Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi bisnis khususnya dalam bidang kecantikan mengalami

persaingan cukup pesat di pasar dalam dan luar negeri bahkan internasional.

Perdagangan bebas memberikan peluang bisnis yang luas kepada produsen dalam

memasarkan produknya. Produsen harus melakukan inovasi agar memiliki banyak

produk yang ditawarkan kepada konsumen, karena konsumen memiliki berbagai

macam karakter maupun kebutuhan yang sangat berbeda.

Di dunia globalisasi ini produsen banyak menciptakan produk dan merek

yang sangat banyak, sehingga konsumen memiliki beragam alternatif pilihan

dalam memilih sesuai kebutuhannya. Adanya berbagai macam produk dan jasa

yang ditawarkan membuat produsen harus mempertahankan maupun

meningkatkan citra mereknya maupun kualitas merek yang dibangun sebelumnya.

Konsumen kini memiliki tuntutan nilai yang jauh lebih besar dan beragam

Karena konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan produk, barang atau jasa

yang Dapat mereka beli. Produsen diharus memberikan kualitas produk yang

dapat Diterima, karena bila tidak, pelanggan akan segera beralih kepada produk

lain (brand switching). Selain itu dengan dengan perkembangan teknologi,

konsumen Dalam pembelian produk lebih kuat karena konsumen kini mampu

mengakses dan Menjangkau produk atau jasa yang diinginkan meskipun produk

atau jasa tersebut Terletak jauh dari tempat dimana konsumen tersebut berada.

1
Kondisi inilah yang menuntut produsen berlomba-lomba menerapkan

strategi Bisnis untuk mempertahankan pelanggan. Produsen harus mampu dalam

membaca Keadaan dan meramalkan apa yang sekiranya di butuhkan oleh

konsumen agar Dapat lebih maju dibanding para pesaing mereka dan memuaskan

keinginan dan Kebutuhan pelanggan

Dalam suatu ingkungan industri bisnis khususnya kecantikan akhir-

akhir ini banyak mendapatkan gejala semakin banyaknya produk yang

ditawarkan oleh perusahaan dari berbagai varian namun memiliki jenis dan

varian dan tipe yang sama. Namun jarang dari berbagai perusahaan

kecantikan yang menawarkan kualitas yang baik yang berpengaruh pada

persaingan industri kecantikan. Seiring dengan berkembangnya jaman maka

semakin banyak pula merek yang sama. Dengan banyaknya merek-merek

yang menghasilkan produk yang ada, hal itu dapat menyebabkan konsumen

berpindah dari satu merek ke merek lainnya.

Komoditi kecantikan yang ditawarkan saat ini pun sangat beragam. Salah

satu komoditi dengan Penjualan terbesar melalui pemasaran baik online maupun

offline yaitu Perawatan kecantikan atau yang lebih dikenal dengan nama skincare.

Diberbagai negara skincare selalu menjadi incaran setiap wanita , skincare sudah

seperti makanan pokok yang wajib dimiliki dan dipakai Oleh wanita. Skincare

telah menjadi kebutuhan yang dianggap penting Bagi masyarakat di berbagai

negara, termasuk di Indonesia. Fenomena ini terlihat Dari perkembangan bisnis

skincare yang Tumbuh sangat pesat di Indonesia. Tabel dibawah ini menunjukkan

tingkat kebutuhan skincare di Indonesia dari 2016 sampai 2020 :

2
Hal ini yang menjadikan banyak pelaku usaha tertarik terjun di dunia

kecantikan Terutama skincare. Tidak hanya penawaran jasa perawatan ditempat

perawatan Seperti klinik kecantikan dan salon, bahkan dewasa ini pelaku usaha

menawarkan Paket produk lengkap yang tentunya menjadi kemudahan bagi

konsumen. Produk Tersebut dikemas dalam berbagai bentuk sehingga mudah

digunakan sehari-sehari.

Permasalahan yang sering terjadi saat ini yaitu banyak konsumen melihat

Suatu produk khususnya produk perawatan berdasarkan harga yang murah dan

hasil Yang instan. Sebagian besar konsumen kurang memperhatikan produk

kecantikan Dari keamanan walaupun dengan harga yang relatif tinggi. Mereka

lebih memilih Produk yang dijual bebas dengan harga yang murah dan

menawarkan hasil yang Instan. Dengan adanya fenomena tersebut, maka dari itu

perlu adanya informasi Mengenai suatu produk yang dapat dipercaya untuk

membantu dalam memilih Produk perawatan yang berkualitas dan aman bagi

kesehatan kulit. Selain itu gaya Hidup wanita saat ini menilai standart kecantikan

apabila seorang wanita memiliki Wajah yang glowing. Permasalahannya

kebanyakan skincare bersertifikat halal dan BPOM tidak dapat memenuhi

kebutuhan konsumen akan wajah glowing. Beberapa Produk kecantikan yang

menyandang sertifikat halal dan BPOM yaitu Ms Glow, Wardah dan beberapa

skincare yang merupakan produk kecantikan yang cukup bersaing ketat saat Ini.

Data dibawah ini memperlihatkan persaingan produk kecantikan yang

mengalami peningkatan . Hal ini dapat dibuktikan dari hasil survei sementara

3
yang telah peneliti lakukan di kota Pariaman. Berikut peneliti merangkum

datanya pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1
Data Penjualan Sepeda Motor Di Kota Pariaman (Dalam Unit)

Tahun
Merek Persentase Kenikan
2019 2020
Honda 4.700 5.055 7,54% (Naik)
Yamaha 2.495 2.390 -4,20% (Turun)
Suzuki 400 275 -31,32% (Turun)
Kawasaki 153 165 7,43% (Naik)
Tvs 19 22 11,32% (Naik)
Total 7.771 7.908 1,77% (Naik)
Sumber Data : Showroom Kendaraan Bermotor

Fenomena yang ditunjukkan oleh data diatas adalah terjadinya

perpindahan merek dari scarlet ke MS Glow. Untuk itu sangat diperlukan kejelian

seorang pengusaha produk kecantikan untuk melihat prospek pada masa yang

akan datang. Dari sinilah dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

perilaku konsumen akan membantu produsen dalam menerapkan strategi yang

akan digunakan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap produk atau

jasa yang ditawarkan.

Dengan banyaknya brand yang menawarkan berbagai produk-produk

yang memiliki spesifikasi yang bersaing, para konsumen sangat rentan untuk

berubah pikiran dan memutuskan untuk berpindah ke merek lain, fenomena ini

disebut Perpindahan Merek atau perilaku Perpindahan Merek dari merek yang

lama ke merek yang lebih baru atau yang menyediakan atau menjamin konsumen

tidak akan merasa kecewa atau tidak puas (Ketidakpuasan Konsumen). Selain itu

ada beberapa hal lagi yang harus ditingkatkan oleh perusahaan yaitu Atribut

4
Produk. Kedua faktor tersebut sangat fital sekali dalam mempertahankan

kepuasan konsumen sehingga konsumen lebih memilih untuk tetap menggunakan

produk perusahaan atau konsumen produk perusahaan lain memutuskan untuk

berpindah ke produk merek perusahaan yang lebih baik.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), Ketidakpuasan Konsumen dapat

timbul karena adanya proses informasi dalam evaluasi terhadap suatu merek.

Konsumen akan menggunakan informasi masa lalu dan masa sekarang untuk

melihat merek-merek yang memberikan manfaat yang mereka harapkan. Mowen

dan Minor (2002), berpendapat bahwa ketidakpuasan dapat menyebabkan

konsumen mengeluh. Konsumen yang mengeluh dapat menyebabkan konsumen

tersebut meninggalkan hubungan dengan produk dan perusahaan. Konsumen yang

mengeluh juga menyebabkan konsumen tersebut mengurangi tingkat konsumsi

barang dan jasa.

Menurut Dharmmesta dan Shellyana (2002), menyatakan bahwa ada

hubungan positif antara Ketidakpuasan Konsumen dan keputusan Perpindahan

Merek suatu produk. Pernyataan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Putra (2011), yang menyatakan bahwa variabel Ketidakpuasan Konsumen

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Perpindahan

Merek sepeda motor Honda.

Konsumen yang akan melakukan Perpindahan Merek pada suatu produk

akan mempertimbangkan beberapa hal yang mendukung keputusan mereka

tersebut. Tjiptono (dalam Arianto, 2013) mengemukakan bahwa Atribut Produk

adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan

dasar pengambilan keputusan. Atribut Produk mencakup penetapan manfaat yang

5
akan disampaikan oleh produk itu sendiri. Manfaat tersebut dikomunikasikan dan

disampaikan oleh atribut-atribut seperti kualitas, fitur, dan desain (Kotler dan

Amstrong dalam Wibowo et al., 2014). Atribut Produk dengan perilaku

Perpindahan Merek sangat erat kaitannya, biasanya sebelum konsumen

mengambil keputusan untuk berpindah merek mereka terlebih dahulu

memperhatikan dan mengamati atribut-atribut dari produk yang akan dibeli.

Penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2013) menunjukkan bahwa

semakin baik Atribut Produk dari sisi kualitas, fitur, dan desain yang ada pada

suatu produk, maka Keputusan konsumen untuk melakukan Perpindahan Merek

semakin kecil atau Menurun. Atribut Produk yang ditawarkan suatu perusahaan

dapat menjadi faktor terhadap terjadinya perilaku Perpindahan Merek untuk

produk. Perusahaan harus mampu memenangkan persaingan dengan menampilkan

produk Yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berubah-

ubah.

Melihat fenomena yang terjadi ini dengan kesesuaian teori yang peneliti

gunakan, peneliti beranggapan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat

memengaruhi perpindahan merek dari Scarlet ke MS Glow pada masyarakat

Kota Pariaman. Dari latar belakang yang telah peneliti paparkan diatas, maka

dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel independen yang akan

digunakan yaitu Ketidakpuasan Konsumen dan Atribut Produk yang dapat

berpengaruh terhadap keputusan Perpindahan Merek sebagai variabel

dependen. Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap Perpindahan Merek.

Hal ini karena dengan adanya Ketidakpuasan Konsumen, Atribut Produk, dan

6
Mencari Variasi maka secara langsung akan memengaruhi konsumen dalam

melakukan pembelian produk skincare yang diproduksi oleh MS Glow tersebut.

Untuk lebih jelasnya, Ms Glow itu sendiri merupakan produk kecantikan

yang telah mendapatkan sertifikat BPOM dan sertifikat HALAL dari pemerintah

Indonesia. Ms Glow berdiri pada Tahun 2013 yang didirikan oleh Shandy

Purnamasari dan Maharani Kemala, Ms Glow merupakan singkatan dari moto

brand yaitu Magic For Skin untuk Mencerminkan sebuah produk glowing yang

terbaik di Indonesia. Kini Ms Glow Telah berkembang menjadi skincare,

bodycare dan kosmetik yang memiliki agen Dan member resmi di seluruh

Indonesia bahkan sudah merambah mancanegara. Tidak sampai disitu demi

kepuasan dan kepercayaan konsumen kini Ms Glow pun Mendirikan Klinik

Kecantikan yang saat ini sudah ada pada hampir semua di kota kota besar Di

Indonesia.

Ms Glow menggelontorkan investasi Yang tak tanggung-tanggung untuk

menggandeng artis artis papan atas sebagai Brand ambassador dan Celebrity

Endorser seperti Luna Maya, Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Sarwendah, Verrel

Bramasta dan masih banyak lainnya (www.msglowid.com).

Atas keberhasilan Ms Glow menjadikan banyaknya pembisnis yang ikut

Bergabung menjadi mitra Ms Glow seperti menjadi distributor, agen, member dan

Juga resseler. Mitra Ms Glow sudah tersebar luas di seluruh Indonesia bahkan luar

Negeri. Didalam negeri saja Ms Glow sudah berhasil di kota-kota besar termasuk

Salah satunya Kota Pariaman. Kota Pariaman menjadi wilayah yang cukup

berpotensi untuk Berbisnis atau bergabung menjadi mitra Ms Glow dapat

7
dibuktikan dengan Banyaknya agen, member dan resseler yang tersebar di Kota

Pariaman.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian ini

lebih jauh dengan memilih judul : “Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen

Dan Atribut Produk Terhadap Perpindahan Merek Pada Konsumen

Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota Pariaman”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang sesuai dengan data yang ada, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Ketidakpuasan Konsumen terhadap perilaku

Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow

Di Kota Pariaman?

2. Bagaimanakah pengaruh Atribut Produk berpengaruh terhadap perilaku

Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow

Di Kota Pariaman?

3. Bagaimanakah pengaruh Ketidakpuasan Konsumen dan Atribut Produk

secara simultan Terhadap Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare

Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota Pariaman?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan-tujuan dari dilakukannya penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Ketidakpuasan Konsumen terhadap perilaku

Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow

Di Kota Pariaman.

8
2. Untuk mengetahui pengaruh Atribut Produk terhadap perilaku Perpindahan

Merek pada Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota

Pariaman.

3. Untuk mengetahui pengaruh Ketidakpuasan Konsumen dan Atribut Produk

secara simultan Terhadap Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare

Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota Pariaman.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya

penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan pedoman mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan

keputusan Perpindahan Merek sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan

kebijakan atau langkah yang perlu diambil perusahaaan selanjutnya.

2. Bagi penyusun, penelitian ini merupakan penerapan atas teori-teori yang

pernah diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktek yang dunia nyata dan

diharapkan peneliti dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Perpindahan

Merek atau perilaku Perpindahan Merek agar dapat bermanfaat di masa yang

akan datang.

3. Bagi akademik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang

bermanfaat bagi perpustakaan sekaligus referensi bagi peneliti lain, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pengetahuan yang memiliki

referensi untuk meneliti tentang Perpindahan Merek.

1.5 Sistematika Penelitian

9
Dalam penelitian ini penulis menyusun lima bab, dalam tiap-tiap bab

dilengkapi dengan sub bab yang membahas tentang cakupannya adalah sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat-manfaat dilakukannya peneltian

ini, serta sistematika penulisan dalam penelitian ini.

BAB 2 KAJIAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori-teori yang diperlukan untuk

menjelaskan variabel-variabel pada penelitian ini. Selain itu dalam bab ini

diuraikan pula mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan

hipotesis-hipotesis penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek/subyek penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode

analisis data yang digunakan seperti uji validitas dan uji reliabilitas, uji

asumsi klasik, dan analisis regresi linier berganda. Metode penelitian

disesuaikan dengan jenis penelitian.

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bagian ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian dalam bentuk yang

lebih sederhana yang mudah dibaca dan diinterpretasikan meliputi

deskripsi objek peneltian, analisis data peneltian yang dilakukan dengan

berbagai uji-uji yang telah ditentukan, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN

10
Merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang berisi kesimpulan dari

hasil penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan

dengan penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat berguna

bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian.

11
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Perpindahan Merek

2.1.1 Pengertian Perpindahan Merek

Perpindahan Merek merupakan gambaran beralihnya pengkonsumsian

konsumen atas suatu merek produk ke merek produk yang lain (Junaidi dan

Dharmmesta, 2002). Menurut Peter dan Ollson (2009) Perpindahan Merek adalah

pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari

satu merek ke merek yang lain. Menurut Assael (1998) dalam Setianingrum (2007

: 104 ) Perpindahan Merek diartikan sebagai kondisi dimana seorang konsumen

atau sekelompok konsumen mengubah kesetiaan mereka dari satu tipe produk

tertentu ke tipe produk yang berbeda.

Perilaku Perpindahan Merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena

yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan, persaingan dan

waktu. Menurut Van Trijp, Hoyer dan Inman (2003), Perpindahan Merek yang

dilakukan konsumen disebabkan oleh pencarian variasi. Sedangkan menurut

Assael (Shellyana dan Dharmmesta, 2002), Perpindahan Merek terjadi pada

produk-produk dengan karakteristik keterlibatan pembelian yang rendah.

Sedangkan dimensi-dimensi yang membangun variabel perpindahan berdasar

pada faktor-faktor keperilakuan yang terdiri dari keinginan berpindah ke penyedia

jasa lainnya, ketidakbersediaan menggunakan ulang layanan dan keinginan untuk

mempercepat penghentian hubungan. Tetapi Perpindahan Merek juga dapat terjadi

melalui beberapa hal yang menjadi penyebab tersebut diantaranya Ketidakpuasan


Konsumen, adanya keinginan atau minat untuk Mencari Variasi, harga dan iklan

(Haryono ,2011).

Perpindahan Merek merupakan gambaran beralihnya pengkonsumsian

konsumen atas suatu merek produk ke merek produk yang lain (Junaidi dan

Dharmmesta, 2002). Menurut Peter dan Ollson (2009) Perpindahan Merek adalah

pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari

satu merek ke merek yang lain. Menurut Mowen dan Minor (1998) Brand

Switching dapat dibedakan menjadi :

1. Divided Loyalty atau kesetiaan yang terbagi seseorang mengalami

perpindahan karena kesetiannya terbagi dengan yang lain.

2. Occasional Switch atau perpindahan sewaktu-waktu Perpindahan Merek yang

dilakukan karena kejenuhan tetapi perpindahan tersebut berupa selingan.

3. Unstable Loyalty atau kesetiaan beralih Perpindahan Merek yang dilakukan

karena seseorang memiliki kesetiaan yang tidak stabil.

4. No Loyalty atau ketidaksetiaan, perpindahan yang disebabkan karena adanya

sikap ketidaksetiaan pada suatu merek.

Lin, et al (Noviandra, 2006) menyatakan bahwa Perpindahan Merek

merupakan perilaku berkebalikan dari loyalitas merek. Struktur pasar dari

pembelian ulang dan Perpindahan Merek sebagai berikut :

1. Potential switcher. Terdiri dari seluruh pelanggan yang loyal terhadap suatu

produk, namun ada potensi untuk dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

2. Repeat buyer. Kelompok pembeli yang membuat pilihan-pilihan atas produk

yang sama pada waktu yang lalu, waktu sekarang dan untuk masa-masa yang

akan datang.
3. Brand switcher. Terdiri dari sebagian pembeli yang akan berpindah merek

setidaknya satu kali ketika mereka membuat pilihan merek untuk pembelian

sekarang atau di masa yang akan datang.

2.1.2 Indikator Perpindahan Merek

Menurut Ishadi (2012) Perilaku Perpindahan Merek dapat diukur dengan

lima indicator sebagai berikut :

1. Keinginan berpindah ke merek lainnya

2. Lebih memilih merek yang lain

3. Keinginan tidak terpenuhi pada merek sebelumnya

4. Ketidakbersediaan menggunakan ulang produk tersebut

5. Keinginan untuk mempercepat penghentian dalam penggunaan produk yang

lama

2.2 Ketidakpuasan Konsumen

2.2.1 Pengertian Ketidakpuasan Konsumen

Ketidakpuasan Konsumen dapat terjadi sebagai tanggapan konsumen

terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dipersepsikan antara harapan awal

sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah

pemakaian produk bersangkutan.

Ketidakpuasan Konsumen dapat timbul karena adanya proses informasi

dalam evaluasi terhadap suatu merek. Konsumen akan menggunakan informasi

masa lalu dan masa sekarang untuk melihat manfaat yang mereka harapkan.

Menurut Kotler dan Keller (2009 : 170) ketidakpuasan adalah suatu keadaan

dimana pengharapan konsumen tidak sama atau lebih tinggi dari pada kinerja

yang diterimanya dari pemasar. Konsumen seringkali Mencari Variasi dan


termotivasi untuk berpindah merek apabila konsumen tersebut tidak puas dengan

produk sebelumnya.

Namun sebaliknya kepuasan yang tinggi merupakan fokus dari banyak

perusahaan karena jika kepuasan konsumen biasa saja maka konsumen akan

mudah untuk berubah fikiran bila mendapatkan tawaran yang lebih baik. Menurut

Kotler dan Keller (2009 : 173) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

yang muncul setelah membandingkan antara persepsi dan kesannya terhadap

kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Harapan pelanggan

tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya oleh pengalaman

pembelian konsumen sebelumnya, nasehat teman atau keluarga, serta janji dan

informasi pemasar dan para pesaingnya (Kotler & Keller, 2009 : 181).

Sedangkan ketidakpuasan memunculkan sikap negatif terhadap merek dan

mengurangi kecenderungan untuk membeli merek yang sama. Konsumen yang

tidak puas akan mencari informasi pilihan produk lain, dan mungkin akan berhenti

membeli produk atau mempengaruhi orang lain untuk tidak membeli (Kotler dan

Keller, 2009 : 177-193).

Ketidakpuasan Konsumen dapat timbul karena adanya proses informasi

dalam evaluasi terhadap penggunaan atau mengkonsumsi suatu merek akan tetapi

menimbulkan rasa tidak puas. Konsumen akan menggunakan informasi masa lalu

dan masa sekarang untuk melihat merek-merek yang memberikan manfaat yang

mereka harapkan (Basu Swasta 2003). Menurut Shimp (2003) secara sederhana

dapat dikatakan penilaian terhadap kepuasan dapat dibedakan menjadi tiga :

1. Positive Disconfirmation, dimana hasil yang diterima lebih baik dari yang

diharapkan.
2. Simple Confirmation, dimana hasil yang diterima sama dengan yang

diharapkan.

3. Negative Disconfirmation, dimana hasil yang diterima lebih buruk dari hasil

yang diharapkan.

Ketidakpuasan akan menyebabkan konsumen mengeluh dan melakukan

tindakan untuk meninggalkan hubungan dengan produk dan perusahaan, atau

konsumen akan mengurangi tingkat konsumsi barang dan jasa dari merek itu. Jika

produsen melebih-lebihkan manfaat dari suatu produk sementara ekspektasi atau

harapan konsumen tidak tercapai maka akan mengakibatkan Ketidakpuasan

Konsumen (Kottler, 2005). Sedangkan Shimp (2003) menyatakan bahwa pada

dasarnya kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja

atau hasil yang diharapkan. Sehingga kepuasan konsumen menjadi faktor yang

sangat dipertimbangkan dalam perilaku Perpindahan Merek.

Menurut Mowen dan Minor (2009) ketidakpuasan akan menyebabkan

konsumen mengeluh dan melakukan tindakan untuk meninggalkan hubungan

dengan produk dan perusahaan, atau konsumen akan mengurangi tingkat

konsumsi barang dan jasa dari merek itu. Jika produsen melebih-lebihkan manfaat

dari suatu produk sementara ekspektasi atau harapan konsumen tidak tercapai

maka akan mengakibatkan Ketidakpuasan Konsumen (Kottler, 2009). Sedangkan

Shimp (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya kepuasan konsumen mencakup

perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan.

2.2.2 Indikator Ketidakpuasan Konsumen

Menurut Ishadi (2012) ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur

Ketidakpuasan Konsumen, sebagai berikut :


1. Rasa kecewa setelah menggunakan produk

2. Rasa tidak puas akan kualitas produk

3. Rasa tidak puas akan manfaat produk

4. Pelayanan kurang baik

5. Sering mengeluh

2.3 Atribut Produk

2.3.1 Pengertian Atribut Produk

Kotler (2008:152) menyatakan bahwa Atribut Produk adalah suatu

komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk

tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Definisi produk menurut Stanton (2007:119) sekumpulan atribut yang nyata dan

tidak nyata didalamnya sudah tercakup warna, kemasan, prestise pengecer dan

pelayanan dari pabrik, serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli

sebagai suatu yang bisa memuaskan keinginannya.

Menurut Kotler dan Keller (2012) mendefinisikan “produk adalah segala

sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan

atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat,

properti, organisasi, informasi, dan ide”. Tjiptono (2008) mendefinisikan “produk

merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,

diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan”.

Produk sangat erat kaitannya dengan Atribut Produk. Tjiptono (dalam

Arianto, 2012) mengemukakan bahwa Atribut Produk adalah unsur-unsur produk

yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan


keputusan. Pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan

manfaat-manfaat apa yang diberikan oleh sebuah produk. Manfaat-manfaat

tersebut pada umumnya dikomunikasikan dan dipenuhi oleh Atribut Produk

(Umar, 2003: 131).

Atribut Produk memiliki pengaruh yang besar terhadap reaksi konsumen

atas suatu produk dan Atribut Produk merupakan stimulus bagi pembentukan

perilaku konsumen (Utama dan Amelia, 2009). Atribut Produk adalah unsur-unsur

produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan

keputusan pembelian (Fandy Tjiptono, 2008:103). Dengan adanya atribut yang

melekat pada suatu produk yang digunakan konsumen untuk menilai dan

mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan. Bagi

perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi

keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan dan

menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

Kotler dan Armstrong (2012) mendefinisikan “produk adalah segala

sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produk

adalah segala sesuatu yang ditawarkan oleh produsen kepada pasar baik berwujud

atau tidak berwujud untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi guna memenuhi

keinginan dan kebutuhan konsumen.

Saat ini perusahaan tidak lagi bersaing menciptakan produk saja, akan

tetapi bersaing pula dalam aspek tambahan pada produknya seperti aspek

pembungkus, servis, dan faktor-faktor lainnya yang dapat menguntungkan


konsumen. Dari setiap produk yang dihasilkan perusahaan guna memenuhi

kebutuhan konsumen memiliki beberapa tingkatan produk, seperti yang

dikemukakan oleh Kotler yang dikutip oleh Alma (2011).

2.3.2 Indikator Atribut Produk

Menurut Kotler dan Amstong (2008:99) mengelompokan Atribut Produk

kepada tiga unsur penting, yaitu :

1. kualitas produk (product quality),

2. fitur produk (product features), dan

3. desain produk (Product design).

Menurut Fandy Tjiptono (2008:213) juga berpendapat bahwa idikator

Atribut Produk meliputi:

4. Merek, merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna,

gerak atau kombinasi Atribut Produk lain yang diharapkan dapat memberikan

identitas dan differensiasi terhadap produk lainnya.

5. Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan

pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk.

6. Pemberian label (labeling) merupakan bagian dari suatu produk yang

menyampaikan informasi produk dan penjualan, sebuah label merupakan

bagian kemasan atau bisa merupakan etiket yang dicantumkan dalam produk.

7. Layanan Pelengkap (suplementari service) dapat diklasifikasikan: informasi,

konsultasi, ordering, hospiteli, caretaking, billing, pembayaran.

8. Jaminan (garansi) yaitu janji yang merupakan kewajiban produsen atas produk

pada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk

ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang dijanjikan.


2.4 Penelitian Terdahulu

Riset terdahulu berfungsi sebagai salah satu bahan acuan dan pendukung

untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji

masalah perilaku Perpindahan Merek yang dipengaruhi oleh Atribut Produk,

Ketidakpuasan Konsumen, dan Mencari Variasi serta penelitian lainnya yang

memiliki kaitan dengan variabel penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu

yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama Teknik
Judul Variabel
dan Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun Data
Nurul Pengaruh 1. Atribut Teknik 1. Atribut Produk
Huda Atribut Produk, Produk analis memiliki
(2018) Iklan, Harga, 2. Iklan regresi pengaruh positif
Dan Kebutuhan 3. Harga berganda dan
Mencari Variasi 4. Kebutuha signifikanterhada
Terhadap n Mencari p keputusan
Keputusan Variasi Perpindahan
Perpindahan 5. Keputusa Merek.
Merek Ke n 2. iklan memiliki
Yamaha NMAX Perpindah pengaruh positif
Di Semarang an Merek dan signifikan
Selatan 3. harga memiliki
Pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
Keputusan
Perpindahan
Merek.
4. Kebutuhan
Mencari Variasi
memiliki
Pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
Keputusan
Perpindahan
Merek.
5. Secara bersama-
sama Atribut
Produk, iklan,
harga, dan
kebutuhan
Mencari Variasi
berpengaruh
terhadap
keputusan
Perpindahan
Merek
6. Atribut Produk,
iklan, harga, dan
kebutuhan
Mencari Variasi
dapat
menjelaskan
variasi variabel
keputusan
Perpindahan
Merek sebesar
79,6%,
sedangkan
sisanya yaitu
20,4%
dijelaskan.

Inka Pengaruh 1. Ketidakp Teknik 1. Adanya


Nurom Ketidakpuasan uasan analiss pengaruh positif
avita, Konsumen, Konsume regresi dan signifikan
Euis Citra Merek n berganda Ketidakpuasan
Soliha Dan Persepsi 2. Citra Konsumen
(2015) Harga Terhadap merek terhadap
Perpindahan 3. Persepsi Perpindahan
Merek Sepeda harga Merek
Motor Yamaha 4. Keputusa 2. Adanya
Ke Honda di n pengaruh positif
Semarang Perpindah dan signifikan
an Merek citra merek
terhadap
Perpindahan
Merek
3. Adanya
pengaruh positif
dan signifikan
persepsi harga
terhadap
Perpindahan
Merek
4. dapat
disimpulkan
bahwa variabel
Ketidakpuasan
Konsumen (X1),
citra merek (X2)
dan persepsi
harga (X3)
secara simultan
memiliki
hubungan
signifikan dan
positif terhadap
Perpindahan
Merek (Y)
5. Secara
keseluruhan
variabel bebas
dapat
mempengaruhi
keputusan
Perpindahan
Merek sebesar
0,831 dan
selebihnya 0,169
dipengaruhi oleh
variabel lain
yang tidak
dibahas pada
penelitian ini

Sony Pengaruh 1. Kebutuha Teknik 1. Kebutuhan


Iswanta Kebutuhan n Mencari analisis Mencari Variasi
(2015) Mencari Variasi, Variasi regresi produk
Harga Produk, 2. Harga berganda berpengaruh
Dan Iklan 3. Iklan positif signifikan
Produk Pesaing produk terhadap
Terhadap pesaing Perpindahan
Perpindahan 4. Perpindah Merek
Merek an Merek smartphone,
Smartphone Di 2. harga produk
Yogyakarta berpengaruh
(Studi Pada positif signifikan
Mahasiswa terhadap
Prodi Perpindahan
Manajemen Merek
Universitas smartphone,
Muhammadiyah 3. iklan produk
Yogyakarta) pesaing
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
Perpindahan
Merek
smartphone.
4. Secara bersama-
sama kebutuhan
Mencari Variasi,
harga, iklan
produk pesaing
berpengaruh
terhadap
keputusan
Perpindahan
Merek
5. Secara
keseluruhan
variabel bebas
dapat
mempengaruhi
keputusan
Perpindahan
Merek sebesar
0,810 dan
selebihnya 0,190
dipengaruhi oleh
variabel lain
yang tidak
dibahas pada
penelitian ini
Andika Pengaruh Citra 1. Citra Teknik 1. Citra merek
Aprilia Merek, Kualitas merek analisis berpengaruh
nto, Produk, Dan 2. Kualitas regresi secara signifikan
Andi Harga Terhadap produk berganda terhadap
Sularso Perpindahan 3. Harga Perpindahan
, Ketut Merek Produk 4. Perpindah Merek
Indrani Motor Yamaha an Merek 2. Kualitas produk
ngrat Mio M3 125 berpengaruh
(2015) (Studi Pada secara signifikan
Konsumen Di terhadap
Wilayah Perpindahan
Perkotaan Merek
Jember) 3. Harga
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Perpindahan
Merek
4. Secara bersama-
sama citra
merek, kualitas
produk, dan
harga
berpengaruh
terhadap
Perpindahan
Merek
5. Secara
keseluruhan
variabel bebas
dapat
mempengaruhi
keputusan
Perpindahan
Merek sebesar
0,70 dan
selebihnya 0,30
dipengaruhi oleh
variabel lain
yang tidak
dibahas pada
penelitian ini
Linda Pengaruh 1. Ketidakp Teknik 1. Ketidakpuasan
Gusma Ketidakpuasan uasan analisis Konsumen
dara, Konsumen Dan Konsume regeresi signifikan
Indra Kebutuhan n berganda terhadap
Masrin Mencari Variasi 2. Kebutuha keputusan
Se, Terhadap n Mencari Perpindahan
Mm*, Perilaku Variasi Merek
Hayu Perpindahan 3. Perilaku 2. kebutuhan
Yoland Merek Pada Perpindah Mencari Variasi
a Pengguna Sim an Merek signifikan
Utami, Card Simpati Pt. terhadap
Se, Telkomsel Tbk keputusan
Mba Di Kota Padang Perpindahan
(2015) Merek
3. Ketidakpuasan
Konsumen dan
kebutuhan
Mencari Variasi
secara bersama-
sama signifikan
terhadap
keputusan
Perpindahan
Merek
4. 30,60% dari
variasi variabel
perilaku
Perpindahan
Merek pada
pengguna sim
card simpati di
kota Padang
yang dapat
dijelaskan oleh
variabel
Ketidakpuasan
Konsumen dan
kebutuhan
Mencari Variasi
sedangkan
sisanya 69,40% ,
dijelaskan oleh
variabel lain
yang tidak diteliti
dalam penelitian
ini.
2.5 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan riset terdahulu, maka dapat

disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang disajikan

dalam gambar berikut:

Ketidakpuasan
Konsumen(X1) H1

H2 Perpindahan Merek
Atribut Produk (X2)
(Y)
H3
Mencari Variasi (X3)

H4

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dapat didefinisikan sebagai perkiraan ilmiah tentang hubungan

yang dibangun secara logis antara dua atau lebih variabel, yang diungkapkan

dalam Bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006: 235). Hipotesis

merupakan Hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori, dalil, hukum, dan

sebagainya yang sudah ada sebelumnya (Sanusi, 2016: 44). Adapun hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Diduga Ketidakpuasan Konsumen berpengaruh signifikan terhadap

perilaku Perpindahan Merek pada Konsumen Skincare Scarlet Ke

Skincare MS Glow Di Kota Pariaman.

H2 : Diduga Atribut Produk berpengaruh signifikan terhadap perilaku

Perpindahan Merek Pada Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS

Glow Di Kota Pariaman.

H3 : Diduga ketidakpuasan konsumen dan Atribut Produk secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap perilaku Perpindahan Merek Pada

Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota Pariaman.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pengguna sepeda motor merek Honda

yang berada di kota Pariaman. Pemilihan produk ini dilakukan atas dasar adanya

masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku pepindahan merek pada

Konsumen Skincare Scarlet Ke Skincare MS Glow Di Kota Pariaman, Dalam

penelitian ini yang dikaji lebih dalam adalah bagaimana keputusan konsumen

untuk menentukan berpindah ke merek MS Glow. Tempat penelitian ini adalah di

Toko Haura Cosmetic kota Pariaman, akan tetapi karena jumlah pengunjung yang

tidak mencukupi yang disebabkan oleh keadaan pandemi Covid-19 maka peneliti

juga mengambil sampel dari luar dengan syarat sampel adalah warga kota

Pariaman.

3.2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dan kuantitatif. Hal ini ditentukan atas dasar jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer kuantitatif yang diperoleh dari

penyebaran kuesioner kepada konsumen MS Glow yang ada di kota Pariaman.

3.2.1 Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk memberikan gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara

objektif (Sugiyono, 2016). Desain penelitian ini digunakan untuk memecahkan

atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.


Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan

fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu secara

akurat (Sugiyono, 2016).

3.2.2 Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal

hingga pembuatan desain penelitiannya (Sugiyono, 2016). Definisi lain

menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut

penggunaan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Menurut Sugiyono(2016), metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan dan diolah oleh peneliti langsung dari

subjek atau objek pnelitian (Sugiyono, 2016). Data primer dalam penelitian ini

adalah data hasil pembagian kuesioner kepada konsumen Skincare MS Glow di

Kota Pariaman.

1.3.1 Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber penyedia data, atau data yang

tidak langsung yang bisa didapat dari penyedia data atau oleh suatu organisasi

atau perusahaan (Sugiyono, 2016). Data sekunder biasanya berbentuk yang sudah

jadi berupa publikasi atau kutipan-kutipan dari jurnal atau buku.


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan informasi yang valid maka diperlukan suatu teknik

pengumpulan data yang tepat. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:232)

mengatakan bahwa mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan

diteliti dengan metode observasi, angket dan dokumentasi. Pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode:

3.4.1 Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau

hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010:194). Kuesioner dalam penelitian ini yaitu

kuesioner tertutup. Angket berisi tentang pertanyaan-pernyataan mengenai

keputusan Perpindahan Merek dari skincare Scarlet ke Skincare MS Glow.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah

tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih

berhadapan secara langsung atau secara berhadap-hadapan dan melakukan tanya

jawab (Syetyadin dalam Gunawan, 2013:160). Teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah dengan bertanya secara langsung kepada responden tentang

bagaimana pendapatnya tentang keputusan Perpindahan Merek dari skincare

Scarlet ke Skincare MS Glow.

3.5 Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2016:80) populasi merupakan sekumpulan objek yang

ditentukan melalui kriteria dan dapat dikategorikan kedalam objek tersebut berupa
manusia. Selain itu populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada satu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Sugiyono (2016:80) juga mendefinisikan populasi sebagai berikut, Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota Pariaman

yang berjumlah 86.618 orang. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup seluruh konsumen skincare MS Glow yang dulu juga pernah jadi

konsumen skincare MS Glow yang ada di kota Pariaman.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah subset yang terdiri dari beberapa anggota populasi

(Ferdinand, 2006:189). Karena jumlah populasi tidak diketahui, maka rumus

pengambilan sampel menurut Ibnu Widiyanto (2008) adalah sebagai berikut :

Z2
n=
4 (moe)2
Keterangan :

N = Jumlah sampel

Z = Tingkat keyakinan penentuan sampel 1,96

Moe = nilai error atau toleransi 10%

Berdasarkan rumus diatas, karena jumlah konsumen Honda yang dulu juga

pernah jadi konsumen Yamaha yang ada di kota Pariaman tidak diketahui secara

pasti, maka sampel dalam penelitian ini menggunakan margin of error sebesar

10% dan tingkat signifikan sebesar 5%, maka hasilnya sebagai berikut :

1,962
n=
4 (10%)2
n= 96,04

Dari hasil perhitungan maka didapat jumlah sampel dalam

penelitian adalah sebanyak 96,04 dan untuk keperluan penelitian maka

jumlah sampel yang akan diteliti ini adalah sebanyak 96 orang. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random, atau

siapapun yang diduga susuai dengan karakteristik sampel maka orang

tersebut akan dimasukkan ke dalam sampel (Sugiyono, 2016).

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel

dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberi suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2016).

Definisi operasional variabel penelitian ini diuraikan menjadi Indikator Empiris

(IE) yang meliputi:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Sumber


Perpindahan Perpindahan Merek 1. Keinginan berpindah Ishadi
Merek merupakan gambaran ke merek lainnya (2012)
beralihnya 2. Lebih memilih merek
pengkonsumsian yang lain
konsumen atas suatu 3. Keinginan tidak
merek produk ke merek terpenuhi pada merek
produk yang lain. sebelumnya
Perpindahan Merek 4. Ketidakbersediaan
disini diasumsikan menggunakan ulang
bahwa pelanggan produk tersebut
tersebut menghentikan 5. Keinginan untuk
hubungan mereka mempercepat
dengan produsen lama penghentian dalam
untuk mencoba produk penggunaan
yang ditawarkan.
Ketidakpuasa Ketidakpuasan 1. Rasa kecewa setelah Ishadi
n Konsumen Konsumen adalah suatu menggunakan produk (2012)
tanggapan konsumen 2. Rasa tidak puas akan
terhadap evaluasi kualitas produk
ketidaksesuaian yang 3. Rasa tidak puas akan
dipersepsikan antara manfaat produk
harapan awal sebelum 4. Pelayanan kurang
pembelian dan kinerja baik
aktual produk yang 5. Sering mengeluh
dipersepsikan setelah
pemakaian produk
bersangkutan. Pada
dasarnya kepuasan
konsumen mencakup
perbedaan antara
harapan dan kinerja
atau hasil yang
diharapkan.

Atribut Atribut Produk adalah 1. kualitas produk Kotler


Produk suatu komponen yang (product quality), dan
merupakan sifat-sifat 2. fitur produk (product Amstron
produk yang menjamin features), dan g (2015)
agar produk tersebut 3. desain produk
dapat memenuhi (Product design).
kebutuhan dan 4. Merek,
keinginan yang 5. Kemasan,
diterapkan oleh 6. Pemberian label
pembeli. Sekumpulan 7. Layanan Pelengkap
atribut yang nyata dan 8. Jaminan
tidak nyata didalamnya
yang diterima oleh
pembeli sebagai suatu
yang bisa memuaskan
keinginannya.

3.7 Skala Pengukuran

Untuk menilai butir-butir pernyataan pada kuesioner adalah dengan

memberikan skor pada setiap butir pernyataan, metode yang digunakan untuk

penskoran yaitu dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012)


skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang pada fenomena sosial.

Dalam menjawab pernyataan pada kuesioner, responden diberikan 5

kategori antara lain Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak

Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala Likert menggunakan lima

tingkatan jawaban dengan susunan sebagai berikut :

Tabel 3.2
Skala Likert

No Uraian Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013 : 244). Ada beberapa analisis data yang

dilakukan dalam penelitian ini seperti berikut :

3.8.1 Analisis Deskriptif Identitas Responden

Analisis deskriptif identitas responden adalah analisis yang

mendeskripsikan atau menggambarkan identitas responden yang ikut

berpartisipasi dalam penelitian (Sugiyono, 2016). Responden yang akan

berpartisipasi dalam penelitian berasal dari berbagai kelompok, kelas, dan umur

yang berbeda-beda. Hal ini perlu dibahas dan dianalisis lebih lanjut terkait

konsumen skincare MS Glow.


3.8.2 Analisis Deskriptif Tingkat Pencapaian Responden

Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi

atas data yang dikumpulkan dalam penelitiaan. Dalam penelitian ini

menggunakan angka indeks yang digunakan untuk mengetahui persepsi

umum responden mengenai variabel yang diteliti (Priyatno,2016). Dengan

cara menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi, menghitung nilai

pemusatan (dalam hal ini rata-rata, median dan modus) dan nilai dispersi

serta menginterprestasikannya.

Untuk mendapatkan rata-rata skor masing-masing indikator dalam

pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner maka peneliti

memakai rumus berikut :

(5.A) + (4.B) + (3.C) + (2.D) + (1+A)


Rata-rata skor =
A+B+C+D+E
Dimana :

A = Sangat Setuju

B = Setuju

C = Netral

D = Tidak Setuju

E = Sangat Tidak Setuju

Sedangkan untuk mencari tingkat pencapaian jawaban responden

digunakan rumus berikut :

Rata-rata skor
TCR = = 100%
5

Dimana : TCR = Tingkat pencapaian jawaban responden.

Arikunto (2002) mengemukakan kriteria jawaban responden

sebagai berikut :
Jika TCR berkisar antara 90 - 100 % = Sangat baik

Jika TCR berkisar antara 80 - 89 % = Baik

Jika TCR berkisar antara 65 - 79 % = Cukup baik

Jika TCR berkisar antara 56 - 64 % = Kurang baik

Jika TCR berkisar antara 0 - 54 % = Tidak baik

3.8.3 Uji Instrumen Penelitian

3.8.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu

instrument atau item-item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Item

kuesioner yang tidak valid berarti tidak dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur oleh pernyataan tersebut sehingga hasil dari penelitian ini dianggap tidak

valid. Item dikatakan valid jika memiliki nilai corrected item correlation > 0,30.

(Priyatno, 2016).

3.8.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi alat ukur, apakah

hasilnya tetap konsisten atau tidak jika pengukuran diulang. Instrument kuesioner

yang tidak reliabel maka konsistensi untuk pengukuran sehingga hasil

pengukuran tidak dapat dipercaya. Uji reliabilitas yang banyak digunakan apabila

pada penelitian yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha. Item dikatakan

reliabel jika cronbach Alpha > 0,60 (Priyatno, 2016).

3.8.4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda. Suatu model regresi dikatakan linear harus

melalui uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, dan
uji heteroskedasitas (Ghozali, 2015). Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji

apakah data sudah layak atau tidak.

3.8.4.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi,

nilai residual memiliki distribusi normal atau tidak. Residual adalah nilai selisih

antara variabel X dengan variabel Y yang diprediksikan. Model regresi yang baik

adalah yang terdistribusi secara normal atau mendekati normal sehingga data

layak untuk diuji secara statistik. Metode pengambilan keputusan untuk uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika signifikansi

(Asymp.sig) > 0,05 maka data residual terdistribusi normal (Priyatno, 2016:154).

3.8.4.2 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar atau tidak. Untuk menentukan apakah fungsi persamaan

regresi yang digunakan berbentuk linier, maka dapat dilihat dari P-P Plot. Apabila

titik-titik terdistribusi mengikuti garis linier, maka model regresi dapat dinyatakan

linier (Priyatno, 2016).

3.8.4.3 Uji Multikolinieritas

Multikolonieritas merupakan hubungan linier yang sempurna antara

beberapa atau semua variabel bebas. Uji multikoloneritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Priyatno,

2016). Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance

inflation factor. Tolerance variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila nilai tolerance > 0,10

atau sama dengan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian

ini (Ghozali, 2011).

3.8.4.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi regresi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu

pengamatan ke pengamatan lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedasitas

pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot, dasar pengambilan

keputusan adalah jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan

di bawah angaka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas pada model regresi (Priyatno, 2016:131).

3.8.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah suatu statistik yang digunakan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beberapa variabel bebas terhadap

variabel terikat (Kuncoro, 2003). Analisis regresi merupakan alat untuk

eksplanasi, yaitu prediksi nilai variabel dependen, apabila nilai variabel

independen diketahui atau berubah.

