Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM

PENATAAN RUANG PEDAGANG KAKI LIMA DI SENTRAL ISIMU


KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

Frista Iin Wahyuni


Universitas Bina Mandiri Gorontalo
frista.wahyuni82@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1) mengetahui dan
menganalisis tentang implementasi kebijakan program pemerintah
dalam penataan ruang pedagang kaki lima di Sentral Isimu Kecamatan
Tibawa, Kabupaten Gorontalo; 2) mengetahui dan menganalisis faktor-
faktor apa saja yang menghambat/pendukung implementasi kebijakan
program pemerintah dalam penataan ruang pedagang kaki lima di
Sentral Isimu Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) implementasi program pe-
merintah terkait pemberian penyuluhan dan pembinaan terhadap Pe-
dagang Kaki Lima (PKL) di Sentral Isimu merupakan kebijakan edu-
katif yang tidak mencapai sasaran sehingga tidak berjalan dengan baik;
2) implementasi program pemerintah terkait pengawasan dan menga-
dakan penertiban pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Sentral Isimu,
pemerintah telah melaksanakan tugas dan fungsinya untuk melakukan
pengawasan dan penertiban melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Sat-
pol-PP) dan dinas kesehatan terkait pengawasan kebersihan makanan;
3) implementasi program pemerintah terkait penyediaan lahan/lokasi
baru Pedagang Kaki Lima (PKL) di Sentral Isimu, pemerintah belum
mampu memaksimalkan kebijakan untuk berfungsinya secara baik ter-
minal dan pasar sentral Isimu sehingga para pedagang bertahan di sepu-
taran tugu sentral isimu; 4) implementasi program pemerintah terkait
pemberian pelatihan dan modal bagi pedagang kaki lima kurang
berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan keluhan para pedagang
untuk pelatihan dan pengembangan usaha yang memerlukan modal
yang cukup banyak; 5) faktor pendukung kebijakan program peme-
rintah dalam penaaan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu lokasi
berjualan, konsumen/pembeli dan keluwesan dalam bekerja; (6) faktor
penghambat kebijakan program pemerintah dalam penaaan ruang Peda-
gang Kaki Lima (PKL) yaitu: modal kerja, peraturan daerah dan gang-
guan keamanan.
Kata kunci: implementasi kebijakan, program pemerintah, PKL

ini, dibutuhkan kerjasama dan saling men-


PENDAHULUAN
dukung antara berbagai institusi bagi peda-
Dalam menghadapi kehidupan masya-
gang kaki lima yang selama ini dalam kehi-
rakat perkotaan di Indonesia, pada krisis
dupan ekonomi perkotaan adanya gejala
ekonomi yang pernah di alami oleh bangsa
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

dari kemunculannya usaha sektor informal. matan Tibawa merupakan wilayah sentral-
Kehadiran pedagang kaki lima umumnya nya transportasi darat, laut maupun udara
di kota-kota besar di Indonesia merupakan yang membawa masyarakat berasal dari
suatu gejala sosial ekonomi perkotaan yang luar Provinsi Gorontalo. Dengan kondisi
sering menjadi salah satu pemicu muncul- tersebut, banyak masyarakat di seputaran
nya masalah perkotaan, seperti kekumu- sentral isimu membuat lapak untuk men-
han, kesemrawutan, kemacetan lalu lintas, jual makanan ringan, berbagai jenis minu-
penyerobotan hak orang lain, atau fasilitas man, warung makan, dan menjual buah.
umum dengan menggunakan sarana per- Hal ini membuat kondisi sentral isimu Ke-
dagangan yang mudah dibongkar pasang camatan Tibawa semakin terlihat kumuh
dan dipindahkan sebagai akibat kegiatan karena banyak bangunan liar yang di bang-
usahanya dalam jangka waktu tertentu dan un oleh para pedagang kaki lima di bahu
keberadaan pedagang kaki lima yang mana jalan serta kurangnya kebersihan lingkung-
keadaan ini tidak jarang publik mengang- an tempat berdagang, dilain sisi kondisi ter
gap bahwa pedagang kaki lima dianggap sebut membuat tampilan sentral isimu yang
sebagai “musuh” dilihat dari segi keterti- merupakan wajah Kabupaten Gorontalo
ban, kebersihan dan keindahan kota. menjadi tak teratur. Dan jumlah Pedagang
Walaupun demikian negara dituntut di Kecamatan Tibawa sebanyak 460 peda-
harus memberikan kesempatan kepada se- gang atau sekitar 8,62%. Bukan hanya itu,
mua warga negara untuk mendapatkan pe- permasalahan yang dihadapi oleh peme-
kerjaan, sebagaimana hal ini termaktub da- rintah Kecamatan Tibawa terkait dengan
lam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 keberadaan pedagang kaki lima seolah ti-
(2) yang menyebutkan bahwa “Tiap-tiap dak memiliki penyelesaian. Kondisi ini ter-
warga negara berhak atas pekerjaan dan gambarkan dengan baliknya para PKL di
penghidupan yang layak bagi kemanusia- Sentral Isimu setelah di lakukan relokasi.
an”. Hal ini menjadi dasar yuridis sebagai penertiban yang di lakukan oleh Satuan Po-
penguat bagi setiap warga negara untuk lisi Pamong Praja (SATPOL-PP) seolah
menjalankan kehidupannya dan negara ber hanya berlaku sesaat, serta perlunya kon-
kewajiban untuk membantu. Bukan hanya trol dari dinas kesehatan dalam memeriksa
itu adanya pengaturan mengenai tanggung dan memastikan kelayakan makanan yang
jawab pemerintah dalam Undang-Undang di jual oleh PKL.
Dasar 1945, hal ini menunjukkan bahwa
TINJAUAN PUSTAKA
Negara Kesatuan Republik Indonesia ada-
Administrasi Publik
lah negara hukum. Segala hal yang berkait- Menurut Pasolong (2011:3) administ-
an dengan kewenangan, tanggung jawab, rasi adalah pekerjaan terencana yang dila-
kewajiban, dan hak serta sanksi semuanya
kukan oleh sekelompok orang dalam be-
diatur oleh hukum. kerja sama untuk mencapai tujuan atas da-
Untuk pedagang kaki lima yang berada sar efektif, efisien, dan rasional. Sedang-
di seputaran Tugu Sentral Isimu Kecamat- kan administrasi publik adalah kerja sama
an Tibawa berjumlah 63 pedagang yang yang dilakukan oleh sekelompok orang
terdiri dari pedagang buah 11 orang, peda- atau lembaga dalam melaksanakan tugas-
gang makanan (warung makan) 24 orang, tugas pemerintahan dalam memenuhi ke-
kios klontong 8 orang, Depot air minum 1 butuhan publik secara efisien dan efektif.
orang, warung kopi 1 orang, pedagang kue Menurut Gie dalam Syafi’i (2006) ad-
3 orang dan pedagang asongan 15 orang. ministrasi adalah segenap rangkaian ke-
Kecamatan Tibawa merupakan salah giatan penataan terhadap pekerjaan pokok
satu kecamatan yang perlu penataan peda- yang dilakukan oleh sekelompok orang
gang kaki lima. Hal ini dikarenakan Keca- dalam kerja sama mencapai tujuan terten-

