Anda di halaman 1dari 2

PERENCANAAN (WILAYAH) PARTISIPATIF DAN PARADIGMA

PEMBANGUNAN
Nama : Eri Addharu
NIM : A156170141

Perencanaan wilayah merupakan sebuah upaya untuk mengatur pemanfaatan ruang dalam suatu
wilayah berkaitan dengan akitivitas masyarakat dalam memanfaatkan ruang tersebut. Tanpa ada
perencanaan yang melibatkan masyarakat hanya akan menempatkan masyarakat sebagai penonton dan tidak
dapat menentukan masa depan atas pengelolaan wilayahnya sendiri. Masyarakat akan mengalami kesulitan
untuk mengadaptasi terhadap kenyataan ruang yang tidak sesuai dengan keinginannya bahkan sangat
mungkin akan menentang terhadap tata ruang yang sudah dibuat. Namun pada beberapa waktu terakhir ini,
paradigma baru mengenai perencanaan wilayah sudah mulai dilakukan yaitu dengan melibatkan masyarakat
atau sering dikenal dengan perencanaan wilayah secara partisipatif. Menurut Patton (1975) paradigma adalah
sebuah pandangan dunia, sebuah sudut pandang umum, atau cara untuk menguraikan kompleksitas dunia
nyata.
Paradigma-paradigma yang ada di dunia telah banyak berubah dari satu paradigma ke paradigma
yang baru dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Pada masa atau era industri terdapat logika
atau pemikiran yang dominan mengenai industri yaitu logika produksi dan sasaran-sasaran dominanya
berpusat pada produksi. Nilai-nilai, sistem, dan metode-metodenya disesuaikan dengan eksploitasi dan
manipulasi sumberdaya alam guna menghasilkan arus barang dan jasa yang dibakukan yang terus membesar
serta disesuaikan untuk penciptaan suatu masyarakat yang konsumtif guna mengembangkan sektor barang
dan jasa. Bertahannya paradigma ini, bahkan setelah ada bukti-bukti mengenai keterbatasannya,
menunjukkan bahwa sistem-sistem nilai individu dan struktur-struktur lembaga pada era ini telah
mendominasi. Namun setelah perubahan-perubahan yang terjadi masa itu paradigma kemudian berganti
menjadi paradigma pembangunan. Pada era paradigma pembangunan lebih merujuk kepada memantapkan
pertumbuhan dan kesejahteraan dan keadilan rakyat itu sendiri. Perbedaan paradigma antara era industri
dan pembangunan yaitu pada paradigma pembangunan berpusat pada rakyat dan paradigma industri
berpusat pada produksi. Paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah bahwa yang pertama
menempatkan kebutuhan-kebutuhan rakyat di bawah kebutuhan-kebutuhan sistem produksi, sedangkan
pada paradigma industri berusaha secara konsisten lebih mementingkan sistem produksi dibandingkan
kebutuhan-kebutuhan rakyat.
Perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam hal mencapai masyarakat yang memiliki
wawasan dengan tujuan yang berpusat pada manusia dan realitas-realitas teknik, sosial, lingkungan, dan
politik perlu dilakukan. Ada tiga dasar yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu
memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri, kedua mengembangkan struktur-struktur dan proses-proses organisasi yang berfungsi menurut
kaidah-kaidah sistem yang swa-organisasi dan ketiga mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi
yang diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
Pemahaman akan perbedanaan antara paradigma industri dan pembangunan sangat penting bagi
pemilihan teknik sosial yang cocok dalam mencapai tujuan pembangunan. Teknik sosial dari pembangunan
yang berpusat pada rakyat lebih mengutamakan bentuk-bentuk organisasi swadaya yang menonjolkan
peranan individu dalam proses pengambilan keputusan.

STUDI KASUS
EVALUASI EFISIENSI ANGKUTAN UMUM PADA KOTA PONTIANAK
Di Kota Pontianak permasalahan transportasi memang sangat kompleks. Semakin lama
semakin banyak jalan yang mengalami kemacetan artinya pertumbuhan jumlah penduduk
semakin meningkat, kemudian kurangnya disiplin masyarakat dalam menaati peraturan lalu
lintas, kuranganya lahan untuk parkir kendaraan. Pemerintah selalu meningkatkan kinerjanya
dalam mengatasi masalah transportasi, yaitu meningkatkan transportasi massal, akan tetapi
sangat sedikitnya masyarakat yang ingin beralih dari kendaraan pribadi menggunakan moda
transportasi massal. Karena adanya transportasi massal tidak diimbangi dengan sarana
kendaraan umum yang memadai. Akibat dari permasalahan tersebut diikuti juga permasalahan
tentang lingkungan.
Masalah transportasi di Kota Pontianak memang sangat beragam, diantaranya
kemacetan lalu lintas seperti di menuju jalan Jembatan Kapuas I (gambar 1.1), pelayanan dalam
angkutan umum kurang memadai seperti kondisi fisik angkutan umum yang tidak diperhatikan
(gambar 1.2), karena jika dibiarkan terus menerus akan sangat membahayakan keselamatan
penumpang, kemudian perilaku pengguna jalan yang tidak disiplin dalam menaati peraturan
lalu lintas sehingga dapat menimbulkan kemacetan dan bahkan terjadinya kecelakaan dan itu
akan menghambat kelancaran lalu lintas, dan seperti diketahui bahwa Kota Pontianak sangat
kurang dalam lahan parkir jadi pengguna kendaraan sembarangan dalam memarkir
kendaraannya (gambar 1.3).

Anda mungkin juga menyukai