Analisis regresi juga dapat digunakan sebagai faktor determinan, yaitu

variabel independen dimana dalam regresi berganda multiple regression yang

berpengaruh dominan terhadap variabel dependen (Priyatno, 2016). Bentuk

hubungan dinyatakan dalam model persamaan regresi yang signifikan, yang mana

variabel dependen (Y) merupakan fungsi dari variabel independen (X). Secara

aljabar hubungan dan pendugaan parameter dalam regresi berganda digunakan

metode ordinary lastsquare (OLS) dengan model persamaan sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + bpXp+ €


Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ditunjukkan

oleh tanda (+/-) dan besarnya koefisien arah regresi. Tanda (+) menyatakan

pengaruh searah, sedangkan tanda (-) menyatakan pengaruh berlawanan arah.

Interprestasi koefisien arah regresi juga tergantung pada bentuk persamaan regresi

itu sendiri. Estimasi model dari hubungan variabel dalam penelitian ini adalah

model linier, sehingga koefisien arah yang diperoleh menyatakan pengaruh

marginal. Dari konsep tersebut diatas, maka pengujian hipotesis selanjutnya akan

dilakukan menggunakan model regresi berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b2x3 + e

Dimana :

Y = variabel dependen yang diprediksikan (terikat) / Perpindahan Merek

b0 = konstanta

b1 = koefisien regresi Ketidakpuasan Konsumen

b2 = koefisien regresi Atribut Produk

b3 = koefisien regresi Mencari Variasi

X1 = Ketidakpuasan Konsumen

X2 = Atribut Produk

X3 = Mencari Variasi

e = standar error

3.8.5.1 Analisis Koefisien Regresi

Nilai koefisien regresi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur

kekuatan (keeratan) antar variabel. Koefisien regresi menurut Nugroho (2005:36)

memiliki nilai -1 hingga +1. Sifat nilai koefisien korelasi adalah plus (+) atau

minus (-). Makna sifat korelasi adalah sebagai berikut :


1. Korelasi positif (+) berarti jika variabel X mengalami kenaikan maka variabel

Y juga akan mengalami kenaikan atau jika variabel X mengalami penurunan

maka variabel Y juga akan mengalami penurunan.

2. Korelasi negatif (-) berarti jika variabel X mengalami kenaikan maka variabel

Y akan mengalami penurunan.

Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan

korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. 0,1 Sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.

2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.

3. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti koralasi memiliki keeratan kuat.

4. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.

5. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.

6. 1 berarti korelasi sempurna.

3.8.5.2 Analisis Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara keseluruhan digunakan koefisien determinasi

(Priyatno, 2016). Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien regresi

sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel yang

digunakan. Koefisien determinasi menjelaskan proporsi variasi dalam variabel

dependen (Y) yang dijelaskan oleh hanya satu variabel independen. Sementara itu

R adalah koefisien korelasi majemuk yang mengukur tingkat hubungan antara

variabel dependen (Y) dengan semua variabel independen yang menjelaskan

secara bersama-sama dan nilainya selalu positif (Kuncoro, 2003).


Selanjutnya untuk melakukan pengujian koefisien determinasi (adjusted

R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel

independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen.

Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Hal ini

berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel


2
independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R semakin besar

mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen secara

bersamaan.

3.8.6 Uji Hipotesis Penelitian

Uji Hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah ada tidaknya pengaruh

yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.8.6.1 Uji T

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikatnya (Sugiyono, 2016). Dimana T tabel > T hitung, H0 diterima. Dan jika T

tabel < T hitung, maka H1 diterima, begitupun jika sig > (0,05), maka H0

diterima H1 ditolak dan jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

3.8.6.2 Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau secara

bersama-sama variabel bebas terhadap varibel terikat (Sugiyono, 2016). Dimana F

hitung > F table , maka H0 ditolak dan H1 diterima atau secara secara simultan

atau secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya

secara serentak. Sebaliknya apabila F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh


terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan

probability sebesar 5% (0,05).


DAFTAR PUSTAKA

Arianto, D.A.N. 2013. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja Dan


Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnal Economia,
Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013, Hal:191-200

Basu, Swastha dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty :


Yogyakarta.

Dharmmesta, Basu Swastha dan Shellyana Junaidi. 2002. “Pengaruh


Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Produk, dan Kebutuhan Mencari
Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek.” Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol 17, No. 1, 91-104.

Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk


skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2015). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 23.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryono Jusup, 2011, “Dasar – Dasar Akuntansi”, Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Ishadi, I.D. 2012. Analisis Pengaruh Ketidakpuasan konsumen, Iklan Pesaing


dan Prilaku Mencari Variasi terhadap Perpindahan Merek pada
Konsumen Shampo. Diponegoro Journal of Management. Volume 1,
Nomor 2.

John C. Mowen, Michael Minor. 2002, Perilaku Konsumen (Jilid 1), Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta. Hal 312

Junaidi, Shellyana dan Dharmmesta, Basu S., (2002), “Pengaruh


Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk, dan
Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 17, No. 1, h. 91-102.

Kotler, dan Armstrong. (2008). Prinsip – Prinsip Pemasaran. Edisi 12,


Jilid . Jakarta : Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.

Noviandra, (2006), “Analisis “Pengaruh Model Iklan Terhadap Perilaku


Pembelian Remaja, Kasus Pada Bintang Akademi Fantasi Indosiar”.
Nugroho, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan
SPSS, Andi Yogyakarta, Yogyakarta

Peter & Olson. (2009;190). Pengertian Kesadaran Merek.

Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data Dan Cara Pengolahnnya
Dengan SPSS Praktis dan Mudah Dipahami untuk Tinkat Pemula dan
Menengah. Yogyakarta: Gava Media

Sanusi. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam. Jakarta:


Salemba Empat.

Schiffman, L.G., and L.L. Kanuk. (1994). 8 th edition. Consumer Behavior


Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sekaran, 2006. Metode Penelitiaan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setyadin dalam Gunawan. (2013 : 160). Diakses dari laman web tanggal 26
juli 2017 dari : (http://repository.upi.edu )

Shimp,Terence (2003). Periklanan Promosi & Aspek Tambahan Komunikasi


Pemasaran.Terpadu, Jilid I ( edisi 5), Jakarta: Erlangga.

Stanton. Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Tjiptono, Fandy.(2008). Strategi Pemasaran ( Edisi III). Jogjakarta: Andi.

Sekaran, Uma.(2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis (Buku 2 Edisi 4).


Jakarta: Salemba Empat.

Umar. (2003). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta :Gramedia.

Van Trijp, Hans C.M.; Wayne D. Hoyer dan Jeffrey Inman 2003, “Why
Switching Product Category-Level Explanatory for True Variety-
Seeking Behavior”, Journal of Marketting Research, August.

Wardani. L, Massijaya, M.Y., Hadi, Y.S., Darmawan, I.W., 2016,


Performance of zephyr board made from various rolling crush
Number and palm oil petiole parts. 2014. J. Agric.Forestry Fisheris,
3 (2): 71-77. http://www.science publishinggroup.com.jj.afs.

Anda mungkin juga menyukai