Anda di halaman 1dari 35

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya
perekonomian mengakibatkan semakin beragamnya produk sejenis ditawarkan dipasar.
Perusahaan - perusahaan dituntut harus mampu mengimbangi persaingan tersebut untuk bertahan
dipasar yang semakin kompetitif. Salah satunya adalah industri makanan mi instan.
Berbagai macam merek mi instan telah beredar di pasaran, ini membuat konsumen
memiliki berbagai alternatif pilihan dalam menentukan produk mi instan yang akan dikonsumsi
oleh konsumen. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan agar konsumen bisa
menentukan pilihannya untuk mengonsumsi produk mi instan. Merek banyak digunakan sebagai
kekuatan dari suatu produk untuk membedakan produknya dengan produk lainnya.
Merek berperan penting karena mampu mempengaruhi pilihan pada suatu produk yang
sejenis dengan bagaimana perusahaan berusaha menanamkan suatu merek tertentu dipikiran
konsumen sehingga konsumen dapat percaya pada suatu produk, menggunakannya dan terus
mengingat produk tersebut saat dihadapkan pada berbagai macam merek lain. Informasi yang
diberikan perusahaan mengenai produk yang mereka tawarkan kepada konsumen secara terusmenerus, diharapkan memicu kesadaran akan merek produk yang mereka tawarkan dan pada
akhirnya konsumen menyadari, mengetahui, kemudian melakukan keputusan pembelian terhadap
produk yang disediakan perusahaan
Seperti yang kita ketahui, Indomie adalah salah satu produk mi instan di Indonesia.
Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang
saat itu sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia.

Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada

tahun 1983, produk Indomie kembali semakin digemari dengan diluncurkannya varian Indomie
Mi Goreng. Hingga saat ini, Indomie telah memiliki 36 varian rasa yang masuk dalam Indomie
Goreng, Indomie Kuah, Indomie Jumbo, Selera Nusantara, Mi Kriting, dan Taste of Asia. Dalam
persaingan produk sejenis, Indomie memiliki pesaing yang cukup banyak seperti yang terlihat
pada tabel pangsa pasar produk mi instan berikut:

Tabel 1.1 Pangsa Pasar Produk Mi Instan Tahun 2011-2016


Rata
Rata

Market Share
N0 Perusahaan

Merek

201
2011 2012 3

PT Indofood Tbk

Indomie

75.5

81

75.9

77.5

76.5

75.7

77.01

PT Wings Food Mie


Tbk
Sedap

16.5

13.5

17.6

20.4

15.6

16.2

16.63

3
4
5

Pt Indofood Tbk
Pt Indofood Tbk
Lain-Lain

4.4
1.7
1.9

3.6
0.6
1.3

3.2
1.6
1.7

1.3
0.5
0.3

3.5
2.3
2.1

3.1
2.7
2.3

3.18
1.56
1.6

Supermie
Sarimie

201
4

201
2015 6

Sumber: Majalah SWA dan www.blogspot.com


Tabel 1.1 dapat kita lihat beberapa produk pesaing Indomie berdasarkan survei pangsa
pasar yang dilakukan oleh Majalah SWA tahun 2011 sampai 2016.
Pesaing Indomie yang memiliki pangsa pasar paling rendah adalah Sarimie dengan rata-rata
pangsa pasar dalam kurun waktu 6 tahun sebesar 1,56%, kemudian disusul dengan Supermie
yang memiliki rata-rata pangsa pasar sebesar 3,18% dan kedua produk tersebut merupakan
produk dari PT Indofood Tbk. Selain itu, pesaing Indomie yang memiliki pangsa pasar terbesar
adalah Mie Sedap yaitu dengan rata-rata sebesar 16,63% yang diproduksi ole PT Wings Food
Tbk, sedangkan Indomie menjadi produk mi instan yang memiliki pangsa pasar terbesar yaitu
77,01%, namun sempat mengalami angka pangsa pasar yang fluktuatif selama kurun waktu lima
tahun mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Sedangkan 1,6% pangsa pasar di kuasai oleh

produk mi instan lainnya. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasar mi
instan di Indonesia didominasi oleh Indomie.
Selain itu, Top Brand Award juga melakukan survei tentang Top Brand produk mi instan
di Indonesia tahun 2011-2016 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Top Brand Produk Mi Instan Tahun 2003-2016


N

TOP BRAND INDEKS


MEREK
INDOMI

%
2013
77.50

2014
80.60

2016
75.90

E
MIE

%
15.70

%
13.50

%
14.40

SEDAP
SUPER

%
13.50

%
14.40

MIE
SARIMI

2.50% %

E
0.80% 1.20% 2.20%
LAINNY

5
A
3.50% 2.60% 4.70%
Sumber : www.topbrand-award.com
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa Top Brand produk mi instan paling rendah disamping produk lainlain dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah Sarimi disusul dengan Supermie.
Pada urutan keduaterdapat Mi Sedaap dan Top Brand Indeks tertinggi selama 3 tahun terakhir
adalah Indomie, Sedangkan sisanya dikuasai oleh produk mi instan lainnya.
Perkembangan bisnis industri mi instan yang semakin kompetitif tersebut, menuntut Indomie
untuk tetap mempertahankan eksistensi produknya dengan mengingatkan masyarakatnya akan
produk yang ditawarkan. Tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan konsumsi mi instan, namun
bagaimana menjadikan mereknya top of mind pada kategori produk mi instan. Sehingga, jika
konsumen membutuhkan mi instan, merek Indomie yang pertama kali diingat. Apabila melihat
pangsa pasar dan indikator Top Brand produk Indomie seperti pada Tabel 1.1 dan 1.2, data

tersebut mengindikasikan bahwa Indomie merupakan penguasa pasar sekaligus pemegang Top
Brand untuk produk mi instan. Namun Hal ini berbanding terbalik dengan data penjualan
Indomie di wilayah Bandar Lampung yang cenderung fluktuatif dan menurun di tahun terakhir.
Berikut merupakan data hasil penjualan Indomie tahun 2015-2016 :

