Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan bisnis saat ini, banyak menjanjikan peluang dan
tantangan bisnis bagi sebuah perusahan. Perusahaan saling berlomba untuk memenuhi
kebutuhan konsumen . Suatu perusahaan harus dapat bersaing dengan perusahaan lainya
agar perusahaan tersebut bisa bertahan dan di sisi lain perusahaan juga harus mengerti
apa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga konsumen akan merasa terpuaskan.
Menurut Kotler (2000) cara yang di lakukan untuk mencapai keberhasilan dalam
menjalankan satu bisnis adalah dengan melakukan kegiatan pemasaran. Kegiatan
pemasaran yang saat ini sedang gencar untuk bersaing adalah dalam bidang industri
makanan. Banyak perusahaan yang saling bersaing untuk memperebutkan posisi
pertama pada kedudukan Best Brand Industri Makanan. Salah satu produk makanan yang
memiliki potensi pemasaran cukup baik adalah mie instan. Dalam indeks rata-rata best
brand industri makanan, mie instan mengalami kenaikan yang signifikan. Dalam hal ini
juga memicu perusahaan-perusahaan mie instan untuk terus berkompetisi dan bersaing
secara ketat agar dapat meraih pangsa pasar dengan menawarkan produk-produk yang
dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini membuat konsumen harus dihadapkan dengan
beberapa jenis varian produk mie instan dengan berbagai merek serta kualitas yang
ditawarkan. Saat ini perusahaan mie instan di Indonesia sudah banyak menciptakan
produk mie instan yang berkualitas. Tidak hanya didalam negeri saja, bahkan omset
pemasaran sudah sampai meranjah ke luar negeri.

PT Wicaksana Overseas International Tbk merupakan salah satu perusahaan yang


bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan terkemuka di Indonesia. Unit usaha yang
menjadi fokus perusahaan ini adalah distribusi dan perdagangan makanan ringan, minuman,
susu bubuk, mie instan, kosmetik, obat-obatan, sepatu, minyak goreng dan beberapa produk
lainnya. Awal berkembang-nya perusahaan ini dimulai sejak tahun 1964 dengan mendirikan
sebuah perusahaan dengan nama PT Djangkar Djati yang terletak di Medan, Sumatera Utara.
Pada awalnya, lini usaha perusahaan ini adalah ekspor dan impor barang-barang konsumsi
serta komoditi ke Singapura. Sejak tahun 1973 seiring dengan penambahan lini produk,
perusahaan juga semakin memperluas jangkauan distribusinya hingga ke kota-kota besar di
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Kemudian perusahaan berganti nama menjadi PT
Wicaksana Overseas Impor yang pada akhirnya diganti kembali menjadi PT Wicaksana
Overseas International pada tahun 1992.

Demi untuk memenuhi kepuasan konsumen, PT WICO mulai berinovasi dengan


meluncurkan merek mie instan seperti Mie Gaga dam Mie Chiyo. Hal ini menyebabkan
posisi Mie Chiyo menjadi tergeser. Mie Chiyo menjadi menduduki peringkat kedua
dibawah Mie Gaga. Setelah Indomie berhasil di luncurkan dan menjadi market leader,
mulai banyak perusahaan lain yang ikut gencar menciptakan inovasi mie instan yang
baru. Pada era 2000-an peringkat Mie Chiyo semakin menurun. Hal ini di karenakan
dengan adanya mie instan baru yang diluncurkan oleh PT Wingsfood yang diberi nama Mie
Sedaaap. Mie instan ini menggeser peringkat Mie Gaga menjadi peringkat ketiga.

Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pangsa yang dikuasai oleh suatu
perusahaan atau prosentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para
pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 198 ). Maka dapat diartikan
bahwa besarnya pangsa pasar akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen
atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain.

Dalam hal ini juga memicu perusahaan-perusahaan mie instan untuk terus berkompetisi
dan bersaing secara ketat agar dapat meraih pangsa pasar dengan menawarkan produk-
produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa market share Mie Gaga mengalami penurunan yang diindikasi karena banyaknya
konsumen yang kurang berminat untuk mengkonsumsi. Untuk meningkatkan posisi Mie
Gaga, maka perusahaan berupaya untuk meningkatkan melalui citra merek, kualitas
produk, dan lokasi. Kemampuan Mie Gaga untuk dapat diterima oleh pasar dapat
diukur dengan melihat perolehan dari Top Brand Index.

Berdasarkan dengan melihat pergerakan grafik Top Brand Index mie instan
selama 3 tahun terakhir ini dapat diketahui bahwa kedudukan Mie Gaga mulai digeser
dengan kehadiran Indomie dan Mie Sedaaap. Ada indikasi bahwa Mie Gaga kurang
gencar dalam promosinya. Agar minat beli Mie Gaga dapat meningkat , perusahaan harus
lebih meningkatkan citra merek dari Mie Gaga itu sendiri. Selain itu dari segi cita rasa
pun, mie instan mudah di terima semua golongan konsumen. Citra merek (Brand
Image) dari Mie Gaga juga membuat Mie Chiyo semakin tidak banyak diminati oleh
konsumen. Mie Gaga lebih mengusung image sebagai mie yang memiliki mie lebih
kenyal, sedangkan Mie Chiyo lebih mempunyai image memiliki rasa / bumbu sesuai
dengan lidah konsumen.

