Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA

JAYAPURA PROVINSI PAPUA

GRETHA ANGGRESU
FEMMY TULUSAN
VERY LONDA

The existence of street vendors around the Kelapa II Entrop considered to be the cause of traffic congestion
and disturb the beauty of the City. Along with the increase in street vendors Departement of industry and
commerce specifically the trade department do arrangement to street vendors by registering also socializing
and prepare a place for traders. The purpose of this study to find out how the street vendor arrangement
policy. The method used this study is a qualitative by using method of observation,interviews,and
documentation. Result of the study shows that policy implementation of the street vendors arrangementat
not maximal, this is due to several problem and obtacles that keep trader from selling.

Keywords : implementation, policy, street vendors arrangement

PENDAHULUAN
Masalah Kebijakan merupakan sebuah Fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL) telah
fenomena yang dimana mengingat tidak banyak menyita perhatian pemerintah, Karena
semua kebijakan yang di buat pemerintah Pedagang Kaki Lima seringkali dianggap
dapat diterima oleh seluruh masyarakat. tidak menggangu ketertiban lalu lintas dan
jarang kebijakan dari pemerintah itu justru keindahan kota. sebagai pembuat kebijakan
menimbulkan banyak masalah bagi Pemerintah harus bersikap arif dalam
masyarakat tersebut. Kenyataan ini dapat menentukan kebijakan. PKL sendiri memiliki
dilihat dari bagaimana pemerintah dalam banyak makna, yang mengatakan PKL berasal
memberdayakan para pedagang kaki lima dari orang yang berjualan dengan menggelar
(PKL). Kebijakan yang merujuk pada dagangannya dengan bangku/meja yang
penataan dan keindahan kota menjadikan berkaki empat kemudian jika ditambah
sebuah harga mahal bagi kehadiran para dengan sepasang kaki pedagangnya menjadi
pedagang kaki lima(PKL). berkaki lima sehingga timbullah julukan
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah sebagai Pedagang Kaki Lima. Tidak hanya itu
satu alternatif pencarian sektor informal yang saja adapula yang memaknai PKL sebagai
termasuk ke dalam golongan usaha kecil. orang yang berjualan ditepi jalan yang
Usaha kecil dalam penjelasan UU No 9 Tahun lebarnya lima kaki dari trotoar atau tepi jalan.
1995 adalah kegiatan usaha yang mampu Ada pula yang memaknai PKL dengan orang
memperluas lapangan kerja dan memberikan yang melakukan kegiatan usaha berdagang
pelayanan ekonomi yang luas pada dengan maksud memperoleh penghasilan
masyarakat. Sektor informal merupakan yang sah, dan dilakukan secara tidak tetap
pekerjaan alternatif yang dipilih oleh dengan kemampuan yang terbatas, yang
masyarakat di perkotaan demi untuk berlokasikan ditempat atau pusat-pusat
mempertahankan keberlangsungan hidup. keramaian. Berperan pening dalam proses
Dalam artian bahwa tidak perlu diperlukan pemerataan dan peningkatan pendapatan
pendidikan yang tinggi, tidak diperlukan masyarakat serta mendorong pertumbuhan
ketrampilan khusus dan modal yang besar ekonomi dan berperan dalam mewujudkan
karena tidak adanya kepastian hasil dan stabilitas pada umumnya dan stabilitas
kepastian keberlangsungan yang diperoleh, ekonomi pada khususnya PKL yang menjadi
serta Pendapatan yang diterima relatif kecil masalah bagi kota-kota yang sedang
kepastian keberlangsungan yang diperoleh, berkembang terutama kota Jayapura. PKL
serta Pendapatan yang diterima relatif kecil. cenderung mengelompok dengan pekerjaan