Tabel 1.3 Volume Penjualan Indomie di Bandar kaltim Tahun 2015-2016

TAHUN
2009
2010
2011
2012
2013
2014
RATA-

BUNGKUS

PERUBAHAN

(BAG/CUP)
27.548.134
33.349.090
32.363.567
36.351.514
34.500.734
34.302.564

(NAIK/TURUN)
0
21.058
-0.029
12.322
-5.091
-1.58

RATA
33.069.267
4.44
Sumber : PT Indofood Sukses Makmur Tbk kaltim 2015-2016.
Tabel 1.3 menunjukkan terjadinya fluktuasi volume penjualan Indomie di kaltim.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dilihat dari data market share dan data brand indomie memiliki total penjualan dan
presentase top bran yang sangat tinggi diatas rata-rata penjualan dan presentase produk mie
instan lain nya seperti mie sedap dan super mie.maka dari ini diperlukan tinjauan lebih lanjut
tentang kesadaran merk masyarakat terhadap pembelian produk indomie.
Berdasarkan data hal tersebut, maka pemasaran yang diteliti adalah: apakah kesadaran merk
berpengaruh terhadap prilaku konsumen pada pembelian produk indomie.

1.3 TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1.3.1 TUJUAN PENILITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek terhadap
keputusan pembelian pada produk Indomie
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi praktisi, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini berguna sebagai salah satu
masukan bagi pengusaha mi instan khususnya PT. Indofood Tbk dalam mempengaruhi
konsumen sehingga mampu meyakinkan seseorang untuk membeli dan mengkonsumsi produk
indomie
2. Manfaat bagi peneliti, untuk memperoleh pengetahuan mengenai dampak kesadaran
merek terhadap keputusan pembelian.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
dan menjadi referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.

BAB II
2.1 TEORI PERILAKU KONSUMEN
2.1.1 PERILAKU KONSUMEN
adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual
rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Pemahaman mengenai perilaku
konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, et al. (1994), perilaku
konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan
menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:
(1) proses pengambilan keputusan,
(2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990).
Pemahaman akan perilaku konsumen cerdas dapat diaplikasikan dalam beberapa
hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik,
misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon
untuk menarik pembeli. Ke dua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat
keputusan membuat kebijakan publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa
konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat
keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu
penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam
menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan
efektif.Dan juga dapat memberikan gambaran kepada para pemasar dalam
pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu produk,kemasan dan

sebagainya agar dalam penjualn produknya tidak menimbulkan kekecewaan pada


pemasar tersebut.
2.1.2

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


Tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan
studi tentang cara individu, kelompok, organisasi dalam menyeleksi, membeli,
menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk
atau jasa, menetapkan harga, perencanaan saluran, menyusun pesan, dan
mengembangkan kegiatan pemasaran lain termasuk dalam mengetahui perilaku
konsumen. Pemasar harus sepenuhnya memahami teori maupun realitas perilaku
konsumen, mencakup beberapa fakta penting tentang konsumen dan tren konsumen masa
depan, seperti PT. Toyota-Astra Motor dengan mulai menganalisa pasar dengan
perencanaan tren mobil keluarga ideal terbaik Indonesia.
Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan
paling dalam adalah faktor budaya.
Faktor budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak
yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup
kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya
menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program
pemasaran yang cermat disana.
Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial,
seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari
semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku orang tersebut.
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh.
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok
sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
Contoh, seorang yang memiliki peran sebagai manajer dan status yang lebih tinggi dari
pegawai kantor, dimana ia juga memiliki banyak keluarga dan anak, tentu ia akan tertarik
dengan produk mobil dari Toyota, karena ada kesesuaian antara kebutuhan dan

keunggulan Toyota sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia, ia bahkan juga bisa
membeli pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah besar untuk keluarganya
dan lain-lain.
Faktor pribadi
Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
Psikologi
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran
luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi
dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan
keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan
pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran)
secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan
pemasaran.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang konsumen dalam
pengambilan keputusan, Misalnya faktor budaya, Lingkungan dan lain-lain. Akan tetapi
belakangan ini yang saya lihat hanya faktor diatas saja yang paling berpengaruh.oleh
karena itu hanya faktor itu saja yang saya jelaskan pada penulisan ini.
Saya sangat berharap jika para pembaca khususnya Ibu Yanti Budiasih selaku dosen
perilaku konsumen akan memberikan kritik ataupun saran atas penulisan saya ini.karena
saya sangat membutuhkan saran tersebut untuk penulisan berikutnya.
2.1.3

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen


Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha
untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga
perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi
konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang
jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi
yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah
menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision
rule) ataupun mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory
decision rule), yang setelah konsumsi akan dievaluasi kembali.
1. MODEL-MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Model Perilaku Pengambilan keputusan
Model Ekonomi yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan
orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya
marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
Model Manusia Administrasi Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip
orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan

Model Manusia Mobicentrik Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan


nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
Model Manusia Organisasi Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
Model Pengusaha Baru Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat
kompetitif
Model Sosial Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak
rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.

