SKRIPSI
Disusun Oleh :
LILIA ANI ANTIKA
B 100 180 405
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era milenial ini kegiatan bisnis berkembang sangat pesat, sehingga
mengalami perubahan yang berkelanjutan. Setiap pelaku usaha dalam kategori suatu
bisnis harus mempunyai kepekaan dalam meletakkan orietasi terhadap perubahan
yang terjadi dengan tujuan menciptakan kepuasan konsumen. Pengaruh globalisasi di
dunia industri saat ini mengakibatkan semakin ketat dan kompetitif dalam persaingan
antar perusahaan. Salah satu yang membuat perusahaan harus terus berkembang
sehingga dapat menghadapi persaingan saat ini yaitu dengan mengeluarkan segala
kemampuan yang dimiliki dan strategi pemasaran yang baik.
Selain itu, perusahaan harus bergerak lebih cepat untuk menarik konsumen.
Karena semakin meningkatnya kebutuhan konsumen yang menyebabkan perusahan
menjadi merajalela, banyak perusahaan yang memasarkan produk yang berkualitas
sehingga mampu bersaing dengan pemasar lainnya. Produsen dituntut agar selalu
bersikap kreatif, inovatif dan kompeten sehingga dapat mengikuti perkembangan dari
proses perubahan globalisasi dunia. Pelaku bisnis dalam menghadapi persaing di
pasar harus mampu memaksimalkan kinerja perusahaannya, hal tersebut dilakukan
agar terjaminnya kelangsungan hidup pada perusahaan.
Perusahaan diharuskan menghasilkan dan menjadikan produk yang diminati
konsumen memiliki ekuitas merek dan harga yang terjangkau dan bagaimana
perusahaan dapat mempertahankan konsumennya. Saat ini konsumen lebih
mengedepankan gaya hidupnya yang semakin identik, karena pada dasarnya menarik
konsumen memerlukan usaha yang keras dalam menentukan keputusan pembelian.
Hal ini dikarenakan konsumen kini mulai berfikir lebih selektif dalam memilih suatu
produk, sehingga konsumen memperoleh manfaat dari produk yang dicari tersebut.
Perusahaan harus mencari dan mengetahui informasi terkini terkait apa yang
dibutuhkan dan diinginkan konsumen saat ini.
Selain itu, setiap perusahaan harus berusaha keras dalam membangun merek yang
kuat agar memberikan nilai positif bagi konsumen yang mempengaruhi keputusan
konsumen. Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh
banyak faktor. Oleh sebab itu, setiap perusahaan dituntut harus dapat membentuk
strategi yang tepat agar konsumen membuat keputusan untuk membeli produk yang
dihasilkan tersebut. Strategi perusahaan untuk menarik konsumen dengan
menciptakan keunggulan tersendiri untuk produknya. Perusahaan harus memenuhi
syarat sehingga dapat mencapai tujuan untuk mewujudkan kesuksesan perusahaan
dengan mempertahankan konsumen. Oleh karena itu, mereka saling berlomba untuk
mencari faktor-faktor yang berpengaruh dalam keputusan pembelian.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian ialah gaya
hidup (lifestyle). Gaya hidup merupakan pola pikir seseorang yang digunakan dalam
perilaku sehari-hari, hal ini mempengaruhi pada seluruh aspek kehidupan dalam hal
mengambil keputusan dalam membeli produk. Keputusan pembelian konsumen tidak
terlepas dari gaya hidup mereka yang ingin membeli produk yang bermanfaat dan
mempunyai kualitas yang baik. Keanekaragaman konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya dipengaruhi oleh karakteristik gaya hidup yang diukur berdasarkan
aktivitas dimana seseorang melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya
seperti pekerjaan, hobi, belanja, hiburan, olahraga, dan minat seseorang berdasarkan
keinginan terhadap produk yang diinginkan, serta pendapat atau pandangan seseorang
terhadap produk yang akan dibeli sehingga dapat mempengaruhi perilaku keputusan
konsumen (Badjamal, 2021).
Selain faktor dari gaya hidup, ekuitas merek juga merupakan faktor yang
mempengaruhi dalam keputusan pembelian. Brand equity (ekuitas merek) adalah
merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau
kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka merek
adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan
beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan yang sama (Rian Yunaldi, Litra Diantara, 2021). Beberapa perusahaan
menyadari bahwa identitas diri dari perusahaan yang menjadi tambahan nilai dalam
menjual produknya ialah nilai suatu merek. Hal ini terjadi karena merek bukan hanya
sekedar nama, istilah, dan tanda aatau simbol saja melainkan merek merupakan janji
dari perusahaan agar konsisten dalam memberikan gambaran, semangat, dan
pelayanan pada konsumen.