1
yang sejenisnya, jenis usaha yang paling melakukan wawancara, dan dokumentasi.
banyak diminati adalah makanan dan Penelitian ketiga yaitu dari Junior Dengah
minuman. oleh sebab itulah PKL yang tahun 2017 dengan judul Evaluasi Kebijakan
memanfaatkan ruang manfaat jalan sebagai Penertiban Pedagang kaki Lima di Kota
lokasi berjualan. Beberapa masalah yang Manado. Masalah dari penelitian ini yaitu
ditimbulkan PKL terkadang cenderung untuk kebijakan penertiban pedagang kaki lima
berdagang ditempat yang tidak diizinkan belum tepat sasaran karena banyak dari pkl
untuk berdagang. Padahal kegiatan jual beli yang sudah di relokasi kembali berjualan di
sudah difasilitasi dengan adanya kios atau pusat Kota dengan menurut pandangan
pasar yang permanen dan telah memenuhi mereka kebijakan ini tidak berpihak kepada
semua segala persyaratan untuk mendapatkan pkl.
hak sewa dan hak dilindungi oleh Undang- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Undang dan aman dari penggusuran. mengetahui evaluasi dari kebijakan
Penelitian yang pertama yaitu dari Richard penertiban pedagang kaki lima di Kota
Kainage tahun 2014 dengan judul Penataan Manado. Teknik pengumpulan data yang
Pedagang Kaki lima Sebagai Strategi dilakukan dengan cara turun langsung di
Pengembangan Kesejahteraan Kota Manado. lapangan untuk berwawancara kepada para
Masalah atau kendala dalam penelitian ini informan- informan, dokumentasi serta
yaitu penataan pedagang kaki lima di Kota observasi. Dengan demikian berdasarkan latar
Manado belum dilakukan dengan baik dan belakang yang di uraikan di atas maka penulis
benar melalui penataan sumber daya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pedagang kaki lima dan aparat pelaksana dan Implementasi kebijakan penataan pedagang
juga belum adanya strategi penataan yang kaki lima di Kelapa II Entrop Kota Jayapura
tepat dari Pemerintah Kota Manado serta Provinsi Papua dengan rumusan masalah.
belum di dukung dengan budaya kerja yang Bagaimanakah implementasi kebijakan
baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk penataan pedagang kaki lima di Kelapa II
mengetahui bagaimana upaya penataan Entrop? Dan manfaat dari penelitian ini Untuk
pedagang kaki lima sebagai strategi mengetahui bagaimana implementasi
pengembangan kesejahteraan Kota Manado. kebijakan penataan pedagang kaki lima di
Teknik yang dipakai untuk pengumpulan data Kelapa II Entrop Kota Jayapura Provinsi
dalam penelitian ini yaitu merupakan Papua.
wawancara, observasi dan juga dokumentasi
Tinjauan Pustaka
di lapangan. Penelitian yang kedua yaitu dari
Konsep Implementasi
Wilma Johana ditahun 2018 dengan judul
Dalam kamus Webster yang dikutip oleh
Implementasi Kebijakan Ketertiban Umum
Solichin Abudul Wahab ialah Konsep
Tentang Peraturan Larangan Pedagang
Implementasi berasal dari Bahasa inggris
Asongan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
yaitu to implement.
Utara. Masalah atau kendala dalam penelitian
Dimana dalam kamus Webster “ to
ini yaitu sasaran penerapan kebijakan tentang
implement” (mengimplementasikan) berarti
larangan pedagang asongan belum berjalan
“to provide means for carrying outo ” (
secara baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu
menyediakan sarana untuk melaksanakan);
untuk mengetahui implementasi kebijakan
dan ‘’ to give pratical effect to ’’ (
ketertiban umum tentang larangan pedagang
menimbulkan dampak dan akibat terhadap
asongan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
sesuatu). ( Webster dalam Wahab, 2004:64).
Utara.
Sesuai Konsep diatas kata yang berasal dari
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
Bahasa inggris yaitu to implement yang
adalah dengan melalui: observasi yakni
berarti mengimplementsikan. Implementasi
pengamatan langsung ke lokasi penelitian,

