PENDAHULUAN
Pangsa pasar (Market Share) dapat diartikan sebagai bagian pangsa yang dikuasai oleh suatu
perusahaan atau prosentase penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para
pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 198 ). Maka dapat diartikan
bahwa besarnya pangsa pasar akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen
atau berpindahnya minat konsumen dari suatu produk ke produk lain.
Dalam hal ini juga memicu perusahaan-perusahaan mie instan untuk terus berkompetisi
dan bersaing secara ketat agar dapat meraih pangsa pasar dengan menawarkan produk-
produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa market share Mie Gaga mengalami penurunan yang diindikasi karena banyaknya
konsumen yang kurang berminat untuk mengkonsumsi. Untuk meningkatkan posisi Mie
Gaga, maka perusahaan berupaya untuk meningkatkan melalui citra merek, kualitas
produk, dan lokasi. Kemampuan Mie Gaga untuk dapat diterima oleh pasar dapat
diukur dengan melihat perolehan dari Top Brand Index.
Berdasarkan dengan melihat pergerakan grafik Top Brand Index mie instan
selama 3 tahun terakhir ini dapat diketahui bahwa kedudukan Mie Gaga mulai digeser
dengan kehadiran Indomie dan Mie Sedaaap. Ada indikasi bahwa Mie Gaga kurang
gencar dalam promosinya. Agar minat beli Mie Gaga dapat meningkat , perusahaan harus
lebih meningkatkan citra merek dari Mie Gaga itu sendiri. Selain itu dari segi cita rasa
pun, mie instan mudah di terima semua golongan konsumen. Citra merek (Brand
Image) dari Mie Gaga juga membuat Mie Chiyo semakin tidak banyak diminati oleh
konsumen. Mie Gaga lebih mengusung image sebagai mie yang memiliki mie lebih
kenyal, sedangkan Mie Chiyo lebih mempunyai image memiliki rasa / bumbu sesuai
dengan lidah konsumen.
Demi meningkatkan minat beli konsumen, Mie Gaga mencoba untuk meningkatkan
citra merek. Image adalah faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian dan
terkadang tak hanya berhubungan dengan image yang ingin dimiliki atau diimpikan
konsumen tapi juga dengan serangkaian nilai yan dipercayainya (Marconi,1994).
Sedangkan menurut martin (1989) menunjukan bahwa sebagai simbol, merek sangat
mempengaruhi status dan harga diri konsumen.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa suatu merek lebih mungkin dibeli dan
dikonsumsi jika konsumen mengenali hubungan simbolis yang sama antara citra merek
dengan citra diri konsumen baik citra diri ideal ataupun citra diri aktual . Menurut Setiadi
(2003) menjelaskan bahwa citra terhadap suatu merek berhubungan dengan sikap yang
berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.
Sebagai orang Indonesia, sangatlah tidak mungkin apabila tidak mengenal mie instan
merek Mie Gaga. Untuk sebuah merek mie instan, Mie Gaga telah mengalami
perjalanan yang panjang termasuk beberapa kali berganti packaging dan kemasan. Agar
dapat lebih memikat hati konsumen, kini Mie Gaga hadir di dalam nuansa yang lebih
modern dan variasi kelas tersendiri, dalam menciptakan inovasi baru dalam meciptakan
kualitas dan cita rasa yang baru. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan,
atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Untuk mewujudkan
harapan konsumen, Mie Gaga dan Mie Chiyo terus bersaing menciptakan inovasi
produk yang beraneka ragam.
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik kedudukan suatu
merek di dalam tingkat Top Brand Index maka akan berpengaruh pula terhadap citra
dari merek tersebut. Akan semakin banyak konsumen yang mengenal merek tersebut yang
dapat ditinjau dari kualitas produk dan lokasi. Semakin baik kualitas produk yang
ditawarkan dan harga yang bersaing maka Mie Gaga akan lebih banyak dicari oleh para
konsumen walaupun tanpa melakukan promosi besar-besaran seperti yang di lakukan
merek pesaingnya yaitu Indomie. Hal ini dapat menyebabkan penjualan Mie Gaga dapat
kembali naik tanpa harus takut terhadap merek pesaing.