Faktor lain dalam keputusan pembelian lainnya adalah celebrity endorser menjadi
salah satu cara yang efektif dalam melakukan tugasnya untuk mengenalkan suatu
produk terhadap masyarakat luas. Endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal
juga sebagai bintang iklan untuk mendukung suatu produk Shimp dalam Alatas dan
Tabrani (2018).
Selebriti dipandang sebagai individu yang digemari oleh masyarakat dan memiliki
penjualan produk (Annis dan Nurcahya dalam Bramantya dan Jatra, 2016).
maka dalam pemilihan celebrity endorser harus selektif. Celebrity endorser harus
memenuhi kriteria yang di inginkan oleh perusahaan yaitu memiliki citra yang baik,
Pemilihan celebrity endorser ini harus disesuaikan dengan produk yang akan
perusahaan dan memiliki kriteria yang cocok dengan produk yang akan di
promosikan, maka akan memberikan citra yang kuat pada produk tersebut.
perusahaan, sebab hal tersebut merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh
sedang berkembang di dunia dan di Indonesia, hal ini dibuktikan dari pertumbuhan
industri kosmetik di Indonesia sepanjang 2019 sebanyak tujuh persen dan di targetkan
akan naik menjadi Sembilan persen pada tahun 2020 (kemenperin, 2020).
Skincare menjadi salah satu kebutuhan primer yang sedang trend dikalangan
masyarakat kaum Wanita. Setiap wanita dari berbagai kelompok sosial masyarakat
mendambakan dirinya menjadi sosok yang cantik dan menarik, dengan menjadi cantik
seorang wanita merasa lebih percaya diri dan lebih diterima di masyarakat.
Produk skincare MS. Glow merupakan salah satu produk skincare dan kosmetik, dimana
produk lokal ini sangat diminati oleh kalangan remaja hingga dewasa. Dikarenakan industri
MS. Glow terus melaksanakan pengembangan produknya menjadi skincare, body care, serta
cosmetic yang mempunyai agen serta member formal di segala Indonesia apalagi telah
memasuki mancanegara. Ms Glow merupakan salah satu produk skincare dan kosmetik,
dimana produk lokal ini sangat diminati oleh setiap kalangan, dikarenakan Ms Glow sendiri
sudah memiliki Aesthetic Clinic dibeberapa kota besar di Indonesia, yang dimana faktor
tersebut membuat Ms Glow semakin diminati (Inspeksi et al., n.d.). Selain itu MS. Glow
merupakan produk halal dan tidak mengandung unsur yang haram dalam proses produksinya
dan hal ini sudah dibenarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Daru and Khoirul Anwar
(2019).
Founder Ms Glow menyatakan bahwa skincare Ms Glow pada tahun 2020 ini
memperoleh sebuah penghargaan Indonesia Best 2 Brand Award (IBBA) yang digelar
tersebut adalah sebuah penghargaan merek terbaik dengan peraih Brand Value
Tertinggi. Ms Glow dari sisi Brand Awwareness telah menjadi Top Of Mind atau
merek yang paling diingat dibenak konsumen. Ms Glow juga memperoleh urutan
pertama klasifikasi Best Brand atau merek yang dianggap terbaik oleh konsumen
(www.Bisnis.com).
satunya Nagita Slavina sebagai seseorang yang dipercaya memiliki kemampuan untuk
oleh Masyarakat. Tak hanya itu saja Nagita Slavina juga memiliki paras yang cantik, selain
cantik Nagita Slavina juga Pemain film, juga seorang presenter tak heran jika Nagita Slavina
mahasiswi yang tertarik dan menggunakan produk skin care MS Glow dengan alasan
yang berbeda-beda, mulai dari beragamnya jenis produk kebutuhan skin care yang
mereka produksi, dari iklan yang mereka tonton di TV, review dari para beauty
vloger, dan kualitas yang diberikan pun memuaskan. Inilah yang menjadi alasan
peneliti memilih produk skin care MS Glow sebagai penelitian. Peneliti ingin
mengetui apakah gaya hidup, brand equity dan celebrity endorsement sekarang
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup, Brand Equity dan Celebrity
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Apakah Gaya Hidup berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian produk MS Glow
Skin care (Studi pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care)?
b. Apakah Brand Equity berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian produk MS
Glow Skin care (Studi pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care) ?