2
ialah penyediaan sarana untuk melaksanakan mengimplementasikan dalam bentuk
sesuatu yang menimbulkan dampak atau program, atau melalui formulasi kebijakan.
akibat dapat berupa undang-undang, peraturan Kebijakan merupakan salah satu tahap yang
pemerintah dan kebijakan yang dibuat oleh penting dalam proses kebijakan publik. Suatu
lembaga-lembaga di dalam negara. kebijakan harus diimplementasikan agar
Implementasi selain menurut Webster diatas mempunyai dampak dan tujuan yang
dijelaskan juga menurut Van Meter dan Horn diinginkan.
dikutip oleh sarifuddin (2006:51) adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Konsep Kebijakan
individu-individu atau pejabat-pejabat, atau Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kelompok-kelompo pemerintah dan swasta (KBBI), kebijakan diartikan sebagai
pada tercapainya tujuan yang telah digariskan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
dalam keputusan kebijaksanaan. Tak hanya besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu pekerjaan, dan cara bertindak (tentang
suatu kegiatan yang akan direncanakan serta pemerintahan, organisasi, dsb) pernyataan
dilaksanakan dengan serius juga mengacu cita-cita, tujuan, prinsip, dan garis pedoman
pada norma-norma tertentu guna mencapai untuk manajemen dalam usaha mencapai
tujuan kegiatan. Dalam studi kebijakan public, sasaran yang telah ditetapkan .
dikatakan bahwa implementasi bukanlah Kebijakan merupakan terjemahan dari kata
sekedar bersangkut-paut dengan policy yang berasal dari Bahasa inggris. Kata
mengutamakan mekanisme penjabaran dan policy diartikan sebagai sebuah rencana
keputusan–keputusan politik kedalam kegiatan atau pernyataan mengenai tujuan-
prosedur-prosedur rutin melalui saluran– tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu
saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu pemerintahan,partai politik dan lain-lain.
implementasi menyangkut masalah konflik, Kebijakan juga diartikan sebgai pernyataan-
keputusan, dan siapa saja yang memperoleh pernyataan mengenai kontrak penjaminan
apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu atau pernyataan tertulis. Pengertian ini
tidaklah terlalu salah jika dikatakan bahwa mengandung arti bahwa yang disebut
implementasi kebijakan merupakan aspek kebijakan adalah mengenai suatu rencana,
yang sangat penting dalam keseluruhan proses pernyataan tujuan, kontrak penjaminan dan
kebijakan. pernyataan tertulis baik yang dikeluarkan oleh
Implementasi mengacu pada tindakan pemerintah, partai politik dan lain-lain.
kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang Dengan demikian siapapun dapat terkait
telah ditetapkan dalam suatu keputusan, dalam suatu kebijakan.
tindakan ini berusaha untuk mengubah James E. Anderson sebagaimana dikutip
keputusan-keputusan tersebut menjadi pola- islamy (1996) mengungkapkan bahwa
pola operasional serta berusaha mencapai kebijakan adalah “ a purposive course of
perubahan-perubahan besar atau kecil action followed by an actor or set of actors in
sebagaimana yang telah diputuskan dealing with a problem of matter of concern ”(
sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
juga upaya pemahaman apa yang seharusnya tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
terjadi setelah sebuah program seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna
dilaksanakan.Implementasi kebijakan pada memecahkan suatu masalah tertentu).
prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan Pengertian ini memberikan pemahaman
dapat mencapai tujuannya. bahwa kebijakan dapat berasal dari seorang
Tidak lebih dan tidak kurang untuk pelaku atau sekelompok pelaku yang berisi
mengimplementasikan kebijakan publik. Ada serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
dua pilihan langkah yaitu langsung tertentu.

3
Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut
seorang pelaku atau sekelompok pelaku dalam saling berhubungan satu sama lain.
rangka memecahkan suatu masalah. Konsep (1) Komunikasi
kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini Keberhasilan implementasi kebijakan
menurut Budi Winarno (2007:18) dianggap mensyaratkan agar implementor mengetahui
lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi
apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan tujuan dan sasaran kebijakan harus
pada apa yangdiusulkan atau dimaksudkan. ditransmisikan kepada kelompok sasaran
Selain itu konsep ini juga membedakan secara (target group) sehingga akan mengurangi
tegas antara kebijakan (policy) dan keputusan distorsi implementasi. Apabila tujuan dan
(decision) yang mengandung arti pemilihan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau
diantara berbagai alternative yang ada. bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
Kebijakan (policy) memiliki arti yang kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
bermacam-macam. Harold D. Laswell dan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
Abraham Kaplan (islamy 2003:16) (2) Sumberdaya
mendefinisikan kebijakan sebagai suatu Walaupun isi dalam kebijakan sudah
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
praktek yang terarah. Sedangkan menurut tetapi apabila implementor yang kekurangan
Carl Friedric, kebijakan pemerintah ini adalah sumberdaya guna untuk melaksanakan dan
suatu usulan tindakan oleh seseorang,keluarga mengimplementasi tidak akan berjalan efektif.
atau pemerintah pada suatu lingkungan politik Sumberdaya tersebut dapat berwujud
tertentu, mengenai hambatan dan peluang sumberdaya manusia, yakni kompetensi
yang di atasi, dimanfaatkan oleh suatu implementor dan sumberdaya finansial.
kebijaksaan, dalam mencapai suatu tujuan Sumberdaya adalah faktor penting untuk
atau merealisasikan suatu maksud. implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa
Kebijakan Menurut Richard Rose sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di kertas
sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:17) dan menjadi dokumen saja.
juga menyarankan bahwa kebijakan (3) Disposisi
hendaknya dipahami sebagai serangkaian Disposisi adalah merupakan watak dan
kegiatan yang sedikit banyak berhubungan karakteristik yang dimiliki oleh implementor
juga beserta konsikuensi–konsikuensi bagi ,seperti komitmen dan kejujuran, sifat
mereka yang bersangkutan daripada sebagai demokratis. Apabila implementor memiliki
keputusan yang berdiri sendiri.pendapat disposisi yang baik, maka dia akan dapat
kedua para ahli tersebut setidaknya dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti
menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,
kebijakan dengan keputusan adalah maka proses implementasi kebijakan juga
keliru,karena pada dasarnya kebijakan menjadi efektif.
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan (4) Struktur Birokrasi
bukan sekedar suatu keputusan untuk Struktur organisasi yang bertugas
melakukan sesuatu. mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
Konsep Implementasi Kebijakan
implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
a. Model Implementasi menurut George C.
struktur yang penting dari setiap organisasi
Edward III dalam Subarsono (2005)
adalah adanya prosedur operasi yang standar
mengemukakan beberapa 4 (empat) variabel
(standard operating procedures atau SOP).
yang mempengaruhi implementasi kebijakan
SOP menjadi pedoman bagi setiap
yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
implementor dalam bertindak. Struktur
organisasi yang terlalu panjang akan

