Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Pemerintah kota samarinda telah menghimbau masyarakat untuk tidak
memberikan uang kepada pengemis atau pengamen di area sekitar lampu merah dan
terpantau cctv Hal itu pada satu sisi dibutuhkan uluran tangan orang-orang mampu
secara ekonomi namun pada sisi lain menimbulkan maraknya para pengemis di
perkotaan. Bahkan muncul sebagian orang yang menjadikan mengemis sebagai
profesi yang mampu mengumpulkan uang dalam jumlah besar.
Merespon realitas tersebut, beberapa saat yang lalu, muncul polemik di
masyarakat tentang adanya himbauan untuk tidak memberi “sedekah” kepada
pengemis di jalanan, lampu merah, dan tempat-tempat umum lainnya. Bahkan di
beberapa tempat, himbauan ini akan diupayakan untuk ditingkatkan statusnya menjadi
peraturan daerah atau peraturan hukum lainnya, misalnya Pemerintah Daerah juga
mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 7 Tahun 2017 tentang
pembinaan terhadap pengemis, anaka jalanan, dan gelandangan yaitu pasal 14 tentang
larangan yaitu setiap orang dilarang memberikan sejumlah uang atau barang kepada
pengemis, anjal, gelandangan pengamen, pedangang asongan. Dilarang Memberi
Uang kepada Anak Jalanan/Pengemis (Perda No. 07 tahun 2017), Denda Rp
50.000.000,00 atau Kurungan 3 Bulan Penjara. Anda Dipantau CCTV" di
persimpangan jalan atau lampu merah. Undang Undang Nomor 31 Tahun 1980
tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis
Namun, yang menjadi permasalahannya adalah upaya yang dilakukan
Pemerintah dalam mengatasi permasalahan ketimpangan kesejahteraan sosial belum
terlaksana sepenuhnya. Artinya adalah masih ada warga negara yang hidup tidak
layak dan tidak dapat akses untuk mengembangkan diri dan pribadinya sebagaimana
yang disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial. Hal tersebut tergambarkan dengan masih banyaknya warga
negara Indonesia yang tidak dapat penghidupan yang layak dan memilih menjadi
pengemis serta menjadi gelandangan. Pengertian Gelandang dan Pengemis salah
satunya termaktub di dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penanganan Gelandangan dan Pengemis yang memiliki arti bahwa mengemis dan
menggelandang adalah termasuk perbuatan tindak pidana pelanggaran. Entang
Sastraatmadja menjelaskan bahwa mereka yang menjadi gelandang adalah masyarakat
terasing yang sering dijumpai dalam keadaan yang tidak lazim ditempat-tempat
seperti bahwa jembatan, lorong sempit, ataupun emperan toko. Gelandangan dan
Pengemis juga memunculkan sebuah persepsi dan paradigma baru yang kurang
menyenangkan dalam perspektif sosial ataupun pembangunan ekonomi
Semua tanpa kita sadari hak kebebasan kita untuk mempergunakan uang kita
pun telah dibatasi lewat kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini. Usaha
tersebut bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di Kota Samarinda
membantu dan mendukung dalam mensukseskan tindakan penertiban Kota bebas dari
pengemis anak jalanan dan gelandangan. Di Kota Samarinda sendiri mempunyai
lingkungan yang terdapat pengemis anak jalanan dan gelandangan tentu saja ini masih
merupakan permasalahan dan kurangnya penegasan tentang Peraturan Daerah Nomor
7 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Terhadap Pengemis, Anak Jalanan Dan
Gelandangan.
Peraturan ini menjadi sorotan dalam membuat penelitian dengan mencari hasil
atau data analisis yang bisa diperoleh dan didapatkan, mucnculnya permasalahan ini
karena sampai saat ini banyak masyrakat masih memberikam sedekah sukarela
terhadap pengemis di lampu merah karena rasa iba dan rasa kasian membuat banyak
dari masyarakat ingin memberikan sedekahkepada yang benar membutuhkan dan
mengesampingkan perturan yang ada bahwa melakukan tindakan tersebut telah
melanggar peraturan yang tertulis.
Dengan mengikuti perkembangannya beberapa yang menjadi penilaian
peneliti dengan meperhatikan kendala – kendalanya dan yang seharusnya bagaimana
agar dapat menemukan titik terang dan solusi baik penerapan paerda tersebut dan
mengimplementasikan yang seharusnya dilakukan masyarakat.
Berdasarkan hal diatas maka, penulis mengangkat judul yang menarik untuk
diteliti yaitu tentang “ IMPLEMENTASI, LARANGAN PEMBERIAN UANG
KEPADA PENGEMIS ANAK JALANAN DAN GELANDANGAN ”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas , maka muncul beberapa permasalahan yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah sampai sejauh ini mengimplementasikan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2017 Tentang Pembinaan Terhadap Pengemis, Anak Jalanan Dan Gelandangan yaitu
didalam pasal 14 di Kota Samarinda efektif berjalan sesusai dengan yang
diterapkan ?

2. Bagaimana menyikapi peraturan tersebut yang masih banyak kendalanya dari segi
pemahaman dan segi penerapannya di masyarakat Kota Samarinda ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diadakan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui saat diberlakukannya perda tersebut apakah sesuai dan
efektif peraturan tersebut di Kota Samarinda hingga saat ini.

2. Untuk mengetahui perkembangan bagaimana dinas sosial dalam


menanggulangi atau mengamankan pengemis, anak jalanan dan
gelandangan tersebut.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi untuk public bahawa peran Dinas Sosial dan
Pemerintah dalam memerhatikan kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi pengemis, anak jalanan dan gelandangan.
2. Untuk mengimbau Masyarakat agar tidak memberikan sejumlah uang
kepada pengemis anak jalanan dan gelandangan sesuai peraturan yang
sudah diterapkan, dalam menghilangkan keresahan masyarakat ketika
berada di persimpangan lampu merah
II. LANDASAN TEORI
A.
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitan
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif , penelitian hukum kepustakaan yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder belaka.
Dalam penelitian ini peneliti ingin secara langsung bagaimana banyaknya pengamen
atau pengemis di daerah kota Samarinda

Anda mungkin juga menyukai