3. Bagaimana citra merek (kualitas produk, lokasi) secara persial terhadap keputusan
pembelian pada produk mie instan Mie Gaga?
1. Bagi Penulis
Menerapkan perkuliahan yang diterima penelitian ke dalam dunia nyata atau dunia
praktik serta mengidentifikasi masalah-masalah manajemen dalam sebuah perusahaan, dan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsumen terhadap minat beli produk Mie
Gaga.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini menjadi sumber perbaikan untuk kemajuan daur hidup produk yang diproduksi
dan kemajuan perusahaan, dan untuk mewujudkan pengelolaan perusahaan yang lebih
efektif dan efisien serta sebagai masukan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan
penjualan produknya di Indonesia, khususnya di kalangan mahasiswa tentang kualitas
produk secara positif sehingga akan menimbulkan persepsi pembeli dengan minat
membeli.
4. Bagi Akademisi
Peneliti ini dapat memberi sumber referensi, memberikan konstribusi serta manfaat pada
pengembangan disiplin ilmu manajemen pemasaran terutama pada topik minat beli, citra
merek, kualitas produk dan lokasi.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,tujuan, dan kegunaan
penelitian, serta sistematika penulisan.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan uraian semua pengertian bauran pemasaran akan berkaitan dengan seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan dimana alat pemasaran yang dimaksud adalah 4P
yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Dengan menggunakan ke empat unsur bauran
pemasaran tersebut maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetititf dari pesaing
karena dengan penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan
pembelian konsumen akan lebih memilih kepada produk perusahaan.
1. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.
2.2.5 Lokasi
Lokasi merupakan saluran distribusi yaitu jalur yang dipakai untuk berpindah
produk dari produsen ke konsumen. Menurut Lupyoadi Lokasi adalah keputusan yang dibuat
perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan.
Komponen yang menyangkut lokasi meliputi pemilihan lokasi yang strategis (mudah
dijangkau), di daerah sekitar pusat perbelanjaan, dekat pemukiman penduduk, aman, dan
nyaman bagi pelanggan, adanya fasilitas yang mendukung seperti adanya lahan parkir, serta
faktor lainnya. Dalam memilih lokasi untuk menjalankan suatu usaha.
Menurut Swastha (2000) mendefinisikan Lokasi adalah letak toko atau pengecer pada
daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Lokasi adalah tempat toko
yang paling menguntungkan yang dapat dilihat dari jumlah rata-rata khalayak yang
melewati toko itu setiap harinya, persentasi khalayak yang mampir ke toko. Persentasi
mampir dan kemudian membeli serta nilai pembelian per penjualan Kotler (1997).
Citra Merek
(X1)
H1
Kualitas Produk
H2 Keputusan Pembelian
(X2)
(Y)
H3
Lokasi
(X3)
H4
Hipotesis :
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan citra merek, kualitas produk
dan lokasi terhadap keputusan pembelian (H1)
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial citra merek terhadap keputusan
pembelian (H2)
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial kualitas produk terhadap
keputusan pembelian (H3)
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial lokasi terhadap keputusan
pembelian (H4)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Citra Merek(X1)
c. Lokasi(X3)
3.4.2 Sampel
Menurut Kartini dan Sumanto (Soewandji, 2012 : 130) sampel merupakan sebagian
atau wakil populasi yang diteliti, demikian juga Sumanto mendifinisikan sampel adalah
sebagian dari subjek Penelitian yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan. Seperti
yang telah dijelaskan apabila Penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh populasi,
melainkan hanya sebagian dari populasi atau yang disebut Penelitian sampel maka
yang menjadi sumber bagi Peneliti untuk mendapatkan data adalah cukup dari sebagian
anggota populasi tersebut karena walaupun hanya sebagian namun dianggap dapat
mewakili seluruh anggota populasi. maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen mie instan mie Gaga yaitu
yang telah membeli dan mengkonsumsi produknya dari PT Wicaksana Oversear
Internasional, Tbk.
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2014), incidental sampling merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel,bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data. Sampel yang dapat dijadikan sebagai responden dalam penelitian
ini adalah konsumen mie Gaga di Kota Bogor yang membeli produk minimal satu kali
pembelian. Dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui maka dapat diambil 100 orang untuk
dijadikan sampel, Sekaran (2003).
Dalam metode ini peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan yang kemudian
dijawab oleh sampel yang sudah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan dan pernyataan diukur
dengan menggunakan skala dengan interval 1-5, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju.
2. Penelitian lapangan
3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mencari literatur dan karya ilmiah
yang terkait dengan masalah yang diteliti.
√[n∑X²-(∑X)²] [n∑Y²-(∑Y)²]
Keterangan :
n = Jumlah responden
Jika hasil tersebut diperoleh r hitung ≥ r tabel maka data tersebut adalah valid berarti
layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis, sedangkan jika r hitung ≤ r tabel
menunjukkan bahwa data tersebut tidak valid berarti tidak layak untuk digunakan dalam
pengujian hipotesis.
Sedangkan Uji Reliabilitas menurut Soewadji (2012) adalah tingkat kemampuan suatu
alat ukur atau instrumen penelitian dalam mengumpulkan data atau informasi secara tetap
atau konsisten atau secara ajeg dalam individu. Adapun rumus yang digunakan untuk
menguji reliabilitas menurut Sinambela (2014) adalah menggunakan teknik Alpha Cronbach
sebagai berikut :
rᵢ = k {sᵢ-∑pᵢqᵢ}
(k-1) sᵢ²
Keterangan :
qᵢ = 1- pᵢ
sᵢ = Variasi total
Adapun kriteria pengujian reliabilitas adalah jika rᵢ ≥ rtabel realibel . sebaliknya jika rᵢ ≤
rtabel berarti tidak realibel. Suatu instrumen dikatakan realibel apabila koefisien reliabilitas
minimal 0,6.
2. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan dengan pengamatan lain. Jika
variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, Ghazali
dalam Atmaja (2014). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji
grafik scatterplot. Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov denggan tingkat signifikansi
5%. Data dikatakan normal jika nilai signifikansi (p-value) untuk setiap variabel yang
dianalisis lebih besar dari 0,05.
a : Bilangan konstanta
X1 : Lingkungan kerja
X2 : Kompetensi
X3 : Pelatihan
rₓᵧ = n(∑XY)-(∑X∑Y)
√[n∑X² - (∑X)²] [n∑Y² - (∑Y)²]
Keterangan :
n = Jumlah responden
1. Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara kedua variabel atau
hubungan kedua variabel sangat rendah.
2. Apabila r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan kedua variabel bersifat searah dan
sangat kuat, artinya kenaikan nilai-nilai X akan diikuti oleh kenaikan nilai-nilai Y,
atau sebaliknya.
3. Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel berlawanan
arah dan sangat kuat, artinya kenaikan nilai-nilai X diikuti oleh penurunan nilai-nilai
Y, atau sebaliknya.
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
a. Perumusan hipotesis
Adapun rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
1) Ho : ßᵢ ≤ 0 artinya, perilaku konsumen (faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi dan faktor psikologis) tidak berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) Ha : ßᵢ > 0 artinya, perilaku konsumen (faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi dan faktor psikologis) berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
Dimana i = 1,2,3,4
Dengan demikian, apabila nilai probabilitas statistik lebih kecil dari 5% maka
model dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
b. Rumus uji F
Adapun perhitungan uji F menurut Sugiyono (2014:297) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
F= R²
k
(1-R²) / (n-k-1)
Keterangan :
F = Koefisien F
c. Kriteria uji F
1) Bila Fhitung lebih kecil dari atau sama dengan Ftabel (Fhitung ≤ Ftabel), pada
ɑ = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya faktor budaya, faktor
sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis tidak berpengaruh positif dan
signifikan secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel), pada ɑ = 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi, dan faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen.
2. Uji t
Atmaja dkk. (2014:122), menytakan uji statistik t digunakan untuk menguji apakah
variabel independen yang digunakan kedalam model mempunyai pengaruh secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas statistik dengan level
signifikansi yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggukana
tingkat signifikansi 5%.
a. Perumusan hipotesis
Adapun rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :
1) X1 terhadap Y
a) Ho1 : ß1 ≤ 0 artinya, faktor budaya tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha1 : ß1 > 0 artinya, faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
2) X2 terhadap Y
a) Ho2 : ß2 ≤ 0 artinya, faktor sosial tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha2 : ß2 > 0 artinya, faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
3) X3 terhadap Y
a) Ho3 : ß3 ≤ 0 artinya, faktor pribadi tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha3 : ß3 > 0 artinya, faktor pribadi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
4) X4 terhadap Y
a) Ho4 : ß4 ≤ 0 artinya, faktor psikologis tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
b) Ha4 : ß4 > 0 artinya, faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
Dengan demikian, apabila nilai probabilitas statistik lebih kecil dari 5% maka
model dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen.
b. Rumus uji t
Adapun rumus uji koefisien korelasi parsial (uji t) menurut Sugiyono (2914:290)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
t = r√n-2
√1-r²
Keterangan:
r = Koefisien
n = Jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2, Edisi ke tiga
Edisi ketiga belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbir Erlangga.
Ghazali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro: Semarang.
Rosvita Dua Lembang. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Cuaca
Terhadap Keputusan Pembelian Teh siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh Botol
Sosro.
Alma, Buchari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. Bandung
CV. Alfabeta.
Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Salemba Empat, Jakarta.
Moh., Nazir. 2005. Metode Penelitian. Cetakan 6 Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia.
Hendra, Fure. 2013. Lokasi, Keberagaman Produk, Harga dan Kualitas Pelayanan
Pengaruhnya Terhadap Minat Beli Pada Pasar Tradisional. Bersehati Calaca. Jurnal
EMBA Vol., 1. No 3.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS21(edisi
ketujuh). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Edisi Pertama. Media
Pressindo : Yogyakarta.
Apriyani, Maria. 2017. Pengaruh Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Citra Merek dan
Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian Merek Frestea. Jurnal. Bandung:
Universitas Pasundan. http://repository.unpas.ac.id/31583/ diakses pada tanggal 30
Desember 2017.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2016. Marketing Management 15 New Jersey: Pearson
Prentice Hall. Inc.
Mendrofa, Kristiurman Jaya. 2016. Pengaruh Harga, Citra Merek, dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Domain. Id. Jurnal. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
https://www.researchgate.net/publication/301674748_Pengaruh_Harga_Citra_Merek_
dan_Kualitas_Produk_terhadap_Minat_Beli_Domain_id diakses pada tanggal 26
November 2017.
Oktaviani, Lusia. 2014. Analisis Pengaruh Brand Image (Citra Merek), Kualitas Produk, Dan
Harga Terhadap Minat Beli Produk Mie Instan Supermi. Jurnal. Semarang:
Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/43790/1/18_OKTAVIANI.pdf
diakses pada tanggal 26 November 2017.
Akbar, Adam. 2012. Analisis Pengaruh Citra Merek, Harga dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Notebook Toshiba. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Erna Ferrinadewi. 2008. Merek dan Psikolog Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Margiyanto, May. 2013. Analisis Pengaruh Citra Merek, Persepsi Harga, Kualitas Produk dan
Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Blackberry di Kota Semarang. Skripsi
Semarang : Universitas Dipenogoro.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Ainur, Sulis. 2013. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Susu Hi-Lo di Semarang. (Online). Universitas
Diponegoro. Semarang.
Kotler, Philip, 2006, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jilid 1, Terjemahan : Benjamin
Molan, Jakarta, Prenhallindo.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi Ketujuh.
CV Alfabeta: Bandung
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Edisi Pertama. Media Pressindo:
Yogyakarta