I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya
perekonomian mengakibatkan semakin beragamnya produk sejenis ditawarkan dipasar.
Perusahaan - perusahaan dituntut harus mampu mengimbangi persaingan tersebut untuk bertahan
dipasar yang semakin kompetitif. Salah satunya adalah industri makanan mi instan.
Berbagai macam merek mi instan telah beredar di pasaran, ini membuat konsumen
memiliki berbagai alternatif pilihan dalam menentukan produk mi instan yang akan dikonsumsi
oleh konsumen. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan agar konsumen bisa
menentukan pilihannya untuk mengonsumsi produk mi instan. Merek banyak digunakan sebagai
kekuatan dari suatu produk untuk membedakan produknya dengan produk lainnya.
Merek berperan penting karena mampu mempengaruhi pilihan pada suatu produk yang
sejenis dengan bagaimana perusahaan berusaha menanamkan suatu merek tertentu dipikiran
konsumen sehingga konsumen dapat percaya pada suatu produk, menggunakannya dan terus
mengingat produk tersebut saat dihadapkan pada berbagai macam merek lain. Informasi yang
diberikan perusahaan mengenai produk yang mereka tawarkan kepada konsumen secara terusmenerus, diharapkan memicu kesadaran akan merek produk yang mereka tawarkan dan pada
akhirnya konsumen menyadari, mengetahui, kemudian melakukan keputusan pembelian terhadap
produk yang disediakan perusahaan
Seperti yang kita ketahui, Indomie adalah salah satu produk mi instan di Indonesia.
Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang
saat itu sesuai dengan lidah masyarakat Indonesia.
Kemudian pada tahun 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang
sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada
tahun 1983, produk Indomie kembali semakin digemari dengan diluncurkannya varian Indomie
Mi Goreng. Hingga saat ini, Indomie telah memiliki 36 varian rasa yang masuk dalam Indomie
Goreng, Indomie Kuah, Indomie Jumbo, Selera Nusantara, Mi Kriting, dan Taste of Asia. Dalam
persaingan produk sejenis, Indomie memiliki pesaing yang cukup banyak seperti yang terlihat
pada tabel pangsa pasar produk mi instan berikut:
Market Share
N0 Perusahaan
Merek
201
2011 2012 3
PT Indofood Tbk
Indomie
75.5
81
75.9
77.5
76.5
75.7
77.01
16.5
13.5
17.6
20.4
15.6
16.2
16.63
3
4
5
Pt Indofood Tbk
Pt Indofood Tbk
Lain-Lain
4.4
1.7
1.9
3.6
0.6
1.3
3.2
1.6
1.7
1.3
0.5
0.3
3.5
2.3
2.1
3.1
2.7
2.3
3.18
1.56
1.6
Supermie
Sarimie
201
4
201
2015 6
produk mi instan lainnya. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasar mi
instan di Indonesia didominasi oleh Indomie.
Selain itu, Top Brand Award juga melakukan survei tentang Top Brand produk mi instan
di Indonesia tahun 2011-2016 sebagai berikut:
%
2013
77.50
2014
80.60
2016
75.90
E
MIE
%
15.70
%
13.50
%
14.40
SEDAP
SUPER
%
13.50
%
14.40
MIE
SARIMI
2.50% %
E
0.80% 1.20% 2.20%
LAINNY
5
A
3.50% 2.60% 4.70%
Sumber : www.topbrand-award.com
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa Top Brand produk mi instan paling rendah disamping produk lainlain dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah Sarimi disusul dengan Supermie.
Pada urutan keduaterdapat Mi Sedaap dan Top Brand Indeks tertinggi selama 3 tahun terakhir
adalah Indomie, Sedangkan sisanya dikuasai oleh produk mi instan lainnya.
Perkembangan bisnis industri mi instan yang semakin kompetitif tersebut, menuntut Indomie
untuk tetap mempertahankan eksistensi produknya dengan mengingatkan masyarakatnya akan
produk yang ditawarkan. Tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan konsumsi mi instan, namun
bagaimana menjadikan mereknya top of mind pada kategori produk mi instan. Sehingga, jika
konsumen membutuhkan mi instan, merek Indomie yang pertama kali diingat. Apabila melihat
pangsa pasar dan indikator Top Brand produk Indomie seperti pada Tabel 1.1 dan 1.2, data
tersebut mengindikasikan bahwa Indomie merupakan penguasa pasar sekaligus pemegang Top
Brand untuk produk mi instan. Namun Hal ini berbanding terbalik dengan data penjualan
Indomie di wilayah Bandar Lampung yang cenderung fluktuatif dan menurun di tahun terakhir.
Berikut merupakan data hasil penjualan Indomie tahun 2015-2016 :
TAHUN
2009
2010
2011
2012
2013
2014
RATA-
BUNGKUS
PERUBAHAN
(BAG/CUP)
27.548.134
33.349.090
32.363.567
36.351.514
34.500.734
34.302.564
(NAIK/TURUN)
0
21.058
-0.029
12.322
-5.091
-1.58
RATA
33.069.267
4.44
Sumber : PT Indofood Sukses Makmur Tbk kaltim 2015-2016.
Tabel 1.3 menunjukkan terjadinya fluktuasi volume penjualan Indomie di kaltim.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dilihat dari data market share dan data brand indomie memiliki total penjualan dan
presentase top bran yang sangat tinggi diatas rata-rata penjualan dan presentase produk mie
instan lain nya seperti mie sedap dan super mie.maka dari ini diperlukan tinjauan lebih lanjut
tentang kesadaran merk masyarakat terhadap pembelian produk indomie.
Berdasarkan data hal tersebut, maka pemasaran yang diteliti adalah: apakah kesadaran merk
berpengaruh terhadap prilaku konsumen pada pembelian produk indomie.
BAB II
2.1 TEORI PERILAKU KONSUMEN
2.1.1 PERILAKU KONSUMEN
adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual
rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Pemahaman mengenai perilaku
konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, et al. (1994), perilaku
konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan
menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:
(1) proses pengambilan keputusan,
(2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990).
Pemahaman akan perilaku konsumen cerdas dapat diaplikasikan dalam beberapa
hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik,
misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon
untuk menarik pembeli. Ke dua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat
keputusan membuat kebijakan publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa
konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat
keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu
penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam
menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan
efektif.Dan juga dapat memberikan gambaran kepada para pemasar dalam
pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu produk,kemasan dan
keunggulan Toyota sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia, ia bahkan juga bisa
membeli pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah besar untuk keluarganya
dan lain-lain.
Faktor pribadi
Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
Psikologi
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran
luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi
dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan
keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan
pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran)
secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan
pemasaran.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang konsumen dalam
pengambilan keputusan, Misalnya faktor budaya, Lingkungan dan lain-lain. Akan tetapi
belakangan ini yang saya lihat hanya faktor diatas saja yang paling berpengaruh.oleh
karena itu hanya faktor itu saja yang saya jelaskan pada penulisan ini.
Saya sangat berharap jika para pembaca khususnya Ibu Yanti Budiasih selaku dosen
perilaku konsumen akan memberikan kritik ataupun saran atas penulisan saya ini.karena
saya sangat membutuhkan saran tersebut untuk penulisan berikutnya.
2.1.3
B.
Teknik Kreatif
1)
Brainstorming Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas
maksimum dari kelompok dengan memberikan kesempatan para anggota untuk
melontarkan ide-idenya.
2)
Synectics Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan
dan diajarkan, dimaksudkan untuk meningktakan keluaran (output) kreatif
individual dan kelompok
b.
Teknik Partisipatif
Teknik Modern
Teknik Delphi
Teknik Kelompok Nominal
Proses
pengambilan
keputusan
terdiri
dari
lima
tahap yaitu
->
EVALUASI
10
11
12
13
14
Judul Penelitian
O
1
Pengaruh
terhadap
Author
equitas Rubi
Tahun
Ayu 2015
Teori
faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian
pembelian
konsumen
tidak
terjadi
sosial,
individu
dan
pengaruh
dari
waktu
Study
Konsumen
keputusan
Perilaku Moech.
2005
Tentang
Analisis
Pengaruh
Promosi
dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian
Konsumen Terhadap
Susu Dancow di
Hasil
penelitian
Terhadap Nasir
pembelian
pengaruh
positif
dan
pengaruh
merek
keputusan
ekuitas Agung
terhadap Nugraha
pembelian
2014
konsumen
beberapa
faktor
yang
dapat
budaya,
psikologis.
pribadi,
Salah
satu
sosial
dari
dan
faktor
15
Analisis
pengaruh Imroutul
ekuitas
terhadap
2012
merek Khasanah
keputusan
Dyah
Kurniawat
implikasinya
pada
2009
1. Sebuah
proses
pengambilan
pembelian
tidak
hanya
berakhir
dengan
terjadinya
transaksi pembelian,
akan tetapi diikuti
pula
oleh
tahap
perilaku
purnabeli
(terutama
dalam
pengambilan
keputusan yang luas).
Dalam
tahap
ini
konsumen merasakan
tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan
tertentu yang akan
mempengaruhi
perilaku berikutnya.
Jika
konsumen
merasa puas, ia akan
memperlihatkan
peluang yang besar
untuk
melakukan
pembelian ulang atau
membeli produk lain
di perusahaan yang
sama
di
masa
mendatang.
Posisi pasar suatu
produk
terbentuk
karena
adanya
konsumen yang mau
membeli
produk
tersebut dan sebagian
besar
konsumen
tersebut kemudian
membeli lagi produk
tersebut. Pembelian
produk baru selalu
16
dimulai dengan
pembelian pertama,
yaitu kemauan untuk
melakukan pembelian
pertama kali
dengan niat mencoba
produk baru tersebut.
17
(X1) Faktor
budaya
X1.1 Kelas
social
X1.2 Budaya
(X3) Faktor
Pribadi
(X4) Faktor
Psikologis
X4.1 Persepsi
X3.2 kadaan
Ekonomi
X4.1 Motivasi
Pengambilan
Keputusan
Konumen (Y)
(Y) Pencarian
Informasi
(Y2) Pasca
Pembelian
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabelpenelitian
1.
orang
yang
sama-sama
salah
satu
cara
mengumpulkan
dan
19
penelitian.Hal ini disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit
dibedakan.
Metode penelitian membicarakan megenai tata cara pelaksanaan penelitian,
sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur
atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi
prosedur penelitian dan teknik penelitian.
3.3. Lokasi dan Populasi
3.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah di seluruh wilayah kecamatan kota Samarinda.
Penelitian didasari atas proporsi sebaran questionnaire yang telah dihitung secara proportional
sesuai dengan jumlah penduduk. Lokasi penelitian dan penyebaran questionnaire meliputi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
20
mengatakan bahwa dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak
diketahui maka digunakan rumus :
n = z2
4 (moe)
n = 1,962
4 (0,1)
n=
96,04
keterangan :
n
= Jumlah Sampel
Z
= Nilai Z dengan tingkat keyakinan yang dibutuhkan penentuan sampel persen.
Pada= 5 %, Z = 1.96
Moe = Margin of error atau kesalahan maksimum yang bisa ditoleransi,biasanya 10 %
. Widiyanto (2008) mengatakan bahwa jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak
100 responden dengan penentuan sampel.Jumlah responden sebanyak 100 orang tersebut
dianggap sudah representative karena sudah lebih besar dari batas minimal sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau kekayaan pribadi. (Sugiyono,2010:194)
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. (Sugiyono, 2010:199). Pada penelitian ini data dan informasi diperoleh
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan dengan jumlah alternative
respon (tanggapan) sesuai dengan jumlah skala likert yakni 5. Artinya bagi responden
yang menjawab angka 5 artinya responden sangat setuju dengan pernyataan yang
21
3.5.
22
23
Model Penelitian
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan bantuan melalui program SPSS (Statistical Product
And Service Solution) versi 23.00 for windo
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini mengkaji tentang Analisis pengaruh Faktor budaya, sosial pribadi dan
psikologis terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan (INDOMIE) di Kota
Samarinda.Dari hasil observasi dilapangan, bahwa saat ini banyak berbagai mie instan baru dan
berkembang dengan pesat, dimana hal ini menimbulkan persaingan yang ketat. Penelitian
dilakukan terhadap 100 orang responden yang telah memberikan informasi berupa data
demografi responden yang berkaitan dengan Alamat, jenis kelamin,dan usia Berikut penjelasan
mengenai data dari responden.
24
JUMLAH (ORANG)
PERSENTASE (%)
LAKI LAKI
41
PEREMPUAN
59
JUMLAH
100
Sumber : Hasil pengumpulan data kuesioner tahun 2016, yang diolah.
41%
59%
100%
Grafik 4.1
Data Menurut Jenis Kelamin
59%
41%
Laki-laki
Perempuan
Dari Tabel dan Grafik 4.1 di atas tampak bahwa jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan dengan jumlah 59 orang (59%), sedangkan yang terkecil adalah laki-laki dengan
jumlah 41 orang (41%), artinya bahwa produsen yang menggkonsumsi Mie Instan (INDOMIE)
di dominasi oleh kalangan perempuan.
4.1.2 Deskripsi Responden Menurut Tempat Tinggal
Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, maka diperoleh profil responden menurut
penghasilan yang ditampilkan pada Tabel 4.1.2 berikut.
Tabel 4.1.2
Jumlah Responden Berdasarkan Kecamatan
25
49%
samarinda
51%
luar samarinda
UMUR (THN)
JUMLAH (ORANG)
PERSENTASE (%)
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
11
3
9
6
21
8
12
5
7
2
3
3
2
11%
3%
9%
6%
21%
8%
12%
5%
7%
2%
3%
3%
2%
26
30
31
32
33
34
35
JUMLAH
0%
1%
5%
0%
0%
2%
100%
0
1
5
0
0
2
100
Indikator
Koefisien Korelasi
(r)
Validitas
X1.1
866
Valid
X1.2
648
Valid
X2.1
776
Valid
X2.2
X3.1
X3.2
X4.1
X4.2
Y1.1
714
778
737
851
784
743
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Y1.2
702
Valid
Alpha Cronbach
(Reliabilitas)
0.803
0.788
0.799
0.844
0.766
27
Tabel 4.1.4 di atas menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi ( r) dari setiap instrument
yang digunakan dalam penelitian lebih besar dari 0.30 ( r > 0.30). Hal ini menunjukan bahwa
instrument penelitian adalah valid. Demikian pula terhadap nilai Cronbach-Alpha dari masingmasing variable menunjukan angka yang lebih besar dari 0.60, sehingga dapat dikatakan bahwa
instrument penelitian adalah reliable. Dengan demikian instrument penelitian tersebut layak
digunakan untuk pengumpulan data.
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variable penelitian berupa distribusi persentase dari masing-masing
indikator untuk setiap variable secara lengkap disajikan pada Lampiran 6, sedangkan
secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Variabel budaya (X1)
Budaya (X1) dari produk Mie Instan (INDOMIE) di Kota Samarinda diukur
melalui 2 (dua) indikator yaitu kelompok budaya (X1.1), kelas social dan (X1.2), budaya.
Hasil dari deskripsi variable Harga (X1) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Variabel Harga (X1)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel
X1.1
11
18
22
18
31
100
X1.2
1
3
33
34
29
100
28
hingga 29 dan skor 4 artinya setuju sebanyak 18 sampai 34 orang ,dengan demikian
menunjukkan bahwa persepsi responden pada variable sosial lebih memilih sangat setuju dan
setuju, akan tetapi dari skor 5 dan 4 lebih banyak pada skor 4 (setuju), sedangkan jumlah
persepsi responden paling sedikit pada skor 1 dan 2 yang artinya sangat tidak setuju dan tidak
setuju sebanyak 17 orang.
Tabel 4.2
Deskripsi Variabel Pribadi (X2)
Skor
1
2
3
4
5
Mean
Mean
Variabel
X2.1
7
17
21
32
23
100
X2.2
4
15
29
32
20
100
29
Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Kualitas Layanan (X3)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel
X3.1
4
7
24
33
32
100
X3.2
0
9
23
26
42
100
melalui indikator Faktor Psikologis (X4.1) persepsi (X4.2) motivasi. Hasil deskripsi
variable kepuasan (X4) dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
30
Tabel 4.4
Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan (X4)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel
X4.1
10
11
23
29
27
100
X4.2
3
15
27
34
21
100
(Y1.2),. Hasil deskripsi variable keputusan pembelian (Y1) dapat dilihat pada Tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Kepuasan Pembelian (Y1)
Skor
1
2
3
4
5
Total
Mean Variabel
Y1.1
3
7
30
28
32
100
Y1.2
1
8
23
32
36
100
31
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
12.233
3.058
Residual
209.477
95
2.205
Total
221.710
99
F
1.387
Sig.
.244b
32
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
5.281
1.091
Budaya
.117
.089
Social
.026
Pribadi
psikologis
Coefficients
Beta
Sig.
4.842
.000
.139
1.311
.193
.096
.030
.273
.786
.120
.096
.127
1.244
.216
.068
.083
.088
.822
.413
33
Model Summary
Model
1
R Square
a
.235
.055
Adjusted R
Square
Estimate
.015
1.485
Keterangan table R2 :
1. R= 0,235 berarti hubungan antara factor budaya,social,pribadi dan psigologi terhadap
keputusan pembelian sebesar 23,5% artinya hubungan variable kurang erat.
2. Adjusted R Square sebesar 0,015 berarti 01,5% keputusan pembelian dapat dijelaskan
oleh factor budaya,social,pribadi dan psikologis. Sedangkan sisanya 99,45% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti ini. Standard error of
Estimated (standar deviasi) adalah 1.485 yang berarti model dinilai baik karena semakin
kecil standar deviasi berarti model akan semakin baik.
34
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor sosial dan gaya hidup konsumen
terhadap keputusan pembelian mie instan (INDOMIE) .menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil uji t maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y=5,281+0,1171+0,0262+0,1203+0,0684
Semua variable factor budaya,social,pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap
keputusan pembelian mie instan (INDOMIE)
2. Uji F dari tiap variabel X (faktor-faktor ) diperoleh faktor sosial dan
gaya hidup secara simultan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian mie instan (INDOMIE). Hal ini berarti hipotesis terbukti,
yang dapat dilihat dari hasil uji F, dimana F hitung > Ftabel =1.311
<1,984 dengan tingkat sinifikan 0,00 atau dibawah 0,05.
3. Uji t tiap variabel X (faktor-faktor) diperoleh sosial dan gaya hidup
secara parsial masing-masing berpengaruh terhadap variabel
keputusan pembelian mie instan (INDOMIE).
4. Dari kedua hipotesis yang penulis ajukan dan telah melalui
beberapa uji teknik analisa data, maka hipotesis yang berbunyi
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor
budaya,social,pribadi dan psikologis terhadap keputusan pembelian
mie instan (INDOMIE) dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
6.2 SARAN
Beberapa saran yang diajukan berkaitan dengan kesimpulan adalah
sebagai berikut:
1. Disarankan kepada perusahaan dalam hal ini produsen mie instan
(INDOMIE) yang diwakili oleh garansi-garansi resminya harus selalu
melakukan riset terus menerus untuk mengetahui perkembangan dan
keinginan konsumen terhadap produk mie instan (INDOMIE), karena
dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa faktor sosial
dan gaya hidup konsumen berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
35