c. Apakah Celebrity Endorsment berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian produk
MS Glow Skin Care (Studi pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care)
d. Apakah Gaya Hidup, Brand Equity dan celebrity endorsment berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian produk MS Glow Skin care (Studi pada konsumen pengguna
produk MS glow Skin Care) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian produk
MS glow Skin care (Studi pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care).
b. Untuk menganalisis pengaruh Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian produk
MS glow Skin care (Studi pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care).
c. Untuk menganalisis pengaruh Celebrity Endorsment terhadap Keputusan
Pembelian produk MS glow Skin Care (Studi pada konsumen pengguna produk
MS glow Skin Care).
d. Untuk menganalisis pengaruh Gaya Hidup, Brand Equity dan Celebrity
Endorsment terhadap Keputusan Pembelian produk MS glow Skin Care (Studi
pada konsumen pengguna produk MS glow Skin Care).
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan ilmu pengetahuan lebih
khususnya mengenai manajemen pemasaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk bahan serta masukan
bagi peneliti selanjutnya. Selain itu agar diperbaiki dan disempurnakan kembali
kelemahan pada penelitian ini
2. Manfaat praktis
Adapun beberapa maanfaat praktis sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Memperluas informasi dan menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan
ilmu dan teori yang diterima selama perkuliahan, serta hubungannya dengan
kenyataan dari segi gaya hidup, ekuitas merek, harga yang mempengaruhi
keputusan pembelian.
b. Bagi konsumen
Dengan adanya penelitian ini konsumen memperoleh informasi mengenai
pengaruh gaya hidup, brand equity dan celebrity endorsement terhadap keputusan
pembelian produk.
E. Sitematika Penulisan
Penulisan skripsi dimaksudkan untuk mempermudah pembaca memahami alur
penulisan skripsi ini. Secara umum penulisan tersusun dalam lima bab, dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian yang
meliputi:
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, desain
pengambilan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel, data dan sumber
data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mencakup hasil analisis data dan pembahasannya
BAB V: PENUUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Gaya Hidup
a) Pengertian gaya hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
mengalokasikan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup dibentuk melalui
interaksi sosial. Gaya hidup sebagai cara yang ditempuh seseorang dalam
menjalani hidupnya yang meliputi aktivitas, minat, sikap, konsumsi dan
harapan. Gaya hidup mendorong kebutuhan dan sikap individu dan
mempengaruhi aktivitas dan penggunaan produk. Sebagai pendorong yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan sesorang dalam membeli
produk, gaya hidup dikelompokkan menjadi beberapa bagian klasifikasi gaya
hidup (Amin & Yanti, 2021).
Gaya hidup merupakan pola konsumsi yang merefleksikan pilihan
individu dalam hal bagaimana menghabiskan uang dan waktunya. Dari sudut
pandang pemasaran, individu akan bergabung dengan kelompok yang memilii
gaya hidup dan minat yang sama dalam menggunakan uang dan waktu yang
mereka miliki. Remaja putri menghabiskan lebih banyak untuk keperluan
penampilan seperti pakaian, kosmetik, aksesoris, dan sepatu dibandingkan
remaja pria. Gaya hidup yang mengutamakan penggunaan kemewahan dan
produk brand ternama disebut sebagai gaya hidup brand minded (Yuniarti,
2015:29).
Gaya hidup mempunyai konsep yaitu psikografik yang merupakan
instrumen dalam menilai gaya hidup yang membagikan pengukuran secara
kuantitatif. Psikografik sering dikaitkan sebagai pengukuran AIO (activity,
interest, opinion) yang menentukan pengukuran suatu kegiatan, minat, dan
pendapatan. Gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan
variabel-variabel dalam AIO tersebut. Salah satu segmentasi gaya hidup
seseorang saat ini adalah kebanyakan seorang mahasiswa ataupun lainnya
dengan karakteristik melakukan perawatan wajah dan tubuhnya dengan
mengikuti mode dibandingkan dengan banyaknya orang, hal itu dilakukan
agar mendapatkan pujian bahwa dirinya adalah orang yang suka pamer atau
orang yang suka mengikuti mode dan suka berkelompok mengikuti suatu
komunitas tersebut.(Badjamal, 2021).
b) Kategori dalam gaya hidup
Terdapat dua kategori dalam gaya hidup sebagai berikut :
1) Gaya hidup normatif adalah citra harapan yang kultural yang dibebankan
pada individu-individu rakyat dan mengajak dalam sistem ekonomi dan
konsumsi masyarakat.