Demi meningkatkan minat beli konsumen, Mie Gaga mencoba untuk meningkatkan
citra merek. Image adalah faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian dan
terkadang tak hanya berhubungan dengan image yang ingin dimiliki atau diimpikan
konsumen tapi juga dengan serangkaian nilai yan dipercayainya (Marconi,1994).
Sedangkan menurut martin (1989) menunjukan bahwa sebagai simbol, merek sangat
mempengaruhi status dan harga diri konsumen.

Penelitian ini juga menyebutkan bahwa suatu merek lebih mungkin dibeli dan
dikonsumsi jika konsumen mengenali hubungan simbolis yang sama antara citra merek
dengan citra diri konsumen baik citra diri ideal ataupun citra diri aktual . Menurut Setiadi
(2003) menjelaskan bahwa citra terhadap suatu merek berhubungan dengan sikap yang
berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.

Sebagai orang Indonesia, sangatlah tidak mungkin apabila tidak mengenal mie instan
merek Mie Gaga. Untuk sebuah merek mie instan, Mie Gaga telah mengalami
perjalanan yang panjang termasuk beberapa kali berganti packaging dan kemasan. Agar
dapat lebih memikat hati konsumen, kini Mie Gaga hadir di dalam nuansa yang lebih
modern dan variasi kelas tersendiri, dalam menciptakan inovasi baru dalam meciptakan
kualitas dan cita rasa yang baru. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Untuk mewujudkan
harapan konsumen, Mie Gaga dan Mie Chiyo terus bersaing menciptakan inovasi
produk yang beraneka ragam.

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik kedudukan suatu
merek di dalam tingkat Top Brand Index maka akan berpengaruh pula terhadap citra
dari merek tersebut. Akan semakin banyak konsumen yang mengenal merek tersebut yang
dapat ditinjau dari kualitas produk dan lokasi. Semakin baik kualitas produk yang
ditawarkan dan harga yang bersaing maka Mie Gaga akan lebih banyak dicari oleh para
konsumen walaupun tanpa melakukan promosi besar-besaran seperti yang di lakukan
merek pesaingnya yaitu Indomie. Hal ini dapat menyebabkan penjualan Mie Gaga dapat
kembali naik tanpa harus takut terhadap merek pesaing.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari permasalahan yang timbul didalam latar belakang penelitian ini
maka dapat diketahui bahwa Mie Gaga mengalami penurunan market share, ini
menunjukan bahwa perusahaan perlu untuk meningkatkan minat beli konsumen. Dalam
penelitian ini diukur dengan variabel citra merek, kualitas produk, dan lokasi. oleh karena
itu diharapkan dengan adanya permasalahan tersebut dapat diketahui titik permasalahan yang
menyebabkan minat beli Mie Gaga mengalami penurunan yang didasari dari citra merek,
kualitas produk, dan lokasi sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan untuk
menaikan tingkat penjualan Mie Gaga.

Adapun masalah penelitian yang akan dikembangkan adalah “Bagaimana


meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk mie instan Mie Gaga ?” Dari masalah
penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaiaman tanggapan konsumen terhadap adanya citra merek, kualitas produk,


lokasi dan keputusan pembelian sehingga dapat meningkatkan penjualan pada produk mie
instan Mie Gaga?

2. Bagaimana pengaruh citra merek (kualitas produk, lokasi) secara simultan


terhadap keputusan pembelian pada produk mie instan Mie Gaga?

3. Bagaimana citra merek (kualitas produk, lokasi) secara persial terhadap keputusan
pembelian pada produk mie instan Mie Gaga?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian merupakan sebuah arahan yang menjadi pedoman pada setiap
penelitian untuk menemukan jawaban atas permasalahan penelitian yang dirumuskan.
Oleh karenanya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen.


2. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen.

3. Untuk menganalisis pengaruh lokasi terhadap minat beli konsumen.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pada citra merek,
kualitas produk dan lokasi terhadap minat beli konsumen. Adapun hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Menerapkan perkuliahan yang diterima penelitian ke dalam dunia nyata atau dunia
praktik serta mengidentifikasi masalah-masalah manajemen dalam sebuah perusahaan, dan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsumen terhadap minat beli produk Mie
Gaga.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini menjadi sumber perbaikan untuk kemajuan daur hidup produk yang diproduksi
dan kemajuan perusahaan, dan untuk mewujudkan pengelolaan perusahaan yang lebih
efektif dan efisien serta sebagai masukan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan
penjualan produknya di Indonesia, khususnya di kalangan mahasiswa tentang kualitas
produk secara positif sehingga akan menimbulkan persepsi pembeli dengan minat
membeli.

3. Bagi masyarakat umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan


pertimbangan dalam minat beli Produk mie instan Mie Gaga berdasarkan dari segi citra
merek, kualitas produk, dan lokasi.

4. Bagi Akademisi

Peneliti ini dapat memberi sumber referensi, memberikan konstribusi serta manfaat pada
pengembangan disiplin ilmu manajemen pemasaran terutama pada topik minat beli, citra
merek, kualitas produk dan lokasi.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam pembacaan, secara umum penelitian ini akan dibuat
dalam 3 bab, yang terdiri :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan, dan kegunaan
penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian terdahulu, seperti pengertian
minat beli, citra merek, kualitas produk, lokasi, penelitian terdahulu, kerangka penelitian
teoritis,hipotesis dan dimensionalisasi variabel.