4
cenderung melemahkan pengawasan dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar
menimbulkan red-tape, yakni prosedur tercapai keberhasilan yang diinginkan.
birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada 4) Karateristik agen pelaksana
gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi Sejauh mana kelompok-kelompok
tidak fleksibel. kepentingan memberikan dukungan bagi
b. Model Implementasi kebijakan menurut implementasi kebijakan. Termasuk
Merilee S. Grindle didalamnya karateristik para partisipan yakni
Keberhasilan implementasi menurut mendukung atau menolak, kemudian juga
Merilee S. Grindle dalam Nugroho (2006) bagaimana sifat opini publik yang ada di
dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of lingkungan dan apakah elite politik
policy) dan lingkungan kebijakan (content of mendukung implementasi kebijakan.
implementation). Ide dasarnya adalah bahwa 5) Kondisi sosial, ekonomi dan politik
setelah kebijakan ditransformasikan, Kondisi sosial, ekonomi dan politik
dilakukan implementasi kebijakan. mencakup sumber daya ekonomi lingkungan
Isi Kebijakan (content of policy) mencakup: yang dapat mendukung keberhasilan
a) Kepentingan yang terpengaruhi oleh implementasi kebijakan.
kebijakan; 6) Disposisi implementor
b) Jenis manfaat yang dihasilkan; Disposisi implementor mencakup tiga hal
c) Derajat perubahan yang diinginkan; penting, yaitu :
d) Kedudukan pembuat kebijakan; a. respons implementor terhadap kebijakan,
e) Siapa pelaksana program; yang akan mempengaruhi kemauannya untuk
f) Sumber daya yang dikerahkan. melaksanakan kebijakan;
Sedangkan Lingkungan Kebijakan (content of b. kognisi, yakni pemahamannya terhadap
implementation) mencakup : kebijakan;
a) kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor c. Intensitas disposisi implementor yakni
yang terlibat; preferensi nilai yang dimiliki oleh
b) Karateristik lembaga dan penguasa implementor.
c) kepatuhan dan daya tanggap. Perlu dipahami bahwa implementasi
c. Model Implementasi kebijakan dari Van kebijakan merupakan tahapan yang sangat
Meter dan Horn penting dalam keseluruhan struktur kebijakan,
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono karena melalui prosedur ini proses kebijakan
(2005) menjelaskan bahwa ada 6 variabel secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat
yang mempengaruhi kinerja implementasi, keberhasilan atau tindakan pencapaian tujuan
yaitu : di tahap akhir. Dari beberapa pemikiran diatas
1) Standar dan sasaran kebijakan maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas implementasi merupakan tahapan yang sangat
dan terukur, sehingga tidak menimbulkan penting dalam keberhasilan suatu
interpretasi yang dapat menyebabkan kebijakan,oleh sebab itu dalam proses
terjadinya konflik di antara para agen implementasi setiap implementor memiliki
implementasi. konsistensi dalam mengimplementasikan
2) Sumber daya suatu kebijakan agar kebijakan tersebut dapat
Kebijakan perlu didukung oleh sumber terlaksana dengan baik karena apabila
daya, baik itu sumber daya manusia maupun implementor tidak konsisten terhadap apa
sumber daya non manusia. yang dilakukan maka tidak akan sesuai
3) Komunikasi antar organisasi dan dengan apa yang di harapkan.
penguatan aktivitas
Konsep pedagang kaki lima
Dalam berbagai kasus, implementasi
sebuah program terkadang perlu didukung dan

5
Pada Eksistensi Pedagang kaki Lima d merupakan unit berskala kecil didalam
Indonesia telah berlangsung lama, sejak era produksi dan distribusi barang-barang dan
penjajahan inggris. Terminologi “ kaki lima” yang memasuki sektor itu terutama bertujuan
mulai dikenal pada tahun pemerintahan Sir untuk mencari kesempatan kerja dan
Thomas Stamford Raflles di Batavia tahun pendapatan daripada memperoleh keuntungan
1811-1816. Nama kaki lima bermula dari yang besar.
kebijakan rafles mengintruksikan system lalu Pedagang kaki lima (pkl) juga disebut sebagai
lintas disebelah kiri jalan raya. Di tepi-tepi Pedagang yang menjual dagangannya
jalan raya harus dibuat trotoar untuk pejalan dipinggir jalan atau tempat umum. Selain itu
kaki yang tingginya harus 31cm dan lebarnya Pedagang Kaki Lima atau di singkat PKL
150cm atau five feet. Foot atau kaki adalah biasa juga diartikan sebagai istilah untuk
ukuran tradisional Inggris. Satu kaki kira-kira menebut penjaja dagangan yang
panjangnya 33cm. jadi lima kaki kurang lebih menggunakan gerobak. Istilah itu sering
1,5cm. kemudia Teguh Setiawan ditafsirkan Karena jumlah kaki pedagangnya
menjelaskan,bahwa setelah five foot dibuat ada lima. Lima tersebut adalah dua kaki
orang-orang dibatavia bisa lalu lalang tanpa pedagang ditambah 3 kaki gerobak(yang
khawatir tertabrak kereta kuda. namun situasi sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan
tidak berlangsung lama, para pedagang dari satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan
bangsa melayu yang gemar memanfaatkan pedagang di jalanan pada umumnya.
gerobak dorong atau dagang dengan cara Pedagang kaki lima menurut Kamus Bahasa
dipikul memanfaatkan five foot way untuk Indonesia Kontemporer(1991) adalah
sarana beristirahat,tidak hanya digunakan para pedagang yang menjual barang dagangannya
pejalan kaki untuk beristirahat tetapi juga di pinggir jalan atau didalam usahanya
digunakan oleh para pedagang untuk menggunakan sarana dan perlengkapan yang
menggelar barang dagangannya dan melayani mudah di bongkar pasar atau di pindahkan
pembeli (Widjajanti,2000) serta mempergunakan bagian jalan atau
Liauw Gasper, 2015 dalam buku Administrasi trotoar, tempat-tempat yang tidak
pembangunan Kajian Studi PKL). adapula diperuntukan bagi tempat untuk berusaha
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia atau tempat lain yang bukan miliknya.
susunan W.J.S Poerwadarminta, 2003 istilah
Konsep Penataan
kaki lima adalah lantai yang diberi atap
Penataan merupakan suatu proses
sebagai penghubung rumah denga rumah,arti
perencanaan dalam upaya meningkatkan
yang kedua adalahlantai (tangga) dimuka
keteraturan, ketertiban, dan keamanan.
pintu atau ditepi jalan. Arti yang kedua ini
Penataan menjadi bagian dari suatu proses
lebih cenderung diperuntukan bagi bagian
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam
depan bangunan rumah toko, dimana dijaman
proses penataan tersebut dapat menjamin
silam telah terjadi kesepakatan antar
terwujudnya tujuan pembangunan sosial.
perencana kota bawah bagian depan (serambi)
Penataan dapat dirumuskan sebagai hal, cara,
dari took lebarnya lima kaki dan diwajibkan
hasil atau proses menata.
dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki
(Badudu,Zein,1995:132). Penataan ini
dapat melintas. Namun ruang selebar kira-kira
membutuhkan suatu proses yang panjang
lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai jalur
dimana dalam proses penataan ini perlu ada
lalulintas bagi pejalan kaki,melainkan telah
perencanaan dan pelaksanaan yang lebih
berubah fungsi menjadi area tempat jualan
teratur demi pencapaian tujuan.
barang-barang pedagang kecil,maka dari
Dalam kamus Tata Ruang mengemukakan
situlah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.
bahwa: Penataan merupakan suatu proses
pedagang kaki lima termasuk kedalam
perencanaan, pemanfaatan ruang dan
lapangan pekerjaan sektor informal yang

6
pengendalian pemanfaatan untuk semua induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kepentingan secara terpadu, berdaya guna, kualitatif lebih menekankan makna dari
serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan generalisasi.
serta keterbukaan, persamaan keadilan dan Fokus Penelitian
pelindungan hukum. (Kamus tata Ruang.Edisi Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus
I:1997). penelitian adalah Implementasi Kebijakan
Penataan Pedagang kaki lima dijelaskan penataan Pedagang kaki lima, dimana peneliti
bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah akan focus pada proses dan akhir dari
daerah melalui Perda No 11 tahun 2014 implementasi kebijakan tersebut.
tentang pedagang kaki lima dikota jayapura a. Proses kebijakan adalah serangkaian
untuk melakukan penetapan,penataan, kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
peneritban dan penghapusan lokasi pedagang pemerintah dalam rangka pelaksanaan
kaki lima serta pemberdayaan dengan kebijakan, Proses kebijakan akan dilihat dari
memperhatikan kepentingan umum, 4 faktor yang penting dalam pencapaian
keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan implementasi, sebagaimana yang telah
dan sesuai dengan peraturan perundang- dikemukakan model implementasi oleh
undangan. Edward III(2005):
Proses kebijakan adalah serangkaian kegiatan
Metode Penelitian
atau aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah
Suatu Penelitian yang akan berjalan dengan
dalam rangka pelaksanaan kebijakan. Proses
baik dan terarah apabila mempunyai
kebijakan akan dilihat dari 4 faktor penting
metodologi yang benar dan juga dapat
dalam pencapaian implementasi, sebagaimana
mengarah kearah yang baik dalam suatu
yang dikemukakan model implemen
penelitian. Sehubungan dengan itu maka
1. Komunikasi
dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dimana penelitian yang
Komunikasi
dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk
2. Sumber Daya
mengetahui kenyataan dari kejadian yang
diteliti sehingga memudahkan untuk
Sumber Daya
mendapatkan data dalam rangka mengetahui
3. Disposisi
dan memahami implementasi kebijakan
dalam penataan pedagang kaki lima di kelapa
Diposisi
II Entrop Jayapura Papua.
4. StrukturBirokrasi
Menurut Bodgan dan Taylor(Moleong
2007:3) Penelitian Kualitatif adalah Prosedur
Struktur Birokrasi
penelitian yang menghasilkan data deskriptif
b. Hasil kebijakan merupakan pencapaian
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
tujuan atau sasaran dari kebijakan yang telah
orang-orang yang diamati.
di tetapkan.
Menurut Sugiyono(2008) yang dimaksud
penelitian kualitatif adalah penelitian yang Hasil dan Pembahasan
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, Pembahasan mengenai Implementasi
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima
yang alamiah (sebagai lawannya adalah merupakan kebijakan yang dilakukan tentang
eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai penataan dan pemberdayaan pedagang kaki
instrument kunci, pengambil sampel sumber lima, dan mengacu pada hasil-hasil penelitian
data dilakukan secara purposive dan snowball, sebagaimana telah dikemukakan pada
teknik pengumpulan data dengan trigulasi sebelumnya maka perlu dijelaskan dan di
(gabungan), analisi data bersifat bahas beberapa hal diantaranya:

7
1. Komunikasi di Kelapa II Entrop. Selanjutnya Kepala
Kebijakan penataan pedagang kaki lima di Bidang Perdagangan mengatakan kegiatan
Kelapa II Entrop merupakan bagian yang sosialisasi peraturan yang berhubungan
terpenting, berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang kaki lima juga bekerja sama
dengan informan kebijakan penataan kaki dengan instansi terkait seperti Satpol PP,
lima ini dilakukan untuk mewujudkan Kota Keluraha dan Distrik setempat.
Jayapura yang tertib,bersih,aman dan nyaman Berdasarkan hasil wawancara yang
sesuai dengan Tata Ruang kota Jayapura. dilakukan penulis menganalisis komunikasi
Dalam penataan pedagang kaki lima di Kelapa yang dilakukan antara Dinas Perindagkop dan
II Entrop melalui instansi terkait telah Pedagang kaki lima cukup baik,penyampaian
melakukan berbagai upaya penertiban. informasi mengenai peraturan yang ada serta
Berdasarkan observasi peneliti dan bersosialisasi sudah dipahami oleh pedagang
wawancara dengan Kepala Bidang namun harus dipertegas lebih disosialisasikan
Perdagangan diperoleh informasi bahwa agar pedagang lebih memahami secara
kebijakan yang telah diambil yang berkaitan mendalam tujuaan dari penataan pkl tersebut.
dengan pedagang kaki lima meliputi bagian: 2. Sumber Daya
1. Pendataan terhadap pedagang kaki lima Dalam pelaksanaan penataan pedagang
2. Bersosialisasi dengan pedagang kaki lima kaki lima di kelapa II Entrop tidak terlepas
3. Melakukan pembinaan terhadap pedagang dari dukungan ketersediaan sumber daya.
kaki lima tentang aturan dengan arti penting Berdasarkan hasil wawancara dilapangan
ketertiban dan keamanan dapat diketahui bahwa sumberdaya yang
4. Penataan kebersihan dan tempat jualan memengaruhi implementasi kebijakan
dimana ada zona yang tidak boleh dilakukan penataan pedagang kaki lima meliputi:
jual beli contohnya diatas trotoar,bahu jalan sumberdaya staf,sumberdaya finansial dan
dan taman kota. sumberdaya fasilitas. Sumberdaya staf dapat
Hasil dari observasi peneliti dilapangan dikatakan salah satu faktor pendukung
menunjukkan proses kegiatan penataan implementasi kebijakan penataan pkl, hal imi
pedagang kaki lima meliputi beberapa tahapan dapat dilihat dari kesiapan staf dari bidang
yaitu mengoptimalkan komunikasi perdagangan namun dengan berjumlah 8
dalampendataan serta bersosialisasi tentang orang yang dapat dikatakan masih belum
peraturan di Kota Jayapura dan membuat memadai karena berjumlah 8 orang dan hanya
kegiatan tentang berwirausaha atau pelatihan di bantu oleh instansi terkait mengenai
bagi pedagang kaki lima secara umum, penataan pedagang kaki lima.
tahapan pembinana terhadap pedagang dan Suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan
tahapan dimana penataan kebersihan bagi baik apabila tanpa dukungan sumberdaya
pedagang. finansial, maka dari itu sumberdaya finasial
Pelaksanaan kegiatan komunikasi dilakukan menjad salah satu faktor yang cukup penting
dengan melakukan kegiatan sosialisasi demi berjalannya kebijakan dengan baik.
Peraturan Daerah Kota Jayapura dan Anggaran yang disediakan untuk bidang
kebijakan yang berkaitan tentang penataan perdagangan dan digunakan untuk segala dana
pedagang kak lima. Menurut Kepala Bidang operasional dan anggaran ini masih terbilang
Perdagangan kegiatan sosialisasi kepada kurang.
pedagang kaki lima merupakan kegiatan yang Sumberdaya fasilitas termasuk faktor yang
harus dilakukan, kegiatan sosialisasi tidak kalah penting dalam proses penataan
dilakukan oleh Dinas Perindustrian, pedagang kaki lima, pengadaan fasilitas
Perdagangan, Koperasi dan Ukm dalam seperti mobil dinas untuk peninjauan
rangka memberikan penjelasan dan kelapangan namun dari hasil wawancaraa
pemahaman kepada para pedagang kaki lima dengan bebrapa pkl mengatakan masih kurang

8
fasilitas yang didapat ,oleh karnena itu Proses implementasi yang dilakukan dilihat
sumberdaya yang berupa fasilitasnmasih dari empat aspek yaitu :
kurang memadai terhadap pedagang kaki 1.) Komunikasi antara implementor dan
lima. pedagang belum berjalan dengan baik, dimana
3. Disposisi sebagian pedagang belum mendapatkan
Disposisi ini adalah watak atau karateristik informasi tentang sosialisasi dan ada yang
yang dimiliki oleh implementor, disposisi ini mendapatkan.
menentukan keberhasilan sebuah 2). Sumberdaya manusia dalam pelaksanaan
implementasi kebijakan, apabila implementor kebijakan ini belum memadai sedangkan
memiliki disposisi yang baik maka diapula sumberdaya finasial serta fasilitas untuk pkl
akan menjalankan kebijakan dengan baik masih terbatas.
seperti apa yang sudah di tetapkan. Disposisi 3). Disposisi atau sikap implementor dalam
yang dimaksud dalam penelitian ini memberikan kebijakan sudah baik dan cukup
adalahtentang karakter pribadi dan komitmen professional dilihat dari kesopanan dan
dalam menjalankan tugas,dan dari hasil komitmen para pelaksana kebijakan.
wawancara terhadap informan diketahui 4). Struktur Birokrasi dalam pelaksanaan
bahwa karakter pribadi dalam menjalankan kebijakan dapat dikatakan sudah baik ,dilihat
kebijakan cukup professional dengan hanya dari mekanisme pelaksanaan kebijakan telah
berjumlah 8orang namun tetap menjalankan mengikuti SOP yang ada.
tugas dengan berkomitmen mencapai tujuan Dari keempat aspek tersebut menyatakan
yang ingin dicapai. bahwa kebijakan yang dilakukan dalam
4. Struktur Birokrasi penataan pedagang kaki lima belum efisien
Struktur birokrasi merupakan salah satu dan efektif, dilihat dari kurangnya jumlah
yang terpenting dalam pelaksanan kebijakan, staf,finansial dan fasilitas serta beberapa
dimana menggunakan prosedur kerja atau pedagang belum mendapatkan sosialisasi.
disebut dengan Standard operating Prosedure Saran
(SOP) yang mencantumkan kerangka kerja Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian,
yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan maka saran yang penulis dapat sampaikan
mudah di pahami. SOP menjadi pedoman bagi kepada Dinas Perindagkop yaitu:
setiap implementor dalam bertindak, dengan 1. Komunikasi antara implementor kebijakan
adanya SOP dan sumberdaya pengampu dengan kelompok penerima kebijakan
kebijakan dapat menimbulkan efektivitas (pedagang) perlu ditingkatkan lagi agar
efisiensi kinerja. Strrukutr Birokrasi yang seluruh pedagang mengetahui tentang
terdapat pada implementasi kebijakan sudah implementasi kebiajakan penataan pedagang
dilaksanakan sesuai standar SOP, Dinas kaki lima di Kelapa II Entrop.
Perindagkop telah mempunyai struktur 2. Sumberdaya manusia harus di tambah
birokrasi yang jelas dan telah mengikuti Sop jumlahnya agar beban kerja sesuai dengan
yang benar. jumlah pegawai/staf pelaksanan kebijakan
Kesimpulan serta sumberdaya finansial dan fasilitas perlu
Berdasarkan apa yang di uraikan dalam di cukupi agar proses kebijakan boleh berjalan
hasil penelitian didalam bab 4 tentang dengan baik.
implementasi kebijakan penataan pedagang 3. Disposisi atau sikap dalam memberikan
kaki lima di kelapa II Entrop Kota Jayapura kebijakan semakin ditingkatkan lagi dan
Provinsi Papua, maka dapat ditarik semakin memiliki komitmenyang besar untuk
kesimpulan sesuai fokus penelitian byang membuat kebijakan ini berhasil dengan baik.
dilihat dari proses implementasi dan hasil 4. Struktur birokrasi dalam penerapan
kebijakan sebagai berikut: kebijakan yang sudah baik dapat dilaksanakan
lebih konsisten di masa yang akan datang.

9
Daftar Pustaka Purwanto, Erwan.2012. Implementasi
Agustino, Leo.2006. Dasar-Dasar Kebijakan Kebijakan Publik (Konsep dan
Publik, Bandung: Alfabeta Aplikasinya di Indonesia). Yogyakart:
Atmosudirjo, Prajyudi, 2001. Hukum Penerbit Gava Media
Administrasi Negara, Ghalia Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Indonesia: Jakarta Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Budi, Winarno, 2012. Kebijakan publik: Kuantitatif dan R&D.Bandung:Alfabeta
Teori,Proses dan Studi Kasus. CAPS: Tanywijaya. Handoko.2011. Bisnis Kaki
Jakarta Lima Omset Milliaran, Yogyakarta:
Dunn, William , 2003. Pengantar Analisis Crop Circcle Crop
Kebijakan publik (edisi kedua,cetakan Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :
kelima), Yogyakarta: Alfabeta Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Islamy,M. irfan. 1999. Kebijakan Publik, pressindo
Jakarta: Universitas Terbuka Sumber Lain:
Kaelan, H. 2012. Metode Penelitian Undang-Undang No 9 Tahun 1995 Tentang
Kualitatif Interdisibliner. Yogyakarta: Usaha Kecil
Paradigm Peraturan Daerah No 11 Tahun 2014 Tentang
Lexy. J. Moelong. 2012. Metode Penelitian Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kuantitatif,Kualitatif R&D. Bandung Kaki Lima di Kota Jyapura
Liauw. Gaspers. 2015. Administrasi Sumber Data : Bappeda Kota Jayapura
Pembangunan (Studi Kajian PKL). JohanaWilma,2018.Implementasi Kebijakan
Bandung: PT Refika Aditama Ketertiban Umum Tentang Larangan
Muchlis. Hamdi. 2015. Kebijakan Publik, Pedagang Asongan di Kecamatan
Proses, Analisis dan Partisipasi, Bogor: Tanjung Priok Jakarta Utaradalam
Ghalia Indonesia ejournal.unsrat.ac.id.
Mardalis,1999. Penelitian Suatu Pendekatan Kainege Richard, 2014. Penataan Pedagang
Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Kaki lima Sebagai Strategi
Nugroho, Riant. 2012. Publik Policy. Edisi Pengembangan Kesejahteraan Kota
Refisi. Jakarta:Alex Media Komputindo Manado dalam ejournal.unsrat.ac.id.
Kelompok Gramedia Dengah Junior, 2017. Evaluasi Kebijakan
Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik: Penertiban Pedagang Kaki Lima di
Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Kota Manado dalam ejournal.unsrat
Jakarta: PT Alex Media Komputindo ac.id.
Poewardarminta W.J.S.2003. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

10

Anda mungkin juga menyukai