B.

Model Preskriptif dan Deskriptif

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan,


yaitu:
Model Preskriptif Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana
kelompok seharusnya mengambil keputusan.
Model Deskriptif Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan
tertentu.
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan
a.

Teknik Kreatif
1)
Brainstorming Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas
maksimum dari kelompok dengan memberikan kesempatan para anggota untuk
melontarkan ide-idenya.
2)
Synectics Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan
dan diajarkan, dimaksudkan untuk meningktakan keluaran (output) kreatif
individual dan kelompok

b.

Teknik Partisipatif

Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Teknik Modern
Teknik Delphi
Teknik Kelompok Nominal
Proses

pengambilan

keputusan

terdiri

dari

lima

PENGENALAN MASALAH -> PENCARIAN INFORMASI


ALTERNATIF -> PILIHAN -> EVALUASI PASCAAKUISISI

tahap yaitu
->

EVALUASI

Model keputusan: empat pandangan mengenai pengambilan keputusan konsumen


Teori-teori pengambilan keputusan konsumen bervariasi, tergantung kepada asumsi

10

peneliti mengenai sifat-sifat manusia. Terdapat empat pandangan atas pengambilan


keputusan konsumen:
1.Pandangan ekonomi, konsumen sering dianggap sebagai pengambil keputusan
yang rasional.
2. Pandangan pasif, menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada
dasarnya tunduk pada kepentingan melayani diri dan usaha promosi para pemasar.
Para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan
irasional.
3. Pandangan kognitif, menggambarkan konsumen berada diantara pandangan
ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak (atau tidak dapat)
memperoleh pengetahuan yang mutlak mengenai semua alternatif produk yang
tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun
secara aktif mencari informasi dan berusaha mengambil keputusan yang
memuaskan.
4. Pandangan emosional, mengambil keputusan yang emosional atau impulsive
(menurutkan desakan hati).
Model dalam pengambilan keputusan mempunyai tiga komponen utama yaitu:
5. Masukan (input), komponen ini mempunyai berbagai pengaruh luar yang
berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi
nilai-nilai, sikap dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang
utama dalam faktor masukan ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran dan
pengaruh sosiobudaya di luar pemasaran.
6. Proses, komponen ini berhubungan dengan cara konsumen mengambil
keputusan. Tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap,
yaitu: (a) Pengenalan kebutuhan, (b) Penelitian sebelum pembelian, dan (c)
Penilaian berbagai alternatif.
7. Keluaran (output), komponen ini menyangkut dua kegiatan pasca pembelian
yang berhubungan erat: perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian.
Tujuan dari dua kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kepuasan konsumen
terhadap pembeliannya.

2. TIPE TIPE PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan
sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:

11

1.Pengenalanmasalah (problem recognition).


Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang
dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat
menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source).
Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari
informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.
Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan
pengalaman orang lain (eksternal).
3.Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).
Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi
alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision).
Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan
membuat keputusan pembelian.Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat
keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation)
merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap
pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan
melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini,
terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut
sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek
produk tersebut di masa depan.
2.1.4 KEPUTUSAN PEMMBELIAN

12

Definisi Keputusan Pembelian


Menurut Kotler (2002), keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk
mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu
mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh
masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui
beberapa tahap terlebih dahulu yaitu,
(1) pengenalan masalah,
(2) pencarian informasi.
(3) evaluasi alternatif,
(4) keputusan membeli atau tidak,
(5) perilaku pascapembelian. Pengertian lain tentang Keputusan pembelian menurut
Schiffman dan Kanuk (2000: 437) adalah the selection of an option from two or
alternative choice. Dapat diartikan, keputusan pembelian adalah suatu keputusan
seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan
yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah
satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata.
Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan
sikap yang akan diambil
2.2 Study Empiris
2.2.1 Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu
dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, focus peneliti
terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah Perilaku Konsumen dalam
Keputusan Pembelian. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap

13

beberapa hasil penelitian berupa jurnal-jurnal melalui internet. Adapun penelitian


terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian antara lain :
1. Dalam penelitian Rubi Ayu Indah Sari (2015) yang berjudul Pengaruh
equitas terhadap keputusan pembelian faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen tidak terjadi dengan sendirinya, sebaliknya masalah
kebudayaan, sosial, individu dan psikologis secara kuat mempengaruhi proses
keputusan tersebut. keduanya memiliki pengaruh dari waktu konsumen
menerima stimulus melalui pola perilaku setelah pembelian.
2. Dalam Penelitian Moech. Nasir (2005) yang berjudul Study Perilaku
Konsumen Terhadap keputusan pembelian air minum AQUA
Tentang Analisis Pengaruh Promosi dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Terhadap Susu Dancow di
Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi dan harga
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen.
3. Dalam penelitian Agung Nugraha (2014) yang berjudul pengaruh ekuitas
merek terhadap keputusan pembelian produk mie instan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi konsumen diantaranya faktor budaya, pribadi,
sosial dan psikologis. Salah satu dari faktor tersebut akan memberikan
pengaruh yang lebih besar dari pengaruh lain..
4. Dalam penelitian Imroutul Khasanah (2012) yang berjudul Analisis pengaruh
ekuitas merek terhadap keputusan pembelian mie instan Sebuah proses
pengambilan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi
pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (terutama
dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini konsumen
merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan
mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan
memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau
membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa mendatang.
5. Dalam penelitian Dyah Kurniawaty (2009) yang berjudul Study tentang
sikap terhadap merek dan implikasinya pada minat beli ulang
Posisi pasar suatu produk terbentuk karena adanya konsumen yang mau
membeli produk tersebut dan sebagian besar konsumen tersebut kemudian
membeli lagi produk tersebut. Pembelian produk baru selalu dimulai dengan
pembelian pertama, yaitu kemauan untuk melakukan pembelian pertama kali
dengan niat mencoba produk baru tersebut.

14

2.2.2 mapping Theory


N

Judul Penelitian

O
1

Pengaruh
terhadap

Author
equitas Rubi

Tahun
Ayu 2015

keputusan Indah Sari

Teori
faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian

pembelian

konsumen

tidak

terjadi

dengan sendirinya, sebaliknya masalah


kebudayaan,

sosial,

individu

dan

psikologis secara kuat mempengaruhi


proses keputusan tersebut. keduanya
memiliki

pengaruh

dari

waktu

konsumen menerima stimulus melalui


pola perilaku setelah pembelian.
2

Study
Konsumen
keputusan

Perilaku Moech.

2005

Tentang
Analisis
Pengaruh
Promosi
dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian
Konsumen Terhadap
Susu Dancow di
Hasil
penelitian

Terhadap Nasir
pembelian

air minum AQUA


Sukoharjo.

menunjukkan bahwa promosi dan harga


mempunyai

pengaruh

positif

dan

signifikan terhadap keputusan pembelian


3

pengaruh
merek
keputusan

ekuitas Agung
terhadap Nugraha
pembelian

produk mie instan

2014

konsumen
beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi konsumen diantaranya


faktor

budaya,

psikologis.

pribadi,

Salah

satu

sosial
dari

dan
faktor

tersebut akan memberikan pengaruh


yang lebih besar dari pengaruh lain

15

Analisis

pengaruh Imroutul

ekuitas
terhadap

2012

merek Khasanah
keputusan

pembelian mie instan

Study tentang sikap

Dyah

terhadap merek dan

Kurniawat

implikasinya

minat beli ulang

pada

2009

1. Sebuah
proses
pengambilan
pembelian
tidak
hanya
berakhir
dengan
terjadinya
transaksi pembelian,
akan tetapi diikuti
pula
oleh
tahap
perilaku
purnabeli
(terutama
dalam
pengambilan
keputusan yang luas).
Dalam
tahap
ini
konsumen merasakan
tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan
tertentu yang akan
mempengaruhi
perilaku berikutnya.
Jika
konsumen
merasa puas, ia akan
memperlihatkan
peluang yang besar
untuk
melakukan
pembelian ulang atau
membeli produk lain
di perusahaan yang
sama
di
masa
mendatang.
Posisi pasar suatu
produk
terbentuk
karena
adanya
konsumen yang mau
membeli
produk
tersebut dan sebagian
besar
konsumen
tersebut kemudian
membeli lagi produk
tersebut. Pembelian
produk baru selalu

16

dimulai dengan
pembelian pertama,
yaitu kemauan untuk
melakukan pembelian
pertama kali
dengan niat mencoba
produk baru tersebut.

2.2.3 Rumusan Hipotesis


Dari hasil penelitian ini, maka uraian rumusan hipotesis yang diajukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :

H0: Perilaku Konsumen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan

pembeliian produk mie instan (indomie).


H1 : Perilaku Konsumen memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk mie instan (indomie)

2.2.4 Kerangka Penelitian


Saat ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi
terbatas pada atribut fungsional produk saja misalnya seperti kegunaan produk,
melainkan sudah dikaitkan dengan kualitas produk yang memberikan kepercayaan
kepada penggunanya.
Pembelian (Y). Kerangka Konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan
secara sistematis sebagai berikut.

17

Gambar 1.1 Keragka Penelitian

(X1) Faktor
budaya
X1.1 Kelas
social
X1.2 Budaya

(X2) Faktor Sosial


X2.1 Kelompok
Referensi
X2.2 Peran Dan
status

(X3) Faktor
Pribadi

(X4) Faktor
Psikologis

X3.1 Gaya hidup

X4.1 Persepsi

X3.2 kadaan
Ekonomi

X4.1 Motivasi

Pengambilan
Keputusan
Konumen (Y)

(Y) Pencarian
Informasi

(Y2) Pasca
Pembelian

18

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabelpenelitian
1.

Variabel bebas (independent), yang terdiri dari :


a. Faktor budaya (X1)
Faktor budaya merupakan sekelompok

orang

yang

sama-sama

mempertimbangkan secara dekat persamaan di dalam status atau penghargaan


komunitas yang secara terus-menerus bersosialisasi di antara mereka sendiri
baik secara formal dan informal (Lamb,2001:210).
b. Faktor sosial (X2)
Faktor sosial merupakan suatu cara mengumpulkan dan mengelompokkan
kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang sedang terjadi
(Lamb,2001:221).
c. Faktor Pribadi (X3)
Faktor pribadi merupakan

salah

satu

cara

mengumpulkan

dan

mengelompokan kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang


sedang terjadi (Lamb,2001:221)
d. Faktor Psikologis (X4)
Faktor psikologis merupakan cara yang digunakan untuk mengenali perasaan
mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran
2.

dan pendapat dan mengambil tindakan (Lamb,2001: 224).


Variabel terikat (dependen), yaitu :
a. Keputusan Pembelian ( Y )
Keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen sebagai
pemilikan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses,
cara, perbuatan membeli, dengan mempertimbangkan faktor lain tentang
apa yang dibeli, waktu membeli, dimana membelinya serta cara
pembayarannya (Sumarwan, 2003:289).

3.2 Metode Penelitian


Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan.
Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik

19

penelitian.Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit
dibedakan.
Metode penelitian membicarakan megenai tata cara pelaksanaan penelitian,
sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur
atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi
prosedur penelitian dan teknik penelitian.
3.3. Lokasi dan Populasi
3.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah di seluruh wilayah kecamatan kota Samarinda.
Penelitian didasari atas proporsi sebaran questionnaire yang telah dihitung secara proportional
sesuai dengan jumlah penduduk. Lokasi penelitian dan penyebaran questionnaire meliputi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kecamatan Loa Janan Ilir


Kecamatan Palaran
Kecamatan Samarinda Ilir
Kecamatan Samarinda Kota
Kecamatan Samarinda Seberang
Kecamatan Samarinda Ulu
Kecamatan Samarinda Utara
Kecamatan Sambuta
Kecamatan Sungai Kunjang
Kecamatan Sungai Pinang

3.3.2. Populasi Penelitian


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu. (Sugiyono, 2012:61).
Populasi dalam penelitian ini bersifat belum diketahui pasti jumlahnya, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode Accidental Sampling yaitu taknik penentuan
sempel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/isidentil bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2002:96). Widiyanto (2008)

20

mengatakan bahwa dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak
diketahui maka digunakan rumus :
n = z2
4 (moe)
n = 1,962
4 (0,1)
n=

96,04

keterangan :
n
= Jumlah Sampel
Z
= Nilai Z dengan tingkat keyakinan yang dibutuhkan penentuan sampel persen.
Pada= 5 %, Z = 1.96
Moe = Margin of error atau kesalahan maksimum yang bisa ditoleransi,biasanya 10 %
. Widiyanto (2008) mengatakan bahwa jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak
100 responden dengan penentuan sampel.Jumlah responden sebanyak 100 orang tersebut
dianggap sudah representative karena sudah lebih besar dari batas minimal sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau kekayaan pribadi. (Sugiyono,2010:194)
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. (Sugiyono, 2010:199). Pada penelitian ini data dan informasi diperoleh
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan dengan jumlah alternative
respon (tanggapan) sesuai dengan jumlah skala likert yakni 5. Artinya bagi responden
yang menjawab angka 5 artinya responden sangat setuju dengan pernyataan yang

21

disediakan oleh peneliti. Sedangkan apabila responden memberikan jawaban 1 artinya


responden menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan oleh peneliti.
c.Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
selalu berkomunikasi dengan orang observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. (Sugiyono, 2010:165)
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:166) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di seluruh
Kecamatan di Kota Samarinda sebelum memulai menyebar kuisioner.
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca
beberapa buku, literature, jurnal, referensi yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan
diteliti dan akan dilakukan survey terhadap jasa tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Kemudian
kuesioner dibagikan kepada responden yang dipilih secara acak (random) dengan
menggunakan teknik accidentil random sampling, yaitu dengan memilih konsumen yang
menggunakan mie instan

3.5.

ALAT ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


Analisis dalam penelitian ini merupakan analsisi kuantitatif, yaitu analisis data
yang dinyatakan dalam bentuk angka data kualitatif yang diangkakan atau scoring. Skala
yang digunakan adalah skala likert dengan menggunakan alternative jawaban sebagai
berikut:
1 = STS (Sangat Tidak Setuju)
2 = TS (Tidak Setuju)
3 = N (Netral)
4 = S (Setuju)
5 = SS (Sangat Setuju)

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


3.5.1. Uji Validitas
Validitas sebuah alat ukur ditunjukan dari kemampuannya mengukur apa
yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas kuesioner yang diberikan

22

kepada responden maka digunakan koefisien korelasi product moment dengan


menggunakan bantuan computer program SPSS (Statistical Package for Social
Science) dan menggunakan tingkan signifikan 0,05 (Suliyanto, 2006, p. 156).
3.5.2. Uji Reliabilitas
Pengeritan reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah
reliable akan dilakuakn pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan
computer program SPSS. Metode pengambilan keputusan pada uji reliabilitas
biasanya menggunakan batasan 0,6 yang artinya suatu variable dikatakan
reliable jika nilai. Alpha cronbach lebih besar dari 0,6(Priyatno, 2010, p. 32)
Adapun uji Asumsi Klasik dalam penelitian ini adalah :
3.5.3. Uji Normalitas
Nomalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat
diuji dengan metode statistik. Uji normalitas perlu dilakukan untuk normalitas
data tunggal maupun normalitas data multivariat dimana beberapa variabel
digunakan sekaligus dalam analisis akhir.
3.5.4. Uji Linieritas
Asumsi yang penting di dalam analisis SPSS adalah hubungan
antarvariabel bersifat linier. Hubungan antar variabel dikatakan linier jika pvalue< 0,05 atau disebut signifikan, Uji linearitas dapat dilakukan dengan
mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat
pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas
3.5.5. Uji Multikolenieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui hubungan linear antara
variabel exogen dalam model regresi. Jika terjadi multikol maka posisi variabel
sebagai variabel exogen tidak dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Jika
koefisien VIF < 5, maka variabel exogen bebas persoalan multikolinearitas
Adapun uji Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
3.5.6. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.Dalam penelitian ini pengujian
hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh harga,

23

kualitas produk, dan promosi secara bersama-sama terhadap keputusan


pembelian.
3.5.7. Uji T
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu harga,
kualitas produk, dan promosi secara parsial terhadap variabel dependennya yaitu
keputusan pembelian.
3.5.8. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Hasil pengeujian hipotesis uji R ini dilakukan dengan
analisis SPSS untuk menentukan hubungan antar variabel itu
kuat atau lemah. Hubungan antar variabel dikatakan kuat
apabila R Square telah besar dari 60% dan hubungan antar
variabel lemah apabila R Square kurang dari 60%
3.6.

Model Penelitian

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan bantuan melalui program SPSS (Statistical Product
And Service Solution) versi 23.00 for windo
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini mengkaji tentang Analisis pengaruh Faktor budaya, sosial pribadi dan
psikologis terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan (INDOMIE) di Kota
Samarinda.Dari hasil observasi dilapangan, bahwa saat ini banyak berbagai mie instan baru dan
berkembang dengan pesat, dimana hal ini menimbulkan persaingan yang ketat. Penelitian
dilakukan terhadap 100 orang responden yang telah memberikan informasi berupa data
demografi responden yang berkaitan dengan Alamat, jenis kelamin,dan usia Berikut penjelasan
mengenai data dari responden.

24

4.1.1 Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin


Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, maka diperoleh profil responden menurut
jenis kelamin yang ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN

JUMLAH (ORANG)

PERSENTASE (%)

LAKI LAKI
41
PEREMPUAN
59
JUMLAH
100
Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah.

41%
59%
100%

Grafik 4.1
Data Menurut Jenis Kelamin

59%

41%

Laki-laki
Perempuan

Dari Tabel dan Grafik 4.1 di atas tampak bahwa jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan dengan jumlah 59 orang (59%), sedangkan yang terkecil adalah laki-laki dengan
jumlah 41 orang (41%), artinya bahwa produsen yang menggkonsumsi Mie Instan (INDOMIE)
di dominasi oleh kalangan perempuan.
4.1.2 Deskripsi Responden Menurut Tempat Tinggal
Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, maka diperoleh profil responden menurut
penghasilan yang ditampilkan pada Tabel 4.1.2 berikut.
Tabel 4.1.2
Jumlah Responden Berdasarkan Kecamatan

25

49%
samarinda

51%
luar samarinda

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, diolah.

4.1.3 Deskripsi Responden Menurut Usia


Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, maka diperoleh profil responden menurut
Usia yang ditampilkan pada table 4.1.3

UMUR (THN)

JUMLAH (ORANG)

PERSENTASE (%)

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

11
3
9
6
21
8
12
5
7
2
3
3
2

11%
3%
9%
6%
21%
8%
12%
5%
7%
2%
3%
3%
2%

26
30
31
32
33
34
35
JUMLAH

0%
1%
5%
0%
0%
2%
100%

0
1
5
0
0
2
100

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, diolah.


4.2 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian instrument penelitian yang dilakukan terdiri dari uji validitas criteria dan
reliabilitas internal konsistensi. Pada validitas criteria, indikator suatu variable dikatakan valid
jika memiliki koefisien korelasi dengan skor total sebesar 0.30. Di samping itu, instrument
penelitian dikatakan reliable internal konsistensi jika memiliki koefisien Alpha Cronbach
0,60. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.4 berikut.
Tabel 4.1.4
Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel
budayaX1
Social
(X2)
pribadi
(X3)
Psikologis
(X4)
Keputusa
n
Pembelian
(Y1)

Indikator

Koefisien Korelasi
(r)

Validitas

X1.1

866

Valid

X1.2

648

Valid

X2.1

776

Valid

X2.2
X3.1
X3.2
X4.1
X4.2
Y1.1

714
778
737
851
784
743

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Y1.2

702

Valid

Sumber : Hasil analisis data.

Alpha Cronbach
(Reliabilitas)
0.803
0.788

0.799
0.844

0.766

27

Tabel 4.1.4 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi ( r) dari setiap instrument
yang digunakan dalam penelitian lebih besar dari 0.30 ( r > 0.30). Hal ini menunjukan bahwa
instrument penelitian adalah valid. Demikian pula terhadap nilai Cronbach-Alpha dari masingmasing variable menunjukan angka yang lebih besar dari 0.60, sehingga dapat dikatakan bahwa
instrument penelitian adalah reliable. Dengan demikian instrument penelitian tersebut layak
digunakan untuk pengumpulan data.
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variable penelitian berupa distribusi persentase dari masing-masing
indikator untuk setiap variable secara lengkap disajikan pada Lampiran 6, sedangkan
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Variabel budaya (X1)
Budaya (X1) dari produk Mie Instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur
melalui 2 (dua) indikator yaitu kelompok budaya (X1.1), kelas social dan (X1.2), budaya.
Hasil dari deskripsi variable Harga (X1) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Deskripsi Variabel Harga (X1)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel

X1.1
11
18
22
18
31
100

X1.2
1
3
33
34
29
100

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah.


Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa distribusi jawaban responden terhadap indikator
variable Sosial mayoritas memilih skor 5 dan 4 skor 5 artinya sangat setuju sebanyak 31

28

hingga 29 dan skor 4 artinya setuju sebanyak 18 sampai 34 orang ,dengan demikian
menunjukkan bahwa persepsi responden pada variable sosial lebih memilih sangat setuju dan
setuju, akan tetapi dari skor 5 dan 4 lebih banyak pada skor 4 (setuju), sedangkan jumlah
persepsi responden paling sedikit pada skor 1 dan 2 yang artinya sangat tidak setuju dan tidak
setuju sebanyak 17 orang.

B. Variabel Sosial (X2)


Variabel Sosial dari produk Mie instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur
melalui 2 (dua) indicator kelompok referensi (X2.1), dan peran dan status (X2.2). hasil
dari deksripsi variable social (X2) dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2
Deskripsi Variabel Pribadi (X2)
Skor
1
2
3
4
5
Mean
Mean
Variabel

X2.1
7
17
21
32
23
100

X2.2
4
15
29
32
20
100

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah.


Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa distribusi jawaban responden terhadap
indikator variable Pribadi terkonsentrasi pada skor 4 (setuju) dan 3 (netral),dan pada skor
1 (sangat tidak setuju) hanya 11 orang saja yang memilihnya, Hal ini menunjukkan
persepsi responden terhadap variable Pribadi adalah setuju.

29

C. Variabel Pribadi (X3)


Variabel Pribadi dari produk mie instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur
melalui 2 (dua) indikator yaitu gaya hidup (X3.1), dan keadaan ekonomi. Hasil deskripsi
variable Kualitas Layanan (X3) dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Kualitas Layanan (X3)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel

X3.1
4
7
24
33
32
100

X3.2
0
9
23
26
42
100

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah


Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa distribusi jawaban responden terhadap
indikator variable psikologi terkonsentrasi pada skor 5 (sangat setuju) yaitu sebanyak 32
sampai 42 orang, namun terdapat sekitar 23 sampai 24 orang menjawab netral (skor 3).
Hal ini menunjukkan presepsi responden terhadap variable psikologi adalah setuju.
D. Variabel Faktor Psikologis (X4)
Faktor Psikologis produk

mie instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur

melalui indikator Faktor Psikologis (X4.1) persepsi (X4.2) motivasi. Hasil deskripsi
variable kepuasan (X4) dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :

30

Tabel 4.4
Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan (X4)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel

X4.1
10
11
23
29
27
100

X4.2
3
15
27
34
21
100

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah


Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa distribusi jawaban responden terhadap indikator
variable Faktor Psikologis terkonsentrasi pada skor 4 (setuju) dan 5 (sangat setuju), yaitu
sector 4 adalah 29 orang sampai 34 orang dan sector 5 adalah 21 orang sampai 27 orang
terdapat 3 orang dan 10 orang yang menjawab tidak setuju (sector 2) Hal ini menunjukkan
presepsi responden secara nyata dilapangan terhadap sector psikologis adalah setuju.
E. Variabel Keputusan Pembelian (Y1)
Keputusan Pembelian Produk mie instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur melalui
indikator

keputusan pembelian yaitu Pencarian informasi (Y1.1),dan pasca pembelian

(Y1.2),. Hasil deskripsi variable keputusan pembelian (Y1) dapat dilihat pada Tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Kepuasan Pembelian (Y1)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel

Y1.1
3
7
30
28
32
100

Y1.2
1
8
23
32
36
100

31

Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah


Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa distribusi jawaban responden terhadap indikator
variable Keputusan Pembelian terkonsentrasi pada skor 5(sangat setuju) dan 4 (setuju),
dan terdapat 1 sampai 3 orang yang menjawab sangat tidak setuju (skor 1). Hal ini
menunjukkan presepsi responden secara nyata dilapangan terhadap keputusan pembelian
adalah setuju dan cenderung sangat setuju.
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis


A. Uji secara serempak/simultan (Uji F) atau ANOVA
Uji F dilakukan untuk melihat secara serempak pengaruh signifikan dari variabel
independen yaitu faktor sosial(X1), faktor budaya (X2) factor sosial (X3).Faktor Pribadi
(X4)Faktor Psikologis dan (Y) Keputusan pembelian.
Tabel Uji F
Table 5.1
ANOVAa
Model
1

Sum of Squares
Regression

df

Mean Square

12.233

3.058

Residual

209.477

95

2.205

Total

221.710

99

F
1.387

Sig.
.244b

a. Dependent Variable: TOTAL


b. Predictors: (Constant), TOTAL, TOTAL, TOTAL, TOTAL

a. Predictors: (Constant), budaya,social,pribadi,psikologis


b.Dependent Variabel: Keputusan pembelian
Sumber : SPSS (data diolah)
Tabel uji F memperlihatkan nilai Fhitung adalah 1,387 dengan tingkat signifikansi
244bSedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (= 0,05) adalah 2,47. Oleh karena pada
kedua perhitungan yaitu Fhitung> Ftabel (1,387<2,47) dan tingkat signifikansi (0,244)>0,05
menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya factor-faktor Perilaku Konsumen
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembeliian produk mie instan (indomie).
B. Uji Secara Parsial (Uji t)
Table 5.2

32

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
5.281

1.091

Budaya

.117

.089

Social

.026

Pribadi
psikologis

Coefficients
Beta

Sig.

4.842

.000

.139

1.311

.193

.096

.030

.273

.786

.120

.096

.127

1.244

.216

.068

.083

.088

.822

.413

a. Dependent Variable: TOTAL

Sumber : SPSS (data diolah)


Uji t dilakukan untuk melihat secara individu pengaruh signifikan dari variabel independen
yaitu faktor budaya (X1), dan factor social (X2) terhadap keputusan pembelian konsumen (Y).
Berdasarkan tabel Uji t diatas disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y=5,281+0,1171+0,0262+0,1203+0,0684
2. Variabel faktor budaya berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) <0,05 dan nilai t hitung (1,311) < ttabel
(1,984) artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel faktor sosial (X 1), maka
keputusan pembelian (Y) juga akan meningkat sebesar 0,117 , begitu juga sebaliknya jika
terjadi penurunan pada variabel faktor sosial, maka keputusan pembelian akan menurun
sebesar 0,117
3. Variabel faktor social berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,786) < 0,05 dan nilai t hitung (0,273) > ttabel
(1,984) artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel faktor gaya hidup (X2), maka
keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar 0,026, begitu juga sebaliknya.
4. Variabel factor pribadi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,216) < 0,05 dan nilai t hitung (1,244) <
ttable (1,984) artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel faktor sosial (X 1), maka
keputusan pembelian (Y) juga akan meningkat sebesar 0,120, begitu juga sebaliknya
5. Variable factor psikologis berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,413)< 0,05 dan nilai thitung (0,822)>
ttable (1,984) artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel faktor sosial (X 1), maka
keputusan pembelian (Y) juga akan meningkat sebesar 0,68 begitu juga sebaliknya
C. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel independen. Nilainya adalah 0-1. Semakin mendekati nol berarti model tidak
baik atau variasi model dalam menjelaskan dengan sangat terbatas sebaliknya semakin
mendekati satu maka suatu model akan semakin baik.
Pengujian koefisien korelasi
Tabel hasil uji R2

33

Model Summary

Model
1

R Square
a

.235

.055

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.015

1.485

a. Pr edictors: (Constant), TOTAL, TOTAL, TOTAL, TOTAL

Keterangan table R2 :
1. R= 0,235 berarti hubungan antara factor budaya,social,pribadi dan psigologi terhadap
keputusan pembelian sebesar 23,5% artinya hubungan variable kurang erat.
2. Adjusted R Square sebesar 0,015 berarti 01,5% keputusan pembelian dapat dijelaskan
oleh factor budaya,social,pribadi dan psikologis. Sedangkan sisanya 99,45% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti ini. Standard error of
Estimated (standar deviasi) adalah 1.485 yang berarti model dinilai baik karena semakin
kecil standar deviasi berarti model akan semakin baik.

34

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor sosial dan gaya hidup konsumen
terhadap keputusan pembelian mie instan (INDOMIE) .menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji t maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y=5,281+0,1171+0,0262+0,1203+0,0684
Semua variable factor budaya,social,pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap
keputusan pembelian mie instan (INDOMIE)
2. Uji F dari tiap variabel X (faktor-faktor ) diperoleh faktor sosial dan
gaya hidup secara simultan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian mie instan (INDOMIE). Hal ini berarti hipotesis terbukti,
yang dapat dilihat dari hasil uji F, dimana F hitung > Ftabel =1.311
<1,984 dengan tingkat sinifikan 0,00 atau dibawah 0,05.
3. Uji t tiap variabel X (faktor-faktor) diperoleh sosial dan gaya hidup
secara parsial masing-masing berpengaruh terhadap variabel
keputusan pembelian mie instan (INDOMIE).
4. Dari kedua hipotesis yang penulis ajukan dan telah melalui
beberapa uji teknik analisa data, maka hipotesis yang berbunyi
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor
budaya,social,pribadi dan psikologis terhadap keputusan pembelian
mie instan (INDOMIE) dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
6.2 SARAN
Beberapa saran yang diajukan berkaitan dengan kesimpulan adalah
sebagai berikut:
1. Disarankan kepada perusahaan dalam hal ini produsen mie instan
(INDOMIE) yang diwakili oleh garansi-garansi resminya harus selalu
melakukan riset terus menerus untuk mengetahui perkembangan dan
keinginan konsumen terhadap produk mie instan (INDOMIE), karena
dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa faktor sosial
dan gaya hidup konsumen berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.

35

2. Menyarankan kepada perusahaan agar menambah varian rasa yang


terbaru dengan tidak mengurangi kualitas produk, agar konsumen
tertarik untuk membeli.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan memasukan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian agar hasilnya lebih
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai