Anda di halaman 1dari 15

1.1.

Latar belakang
Perubahan gaya hidup acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari
perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan
kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan
harganya terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.
Perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan
yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi.
Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan
tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie
instan ini pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu
dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh
perusahaan. Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan
oleh produsen karena kebutuhan ini akan senantiasa berubah. Perkembangan produk
mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai
makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini semakin
tinggi.
1.2.Rumusan masalah
Dengan latar belakang yang telah ada maka penulis dapat menemukan perumusan
masalah yaitu membahas tentang “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Insatant”

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai untuk mengetahui dan
memahami tentang apa itu “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Insatant”.

1.4. metode penelitian


Dari hasil penelitian data – data di atas, penulisan makalah ini menggunakan metode:

 Kepustakaan, mencari bahan kajian pada buku yang bersangkutan mengenai


masalah yang dibahas.
 Browse and search internet, mencari bahan kajian pada website yang
bersangkutan mengenai masalah yang dibahas.
1.5.Kegunaan Penelitian
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri serta bagi
para pembaca umumnya.
1.6.Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dalam 3 (tiga) Bab, yaitu: Bab I memuat Pendahuluan yang berisi:
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan. Bab II memuat uraian tentang hasil penelitian. Bab III memuat kesimpulan
dan saran.
BAB II
Pembahasan

2.1.Strategi Pemasaran PT Indofood

2.1.1. Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan


Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan Pada PT. Indofood
Sukses Makmur, TBK. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan produk, harga,
promosi, dan distribusi yang tujuannya untuk meningkatkan penjualan. Promosi adalah
kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan untuk memperkenalkan
produknya kepada konsumen, sedangkan distribusi merupakan proses pendistribusian
produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga terjadi keefektifan penjualan.

Kegiatan promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan
dikendalikan untuk mengembangkan laju perusahaan. Promosi yang tidak terkendali
akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk promosi
merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua perusahaan
untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun banyak pula yang gagal
memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan distribusi yang
kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang laku dipasar dan menyebabkan
banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian, saluran distribusi memeliki
peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh perusahaan.
2.1.2. Saluran Distribusi
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah penyaluran barang
yang dihasilkan atau barang yang akan dijual ke konsumen. Para produsen berhak
menentukan kebijakan distribusi yang akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang
serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan. Jika perusahaan berada dalam
persaingan yang semakin tajam, perusahaan harus segera mengadakan penelitian
terhadap pasarnya. Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera
konsumen dan jika mungkin menstimulir permintaan serta menciptakan langganan
(Kotler, 2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin dipilih penjual dalam
mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
2.1.3. Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran
Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi penyedia
utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan consumen di
Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan distribusinya
meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31
Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional yang
kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam menjual produknya
kepada masyarakat dengan cara :
(1) penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan
sendiri yang beroprsi di DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
(2) penjualan tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia.
Dilakukan lewat distributor lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
(3) lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik.

2.1.4. Strategi Pemasaran


Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah terjadi
pergeseran. Tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan, tahun lalu
menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merk mie instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-produk baru,
seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok
Wings yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan
Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-
warung, bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood.
Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan
Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. Meski terjadi
penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap dapat meraih kenaikan
penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada periode
yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-
rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat mempertahankan volume
penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering
The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic
growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed.
Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu
tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-
produk dengan higher price and higher margin.
2.2.Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Instant

Perubahan gaya hidup acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari
perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan
kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan
harganya terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut. Saat ini, Indofood
masih merajai pasar mie instan di Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan mie
instan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus. Selain Supermi,
Sarimi, dan Sakura, Indomie merupakan merek andalan Indofood. Begitu kuatnya citra
Indomie di pasar sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah mie instan itu
adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind mie instan). Dalam Top Brand Index
(TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan TBI berturut-turut
65,8% , 66,5% , dan 71,4% pada tahun 2006, 2007, dan 2008 (David, S.S., 2008,
Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND).
Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top Brand adalah berkat
konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A:
a). Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen
(Product).
b). Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)
c). Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)
Sekarang mari kita tinjau dari sisi produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. terhadap Indomie :
2.2.1. Product (Produk)
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki
massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu
kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie
juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram (Anonim, 2008). Indomie
memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha
memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin
bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional
(mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah Indonesia),
mie premium, serta mie jumbo.
Jenis -Jenis Produk Indomie

2.2.2. Price (Harga)


Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau
paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan
terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai
hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008).
2.2.3. Place
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus
sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin
diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi
yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada
area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga
setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang
sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga
bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo
(warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai
menu utama)
2.2.4. Promotion
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang
perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan
(Burnett, 2000). Untuk dapat mengkomunikasikan produknya dengan efektif,
perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar sasarannya (target market) dan
mengkombinasikan dengan alat promosi seperti periklanan, promosi penjualan,
hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga penjual sedemian rupa sehingga
konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk membeli produk
tersebut (Payne, 2000).

 Tagline : Indomie Seleraku


 Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
 Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA,
acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
 Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap
Burjo di Yogyakarta)
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah
stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of
Mindmerek mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian
Indomie masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa
Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi
promosinya. Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun
2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai
sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing
yang cukup kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar
beriklan lagi. Indomie menggunakan endorserartis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa,
maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia
masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara
”Indomie Jingle Dare” untuk para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih
memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan brand
awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat remaja/pelajar
sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan semacam
”edukasi” mengenai Indomie.
Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali warung yang menyediakan menu mie instan
(disebut Burjo). Untuk membangun relationship dengan Burjo (meskipun tidak semua
Burjo), agen-agen Indofood menyalurkan langsung Indomie kepada Burjo. Selain itu
untuk memelihara eksistensinya, Indomie juga beriklan dengan cara membuatkan
spanduk bertema Indomie yang berisikan nama Burjo (shop sign). Sehingga pada benak
konsumen tertanam bahwa Burjo hanya menjual produk Indomie. Hal ini juga
merupakan bagian dari marketing mix Indomie.
2.3. Pasang Surut PT. Indofood Dalam Memasarkan Produk
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia.
Bayangkan, ketika itu Indofood menguasai sekitar 90% pangsa pasar!
Sebagai dominantmarket leader, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya
sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari
WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan Indofood kehilangan
pangsanya. Marketshare yang mencapai 90% itu pelan-pelan tergerogoti sehingga
sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian pasar – bisa
jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya
tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi
pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya.
Raksasa mie instant ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan
mengembalikan market share yang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan meluncurkan
Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam
rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini
dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak
permainan challenger”–kesalahan yang sering dilakukan oleh big brands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood
meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati
diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya
disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie
disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih
difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan
meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto
(GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan
Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand
unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang hampir separuh omset
divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang
melenggang sendiri tanpa head oncompetitor, Indofood sudah mengantisipasinya
dengan upaya building brand melaluikampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah agresivitas Indofood sebagai reaksi
atau jawaban atas gencarnya program pemasaran kompetitor. ”Kami tidak melihat
kompetitor sebagai musuh. Kami melihat kompetitor sebagai teman dalam usaha
membesarkan pasar mi instant. Masing-masing juga punya satu kesempatan untuk
berinovasi,” kata Taufik diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi pembicaraan seru di komunitas Mix-
MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada yang menilai negatif, ada pula yang
membandingkannya dengan action kompetitor. Seorang marketer yang enggan
mengungkapkan jati dirinya menilai brand concept Mie Sedaap lebih baik. Iklan Mie
Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan ”mie yang bergizi,” katanya, jauh
lebih cerdas dan berkonsep. “Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan
tersebut mampu mengubah image bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image.
Hanya dengan menambahkan kata ‘bervitamin dan bergizi’,” urai BrandMaker,
demikian peserta milis itu menyamarkan jati dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema kampanye ”bergizi” seperti
yang dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie tidak me-maintain kampanye itu.
BrandMaker mengkhawatirkan kemiripan target market—yang dipresentasikan oleh
talent iklan Supermi, Pop Mie—akan menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang
saudara” antara sesama brand Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang turut berkomentar di milis,
beranggapan bahwa langkah Indofood mengepung Mie Sedaap sangat tepat.
Menurutnya, Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam
hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan
Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena konsepnya berbeda. Sementara WingFood, hanya
memiliki satu brand, Mie Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi target
market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan harga yang diwujudkan dalam
varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan terjadi. Tapi hasilnya Indofood tetap akan unggul.
Setidaknya, market share-nya tidak akan turun lagi, malah mungkin akan meningkat,”
ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat dimaklumi. Menurut catatan
MIX, pada 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie Sedap
masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang gebyar,
pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa pasar Indofood turun,
diperkirakan menjadi sekitar 75%–25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Kini
pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa Barat,
Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per hari), diikuti
oleh Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1 karton), Kare (1 karton), Sarimi (½
karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari). Sedangkan produk baru Supermi GoSo,
GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton sehari. ”Di antara merek-
merek tersebut, hanya Mie Kare yang sampai sekarang masih melakukan promosi ”beli
10 dapat 1 mangkuk,” tutur Haidir, karyawan bagian merchandising minimarket yang
dalam sehari dikunjungi sekitar 500 orang ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas pemasaran Mie Sedaap sangat
gencar. Tidak hanya di above the line, di tataran trade marketing pun Mie Sedaap
begitu intense. Ronald Sipahutar, moderator milis Marketing Club, mengamati Mie
Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun dan
dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola warung membuat
Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor
ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat masih tinggal di Jogja, saya masih
menemukan warung-warung dengan sisa spanduk yang kumuh bertuliskan ‘Warung
Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik warung, dengan bangganya mereka
mengatakan betapa bagusnya support Indomie saat itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie langganannya, dia
melihat warung tersebut juga mulai menjual Mie Sedaap—walaupun, hanya beberapa
bungkus. ”Saya juga melihat spanduk biru yang bututnya sudah diganti dengan spanduk
Warung Sedaap yang bagus dan kinclong. Menurut pedagangnya, laku tidak laku Mie
Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp 50 ribu per bulan,” ungkap Ronald mulai
menangkap gejala sebuah aktivitas akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini
Indomie tidak tutup mata dan terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan
bertindak adalah cara jitu memukul marketleader,” ucap Ronald mengingatkan.
2.4.Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif Digunakan Dalam Memasarkan Produk
Indomie Menurut Penulis.
Menurut penulis strategi pemasaran yang paling efektif dalam memasarkan produk
indomie adalah dengan cara berikut, seperti : Iklan, Event, Pembuatan Shop Sign.
2.4.1. Iklan
Iklan adalah setiap bentu komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk,
servis atau ide yang di bayar oleh satu ponsor yang diketahui.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan malah dengan iklan itulah yang
membuat semua orang tahu ternyata ada produk baru, ternyata, muraah, ternyata
indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media elektronik, billboard, iklan di TV,
sebagai sponsor acara, dan iklan lebih terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan
iklan di media internet. Dengan menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan
dengan cepat menyebar kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang
begitu gencar saat ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi
dan di pertahankan oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang
paling laris dan mnyeluruh.

Gambar diatas salah contoh iklan yaitu billboard


2.4.2. Event
Event adalah kegitan yang dilakukan dengan melakuakan roadshow atau membuat
acara-acara meriah di suau wilayah ataupun tempat. Dengan melakukan kegiatan event
ini kita selaku produsen dan masyarakat sebagai konsumen serasa lebih dekat dengan
perusahaan ataupun produk yang ditawarkan.
Event juga bertujuan menawarkan dan mempromosi malah menjual produk yang di
tawarkan. Biasanya event ini menghadirkan orang-orang terkenal dan berpengaruh atau
juga publik figur seperti artis, motivator dan lain sebagainya sebagai daya tarik dari
acara tersebut.
 Salah satu dari kegiatan event yaitu seperti : Indomie menggelar ajang membuat
lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung
pada 24 April 2008.

Gambar diatas merupakan salah satu contoh event


2.4.3. Pembuatan shop sign
Pembuatan shop sign ini adalah membuat pesan-pesan yang menarik tentang produk
yang kita tawarkan berupa spanduk dan itu kita beri secra cuma-Cuma dan gratis kepada
pihak warung dan kedai-kedai yang berada di seluruh penjuru negeri indonesia dengan
juga menampilkan nama toko,kedai dan warung serta pemiliknya, namun dengan pihak
warung atau kedai juga harus bekersama dengan pihak produsen dalam hal
memasarkan produk yang ingin di pasarkan.
Dalam hal ini kedua belah pihak saling mendapat keuntungan dan sampai saat ini
startegi pemasaran ini masih digunakan dan berjalan lancar sampai saat ini.

 Salah sato contuhnya pemasarannya yaitu seperti : (Spanduk Nama Burjo


dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Itulah strategi yang paling efektif yang dapat dijalankan oleh pihak PT. Indofood dan
sampai saat ini strategi ini masih digunakan dan penulis juga sependapat dengan apa
yang dilakukan oleh pihak PT. Indofood.
Gambar diatas merupakan salah satu contoh dari pembuatan shop sign
BAB III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Setiap tahunnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus mengendalikan biaya promosi
agar biaya promosi yang di keluarkan untuk promosi produk tidak mengeluarkan biaya
yang terlalu banyak yang menjadi pemborosan perusahaan dan supaya tingkat penjualan
tidak menurun.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus melakukan pendistribusian yang sesuai dengan
target pasar, produk yang yang dihasilkanpun harus memenuhi dengan minat konsumen.
Jika distribusi tidak sesuai dengan target pasar maka barang yang diproduksi kurang
mendapat minat dari konsumen.
Melihat produk dari perusahaan yang menjadi pesaing perusahaan dengan melakukan
riset terhadap pasar. Menambah unggulan-unggulan terhadap produk yang akan
dipasarkan, memperhatikan kualitas produk yang ingin dipasarkan, melihat kebutuhan
dari konsumen dan perusahaan melakukan gebrakan yang menjadi daya tarik konsumen
terhadap produk yang dipasarkan.
Jika dari biaya promosi, biaya distribusi, serta strategi-strategi yang menjadi modal
perusahaan dapat berjalan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan, perusahaan
tidak akan mengalami penurunan disetiap tahun.
3.2.Saran
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Indomie harus meningkatkan kewaspadaan kepada
produksi mie lain dengan melakukan promosi yang sangat agresif, harus melakukan
gebrakan yang sangat luar biasa, harganya di bawah dari produk lain, ditambah
keunggulan-keunggulan lain, menentukan kualitas produk, memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen,
sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut
sesuai dengan karakteristik dari masing-masing atau tidak. Melakukan riset pemasaran
yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan
konsumen akan suatu produk mie

Anda mungkin juga menyukai