78
Implementasi Kebijakan Program Pemerintah Dalam Penataan Ruang Pedagang Kaki
Lima Di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

tu. Sedangkan menurut nawawi, administ- sasian, pengarahan, dan pengendalian yang
rasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiat- dilakukan untuk menentukan serta menca-
an sebagai proses pengendalian usaha ker- pai sarana-sarana yang telah ditentukan me
ja sama sekelompok manusia untuk men- lalui pemanfaatan sumber daya manusia
capai tujuan bersama yang telah ditetap- dan sumber-sumber lainnya.
kan sebelumnya. Menurut Andere dan Endang (2015:4)
Tinjauan Tentang Organisasi menjelaskan bahwa Manajemen berasal
Malayu Hasibuan (2006:118) berpen- dari kata to manage yang berarti mengatur
dapat bahwa organizing berasal dari kata (mengelola). Manajemen adalah suatu pro-
organize yang berarti menciptakan struk- ses penyelenggaraan berbagai kegiatan da-
tur dengan bagian-bagian yang diinteg- lam rangka penerapan tujuan dan sebagai
rasikan sedemikian rupa, sehingga hubun- kemampuan atau keterampilan orang yang
gannya satu sama lain terkait oleh hubun- menduduki jabatan manajerial untuk mem-
gan terhadap keseluruhan. Organisasi di- peroleh suatu hasil dalam rangka pencapai-
artikan menggambarkan pola-pola, skema, an tujuan melalui kegiatan orang lain.
bagan yang menunjukan garis-garis perin- Implementasi Kebijakan
tah, kedudukan kariyawan, hubungan-hu- Wahab (2012:133) menjelaskan makna
bungan yang ada, dan lain sebagainya. Yo- implementasi, yaitu “bentuk pengoperasio-
sep (2013:60) mengemukakan bahwa ke- nalisasian atau penyelenggaraan aktivitas
lompok kerjasama (organisasi) adalah su- yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-
atu tata hubungan sosial yang dihubung- Undang dan menjadi kesepakatan bersama
kan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Atur- di antara beragam pemangku kepentingan
an-aturan ini sejauh mungkin dapat me- (stakeholders), aktor, organisasi (public at-
maksa seseorang untuk melakukan kerja au privat), prosedur, dan teknik secara si-
suatu fungsinya yang jelek, baik dilakukan nergistis yang digerakan untuk bekerja-
oleh pimpinan maupun oleh pegai-pegawai sama guna menerapkan kebijakan ke arah
administrasinya. tertentu yang dikehendaki”.
Benhard dalam Yosep (2013:61) men- Selanjutnya Deddy Mulyadi (2015:167)
jelaskan bahwa Organisasi itu adalah suatu berpendapat bahwa implementasi kebijakan
sistem kegiatan-kegiatan yang terkoordinir publik merupakan proses kegiatan administra-
secara sadar dilakukan atau suatu kekuatan tif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan
dua manusia atau lebih. dan disetujui. Kegiatan ini terletak diantara pe-
rumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Se-
Tinjauan Tentang Manajemen lanjutnya memaparkan implementasi kebijakan
Dalam Hasibuan (2006:2) Adfew F. Si- merupakan tahapan yang sangat penting dalam
kula berpendapat bahwa “manajemen pada proses kebijakan. Artinya implementasi kebij-
umumnya dikaitkan dengan aktivitas-akti- akan menentukan keberhasilan suatu proses ke-
vitas perencanaan, pengorganisasian, peng- bijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan
endalian, penempatan, pengarahan, pemo- dapat di hasilkan.
tivasian, komunikasi, dan pengambilan ke- Program
putusan yang dilakukan oleh setiap organi- Menurut Joan L. Herman dan Cs dalam
sasi dengan tujuan untuk mengkoordinasi- Tayibnapis (2008:9) “program adalah se-
kan berbagai sumber daya yang dimiliki gala sesuatu yang coba dilakukan seseor-
oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan ang dengan harapan akan mendatangkan
suatu produk atau jasa secara efisien”. le- hasil atau pengaruh”.
bih lanjut Hasibuan (2006:2-3) mendefi- Program adalah unsur pertama yang
nisikan bahwa manajemen merupakan su- harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
atu proses yang khas yang terdiri dari tin- Agar program yang dibuat dapat tercapai,
dakan-tindakan perencanaan, pengorgani-

79
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

maka di dalam program dibuat beberapa kin dilaksanakan. Hal ini disebabkan antara
aspek, yaitu: biroktrasi dan demokrasi merupakan sis-
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai; tem pemerintahan yang berlawanan dan
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tidak dapat dipersatukan. Analisis Michels
tujuan; juga menunjukkan, organisasi birokrasi
3. Aturan yang harus dipegang dan prose- yang dibentuk untuk melaksanakan prog-
dur yang harus dilalui; ram melawan kemiskinan justru memper-
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan; lemah kelompok miskin untuk mempenga-
dan strategi pelaksanaan. ruhi program tersebut, meskipun tujuan
Sehingga melalui program, maka sega- program antara lain meperkuat kelompok
la bentuk rencana akan lebih terorganisir miskin ini di dalam demokrasi dalam me-
dan akan lebih mudah untuk dilaksanakan. nentukan pendapat”.
Hal ini disebabkan karena suatu program Menurut teori liberal yang dikutip Thoha
mungkin saja sesuatu dalam bentuk nyata dalam koton (2013:17) bahwa “Birokrasi pe-
(tangible) seperti materi kurikulum, atau merintah itu menjalankan kebijakan-kebijakan
bisa jadi dalam bentuk abstrak (in-tangi- pemerintah yang mempunyai akses langsung
dengan rakyat melalui mandat yang diperoleh
ble) seperti prosedur.
dalam pemilihan”. Koton (2013:17-18) menyi-
Pemerintahan dan Birokrasi mpulkan bahwa “Pemerintah itu bukan hanya
Untuk memahami birokrasi, maka bi- didominasi oleh para pejabat saja, melainkan
rokrasi konsep Weber merupakan konsep ada bagian-bagian tertentu yang diduduki oleh
yang paling terkenal. Secara ekonomis pejabat politik. Demikian pula sebaliknya bah-
kemampuan birokrasi Weber ini dapat di- wa di dalam birokrasi pemerintah itu bukan ha-
golongkan dalam pengertian bureauratio- nya dimiliki oleh pimpinan politik dari partai
nality. Weber dalam koton (2013:14) me- politik saja melainkan ada juga pimpinan
nyebutkan “hubungan kekuasaan melalui birokrasi karir yang profrsional”.
aparat legal-rasional-domination sebagai Tata Ruang
birokrasi”. Lebih lanjut Weber berpenda- Menurut Undang-Undang Nomor 26 Ta-
pat bahwa birokrasi rasional pasti bertam- hun 2007 tentang penataan ruang menye-
bah penting dalam masyarakat modern. Hal butkan: “ruang adalah wadah yang melipu-
ini disebabkan birokrasi memiliki serang- ti ruang darat, ruang laut dan ruang udara
kaian ciri-ciri: kecermatan, kontinuitas, di- termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
siplin, ketat, dapat diandalkan, yang mem- kesatuan wilayah, tempat manusia dan
buat bentuk organisasi birokrasi paling me- makhluk lain hidup, melakukan kegiatan
muaskan dari segi teknik, baik pemegang dan memelihara kelangsungan hidupnya.
otoritas maupun bagi semua pihak yang ter Tinjauan Pedagang Kaki Lima
libat dalam organisasi. Menurut Ali dan Alam (2012:185) peda-
Weber dalam koton (2013:15) menga- gang kaki lima atau disingkat PKL adalah
takan bahwa birokrasi merupakan proses istilah untuk menyebut penjajal dagangan
yang tidak tertekan, tetapi sebagai dari yang menggunakan gerobak. Istilah itu se-
proses kearah rasionalsasi, maka birokrasi ring ditafsirkan karena jumlah kaki yang
cenderung memprakarsai pada perpisahan dipakai pedagangnya ada lima. Lima kaki
orang-orangdari sarana-sarana produksi, tersebut adalah dua kaki pedagang ditam-
dan pertumbuhan umum kearah formalisa- bah tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya
si dalam organisasi. Namun demikian pen- adalah tiga roda atau dua roda dan satu
dapat Weber tentang birokrasi ini di ten- kaki). Saat ini istilah pedagang kaki lima
tang oleh Michels. Menurut Michels yang (PKL) juga digunakan untuk para peda-
dikutip Thoha dalam Koton (2013:15) “bi- gang yang ada dijalanan pada umumnya
rokrasi pemerintah sangatlah tidak mung- bagi yang berjualan di tempat terbuka.

80
Implementasi Kebijakan Program Pemerintah Dalam Penataan Ruang Pedagang Kaki
Lima Di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data


Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan metode penelitian yang
Menurut Creswell (2010 yang dikutip telah diuraikan di atas, maka peneliti me-
oleh Jamaludin (2015) mejelaskan bahwa milih teknik pengumpulan data yaitu:
metode penelitian kualitatif adalah metode Wawancara
penelitian untuk mengeksplorasi dan memaha- Buchari Alma (2004:102) menjelaskan
mi makna yang oleh sejumlah individu atau bahwa wawancara dapat dibedakan men-
sekelompok orang dianggap berasal dari masa- jadi tiga yaitu wawancara terpimpin, wa-
lah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian wancara bebas, dan wawancara bebas ter-
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, pimpin: 1) wawancara terpimpin adalah wa
seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
wancara berdasarkan pengajuan pertanya-
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang
spesifik dari para partisipan , menganalisis data an yang telah di susun; 2) wawancara bebas
secara induktif mulai dari tema-tema yang adalah terjadi tanya jawab antara pewa-
khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan wancara dan responden, tetapi pewawan-
makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini cara menggunakan tujuan penelitian seba-
memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. gai pedoman. Kebaikan wawancara ini ada
Sumber Data lah responden tidak menyadari sepenuhnya
Sugiyono (2008:137) menyatakan bah- bahwa ia sedang diwawancarai; 3) wawan-
wa data dibagi atas dua jenis, yaitu: cara bebas terpimpin merupakan perpadu-
1. Sumber Data Primer an antara wawancara bebas dan wawancara
Sumber data primer diperoleh pene- terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewa-
liti melalui wawancara terhadap infor- wancara membawa pedoman yang hanya
man yang ada di Kecamatan Tibawa. In- merupakan garis besar tentang hal-hal yang
forman yang dimaksud dalam penelitian akan di tanyakan.
ini terbagi atas dua jenis informan. Ke- Observasi
dua jenis informan tersebut ialah infor- Menurut Gulo (2010:116) bahwa “pe-
man utama adalah para pedagang kaki ngamatan (observasi) adalah metode peng-
lima di Sentral Isimu Kecamatan Tiba- umpulan data di mana peneliti atau kolabo-
wa. Informan pendukung ialah aparat ratornya mencatat informasi sebagaimana
pemerintah Kecamatan Tibawa, Dinas yang mereka saksikan selama penelitian”.
UMKM dan Koperasi, Kepala Sapol PP, Objek observasi menurut Spradley da-
Dinas PU dan Tata Ruang, Dinas Kese- lam sugiyono (2012:229), “objek observasi
hatan, Ketua UPK PNPM Kecamatan dinamakan situasi sosial yang terdiri dari
Tibawa dan Ketua Asosiasi PKL. tiga komponen yaitu place (tempat), actor
2. Sumber Data Sekunder (pelaku), dan activities (aktivitas).
Dalam penelitian ini juga diperlu- a. Place (tempat)
kan data sekunder yang berfungsi seba- Suatu tempat atau lokasi dimana se-
gai pelengkap atau pendukung data pri- buah situasi interaksi atau hubungan tim
mer. Data sekunder diperoleh melalui bal balik dalam situasi sosial yang se-
dari hasil pengamatan dan studi doku- dang berlangsung. Peneliti mengambil
mentasi yang dilakukan oleh peneliti. lokasi di Sental Isimu Kecamatan Tiba-
Hasil pengamatan yang dimaksud beru- wa Kabupaten Gorontalo
pa gambar kehidupan mengenai perila- b. Actor (pelaku)
ku para pedagang kaki lima di Sentral Orang-orang yang menjadi sasaran
Isimu Kecamatan Tibawa yang telah pengamatan yang terlibat dalam situasi
berjualan dan beraktifitas di daerah ter- sosial tersebut. Dalam kegiata penelitian
sebut dengan berbagai jenis barang jual- ini, pelaku yang dimaksud adalah sam-
an yang ditawarkan. pel para pedagang kaki lima di Sentral

81
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

Isimu Kecmatan Tibawa Kabupaten Go b. Display Data


rontalo dan Pemerintah Kabupaten Go- Setelah data di reduksi, maka lang-
rontalo yang terkait dengan para peda- kah selanjutnya adalah men-display-kan
gang kaki lima. data. Menurut Miles dan Huberman dal-
c. Activities (aktivitas) am Etta dan Sopiah (2010:200) bahwa
Meliputi berbagai kegiatan yang di- “penyajian data adalah menyajikan se-
lakukan oleh tiap-tiap actor (pelaku) kumpulan informasi tersusun yang mem
dan perannya masing-masing. Dalam pe berikan kemungkinan adanya penarikan
nelitian ini, aktivitas yang akan diteliti kesimpulan dan pengambilan tindakan.”
adalah peran pemerintah dalam penata- c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
an. ruang pedagng kaki lima. Langkah yang ketiga dalam analisis
Dokumentasi data ini adalah penarikan kesimpulan
Arikunto (2006:236) menjelaskan bah- dan verifikasi. “kesimpulan dalam pene-
wa “dokumentasi yaitu mencari data meng- litian kualitatif adalah merupakan temu-
enai hal-hal atau variable yang berupa bu- an baru yang sebelumnya belum pernah
ku-buku, majalah, dokumen, peraturan-pe- ada. Temuan dapat berupa deskripsi at-
raturan, notulen rapat, agenda dsb”. au gambaran suatu obyek yang sebe-
Menurut Sugiyono (2008:137) menya- lumnya masih remang-remang atau ge-
takan bahwa data dibagi dua jenis, yaitu: lap sehingga setelah di teliti menjadi je-
a. Data primer las, dapat berupa hubungan kausal atau
Data ini diperoleh secara langsung interaktif, hipotesis atau teori.” (Sugiyo-
melalui objek yang akan diteliti, dengan no, 2012:252).
sumber data yang dikumpulkan lang- Teknik Keabsahan Data
sung dari pihak pertama berupa penda- Adapun teknik-teknik pemeriksaan ke-
pat subyektif karena berbentuk persepsi absahan data yang digunakan yaitu:
pribadi masing-masing yang diterima Uji credibility (validitas internal)
dari pihak pertama (orang yang dijadi- Menurut Sugiono (2012) menjelaskan
kan objek yang diteliti). uji kredibilitas data atau kepercayaan ter-
b. Data sekunder hadap data hasil penelitian kualitatif antara
Data sekunder dalam penelitian ini lain dilakukan dengan:
berbentuk dokumen tertulis bahan-bah- a) Triangulasi
an yang berkaitan dengan peran peme- Menurut Wiliam Wiersma (dalam
rintah dalam penataan ruang pedagang Sugiono, 2012) triangulasi dalam peng-
kaki lima ujian kredibilitas ini diartikan sebagai
Teknik Analisis Data pengecekan data dari berbagai sumber
Ada beberapa cara untuk menganalisis dengan berbagai cara dan berbagai wak-
data dan pada penelitian ini peneliti meng- tu. Dengan demikian terdapat triangula-
gunakan langkah-langkah sebagai berikut: si sumber, triangulasi pengumpulan da-
a. Reduksi data ta, dan waktu
Data yang telah diperoleh dari hasil b) Menggunakan bahan referensi
wawancara, observasi dan dokumentasi Yang dimaksud dengan bahan refe-
pada lokasi magang ditulis secara jelas rensi disini yaitu pendukung untuk mem
dan dalam bentuk uraian. Menurut Sugi- buktikan data yang telah ditemukan oleh
yono (2012:247) bahwa mereduksi data peneliti sebagai contoh, data hasil wa-
berarti merangkum, memilih hal-hal po- wancara perlu didukung dengan adanya
kok, memfokuskan pada hal-hal yang rekaman wawancara sehingga data da-
penting di cari tema dan polanya ber- pat menjadi kredibel atau lebih dapat di-
dasarkan data yang diperoleh peneliti. percaya (Sugiono,2012). Jadi dalam pe-

82
Implementasi Kebijakan Program Pemerintah Dalam Penataan Ruang Pedagang Kaki
Lima Di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

nelitian ini, peneliti akan menggunakan hingga pengujiannya dapat dilakukan seca-
rekeman wawancara dan foto-foto hasil ra bersamaan.
observasi sebagai bahan referensi. HASIL PENELITIAN
c) Mengadakan member check Kebijakan Program Pemerintah
Member check adalah proses peng- Adapun yang menjadi kebijakan prog-
ecekan data yang diperoleh peneliti ke- ram pemerintah Kabupaten Gorontalo dal-
pada pemberi data. Tujuan dari member am penataan ruang Pedagang Kaki Lima
check adalah untuk mengetahui sebe- (PKL) di Dinas Koperasi-UMKM dan Kan
rapa jauh data yang diperoleh sesuai de- tor Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL
ngan apa yang diberi oleh pemberi data. PP) adalah:
Pelaksanaan member check dapat di a) Pemberian penyuluhan dan pembinaan
lakukan setelah satu periode pengumpu- Kebijakan pemerintah sebagai pe-
lan data selesai. Atau setelah mendapat ngatur pedagang kaki lima merupakan
satu temuan, atau kesimpulan. Setelah aspek penting untuk mengatur kepenti-
data disepakati bersama maka para pem- ngan bersama atau demi ketertiban, ke-
beri data diminta untuk menandatanga- bersihan, & keindahan kota. Untuk men
ni, supaya lebih otentik. Selain itu juga capai tujuan tersebut maka proses pem-
sebagai bukti bahwa peneliti telah mela- buatan kebijakan pemerintah mengacu
kukan member check (Sugiono,2012). pada masalah rill. Permasalahan yang
Uji transferability (validitas eksternal) ada bagi pedagang kaki lima diproses
Supaya orang lain dapat memahami pe menjadi sebuah kebijakan pemerintah
nelitian kualitatif sehingga ada kemung- dengan mendesak, urgen, relevan dan
kinan untuk menerapkan hasil penelitian tidak menyangkut kepentingan pedaga-
yang telah didapat, maka peneliti dalam ng kaki lima yang luas serta diagenda-
membuat laporanya harus memberikan ur- kan menjadi kebijakan pemerintah, ma-
aian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat ka merupakan sebuah fenomena sosial
di percaya. Sanafiah Faisal (Dalam Sugio- ekonomi perkotaan yang tidak berpihak
no, 2012) menjelaskan bahwa bila pemba- kepada pedagang kaki lima yang tidak
ca laporan penelitian memperoleh gamba- jarang kebijakan dari pemerintah justru
ran yang sedemikian jelasnya “semacam menimbulkan masalah baru di dalam
apa” suatu hasil penelitian dapat diberlaku masyarakat. Kenyataan ini dapat dilihat
kan (Transferability), maka laporan terse- dari bagaimana pemerintah dalam meng
but memenuhi standar trasferabilitas. atur pedagang kaki lima di Sentral Isimu
Uji dependability (reabilitas) Kecamatan Tibawa.
Dalam penelitian kualitatif, uji depen- Kebijakan edukatif dari pemerintah
dability dilakukan dengan melakukan audit berupa pemberian penyuluhan dan pem-
terhadap seluruh proses penelitian oleh au- binaan terhadap Pedagang Kaki Lima
ditor yang independen, atau pembimbing merupakan langkah yang berpengaruh
yang mengaudit seluruh aktivitas peneliti untuk mengubah sikap yang berkaitan
dalam melakukan penelitian. Sanafilah Fai dengan pola pikir PKL itu sendiri.
sal (dalam Sugiono 2012) menyatakan jika Hal ini senada dengan teori penyulu
peneliti tak mempunya dan tak dapat me- han yang di paparkan Sjafari (2014:145)
nunjukkan: jejak aktivitas dilapangan” ma- bahwa penyuluhan merupakan keterli-
ka dependabilitas penelitiannya patut dira- batan seseorang untuk melakukan komu
gukan. nikasi informasi secara sadar dengan tu-
Uji confirmability (obyektifitas) juan untuk membantu sesamanya.
Dalam penelitian kualitatif, uji konfir- Untuk menciptakan kesadaran dari
mability mirip dengan uji dependability, se pedagang kaki lima harus adanya kerja-

83
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

sama antar organisasi perangkat Daerah kan pengawasan melalui penelitian dan
(OPD) sehingga memudahkan pencapa- pengujian terhadap surat-surat pertang-
ian tujuan bersama, dalam hal ini pena- gungjawaban yang disertai dengan buk-
taan ruang pedagang kaki lima. ti-bukti penerimaan dan pengeluaran.
b) Pengawasan dan penertiban PKL c. Menyediakan lahan/lokasi baru
Fenomena terkait kebijakan peme- Untuk mensinergikan kepentingan
rintah berpihak pada pedagang kaki li- antara pemerintah sesuai dengan keing-
ma terutama di kota-kota besar menjadi inan pedagang kaki lima yaitu dengan
warna tersendiri serta menjadi pekerja- cara menyediakan lahan yang strategis,
an rumah bagi pemerintah perkotaan namun harus diperhatikan lahan baru
atau wilayah mulai berkembang. Peda- yang menjadi lokasi untuk berdagang da
gang kaki lima merupakan pihak yang pat mempengaruhi daya beli konsumen.
paling merasakan dampak dari berbagai Maka tempat untuk berdagang bagi pe-
kebijakan yang dikeluarkan oleh peme- dagang kaki lima kepada stakeholders
rintah terutama kebijakan tentang keter- yang memiliki kepentingan, dan kepada
tiban, kebersihan dan keindahan perko- masyarakat sebagai konsumen dilaku-
taan. Dampak yang paling dirasakan ol- kan dengan musyawarah dan melibat-
eh pedagang kaki lima adalah selalu kan pihak yang terkait. Kegagalan lahan
menjadi korban penggusuran, penyeran- yang kurang strategis sebagai solusi se-
gan serta penyingkiran oleh anggota sa- lalu dihadapkan dengan masalah keter-
tuan polisi pamong praja dan banyak ke- tiban, kebersihan, dan keindahan wila-
rugian yang dialami oleh pedagang kaki yah, di sisi lain peda-gang kaki lima in-
lima, baik kerugian secara materiil mau- gin berdagang di tempat umum, seperti
pun non materiil. trotoar, taman, badan jalan, fasilitas um-
Program pemerintah dalam penga- um ataupun di lahan yang tidak diperun-
wasan dan penertiban merupakan perw- tukan tempat berdagang.
ujudan dari fungsi pemerintah itu sendi- d. Memberikan pelatihan dan modal
ri dalam arti menegaskan kesepakatan Suatu kebijakan pemerintah sebagai
kehidupan kolektif yang terdapat kepas- pemberdayaan bagi pedagang kaki lima
tian tindakan dan perilaku yang membe- dilakukan melalui tahapan pada saatnya
rikan kemanfaatan pada kepentingan pedagang kaki lima memiliki kemam-
umum. Namun kenyataannya pedagang puan dan hak-haknya dihargai modal da
kaki lima tetap berjualan ditempat yang sar unutk mencapai kehidupan yang le-
mengganggu kepentingan umum bah- bih baik dan bermakna secara konsisten
kan trotoar yang dipakai untuk jalan dan terus menerus. Pelatihan untuk pe-
kaki umum dipergunakan untuk berjual- ningkatan kemampuan kecakapan dan
an sampai memakai bahu jalan dengan keterampilan di butuhkan untuk meng-
pendirian lapak-lapak dan tenda-tenda antarkan pada kemandirian. Oleh kare-
yang tidak beraturan, sehingga ruas ja- nanya kebijakan pemerintah bagi peda-
lan menjadi sempit dan menggangu ken- gang kaki lima yang melahirkan indi-
daraan yang melintas. vidu/kelompok pedagang berdaya.
Hal ini sesuai dengan teori penga- Pedagang kaki lima secara kasat
wasan dari Andri & Endang (2015:65) mata dapat di nilai belum berdaya dan
yakni pengawasan dekat (Aktif) dilaku- belum mempunyai kemampuan modal
kan sebagai bentuk pengawasan yang usaha untuk mencapai kehidupan yang
dilaksanakan ditempat kegiatan yang lebih baik. Maka kebijakan pemerintah
bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pada pedagang kaki lima haruslah me-
pengawasan jauh (pasif) yang melaku- muat substansi pemberdayaan sehingga

84
Implementasi Kebijakan Program Pemerintah Dalam Penataan Ruang Pedagang Kaki
Lima Di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

para pedagang kaki lima menjadi lebih 2. Konsumen/pembeli


berdaya untuk menentukan apa yang Untuk mengetahui tentang peranan
menjadi pilihan hidupnya yang berkait- konsumen/pembeli terhadap keberlang-
an dengan kemampuan mempertahan- sungan sektor informal atau sebagai pe-
kan eksistensi dirinya. dagang kaki lima di Sentral Isimu Keca-
Faktor pendukung kebijakan matan Tibawa Kabupaten Gorontalo, di-
Untuk mengetahui faktor pendukung telusuri dari konsumen/pembeli dan ber
kebijakan program pemerintah dalam pena langganan dengan konsumen atau pem-
taan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) di beli dari semua orang. Untuk lebih jelas-
Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupa- nya, penulis menjabarkannya pada tabel
ten Gorontalo peneliti menggunakan tiga di bawah ini:
indikator yang meliputi: lokasi berjualan, Tabel 3. Konsumen/pembeli
konsumen/pembeli dan keluwesan dalam
No Konsumen Jumlah
bekerja.
1 Berlangganan 14
1. Lokasi berjualan
2 Semua Orang 17
Untuk mengetahui tentang lokasi
berjualan bagi pekerja di sektor infor- Sumber: Hasil penelitian, 2020
mal atau sebagai pedagang kaki lima di Tabel di atas menunjukkan bahwa
Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabu- dari 31 informan yang bekerja pada sek-
paten Gorontalo, ditelusuri dari lokasi tor informal sebagai pedagang kaki lima
yang digunakan menetap atau berpin- di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Ka-
dah-pindah. lebih jelasnya, di jabarkan bupaten Gorontalo diperoleh gambaran,
pada tabel di bawah ini: bahwa ada 14 yang melakukan transaksi
Tabel 2. Identifikasi sesuai lokasi dengan konsumen/pembeli secara ber-
langganan. Konsumen yang membeli ba
No Lokasi Berjualan Jumlah rang secara berlangganan, artinya terda-
1 Menetap 26 pat konsumen/pembeli secara kontinu
membeli barang ke penjual yang sama.
2 Berpindah-pindah 5 3. Keluwesan dalam bekerja
Sumber: Hasil penelitian, 2020 Untuk mengetahui tentang keluwes-
Dari tabel di atas, dapat kita lihat an bekerja dari kegiatan sektor informal
bahwa dari 31 responden yang bekerja atau pedagang kaki lima di sentral Isimu
pada sektor Informal sebagai pedagang Kecamatan Tibawa Kabupaten Goron-
kaki lima di sentral Isimu Kecamatan Ti talo, ditelusuri dari rentang waktu: pagi
bawa Kabupaten Gorontalo bahwa yang hingga sore, pagi hingga malam, pagi
berjualan dengan menetap pada suatu lo hingga larut malam dan barang yang di-
kasi berjumlah 26 orang dan yang ber- jual habis dan langsung pulang. Untuk
pindah-pindah 5 orang. lebih jelasnya, terjabarkan pada tabel di
Pengamatan dilapangan menunjuk- bawah ini:
kan, bahwa mereka yang menetap pada Tabel 4. Keluwesan dalam bekerja
suatu lokasi karena tempat mereka ter- No Rentan Waktu Jumlah
letak pada pusat keramaian dan sudah 1 Pagi-Sore -
tidak ada lagi lahan yang kosong untuk
2 Pagi-Malam 15
di tempati secara strategis. Sedangkan
3 Pagi-Larut Malam 8
yang lima orang mengaku berpindah-
Barang terjual habis
pindah karena memang karakter atau 4 8
langsung pulang
sifat dari barang yang di dagangkan
Sumber: Hasil penelitian, 2020
berupa makanan siap saji dan kue.

85
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

Tabel di atas menunjukkan, dari 31 in- bahwa enam pedagang menyatakan bah
forman yang bekerja pada sektor informal wa modal kerjanya cukup untuk menja-
sebagai pedagang kaki lima di Sentral Isi- lankan usahanya. Mereka menyatakan
mu Kecamatan Tibawa Kabupaten Goron- cukup karena berdasarkan bahan baku
talo diperoleh gambaran, bahwa ada 15 yang digunakan untuk berjualan tidak
PKL yang bekerja pagi sampai malam (wa- terlalu mahal walaupun kadang meng-
rung makan, dan kios) dan yang bekerja pa- alami kenaikan harga. Sementara itu, 25
gi hingga larut malam ada 8 PKL (penjual orang menyatakan modal kerjanya ku-
buah-buahan dan warung kopi), serta 8 rang untuk dapat menjalankan usaha-
PKL yang lain berjualan untuk melayani nya. Modal kerja kurang karena pedag-
konsumen dan ketika barangnya habis ang kaki lima memperoleh modal usaha
langsung pulang seperti penjual kue dan dari koperasi simpan pinjam maupu di
pedagang asongan. bank yang secara nominal, jumlah pem-
Faktor penghambat kebijakan berian pinjamanya kecil sesuai dengan
Untuk mengetahui faktor penghambat persyaratan dan kriteria dari koperasi
kebijakan program pemerintah dalam pe- simpan pinjam maupun di bank.
nataan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) 2. Peraturan Daerah
di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabu- Untuk mendalami lebih jauh pera-
paten Gorontalo peneliti menggunakan tiga turan daerah terkait dengan tata ruang
indikator yang meliputi modal kerja, pe- pedagang kaki lima yang dapat meng-
raturan daerah terkait PKL dan gangguan hambat kegiatan di sektor informal atau
keamanan. sebagai pedagang kaki lima di Sentral
1. Modal kerja Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten
Untuk mendalami lebih jauh ten- Gorontalo ditelusuri ada dan tidak ada-
tang modal kerja bagi pekerja di sektor nya Peraturan Daerah (Perda) terkait de-
informal atau sebagai pedagang kaki li- ngan Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk
ma di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa lebih jelasnya pada tabel berikut
Kabupaten Gorontalo, ditelusuri dari Tabel 6. Penataan PKL
modal cukup dan kurang. Lebih jelas-
nya di jabarkan pada tabel di bawah ini. No Perda penataan PKL Jumlah
1 Ada 25
Tabel 5. Modal kerja
2 Tidak Ada 6
Modal Modal
No Jenis PKL Sumber: Hasil penelitian, 2020
PKL kerja
1 Warung makan 10 Kurang Tabel diatas menunjukkan, 31 infor
2 Warung buah 7 Kurang man yang bekerja pada sektor informal,
3 Kios 5 kurang sebagai pedagang kaki lima di sentral
Cukup Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten
4 Warkop 1
Gorontalo diperoleh gambaran, bahwa
5 Pedagang kue 3 Kurang
25 orang yang mengetahui, bahwa ada-
Pedagang Cukup nya peraturan daerah terkait dengan pe-
6 5
Asongan
nataan PKL. Informasi diperoleh dari
Sumber: Hasil penelitian, 2020 adanya relokasi PKL yang dulu. Semen-
Tabel di atas menunjukkan dari 31 tara itu, 6 orang tidak mengetahui.
responden yang bekerja pada sektor in- Peraturan daerah (perda) secara khu
formal sebagai pedagang kaki lima di sus terkait dengan penataan pedagang
sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabu- kaki lima di Kabupaten Gorontalo be-
paten Gorontalo diperoleh gambaran lum ada namun peraturan daerah terkait

86
Implementasi Kebijakan Program Pemerintah Dalam Penataan Ruang Pedagang Kaki
Lima Di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

dengan ketertiban umum sebagai bahan Implementasi kebijakan program


atau pedoman kerja bagi Satuan Polisi a. Implementasi program pemerintah ter-
Pamong Praja (Satpol-PP) sudah ada, kait pemberian penyuluhan dan pembi-
peraturan tersebut di tuangkan dalam naan pada pedagang kaki lima (PKL) di
Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Sentral Isimu merupakan kebijakan edu
No. 5 Tahun 2016 Tentang Ketertiban katif yang tidak mencapai sasaran se-
Umum. hingga tidak berjalan dengan baik. Hal
3. Gangguan Keamanan ini di buktikan dengan hasil wawancara
Untuk mendalami lebih jauh terkait para pedagang mengaku jarang bahkan
gangguan keamanan yang dapat meng- tidak pernah mengikuti penyuluhan dan
hambat pengembangan usaha di sektor pembinaan.
informal atau sebagai pedagang kaki li- b. Implementasi program pemerintah ter-
ma di Sentral Isimu Kecamatan Tibawa kait pengawasan dan mengadakan pe-
Kabupaten Gorontalo, di telusuri dari nertiban terhadap pedagang kaki lima
indikator gangguan keamanan dari (PKL) di Sentral Isimu, Pemerintah te-
orang mabuk, Satpol PP dan Pencuri. lah melaksanakan tugas dan fungsinya
Lebih jelasnya dijabarkan pada tabel di untuk melakukan pengawasan dan pe-
bawah ini. nertiban melalui Satuan Polisi Pamong
Tabel 7. Gangguan keamanan Praja (Satpol-PP) dan Dinas Kesehatan
terkait pengawasan kebersihan Maka-
No Gangguan keamanan Jumlah nan.
1 Orang Mabuk 11 c. Implementasi program pemerintah ter-
kait penyediaan lahan/lokasi baru peda-
2 Satpol PP 8 gang kaki lima (PKL) di Sentral Isimu,
3 Pencuri 12 Pemerintah belum mampu memaksi-
malkan kebijakan untuk berfungsinya
Sumber: Hasil penelitian, 2020 secara baik Terminal Isimu dan Pasar
Berdasarkan tabel tersebut terlihat, Sentral Isimu sehingga para pedagang
bahwa dari 31 informan yang bekerja pa bertahan di seputaran Tugu Sentral Isi-
da sektor informal sebagai pedagang ka- mu. Selain itu karakter pedagang kaki
ki lima di Sentral Isimu Kecamatan Ti- lima yang memang suka berjualan di
bawa Kabupaten Gorontalo, diperoleh tempat strategis yaitu pinggiran jalan.
gambaran bahwa mereka mendapat ga- d. Implementasi program pemerintah ter-
ngguan dari orang mabuk sebanyak 11 kait pemberian pelatihan dan modal ba-
orang, 8 orang mendapat ganguan dari gi pedagang kaki lima kurang berjalan
Satpol PP, dan 12 orang mendapat gang- dengan baik, hal ini dibuktikan dengan
guan dari pencuri. keluhan para pedagang untuk pelatihan
dan pengembangan usaha yang memer-
SIMPULAN
lukan modal yang cukup banyak.
Berdasarkan pembahasan hasil peneli-
Faktor pendukung dan penghambat:
tian, penulis dapat mengambil kesimpulan
a. Faktor pendukung kebijakan program
mengenai implementasi kebijakan program
pemerintah dalam penaaan ruang peda-
pemerintah dalam penaaan ruang pedagang
gang kaki lima (PKL) yaitu:
kaki lima (PKL) di Sentral Isimu Kecama-
 Lokasi berjualan
tan Tibawa serta faktor pendukung dan
 Konsumen/pembeli
penghambat kebijakan program pemerin-
 Keluwesan dalam bekerja
tah dalam penaaan ruang pedagang kaki li-
ma (PKL) di Sentral Isimu Kecamatan Tib-
awa yaitu:

87
Journal of Economics, Business, and Administration (JEBA) Frista Iin Wahyuni
E-ISSN: xxxx-xxxx, Vol. 1, September 2020

b. Faktor penghambat kebijakan program DAFTAR PUSTAKA


pemerintah dalam penaaan ruang peda- Ahmad, Jamaluddin. 2015. Metode Peneli-
gang kaki lima (PKL) yaitu: tian Administrasi Publik Teori dan Ap-
 Modal kerja likasi. Yogyakarta: GAVA MEDIA
 Peraturan Daerah Alma, Buchari. 2004. Metode dan Teknik
 Gangguan keamanan. Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta
SARAN Ali, Faried dan Alam, Samsul Andi. Studi
Dari kesimpulan diatas, penulis mem- Kebijakan Pemerintahan. 2012. Ban-
berikan saran yang dapat dijadikan masu- dung: PT. Refika Aditama
kan dalam implementasi kebijakan prog- Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pene-
ram pemerintah dalam penataan ruang pe litian suatu pendekatan Praktik. Jakar-
dagang kaki lima di sentral Isimu Keca- ta: PT Adi Mahasatya.
matan Tibawa sebagai berikut: Febriyanto, Andri dan Triyana, Endang
1. Pemerintah harusnya memaksimalkan Shyta. 2015. Pengantar Manajemen.
unit-unit organisasi yang terkait dengan Yogyakarta: Mediatera
pedagang kaki lima (PKL) yang selama Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Ja-
ini memang di akui secara sah keberada- karta: PT Gusindo.
an namun tidak berfungsi dengan baik. Hasimbuan, Malayu. 2006. Manajemen Da
2. Perlunya kebijakan pemerintah yang je- sar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
las dalam penentuan lokasi relokasi pe- PT. Bumi Aksara
dagang kaki lima sahingga tidak menim Ibrahim, Amin. 2013. Pokok-pokok Admi-
bulkan konflik antara para pedagang nistrasi Publik dan Implementasinya.
dengan pemerintah itu sendiri serta pe- Bandung: Refika Aditama
merintah wajib melahirkan dasar hukum Kaelan, 2012. Metode Penelitian Kualitatif
secara khusus tentang penataan ruang Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni,
para pedagang kaki lima sehingga kebi- Agama dan Humaniora. Yogyakarta:
jakan jelas dan terarah. Paradikma
Koton, P Yosep. 2013. Restrukturisasi Or-
ganisasi. Yogyakarta: Deeppublish.
Liauw, Gasper. 2015. Administrasi Pemba-
ngunan studi kajian PKL. Bandung:
PT. Refika Aditama.

88

Anda mungkin juga menyukai