organisasi sesuai visi dan

misi organisasi untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Dewan Direksi
47

bertanggung jawab untuk memasukkan norma-norma tata kelola perusahaan

terhadap setiap kebijakan yang diambil perusahaan.

3) Audit Committee

Membantu Kelompok Pimpinan Pimpinan dalam melaksanakan kegiatan

Organisasi, memberikan penilaian terhadap laporan, dan menampilkan hal-

hal yang memerlukan pertimbangan Dewan Komisaris.

4) Internal Audit

Bertanggung jawab sebagai pengendali dan pengawas terhadap

pengendalian internal perusahaan.

5) Nomination and Remuneration Committee

Membantu Kelompok Pimpinan Hakim dalam menilai presentasi individu dari

Badan Pengurus dan juga individu dari Kelompok Ketua Pimpinan mengingat

tolok ukur yang telah disusun sebagai bahan penilaian dan memutuskan

pelamar yang memenuhi persyaratan sebagai individu dari Staf Manajerial

Puncak atau calon perseorangan dari Pimpinan Kehakiman untuk diajukan

kepada RUPS untuk mendapat pengesahan.

6) Corporate Legal

Bertugas melaksanakan memegang kendali dan mengelola dokumen legal &

asset industri, memberi opini legal berkaitan dengan aturan hukum dan bisnis

industri, dan me-review legal contract, perjanjian kerjasama dan dokumen

legal yang lain yang berelasi sesuai kebutuhan industri.

7) Corporate Secretary

Bertugas dan bertanggung jawab dalam mengkoordinasi kegiatan internal,

melaksanakan pembinaan relasi terhadap media, berkoordinasi terhadap

Rapat Dewan Komisaris dan Direksi bulanan, dan berkoordinasi terhadap

RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa.

8) Chief Executive Officer


48

Mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendorong kemajuan metodologi

langkah pendek dan langkah panjang organisasi, membuat dan

melaksanakan visi dan misi organisasi atau perkumpulan, penilaian yang

dibuat oleh pimpinan pionir lainnya dalam organisasi, termasuk ketua dan

presiden.

9) Investor & Public Relations

Bertanggung jawab mengatur pertemuan antara perusahaan dengan pihak

calon investor IPO. Investor & Public relations ini bertugas untuk mengaudit

keuangan internal perusahaan dan menjalin komunikasi dengan calon

investor.

10) Chief Financial Officer

Bertugas dan bertanggung jawab melacak flowcash dan merencanakan

keuangan dan juga menganalisa kekuatan dan kelemahan keuangan

perusahaan dan memberi usulan tindakan korektif. CFO meliputi: Accounting

& Tax, Finance & Management reporting, finance & treasury, system &

procedure, budgeting, dan business analyst.

11) Chief HR & Procurement Officer

Bertugas dan bertanggung jawab dalam membentuk proses perekrutan dan

menjalin komunikasi dengan berbagai vendor, baru maupun lama. Chief HR

& Procurement Officer meliputi: HR Operation, People & Organization

Development, Industrial Relations, Health Safety Security Environment &

General Affairs, procurement.

12) Chief Commercial Officer

Bertanggung jawab untuk mengawasi masalah kewajiban produk dan

bertugas memberikan strategi dan arah perusahaan atau grup di berbagai

bidang seperti pengembangan produk, layanan pelanggan, dan pemasaran.


49

CCO meliputi: general trade, modern trade, e-trade, new business,

marketing, dan special project.

4.2 Data Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Kuesioner dilakukan penyebaran yang sudah diisi oleh 96 responden

konsumen Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo dengan berdasarkan gender, usia,

profesi, dan frekuensi pembelian terhadap identitas responden, maka gambaran

responden dijabarkan sebagai berikut:

A. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 menunjukan jumlah gender terhadap responden, dari 96

responden yang menjadi konsumen produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo

sebanyak 70 orang berjenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar

72,9&, dan 26 orang berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 27,1%.

Konsumen perempuan lebih mendominasi pembelian produk Sari Roti di

Kecamatan Sidoarjo.

B. Berdasarkan Usia
50

Tabel 4.2 menjelaskan mengenai jumlah gender terhadap responden, dari

96 penjawab yang sudah menjadi konsumen produk Sari Roti di Kecamatan

Sidoarjo sebanyak 6 orang berusia <17 tahun (6,3%), 65 orang dalam rentang

17-30 tahun (67,7%), dan 25 orang pada rentang >30 tahun (26%). Usia 17-30

tahun menempati posisi tertinggi pada pembelian produk Sari Roti di Kecamatan

Sidoarjo.

C. Berdasarkan Profesi

Berdasarkan tabel 4.3 jumlah penjawab berdasarkan profesi, dari 96

responden yang menjadi konsumen produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo

sebanyak 28 orang merupakan pelajar/mahasiswa dengan presentase 29,2%.


51

Sebanyak 20 orang berprofesi sebagai pedagang/wirausaha dengan presentase

20,8%, pekerja kantor sebanyak 12 orang (12,5%), ibu rumah tangga sebesar 25

orang atau 26%, pegawai negri sebesar 4 orang (4,2) dan 7 orang memilih

lainnya (7,3%). Konsumen pelajar/mahasiswa mendominasi pembelian produk

Sari Roti, hal ini dikarenakan produk Sari Roti dapat dijadikan sarapan atau

cemilan makan siang oleh berbagai kalangan.