BAB III : METODE PENELITIAN


Berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan penelitian
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil-hasil sebelumnya
merupakan hal yang penting untuk dijadikan data pendukung. Data pendukung yang
dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. penelitian yang dilakukan oleh Fuad Asshiddieqi (2012) dengan judul analisis
Pengaruh Harga, Desain Produk, dan Citra merek Terhadap Keputusan Pembelian
(Studi Kasus pada Produk Crooz di Distro Ultra Store Semarang). Hasil penelitian
berpengaruh positif signifikan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi Faktor Harga,
Desain Produk dan Citra merek.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Akbar (2013) dengan judul Analisa Pengaruh
Harga, Brand Image, dan Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone
Samsung Jenis Android (Studi Kasus pada Mahasiswa Diponegoro). Hasil penelitian
ini berpengaruh kepada keputusan pembelian handphone smartphone Samsung Jenis
Android di lingkungan Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang menunjukkan
pengaruh positif signifikan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Pramista Rosalia (2015) dengan judul Pengaruh
Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Susu
Boneeto di kota Kediri (Studi kasus pada Anak-anak usia 3-12 tahun di kota Kediri).
Hasil penelitian kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian selanjutnya akan


dijelaskan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu


Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Penelitian
Fuad Pengaruh harga, desain  Analisa Harga(X1) berpengaruh
Asshiddieqi produk dan citra merek regresi positif dan signfikan
(2012) terhadap keputusan linier terhadap keputusan
pembelian (studi kasus berganda pembelian, desain
pada produk crooz di produk(X2) berpengaruh
distro ultra store positif dan signifikan
Semarang) terhadap keputusan
pembelian, citra
merek(X3) pengaruh
positif dan signifikan
yang cukup kuat terhadap
keputusan pembelian
Kurnia Akbar Analisa pengaruh harga,  Analisa Harga (X1) berpengaruh
(2013) brand image dan atribut regresi positif dan signifikan
produk terhadap keputusan linier terhadap keputusan
pembelian Handphone berganda pembelian, Brand image
Samsung Jenis Android (X2) berpengaruh positif
(studi kasus pada dan signifikan yang cukup
mahasiswa Diponegoro) kuat terhadap keputusan
pembelian , atribut
produk (X3) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian
Silvia Pramista Pengaruh kualitas produk,  Analisis Kualitas produk (X1)
Rosalia (2015) harga, promosi dan lokasi regresi berpengaruh positif dan
terhadap keputusan signifikan terhadap
pembelian susu Boneeto di keputusan pembelian,
kota Kediri (studi kasus harga (X2) berpengaruh
pada anak-anak usia 3-12 positif dan signifikan
tahun di kota Kediri) terhadap keputusan
pembelian, promosi (X3)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
keputusan pembelian,
lokasi (X4) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keputusan
pembelian
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Manajemen Pemasaran
Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan harus di organisasikan secara terpadu
serta memerlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran yang berorientasi pada kepuasan
konsumen. Pada suatu saat bisa terjadi tidak ada permintaan, permintaannya memadai,
permintaannya tidak teratur, atau terlalu banyak permintaan, dan manajemen pemasaran
harus menemukan cara untuk menghadapi semua situasi permintaan yang berbeda-beda itu.
Manajemen pemasaran memperhatikan tidak hanya penemuan dan peningkatan permintaan,
melainkan juga pengubahan atau bahkan pengurangan permintaan. Pengertian manajemen
pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane oleh Bob Sabran(2009) adalah sebagai seni
dan ilmu memilih pasar sasaran, meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan
dengan menciptakan , menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Sedangkan pengertian manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencaaan, pelaksanaa,


dan pengawasan program-program yang ditujukkan untuk mengandalkan pertukaran dengan
pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi Swastha dan Irawan
(2005). Penanganan dari proses pertukaran agar mencapai keberhasilan menuntut sejumlah
besar kerja dan keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila sekurang-kurangnya satu
pihak pelaku pertukaran potensial berpikir tentang sarana-sarana untuk melaksanakan
tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain. Manajemen pemasaran
juga sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sassaran serta mendapatkan, menjaga, dan
menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan, dan komunikasian nilai
pelanggan yang unggul.

2.2.2 Bauran Pemasaran


Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemsaran (Marketing
mix) yang memiliki perana penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat membeli
suatu produk atau jasa yang ditawarakan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran
terdiri dari semua variabel yang dapat di kontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para
konsumen konsumen. Pengertian bauran pemasaran menurut Buchari Alma ((2007)
Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari
kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Dalam bauran
pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P, yaitu product
(produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi), dan promotion (promosi).
Adapun unsur-unsur bauran pemasaran sebagai berikut :
1. Produk (product)
Pengertian produk menurut Philip Kotler dan Amstrong (2010) adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk meliputi objek
secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide.
2. Harga (price)
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2010) yang dimaksud harga adalah jumlah dari
nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga yang di tawarkan kepada konsumen
harus sesuai dengan pandangan konsumen atas nilai dan manfaat yang diperoleh dari
produk tersebut. Harga mempunyai peran penting bagi perusahaan, karena harga
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan dalam bersaing dengan perusahaan
lainnya.
3. Tempat (place)
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2010) definisi tempat atau saluran distribusi
adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan
dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi
oleh konsumen atau pengguna bisnis. Saluran distribusi merupakan hal yang sangat
penting karena dengan saluran distribusi produk dari produsen akan sampai ke
konsumen.
4. Promosi (promotion)
Pengertian promosi menurut Boyd, Walker, Larreche (2001) adalah istilah promosi
banyak diartikan sebagai upaya membujuk orang untuk menerima produk, konsep dan
gagasan.
Product
Variety Price
Quality List price
Design Discounts
Features Allowances
Bauran
Promotion pemasaran
Place
Advertising
Channels
Personal
Coverage
selling
Locations
Publicrelatio

Gambar 2.2 Rincian Bauran Pemasaran


Sumber : Kotler dan Amstrong (2012)

Berdasarkan uraian semua pengertian bauran pemasaran akan berkaitan dengan seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan dimana alat pemasaran yang dimaksud adalah 4P
yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Dengan menggunakan ke empat unsur bauran
pemasaran tersebut maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetititf dari pesaing
karena dengan penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan
pembelian konsumen akan lebih memilih kepada produk perusahaan.

2.2.3 Citra Merek


Citra merek atau lebih dikenal dengan sebutan brand image memegang peranan
penting dalam pengembangan sebuah merek karena citra merek menyangkut reputasi dan
kredibilitas merek yang kemudian menjadi pedoman bagi khalayak konsumen untuk mencoba
atau menggunakan suatu produk barang atau jasa sehingga menimbulkan pengalaman tertentu
(brand experience) yang akan menentukan apakah konsumen tersebut akan menjadi loyalitas
merek atau sekedar oportunis (mudah pindah ke lain merek). Citra merek (brand image)
dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat
sebuah merek tertentu Shimp (2004). Sedangkan menurut Kotler citra merek adalah
penglihatan dan kepercayaan yang tertahan di ingatan konsumen, kemudia Aeker dalam
Ritonga (2011) mengatakan bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi merek yang
berbentuk dan melekat di benak konsumen. Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat
disimpulkan bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak konsumen
mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan konsumen terhadap merek
tersebut.

2.2.3.1 Indikator Citra Merek


Indikator dalam citra merek yang digunakan menurut Sondoh Jr., Omar, Wahid, Ismail
dan Harun (2007), adalah :
1. Manfaat Eksperimmental
2. Manfaat Simbolis
3. Keuntungaan Sosial
4. Manfaat Fungsional
5. Penampilan Meningkat

2.2.4 Kualitas Produk


Menurut Kotler (2000) Produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan
ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam
suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk
apa produk itu diproduksi. Kualitas biasanya berhubungan dengan manfaat atau kegunaan
serta fungsi dari suatu produk.
Menurut Kotler (2000), Adapun tujuan dari kualitas produk adalah sebagai berikut:

1. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.

2.2.4.1 Indikator Kualitas Produk


Indikator kualitas produk menurut Kotler dan Amstrong (2004) adalah :
1. Kinejra (performance)
2. Keistimewaan Tambahan (feature)
3. Kesesuaian dengan spesifikasi (coformance to specifications)
4. Daya Tahan (Durability)
5. Keandalan (reliability)
6. Estetika (asthetic)

2.2.5 Lokasi
Lokasi merupakan saluran distribusi yaitu jalur yang dipakai untuk berpindah
produk dari produsen ke konsumen. Menurut Lupyoadi Lokasi adalah keputusan yang dibuat
perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan.
Komponen yang menyangkut lokasi meliputi pemilihan lokasi yang strategis (mudah
dijangkau), di daerah sekitar pusat perbelanjaan, dekat pemukiman penduduk, aman, dan
nyaman bagi pelanggan, adanya fasilitas yang mendukung seperti adanya lahan parkir, serta
faktor lainnya. Dalam memilih lokasi untuk menjalankan suatu usaha.
Menurut Swastha (2000) mendefinisikan Lokasi adalah letak toko atau pengecer pada
daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Lokasi adalah tempat toko
yang paling menguntungkan yang dapat dilihat dari jumlah rata-rata khalayak yang
melewati toko itu setiap harinya, persentasi khalayak yang mampir ke toko. Persentasi
mampir dan kemudian membeli serta nilai pembelian per penjualan Kotler (1997).

2.2.5.1 Indikator Lokasi


Indikator lokasi menurut Fure (2013) yaitu :
1. Kesediaan lahan parkir.
2. Memiliki tempat yang cukup luas.
3. Lokasi pasar dilalui banyak alat transportasi
4. Lokasi yang strategis.

2.2.6 Keputusan Pembelian


Helga Drumond (2003) adalah mengidntifikasikan semua pilihan yang mungkin untuk
memecahkan persoalan itu dan menilai pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran
yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing. Sedangkan menurut
Nugroho (2003) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasi sikap pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya,
pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Pengambilan keputusan
konsumen berbeda-beda, tergantung pada keputusan pembelian. Pembelian yang rumit dan
mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta.
Menurut Kotler (2005) terdapat empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antara merek, diuraikan sebagai berikut :
1. Perilaku pembelian yang rumit
2. Perilaku pembelian kurang nyaman
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi

2.2.6.1 Indikator Keputusan Pembelian


Terdapat indikator proses keputusan pembelian menurut Kotler (2007) yaitu :
1. Tujuan dalam membeli sebuah produk
2. Pemilihan merek
3. Kemantapan pada sebuah merek
4. Memberikan rekomendasi kepada orang lain
5. Melakukan pembelian ulang

2.3 Pengembangan Hipotesis


2.3.1 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Lokasi Terhadap Keputusan
Pembelian
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli,
pertama teori citra merek Setiadi (2003) mengacu pada skema memori akan sebuah merek,
yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, pengguna, situasi, para
pengguna, dan karakteristik pemasar atau karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut.
Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat
nama suatu merek. Kedua dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2008), kualitas
produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsifungsinya yang
meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan, operasi, dan perbaikan serta
atribut lainnya. Ketiga oleh Losh (2008), lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap
jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen
makin enggan membeli karena transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin
mahal.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas bahwa citra merek, kualitas produk dan
lokasi berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap keputusan pembelian.

2.3.2 Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian


Menurut Ferinda Dewi (2009) berpendapat citra merek adalah konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Ditambahkan citra merek
adalah persepsi tentang merek yang digambarkan oleh asosiasi erek yang ada dalam ingatan
konsumen. Citra merek yang baik terhadap suatu barang akan meningkatkan persepsi yang
baik pula terhadap seseorang. Demikian citra merek yang baik terhadap suatu produk akan
mempercepat bangun keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa citra merek berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
keputusan pembelian.

2.3.3 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian


Menurut Kotler dan Amstrong (2012) berpendapat bahwa kualitas dan peningkatan
produk merupakan bagian yang penting dalam strategi pemasaran. Konsep produk
berpendapat bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan
kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik. Manajemen dalam organisasi yang
berorientasi pada produk demikian memusatkan energi mereka untuk membuat produk yang
baik dan terus-menerus meningkatkan mutu produk tersebut. Persepsi konsumen terhadap
kualitas produk, dapat dipengaruhi oleh harga produk. Konsumen memiliki persepsi, apabila
semakin tinggi harga suatu produk maka semakin tinggi pula kualitas dari produk tersebut.
Konsumen dapat mempunyai persepsi seperti itu ketika mereka tidak memiliki petunjuk atau
acuan lain dari kualitas produk, selain harga produk.
Dilihat dari hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas produk memiliki
dampak yang besar dan positif dalam membuat konsumen melakukan keputusan
pembeliannya. Hal ini mencerminkan bahwa semakin tinggi kualitas produk yang diberikan
perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat konsumen memiliki keyakinan dalam
melakukan pembelian sehingga dimungkinkan akan meningkatkan keputusan pembelian.
Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

2.3.4 Pengaruh Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian


Menurut Losh (2008), lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah
konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin
enggan membeli karena transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.
Pemilihan lokasi yang tepat dapat menentukan keberhasilan suatu bisnis. Dengan
pemilihan lokasi yang strategis konsumen dapat dengan mudah menjangkau lokasi
tersebut dan dapat menimbulkan kepuasan tersendiri dalam benak konsumen
dibandingkan dengan lokasi yang sulit dijangkau. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa lokasi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
keputusan pembelian.

2.4 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran menggambarkan hubungan antara variabel independen, dalam
penelitian ini adalah Citra Merek (X1), Kualitas Produk (X2) dan Lokasi (X3) terhadap
variabel dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y). adapun gambar kerangka pemikiran
dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut ini :

Citra Merek

(X1)

H1
Kualitas Produk
H2 Keputusan Pembelian
(X2)
(Y)

H3
Lokasi

(X3)

H4

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Hipotesis :
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan citra merek, kualitas produk
dan lokasi terhadap keputusan pembelian (H1)
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial citra merek terhadap keputusan
pembelian (H2)
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial kualitas produk terhadap
keputusan pembelian (H3)
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial lokasi terhadap keputusan
pembelian (H4)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Menurut Sugiyono (2012) pengertian objek penelitian yaitu suatu atribut atau sifat,
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. Objek
dalam penelitian ini adalah konsumen mie instan yaitu mie Gaga yang berlokasi di
wilayah Kota Bogor yang berada di Jl. Rancamaya, RT. 01/RW. 04, Bojongkerta, Kec.
Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat 16139. Penelitian ini menganalisis pengaruh citra
merek, kualitas produk dan lokasi terhadap keputusan pembelian. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari variabel independent (variabel bebas) yang meliputi aspek citra
merek, kualitas produk dan lokasi sedangkan variabel dependent (variabel terikat) yaitu
meliputi keputusan pembelian.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003) adalah semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap
penyusunan laporan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2007) bahwa metode deskriptif analisis
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Sedangkan metode
penelitian verifikatif menurut Mashuri (2008) yaitu memeriksa benar tidaknya apabila
dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan
di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan. Berdasarkan
pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses
penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari
perencanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode seurvey adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi
dan menggunakan kuisioner sebagai pengumpulan data, menurut Singarimbun (1998).

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalisasi Variabel


3.3.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:38) variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan rumusan masalah dan metode analisis data yang telah dijelaskan, maka
variabel-variabel dalam Penelitian ini sebagai berikut.
1. Variabel dependen/ variabel terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2016) variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian, variabel
dependen yang akan diteliti adalah Kinerja Karayawan (Y).
2. Variabel independen/ Variabel bebas (X)

Menurut Sugiyono (2016) variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Pada Penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah:

a. Citra Merek(X1)

b. Kualitas Produk (X2)

c. Lokasi(X3)

3.3.2 Definisi Operasionalisasi Variabel


Definisi operasional variabel bertujuan untuk mempermudah pengukuran terhadap
variabel-variabel Penelitian dan menyatukan pengertian agar tidak terjadi kesalah
pahaman atau perbedaan pandangan dalam mendefinisikan variabel variabel yang di
analisa. Definisi operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala


Pengukuran

Citra Merek Citra Merek adalah 1. Manfaat Ordinal -


menunjukkan bahwa Eksperimmental
(X1) Likert
asosiasi merek adalah 2. Manfaat Simbolis
(Sondoh Jr., sesuatu yang 3. Keuntungaan Sosial
berhubungan dalam 4. Manfaat Fungsional
Omar,
ingatan konsumen 5. Penampilan
Wahid, Meningkat
Ismail dan
Harun
(2007))

Kualitas Kualitas produk adalah 1. Kinejra Ordinal -


mencerminkan 2. Keistimewaan
Produk (X2) Likert
kemampuan produk Tambahan
untuk menjalankan 3. Kesesuaian dengan
(Kotler dan tugasnya yang spesifikasi
Amstrong mencakup daya tahan, 4. Daya Tahan
kehandalan atau 5. Keandalan
(2004)) kemajuan, kekuatan, 6. Estetika
kemudahan dalam
pengemasan dan
reparasi produk dan ciri-
ciri lainnya
Lokasi (X3) Lokasi adalah 1. Kesediaan lahan Ordinal -
pendistribusian parkir
Likert
(Tjiptono mengacu pada berbagai 2. Memiliki tempat
aktivitas pemasaran yang cukup luas
(2015) dan yang berusaha 3. Lokasi pasar dilalui
Fure (2013)) memperlancar dan banyak alat
mempermudah transportasi
penyampaian atau 4. Lokasi yang
penyaluran barang dan strategis
jasa dari produsen
kepada konsumen

Keputusan Keputusan Pembelian 1. Tujuan dalam Ordinal -


adalah beberapa tahapan membeli sebuah
Pembelian Likert
yang dilakukan oleh produk
(Y) konsumen sebelum 2. Pemilihan merek
melakukan keputusan 3. Kemantapan pada
(Kotler pembelian sebuah merek
4. Memberikan
(2007)) rekomendasi kepada
orang lain
5. Melakukan
pembelian ulang

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2016) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi merujuk
pada sejumlah individu yang sedikitnya memiliki satu sifat atau ciri yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah Kota Bogor.

3.4.2 Sampel
Menurut Kartini dan Sumanto (Soewandji, 2012 : 130) sampel merupakan sebagian
atau wakil populasi yang diteliti, demikian juga Sumanto mendifinisikan sampel adalah
sebagian dari subjek Penelitian yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan. Seperti
yang telah dijelaskan apabila Penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh populasi,
melainkan hanya sebagian dari populasi atau yang disebut Penelitian sampel maka
yang menjadi sumber bagi Peneliti untuk mendapatkan data adalah cukup dari sebagian
anggota populasi tersebut karena walaupun hanya sebagian namun dianggap dapat
mewakili seluruh anggota populasi. maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen mie instan mie Gaga yaitu
yang telah membeli dan mengkonsumsi produknya dari PT Wicaksana Oversear
Internasional, Tbk.
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2014), incidental sampling merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel,bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data. Sampel yang dapat dijadikan sebagai responden dalam penelitian
ini adalah konsumen mie Gaga di Kota Bogor yang membeli produk minimal satu kali
pembelian. Dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui maka dapat diambil 100 orang untuk
dijadikan sampel, Sekaran (2003).

3.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh peneliti langsung dari objek yang diteliti dan data yang dikumpulkan atau
diperoleh melalui hasil kuesioner dari responden (sample) penelitian. Kemudian data
sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang sudah siap disusun seperti dokumen jumlah
karyawan, struktur organisasi, serta publikasi yang sudah dalam bentuk jadi.

3.6 Metode Pengumpulan Data


Data yang diperlukandalam Penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Metode pengumpulan data dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner

Dalam metode ini peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan yang kemudian
dijawab oleh sampel yang sudah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan dan pernyataan diukur
dengan menggunakan skala dengan interval 1-5, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.

2. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan adalah Penelitian atau pengumpulan data dengan cara


melakukan Penelitian langsung ke obyek yang diteliti.

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mencari literatur dan karya ilmiah
yang terkait dengan masalah yang diteliti.

3.7 Metode Analisis Data


3.7.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas menurut Soewadji (2012) adalah persoalan yang berhubungan
dengan pernyataan sejauh mana suatu alat ukur telah mengukur apa yang seharusnya
diukur. sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu diuji
validitasnya dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rₓᵧ = n(∑XY) – (∑X∑Y)

√[n∑X²-(∑X)²] [n∑Y²-(∑Y)²]
Keterangan :

r = Koefisien validitas yang dicari

n = Jumlah responden

Y = Skor total yang diperoleh dari subjek seluruh item

X = Skor total yang diperoleh dari subjek seluruh item

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

Jika hasil tersebut diperoleh r hitung ≥ r tabel maka data tersebut adalah valid berarti
layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis, sedangkan jika r hitung ≤ r tabel
menunjukkan bahwa data tersebut tidak valid berarti tidak layak untuk digunakan dalam
pengujian hipotesis.

Sedangkan Uji Reliabilitas menurut Soewadji (2012) adalah tingkat kemampuan suatu
alat ukur atau instrumen penelitian dalam mengumpulkan data atau informasi secara tetap
atau konsisten atau secara ajeg dalam individu. Adapun rumus yang digunakan untuk
menguji reliabilitas menurut Sinambela (2014) adalah menggunakan teknik Alpha Cronbach
sebagai berikut :

rᵢ = k {sᵢ-∑pᵢqᵢ}
(k-1) sᵢ²

Keterangan :

k = Jumlah item dalam instrumen

pᵢ = Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1

qᵢ = 1- pᵢ

sᵢ = Variasi total

Adapun kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rᵢ ≥ rtabel realibel . sebaliknya jika rᵢ ≤
rtabel berarti tidak realibel. Suatu instrumen dikatakan realibel apabila koefisien reliabilitas
minimal 0,6.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik


Dalam penggunaan analisis regresi terikat dengan sejumlah asumsi agar taksiran
parameter memiliki sifat best linier unbiased estimator, asumsi yang harus dipenuhi agar
diperoleh sejumlah estimasi yang tidak biasa, meliputi uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas, Atmadja (2014). Akan tetapi uji
autokorelasi dalam penelitian ini tidak digunakan karena uji autokorelasi hanya digunakan
untuk menguji data time series.
1. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel independennya. Uji multikolinearitas
dalam penelitian ini menggunakan nilai tolerance dan VIF. Nilai cuttof yang dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,05 atau nilai
VIF > 5, maka diindikasikan model regresi memiliki gejala multikolinearitas.

2. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan dengan pengamatan lain. Jika
variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, Ghazali
dalam Atmaja (2014). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji
grafik scatterplot. Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov denggan tingkat signifikansi
5%. Data dikatakan normal jika nilai signifikansi (p-value) untuk setiap variabel yang
dianalisis lebih besar dari 0,05.

3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda


Menurut Sarwono dan Salim (2017) regresi linier berganda merupakan prosedur yang
berfungsi untuk melihat hubungan linier antara lebih dari satu variabel yang
diidentifikasi sebagai variabel independen atau bebas dengan satu variabel lain yang
diidentifikasi sebagai variabel dependen atau terikat. Dan yang terkumpul akan dianalisis
secara verifikasi dengan menggunakan uji statistik. Untuk menguji hipotesis Penelitian
yang diajukan akan digunakan regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel terikat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan model atau diagram jalur berdasarkan paradigma Penelitian. Prosedur
analisis data diawali dengan menentukan paradigma penelitian berdasarkan kerangka
pemikiran.

2. Persamaan strukturalnya, untuk mengukur pengaruh antara suatu variabel dependen


dependen dengan dua atau lebih variabel independen persamaan dalam regresi linier
berganda dinyatakan sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1+ 𝑏2𝑋2+ 𝑏3𝑋3+ 𝜀


Keterangan:

Y : Tingkat Kinerja karyawan

a : Bilangan konstanta

b1 : Koefisien regresi variabel lingkungan kerja

b2 : Koefisien regresi variabel kompetensi

b3 : Koefisien regresi variabel pekatihan

X1 : Lingkungan kerja

X2 : Kompetensi

X3 : Pelatihan

ɛ : Variabel lain yang tidak diteliti

3.7.4 Analisis Korelasi Berganda

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara modal sendiri dan modal


pinjaman terhadap sisa hasil usaha maka digunakan rumus sebagai berikut:

rₓᵧ = n(∑XY)-(∑X∑Y)
√[n∑X² - (∑X)²] [n∑Y² - (∑Y)²]

Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari

n = Jumlah responden

X = Skor yang diperoleh dari subyek dalam tiap item

Y = Skor yang diperoleh dari subyek dalam seluruh item

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y


Dari perhitungan koefisien korelasi, maka akan diperoleh nilai r yang besarnya antara -1,0
sampai 1. Notasi ini menggunakan korelasi atau hubungan antara variabel-variabel yang diuji
dalam penelitian.

1. Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara kedua variabel atau
hubungan kedua variabel sangat rendah.
2. Apabila r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan kedua variabel bersifat searah dan
sangat kuat, artinya kenaikan nilai-nilai X akan diikuti oleh kenaikan nilai-nilai Y,
atau sebaliknya.
3. Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel berlawanan
arah dan sangat kuat, artinya kenaikan nilai-nilai X diikuti oleh penurunan nilai-nilai
Y, atau sebaliknya.

3.7.5 Analisis Koefisien Determinasi (R2)


Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen Priyanto
(2011). Koefisien determinasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KD = r ² x 100%
Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

3.7.6 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis adalah keharusan dalam penelitian kuantitatif. Artinya hipotesis
yang diajukan akan diuji kebenarannya apakah diterima atau ditolak. Biasanya hipotesis
diajukan dua model yakni hipotesis kerja (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis kerja atau
hipotesis alternatif dirancang untuk diterima, sedangkan hipotesis nol untuk ditolak. Oleh
karenanya hipotesis alternatif dalam bentuk positif dan hipotesis nol dalam bentuk negatif
(Sinambela, 2014).
1. Uji F
Atmaja dkk. (2014:122), menyatakan uji statistik F digunakan untuk menguji apakah
variabel independen yang dimaksud dalam model memiliki pengaruh secara bersama-
sama (simultan) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas statistik dengan level signifikansi
yang ditetapkan peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi
5% atau derajat kebebasan (degree of freedom) 95%.

a. Perumusan hipotesis
Adapun rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
1) Ho : ßᵢ ≤ 0 artinya, perilaku konsumen (faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi dan faktor psikologis) tidak berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) Ha : ßᵢ > 0 artinya, perilaku konsumen (faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi dan faktor psikologis) berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
Dimana i = 1,2,3,4

Dengan demikian, apabila nilai probabilitas statistik lebih kecil dari 5% maka
model dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

b. Rumus uji F
Adapun perhitungan uji F menurut Sugiyono (2014:297) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

F= R²
k

(1-R²) / (n-k-1)

Keterangan :