2) Gaya hidup pribadi adalah keyakinan individu mengenai aktivitas
konsumsi individu pada masyarakat, kultur dan subkultur mereka.
c) Klasifikasi gaya hidup
Pendekatan gaya hidup cenderung mengelompokan konsumen berdasarkan
variabel AIO yaitu aktivitas, minat, dan opini. Menuurut Joseph T.Plumber
(2015) gaya hidup mengukur aktivitas manusia dengan cara berikut
a. Bagaimana mereka menghabiskan waktu
b. Apa yang mereka anggap penting disekitar mereka
c. Pandangan yang baik tentang diri sendiri dan orang lain
d. Karakteristik dasar seperti siklus hidup, pendapatan, pendidikan, tempat
tinggal
Menurut Kasali (1998) para peneliti yang menganut pendekatan gaya hayati
cenderung mengklasifikasikan konsumen dari variabel-variabel AIO yaitu
activity, interest, dan opinion yg dijabarkan menjadi berikut :
1) Activity
Aktivitas merupakan identifikasi atas apa yang konsumen lakukan, apa
yang dibeli mereka, dan bagaimana mereka menghabiskan ketika mereka
(Kasali,1998). Indikator buat mengatur kegiatan merupakan taraf kegiatan
utama, kegiatan diluar kegiatan utama, dan pemanfaatan sejumlah produk
yang memang terbaik.
2) Interest
Interest (minat) merupakan suatu bentuk penekanan dalam preferensi dan
prioritas konsumen. Minat adalah faktor langsung konsumen pada
mensugesti proses pengambilan keputusan (Kasali,1998). Adapun
indikator buat mengukur variabel minat merupakan pencarian berita
tentang produk-produk, mengikuti perkembangan warta tentang seniman
yg sebagai merk ambassador pada penggunaan produk tersebut,
mempunyai kesediaan buat membayar sejumlah uang dan kesediaan buat
melakukan proses pembelian produk.
3) Opinion
Opini adalah pendapat berdasarkan setiap konsumen berdasarkan
langsung mereka sendiri (Kasali,1998). Adapun indikator variabel opini
adalah konsumen .
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut Amstrong
(dalam Nugraheni, 2003) menjelaskan bahwa faktor dipengaruhi oleh gaya
hidup terdapat dua faktor antara lain :
a. Faktor internal ( berasal dari dalam diri seseorang) terdiri dari:
1) Sikap
2) Pengalaman dan pengamatan
3) Kepribadian
4) Konsep Diri
5) Motif
6) Dari persepsi
b. Faktor eksternal ( berasal dari luar individu) terdiri dari:
1) Referensi
2) Keluarga
3) Kelas Sosial
4) Budaya
2. Brand Equity
a. Pengertian brand equity
Menurut (P. And K. Lane K. Kotler, 2012) merek merupakan istilah, tanda,
simbol, desain atau gabungan dari semua hal tersebut yang digunakan untuk
mengenali produk atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual, yang
membedakan produk atau jasa dari produk pesaing lainnya. Merek merupakan
komponen terpenting dalam suatu produk, karena merek mempunyai nilai
tambah dalam produk. Pada kaitanya dengan brand, ekuitas merek dapat
memberikan nilai tambah pada perusahaan sebagai berikut:
1) Ekuitas merek yang bertenaga dapat membuat perusahaan dalam menarik
minat calon pelanggan atau konsumen serta menjalin hubungan lebih baik
kepada pelanggan sehingga dapat menghilangkan keraguan pelanggan
dengan produk yang diminati.
2) Semua elemen menurut ekuitas merek dapat memperoleh imbas keputusan
terhadap pembelian konsumen dengan ekuitas merek yang bertenanga dan
meyakinkan pembeli untuk tidak berpindah pada merek lainnya.
3) Bagi pelanggan yang sudah loyal pada merek sudah berinovasi apabila ada
produk dari pesaing lain tidak mudah goyah untuk mentransfer pada merek
pesaing yang sama.
4) Asosiasi merek berguna pada perusahaan dalam mengevauasi strategi
perluasan merek yang sudah dikembangkan.
5) Ekuitas merek yang kuat pada perusahaan dapat menentukan harga yang
tepat dari pesaing lainnya.
6) Pada saat perusahaan telah menentukan untuk berekspansi, ekuitas merek
yang kuat dianggap dapat menghemat biaya.
Equity atau ekuitas disebut dengan nilai, bahwa nilai dalam suatu merek
bisa diperoleh dengan bagaimana cara pelanggan atau konsumen melihat suatu
merek di pasar. Menurut Aaker (2001), bahwa brand equity merupakan
sekumpulan aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama, simbol, yang dapat menambah atau mengurangi nilai pada produk atau
jasa baik untuk perusahan maupun konsumen. Brand equity menilai dari
banyaknya pelanggan pada merek yang membuat mereka semakin puas dan
meresa rugi jika diganti merek (brand swiching), menilai merek dan
menganggapnya dengan teman, dan sudah terikat pada merek tersebut (Kotler,
2002).
b. Indikator-indikator pada brand equity
Brand equity memiliki empat indikator dalam pengukurannya antara lain
brand awareness (tingkat kesadaran merek), brand association (asosiasi merek),
persepsi kualitas (quality perception) dan loyalitas merek (brand loyalty).
Dalam kaitannya pada keempat variabel tersebut dapat memberikan keuntungan
bagi produsen dan konsumen hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kesadaran merek (brand awareness)
Secara menyeluruh kesadaran merek merupakan suatu istilah
pemasaran yang menyimpulkan tingkat pengakuan konsumen dalam nama
suatu produk. Dalam arti lain kesadaran merek melibatkan pengenalan pada
merek dan memorinya. Selesai melakukan perkenalan merek kepada orang,
membuat semua orang mengenalinya karena berbeda dengan merek produk
lainnya. Dengan adanya logo, slogan, nama, dan kemasan merupakan
tanda-tanda penampilan regular pada produk yang mampu memudahkan
konsumen untuk mengetahuinya.
Memori merek merupakan suatu istilah yang digunakan untuk ilustrasi
bagaimana konsumen mengingat nama, kategori, dan pemakaian. Hal ini
penting untuk konsumen ketika berencana membeli produk terlebih dahulu.
Kesadaran merek mempunyai tempat tersendiri di memori konsumen dalam
menciptakan nilai. Menurut (Aaker, 2013) tingkatan tersebut sebagai
berikut ini :
a) Top of mind merumuskan bahwa merek pertama kali diingat responden
atau ditanya tentang kategori produk terlebih dahulu.
b) Brand recall menunjukan bahwa seluruh merek yang diingat oleh
responden setelah menyebutkan merek yang terlebih dahulu disebut.
Brand recall merupakan pertanyaan multi jawaban yang mampu
memperoleh jawaban tanpa bantuan.
c) Brand recognition merupakan cara mengukur kesadaran merek pada
responden, hal ini membantu dalam pengukuran popularitas dengan
cara memberikan bantuan untuk mengajukan pertanyaan serta
menyebutkan karekteristik dari produk merek sasaran. Dengan adanya
ajuan pertanyaan dapat mengetahui berapa banyaknya responden yang
diingatkan tentang kesadaran merek.
2) Asosiasisi merek (brand association)
Menurut (Aaker, 2011) asosiasi merek atau brand association
merupakan segala sesuatu yang terhubung dalam ingatan konsumen pada
merek tersebut. (P. And K. Lane K. Kotler, 2012) asosiasi merek mencakup
seluruh ide yang berhubungan dengan perasaan, persepsi, gambar, sikap,
kepercayaan, pengalaman dan lainnya. Pada umumnya, asosiasi merek yang
mmebentuk citra merek merupakan pijakan untuk konsumen dalam
membuat keputusan pembelian dan loyalitas merek. Terdapat banyak
variasi pada asosiasi sehingga asosiasi merek mampu menambah nilai
tambah merek bagi prespektif perusahaan serta penggunanya, dikarenakan
fungsi asosiasi ini sangatlah penting.
3) Persepsi kualitas
Pada suatu merek persepsi kualitas menggambarkan semua masukan
dari konsumen tehadap keunggulan dari kualitas yang diciptakan pada
merek. Hal tersebut dikarenakan suatu kualitas pada merek yang
dipersepsikan merupakan persepsi dari konsumen, jadi tidak
memungkinkan untuk membuat kualitas yang dipersepsikan dengan
obyektif, sehingga persepsi pada konsumen mendatangkan fakta-fakta
penting sedangkan pada kenyataannya konsumen mempunyai minat
berbeda-beda dalam memilih produk.
Selanjutnya, produk-produk yang berkualitas tersebut harus
ditinggikan karena bisa sia-sia apabila sudah membuat keyakinan pada
konsumen bahwa merek sudah berkualitas tinggi. Selain itu, dapat
menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan pada konsumen. Intinya,
apabila konsumen memperoleh pengalaman yang tidak sesuai dengan
kualitas penentuan posisi tersebut, maka citra kualitas yang diperoleh tidak
dapat dipertahankan.
Menurut (Aaeker, 2008) Perceived quality merupakan suatu persepsi
dari pelanggan untuk kualitas dalam produk atau jasa yang berkaitan
dengan tujuan yang akan dicapai, dibandingkan dengan produk alternatif.
Menurut (Tjiptono, 2012) persepsi kualitas merupakan suatu penilaian dari
konsumen terhadap keunggulan keseluruhan pada produk atau jasa yang
ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk lainnya.
Persepsi dapat berkaitan dengan perilaku seseorang saat melakukan
pengambilan keputusan terhadap apa yang sudah dikehendaki. Salah satu
cara untuk mengetahui perilaku pada konsumen yaitu dengan cara
melakukan analisis persepsi terhadap konsumen dalam suatu produk.
Dengan persepsi konsumen kita dapat mengetahui dan menyimpulkan hal
apa saja yang menjadi sumber kekuatan, kelemahan, kesempatan maupun
ancaman untuk produk kita.
Selain itu, menurut (Durianto darmadi, Sugianto : 2004) terdapat tujuh
dimensi yang dipilih dalam kualitas produk antara lain :
a) Kinerja yang berkaitan dengan karakteristik dalam pengoperasian
produk.
b) Perbedaan penting lain antara dua produk yang terlihat sama disebut
fitur.
c) Kualitas dalam proses pembuatannya keserasian dengan spesifikasi
merupakan cara pandang lebih tradisional.
d) Konsistensi dalam kinerja untuk melakukan pembelian ke pembelian
dan presentasi waktu yang ditempuh.
e) Daya tahan mencerminkan kualitas produk.
f) Layanan yang diberikan adalah kemampuan pada produk dalam
menunjukan layanan yang maksimal.
g) Tingkat kesamaan mengacu pada kesesuaian penampilan atau kualitas
produk. Adanya hal yang positif pada persepsi kualitas membujuk
pelanggan untuk membuat keputusan pembelian dan menciptakan
loyalitas terhadap produk.
4) Loyalitas merek
Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan satu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan terhadap suatu merek dan lebih sekedar kecenderungan
konsumen dalam melakukan pembelian secara berulang dilakukan dengan
sederhana terhadap merek dalam suatu produk. Konsumen yang loyal
mengacu untuk berulang kali membeli produk dari waktu ke waktu dan
tidak rentan terhadap fitur produk, harga dan kenyamanan pengguna
(Aaker, 2013).
Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity, jika loyalitas merek
mengalami peningkatan maka rentan sebuah kelompok konsumen dari
kompetitor pesaing dapat dicegah. Selain itu, merupakan sebuah indikator
dalam brand equity yang memiiki keterkaitan perolehan laba dimasa yang
akan datang.
3. Celebrity Endorsment
a. Pengertian Celebrity Endorsment
4. Keputusan Pembelian
a. Pengertian keputusan pembelian
Keputusan pembelian merupakan sikap seseorang dalam melakukan
pembelian atau menggunakan produk baik barang atau jasa yang sudah
diyakini dapat memuaskan dirinya dan kesediaan menanggung resiko yang
mungkin ditimbulkannya. Keputusan pembelian yang diambil dari pembeli
ialah sekumpulan dari jumlah keputusan yang terorganisir (Adirama Aldi,
2012). Keputusan pembelian merupakan keputusan pembeli terhadap produk
atau jasa yang akan dibeli.
Keputusan pembelian mungkin terkait dengan perilaku pembelian
individu dn rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi
pribadi. Situasi pembelian khusus dicirikan oleh partisipasi konsumen yang
rendah, tetap perbedaan antar merek terlihat jelas. Dengan ini, konsumen
sering berganti merek karena perubahan merek sering terjadi untuk mencari
karagaman, bukan karena ketidakpuasan terhadap merek yang biasa dibeli
(Kotler, 2012).
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:172) bahwa keputusan
pembelian mempengaruhi pribadi seseorang. Pada faktor pribadi meliputi usia
dan tahap pada siklus perkembangan hidup pembeli, pekerja dan keadaan
ekonomi, kepribadian serta konsep dalam gaya hidup yang dinilai bahwa
seseorang bisa berubah dengan cepat tergantung penyesuaiannya.
b. Proses pengambilan keputusan
Terdapat fase proses pengambilan keputusan menurut (Kotler, Philip & Keller,
2009) ada lima pembelian umum oleh konsumen :
1) Tinjauan masalah
Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan
keadaan yang diinginkan. Tahap ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
bagaimana pengetahuan konsumen akan pembelian. Dimensi dasar dari
pengenalan kebutuhan melibatkan informasi berkenaan dengan keputusan
tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus
terjadi.
2) Temukan informasi lebih lanjut
Seorang konsumen yang mulai tertarik dengan minatnya dan mungkin
akan mencari informasi. Konsumen mungkin hanya meningkatkan
perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Pada tahap ini seorang
yang telah tertarik akan suatu produk mungkin akan mencari lebih banyak
informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang
memuaskan konsumen kemungkinan besar akan melakukan pembelian.
Namun jika tidak, konsumen kemungkinan menyimpan kebutuhannya
dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan
kebutuhan itu.
3) Evaluasi alternatif
Konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa alternatif yang
tersedia. Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian di mana
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek
alternatif dalam satu pilihan.
4) Keputusan pemebelian
Pengambilan keputusan apakah konsumen memutuskan membeli atau
tidaknya produk tersebut. Tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembeli di mana konsumen benar-benar membeli produk tersebut.
5) Tindakan seletah pembelian.
Struktur keputusan pembelian adalah bahwa penjual harus membuat
keputusan pembelian yang komprehensif untuk membantu konsumen
membuat keputusan pembelian.
c. Struktur dalam keputusan pembelian
Setiap keputusan pembelian memiliki tujuh struktur (Sunyoto, 2013)
komponen-komponen tersebut adalah :
1) Identifikasi produk berbeda untuk dibeli
2) Keputusan tentang bentuk produk tertentu
3) Keputusan tentang tanda khusus
4) Penetapan tipe penjual
5) Periksa jumlah produk yang telah dibeli
6) Waktu yang tepat untuk membeli
7) Tentukan metode untuk pembayaran.
d. Faktor-faktor keputusan pembelian
Menurut Kotler dan keller (2008,p.166) ada empat faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian, yaitu :
1) Faktor budaya
Faktor budaya sangat mempengaruhi perilaku keputusan pembelian dalam
faktor ini terdapat beberapa komponen antara lain kelas budaya,
Subbudaya dan sosial. Budaya adalah determinan dasar keinginan dan
perilaku konsumen. Sub budaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok
ras, dan wilayah geografis.
2) Faktor sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku keputusan pembelian
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan
mempngaruhi anggota dengan tiga cara dengan memperkenalkan perilaku
dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep
diri, dan menciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi
pemilihan produk dan merek.
3) Faktor pribadi
Keputusan pembelian juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor
pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus pembeli, pekerjaan, keadaan
ekonomi, kepribadian dan konsep diri serta gaya hidup dan nilai.
4) Faktor psikologis
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu.
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik kebutuahn itu timbul dari keadaan
tekanan psikologis seperti rasa lapar, rasa haus, dan rasa tidak nyaman.
Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu meningkat sampai tingkat
intensitas yang cukup sehingga mendoro untuk bertindak melakukan
pembelian.
b. Persepsi
Presepsi merupakan proses bagaimana seseorang memilih mengatur dan
menginterprestasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran
yang berarti. Bahwa presepsi tidak tergantung pada rangsangan fisik
namun juga rangsangan yang terdapat dalam sekeliling konsumen.
Pembelajaran mendorong perubahan dari perilaku yang timbul dari
pengalaman, karena dihasilkan melalui interaksi dorongan, rangsangan,
pertanda, respons dan penguatan.
c. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan dan sikap merupakan gambaran pemikiran yang dianut
konsumen tentang suatu hal. Melalui tindakan dan belajar konsumen
mendapatkan keyakinan dan sikap, keduanya mempengaruhi perilaku
pembelian.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penyusunan peneitian ini tentunya terdapat berbagai referensi yang digunakan
yaitu dari berbagai penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai
berikut :
C. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan gaya hidup (X1), ekuitas merek (X2), dan harga (X3)
sebagai variabel independen dan keputusan pembelian (Y) sebagai variabel
dependennya. Model ini bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara gaya
hidup terhadap keputusan pembelian (H1), hubungan pengeruh ekuitas merek terhadap
keputusan pembelian (H2), hubungan pengaruh harga terhadap keputusan pembelian
(H3).
Gambar sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Fenti Hikmawati (2017:92)
Penelitian kuantitatif merupakan analisis data melalui teknik analisis deskriptif
kuantitatif yang umumnya mengganti data dari hasil penelitian menjadi bentuk
deskriptif angka yang mudah dipahami pada penelitian tersebut contohnya dalam
bentuk presentase. Menurut Sugiyono (2018.p.16-17) metode kuantitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan filsafat poisitivisme,yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, serta analisis data sifatnya kuantitatif atau statistik yang tujuannya untuk
menguji hipotesis yang telah ditentukan.
Penelitian ini termasuk kategori survey lapangan karena dilakukan dengan
cara penyebaran kuesioner secara purposive sampling agar memperoleh jawaban dari
responden yang berhubungan antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y) sehingga dilakukannya pembagian kuesioner pada responden konsumen
untuk mengetahui Pengaruh Gaya Hidup, Ekuitas Merek dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Skin Care MS glow.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data
yang digunakan yaitu kuesioner. Menurut Sugiyono (2018: 2019) kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Pada penelitian ini, angket/kuesioner akan dibagikan pada sampel yang ditetapkan
oleh peneliti dengan memanfaatkan media sosial.
Pernyataan-pernyataan yang disajikan didalam kuesioner akan disertai dengan
alternatif jawaban yang dipilih oleh responden dan diukur menggunakan skala likert.
Menurut Kriyantono (2009: 136) skala likert digunakan untuk mengukur sikap
seseorang tentang sesuatu objek sikap. Objek sikap ini telah ditentukan secara spesifik
dan sistematik oleh peneliti. Setiap pernyataan atau pertanyaan dihubungkan dengan
jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan dengan kata-
kata sebagai berikut:
Skala Likert
Skor Keterangan
1 Sangat Tidak Setuju
(STS)
2 Tidak Setuju (TS)
3 Netral (N)
4 Setuju (S)
5 Sangat Setuju (SS)
F. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas menurut Siregar (2017,p.46) yang digunakan untuk
membuktikan sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang akan diukur.
Sebuah penelitian dilakukan untuk melihat kecenderungan, pengaruh,
hubungan, dan sebagainya dalam suatu topik atau fenomena tertentu. Hal
tersebut dapat dilihat melalui hasil penelitian yang dilakukan dengan valid.
Untuk memperoleh penelitian yang valid, diperlukan data-data responden
yang valid sehingga dapat diolah untuk mendapatkan hasilnya. Oleh karena
itu, diperlukan pengujian terhadap instrumen pengukuran untuk memastikan
kevalidannya.
Penelitian ini menggunakan uji konstruk Jack R. Frankel menjabarkan
bahwa uji validitas konstruk ialah pengujian dengan cakupan terluas
(Siregar,2017,p.47). Hal itu dikarenakan validitas konstruk melibatkan
beberapa prosedur. Adapun penjabaran dari Azwar dan Soegiyono yang
mempunyai beberapa kriteria untuk mengetahui apakah kuesioner yang akan
digunakan sudah tepat, sebagai berikut (Siregar,2017,p.47) :
a. Jika koefisien korelasi product moment lebih dari 0,3
b. Jika koefisien korelasi product moment lebih dari r-tabel (α; n-2) n =
jumlah sampel
c. Nilai Sig. kurang dari sama dengan α
Adapun rumus uji validitas konstruk dengan teknik product moment sebagai
berikut :
r hitung = n¿¿
Keterangan :
n = Jumlah responden
X = Skor variabel (jawaban responden)
Y = Skor total dari variabel (jawaban responden)
2. Uji Reliabilitas
Menurut Herlina (2019:70) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
kekonsistenan sebuah kuesioner. Siregar (2017) teknik Alpha Cronbach dapat
digunakan untuk menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen dalam
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika memiliki
kriteria yaitu apabila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6. Dalam pengambilan
keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut (Siregar, 2017,p.57)
a. Apabila Cronbach’s Alpha > 0.60 disebut reliabel
b. Apabila Cronbach’s Alpha < 0.60 maka tidak reliabel
[ ][ ∑σ b
]
2
r 11 k
= 1− 2
k−1 σ t
Keterangan :
I. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen dengan nilai antara nol sampai satu (0<R²< 1). Nilai adjusted R²
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependennya (Ghozali, 2018:97).
2. Uji Statistik F
Uji statistik F menurut (Ghozali, 2018:98) dilakukan dengan tujuan
untuk menunjukkan semua variabel bebas dimasukkan dalam model yang
mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel terikat. Kriteria
pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Apabila nilai
signifikansi<0,05 maka model penelitian layak digunakan dan jika nilai
signifikansi>0,05 maka model penelitian tidak layak digunakan.
3. Uji Statistik t
Uji statistik t Menurut Ghozali (2018) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dalam penelitian ini
uji t digunakan untuk menguji hipotesis H1, H2, H3, yaitu gaya hidup, ekuitas
merek, harga terhadap keputusan pembelian. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini yaitu :
- H0 : β ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
- Ha : β > 0, artinya ada pengaruh positif dan signifikan dari masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
β1
t=
Se (β 1)
Keterangan :
β1 = koefisien parameter
Se (β1) = standart error koefisien parameter
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05 ditentukan sebagai
berikut :
- Jika nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
- Jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.