D. Berdasarkan Frekuensi Pembelian

Berdasarkan tabel 4.4 jumlah penjawab berdasarkan profesi, dari 96

responden yang menjadi konsumen produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo

sebanyak 8 orang cenderung melakukan pembelian 1 kali dalam selama satu

bulan (8,3%), sebanyak 33 orang (34,4) melakukan pembelian 2-3 kali dalam

satu bulan, 25 orang (26%) melakukan pembelian sebanyak 3-5 kali dengan

jangka satu bulan, dan 30 orang melakukan pembelian produk Sari Roti

sebanyak lebih dari 5 kali dengan jangka satu bulan. Hal ini membuktikan bahwa

produk Sari Roti digemari oleh kalangan masyarakat terkhusus di Kecamatan

Sidoarjo.
52

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Gambaran tanggapan responden terkait pernyataan kuesioner dan

tanggapannya sendiri, keduanya dijelaskan dalam data deskriptif variabel.

Berdasarkan temuan sosialisasi survei, terdapat 100 tanggapan responden klien

Sari Roti di Wilayah Sidoarjo, sebagai berikut:

A. Deskripsi Variabel Kualitas Produk (X1)

Ditunjukkan oleh konsekuensi berulangnya penyampaian solusi responden

terhadap variabel kualitas barang, maka pernyataan yang diberikan responden

sangat berbeda. Tabel berikut menunjukkan hasil distribusi dari frekuensi

variabel kualitas produk (X1):

Tabel 4.1
Jawaban Responden Variabel Kualitas Produk
Jawaban

R ST Rata
No Pernyataan
SS S R TS S -

5 4 3 2 1 Rata

Produk Sari Roti mempunyai

bentuk yang baik dan ukuran 40 56 0 0 0


4,41
1 yang tepat.

Produk Sari Roti sudah berlabel

halal Majelis Ulama Indonesia 54 41 1 0 0

2 (MUI) 4,55

Produk Sari Roti memiliki

berbagai macam varian dan 57 38 0 1 0

3 beragam jenisnya 4,57

4 Produk Sari Roti memiliki cita 45 48 3 0 0 4,43

rasa, komposisi, berat, dan isi


53

Jawaban

R ST Rata
No Pernyataan
SS S R TS S -

5 4 3 2 1 Rata

yang tepat dengan kebutuhan.

Produk Sari Roti bisa disimpan

dan tidak hancur ketika terkena 35 38 20 3 0


4,09
5 goncangan

Produk Sari Roti tidak mudah


27 33 22 14 0
6 berjamur 3,76

Desain kemasan pada produk

Sari Roti memiliki tampilan 38 54 4 0 0


4,35
7 yang menarik

Produk Sari Roti memiliki

aroma roti yang khas dan 45 51 0 0 0


4,46
8 warna yang menarik

Kualitas Produk Sari Roti

sesuai dengan apa yang saya

9 harapkan 46 48 2 0 0 4,45

38

TOTAL 7 407 52 18 0 4,34

Sumber: data sebaran kuesioner, 2023

Dari penyebaran survey yang ada pada tabel 4.5, pada variabel Kualitas

Produk (X1) pernyataan dengan hasil rata-rata terendah terdapat pada

pernyataan nomor 6 dikatakan yakni “Produk Sari Roti tidak mudah berjamur”

dengan skor 3,76. Sari Roti merupakan merek dagang yang memproduksi roti
54

secara besar-besaran, roti memiliki tekstur yang lembab dan tidak kering,

sehingga roti mudah berjamur. Kelembapan ini membuat jamur mudah

berkembang. 22 responden menjawab ketidakpastian dan 14 responden

menjawab konflik, hal ini dikarenakan masa simpan Sari Roti rata-rata hanya 5

hari terhitung dari tanggal produksi sehingga beberapa konsumen yang membeli

produk Sari Roti mendekati akhir masa simpan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut.

Sedangkan item pernyataan dengan rata-rata hasil tertinggi adalah item

nomor 3 dikatakan “Produk Sari Roti memiliki berbagai macam varian dan

beragam jenisnya” dengan skor 4,57. Produk Sari Roti memiliki berbagai macam

varian dan jenis diantaranya Roti Tawar (Gandum, Kupas, Biasa, Double soft,

Milky Soft) dengan rasa pandan, cokelat dan kismis, Roti Sobek (Manis dan

Asin), Kue (Dorayaki, Kue Lapis Kastella, Bamkuhen, Chiffon dan Cheese Cake)

dan masih banyak lagi. Produk Sari Roti memiliki berbagai macam varian dan

beragam jenisnya. Berdasarkan jawaban responden pada pernyataan di atas,

sebagian responden menjawab setuju yang memiliki skor total sebanyak 407

dengan skala 4.

B. Deskripsi Variabel Citra Merek (X2)

Berdasarkan pengaruh frekuensi berulangnya tanggapan responden terkait

variabel citra merek, artikulasi yang diberikan responden sangat berbeda-beda.

Tabel berikut menunjukkan distribusi hasil frekuensi variabel citra merek (X2):
55

Tabel 4.2
Jawaban Responden Variabel Citra Merek
Jawaban

ST
No Pernyataan Rata-
SS S RR TS S
Rata
5 4 3 2 1

Sari Roti memiliki reputasi

(nama baik) yang baik di 28 61 5 2 0

1 kalangan masyarakat. 4,20

Saya telah mengenal lama


32 61 2 1 0
2 produk Sari Roti 4,29

Produk roti dengan merek “Sari

Roti” memiliki citra merek yang


40 50 5 1 0
sesuai dengan kualitas

3 produknya. 4,43

Saya selalu setia mengonsumsi


34 39 12 9 2
4 produk Sari Roti. 3,98

TOTAL 134 211 24 13 2 4.20

Sumber: data sebaran kuesioner, 2023

Dari penyebaran survey pada tabel 4.6, pada variabel Citra Merek (X 2)

mempunyai pernyataan hasil rata-rata terendah sebesar 3,98 terdapat di

pernyataan nomor 4 yang menyatakan bahwa “Saya Selalu setia mengonsumsi

produk Sari Roti” atau dengan indikator loyalitas konsumen. Beberapa konsumen

merasa bahwa dirinya belum merasa loyal dalam mengonsumsi produk Sari Roti.

Sedangkan dengan hasil rata-rata tertinggi pada variabel Citra Merek (X2)

pada nomor 3 dengan rata-rata 4,43 yang menyatakan “Produk roti dengan

merek “Sari Roti” memiliki citra merek yang sesuai dengan kualitas produknya”,
56

sebanyak 40 responden sangat setuju, 50 responden setuju sesuai pernyataan

tersebut. Hasil dari jawaban responden pada pernyataan di atas, sebagian

responden setuju dengan skor total sebanyak 211 dengan skala 4.

C. Deskripsi Variabel Harga (X3)

Terkait dengan dampak berulangnya penggunaan solusi responden

terhadap variabel biaya, maka pernyataan yang diberikan responden sangat

berbeda-beda. Tabel berikut menunjukkan distribusi hasil frekuensi variabel

Harga (X3):
57

Dari penyebaran survey pada tabel 4.7 pada variabel Harga (X 3)

pernyataan dengan hasil rata-rata terendah sebesar 4,33 terdapat pada

pernyataan nomor 4 yang dikatakan bahwa “Harga yang ditawarkan Sari Roti

lebih baik dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh merek roti lain.”,

sebagian konsumen merasa ragu-ragu terkait penawaran harga Sari Roti lebih

baik dibandingkan dengan merek lain. Harga produk Sari Roti berkisar antara Rp

6.000 – Rp 24.000.
58

Sedangkan item dengan hasil yang rata-rata tertinggi sebesar 4,48

terdapat pada item nomor 2 dan 3 yang menyatakan “Produk Sari Roti memiliiiki

harga yang sesuai dengan kualitas produknya” dan “Harga produk Sari Roti

sudah setara dengan manfaat yang saya peroleh”, yang artinya sebagian

konsumen setuju dengan pernyataan tersebut dibuktikan dengan jawaban

konsumen yang dominan pada skala 5 dan 4. Hasil dari jawaban responden

pada pernyataan di atas, setengah dari responden setuju dengan skor total

sebanyak 200 dengan skala 4.

D. Deskripsi Variabel Keputusan Pembelian

Terkait dengan dampak berulangnya penggunaan solusi responden

terhadap variabel biaya, maka pernyataan yang diberikan responden sangat

berbeda-beda. Tabel berikut menunjukkan distribusi hasil frekuensi variabel

Keputusan Pembelian (Y):

Tabel 4.3
Jawaban Responden Variabel Keputusan Pembelian
Jawaban

ST
No Pernyataan Rata-
SS S RR TS S
Rata
5 4 3 2 1

Saya memilih membeli produk

Sari Roti karena terjamin 39 57 0 0 0


4,41
1 kualitasnya

Saya sudah terbiasa membeli

produk Sari Roti karena 35 56 2 3 0


4,28
2 kebutuhan

3 Saya merekomendasikan 43 50 3 0 0 4,42

kepada anggota keluarga untuk


59

Jawaban

ST
No Pernyataan Rata-
SS S RR TS S
Rata
5 4 3 2 1

membeli produk Sari Roti

Saya biasa melakukan

pembelian produk Sari Roti 39 53 3 1 0


4,35
4 secara berulang

TOTAL 156 216 8 4 0 4,36

Sumber: data sebaran kuesioner, 2023

Berdasarkan tabel 4.8 mengenai jawaban responden atas variabel

Keputusan Pembelian, rata-rata hasilnya yang terendah ada pada item

pernyataan nomor 2 yang menyatakan bahwa “Saya sudah terbiasa membeli

produk Sari Roti karena kebutuhan”, dengan 2 orang ragu-ragu dan 3 orang tidak

setuju. Meski demikian, sebagian besar konsumen lain sangat setuju dan setuju

atas pernyataan tersebut.

Sementara itu, rata-rata tanggapan responden yang paling tinggi adalah

pada artikulasi hal nomor 3 yang menyatakan hal tersebut “Saya

merekomendasikan kepada anggota keluarga untuk membeli produk Sari Roti”,

yang artinya sebagian responden bersedia merekomendasikan produk Sari Roti

kepada kerabat maupun keluarga. Berdasarkan hasil jawaban responden pada

pernyataan di atas, setengah dari responden menjawab setuju dengan skor

sebanyak 216 dengan skala 4.


60

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Hasil Uji Instrumen

Alat hitung variabel pada kasus ini ialah jajak pendapat atau survei yang

ditujukan kepada penjawab supaya mereka bisa mendapatkan pernyataan

dengan dasar sentimen dan perjumpaan mereka. Kuesioner sebagai instrumen

harus valid dan dapat diandalkan.

A. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk melihat apakah jajak pendapat tersebut

substansial atau tidak. Pengujian validitas padaenelitian ini menggunakan alat

bantu SPSS versi 26, dengan asumsi apa Dengan demikian, penentuan df

(tingkat kebebasan) = n-2, dengan jumlah responden 96 maka df = 96-2 = 94.

rtabel diperoleh sebesar 0,2006.

Hasil Uji Validitas pada tabel 4.9 pada semua item pernyataan variabel

Kualitas Produk (X1) diketahui nilai rhitung > rtabel (0,2006) dan nilai Sig. < 0,05.
61

Dapat dikatakan yakni semua pernyataan dalam variabel Kualitas Barang adalah

sah.

Hasil Uji Validitas pada tabel 4.10 pada seluruh item pernyataan variabel

Citra Merek (X2) diketahui nilai rhitung > rtabel (0,2006) dan nilai Sig. < 0,05. Hal ini

beralasan yakni semua hal penjelasan pada variable Citra Merek adalah sah.

Hasil Uji Validitas pada tabel 4.11 diketahui yakni nilai r hitung > rtabel (0,2006)

pada seluruh item pernyataan variabel Harga (X3) dan nilai Sig. < 0,05. Artinya

seluruh item pernyataan pada variabel Harga dikatakan sah.


62

Hasil Uji Validitas pada tabel 4.12 pada seluruh item pernyataan pada

variabel Keputusan Pembelian (Y) diketahui nilai rhitung > rtabel (0,2006) dan nilai

Sig. < 0,05. Dapat dikatakan keseluruhan item pernyataan pada variabel

Keputusan Pembelian sah.

B. Uji Reliabilitas

Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk melihat seberapa sering alat yang

dipakai dalam sebuah penelitian. Studi ini menggunakan asumsi bahwa variabel

bisa dianggap reliabel apabila nilai Cronbach Alpha (α) lebih dari 0,60 (Sugiyono,

2017:267).

Pada tabel 4.14 diperoleh hasil koefisien dependabilitas Cronbach’s Alpha

untuk variabel Kualitas Barang sebesar 0,804, variabel Gambar Merek sebesar

0,763, variabel Biaya sebesar 0,626, dan variabel Pilihan Beli sebesar 0,780.
63

Nilai koefisien reliabilitas keempat variabel tersebut lebih besar dari 0,6. Oleh

karena itu, beralasan bahwa semua instrumen pada penelitian ini harus dapat

diandalkan.

4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

A. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menginfokan apakah model regresi

penelitian terdistribusi normal. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen

investigasi One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang mempunyai tingkat

kepentingan 5% untuk melakukan tes faktual. Model regresi berdistribusi normal

jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. sedangkan, nilai signifikansi di bawah

0,05 menunjukkan bahwa model regresi berdistribusi tidak normal. Tidak hanya

menggunakan Uji One Sample K-S, uji normalitas dapat ditinjau melalui

histogram grafik Probability Plot. Apabila titik yang dihasilkan pada grafik P-Plot

mengikuti garis diagonal jadi model regresi bisa dibilang normal.


64

Pada tabel 4.14 menginfokan hasil yakni melalui uji kolmogorov-smirnov

model regresi memiliki nilai Asymp. Sig. sebesar 0,200 > 0,05 jadi bisa ditarik

kesimpulan data residual tersebut normal.

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas P-Plot


Sumber: data olahan SPSS, 2023
Melalui gambar 4.3 uji normalitas menggunakan histogram P-Plot,

informasi menyebar mengikuti garis miring, sehingga informasi harus

disampaikan secara teratur, baik melalui uji K-S Satu Contoh maupun histogram

P-Plot.

B. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilaksanakan untuk menginfokan apakah terdapat

penyimpangan terhadap anggapan tradisional, khususnya hubungan langsung

antara faktor bebas pada model straight relapse yang berbeda. Nilai tolerance

dan VIF (Faktor Inflasi Variasi) adalah syarat uji multikolinearitas. Jika nilai

toleransi suatu data lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak

ada gejala multikolineritas. Sebaliknya, jika nilai toleransi suatu data lebih kecil
65

dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 maka menunjukkan gejala multikolinearitas

pada model regresi. (Ghozali, 2018:33). Uji multikolinearitas yang dilakukan

dengan bantuan metode toleransi dan variabel faktor inflasi (VIF) terangkum

pada tabel berikut.

Tabel 4.15 memberikan hasil yakni variabel Kualitas Produk mempunyai

nilai toleransi sebesar 0,539 > 0,10 dan VIF sebesar 1,857 < 10, variabel Citra

Merek mempunyai nilai toleransi sebesar 0,589 > 0,10, dan VIF sebesar 1,697 <

10, variabel Harga mempunyai nilai toleransi sebesar 0,521 > 0,10 dan VIF 1,919

< 10 pada pada model regresi, dan itu berarti tidak ada keterkaitan antara faktor-

faktor otonom tersebut dan terbebas dari efek samping multikolinearitas.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ditujukan supaya menginfokan apakah model

regresi menunjukkan tanda-tanda heteroskedastisitas dengan memeriksa pola-

pola pada titik-titik yang terbentuk pada grafik scatterplot. Nilai yang diperhatikan

dari variabel ketergantungan (ZPRED) dan nilai yang tersisa (SRESID) pada plot

grafik menggunakan alat bantu SPSS 26.


66

Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot


Sumber: data olahan SPSS, 2023

Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot ditunjukkan pada

gambar 4.4. Titik-titik itu hilang begitu saja tanpa memberikan contoh yang jelas.

Tidak terdapat efek samping heteroskedastisitas pada model relaps, karena

fokus tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada poros Y.

4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Sebagaimana dikatakan oleh Ghozali (2018:95), analisis regresi linier berganda

berguna menentukan sudut pandang dan pengaruhnya terkait variabel

dependen. Analisis regresi linier berganda menilai variabel independen terkait

variabel dependen dipengaruhi satu atau lebih. Analisis regresi linear berganda

pada kasus ini dimaksudkan untuk menjawab pengaruh Kualitas Produk (X 1),

Citra Merek (X2), dan Harga (X3) terkait Keputusan Pembelian (Y). Hasil analisis

regresi linear berganda disajikan melalui hasil output berikut:


67

Unstandardized Coefficients B untuk setiap variabel independen yang

ditemukan pada tabel output coefficients, dengan nilai α (Constant) adalah

sebesar 3,970 dan membentuk model persamaan regresi linier berganda.

Dengan demikian, persamaan regresi linier berganda yang diperoleh:

Dimana:

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

Y = Keputusan Pembelian sebagai variabel dependen

X1 = Kualitas produk

X2 = Citra merek

X3 = Harga

e = error item

Sehingga interpretasinya adalah sebagai berikut:

1) Nilai Konstanta yang diperoleh sebesar 3,970 maka diartikan apabila

variabel independen (Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga) bernilai nol
68

(konstan) atau tidak dimasukkan dalam persamaan regresi ini maka variabel

dependen (Keputusan Pembelian) bernilai 3,970.

2) Nilai koefisien regresi variabel Kualitas Produk (X 1) bernilai positif (+)

sebesar 0,106 maka diartikan jika variabel Kualitas Produk (X1) meningkat

atau naik sesuai satuan, jadi variabel Keputusan Pembelian (Y) juga

meningkat atau naik sebesar 0,106.

3) Nilai koefisien regresi variabel Citra Merek (X 2) bernilai positif (+) sebesar

0,458 maka diartikan jika variabel Citra Merek (X2) meningkat atau naik

sesuai satuan, maka variabel Keputusan Pembelian (Y) juga meningkat atau

naik sebesar 0,458.

4) Nilai koefisien regresi variabel Harga (X 3) bernilai positif (+) sebesar 0,092

maka diartikan apabila variabel Harga (X3) meningkat atau naik sesuai

satuan, maka variabel Keputusan Pembelian (Y) juga meningkat atau naik

sebesar 0,092.

4.3.4 Uji Hipotesis

A. Uji t (Parsial)

Uji t dilakukan untuk menentukan besaran nilai atau dampak dari variabel

independen pada model regresi. Selain itu, nilai t hitung dan taraf signifikansi yang

ditemukan dalam tabel output coefficients digunakan dalam uji t ini untuk

memastikan apakah hipotesis diterima atau tidak. Uji t dilakukan dengan asumsi

apabila nilai thitung > ttabel dan nilai Sig. < 0,05 maka hipotesis diterima. Sebaliknya,

apabila nilai thitung < ttabel dan nilai Sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak.
69

Variabel independen berpengaruh terkait variabel dependen secara parsial

dan signifikan jika nilai thitung lebih besar dari nilai t tabel dan taraf signifikansi kurang

dari 0,05. ttabel dihitung dari taraf signifikansi dua arah yaitu sebesar 0,025 dengan

nilai derajat bebas (df = n – k) yaitu df = 96 – 4 = 92, sehingga di dapat nilai t tabel

sebesar 1,986. Hasil yang ada pada output di atas, jadi bisa dijelaskan sebagai

berikut:

1) Nilai Sig. Variabel Kualitas Produk (X1) sebesar0,021 (<0,05) dengan nilai

thitung 2,346 > ttabel 1,986, maka berkesimpulan variabel Kualitas Produk (X1)

secara parsial berpengaruh signifikan terkait variabel Keputusan Pembelian

(Y). Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.

2) Nilai Sig. Variabel Citra Merek (X2) sebesar 0,000 (<0,05) dengan nilai t hitung

6,565 > ttabel 1,986, maka berkesimpulan variabel Citra Merek (X 2) secara

parsial berpengaruh signifikan terkait variabel Keputusan Pembelian (Y).

Sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.

3) Nilai Sig. Variabel Harga (X3) sebesar 0,416 (>0,05) dengan nilai thitung 0,817 <

ttabel 1,986, maka berkesimpulan variabel Harga (X3) secara parsial tidak
70

berpengaruh dan tidak signifikan signifikan terkait variabel Keputusan

Pembelian (Y). Sehingga H1 ditolak dan H0 diterima.

B. Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan guna memberikan informasi pengaruh variabel independen

terkait variabel dependen secara bersamaan. Dengan melihat nilai F hitung dan

taraf signifikansi yang terdapat pada tabel output Anova. Uji F juga menentukan

apakah suatu hipotesis diterima atau ditolak. Hasil Uji F dari variabel kualitas

produk, citra merek, dan harga terkait keputusan pembelian disajikan pada tabel

berikut:

Apabila nilai Fhitung > Ftabel dan taraf signifikansi < 0,05 jadi dapat ditarik

kesmipulan yakni variabel independen itu secara bersama-sama mempengaruhi

dan signifikan terkait varibel dependen. Ftabel dihitung dengan tingkat signifikansi

0,05 dan nilai derajat bebas (df1 = 4-1 = 3) dan (df2 = n-k-1 = 96-4-1 = 91)

sehingga didapati Ftabel sebesar 2,705.

Pada tabel output Anova diketahui hasil Fhitung sebesar 43,915 > 2,705 Ftabel

dengan nilai Sig. sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan yakni

seluruh variabel dependen yaitu variabel Kualitas Produk (X1), Citra Merek (X2),

dan Harga (X3) secara bersamaan mempengaruhi signifikan terkait Keputusan

Pembelian (Y).
71

4.3.5 Koefisien Determinasi (R2)

Pada hakikatnya, koefisien determinasi menunjukkan seberapa baik model

bisa untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018: 95). Koefisien

determinasi berkisar dari nol hingga satu. Kemampuan variabel independen

untuk menjabarkan variasi variabel dependen cukup terbatas sesuai dengan nilai

R2. Variabel independen menginfokan sebagian semua informasi yang

dibutuhkan untuk menebak variasi variabel dependen, menurut nilai yang

mendekati satu. Koefisien determinasi untuk data runtun waktu biasanya bernilai

tinggi, karena variasi yang besar terhadap pengamatan masing-masing; untuk

data silang, biasanya bernilai relatif rendah. Hasil uji koefisien determinasi atau

R2 ditampilkan pada tabel berikut:

Berdasarkan tabel 4.19 Model Summary bisa diketahui yakni nilai koefisien

determinasi sebesar 0,589 atau sebesar 58,9% (0,589 x 100). Artinya adalah,

58,9% dari keputusan pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo

dipengaruhi oleh variabel kualitas produk, citra merek, dan harga. Sedangkan

sisanya, yaitu sebesar 41,1% atau sebesar 0,411 dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam kasus ini.

4.4 Pembahasan

Pembahasan dari penelitian ini adalah kombinasi hasil analisa data dan

teori-teori terkait pemasaran yang dilaksanakan untuk melihat pengaruh kualitas


72

produk, citra merek, dan harga terkait keputusan pembelian baik secara parsial

maupun bersamaan. Permbahasan dipaparkan berdasarkan hasil dari seluruh uji

pada penelitian ini.

4.4.1 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian

Kualitas produk ialah satu dari alat pemosisian utama pasar, dimana

kualitas dipengaruhi oleh kinerja suatu produk, maka itu kualitas produk terkait

dengan nilai dan juga kepuasan konsumen (Kotler & Amstrong, 2018:249).

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t (parsial) diketahui yakni

nilai signifikansi variabel kualitas produk terkait keputusan pembelian sebesar

0,021 < 0,05 dan thitung 2,346 > ttabel 1,986. Dapat ditarik kesimpulan yakni secara

parsial dapat mempengaruhi secara signifikan antara variabel kualitas produk

terkait keputusan pembelian, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini

menunjukkan apabila kualitas produk yang dihasilkan oleh Sari Roti baik, jadi

keputusan pembelian oleh konsumen juga akan meningkat. Kualitas produk ialah

satu dari faktor dalam mempertimbangkan keputusan pembelian oleh konsumen

(Pradhana et al., 2017:17). Beberapa konsumen dapat membayar dengan harga

yang lebih tinggi dan juga dengan kualitas produk yang baik.

Hasil rata-rata jawaban responden menjawab setuju bahwa keputusan

pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo berpengaruh terhadap

kualitas produk. Rata-rata jawaban responden adalah sejumlah 4,34 dengan

didominasi pada skala 4 yaitu setuju. Konsumen setuju dengan sejumlah

pernyataan dalam kuesioner mengenai kualitas produk Sari Roti. Oleh

karenanya, kualitas produk yang diukur dengan indikator bentuk, fitur,

keberagaman, kesesuaian produk dengan spesifikasi, ketahanan, keandalan,

keindahan, gaya, dan kualitas yang ditampilkan oleh pelanggan adalah suatu
73

yang penting yang harus diperhatikan oleh industri barang maupun jasa agar

terciptanya keputusan pembelian oleh konsumen.

Kajian ini sesuai dengan kajian milik Ivan Reinaldo & Stefani Chandra

(2020), yang menyebutkan yakni kualitas produk mempengaruhi yang signifikan

terkait keputusan pembelian. Sebagaimana dituturkan Marshall & Johnston

dalam Reinaldo & Chandra (2020:9), keputusan untuk membeli sesuatu dapat

dipengaruhi oleh produk yang memberikan kepuasan konsumen. Apabila produk

yang dipakai dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pembeli, jadi pembeli

ingin untuk membayar produk tersebut. Terkait hal itu relasi antara kualitas

produk dan keputusan pembelian, pembeli yang mempunyai produk yang

berkualitas tinggi lebih cenderung untuk membeli produk tersebut.

4.4.2 Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian

Citra merek ialah bentuk identitas merek terkait suatu produk yang

menawarkan kepada pembeli yang bisa berbeda dalam suatu produk dengan

pesaing produk (Sutiyono & Brata, 2020). Bagaimanapun ketika penawaran yang

bersaing itu sama, pembeli dapat merasakan hal yang berbeda berdasarkan

diferensiasi citra perusahaan atau citra merek (Kotler et al., 2020:217).

Hasil yang di uji hipotesis menggunakan uji t (parsial) diketahui yakni nilai

signifikansi variabel citra merek terkait keputusan pembelian sebesar 0,000 <

0,05 dan thitung 6,565 > ttabel 1,986. Bisa ditarik kesmpulan yakni secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel citra merek dan keputusan

pembelian, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini dapat ditujukan apabila

citra merek yang dimiliki Sari Roti baik, jadi keputusan pembelian oleh konsumen

juga akan meningkat. Citra merek adalah kesan terkait suatu merek yang muncul

dibenak konsumen. Merek harus ditempatkan sedemikian rupa bagi konsumen

untuk menciptakan citra merek yang positif.


74

Hasil rata-rata jawaban responden menjawab setuju bahwa keputusan

pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo juga dipengaruhi oleh Citra

Merek. Rata-rata jawaban responden adalah sejumlah 4,20 dengan didominasi

pada skala 4 yaitu setuju. Konsumen setuju dengan sejumlah pernyataan dalam

kuesioner mengenai citra merek Sari Roti. Oleh karenanya, citra merek yang

diukur melalui nama baik, pengenalan, hubungan emosional, dan loyalitas merek

ialah suatu yang utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan terkhusus Sari

Roti agar semakin tinggi keputusan pembelian pelanggan.

Hasil kasus ini hampir sama dengan penelitian Rifky Budi (2023), dengan

hasil penelitian yakni secara parsial citra merek mempengaruhi signifikan terkait

keputusan pembelian. Lancaster & Massingham dalam Reinaldo & Chandra

(2020:146) menuturkan bahwa merek yang terpercaya bisa meningkatkan

keputusan pembelian. Sehingga, industri harus menciptakan kesan di pasar yaitu

produk yang dijualnya adalah produk yang bagus. Relasi citra merek terkait

keputusan pembelian ialah bahwa merek yang memiliki citra yang baik akan

selalu diingat oleh pembeli dan berfungsi sebagai penjamin bahwa produk

tersebut dapat memberikan nilai yang diharapkan.

4.4.3 Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian

Harga ialah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan agar dapat

mempunyai atau memakai produk maupun layanan. Harga ialah satu dari elemen

utama yang menentukan pangsa pasar dan profitabilitas industri. Harga juga

merupakan satu-satunya unsur dalam mix mareketing yang bersifat fleksibel,

yaitu dapat berubah-ubah (Kotler et al., 2020:303).

Hasil dari uji hipotesis memakai uji t (parsial) diketahui yakni nilai

signifikansi variabel harga terkait keputusan pembelian sebesar 0,416 > 0,05 dan

thitung 0,817 < ttabel 1,986. Bisa ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel
75

citra merek tidak berpengaruh dan tidak signifikan terkait keputusan pembelian,

sehingga H1 ditolak dan H0 diterima. Jadi ini menunjukkan apabila terjadi atau

tidaknya suatu keputusan pembelian oleh pelanggan pada produk Sari Roti di

Kecamatan Sidoarjo tidak dipengaruhi oleh harga. Harga memainkan peran

strategis dalam pemasaran, dan variabel harga terkait keputusan pembelian

sangat erat kaitannya. Produk yang diharapkan tidak akan dapat diakses oleh

pasar sasaran jika harganya terlalu mahal. Sebaliknya, jika harganya murah,

perusahaan sulit mendapatkan keuntungan atau beberapa konsumen

mempersepsikan bahwa produk tersebut berkualitas rendah.

Pada hasil penelitian ini bisa ditarik kesimpulan yakni harga produk yang

diberikan oleh Sari Roti melalui keterjangkauan harga, harga yang sesuai dengan

kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat tidak

dapat berpengaruh terkait keputusan pembelian konsumen.

Penelitian ini tidak selaras dengan penelitian milik Desy Irana Lubis &

Rahmat Hidayat (2019) dengan hasil penelitian yakni harga berpengaruh

signifikan terkait keputusan pembelian. Tidak berpengaruhnya harga terkait

keputusan pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo disebabkan

terdapat variabel yang lebih signifikan dalam berpengaruhnya keputusan

pembelian seperti kualitas produk dan citra merek. Hal tersebut didukung oleh

hasil rata-rata jawaban responden pada indikator daya saing harga dengan skor

4,33. Beberapa kompetitor lain memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan

Sari Roti.

4.4.4 Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Harga terhadap

Keputusan Pembelian

Kotler dan Armstrong dalam Mamonto et al., (2021) Mengkarakterisasi

pilihan pembelian penting untuk perilaku konsumen, terlebih penyelidikan terkait


76

bagaimana orang, kelompok, dan asosiasi memilih, membeli, menggunakan, dan

membuang barang dagangan, layanan, berfikir atau bertemu untuk mencukupi

kebutuhan dan kebutuhan mereka.

Hasil dari uji hipotesis memakai uji F (Ssimultan) diketahui yakni nilai

signifikansi variabel kualitas produk, citra merek, dan harga terkait keputusan

pembelian sebesar 0,000 < 0,05 dan Fhitung 43,915 > 2,705 Ftabel. Bisa ditarik

kesimpulan yaitu secara simultan variabel kualitas produk, citra merek, dan harga

mempengaruhi dan signifikan terkait variabel keputusan pembelian, sehingga H1

diterima dan H0 ditolak. Ini menunjukkan apabila kualitas produk, citra merek,

dan harga yang dimiliki Sari Roti baik, jadi keputusan pembelian oleh pelanggan

juga akan bertambah. Karena ini didukung oleh hasil rata-rata jawaban

responden terkait keputusan pembelian dengan skor 4,36 yaitu konsumen setuju

dengan indikator pernyataan yang diberikan.

Penelitian ini selaras dengan penelitian milik Rifky Budi (2023) yang

mengatakan yakni kualitas produk, citra merek, dan harga memiliki perngaruh

yang signifikan terkait keputusan pembelian. Penelitian ini juga didukung oleh

penelitian milik Ivan Reinaldo & Stefani Chandra (2020).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil yang diperoleh pengujian dan analisa yang sudah dilaksanakan

dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Kualitas produk secara parsial mempengaruhi signifikan terkait putusan

pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo.

2) Citra Merek secara parsial mempengaruhi signifikan terkait putusan

pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo.

3) Harga secara parsial tidak mempengaruhi dan tidak signifikan terkait putusan

pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo.

4) Kualitas produk, citra merek, dan harga secara simultan mempengaruhi

signifikan terkait putusan pembelian produk Sari Roti di Kecamatan Sidoarjo.

5.2 Saran

Hasil yang didapat dari penelitian, ada beberapa saran yang bisa diberikan

adalah sebagai berikut:

1) Menurut hasil analisis pada penelitian ini, kualitas produk secara parsial

mempengaruhi terkait signifikan putusan pembelian, maka diharapkan pihak

Sari Roti menjaga kualitas produk khususnya pada produk roti dengan masa

simpan yang singkat. Kualitas produk yang terjamin dapat membantu Sari

Roti dalam menarik pelanggan baru dan membuat keputusan pembelian,

sehingga laba yang didapat akan semakin banyak dan konsumen bersedia

melakukan pembelian ulang pada produk Sari Roti. Mengingat hasil rata-rata

responden menjawab pada kualitas produk, pada poin “Produk Sari Roti

dapat disimpan dan tidak mudah rusak ketika terkena


78

goncangan” dan “Produk Sari Roti tidak mudah berjamur” mendapat skor di

bawah rata-rata, diharapkan pihak Sari Roti lebih memperhatikan kualitas

produknya seperti mengganti kemasan produk dengan kemasan anti jamur

dan kemasan yang lebih kokoh.

2) Menurut hasil analisis pada penelitian ini, citra merek secara parsial

mempengaruhi signifikan terkait putusan pembelian dengan citra merek

memiliki pengaruh yang besar dalam penelitian ini, maka saran untuk pihak

Sari Roti agar tetap melekatkan identitas dalam tiap produk. Dengan adanya

identitas, pelanggan bisa membedakan produk Sari Roti dengan produk lain.

Citra merek yang baik merupakan kunci pelanggan dalam melakukan

keputusan pembelian. Dengan tetap menjaga citra merek sebagai produsen

roti terbesar dengan memproduksi berbagai macam varian roti, keputusan

pembelian oleh konsumen akan tetap stabil. Sehingga Sari Roti mampu

mempertahankan gelarnya sebagai merek yang paling kuat berdasarkan Top

Brand Indonesia maupun penghargaan lain.

3) Bagi peneliti disarankan melakukan penambahan atau mengganti variabel

independen pada penelitian ini menggunakan variabel lain yang merujuk

pada penelitian terdahulu seperti kepuasan pelanggan, promosi, dan kualitas

layanan agar memperoleh hasil yang diharapkan dari kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai