Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

AGROFORESTRI

Disusun Oleh:

Muchamad Irsyadul Ibad 165040201111267

Mifta Mutiara Annisa 165040207111010

Balqis Noor Hanifah 165040207111010

Mahdy Arifian Nugraha 165040207111090

Tasia Ayu Larasati 165040207111108

Hadda Anjas Nugroho 165040207111114

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
ANALISIS AGROFORESTRI

A. Aspek Kelembagaan

Kebijakan dan kelembagaan (institusi) merupakan hal yang sulit dipisahkan.


Kebijakan yang baik tetapi dilandasi kelembagaan yang buruk tidak akan membawa proses
pembangunan mencapai hasil secara maksimal, dan berlaku pula sebaliknya. Contoh kejadian
yang ada menunjukkan pada umumnya kegagalan pembangunan suatu negara berawal dari
tata kelola pemerintah yang buruk sehingga dalam membuat dan mengimplementasikan
kebijakan yang benar seringkali mengabaikan pembangunan kelembagaan yang seharusnya
menjadi dasar dari seluruh proses pembangunan baik sosial, ekonomi, politik, teknologi
maupun pengelolaan sumber daya alam (Djogo, dkk. 2003).
Kebijakan dan kelembagaan merupakan hal yang penting, karena jika ada suatu
kelompok yang melaksanakan namun tidak ada aturan, hal tersebut tidak akan berjalan baik.
Kebijakan adalah intervensi pemerintah (dan publik) untuk mencari cara pemecahan masalah
dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan yang lebih baik. Kebijakan
adalah upaya, cara dan pendekatan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang
sudah dirumuskan. Sedangkan kelembagaan suatu himpunan atau tatanan norma–norma dan
tingkah laku yang bisa berlaku dalam suatu periode tertentu untuk melayani tujuan bersama
(Djogo, dkk. 2003).
Unsur-unsur kelembagaan (Djogo, dkk. 2003):
a. Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat
b. Norma tingkah laku yangmengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk
melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi
antar manusia yang terstruktur
c. Peraturan dan penegakan aturan/hukum
d. Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan
tingkah laku, hak dan kewajiban anggota
e. Kode etik
f. Kontrak
g. Pasar
h. Hak milik (property rights atau tenureship)
i. Organisasi
f. Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan
Contoh Kasus:
Kelembagaan yang ada pada hutan rakyat agroforestri di Banjarnegara pada artikel
yang dibuat oleh Fauziah, dkk. (2013) dilihat melaui beberapa aspek seperti kelembagaan
pemerintah, kelembagaan pemasaran, dan kelembagaan kelompok tani memiliki masalah
sendiri-sendiri, seperti:
1. Kelembagaan pemerintah
Pada kelembagaan ini, peran Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sangat
penting untuk pengembangan agroforestri, namun agroforestri masih dikesampingkan
dalam pembangunan Provinsi Jawa Tengah sehingga memengaruhi anggaran yang ada
dalam melakukan perawatannya. Selain itu, juga belum adanya program yang
komprehensif baik di dinas kehutanan maupun di dinas lainnya. Padahal dalam
pengembangan agroforestri, dukungan peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk
pengembangan pertanian, kehutanan, peternakan, serta perikanan. Di Kabupaten
Banjarnegara belum ada program terpadu pengembangan agroforestri di hutan rakyat.
Hutan rakyat agroforestri terbentuk dengan sendirinya karena di tingkat petani umumnya
kepemilikan lahan terbatas sehingga akan mengoptimalkan lahanya dengan pengelolaan
secara agroforestri. Kelembagaan pemerintah desa yang stabil dan mendukung
perkembangan hutan rakyat juga penting bagi pengembangan hutan rakyat agroforestri.
2. Kelembagaan pemasaran
Kelembagaan pemasaran hutan rakyat agroforestri meliputi kelembagaan
pemasaran untuk jenis tanaman kehutanan (kayu) dan non kayu. Kegiatan pemasaran
sangat penting karena merupakan kegiatan bisnis bagi berlangsungnya pertukaran barang
dan jasa antara produsen dan konsumen. Kegiatan pemasaran meliputi seluruh kegiatan
yang dimulai dari saat merencanakan produk dan jasa sampai dengan distribusinya ke
konsumen akhir. Kegiatan fungsi pemasaran bisa diklasifikasikan menjadi:
a. Fungsi pertukaran, meliputi kegiatan pembelian dan penjualan,
b. fungsi fisik pemasaran, meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan
pengangkutan,
c. fungsi fasilitas pemasaran kegiatanya meliputi standarisasi dan sortimen produk,
pembiayaan, pembebanan resiko, dan penyediaan informasi pasar. Ketiga fungsi
pemasaran tersebut ditemui baik dalam pemasaran kayu maupun non kayu.
Hubungan antara suplier dan pedagang pengumpul dilakukan atas dasar
kepercayaan dan tidak ada kesepakatan tertulis yang mempunyai ketetapan hukum. Hal ini
kadangkala menyebabkan terjadinya permasalahan antara pedagang pengumpul dan suplier
karena ada suplier yang tidak menepati kesepakatan awal dan pergi setelah mendapatkan
modal dari pedagang pengumpul. Kondisi seperti ini sering ditemui oleh pedagang
pengumpul dan dianggap sebagai bagian dari resiko berbisnis kayu. Upaya yang dilakukan
untuk mengantisipasi hal ini adalah melalui pengamatan yang matang terhadap perilaku
dalam memilih suplier.
3. Kelembagaan kelompok tani
Kelompok tani yang berkembang secara perlahan, memiliki aturan yang tertulis
maupun tidak tertulis. Dengan adanya aturan yang disepakati akivitas kelompok pun dapat
berjalan. Hampir tiap bulan rutin (akhir bulan) pada pada minggu ke empat dilakukan
pertemuan kelompok sekaligus pengajian. Pada kegiatan ini dibahas semua hal terkait
dengan kelompok tani dan pengelolaan hutan rakyat. Kegiatan ini merupakan salah satu
media untuk saling memberikan informasi bagi para anggota, menyampaikan hasil dan
perkembangan yang telah diperoleh kelompok serta untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada dalam kelompok. Tingkat kehadiran anggota kelompok sekitar 80% - 100%.
Dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya, kelompok
tani ini pernah mengikuti beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh swasta maupun oleh
pemerintah. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pelatihan perlebahan diikuti oleh 25
orang, pelatihan pengolahan hasil hutan diikuti oleh perwakilan pengurus, pelatihan
pembuatan pupuk organik diikuti oleh perwakilan pengurus, pelatihan peternakan
kambing Etawa diikuti oleh perwakilan pengurus, Pelatihan statistik pertanian diikuti oleh
ketua kelompok, dan studi banding ke PEGUMAS (ternak kambing Etawa) Gumelar
Kabupaten Banyumas diikuti oleh anggota sebanyak 25 orang.
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini tidak hanya kegiatan pertanian tapi
juga kegiatan simpan pinjam. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan
kekeluargaan diantara sesama anggota. Kegiatan arisan dan simpan pinjam dalam
kelompok dapat membantu kegiatan di hutan rakyat terutama untuk kegiatan pemupukan.
Dengan demikian petani mempunyai akses untuk pendanaan hutan rakyatnya meskipun
dalam jumlah yang sedikit.

B. Aspek Ekonomi

Analisis ekonomi terhadap wanatani antara lain diarahkan untuk manilai apakah
sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan wanatani/agroforestri sudah cukup effisien,
dalam hal ini dilakukan dengan membandingkan antara manfaat yang dihasilkan dengan
biaya yang harus dikeluarkan. Dalam analisis yang konvensional, penilaian atas hasil yang
diperoleh (output) dan penilaian pengeluaran dalam kegiatan wanatani hanya terbatas pada
barang privat, yaitu barang dan jasa yang mempunyai nilai finansial (memiliki harga
pasar). Analisis ekonom juga mengacu pada keunggulan komparatif atau effisiensi dari
penggunaan barang dan jasa dalam satu kegiatan produktif. Effisien di sini diartikan bahwa
alokasi sumber-sumber ekonomi digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan output
dengan nilai ekonomi tertinggi.
Terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas yang lazim dipakai. Analisa
Manfaat-Biaya atau Benefit-Cost Analysis menghasilkan dua parameter: Benefit-Cost
Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). BCR merupakan perbandingan antara nilai
manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai
BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan.
Sedangkan IRR membandingkan manfaat dan biaya yang ditunjukkan dalam persentasi.
Dalam hal ini nilai IRR merupakan tingkat bunga di mana nilai manfaat sama dengan nilai
biaya. IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu
memberikan keuntungan. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat bunga umum memberikan
petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan.
Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi
jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value, yaitu selisih antara
nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang
ditentukan. Nilai positif NPV dari satu sistem kegiatan investasi, menunjukan bahwa
wanatani tersebut cukup menguntungkan. Mengingat bahwa para petani wanatani
kebanyakan mengelola sendiri lahannya, maka profitabilitas yang diukur dengan NPV
diturunkan menjadi penerimaan bersih per hari kerja yang dalam halini disebut dengan
return to labor. Return to labor dihitung dengan cara mengubah tingkat upah dalam
perhitungan NPV sehingga menghasilkan NPV = 0. Perhitungan ini mengubah ‘surplus’
yang ada menjadi upah setelah memasukkan biaya input dan modal dalam discounted cash
flow. Return to labor yang lebih besar dari tingkat upah umum memberikan indikasi bahwa
kegiatan itu memberikan keuntungan bagi petani.
perhitungan NPV dengan menggunakan harga-harga ekonomi (analisis ekonomi),
yaitu harga barang dan jasa yang mencerminkan nilai tertinggi, menghasilkan parameter
profitabilitas untuk kepentingan para pengambil keputusan atan masyarakat yang lebih
luas. Mengingat bahwa produktivitas lahan merupakan kepentingan para pengambil
keputusan, maka NPV yang dihitung dengan nilai ekonomi, merupakan indikator
profitabilitas yang lebih baik. Karena memasukkan semua komponen lingkungan di
dalamnya.
a. Analisis kelayakan ekonomi
Menurut rianse (2008) langkah-langkah dilakukan dalam analisis ekonomi
(biayadan manfaat) pengolahan kawasan agroforestri adalah sebagai berikut
1. menghitung biaya pengolahan dalam kawasan agroforestri meliputi biaya investasi dan
biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang di keluarkan sebelum tanaman yang
diusahakan berporduksi meliputi biaya pembukan lahan/land clearsin celarin, pembelian
peralatan, biaya penyiapan tanaman bibit, biaya penanaman dan pemiliharaan tanaman
sebelum berproduksi. Biaya yang digunakan dalam analisis adalah biaya-biaya aktual
yang dilkeluarkan dalam usaha tani agroforsteri secara finansial tidak
memperhtungkan biaya eksternalitas, sementara secara ekonomi biaya eksternalitas atau
dampak usaha tani/agroforsteri terhadap penurunan kualitas lingkungan ( termasuk biaya
perbaikan lingkungan) di perhitungkan
2. Menghitung manfaat usaha tani dalam kawasan agroforestri (termasuk manfaatnya).
Maanfaat yang diperhitungkan secara ekonomi adalah manfaat lansung dan manfaat tidak
langsung.
3. Menghitung nilai kriteria NVP, NBCR dam IRR
C. Aspek Hidrologi

Hidrologi memiliki pengertian tentang siklus pergerakan air di bumi. Menurut Marta
dan Adidarma (1983), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
pergerakan dan distribusi air di bumi, baik terjadinya di atas ataupun di bawah permukaan
bumi, dan tentang sifat fisik serta kimia air yang bereaksi terhadap lingkungan dan
kehidupan. Hidrologi memiliki siklus yang tidak akan pernah putus atau terhenti setiap hari
atau setiap saat, contoh dari siklus hidrologi adalah air hujan yang jatuh ke permukaan bumi,
selanjutnya mengalir di permukaan bumi menuju sungai ataupun laut, dan nantinya akan
menguap menjadi uap dan awan (Transpirasi), dan awan akan menghasilkan hujan, begitu
seterusnya. Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan menjadi aliran
permukaan (run off), dan pada aliran permukaan sebagian akan meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) dan air yang meresap ke dalam tanah akan menjadi aliran bawah permukaan tanah
(perkolasi). Pergerakan air di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan
tanah sangat berpengaruh terhadap tutupan lahan atau tanaman yang tumbuh di permukaan
tanah. Seperti yang dijelaskan pada penelitian Noordwijk, dkk (2004), menyatakan bahwa
tutupan lahan dapat mempengaruhi aliran air, contoh aliran air yang dipengaruhi sebagai
berikut :

1. Intersepsi : Tajuk pohon dapat mengintersepsi atau menyerap air dan menyimpan
sejumlah air hujan dalam bentuk lapisan tipis air pada daun dan batang yang selanjutnya
akan mengalami evaporasi.
2. Perlindungan agregat tanah : Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah
dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah.
Hancuran partikel tanah nantinya akan mengakibatkan penyumbatan pada pori makro
tanah, sehingga menghambat laju infiltrasi.
3. Serapan air : Sepanjang tahun tanaman menyerap air dari berbagai lapisan tanah untuk
mendukung proses evaporasi pada permukaan daun. Faktor- faktor yang mempengaruhi
jumlah serapan air oleh pohon adalah fenologi pohon, distribusi akar, dan respon fisiologi
pohon terhadap cekaman parsial air tersedia.
4. Drainase lansekap : Besarnya drainase suatu lansekap dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain kekasaran permukaan tanah dan relief permukaan tanah yang memungkinkan
air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya infiltrasi.

Jadi peranan suatu tutupan lahan atau agroforestri dalam mendukung proses
hidrologi sangatlah penting, dikarenakan proses hidrologi sangat bergantung pada
tutupun lahan. Jika pengolahan lahan agroforestri baik maka akan berdampak siklus
hidrologi yang baik juga.

D. Aspek Tanah
Teknologi agroforestri dalam pengelolaan lahan hutan rakyat bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Pengelolaan lahan berkelanjutan
salah satunya dicirikan oleh sejauh mana aspek konservasi tanah diperhatikan. Upaya
meningkatkan atau mempertahankan kesuburan tanah menjadi penting agar daya dukung
lahan tidak semakin berkurang sehingga produktivitas tetap lestari.
Keberadaan pohon dalam pola tanam agroforestry selain berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman bawah, memberikan kontribusi penting dalam konservasi tanah
yaitu jatuhan serasah dapat meningkatkan bahan organik, mengurangi erosi dan menjaga
ekosistem secara keseluruhan. Pohon dengan akar dalam dapat meningkatkan input hara
dalam tanah dan memperbaiki lingkungan. Interaksi tanaman semusim jenis tegakan
berperan penting terhadap perubahan karakteristik tanah hutan dan sebaliknya
karakteristik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu jenis tanaman (Sudomo,
2013)
Sifat fisik yang sangat mempengaruhi adalah tekstur dan struktur tanah karena
kedua ciri fisik tanah ini sangat berhubungan. Kedua faktor ini dijadikan parameter
kesuburan tanah, karena menentukan kemampuan tanah tersebut dalam menyediakan
unsur hara. Tekstur berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam permeabilitas,
kemudahan pengolahan tanah, daya menahan air dan hara serta berpengaruh pula
terhadap perkembangan akar tanaman. Tekstur tanah hutan lebih berkembang dari lahan
pertanian, yang salah satu penyebabnya adalah pengaruh bahan organik tanah. Pada
proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik yang
merupakan pelarut efektif bagi batuan dan mineral-mineral primer (pasir dan debu)
sehingga lebih mudah pecah menjadi ukuran yang lebih kecil seperti lempung. Selain
itu,jumlah dan kerapatan akar lebih tinggi pada hutan akan mempercepat penghancuran
secara fisika sehingga fraksi yang lebih halus akan cepat terbentuk.
Menurut Tolaka (2013) hutan dan vegetasinya memiliki peranan dalam
pernbentukan dan pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan sebagai pemantap
agregat tanah karena akar akarnya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga
mampu menahan daya tumbuk butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah
sehingga penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-
daunnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur tanah
yang baik maupun peningkatan porositas yang dapatmeningkatkan perkolasi, sehingga
memperkecil erosi.
Selain bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, bahan organik tanah juga
merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai
bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan
organik penting dalam pembentukan struktur tanah.Pengaruh pemberian bahan organik
terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan.
Contohnya pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan
kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga
kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah.
Selanjutnya adalah kerapatan massa (bobot isi) adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang kering per satuan volume. Menurut Tolaka (2013) nilai kerapatan massa
tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar
akan makin berat. Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar
menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi akar tanaman tidak akan
dapat menembus lapisan tanah tersebut. Nilai berat isi juga dapat berpengaruh pada
porositas tanah.

Dalam jurnal oleh Tolaka (2013) porositas atau ruang pori tanah adalah volume
seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh, yang dinyatakan dalam persen.
Porositas total tanah dapat dihitung dari data berat volume tanah dan berat jenis. Porositas
terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-
agregat tanah. Menurut ukuranya porositas tanah dikelompokkan ke dalam: ruang pori
kapiler yang dapat menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapiler, dan ruang
pori nonkapiler yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi secara
cepat sehingga sering disebut pori drainase. Adanya akar pohon yang menyebar dapat
meningkatkan porositas tanah. Selain itu porositas tanah dapat dipertahankan dengan
adanya cacing tanah. Kelompok cacing yang dapat mempertahankan porositas tanah
adalah cacing dari kelompok “soil engineers” atau “ecosystem engineer” yang tinggal
dan aktif di dalam tanah tetapi mengkonsumsi seresah yang ada di dalam tanah maupun
di permukaan tanah. Cacing tanah dari kelompok anecic biasanya memperoleh
makanannya berupa seresah di permukaan tanah, namun cacing tersebut bergerak aktif
dalam tanah baik secara horizontal maupun vertikal. Dengan demikian banyak liang
dalam tanah yang ditinggalkan maka jumlah porositas meningkat
Permeabilitas tanah merupakan salah satu parameter sifat tanah yang penting,
yakni untuk memprediksi rembesan lateral bila terjadi presipitasi (hujan). Faktor
berpengaruh terhadap permeabilitas tanah adalah tekstur tanah. Tekstur tanah ikut
berperan dalam menentukan laju permeabilitas, tanah yang memiliki lebih banyak fraksi
pasir akan meningkatkan laju infiltrasi, dibanding tanah yang memiliki lebih banyak
fraksi liat. Menurut Lapatdjati (2016) tanah dengan permeabilitas cepat akan menaikkan
laju infiltrasi air ke dalam tanah dengan demikian menurunkan erosi permukaan pada
tanah. Adanya tajuk dalam sistem agroforestry dapat mempercepat laju permebilitas
karena air hujan yang jatuh tidak langsung masuk ke tanah dan dapat memperkecil
partiker air hujan yang jatuh.
Salah satu contoh pengaruh sistem agroforestri terhadap sifat fisik tanah menurut
Tolaka (2013) adalah penanaman berbagai jenis pohon penaung dalam sistem agroforestri
berbasis kopi dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik tanah baik secara langsung
melalui pola sebaran akar yang beragam, maupun secara tidak langsung melalui
penyediaan pangan bagi cacing tanah. Menanam pohon yang menghasilkan seresah
berkualitas rendah dan berperakaran dalam secara tumpangsari dapat direkomendasikan
untuk mengurangi limpasan permukaan dan tingkat erosi pada lahan berlereng. Selain itu
hasil seresah yang telah terdekomposisi juga dapat berperan sebagai sumber bahan
organik tanah yang dapat memasok unsur hara bagi tanaman. Selain itu adanya sistem
perakaran pohon yang menyebar dan dalam dapat berpengaruh terhadap porositas tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Djogo, Tony. Sunaryo. Didik Suharjito. dan Martua Sirait. 2003, Kelembagaan dan Kebijakan
dalam Pengembangan Agroforestri: Bahan Ajaran Agroforestri 8. World Agroforestry
Centre (ICRAF).

Fauziyah, Eva., Idin Saefudin Ruhimat, dan Budiman Achmad. 2013. Kelembagaan Hutan
Rakyat Agroforestri di Kabupaten Banjarnegara. Prosiding Seminar Nasional
Agroforestri 2013 hal: 475-481.

Lapadjati. Karsapakyawan K. Dkk. 2016. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Tanaman Kemiri, Lahan
Agroforestri Dan Lahan Hutan Sekunder Di Desa Labuan Kungguma Kabupaten
Donggala Sulawesi Tengah. Warta Rimba ISSN: 2406-8373 Volume 4, Nomor 2.
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.

Marta, W., dan Adidarma, W. 1983. Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi. Bandung: Nova.

Noorwijk, Maine Van., Agus, Fahmuddin., Suprayogo, Didik., Hairiah, Kurniatun., Pasya,
Gamal., Verbist, Bruno., Farida. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan
Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Agrivita vol. 26 no. 1

Rianse, Usman dan Abdi. (2008) Metode penelitian dan ekonomi, Bandung, Alfabeta

Sudomo. Aris. 2013. Karakteristik Tanah Pada Empat Jenis Tegakan Penyusun Agroforestry
Berbasis Kapulaga (Amomum compactum Soland ex Maton) (Soil Characteristics of
Four Types of Trees-Kapulaga Based Agroforestry System). Jurnal Penelitian
Agroforestry Vol. 1 No. 1. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Ciamis.

Suharjito, D, L. Sundawati, Suyanto, S.U. Rahayu. 2003. Bahan Ajaran 5: Aspek Sosial
Ekonomi dan Budaya Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia.
Bogor.

Tolaka, Wilman. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer, Agroforestri Dan Kebun Kakao Di
Subdas Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso.
Jurnal Warta Rimba Volume 1, Nomor 1. Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.

Gittinger ,J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Sutomo S, Mangiri K,


penerjemah. Ed ke-2. UI Press, Jakarta. Terjemahan dari: Economic Analysis of
Agriculture Project

Anda mungkin juga menyukai