Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

Analisis Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Terhadap Belanja Fashion

Perspektif Etika Konsumsi Dalam Islam

(Studi Kasus Desa Kuala Dua)


Acc 26-03-2024

Ilhamdi, S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Nuzul Rahmadanti

12003129

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2024
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

1. BAB I PENAHULUAN.................................................................................... 3

A. Latar Belakang ....................................................................................... 3

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ......................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

D. Signifikansi Penelitian ......................................................................... 13

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 15

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 16

A. Kajian Pustaka...................................................................................... 16

B. Kajian Teoritis...................................................................................... 25

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 33

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 34

A. Jenis, Metode, dan Pendekatan Penelitian ......................................... 34

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 35

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.................................................. 35

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 38

E. Teknik Uji Keabsahan Data............................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsumsi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia setiap hari. Konsumsi

merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan barang

dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan secara langsung, untuk

memenuhi kebutuhan baik individu atau bersamaan. Orang yang melakukan

kegiatan konsumsi dapat disebut sebagai seorang konsumen, sedangkan produk-

produk yang dikonsumsi merupakan barang maupun jasa yang ditawarkan oleh

produsen kepada konsumen.1 Berdasarkan data Indonesia Millennial Report

dikemukakan oleh OJK pada tahun 2019 menunjukan, milenial xukup konsumtif

menggunakan uang. Mayoritaspengeluaran milenial dihabiskan untuk keperluan

rutin (51,1%). Hanya sedikit yang disisakan untuk tabungan (10,7%). Bahkan minat

terhadap investasi juga masih rendah (2%).2

Islam tidak hanya mengatur tentang ibadah dan cara mendekatkan diri kepada

pencipta-Nya, namun juga kegiatan perekonomian. Perbedaan antara ilmu ekonomi

modern dengan ilmu ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara

pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan setiap orang. Islam tidak mengakui

kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi.3 Akan tetapi Islam juga

mengajarkan manusia untuk hidup bersyukur dan menikmati tanpa berlebihan.4

1
Penelitian Konsumsi: Fungsi, Ciri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konsumsi (Diakses pada 18 November 2023, Pukul 10.32 WIB)
2
Nurul Safaura Azizah, “Pengaruh Literasi Keuangan, Gaya Hidup Pada Perilaku Keuangan Pada
Generasi Millenial” Prisma (Platfrom Riset Mahasiswa Akuntansi) Vol. 1 No. 2 Tahun 2020 Hal: 92-93.
3
Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek (Dasar-Dasar Ekonomi Islam),
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2013), h.44.
4
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia, Ekonomi
Islam, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada bekerja sama dengan BI, 2015), h. 9-11.

3
Ajaran-ajaran Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara

wajar dan berimbang.

Menurut Imam al-Ghazali kebutuhan adalah keinginan manusia untuk

mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan menjalankan fungsinya yaitu menjalankan tugasnya sebagai hamba

Allah dengan beribadah secara maksimal. Karena ibadah kepada Allah adalah wajib,

maka berusaha untuk memenuhi kebutuhan agar kewajiban itu terlaksana dengan

baik, hukumnya menjadi wajib juga, sebagaimana kaidah yang berlaku.

Dalam aktivitas ekonomi, Islam memberikan prinsip-prinsip yang harus

dipegangi, yaitu pertama, prinsip yang tidak memperbolehkan memakan harta orang

lain secara batil. Seperti Firman Allah SWT (dalam Surat Al-Baqarah ayat 188).

Kedua, prinsip saling rela, yaitu menghindari pemaksaan yang menghilangkan hak

pilih seseorang dalam muamalah (dalam Surat An Nisa ayat 29). Ketiga, prinsip

tidak mengandung praktek eksploitasi dan saling merugikan yang membuat orang

lain teraniaya (dalam Surat Al-Baqarah ayat 279). Keempat, prinsip tidak

mengandung riba (dalamSuratAr- Rumayat 39, Surat An Nisa ayat161,Surat Al-

Imran ayat 130, dan Surat Al-Baqarah ayat 275-278). Kelima, prinsip tidak melakukan

penipuan (dalam Hadis Bukhari).5

Ada beberapa pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli

diantaranya adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku konsumen adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang

berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,

menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi

lingkungan”. Menurut Winardi dalam Sumarwan (2003) definisi perilaku konsumen

5
Al Imam Abu Hamid Al Ghozali, Al-Mustasfa Min ‘Ilm al-Ushul, (Beirut: Dar al-Maktab al-Alamiyyah, 1964),
h. 48.

4
adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli

dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”.6

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi yakni tentang gaya

hidup. Gaya hidup ditunjukkan dengan perilaku sekelompok orang atau masyarakat

yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama. Konsumen dari dalam

Inner Direccted merupakan gaya hidup konsumen yang membeli sesuatu produk

untuk memenuhi keinginan dari dalam dirinya untuk memiliki sesuatu dan tidak

terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang.7

Menurut pengamat digital lifestyle Ben Soebiakto bahwa generasi milenial

sangat konsumtif dikarenakan dipengaruhi budaya digital dan penggunaan internet.

Internet telah mengambil peran yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Penetrasi internet di Indonesia telah melampaui aknga 50 persen dari total

penduduk. Menurut survey APJII pada 2018. Generasi milenial menggunakan

internet untuk melakukan segala jenis transaksi, dari tansportasi, membeli makanan,

jalan-jalan dan berbelanja pakaian hingga kebutuhan sehari-hari. Budaya digital dan

penggunaan internet pada generasi milenial ini didukung beberapa faktor. Faktor

pertama adalah peer presure dari komunitas atau lingkungan pertemanan. Dimana

orang-orang milenial ini memiliki dorongan untuk ikut memiliki suatu barang yang

dipakai oleh lingkungan pertemanan atau komunitasnya.

Faktor kedua adalah pengaruh dari influencer di media sosial. Influencer dapat

menarik perhatian siapa saja yang mengikutinya di media sosial termasuk generasi

milenial sesuai dengan kegemaran dan keterarikannya masing-masing. Influencer

yang memproduksi konten dan memiliki pengikut yang banyak biasanya bekerja

6
Totok Subianto, “Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya Terhadap Keputusan Pembelian,
Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol. 3, No. 3, Oktober 2007, http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id Hal: 168.
7
N.Gregory M Juankiw, dkk. Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 42.

5
sama dengan berbagai brand produk terutama produk fashion yang banyak diminati

orang-orang termasuk milenial. Menurut Ben, endorsement lewat influencer media

sosial ini merupakan cara pemasaran produk yang lebih efektif bagi generasi

milenial dibandingkan memasang iklan di televisi.

Dari beberapa kategori generasi milenial, Ben menyebut bahwa kategori yang

paling konsumtif adalah generasi milenial yang merupakan first jobbers, yakni

orang-orang yang saat ini berusia di awal 20-an dan baru memiliki pekerjaan untuk

pertama kalinya. Hal ini disebabkan mereka baru saja mulai mendapat pendapatan

sendiri, dan masih bisa menggunakan seluruh pendapatan tersebut untuk dirinya

sendiri. First jobbers dinilai lebih konsumtif dibandingkan generasi milenial yang

telah berusia lebih dari 30 tahun. Kategori generasi milenial yang lebih tua ini

biasanya sudah menikah, dan sudah mulai melakukan pengeluaran yang lebih

terencana karena memiliki keluarga.8

Pada era revolusi industri 4.0 saat ini, perkembangan teknologi informasi

mulai dari smartphone hingga media sosial telah mengubah gaya hidup masyarakat.

Dengan kemajuan teknologi yang telah mempermudah pekerjaan masyarakat baik

secara langsung maupun tidak langsung telah merubah gaya hidup masyarakat.

Perubahan gaya hidup mendorong masyarakat modern saat ini menjadi masyarakat

yang cenderung konsumtif. Saat ini perubahan gaya hidup yang konsumtif sangat

terlihat pada generasi modern atau yang bisa disebut dengan generasi milenial

(Millenial Genration).9

Dr. Alexis Abramson dalam laman BBC mengungkapkan adanya pembagian

generasi akan mempengaruhi perilaku, persepsi, nilai, dan kebiasaan. Di Indonesia,

8
Alasan Generasi Milenail Lebih Konsumtif, https://www.cnnindonesia.com/, (diakses pada 18 Desember 2023
pukul 19.50).
9
Skripsi oleh Yessi Vina Winata, “Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Dalam Penggunaan Paket Data
Internet Perspektif Etika Konsumsi Islam (Studi Kasus Pada Mahasiswa Febi Iain Bengkulu)” Tahun 2021.

6
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan populasi Indonesia dalam enam

generasi, yaitu Post Generasi Z (Post Gen Z), Generasi Z (Gen Z), Milenial,

Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre-Boomer. Dalam sensus penduduk 2020,

Gen Z dan Milenial mendominasi penduduk Indonesia yang per September 2020

mencapai 270,20 juta jiwa. Gen Z berjumlah 74,93 juta atau 27,94% terhadap total

penduduk, Milenial 69,38 juta jiwa (25,87%), Gen X 58,65 juta jiwa

(21,88%), Baby Boomer 31,01 juta jiwa (11,56%), Post Gen Z 29,17 juta jiwa

(10,88%), dan Pre-Boomer 5,03 juta jiwa (1,87%).10

Generasi ini disebut juga generasi Y, lahir pada 1981-1996 (saat ini berusia

27-42 tahun di tahun 2023). Kisaran usia Milenial tersebut sesuai dengan rata-rata

usia yang ada di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya,

Kalimantan Barat. Disebut generasi milenial karena generasi ini pernah melewati

millennium kedua sejak teori generasi ini pertama kali dikemukakan oleh Karl

Mannheim pada tahun 1923. Generasi milenial ini lahir bersamaan dengan

munculnya teknologi informasi dan komunikasi yang membuat mereka mengenal

gawai, mengakses komputer dan memiliki sosial media. Hal tersebut membentuk

karakter yang kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan teknologi. 11 Generasi Y

dikenal dengan sebutan generasi milenial. Generasi ini banyak menggunakan

teknologi komunikasi instan dan media sosial seperti email, instant messaging,

facebook, twitter, IG, Olshop, game online dan lain-lain. Sehingga dengan kata lain

generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming.12

10
Jumlah Penduduk menurut Wilayah, Klasifikasi Generasi, dan Jenis Kelamin, Indonesia, 2020,
https://sensus.bps.go.id/topik/tabular, (diakses pada 18 November 2023, Pukul 19.34 WIB)
11
Artikel oleh Muhtar, “Mengenal 6 Macam Generasi di Indonesia Sesuai Tahun Lahir, Kamu Termasuk yang
Mana?”, https://uici.ac.id/, (diakses pada 18 September 2023, Pukul 19.43 WIB).
12
Syarif Hidayatullah, dkk. “Perilaku Generasi Milenial dalam Menggunakan Aplikasi Go-food”, Jurnal
Manjemen dan Kewirausahaan, Vol.6, No.2, 2018, (Desember, 2018), h. 240-242.

7
Gaya hidup online seperti sudah menjadi bagian dari jiwa seorang milenial. Di

Desa Kuala Dua mulai terpengaruh dengan perilaku konsumtif berdasarkan

pengamatan sementara peneliti, beberapa masyarakat generasi milenial di Desa

Kuala Dua yang melakukan kegiatan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan dan

mengikuti gaya hidup modern, salah satunya dalam mode pakaian atau fashion style,

sehingga pada akhirnya masyarakat Desa Kuala Dua cenderung kepada perilaku

konsumtif terutama untuk gaya hidup yang semakin canggih. Kecenderungan

masyarakt milenial yang bersifat konsumtif yang berlebihan ini lah yang akan

menimbulkan dampak bagi masyarakat itu sendiri atau pun lingkungan sekitarnya.

Pada fenomena tersebut jika dibiarkan akan menimbulkan budaya konsumtif yang

akan merugikan diri sendiri maupun lingkungan.

Teori konsumsi yang Islami dibangun atas dasar syariah Islam, menyangkut

nilai dasar yang menjadi fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik

pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi, juga digerakkan oleh motif

pemenuhan kebutuhan (need) untuk mencapai manfaat yang maksimum (maximum

mashlahah).13 Seperti, dalam Alquran surat Al-A’Raf ayat 31:

٣١ ࣖ ‫ْسِف ر َْي‬
ِ ‫ْسفُ رواۚ ِان َّ ٗه ََل ُ ُِي ُّب الر ُم ر‬
ِ ‫اْشبُ روا َو ََل تُ ر‬ ‫يٰبَ ِ ر ْٓن ٰا َد َم خ ُُذ روا ِزيرنَتَ ُ رُك ِع رندَ ُ ِ ل‬
َ ‫ك َم رسجِ ٍد َّو ُ ُُك روا َو ر‬

Artinya : ”Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada

setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah

berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang

berlebihan.” (QS Al-A'raf:31).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebagai manusia tidak baik hidup melampaui

batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan melampaui batas makanan-makanan

yang telah dihalalkan. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk makan dan


13
Skripsi oleh Yessi Vina Winata, “Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Dalam Penggunaan Paket Data
Internet Perspektif Etika Konsumsi Islam (Studi Kasus Pada Mahasiswa Febi Iain Bengkulu)” Tahun 2021.

8
minum secukupnya tanpa berlebih-lebihan.14 Islam harus berorientasi pada

mashlahat yakni bermanfaat baik secara material, fisik, intelektual, lingkungan, dan

tentunya dalam jangka waktu yang panjang. Di samping itupun jenis barang atau

jasa yang dikonsumsi haruslah halal, baik, bermanfaat dan diridhoi oleh Allah SWT.

Penelitian terkait perilaku konsumsi fokus dilakukan di Desa Kuala Dua,

Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Secara geografis Kabupaten Kubu

Raya terletak pada 108° 35’ – 109° 58’ Bujur Timur dan 0° 44’ Lintang Utara – 1°

01’ Lintang Selatan. Kabupaten ini berada di bagian barat Provinsi Kalimantan

Barat. Luas wilayahnya yaitu 6.985,20 km² terdiri dari daratan seluas 4.785 km² dan

lautan seluas 2.197 km² dengan 39 pulau-pulau kecil. Kabupaten Kubu Raya secara

umum merupakan daerah dataran yang relatif datar dengan garis pantai sepanjang

149 Km.

Kabupaten Kubu Raya merupakan bagian terdepan dari Propinsi Kalimantan

Barat yang secara geografis terletak diantara Koordinat 108° 35’ – 109° 58’ BT 0°

44’ LU – 1° 01’ LS. Kabupaten Kubu Raya adalah Kabupaten hasil pemekaran dari

Kabupaten Pontianak yang terbentuk melalui Undang Undang No. 35 tahun 2007.

Dengan luas wilayah 6.985,24 Km2.15

Wilayah administratif Kabupaten Kubu Raya meliputi 9 Kecamatan yaitu:

Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai

Raya, Sungai Ambawang, Kuala Mandor B. Kecamatan terluas adalah Kecamatan

14
Artikel oleh Meriana MT, “Surat Al A'raf Ayat 31 Arab Latin Artinya, Tentang Dalil Mengapa Kita Harus
Berpakaian Baik dalam Beribadah”, https://www.muslimterkini.id/, (diakses pada 18 November 2023, Pukul
20.09 WIB).
15
"Kabupaten Kubu Raya Dalam Angka 2023" , www.kuburayakab.bps.go.id. hlm. 8, 72 (Diakses tanggal 19
November 2023, pukul 10.34).

9
Batu Ampar dengan luas 2.095,61 Km2 dan Kecamatan yang terkecil adalah

Kecamatan Rasau Jaya dengan luas 230,74 Km2.16

Penduduk Kabupaten Kubu Raya berjumlah 609.392 jiwa (2020) dengan

tingkat kepadatan 72 jiwa per Km2, secara historis hidup rukun dan damai, dengan

komposisi penduduk yang multi ras dan multi agama, pemeluk agama sebagian

besar adalah Islam (82%), sangat toleran terhadap pendatang sehingga akulturasi

antar budaya terjadi secara alami. Di Kabupaten Kubu Raya TPAK sebesar 64,66

persen. Pada tahun 2022, angkatan kerja laki-laki di Kabupaten Kubu Raya sebesar

183.274 jiwa (62,36 persen) sedangkan perempuan sebesar 110.643 jiwa (38,64

persen). Jumlah penduduk bekerja laki-laki sebesar 170.911 orang (62,20%)

sementara jumlah penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 95.306 orang

(35,80%). Jumlah penduduk laki-laki yang menganggur sebanyak 11.384 orang

(57,95%) sedangkan jumlah penduduk perempuan yang menganggur sebanyak 8.259

orang (42,04%). Jumlah atau persentase perempuan yang menganggur lebih kecil

dibanding penduduk laki laki, hal ini bukan berarti penduduk perempuan lebih aktif

dalam kegiatan ekonomi namun penduduk perempuan lebih banyak merupakan

bukan angkatan kerja karena mengurus rumah tangga.

Persentase angkatan kerja menurut jenis kelamin di Kabupaten Kubu Raya.

Angkatan kerja laki-laki sebanyak 63,77 persen (182.295 jiwa) lebih besar

dibandingkan dengan angkatan kerja perempuan yang hanya 36,23 persen (103.565

jiwa). Hasil Sakernas Agustus 2022, menunjukkan jumlah penduduk 15 tahun ke

16
Kondisi Geografis Kubu Raya, https://kuburayakab.go.id/tentang/geografis (diakses pada 19 November 2023,
pukul 09.35 WIB).

10
atas yang bekerja sebanyak 266.217 orang. Penduduk bekerja laki-laki sebesar

170.911 orang sementara penduduk perempuan sebesar 95.306 orang.17

Persentase perempuan bekerja lebih sedikit dibandingkan laki-laki (38,66

persen berbanding 21,55 persen), hal ini tidak lepas dari budaya umum masyarakat

bahwa yang bekerja adalah laki-laki, sementara perempuan sebaiknya cukup

dirumah mengurus rumah tangga. Sakernas Agustus 2022 jumlah pengangguran di

Kabupaten Kubu Raya sebanyak 19.643 orang dengan rincian pengangguran laki-

laki sebanyak 11.384 orang dan perempuan sebanyak 8.259 orang. Konsentrasi

penduduk tertinggi terdapat di tiga kecamatan yaitu Sungai Raya yang merupakan

Ibu kota Kabupaten, Sungai Kakap dan Sungai Ambawang. Hal ini sangat logis

mengingat ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang mengelilingi Ibukota

Propinsi Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak.18

Sungai Raya adalah ibu kota Kabupaten Kubu Raya yang sekaligus menjadi

pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Kubu Raya. Sungai Raya

juga merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terletak di Kabupaten Kubu

Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Secara geografi berbatasan langsung

dengan Kota Pontianak, ibu kota provinsi Kalimantan Barat. Bandar Udara

Internasional Supadio merupakan bandara utama di provinsi Kalimantan Barat,

terletak di Sungai Raya. Adapun batas wilayah kecamatan Sungai Raya, bagian

Utara berbatasan dengan kota Pontianak dan Kecamatan Sungai Ambawang. Di

sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Kubu dan kecamatan Terentang. Di

sebelah Barat dengan Kecamatan Sungai Kakap dan sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Sanggau.

17
Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Kubu Raya 2022
18
Geografi Kabupaten Kubu Raya, https://prokopim.kuburayakab.go.id/page/geografi (diakses pada 29 Oktober
2023, Pukul 19.47 WIB)

11
Kecamatan Sungai Raya memiliki penduduk sebanyak 216.643 jiwa ditahun

2020, dengan kepadatan penduduk 233,12 jiwa/km². Sebagai ibukota kabupaten,

kecamatan Sungai Raya memiliki beragam Suku, Agama dan Ras serta Adat istiadat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2020, penduduk Sungai Raya mayoritas

memeluk agama Islam yakni 74,77%, kemudian Budha 13,72%, Kristen 11,12%

(Katolik 5,59% dan Protestan 5,53%), kemudian Konghucu 0,22% dan sebagian

kecil memeluk agama Hindu 0,16%, dan kepercayaan 0,01%.19 Penduduk dari

suku Melayu, Tionghoa, Dayak, merupakan warga asli kawasan ini. Dan juga

penduduk pendatang seperti suku Jawa, Bugis, Madura, Batak, dan lainnya.20

Kuala Dua adalah desa di kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu

Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Desa Kuala Dua terletak sebelum memasuki

area Rasau Jaya dan Alas Kusuma adalah salah satu desa di kecamatan Sungai Raya.

Desa Kuala Dua terletak tidak jauh dari Bandar Udara Supadio. Desa Kuala Dua

dihubungkan oleh Jalan Kiai Haji Abdurrahman Wahid setelah melintasi Pangkalan

Lanud Supadio.21 Luas Wilayah daratan Desa Kuala Dua kurang lebih 46.870

km². Desa ini termasuk paling luas di Kubu Raya. . Jarak Desa Kuala Dua ke ibu

kota kecamatan ±6,3 km sedangkan jarak dari desa ke Ibu Kota Kabupaten ±28,00

km.22 Desa Kuala Dua terdiri dari 4 Dusun, 6 RW dan 69 RT, adapun dusun-dusun

yang terdapat di Desa Kuala Dua antara lain Dusun Keramat I, Karya I, Keramat II

dan Karya II. Batas wilayah desa Kuala Dua di bagian barat berbatasan dengan

Arang Limbung dan Limbung. Di bagian timur berbatasan dengan Mekar Sari, Di

bagian selatan dengan Ambangah. Sementara bagia Utara dengan Rasau Jaya
19
"Kabupaten Kubu Raya Dalam Angka 2020", www.kuburayakab.bps.go.id, (Diakses tanggal 19
November 2023).
20
Sungai Raya, Kubu Raya, https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Raya,_Kubu_Raya, (diakses pada 19
November 2023)
21
Kuala Dua, Sungai Raya, Kubu Raya, https://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Dua,_Sungai_Raya,_Kubu_Raya,
(diakses 19 November 2023).
22
BPS Kecamatan Sungai Raya dalam angka, 2019.

12
Umum, Kecamatan Rasau Jaya. Jumlah penduduk Desa Kuala Dua yaitu mencapai

27.510 jiwa. Jumlah ini terdiri dari 13.446 jiwa merupakan laki-laki dan 14.065 jiwa

merupakan wanita.23

Peneliti mencoba meneliti permasalahan mengenai perilaku konsumsi pada

generasi milenial terhadap belanja fashion dan peneliti mengambil judul penelitian

mengenai: “Analisis Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Terhadap Belanja

Fashion Perspektif Etika Konsumsi Dalam Islam (Studi Kasus Desa Kuala

Dua)”

B. FOKUS DAN PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus pertanyaan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku konsumsi generasi milenial di Desa Kuala Dua terhadap

belanja fashion perspektif etika konsumsi dalam Islam?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah di jelaskan diawal, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumsi pada generasi

milenial di desa Kuala Dua terhadap belanja fashion dalam perspektif etika

konsumsi dalam Islam

D. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini tentang tindakan apa yang dapat diberikan

setelah selesai melakukan penelitian. Manfaat dapat bersifat teoritis dan praktis.

23
Kecamatan Sungai Raya Dalam Angka 2020, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya, BPS Kabupaten
Kubu Raya.

13
Seperti manfaat terhadap penulis, instansi, masyarakat secara umum. Penelitian ini

diharapkan dapa memberikan manfaat bagi banyak pihak, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini berharap menjadi salah satu referansi dalam

melakukan penelitian bagi peneliti lainnya dalam menyelesaikan penelitian

mengenai perilaku konsumsi generasi milenial.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti, mengetahui

bagaimana perilaku konsumsi masyarakat di Desa Kuala dan peneltian ini

juga sebagai bagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di

Fakultas Ekonomi Syariah dan Bisnis Islam, program studi Ekonomi

Syariah.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan untuk memikirkan kembali akibat atau dampak

dari tindakan yang diambil. Karena didalam agama Islam sendiri dilarang

melakukan sesuatu yang berlebihan dan baiknya rezeki lebih yang kita

punya untuk disedekahkan kepada yang lebih membutuhkan agar

mendapat pahala dan terhindar dari pemborosan yang merugikan.

3. Bagi IAIN Pontianak

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan dan bahan referensi

tambahan bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa program studi

ekonomi syariah.

14
E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudahkan penelitian ini, maka peneliti menyusun kerangka

sistematika penulisan. Pada tahap ini masing-masing bagian akan membahas dengan

singkat terkait isi penelitian sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang, fokus dan pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan perilaku

konsumsi pada generasi Y ( Milenial) dari penelitian yang dilakukan.Terdiri

dari teori dasar, definisi konsep dan kerangka berpikir.

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas terkait metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu jenis, metode dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian,

teknik dan alat pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan

teknik uji keabsahan data.

BAB 4: PAPARAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas paparan data, pembahasan, dan hasil

penelitian.

BAB 5: PENUTUP

Pada bab ini peneliti membahas kesimpulan dan saran dari penelitian.

15
BAB 2

TINJAUAN PUSTKA

A. KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian, peneliti melakukan riset dan menelaah penelitian terdahulu

dari jurnal-jurnal, buku dan skripsi yang memiliki hubungan dengan penelitan ini

sebagai bandingan atau menjadi rujukan:

1. Jurnal dengan judul “Analisis Perilaku Pelanggan Generasi Y dan Z dalam

memilih Coffee Shop Brand Lokal” karya Tria Husnul Chotimah, Asep

Parantika tahun 2020. Peneliti tersebut membahas pembahasan mengenai

faktor-faktor pemilihan Coffee Shop dengan Brand Local serta aktivitas yang

dilakukan.Saat konsumen membeli sebuah produk kopi akan melihat harga,

pelayanan dan produk. Pada saat ini generasi Y dan Z menyukai memilih

produk dengan Brand Local karena rasanya memiliki ciri khas tersendiri dan

rasanya yang unik. Faktor lainnya, generasi Y dan Z menyukai karena harga

yang relatif murah dan konsep ide yang unik serta menu yang bervariatif dan

tempat suasana yang nyaman dilengkapi dengan fasilitas seperti wifi, AC,

colokan (stekker) listrik, toilet dan smoking room menjadi daya tarik generasi

muda untuk mengunjungi sebuah Coffee Shop. Generasi Y dan Z

menghabiskan waktu di Coffee Shop 3-4 jam dan mereka mengunjungi saat

weekday, dalam sebulan mereka datang 3-4 kali dalam sebulan. Aktivitas yang

dilakukan mengobrol, mengerjakan tugas, bertukar pikiran dan menikmati

kopi sambil merokok dengan suasana yang nyaman. Biasanya mereka datang

sambil untuk berswafoto (selfie) karena tempatnya yang aesthetic sehingga

mereka senang mengunjungi Coffee Shop.

16
Metode yang digunakan dalam penelitan tersebut menggunakan metode

deskriptif kualitatif yang mana dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan faktor-faktor pemilihan coffee shop brand lokal

dan mengetahui aktivitas yang dilakukan di coffee shop. Data penelitian ini

mengunakan data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara, observasi,

dokumentasi dan studi pustaka. Persamaan dari pnelitian ini adalah membahas

perilaku konsumsi yang terdapat pada generasi Y namun dipenelitian tersebut

membahas mengenai generasi Y dan Z dalam faktor pemilihan Coffe Shop

sedangkan penelitian ini membahas terkait bagaimana perilaku konsumsi pada

generasi milenial terhadap belanja fashion perspektif etika konsumsi dalam

Islam.

2. Jurnal dengan judul “Pengaruh Electronic Money, Gaya Hidup dan

Pengendalian Diri Terhadap Perilaku Konsumsi Islam” Karya Maulidysneni

Nurvita Sukma, dan Clarashinta Canggih tahun 2021. Penelitian ini membahas

mengenai pengaruh electronic money, gaya hidup dan pengendalian diri

terhadap pola perilaku konsumsi islam generasi Y dan Z di kota Surabaya.

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kuantitatif. Jenis dan sumber data

pada penelitian ini adalah sumber data primer karena data yang diperoleh

adalah data dari sumber secara langsung dari tangan pertama yaitu Generasi Y

dan Z di kota Surabaya. Hasil uji marginal effect memperlihatkan bahwa

variabel pengendakian diri berpengaruh positif terhadap pola perilaku

konsumsi islam. Hal tersebut disebabkan para generasi Y dan Z di kota

17
Surabaya selalu mengevaluasi gaya hidup terbaru dengan mengukur dampak

yang terjadi, apakah dampak yang terjadi akan lebih baik atau lebih buruk.

Dalam hal pengendalian diri para generasi Y dan Z melakukan penghematan

ketika terlanjur membeli barang diluar perencanaan keuangan yang telah

dibuat. Pada penelitian ini adalah, variable electronic money menunjukkan

bahwa semakin tinggi nilai penggunaan electronic money maka probabilitas

pola perilaku konsumsi secara islami semakin rendah. Sedangkan untuk

variabel gaya hidup menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya hidup maka

probabilitas pola perilaku konsumsi secara islami semakin rendah, dan untuk

variabel pengendalian diri menunjukkan bahwa semakin rendah nilai

pengendalian diri maka probabilitas pola perilaku konsumsi secara islami

semakin tinggi. Persamaan penelitian tersebut adalah membahas terkait

perilaku konsumi terhadap belanja fashion dalam perspektif islam namun

penelitian tersebut meneliti pada generasi Y dan Z sedangkan penelitian ini

hanya meneliti pada generasi Y atau disebut generasi milenial.

3. Jurnal dengan judul “Pola Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Terhadap

Produk Fashion Perspektif Monzer Kahf: tudi Kasus Mahasiswi Universitas

Airlangga” karya Arlinda Nidia Corinna dan Eko Fajar Cahyono tahun 2019.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Landasan berpikir dari penelitian kualitatif ini adalah menggunakan studi

kasus eksploratif. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa prinsip

rasionalisme konsumsi islam mampu menjadi tumpuan dari prinsip-prinsip

lainnya. Mengkonsumsi produk fashion yang berlabel halal dan sesuai dengan

syariah masih menjadi prioritas. Tak lupa untuk mengingat ibadah sholat

18
walaupun sedang berada di dalam Mall , hal ini menunjukkan bahwa masih

mengingat Allah di segala sisi. Serta mempercayai bahwa segala sesuatu yang

kita miliki hanya titipan dari Allah. Prinsip keseimbangan konsumsi juga

terlaksana dengan baik. Menyisihkan sebagian harta kita untuk hal-hal

berguna harus dilakukan. Seperti infaq , sedekah , menabung dan berinvestasi.

Prinsip konsep islam tentang barang terutama pemaknaan individu terhadap

produk fashion masih sesuai dengan kajian teori Monzer Kahf , trendsetter

bukanlah hal utama yang mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi

produk fashion. Senantiasa mengkonsumsi hanya sesuai kebutuhan , agar

terhindar pula dari riya. Persamaan penelitian tersebut adalah membahas

perilaku konsumsi pada generasi milenial terkait konsumsi fashion namun

pada penelitian tersebut membahas terkait bagaimana seseorang memiliki

konsumsi akan produk fashion yang berbeda dari latar belakang dan kegaiatan

yang berbeda-beda dan berdasarkan perspektif Monzer Kahf.

4. Jurnal dengan judul “Gaya Konsumsi dan Perilaku Konsumen Generasi Z di

Warung Kopi” karya Helma Malini tahun 2021. Penelitian tersebut

menggunakan metode kualitatif fenomenologis dengan 30 responden Gen Z

diwawancarai pada penelitian tersebut. Dalam penelitian ini Gen Z sebagai

pelanggan kedai kopi melakukan dimulai dengan menganalisis produk kopi,

mengkonsumsi, menikmati dan menjadi pelanggan setia. Dari informasi yang

diberikan oleh 30 responden Gen Z terlihat jelas bahwa mereka sebagai

konsumen kedai kopi tidak sembarangan menjalankannya. Penelitian ini

menunjukkan perilaku konsumen kedai kopi model Gen Z diidentifikasi

melalui kemewahan aspirasional atau kepuasan emosional. Kepuasan berasal

19
dari emosi yang lebih tinggi daripada pemenuhan kebutuhan praktis atau

fungsional. Dengan tujuan untuk mengurangi kejenuhan, pengunjung kedai

kopi sering mencari kedai kopi baru untuk dijadikan tempat berkumpul.

Meskipun mengekspresikan kepuasan dengan merek mereka saat ini,

keinginan konsumen untuk variasi (variety seek) mengacu pada

kecenderungan mereka untuk melakukan pembelian produk baru secara

spontan. Aktivitas, perilaku, dan gaya hidup Gen Z disalurkan melalui dimensi

gaya hidup AIO (Activity, Interest, Opinion) di kedai kopi. Pembina kedai kopi

mengembangkan aktivitas yang sudah mendarah daging dalam kehidupan

sehari-hari, dan aktivitas di kedai kopi tidak lepas dari Gen Z. Persamaan

penelitian tersebut adalah membahas terkait perilaku konsumsi namun yang

membedakannya adalah pada penelitian tersebut menganalisis pada generasi Z

di warung kopi sedangkan penelitian ini membahas perilaku konsumsi pada

generasi milenial terhadap belanja fashion.

5. Jurnal dengan judul “Motivasi Belanja Fesyen Online: Perspektif Generasi Y

Wanita” karya Sabila Hanifan Ula Azizah dan Agustinus C Februadi, tahun

2019. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif digunakan

sebagai alat pengumpulan data. Wawancara fenomenologis menghasilkan data

tekstual untuk penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita

Generasi Y melakukan pembelanjaan online karena pengaruh besar dari

adanya internet, dengan adanya internet memudahkan wanita Generasi Y

Indonesia untuk menampilkan identitas dirinya melalui fesyen yang

ditampilkan pada platform online. Hal ini didukung oleh motivasi utilitarian

sebagai motivasi utama belanja online sehingga dapat wanita Generasi Y

20
termotivasi untuk tampil fesyenable.24 Pada penelitian tersebut memiliki

persamaan yaitu meneliti pada generasi Y (milenial), namun perbedaanya

adalah dimana penelitian tersebut menganalisis motivasi belanja fesyen secara

online dengan perspektif generasi Y wanita. Sedangkan penelitian ini

membahas perilaku konsumsi terhadap belanja fashion pada generasi milenial

dari perspektif etika konsumsi dalam Islam.

6. Jurnal dengan judul “ Nilai dan Kontrol Diri Sebagai Faktor Pembentuk Sikap

Dalam Perilaku Pembelian Impulsif Antargenerasi” karya M. Ro’is Am dan

Megawati Simanjuntak, tahun 2020. Penelitian tersebut adalah studi kuantitatif

dengan menggunakan desain cross-sectional study. Pengambilan data

dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner di lima komplek

perumahan di Surabaya, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada variabel kontrol diri, sikap, dan pembelian impulsif terdapat perbedaan

yang signifikan antargenerasi. Uji pengaruh variabel nilai, kontrol diri, dan

sikap terhadap perilaku pembelian impulsif menggunakan metode Stuctural

Equation Modelling (SEM). Hasil menunjukkan variabel kontrol diri

memengaruhi sikap dan pembelian impulsif secara signifikan. Kontrol diri

berpengaruh positif terhadap sikap dan berpengaruh negatif terhadap

pembelian impulsif. Perbedaan penelitian tersebut adalah penelitian tersebut

mengidentifikasi nilai, kontrol diri, sikap dan perilaku pembelian impulsif

pada keluarga generasi baby boomer, generasi X, dan generasi Y;

menganalisis perbedaan nilai, kontrol diri, sikap, dan perilaku pembelian

impulsif pada keluarga generasi baby boomer, generasi X, dan generasi Y; dan

24
Jurnal karya Sabila Hanifan Ula Azizah dan Agustinus C Februadi, “Motivasi Belanja Fesyen Online:
Perspektif Generasi Y Wanita”, https://jurnal.polban.ac.id/, Vol. 10 No. 1 Tahun 2019.

21
menganalisis pengaruh nilai, kontrol diri, dan sikap terhadap perilaku

pembelian impulsif pada keluarga generasi baby boomer, generasi X, dan

generasi Y. Sedangkan penelitian ini membahas perilaku konsumsi pada

generasi milenial terhadap belanja fashion perspektif etika konsumsi dalam

Islam.

7. Jurnal dengan judul “Perilaku Konsumsi Generasi Millenial dalam

Penggunaan E-Commerce di Era Digital” karya Dymas Yossie Aditya, tahun

2018. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan

untuk mengetahui pengaruh dari harga, gaya hidup, kepraktisan, media

informasi, dan kepercayaan terhadap perilaku konsumsi mahasiswa dalam

menggunakan layanan E-Commerce. Penelitian ini menggunakan data primer

yang diperoleh peneliti dengan menggunakan google form. Metode analisis

yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis multivariate dengan model

regresi Partial Least Square (PLS) dan alat analisis SmartPLS 3.2.7 . Dari

hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa harga, gaya hidup,

kepraktisan dan kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku konsumsi mahasiswa di Kota Malang dalam menggunakan layanan E-

Commerce. Sedangkan media informasi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap perilaku konsumsi mahasiswa di Kota Malang dalam

menggunakan layanan E-Commerce. Persamaan penelitian tersebut adalah

membahas terkait perilaku konsumsi pada generasi milenial, namun yang

membedakannya adalah penelitian tersebut dalam penggunaan E-commerce di

era digital. Sedangkan penelitian ini membahas dai segi perspektif etika

konsumsi dalam Islam.

22
8. Jurnal dengan judul “Pengaruh Literasi Keuangan, Gaya Hidup Pada Perilaku

Keuangan Pada Generasi Milenial” karya Nurul Safura Azizah, tahun 2020.

Penelitian tersebut menggunakan Theory Planned Behavior karena teori

tindakan beralasan dan teori perilaku rencanaan adalah sebuah teori yang

dirancang untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku dalam konteks yang

spesifik. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa terdapat hubungan antara

literasi keuangan dengan perilaku keuangan milenial, dimana tingginya tingkat

literasi keuangan yang dimiliki melenial makasemakin tinggi tingkat perilaku

keuangangnya.Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan perilaku

keuangan, semakin baik milenail mengatur gaya hidup yang benar dan tepat

maka perilaku keuangan mahasiswa akan semakin bagus dalam

pengelolaannya.Terdapat hubungan antara literasi keuangan dan gaya hidup

karena semakin baik tingkat literasi dan kepercayaann maka semakin tinggi

perilaku keuangan.25 Adanya kesamaan dari penelitian tersebut ialah meneliti

pada generasi milenial namun perbedaanya penelitian tersebut meneliti

pengaruh literasi keuangan, gaya hidup pada perilaku keuangan generasi

milenial. Sedangkan penelitian ini meneliti perilaku konsumsi terhadap belanja

fashion dari perspektif etika konsumsi dalam Islam.

9. Jurnal dengan judul “Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasi

Terhadapa Keputusan Pembelian” karya Totok Subianto tahun 2007. Penitilian

tersebut membahas perilaku konsumen di dalam melakukan keputusan

pembelian sebuah jasa atau produk. Banyak faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Faktor-faktor


25
Jurnal karya Nurul Safura Azizah, “Pengaruh Literasi Keuangan, Gaya Hidup Pada Perilaku Keuangan Pada
Generasi Milenial”, https://ojs.stiesa.ac.id/index.php/prisma, Parisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi)
vol. 01 No. 02 tahun 2020 (hal: 92-101)

23
tersebut sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus

diperhatikan, namun secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian yaitu eksternal dan faktor

internal. Perilaku konsumen menjadi dasar untuk melakukan kebijakan

pemasaran yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan

konsumen sehingga perusahaan dapat memiliki customer loyalty. Setiap

keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada alasan-alasn

tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Proses pengambilan

keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan faktor

eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk

menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.26 Terdapat perbedaan

pada penelitian tersebut bahwa peneliti tersebut membahas terkait perilaku

konsumen dalam membuat keputusan pembelian sedangkan penelitian ini

tentang perilaku konsumsi terhadap belanja fashion pada generasi milenial dari

perspektif etika konsumsi dalam Islam.

10. Skripsi karya Yessi Vina Winata dengan judul “Perilaku Konsumsi Generasi

Milenial dalam Penggunaan Paket Data Internet Perspektif Etika Konsumsi

Islam (Studi Kasus pada Mahasiswa FEBI IAIN Bengkulu) pada tahun 2021.

Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian tersebut

ialah perilaku generasi milenial terhadap penggunaan paket data internet pada

mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam FEBI IAIN Bengkulu angkatan 2016/2017

dan 2017/2018 termasuk sudah berlebih, karena lebih besar menggunakan

paket data internet yaitu 65% dari total 100% penggunaan setiap bulannya dan

26
Jurnal karya Totok Subianto, “Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasi Terhadapa Keputusan
Pembelian”, http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id, Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol. 3 No. 3 2007

24
45% digunakan untuk perkuliahan (daring) dan lebih mementingkan keinginan

dari pada kebutuhan. Perilaku mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam FEBI IAIN

Bengkulu angkatan 2016/2017 dan 2017/2018 dalam penggunaan paket data

internet sebanyak 14 orang mahasiswa yang menjadi Informan, 12 orang

mahasiswa belum memenuhi etika konsumsi dalam Islam karena masih

berlaku boros dan berlebihan, sedangkan 2 orang mahasiswa/i sudah

memahami etika konsumsi Islam karena telah melaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari termasuk pada pembelian paket data internet. Persamaan penelitian

tersebut ialah kesamaan dalam menganalisis perilaku ekonomi pada generasi

milenial dari perspektif etika konsumsi dalam Islam, namun yang

membedakannya adalah peneliti tersebut menganalisis dari penggunaan paket

data internet.

B. KAJIAN TEORETIS

1) Perilaku Konsumsi

Perilaku konsumsi menurut Case and Fair adalah kegiatan untuk

mengalokasikan pendapatan untuk memaksimalkan utilitas. Perilaku konsumsi

dari suatu individu pasti akan berbeda dengan individu lainnya, tergantung dari

pendapatan dan kekayaan yang dimilikinya. Jika pendapatan yang dimiliki

suatu individu itu tinggi, maka konsumsinya juga akan tinggi, sedangkan jika

pendapatan yang dimiliki oleh suatu individu rendah, maka konsumsinya juga

akan rendah. Sehingga dapat diketahui bahwa perilaku konsumsi dapat

didefinisikan sebagai kegiatan untuk melakukan pengeluaran atau menukar

kekayaan yang dimiliki oleh suatu individu demi mendapatkan barang atau

jasa yang dibutuhkannya. Teori konsumsi menurut James Dusenberry dalam

25
bukunya yang berjudul “Income, Saving and The Theory of Consumer

Behavior” pada tahun 1949 mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi

suatu orang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua asumsi, yaitu interdependen

dan irreversibel. Interdependen yaitu besarnya konsumsi seorang individu

dapat dipengaruhi oleh besarnya konsumsi orang lain. Sedangkan Irreversibel

yaitu tingkat pengeluaran konsumsi suatu individu sesuai dengan jumlah

pendapatan yang dimilikinya.27

Ada beberapa pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh

para ahli diantaranya adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku

konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok

atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan

dalam mendapatkan menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang

dapat dipengaruhi lingkungan”. Menurut Winardi dalam Sumarwan (2003)

definisi perilaku konsumen adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-

orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang

ekonomi dan jasa”.28 Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan

naluri manusia, sejak kecil, bahkan ketika baru lahir, manusia sudah

menyatakan keiginan untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara,

misalnya dengan menangis untuk menunjukan bahwa seorang bayi lapar.

Semakin besar dan akhirnya dewasa, keinginan dan kebutuhan seorang

manusia akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada usia tertentu

27
Artikel Jurnal “Perilaku Konsumsi Generasi Millenial dalam Penggunaan E-Commerce di Era Digital” karya
Dymas Yossie Aditya”, tahun 2018
28
Jurnal karya Totok Subianto, “Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasi Terhadapa Keputusan
Pembelian”, http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id, Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol. 3 No. 3 2007

26
untuk seterusnya menurun hingga seseorang meninggal dunia.29 Teori perilaku

konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih

diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber

daya yang dimilikinya.30

Islam mengatur manusia dalam pemenuhan hidupnya bersumber dari

Al quran dan hadis. Namun Islam juga mencegah sifat kikir dan pelit

sebagaimana digambarkan dalam Al Quran bahwa perilaku kikir dekat dengan

perilaku setan sebagaimana dilihat dari ayat yang terkait dengan perilaku

hidup boros antara lain, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu

adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (Qs.Al

Isra, 27). Secara rasional, seseorang tidak akan pernah mengkonsumsi suatu

barang manakala dia tidak membutuhkannya sekaligus mendapatkan manfaat

darinya. Dalam prespektif ekonomi Islam, dua unsur ini mempunyai kaitan

yang sangat erat (interdependensi) dengan konsumsi itu sendiri. Konsumsi

dalam Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik dan

jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka, sudah barang tentu motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai

dengan prinsip konsumsi itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan

manfaat secara tegas juga diatur dalam ekonomi Islam. 31

Perilaku konsumtif memunculkan kebiasaan pembelian produk untuk

konsumsi tetapi karena motivasi lain, membeli produk bukan sesuatu yang

dapat memenuhi kebutuhan dasar, akan tetapi karena gengsi dan adanya

29
Skripsi oleh Yessi Vina Winata, “Perilaku Konsumsi Generasi Milenial Dalam Penggunaan Paket Data
Internet Perspektif Etika Konsumsi Islam (Studi Kasus Pada Mahasiswa Febi Iain Bengkulu)” Tahun 2021.
30
Syarifudin Tohari, Pegangan Ekonomi, (Bandung: Armico 2014), h. 59
31
Jurnal “KONSEP KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMSI ISLAM” karya Jenita dan Rustam, JEBI
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017.

27
standarisasi dalam sosial disuatu lingkungan. Perilaku konsumtif

adalah perilaku atau gaya hidup individu yang senang membelanjakan

uangnya tanpa pertimbangan yang matang. Sedangkan menurut Setiaji dalam

Konsumerisme (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku

berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang.32

Secara garis besar, perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup

seseorang yang suka menghabiskan uangnya tanpa pikir panjang. Jika

dibiarkan begitu saja perilaku konsumtif dapat menjadi masalah serius. Seperti

timbulnya masalah finansial, stres, sampai dengan mengancam keseimbangan

sumber daya alam.33

2) Generasi Milenial

Generasi ini disebut juga generasi Y, lahir pada 1981-199634 (saat ini

berusia 28-43 tahun). Disebut generasi milenial karena generasi ini pernah

melewati millennium kedua sejak teori generasi ini pertama kali dikemukakan

oleh Karl Mannheim pada tahun 1923. Generasi milenial ini lahir bersamaan

dengan munculnya teknologi informasi dan komunikasi yang membuat mereka

mengenal gawai, mengakses komputer dan memiliki sosial media. Hal tersebut

membentuk karakter yang kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan teknologi.

Generasi Y dikenal dengan sebutan generasi milenial atau milenium.

Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika

Serikat pada Agustus 1993. Karakteristik yang terbentuk pada generasi

millenial adalah kecanduan internet, percaya diri dan harga diri tinggi dan
32
Perilaku Konsumtif Membawa Petaka di Era Modern, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/, (diakses pada 19
November 2023, pukul 22.31 WIB).
33
Konsumtif Adalah: Pengertian, Faktor Penyebab, Tips Menghindarinya, https://www.bfi.co.id/id/, (diakses
pada 19 November 2023, pukul 22.33 WIB).
34
Genersi Milenial dan generasi kolonial, www.djkn.kemenkeu.go.id., (diakses pada 19 November 2023, pukul
22.54 WIB).

28
lebih terbuka dan bertoleransi terhadap perubahan. Kilber,et al (2014).

Penelitian dari Huybers (2011) memperlihatkan gaji, pemberian pengakuan

untuk individu, jadwal kerja yang fleksibel, career advancement sebagai faktor

yang penting bagi generasi millenial. Kepuasan kerja generasi millennial

ditentukan oleh faktor intrinsik seperti kesempatan untuk kepemilikan

organisasi, pemberian pelatihan, persepsi atas dukungan supervisor, pekerjaan

yang bervariasi dan bermakna, dan keseimbangan antara kehidupan

pekerjaan.35

3) Etika Konsumsi

a. Memperhatikan Prioritas Dari Kebutuhan

Secara mendasar kebutuhan manusia dikelompokan menjadi tiga yaitu

pertama, kebutuhan pokok, kedua, kebutuhan akan suatu barang atau jasa

karena kesenangan dan ketiga, kebutuhankan suatu barang untuk

kemewahan. Berdasarkan tiga kelompok kebutuhan tersebut, maka agama

Islam mengutamakan prinsip prioritas dalam memenuhi kebutuhan

manusia tersebut. Menurut Muhammad Tarmizi dalam Mustafar dan

Borhan (2013), ia menjelaskan bahwa etika konsumsi dalam Islam harus

diukur dari kemampuan dalam memenuhi dan menjamin tiga kebutuhan

pokok kehidupan manusia yaitu daruriyyah, hajiyyah dan tahsiniyyah

tergantung pada tingkat kebutuhan mereka. Sederhananya daruriyyah

adalah sesuatu yang mutlak dan paling dasar diperlukan oleh manusia, jika

kebutuhan daruriyyah ini tidak terpenuhi, maka kehidupan seseorang

menjadi rusak, menyebabkan kekacauan bahkan kematian. Sementara itu,

35
Jurnal karya Nurul Safura Azizah, “Pengaruh Literasi Keuangan, Gaya Hidup Pada Perilaku Keuangan Pada
Generasi Milenial”, https://ojs.stiesa.ac.id/index.php/prisma, Parisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi)
vol. 01 No. 02 tahun 2020 (hal: 92-101)

29
hajiyyah adalah sesuatu yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pokok

manusia, bila tidak terpenuhi, hidup seseorang tidak akan terganggu.

Namun, hal itu akan menimbulkan kesusahan dan ketidaknyamanan bagi

orang lain. Dan tahsiniyah dianggap sebagai pelengkap hidup dengannya

kehidupan manusia akan lebih sempurnaan.

b. Mengkonsumsi Produk Yang Halal.

Dalam melakukan kegiatan konsumsi, secara tegas dan jelas agama

Islam telah melarang umatnya untuk mengkonsumsi yang haram.

Mengkonsumsi yang haram akan membentuk watak manusia menjadi

keras dan sebaliknya mengkonsumsi yang halal akan membentuk watak

seseorang menjadi lembut Dengan demikian sebagai seorang muslim

dituntut untuk mengkonsumsi segala sesutu yang sudah jelas kehalalannya

dan baik itu barang, jasa, serta cara memperolehnya di antaranya harus

terbebas dari riba, garar dan maisir dan meninggal segala sesuatu yang

bathil yang dilarang oleh Allah.

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu” (QS.Al- Baqarah :168).

c. Memperhatikan Kualitas Konsumsi

Bila konsep dalam ekonomi konvesional tujuan konsumsi adalah untuk

memaksimalkan kepuasan yang dimaknai sebagai terpenuhinya kebutuhan

fisik. Ekonomi islam tidak mengenal konsep kepuasan tetapi lebih

mengenal konsep maslahah dengan makna terpenuhi dan tercukupinya

kebutuhan fisik dan spiritual. Dengan demikin tingkat kepuasan konsumen

muslim tidak dapat diukur dari seberapa banyak barang yang dikonsumsi

30
tetapi dari kegiatan konsumsi itu seberapa besar nilai ibadah yang mampu

dihasilkannya (Rozalinda 2014:97). Maslahah adalah tujuan-tujuan yang

tertuang dari maqasid syariah yaitu mendatangkan manfaat dan menolak

atau menghilangkan mafsadah (kerusakan/kerugian). Dalam aspek

konsumsi, maslahah adalah output yang sangat penting agar terciptanya

hubungan yang baik antara sesama individu atau masyarakat. Hal ini

berdasarkan kepada kalam Allah:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S.Al-Qasas : 77)

d. Mengutamakan Maslahah

Ekonomi islam tidak mengenal konsep kepuasan tetapi lebih mengenal

konsep maslahah dengan makna terpenuhi dan tercukupinya kebutuhan

fisik dan spiritual. Dengan demikin tingkat kepuasan konsumen muslim

tidak dapat diukur dari seberapa banyak barang yang dikonsumsi tetapi

dari kegiatan konsumsi itu seberapa besar nilai ibadah yang mampu

dihasilkannya (Rozalinda 2014:97). Maslahah adalah tujuan-tujuan yang

tertuang dari maqasid syariah yaitu mendatangkan manfaat dan menolak

atau menghilangkan mafsadah (kerusakan/kerugian). Dalam aspek

konsumsi, maslahah adalah output yang sangat penting agar terciptanya

hubungan yang baik antara sesama individu atau masyarakat. Ini

berdasarkan kepada kalam Allah:

31
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S.Al-Qasas :

77).

Dari Q.S Al-Qasas ayat 77 di atas, teradapat empat perintah Tuhan

terkait kegaitan muamalah yaitu: Pertama, Perintah agar setiap manusia

berusaha untuk memperoleh kebahagian di akhirat dengan catatan tidak

melupakan kehidupan dunia. Kedua, manusia tidak boleh lupa bahwa

semua kesenangan di dunia hanya bersifat sementara dan semua yang

perbuatan di dunia akan diminta pertanggungjawabannya. Ketiga, perintah

bahwa manusia harus saling membantu, sebab Allah telah membantu

manusia dengan segala kesenangan dunia yang diberikan kepada mereka,

keempat, perintah agar mereka tidak membuat kekacauan dan kerusakan di

muka bumi setelah allah menganugerahi semua yang ada di bumi untuk

manusia.

e. Sederhana Dalam Konsumsi

Kesederhanan merupakan nilai utama dalam Islam. Sederhana, bukan

berati Islam melarang umatnya untuk mendapatkan kekayaan tetapi dalam

hal ini Allah mengingatkan untuk tidak berlebihan baik dalam ibadah

maupun dalam muamalah. Sebab Allah tidak menyukai segala sesuat yang

berlebihan yang berujung kepada pemborosan dan mubazir. “Hai anak

Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,

32
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-

Araf:31).

Konsep kesederhanaan ini merupakan bagian penting dalam etika

konsumsi Ekonomi Islam, menurut beberapa ahli dalam Jafari (2014)

menyatakan bahwa meningkatnya pendapatan seorang seharusnya tidak

berdampak besar kepada pola konsumsi seorang muslim. Sebab Islam

melarang umatnya untuk berlaku israf dan pemborosan dalam

membelanjakan harta dan mengatur gaya hidup sesuai dengan tingkat

ekonomi rata-rata masyarakat sekitar tujuannya agar yang miskin tidak

meras rendah diri dan kewajiban yang kaya membantunya.

C. KERANGKA BERPIKIR

Perilaku Konsumsi
Generasi Milenial

Etika Konsumsi 1. Memperhatikan prioritas dari


Dalam Islam kebutuhan

2. Mengkonsumsi Produk yang


halal

3. Memperhatikan kualitas
konsumsi

4. Sederhana dalam Konsumsi

5. Mengutamakan Maslahah

33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ini yaitu menggunakan jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif

digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari informan dan perilaku yang dapat diamati. Penggunaan

pendekatan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian. Pendekatan

kualitatif dalam penelitian adalah untuk mencari kebenaran relatif.36 Penelitian

kualitatif yang digunakan oleh peneliti secara langsung untuk mengadakan

hubungan dengan informan, baik informan utama maupun informan pendukung agar

lebih mendalam dalam menggali informasi untuk mengetahui bagaimana perilaku

konsumsi di masyarakat Desa Kuala Dua dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2018:213) metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai

instrumen, teknik pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih

menekan pada makna.

36
Dr. H. Zuchri Abdussamad, S.I.K., M.Si, ”Metode Penelitian Kualitatif”, Cet. 1, (CV. syakir Media
Press) Desember 2021, hal. 46.

34
Berbeda dengan pendapat Moleong (2007: 6) yang memaknai penelitian

kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang

dialami oleh subjek penelitian. Lebih pas dan cocok digunakan untuk meneliti

hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perilaku, sikap, motivasi, persepsi dan

tindakan subjek. Dengan kata lain, jenis penelitian tersebut, tidak bisa

menggunakan metode kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini berusaha

menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang ada dengan menggunakan

pendekatan deskriptif analisis dimana penelitian ini akan memaparkan data yang

didapat di lapangan kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari

penelitian ini.37

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di limgkungan Desa Kuala Dua, Kecamatan

Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya dengan subjek penelitian adalah beberapa

orang dari warga desa Kuala Dua yang termasuk generasi milenial untuk

mendapatkan informasi terkait perilaku konsumsi generasi milenial perspektif etika

konsumsi dalam Islam di Desa Kuala Dua.

C. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Menurut Yusuf (2013:372) keberhasilan dalam pengumpulan data banyak

ditentukan oleh kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus

penelitian. Menurut Sugiyono (2019), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

37
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Kencana 2005), h.271.

35
mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara.

Dalam mengumpulkan data pada penelitian kualitatif, bisa digunakan

beberapa teknik diantaranya:

1) Observasi

Observasi atau pengamatan adalah proses mengamati, mencerna suatu

perilaku orang maupun suatu peristiwa. Dalam melakukan observasi,

peneliti mengamati situasi penelitian dengan cermat dan mencatat serta

merekam semua hal yang ada di seputar objek penelitian yang berkaitan

dengan informasi yang ingin diperoleh dari objek amatan. Menurut

Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam

yang lain. Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang

perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan

langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di

lingkungan Desa Kuala Dua. Penelitian ini mengobservasi perilaku

masyarakat di Desa Kuala Dua dalam berbelanja pakaian menurut

perspektif etika konsumsi Islam. Metode observasi merupakan metode

pengumpulan data primer yang dilakukan melalui proses pencatatan

perilaku subjek (orang), objek (benda), atau kejadian sistematik tanpa

adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.

Atas dasar apa yang terekam dalam pengamatan, peneliti membuat catatan

36
lapangan dalam bentuk deskripsi yang kemudian digunakan sebagai

sumber untuk mencarikan makna sebenarnya.38

2) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, sama seperti

penggunaan daftar pertanyaan. Dalam wawancara alat yang digunakan

adalah alat pemandu (interview guide). Metode ini dapat juga dikatakan

sebagai wawancara semi struktural, karena alat bantu tidak lengkap seperti

pada kuesioner tersusun sedemikian rupa menurut urutan dan

penggolongan data yang diperlukan. Berbeda dengan percakapan,

wawancara lebih didominasi oleh pewawancara.39 Menurut Sugiyono

(2018: 467) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth

interview, dimana wawancara semiterstruktur dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan secara bebas dibandingkan wawancara terstruktur

namun masih tetap berada pada pedoman wawancara yang sudah dibuat.

Narasumber pada sesi wawancara adalah beberapa masyarakat Desa Kuala

Dua yang bergenerasi milenial atau masyarakat yang berkelahiran tahun

lahir pada 1981-1996, masyarakat dengan berbagai latarbelakang seperti;

pedagang, ibu rumah tangga, karyawan dan buruh.

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan pencatatan atau karya seseorang tentang sesuatu

yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang,

peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan

fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam

38
Sugiarto, Metodelogi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta : ANDI, 2017), h. 187
39
Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), h. 143

37
penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berupa bentuk teks tertulis,

gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah

kehidupan (life histories), biografi, karya tulis, dan cerita. Disamping itu

ada pula material budaya, atau artefact sangat bermakna, karena pada

dokumen atau material budaya maupun artefact itu tersimpan nilai-nilai

yang tinggi sesuai dengan waktu, zaman dan konteksnya.

D. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Model Miles dan Huberman menegaskan, bahwa dalam penelitian kualitatif

data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda,

seperti interview, observasi kutipan, dan sari dari dokumen, catatan-catatan melalui

tape; terlihat lebih banyak berupa kata-kata dari pada angka. Oleh karena itu, data

tersebut harus “diproses” dan dianalisis sebelum dapat digunakan. Analisis data

adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa

yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga prilakunya yang

nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.40

a) Reduksi Data

Reduksi data menunjuk pada proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, pemisah, dan pentransformasian data “mentah” yang

terlihat dalam catatan tertulis lapangan. Oleh karena itu reduksi data

berlangsung selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Berarti reduksi data

telah dilakukan sebelum pengumpulan data dilapangan, yaitu pada waktu

penyusunan proposal, pada saat menentukan kerangka konseptual, tempat,

perumusan pertanyaan penelitian, dan pemilihan pendekatan dalam


40
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi Dan Karya Ilmiah
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Hlm, 33.

38
pengumpulan data. Juga dilakukan pada waktu pengumpulan data, seperti

membuat kesimpulan, penkodean, membuat tema, membuat cluster,

membuat pemisah dan menulis memo. Reduksi data dilanjutkan sesudah

kerja lapangan, sampai laporan akhir penelitian lengkap dan selesai

disusun.

Reduksi data adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari analisis data.

Peneliti memilih data mana akan diberi kode, mana yang ditarik keluar,

dan pola rangkuman sejumlah potongan atau apa pengembangan ceritanya

merupakan pilihan analisis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang

mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan

mengorganisasikan data dalam satu cara, dimana kesimpulan akhir dapat

digambarkan dan diverifikasikan.

b) Data Display

Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi yang telah

tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Data display dalam kehidupan sehari-hari atau dalam interaksi

sosial masyarakat terasing, maupun lingkungan belajar disekolah atau data

display surat kabar sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Namun

dengan melihat tayangan atau data display dari suatu fenomena akan

membantu seseorang memahami apa yang terjadi atau mengerjakan

sesuatu. Kondisi yang demikian akan membantu pula dalam melakukan

analisis lebih lanjut berdasarkan pemahaman yang bersangkutan.

c) Kesimpulan/Verifikasi

Sejak awal pengumpulan data, peneliti telah mencatat dan memberi

makna sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Memo dan memo telah

39
ditulis, namun kesimpulan akhir masih jauh. Luasnya dan lengkapnya

catatan lapangan, jenis metodelogi yang digunakan dalam pengesahan dan

pengolahan data, serta pengalaman peneliti dalam penelitian kualitatif,

akan memberikan warna kesimpulan penelitian. Sejak awal peneliti harus

mengambil inisiatif, bukan membiarkan data menjadi rongsokan yang

tidak bermakna. Reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi harus diawali sejak awal, inisiatif berada di tangan peneliti,

tahap demi tahap kesimpulan telah dimulai sejak awal. Ini berarti apabila

proses sudah benar dan data yang dianalisis telah memenuhi standar

kelayakan dan konformitas, maka kesimpulan awal yang diambil akan

dapat dipercayai.41

E. TEKNIK UJI KEABSAHAN DATA

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Moleong

menyebutkan ada empat kriteria yang digunakan, yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (credibility)

Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan penyelidikan sedemikian

rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Adapun cara

yang diupayakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya antara lain

dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012: 330).

Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yang

41
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,... h.409

40
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif

(Patton dalam Moleong , 2012 : 331)

2. Keteralihan (Transferability)

Nilai transfer berkenaan dengan pernyataan, sehingga hasil penelitian

dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu agar

pembaca dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka dalam

membuat laporan, peneliti harus memberikan uraian, rincian, jelas, sistematis,

dan dapat dipercaya.

3. Kebergantungan (Dependability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kebergantungan dilakukan dengan cara

melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Peneliti harus

diuji kebergantungannya dengan mengecek serta memastikan hasil penelitian

benar atau salah.

4. Kepastian (Confirmability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji

kebergantungan sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses

dalam penelitian. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas,

sehingga dengan hasil penelitian yang disepakati maka hasil penelitian tidak

lagi subjektif, tetapi sudah objektif.

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang

berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan

memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian kualitatif

41
keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu

berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan

data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan

atau verifikasi.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas infomasi yang

diperoleh dari pekerja seks komersial. Membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasi wawancara. Membandingkan apa yang dikatakan informan

pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Apakah hasilnya berbeda atau sama.

2) Tringulasi teknik

Tringulasi teknik adalah untuk menguji kredidibilitas informasi yang

diperoleh dari sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu data yang

diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi. Bila kedua teknik

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan.

3) Tringulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpullkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang

lebih valid. Selanjutnya dilakukan wawancara pada siang hari dengan

narasumber yang sama dan data yang diperoleh berbeda pada saat pagi hari

mungkin karena narasumber ada masalah.`pengecekan pada sore hari apakah

data yang diperoleh hasilnya sama pada siang hari atau pagi hari. Bila hasil uji

pada pagi hari, siang hari dan sore hari, menghasilkan data yang berbeda,

42
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Adytia, D. Y. (2019). Perilaku Konsumsi Generasi Millenial Dalam

Penggunaan E-Commerce di Era Digital (Studi Kasus Pada Mahasiswa

di Kota Malang). Jurnla Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas

Brawijaya, Vol. 6, No. 2.

Arlinda Nidia Corinna, E. F. (2019, Februari). Pola Perilaku Konsumsi

Generasi Millenial Terhadap Fashion Perspektif Monzer Kahf: Studi

Kasus Mahasiswa Universitas Airlangga. Jurnal Ekonomi Syariah

Teori dan Terapan, Vol. 6 No. 2, 319-330.

Astuti, E. D. (2013). Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Brang Pada Ibu

Rumah Tangga di Kota Samarinda. Psikoborneo, Vol 1, No 2, 79-83.

Azizah, N. S. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan, Gaya Hidup Pada Perilaku

Keuangan Pada Generasi Milenial. Prisma (Platform Riset Mahasiswa

Akuntansi), Volume 01 Nomor 02, 92-101.

Darmawan, D. (2022, September). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku Ibu Rumah Tangga Berbelanja di Supermarket. Journal of

Trends Economics and Accounting Research, Vol. 3, No. 1, 40-48.

Farah Dilla Wanda Damayanti, C. C. (2021). Pengaruh Penggunaan

Pembayaran Shopeepay Later Terhadap Perilaku Konsumsi Islam

Generasi Milenial di Surabaya. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1905-

1915.

44
H. Zainur, M. (2017, Juni). Konsep Dasar Kebutuhan Manusia Menurut

Perspektif Ekonomi Islam. An-Nahl, No.05, Vol. 09, 32-43.

Hamdi, B. (2022). Prinsip dan Etika Konsumsi Islam (Tinjauan Maqashid

Syariah). Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, Volume 23, No. 1, 1-15.

Jenita, R. (2017). Konsep Komunikasi dan Perilaku Konsumsi Islam. JEBI

(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Volume 2, Nomor 1, 76-84.

M. Ro'is Am, M. S. (2020). Nilai dan Kontrol Diri Sebagai Faktor Pembentuk

Sikap Dalam Perilaku Pembelian Impulsif Antargenerasi. Jurnal Ilmu

Keluarga dan Konsumen, Vol. 13 No. 3, 262-267.

Malini, H. (2021). Gaya Konsumsi dan Perilaku Konsumen Generasi Z di

Warung Kopi. Prosiding Seminar Nasional SATIESP, 34-44.

Maulidysneni Nurvita Sukma, C. C. (2021). Pengaruh Electonic Money, Gaya

Hidup dan Pengendalian Diri Terhadap Perilaku Konsumsi Islam.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 209-215.

Parantika, T. H. (2022). Analisisi Perilaku Pelanggan Generasi Y dan Z Dalam

Memilih Coffee Shop Brand Lokal. Open Jurnal System, 975-982.

Raya, B. K. (2020). Kecamantan Sungai Raya Dalam Angka 2020. Sungai

Raya: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya.

Raya, H. d. (2016-2023). Geografi. Dipetik Oktober 29, 2023, dari

prokopim.kuburayakab.go.id:

https://prokopim.kuburayakab.go.id/page/geografi

45
Sabila Hanifan Ula Azizah, A. C. (2019). Motivasi Belanja Fesyen Online:

Perspektif Generasi Y Wanita. Jurnal Politeknik Negeri Bandung, Vol.

10 No. 1: Prosding Industrial Research Workshop and National

Seminar, 789-799.

Subianto, T. (2007). studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya

Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol.

3, No. 3, 165-182.

Sugiarto. (2017). Metodelogi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Wahab, W. (2022). Studi Minat Berbelanja Online Gen X dan Milenial Di

Kota Pekanbaru. Jurnal Bisnis Kompetif, Vol.1, No. 2 , 41-46.

46

Anda mungkin juga menyukai