F = Koefisien F

R² = Koefisien korelasi berganda


K = Jumlah variabel independen
N = Jumlah anggota sampel

c. Kriteria uji F
1) Bila Fhitung lebih kecil dari atau sama dengan Ftabel (Fhitung ≤ Ftabel), pada
ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya faktor budaya, faktor
sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis tidak berpengaruh positif dan
signifikan secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel), pada ɑ = 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi, dan faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2. Uji t
Atmaja dkk. (2014:122), menytakan uji statistik t digunakan untuk menguji apakah
variabel independen yang digunakan kedalam model mempunyai pengaruh secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas statistik dengan level
signifikansi yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggukana
tingkat signifikansi 5%.
a. Perumusan hipotesis
Adapun rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :
1) X1 terhadap Y
a) Ho1 : ß1 ≤ 0 artinya, faktor budaya tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha1 : ß1 > 0 artinya, faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) X2 terhadap Y
a) Ho2 : ß2 ≤ 0 artinya, faktor sosial tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha2 : ß2 > 0 artinya, faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
3) X3 terhadap Y
a) Ho3 : ß3 ≤ 0 artinya, faktor pribadi tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha3 : ß3 > 0 artinya, faktor pribadi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
4) X4 terhadap Y
a) Ho4 : ß4 ≤ 0 artinya, faktor psikologis tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha4 : ß4 > 0 artinya, faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.

Dengan demikian, apabila nilai probabilitas statistik lebih kecil dari 5% maka
model dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen.

b. Rumus uji t

Adapun rumus uji koefisien korelasi parsial (uji t) menurut Sugiyono (2914:290)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t = r√n-2
√1-r²
Keterangan:
r = Koefisien
n = Jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel

c. Kriteria keputusan uji t


1) Untuk faktor budaya (X1), bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (t
hitung ≤ t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
faktor budaya tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen. Sedangkan bila t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung
> t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya faktor
budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen.
2) Untuk faktor sosial (X2), bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (t
hitung ≤ t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
faktor sosial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen. Sedangkan bila t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung
> t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya faktor sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
3) Untuk faktor pribadi (X2), bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (t
hitung ≤ t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
faktor pribadi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen. Sedangkan bila t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung
> t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya faktor
pribadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen.
4) Untuk faktor psikologis (X2), bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t
tabel (t hitung ≤ t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya faktor psikologis tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen. Sedangkan bila t hitung lebih besar dari t
tabel (t hitung > t tabel) pada ɑ = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,
artinya faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2, Edisi ke tiga
Edisi ketiga belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbir Erlangga.

Alma, Buchari. 2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alphabeta.

Ghazali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro: Semarang.

Rosvita Dua Lembang. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Cuaca
Terhadap Keputusan Pembelian Teh siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh Botol
Sosro.

Alma, Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. Bandung
CV. Alfabeta.

Fandy, Tjiptono. 2008. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, P, Amstrong G. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi kedelapan. Jilid 1. Penerbit


Erlangga. Jakarta.

Moh., Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan 6 Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia.

Ponirin. 2005. Manajemen Usahawan Indonesia, No 7 Th XXXIV. Edisi Juli.

Hendra, Fure. 2013. Lokasi, Keberagaman Produk, Harga dan Kualitas Pelayanan
Pengaruhnya Terhadap Minat Beli Pada Pasar Tradisional. Bersehati Calaca. Jurnal
EMBA Vol., 1. No 3.

Adithya Akbarsyah. 2012 Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian


Produk Joytea di Kota Bandung. Juran Jurusan Manajemen Bisnis Telekomunisasi dan
Informatika Institut Manajemen Telkom.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS21(edisi
ketujuh). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Edisi Pertama. Media
Pressindo : Yogyakarta.

Apriyani, Maria. 2017. Pengaruh Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Citra Merek dan
Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian Merek Frestea. Jurnal. Bandung:
Universitas Pasundan. http://repository.unpas.ac.id/31583/ diakses pada tanggal 30
Desember 2017.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2016. Marketing Management 15 New Jersey: Pearson
Prentice Hall. Inc.

Mendrofa, Kristiurman Jaya. 2016. Pengaruh Harga, Citra Merek, dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Domain. Id. Jurnal. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
https://www.researchgate.net/publication/301674748_Pengaruh_Harga_Citra_Merek_
dan_Kualitas_Produk_terhadap_Minat_Beli_Domain_id diakses pada tanggal 26
November 2017.

Oktaviani, Lusia. 2014. Analisis Pengaruh Brand Image (Citra Merek), Kualitas Produk, Dan
Harga Terhadap Minat Beli Produk Mie Instan Supermi. Jurnal. Semarang:
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/43790/1/18_OKTAVIANI.pdf
diakses pada tanggal 26 November 2017.

Akbar, Adam. 2012. Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Notebook Toshiba. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Erna Ferrinadewi. 2008. Merek dan Psikolog Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Margiyanto, May. 2013. Analisis Pengaruh Citra Merek, Persepsi Harga, Kualitas Produk dan
Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Blackberry di Kota Semarang. Skripsi
Semarang : Universitas Dipenogoro.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Ainur, Sulis. 2013. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Susu Hi-Lo di Semarang. (Online). Universitas
Diponegoro. Semarang.

Kotler, Philip, 2006, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1, Terjemahan : Benjamin
Molan, Jakarta, Prenhallindo.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi Ketujuh.
CV Alfabeta: Bandung

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Edisi Pertama. Media Pressindo:
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai